Anak Muda Tidak Mampu Beli Rumah? Apakah Sewa Rumah Jadi Solusinya? | Helmy Yahya Bicara
Вставка
- Опубліковано 7 тра 2024
- Halo Sahabat Helmy Yahya Bicara!! Mahalnya harga rumah saat ini membuat anak muda sulit memiliki rumah. Semakin tidak terjangkau, cara menyicil juga semakin sulit tercapai. Apakah dengan menyewa adalah salah satu solusinya? Yuk simak video selengkapnya
------------------------------------------------
Terima kasih telah menonton video terbaru Saya. Jangan lupa untuk klik tombol Subscribe dan aktifkan lonceng agar tidak ketinggalan notifikasi video-video terbaru dari Channel Saya.
Ikuti juga konten menarik di Media Sosial Saya yang lain di:
Twitter: helmyyahya?s=20
Instagram: / helmyyahya
TikTok: / helmyyahyaofficial
Facebook: Helmy Yahya
Tokopedia: Helmy Yahya Store
Salam,
HY
#helmyyahya #sewabelirumah #kpr - Розваги
Stop punya pemikiran pengen keliat wah waktu nikah... Ganti sama pemikiran jangka panjang setelah nikah ... Biaya nikah itu murah ego yg bikin mahal.. daripada uang dipake biaya nikah puluhan sampe ratusan juta habis cuman 6 jam lebih baik dipake buat beli rumah ... Rumahku adalah Surgaku, Nikahku adalah Ibadahku.😊
💯👍
Masalahnya bukan ego si calon pengantin, tapi egonya orang tua si calon pengantin.
Tapi kadang itu kemauan orang tua, ada jg yg wajib karna adat gmn ya
😂😂😂
Itu kemauan tante2 dan Om2 nya yang gak bakal menanggung apa-apa setelah nikah
perusahaan sistem kerja kontrak, terlalu beresiko klo bikin cicilan rumah. belum lagi bunga KPR nya tinggi, belum biaya2 yg timbul. Pengembang jual rumah mahal kwalitas parah.
sekarang sy banyak mengedukasi pasangan2 mudah utk target beli Tanah dulu...tar bangun pelan2 pake konsep rumah tumbuh.
selama belum terealiasi bangun rumahnya...gpp mgontrak aja dulu. yg penting tanah udah dikuasai...
Ada bbrp poin:
1. Hukum real estate di Indonesia itu buruk. "Harga rumah mahal, tiap tahun naik 2%" ini disebabkan karena bbrp tokoh memberikan konsep "investasi tanah bakal selalu naik". Ini membuat bubble dan sudah mau akan meledak dan jatuh. Harga yg mereka pasang itu adalah harga ngarep bukan harga asli nya. Harga asli itu didapat ketika pembeli dan penjual memiliki kesepakatan harga.
Bisa dilihat di jalan-jalan mulai banyak disewakan/dijual. Belum ada titik temu penjual dan pembeli karena harganya seakan-akan tinggi padahal nggak.
2. "UMR kita masih rendah". Ini bergantung sama supply dan demand beserta hukum yg berlaku (pajak, THR, dll). Pernah baca berita banyaknya pelamar untuk kerja di rumah makan cepat saji? Supply nya itu sudah terlalu banyak sedangkan demand sedikit. Wajar kalau UMR turun, bukan naik....
Belum lagi masalah pajak. Kemarin wacana pajak hiburan naik tinggi. Yg ada investor negara dan asing akan pergi mencari tawaran yg lebih baik. Investor cari untung bukan cari rugi. Bahkan ada pabrik2 yg berkabar kalau akan memindahkan pabriknya ke daerah lain dengan UMR yg lebih kecil. Kalau investor asing tinggal cari negara lain seperti Vietnam (kayak Apple).
Kalau pabrik2, kantor2 pindah makan harga tanah/rumah akan turun sedangkan daerah tujuan selanjutnya akan tinggi.
3. Soal jarang nikah, punya anak, dan apartemen.
Let's be real. Indonesia akan inflasi tinggi karena sistem demokrasi untuk negara yg IQ rendah dan minat baca rendah. Di pemerintahan banyak oknum2 yg KKN, orang jujur itu dikit dan akan ditugaskan ke tempat terpencil. Tinggal nunggu kapan. Saya sarankan untuk migrasi ke luar negeri saja daripada menunggu inflasi tinggi.
Untuk apartemen, Indonesia wilayahnya luas. Gaada alasan untuk apartemen kecuali kalau padat seperti Jakarta. Umumnya tanah tapak masih lebih murah dibandingkan apartemen.
Harga rumah akan selalu naik . Tapi harga tanah blm tentu naik. Dikarenakan harga material bangunan selalu naik mengikuti inflasi. Yg paling benar adalah rusunama. Bisa seperti hdb di singapore. Jadi org yg berkeluarga boleh sewa yg 2BR. Kalo ada 2 anak sewa 3 BR. Apart harga masih ok, tapi ipl mahal. Jadi kalangan bawah ga sanggup.
Orang Jakarta kalau mau beli rumah atau perumahan nya di daerah pinggiran semacam Bekasi,Karawang dll.banyak sekali perumahan perumahan yang masih kosong dan bahkan terbengkalai.kerja di kota beli rumah di desa
Point #1 sangat valid krn orang tua saya jual rumah udh 2 tahun ga laku2. Ekspektasi kejual di 4M, rumah di daerah Rawamangun, JakTim. "Ekspektasi" harga rumah naik terus tp itu kalo laku. Ketika harga rumah udh ketinggian siapa yg mampu beli? Yg beli rumah 4M apa belinya pake KPR? Gajinya mesti brp tuh? Blm lagi orang2 lebih suka beli rumah baru drpd rumah 2nd yg mesti direnov. Yg cepet laku rumah2 under 1M krn mayoritas kemampuannya cuma segitu.
Apartemen harusnya jadi solusi dengan 2 syarat saja, harga terjangkau dan fasilitas umum yang memadai.
Tidak ada apartemen yang mampu menerapkan itu. Bahkan apartemen "murah" yang disediakan dinas terkait tetap mahal dibanding rumah subsidi yang letaknya sangat jauh dari pusat kota.
Memang solusi untuk orang kota harus dibangun banyak apartemen dan rusun yang murah dan terjangkau .harus di bikin ratusan sama pemerintah.
Rumah ada, anak ada, suami belum ada😁
Kalo perumahan di kota harganya emang ngeri sih, jadi wajar gak semua org bisa terbeli. Beda dg kami2 yg hidup di desa, harga rumah masih termasuk lumayan rendah, Semangat pejuang rupiah.......
ngeray buanged...
Betul bang, saya baru ambil KPR, dan ternyata 3 tahun sudah sulit untuk melanjutkan KPR karena kenaikan UMK bukan naik malah menurun, sedangkan harga barang dan inflasi menggerus nilai uang kami..
Makanya mau tak jual saja rumahnya, dijual dilanjut ngontrak ngga masalah...
Mohon doanya rumah saya cepat laku...
Saran saya untuk yg mau ambil KPR pikir2 dululah 1000x, kalau punya uang belilah tanah dulu dan nikmati prosesnya..
Bumi - air dan kekayaan alam yg terkandung didalamnya dikuasai negara dan digunakan untuk sebesar besar kemakmuran RAKYAT ...hanya slogan semata ada rakyat punya rumahnya berhektar2 luasnya.... ada yg sepetak 3 x 3 itupun sewa... benar2 ya ...Pemerintah tak Cakap mengaturnya hanya mencintai rakyatnya yg "tebal dompet" Semoga seluruh rakyat Indonesia 🇮🇩 bisa tebal dompet dan 1keluarga punya 1 Kapling rumah 10x20m....untuk standar kehidupan layak dan bahagia semoga.
Yang punya tanah berhektar-hektar bukan rakyat tapi pejabat dan pebisnis.
Ya, maklum sistem pemerintahan nya sangatlah kapitalis, pilihan langsung kan model Amerika, dan sudah tidak menjalankan UUD 45, pasal 33 ayat 3.
Indonesia tanah airku, tanah disewa air dibeli
Bukan gak setia sama pekerjaan Bang.tp skarang dmana mana semua ny kontrak Bang...dan perusahaan kbanyakan skarang seenak jidat ny aja mutusin dan mengeluarkan tanpa alasan yg jelas atau pun ksalahan .dan bahkan kerja d perusahaan BUMN pun kita d sodorkan kontrak bahkan biaya pendidikan sblum masuk kita tanggung sndiri. pas udah 3 tahun udah putus. Padahal saya loyal dan berpredikat Karyawan terbaik 3 x.
Setuju, dan gilanya mereka terang2an karena begitu ada sidak ato depnaker dateng HRD sudah sigap dengan amplopnya.
Negara asia memang seperti itu . Semua sektor profit margin tipis. Efeknya ekonomi jadi tidak berkualitas. Orang kerja siang malam gak cukup hidup layak. Saya tinggal di Belanda orang kerja sewajarnya 8 jam. Udah cukup hidup biasa. Disini bikin usaha memang susah tapi itu bikin usaha yang ada bertahan lama
Setuju 😢 up ❤
Karena negara Indonesia sangatlah kapitalis, jika memegang falsafah Pancasila sila ke lima para konglomerat tidak punya jiwa-jiwa nasional sama sekali, semua nya di ambil keuntungannya, bagaimana mana mau nicil orang kerjanya kontrak setahu n diputus oleh perusahaan he, ya inilah undang-undang outsourcing. Dan pemerintah tidak menjalankan Pancasila sila ke empat dan sila ke lima dan UUD 45 , pasal 33 ayat 3.
benar sekali, itu faktanya.... bukan krn tidak setia....
jadi kalo tidak pindah bagaimana mau meningkatkan income.
Sudah kontrak seenaknya, target dan tuntutan ditempat kerja yang terlalu tinggi.
Jaman dulu itu setia, KARENA TIDAK ADA sistem kontrak dan outsourcing... sudah nyaman dan aman.
jadi beda situasinya....
Fenomena yang dibahas Bang Helmy ini sungguhan terjadi di negara-negara lain,salah satu contohnya Jepang.Dan negara-negara ini adalah negara-negara yang maju.Indonesia saat ini bergerak ke arah negara yang maju,bukan tidak mungkin minat anak muda Indonesia terhadap hunian,rumah tangga,mempunyai keturunan juga sebelas duabelas dengan anak-anak muda di negara-negara seperti halnya Jepang.Fakta membuktikan telah terjadi disrupsi dalam berkarir,anak muda tidak lagi tertarik bekerja kantoran,mereka lebih menikmati bekerja di kafe.Bahkan anak kuliah tidak lagi belajar kelompok di rumah salah satu teman mereka,mereka menikmati mengerjakan tugas kuliah di kafe dan tempat yang asik buat nongkrong.Ini fenomena serius yang jika tidak dipikirkan dari sekarang akan menjadi bom waktu di lima sampai sepuluh tahun ke depan.Dan apakah saat itu masyarakat siap dengan fenomena ini.Lihatlah fenomena yang terjadi di negara-negara seperti Jepang,Korea,China.Tidak hanya disrupsi perilaku anak muda tapi disrupsi tentang budaya kerja,tentang bisnis properti.Tolonglah semua pihak dengan kepala dingin mau bersama berempati dan bekerjasama untuk fenomena ini.Saat ini banyak sawah-sawah kita yang digarap oleh mereka yang lahir tahun 60ann atau 70an.Tapi generasi sesudahnya tidak lagi berminat menggarap sawah,mereka lebih tertarik bekerja kantoran,atau pabrik,atau proyek.Sawah-sawah juga sudah mulai ditinggalkan.Sementara generasi tahun 60an dan 70an,sudah berada di rentang usia 60 sampai 70 tahun.Generasi penerus petani juga sudah mulai menurun.Beruntung ada milenial-milenial yang mulai menggiatkan pertanian berbasis sosial media dan bersedia menjadi enterpreneur di bidang pertanian walau banyak tantangan di bidang itu mulai pupuk sampai obat pertanian yang tidak mudah.Ini hanya salah satu contoh saja bidang yang sudah mulai harus kita perhatikan demi ketahanan pangan dan ekonomi bangsa ini.Mari kita bersama menyatukan hati dan dengan kepala dingin memberikan sumbangsih demi kelangsunhan negara dan bangsa kita Indonesia demi kejayaan bangsa dan negara kita di mata dunia.Jika komen saya ada yang tidak berkenan saya mohon maaf dan koreksinya,karena saya hanya ingin bangsa ini menjadi bangsa yang maju,berdaulat,rukun,adil,saling mendukung dan berkelanjutan.Salam keberkahan buat semua.Terimakasih Bang Helmy dan team,sehat dan sukses selalu buat njenengan semua🙏🏻
Saya tidak mau punya anak dan rumah apalagi di jogja, kota yg sangat tidak adil, kota autopilot.
@@dimensiworkshop7455 wkwkwk. Hampir semua hal di negara ini sebenarnya auto pilot.
@@kangcwy5131 tergantung pemimpin2 daerahnya
@@dimensiworkshop7455 tergantung pajak daerahnya gede kecil. 😂
Kecil ya terima nasib. Besar ya jadilah jakarta.
@@ntznbgzt pajak gede dikorupsi sami mawon, tergantung pemimpinnya, jogja kurang apa coba dananya, nyatanya autopilot.
Jogja berhati nyampah
Saya tau solusinya pak agar anak muda indonesia punya rumah... Yaitu kembali ke desa pelosok dan belajar bertani... Di desa pelosok pasti tanah murah dan bangun rumah seadanya dan makan seadanya dari menaman sendiri seperti dari singkong cabe dan kedelai... Tanam sendiri... Mudah mudahan dibaca Pak Helmi dan jadi solusi... Monggo di like... Biar dibaca Pak Helmi...
Solusi yang sangat membagongkan🗿🗿🗿
Solusi yg menciptakan masalah besar. Jika itu terjadi desa2 habis semua dibangun rumah. Bodoh nya org Indonesia yaitu menghancurkan alam demi kepentingan manusia. Menghancurkan desa demi bisa pergi keluar negeri untuk melihat desa di luar negeri. Solusinya stop pembangunan dan KB agar berhenti manusia lahir.
Kalau hanya skdar cukup makan di desa mencukup tp bagaimana dgn kebutuhan hidupnya menyekolahkan anak dan biaya2 hidup yg lain. Dulu air saja tanpa beli di sungai2 skrang di desa pun PDAM mempunyai tagihan listrik, tagihan air dan sbagainya
Semua tergantung niat dan gaya hidup..
Betul sekali sangat setuju.. saya pun begitu beli tanah dikampung masih sangat terjangkau baru luas dan isinya pohon kopi dan cengkeh semua.. dikampung selain bertani kita juga bisa beternak kambing, ayam, lebah, dll intinya selagi ada kemauan InsyaAllah ada jalan. Sekarang juga kita hidup dijaman sosmed.. manfaatkan sosial media untuk cari peruntungan.. saya jualan madu di online Alhamdulillah kebutuhan bisa tercukupi, bisa membuka usaha lain dan bisa punya aset itu ini
Jadi walaupun hidup dikampung InsyaAllah kita masih bisa berkembang
Saya usai 37 Alhamdulillah udah punya rmh sendiri bang helmi,,krn saya nekad menjadi Tkw di luar negri saja dengan gaji per bln di atas 10jta sampe skrng gaji saya sudah mencapai 13jta/bln,,krn ketekadan itu akhir"y udah punya rmh sendiri tanpa hrs nyicil,,kl saya hanya mengandalkan penghasilan di Indonesia kyk'tdk mungkin,utk kalangan seperti sya,yg hanya berpendidikan minim
Terima kasih pak Helmy ini yg kurasakan generasi milenial penghasilan GK sebanding dan harga properti sangat tinggi kadang penghasilan cukup aja buat kebutuhan sehari hari
Alasan aja kawan saran saya niat aja dulu, kalau sudah beli pasti ada rejeki dan kita semangat🙏
Bisa klo niat,,, kontrol pengeluaran untuk hal2 yg gak penting...
Betul.. realistis..
Kalau negara tidak hadir maka rakyat hanya diperbudak sistem dan halusinasi
Khusus yang gk punya kampung memang susah. Sejak kecil tinggalnya di kota. Salah satu Solusinya transmigrasi jilid 2 secara besar-besaran. Masih banyak pulau yang tidak berpenghuni di Indonesia.
Sama dengan saya Bang Helmi Yahya, saya penyandang tunanetra, usia 48 tahun Saya hanya bekerja sebagai juru pijat dan saya masih kost, belum bisa beli rumah sendiri, semua gara-gara kemiskinan orang tua saya.
Tidak mungkin saya minta minta ke saudara saya, Mereka pun juga punya persoalan.
Maaf, boleh tahu gimana cara nulis komen di sini?
Bnyak org miskin yg bisa beli rumah akhirnya
Jgn menyalahkan org tua sdangakn Tuhan memberi kita tanggung jawab sendri
Lahir miskin itu takdir
Hidup miskin itu pilihan
Krn bnyak tuna netra yg bisa membangun rumah Krn pintar saving money
@@TarnishedWarrior-lr9uj IYA JUGA YA KOK BISA NGETIK WKWKWKWKWK
@@singgihsinggihbayu masih berpikir positif ada fitur voice to text atau apalah. Mungkin saya yang gaptek
Juru pijat Alhamdulillah sehari mijet 3 orang saja SDH 300rb. Sebulan bs 6-9 jt. Jauh di atas UMR yg hanya 2 koma di Jogja
Point atau nomer 3 relate bgt pak helmi, menurut saya sistem kerja outsorching itu adalah penjajahan di dunia modern
Dengan outsourching, perusahaan tidak menghargai hasil kerja dan pengabdian karyawan nya
Anak muda tidak mampu beli rumah. Anak muda nggak mau nikah. Dampak dari diterapkannya sistem kapitalisme yang justru menghasilkan kemiskinan struktural. Yang kaya semakin kaya yakni oligharkhi. Negara yg menerapkan sistem kapitalisme, lebih menguntungkan oligharkhi dan memiskinkan rakyat banyak.
Dimana2 yang pegang ya pasti oigarki. Tapi negara asia terutama oligarginya super jahat. Di eropa oligarki juga ada tapi mereka lebih manusia. Mereka menguasai ekonomi tapi bayar pajak nya banyak. Itulah kenapa di eropa untuk sekolah dan fasilitas publik murah
Bukan karena kapitalismenya bang, monopoli, kkn dan oligarki yg bikin susah
Gara2 kapitalisme rakyat jadi miskin. Jadi maunya sistim KOMUNISME ? Semua rakyat sama rata, nggak ada yg kismin, tapi juga nggak boleh ada yg kaya raya. Yakin , Sistim Kapitalisme itu 100% JELEK BANGET?
@@kangcwy5131 Tepat sih, oligarki di Asia terutama dengan penduduk tinggi macem Indonesia, India, China oligarki nya benar2 serakah karena kekuasaan mereka di sistem pemerintahan jg
Saya udah kerja 20th masih aja ngontrak beloman kebeli rumah.. dan pernah dapat omongan masuk surga ga ditanya punya rumah, itu menyemangati diri utk lebih baik jadinya ga terlalu mikirin punya rumah, disyukuri yg ada lebih mikirin nanti di akhirat siih..
Yang penting udah ikthiar maksimal ya kak. Dan tidak membebani orang lain.
Pingin punya rumah atau tempat tinggal itu susah untuk orang yang berpenghasilan pas pas an.bukan tdk mau tapi tdk mampu.duit hasil kerja sebulan sudah habis duluan dalam satu Minggu dua minggu
masalahnya bukan cuma harga beli rumah dan tanah yang tinggi, tapi biaya maintenancenya juga. Setiap beberapa tahun harus renov/pugar. Pajaknya juga tinggi, ada iuran lingkungan, dan harus siap keluar juta-jutaan kalau ada yg bocor atau rusak. Saya dulu beli rumah untuk investasi, tapi kalau dipikir-pikir lagi lebih baik tanah, ga ada biaya maintenancenya.
Mnurut sy tanah jg ada biayanya jg...krn rawan diserobot org ntah dibangun bangunan atau dipake buat berkebun(bgitu kita mau pake eh dy minta ganti rugi), digeser patoknya, atau dicuri hasil tanah tsb(klo ada pasirnya, batu galian C, dll)...jd scara berkala hrs di cek otomatis ada biaya transportasi dan jg hrs jalin hubungan baik dgn perangkat daerah dan warlok setempat...ini tentu ada biaya 🙂
Ditambah lagi gaya hidup, byk genz yg lebih pentingin spt hp terbaru. Jadi mereka gengsi untuk rumah yg menengah kebawah, padahal gak perlu rumah 1m yg 500jt banyak
Pada dasarnya hal ini disebabkan harga rumah yg naik cepat sementara mayoritas milenial/genZ bergaji UMR (5 juta per bulan) bahkan masih banyak yg bergaji 2 juta perbulan. Dari total angkatan kerja kita 55% bekerja di sektor informal dgn penghasilan tidak menentu, belum ada jaring pengaman spt asuransi, dana darurat, dana pensiun. Jadi boro2 mau beli rumah, utk memenuhi kebutuhan sehari2 juga masih terasa berat. Sementara utk pekerja formal pun masih terkendala sistem kontrak (outsourcing) yg membuat berkurangnya benefit2 pengaman karena bukan merupakan pekerja tetap perusahaan tetapi pekerja dr perusahaan outsourcing yg bekerja di perusahaan klien. Sistem kontrak ini membuat karyawan was2 tiap tahunnya karena bisa saja kontrak tidak diperpanjang. Yah ujung2nya solusinya adalah sewa rumah karena pekerjaan yg tidak pasti.
Investasi di properti itu cuma gimmick. 😂
Cuma sekian persen yang bisa jual tinggi dan retyrn besar.
Nyatanya renovasi juga besar, maintenance juga besar. Inflasi juga tinggi.
Rumah baru banyak dibangun, juga digoreng.
Yang udah beli lama, belum tentu bisa jual tinggi, belum tentu ada buyer nya.
Pemerintah mesti intervensi harga rumah, terutama segmen apartemen 3br-4br, agar harganya bisa setara rumah menengah bawah. HGB apartemen mesti bisa 90 tahun.
Agar rumah harganya pada drop, mesti bikin tandingan. Landed house ga ada lawan, jadi ga balance, ga heran harga naik terus, kegoreng terus, tapi yang berani beli sedikit.
Mesti dilawan sama apartment di tengah kota diharga 1M an dengan layout setara rumah tapak. Dan supply yang besar. Dan dibikin pajak progresif.
punya rumah bukan lagi keharusan sekarang,...banyak orang2 smp matinya beranak bercucu tinggal dikontrakan..gpp itu pilihan, harga rumah yg gk sanggup dibeli kecuali punya gaji ratusan juta
Siapa yg g mau beli rumah semua pst mau, masalah nya gaji di Indonesia sgt rendah apa lg kl kerja yg tdk py beking/org dlm jgn harap gaji tinggi miris ya....
Saya kasih solusi iya bang,,
Nikahlah sama anak orang kaya😊😊
Jangan kerja dg sistem gaji tapi penghasilan. Usaha jualan apapun. Kalo mau kerja sangat keras pasti dpt hasil di atas UMR pasti segera beli rumah
Kalau yang sudah berkeluarga suami kerja bini juga berjualan supaya penghasilan tambahan.kalau tdk begitu susahhhhhh
Orang tua saya jual rumah udh 2 tahun ga laku2. Ekspektasi kejual di 4M, rumah di daerah Rawamangun, JakTim. "Ekspektasi" harga rumah naik terus tp itu kalo laku. Ketika harga rumah udh ketinggian siapa yg mampu beli? Yg beli rumah 4M apa belinya pake KPR? Gajinya mesti brp tuh? Blm lagi orang2 lebih suka beli rumah baru drpd rumah 2nd yg mesti direnov. Yg cepet laku rumah2 under 1M krn mayoritas kemampuannya cuma segitu.
Saya rasa jangan beli.. Nurut saya terlalu banyak properti yang digoreng. Kita tahan untuk tidak membeli rumah 10 tahun mana tau ada yang jual rugi 😂😂😂
anak sekarang intinya hidup pas. bukan pas2an. mksudnya pas mau makan ada, pas mau nongkrong bisa, pas mau cuti dan traveling gampang. minimalis dan balance. makanya byk yg ga merit dan beranak pinak. dari pd nambah beban dan miskin.
Betul....
3 Faktor yang di sampaikannya,..yg menjadi pertimbangan mengapa orang memilih sewah rumah dari pada membeli rumah 🏠
Saya baru punya anak 1 usia 5thn , tinggal di kota sewa rumah 1 kamar , rencana mau nambah anak sampe mikir kalo punya 2 anak tidur nya dimana . Pendapatan tak menentu cuman bisa buat makan sama kebutuhan sehari-hari. Mau kredit rumah subsidi harus di kabupaten 1,5 jam perjalanan , saya tidak pernah berharap kepada pemerintah karena pemerintah telah dikuasai pengusaha perumahan konvensional
Hmmm, agak gak tau diri sih mampunya kredit rumah subsidi tapi pengennya di tengah kota, trus nyalahin orang lain.
Bener bngt bang
Mendingan ga usah ada anak lagi. Kasian ntar sekolah dkk kesusahan. Anak hidupnya ga terjamin.
@@baniysf4901sudah salah alamat lu bilang tengah kota . Alun2 kota mau lu jadiin perumahan
saat ini saya berumur 29 tahun 8 Bulan, dan apa yg disampaikan Pak Helmy diatas persis dengan apa yang saya pikirkan dalam 1 tahun belakangan ini, apalagi setelah mengenal yg namanya "Oportunity Cost" semuanya jadi terbuka dengan terang dan jelas.
S7 😢
"Keberhasilan dalam kehidupan hanya bisa didapatkan ketika seseorang mau berjuang dengan keras."
Kuli bangunan juga berjuang keras demi menafkahi keluarganya bro, begitupun dengan juga pemecah batu di gunung-gunung dengan Palu nya.mungkin bisa dipersempit lagi makna berjuang kerasnya yg seperti apa?
@@benob1213
Bantu ibu membuat ketupat
biar jadi anak hebat
paling suka makan kue pukis
eh botak jangan nangis
Iyahhh....lebih keras mana kuli bangunan sama orang kantoran dalam bekerja?? Bacott" itu mudah
Bener bngt Pak'Helmi, bukan'a ga mau bli Rumah. Rasa ingin sllu ada. Tp k'adaan Gaji dan pendapatan yg tdk mencukupi. Bagaimana bs k'beli Rumah, Orang Sy jg hrs bayar kontrak'kan. 25 thn Sy' Ngontrak trus, tp tetep aja Ga bs'2 jg buat K'bli Rumah. Krn K'terbatasan k'uangan. Sy' hny br'harap Doa, menunggu ada k'ajaiban dr Alloh' Subhanallohi Wata'Alloh Aaamiiinnn"🤲🤲🤲.
semoga bisa ya bu, saya nikah muda juga umur 22 thn, ngekost awalnya sama istri, setelah ada anak baru kontrak rumah, di umur 37 baru bisa beli tanah hasil tabungan emas, di umur 41 baru jadi rumah
kalo nyicil rumah itu berat jatohnya bu, semoga jadi motivasi
Gimana mau beli rumah, wong yg borong rumah orangnya itu2 juga,yg kuasai tanah mereka2 juga
Alhamdulillah pak helmy bisa dapet insight dari kita anak muda yang masih terkena efek daripada pemikiran orang tua kita, bawasanya punya rumah dulu baru menikah sudah gak relevan, kalo memang kalian bukan anak orang tajir yaaa cukup berat yaa, belum lagi ada temen-temen kita yang malah di bebankan oleh utang orantuanya, semoga kita semua bisa melwatinya dan para pemimpin bisa memikirkan masalah ini dengan cepat
Di Swiss sdh demikian krn property mahal ... kalo beli property rp 300jt/m2.. kalo sewa rp 300rb/m2/bulan .. thx p Helmy insightnya.. sangat berguna utk jd pertimbangan .
Terimakasih pak Helmy, akhirnya ada generasi di atas yg bisa mengerti kami.
Setuju pak, harusnya harga rumah bisa dikendalikan. Saya gen x, tapi mengerti yang dirasakan oleh milenial maupun gen z. Saya pun susah payah dan maksa untuk bisa dapat rumah. Harusnya kepemilikan properti ada pajak progresif seperti mobil, sehingga demand yang ada adalah real demand, bukan kebutuhan investasi. Properti untuk investasi sebaiknya dibatasi untuk ruko, kantor dan tempat usaha lainnya. Selain pajak progresif, baiknya juga ada limit jumlah properti hunian, misalnya di satu provinsi hanya boleh punya hunian sejumlah ortu plus anak²nya. Dengan demikian harga tidak akan terkatrol tinggi untuk hunian. Jangan sekali² memberikan subsidi, subsidi adalah pembodohan.
D desa 80jt rmh ukuran 8×15
Kalian saja yang diberi penglihatan, bisa mengeluh seperti itu, Apalagi saya sebagai penyandang tunanetra, saya juga pengen punya rumah sendiri.
Dan Itulah sebabnya kenapa aku belum menikah, meskipun umurku sudah 48 tahun. Aku masih kost teman-teman,
@@bernardussuranto4601 maaf, bagi penyandang tuna netra bagaimana cara main youtube nya? 🙏
Pajak/pemda & bank berkepentingan dgn kenaikan berkala harga properti krn terkait dgn pendapatan yg ditargetkan kpd mrk pertahun. Pdhl di lapangan, harganya malah bisa di bawah njop saat benar2 terjual.
@@ddn1472 Mengapa kau tanyakan itu?
Apakah kau pikir, penyandang tunanetra itu tidak bisa mengetik menggunakan ponsel seperti pada umumnya kalian yang bisa melihat?
Saya pada thn 2012, di usia yg 24 tahun, nekad nyicil rumah di depok dengan tenor 5 tahun, karna target saya rumah lunas sebelum saya usia 35 thn, puji Tuhan sudaj saya rasakan perjuangan itu, semoga temen2 yg blm punya rumah tetep semangat pasti ada aja rejekinya
Ijin Bang Helmy, bikin sesi sambungan dari video kali ini. Bagaimana kira2 nantinya waktu mereka2 ini sudah 50-60th dimana produktivitas di usia tsb sdh jauh menurun dan kalah bersaing dg generasi yg lbh muda. Apakan dg absennya aset bisa bertahan? invest saham / emas ? dst dsb. Buat kita ortu2 bisa persiapkan anak2 kami jg. Terima Kasih banyak. Sangat terberkati sekali dg video2 Bang Helmy.
"Seseorang yang dikatakan hebat dan luar biasa dinilai dari tindakannya dan bukan ucapannya."
Iyah, tolong pak bantu para anak muda sekarang agar mudah membeli rumah
Real bgt saya punya teman di Singapura.. Dia sendiri bilang. Kl nanti saya menikah kl pekerjaan saya tdk lah bagus gajinya. Saya gk mau punya anak.. Karena punya anak mahal..
Ekonomi bisa bergerak, ya harus konsumsi lah, event investasi = bangun pabrik, ya konsumsi material / barang modal juga. Bahwa uang 'kempes' di dalam, mungkin kesedot untuk keperluan (lagi2 konsumsi juga) dari luar kali. Bayar ini itu, yang gerak malah ekonomi negara lain.
Gimana harga produk tidak naik, inflasi (teori baheula, ya pasti lebih bernilai (bukan untung / rugi ya) pegang barang dari uang). Backlog yang mendekati 50% jumlah KK di negara ini, cmiiw. Apakah inflasi jelek? Tanya pengusaha, lebeh pengen harga jual naik atau turun?
Bahwa itu tidak terjangkau, karena pemikiran sektoral. UMR rendah, biaya produksi rendah agar daya saing EKSPOR terjaga. Rupiah yang melemah, seharusnya menjadi berkah produk ekspor tokh?? Sayangnya, devisa negara di 'atur' agar hanya cukup untuk 1/2 tahun impor saja. ini dari jaman baheula.
Kepemilikan Asing, nah ini..dag dig dug duoar...
Put it these way, UMR tinggi, biaya produksi lokal tinggi, impor dibatasi, mau tidak mau, yang butuh, beli produk lokal dengan lebih mahal toh. Timbal baliknya apa, mutu harus naik. Knp, the have milih berobat ke LN, ruginya apa bagi nakes kita, semakin sedikit eksperimen (upps...baca: praktek) semakin tumpul tuh ilmu.
Daya beli yang meningkat, Konsumsi produk lokal berkembang, ekonomi lokal berkembang. Makin tinggi harga, PPN yang diterima negara makin banyak, tanpa perlu menaikkan tarif (jangan lihat ppn BM, apalagi bagi kaun flexor..).
Rewardnya apa, bagusin desa / kota, fasum dan fasos. Lancarkan akses orang, barang dan jasa (infrastruktur darat, laut, udara).
Naik sampai ke tingkat yang tidak masuk akal, boom menjadi burst..Sebelum itu terjadi, otoritas berperan, di situ gunanya government, kelola, administration. Yang melemah ditopang. They have all the datas, hanya saja, mereka berkerja untuk siapa, bias tidak. ataukah selain sebagai regulator mereka juga aktor?
Case DKI vs IKN, over supply gedung Lembaga / Departemen ?...Nope, dandan sedikit, jadikan apartemen sesuai umur / heritage bangunan. Bersaing dengan swasta, masa kalah, (asal jangan lupa dibayar saja tuh kontraktor, upps..), ATAU...atau..., swasta ketar ketir...neeiii...
Jakarta tidak sebagai pusat, ekonomi turun? Jadi harus menghancurkan satu kota agar, pusat dunia berpindah? Lagi2 model model ekonomi sektoral /arisan diterapkan.
bdk. toko aktual cs toko virtual. aggregat ekonominya tidak meroket.
terimakasih pak helmy sudah mengerti keadaan generasi kita (milenial), anda adalah sosok seorang ayah idaman bagi kita2
Saya sandwich gen, umur 23th. Setia kerja sama perusahaan start up yang atasannya redirect langsung ke direktur. Allhamdulillah diperhatikan oleh beliau yang memutuskan saya untuk setia di sini. Hampir genap 5 tahun lamanya. Sambil sesekali cari project sampingan.
Kondisi keluarga masih ngontrak. Saya baru lulus S1 dengan biaya dari hasil kerja. Ada tabungan sedikit insya Allah mau coba lanjut ke S2. Adik tahun depan juga sudah masuk kuliah, agak khawatir dengan biaya UKT yang naik.
Bapak selalu bilang untuk ambil KPR, tapi 1000x saya mikir karna bahaya dsb. Saya coba investasikan uang yang sekarang ada untuk pendidikan dulu. Dengan harapan nanti 1000x lipat bisa balik uangnya.
Mohon arahan nya coach
Alasan utama benar itu pak. Pengahasilan terbatas. UMR hanya pas buat hidup sehari-hari.
Banyak pekerjaan sekarang yang bahkan tidak UMR + tidak dapat jaminan kesehatan (JKN), magang dan kontrak kerja yang tidak jelas.😢
Sedang mengumpulkan dana untuk membeli tanah & membangun rumah impian _off grid_ menggunakan energi terbarukan, serta membuat koloni kecil yang berbasis _circular economy_ . Walaupun saat ini masih menjadi -elite global- / -budak korporat- / digital nomad alakadarnya yang hidup minimalis & _cashless_ bermodalkan sebuah _bug out bag_ berisi laptop, hp, charger, ridge wallet & multitools.
Thank you pak selaku perwakilan generasi boomer sudah berbicara soal ini. 🙏
Yg saya lakukan dgn uang saya adalah diinvestasikan semampu saya.... Saya lebih suka ngekost.... Bisa pindah2 sesuka hati kalo bosen.... Nanti punya rumah kalo sudah punya pasangan tentu di sekitar kampung halaman nyonya kelak..... Saya belikan sawah yg masih murah supaya bisa dpt yg panjang/luas lalu saya bangunkan rumah sesuai kebutuhan.... Agar kelak kalo punya gawe tidak perlu menutup jalan
Setuju aku bang helmi. Pola pikir dan kenyataanku di lapangan ya seperti itu. Meskipun aku bkn generasi Z, tp mmg faktor2 yg disebutin itu, sesuai ama kondisi ku. ❤
Sudah kerja.di perusahaan keuanngan, boro2 beli rumah, buat hidup aja kadang masih pakai paylater....perusahaan skrg hanya enakin yg diatas, yg dibawah-bawah udah bersykur aja masih dikasih kerja....ya jadi kita berharapnya jadi ama yg punya hidup dan dunia, kalau harapin manusia ataupun kerjaan, g gila aja udah syukur
Mereka yang kesulitan punya rumah,
1. Gaji UMR atau kurang dari UMR
2. Beban keluarga atau jumlah anak mempengaruhi biaya ekonomi keluarga
3. Kemampuan KPR jg sulit kalo tidak didukung EKonomi yang stabil
4. Rumah subsidi solusi, tapi lokasi yang cukup jauh, mempengaruhi ongkos
5. jaminan pekerjaan yang bisa kena PHK sewaktu-waktu
gaji ga jdi soal, yg susah itu krn barang dan kebutuhan mahal
@@eka96ryan misal, gaji 6jt, anak 2(sudah sekolah), ngontrak setahun 1juta, blm lstrik, sampah, keamanan, bensin.
masalah juga kan
@@gurniansyahanwar9580 sesuain ama pendapatan, itu btw ngontrak dmn setahun 1 jt wkwkwk, setahun rata2 minimal 5 jt itupun di jawa timur di jkt uda 20 juta up keatas, kecuali 1 jt perbulan kosan di jkt.
Rasanya relate sekali Pak Helmy, orang tua saya selalu menyarankan utk mencicil rumah sedari sekarang. Bukannya nggak mau beli rumah, tapi saya ngerasa belum mampu aja, biasanya cuma cukup utk kebutuhan sehari-hari aja, jadi boro-boro kepikiran utk mencicil rumah. Akhir tahun kemarin di kantor saya melakukan PHK besar2an, dari kejadian itu saja nggak kebayang kalau saya punya cicilan rumah tapi kena PHK, pusingnya kyk gimana. Pertimbangan lain untuk menyewa rumah dulu sekarang, saya masih membuka opportunity bekerja di tempat lain dan mungkin di kota yang lain, jadi memiliki rumah sendiri bukan menjadi prioritas bagi saya saat ini.
Ya jadi mungkin, menyewa rumah masih lebih baik buat saya saat ini. selain harga yang lebih terjangkau, dan rasanya memiliki rumah sendiri itu saat kita tahu mau menetap dan menghabiskan masa tua di mana.
Terimakasih banyak pak... Tepat sekali
Ini konten yang sangat bagus👍
tanggung jawab pemerintah menyediakan perumahan yg layak buat rakyatnya yg hrg terjangkau dan masuk akal
DP 0% DKI Jakarta banyak yg bully, pada hal itu sangat membantu bagi mereka yg berpenghasilan UMR..
Terimakasih om Helmy, saya mau sharing sedikit keluar dari topik tapi berkaitan dengan pertimbangan mencari tempat tinggal (beli/ngontrak). Beberapa tipe orang sangat concern terhadap kesehatan lingkungan, sudah pasti dipengaruhi faktor pendidikan, ekonomi dan spiritual. Beberapa rumah/kontrakan murah biasanya berasa di lingkungan yang "murah" (tanda kutip). Kualitas lingkungan sedikitnya berpengaruh kepada kualitas kesehatan hati dan pikiran, kemudian bila buka usaha apakah lingkungan jg bisa jadi support system yg baik.
Mungkin ini bukan keresahan Gen Z, tp saya yakin kebanyakan orang terpaksa terjebak disebuah lingkungan yang "terbentuk" dengan pola yg kurang baik. Yang punya anak pasti kuatir tentang tumbuh kembang anak, yang sudah lamjut usia akan sangat perlu lingkungan tenang dan aksesibilitasnya baik.
Realitanya lingkungan ideal seperti itu kebanyakan (tidak semua) ada di harga yang sangat-sangat mahal.
Bagi Gen X dan Milenial, mungkin beberapa gen Z, membeli rumah adalah investasi seumur hidup, dan saat ada rejeki/kemampuan untuk membeli rumah, lingkungan yang ideal kadang tidak terjangkau.
Sebaliknya di Malaysia ank muda yg sudah mula bekerja tak sabar2 utk membeli rumah
mengikut kemampuan
Terima kasih Mas Helmy!
Buat middle class jabodetabek sebenernya bisa-bisa aja sih beli rumah, cuma yang terjangkau dapet nya jauh-jauh bisa di babelan, parung panjang, jonggol, dsb. Kerja misal di sudirman setiap hari PP dengan jarak sejauh itu ya stres.
Kak, rumah saya di parung panjang, private cluster. 1 km dr stasiun kereta. Kerja di pondok indah. Tiap hari saya berangkat di kereta krl jam 8.05. Turun stasiun kebayoran. Sampai kantor jam 9 teng. Masih aman2 aja mas. Udah 3 tahunan. Dari beli 390 jt, skrg udah di harga 550.
Intinya tetap berjuanglah
Keren mas Helmy, semangat mengedukasi untuk perubahan & kemajuan Indonesia ❤❤❤
Siapa yg gak mau punya rumah yg bagus dan keren.semuanya juga pasti mau.tapi apa daya di jaman sekarang tidak mudah juga untuk mewujudkan impian seperti itu
Terima kasih pak helmy sudah berkenan menyampaikan permasalahan ini. Sehat dan bahagia selalu.
negara mana lupa dieropa persisnya menolak investor asing ada dinegaranya krn efek bnyak nya investor asing memicu kenaikan instan harga property..
Pesan anak muda usia 20 tahun, mulai buat anggaran, giat menabung (bnyk pilihan investasi), menikah sederhana (buang gengsi), belilah rumah second yg lokasi strategis (jgn bnyk menuntut soal lingkungan), nego harga termurah, usahakan dp 50 persen dari harga rumah, KPR cicilan ringan, pastikan legalitas SHM. Cari dana tambahan sisihkan tabungan untuk melunasi rumah lebih cepat dari tenor. Berdoa, jujur dan perbanyak sedekah
Setuju Pak Helmy....
Sehingga saat ini cari karyawan yang loyal dan mau serius bekerja itu semakin susah,semakin kecil prosentasenya....
Banyak anak muda saat ini... terutama yang saya temui,minim literasi sehingga banyak yang hidup hanya dalam angan angannya dan menyalahkan realita yang ada....
Terimakasih
Setuju banget om, hal2 seperti ini harus terus digaungkan supaya masyarakat tuh SADAR
Tinggal diapartemen cukup nyaman kalau masih bujangan atau baru nikah....kalau SDH punya anak ampun deh ....sumpek banget. Tapi rumah2 sekarang juga tanahnya udah kecil ditambah bangunannya juga seumprit. Banyakin transportasi yg bagus2 ajah kali ....biar tinggal dipinggiran bisa udaranya lebih sehat tp mau kerja juga ngak umpel umpelan kayak pepes ikan. Thank u pak Helmy.
Mungkin kalau tinggal di apartemen yang 2-3 kamar tidur (45m2 ke atas) masih cukup OK untuk keluarga muda dengan 1-2 anak.
Udah beberapa tahun merantau di Bali, makin kesini harga properti gila banget saingannya sama investor luar negeri & expat. Sedihnya yang punya uang pun selalu bangun dan beli properti, berharap area tersebut bakal rame suatu hari nanti. Nggak jarang ketemu komplek perumahan town house yg kosong2, udah mengorbankan area yg dulunya sawah ternyata nggak ditempati juga. Mungkin Perumnas bisa jadi harapan dan solusi dewasa muda yang beneran cari hunian.
Betul sekali pak jaman sekarang sangat banyak sekali perubahannya,karena paktor yg semakin tinggi karena tidak sesuai dengan penghasilan,iya pak ini sangat nyata👍terimakasih ya pak
Setuju bgt sama pak helmy.
Selain harga nggak terkejar oleh penghasilan, di sisi lain bunga KPR kita itu memang mahal.
Interest 6-8 % itu kalau disini masih bunga promo, yang akan naik ke 12-13% setelah durasi promonya habis. Sementara di negara lain, saya pernah baca bunga KPR hanya 1% dan paling mahal 4%, itu pun bunga normal, bukan bunga promo.
Ya gimana anak muda berani ambil kredit rumah, bunganya aja mencekik gitu.
Setiap orang punya proses ceritanya masing². Sy 15 thn menikah masih tinggal dirumah mertua hingga pada akhirnya mulai bisa bikin rumah step by step atau konsep rumah bertumbuh.
Rumah susun/apartemen bang solusinya, gak perlu tinggi2 sih bangunannya 4-5 lantai biar IPL tidak terlalu mahal. Ini juga mempermudah transportasi, sekolah, kesehatan dan layanan umum lainnya. Tapi luasnya yang memadai sekitar 45m². Daerah2 yang kumuh mungkin bisa dirubah jadi rumah susun. Perlu turun campur pemerintah sih ini.
solusinya mudah, terapkan pajak progressif artinya orang yg punya lebih dari 1 rumah pajak rumah ke 2 dst akan lebih tinggi dan tinggi lagi, kayak di canada, beres problem, urusan perumahan itu 1 orang bisa punya 1 kompleks,yang kita hadapin itu mafia dan para oligar. itu yang bkin harga rumah naik terus
Ide bagus 👍
Masalahnya pemimpin di negeri ini di biayai oleh pengusaha2 properti...jadi pasti lah mereka ber balas budi....
@@agungbarokahpanunggalan522 termasuk yang bkin video ini orang property, mana mau bahas ginian, dikasih pajak beneran bisa rungkad haha
Setuju, masalah utama adalah penghasilan di Indonesia sangat rendah. Bang helmi sudah benar bicara sesuai reality anak muda sekarang.
Benar om Helmy...
saya umur 35 th
sibuk dikerja saja,, gajih cuma cukup untuk makan sehari hari, belum lagi bayar pajak listrik ortu wifi bulanan pajak motor beli bensin dll
tidak akan bisa kebeli/bikin rumah...
sama kyk saya 😂
Bisa
menurut saya, saya usul ada pembatasan kepemilikan lahan di perkotaan
Sekarang harga rumah emang mahal. Kebnyakan sekarang kpr bunga nya tinggi. Skrng para banker pasang suku bunga tinggi, sekarang bunga per tahun kpr nya paling kecil 7%. Flat paling 3 tahunan. Tahun ke 4 dst bisa nyampe 10%an. Jd misal kita kpr 15 tahun. Bunga kita anggap flat 7%per tahun maka 7% x 15 = 105% bahasa gampangnya kpr beli 1 rumah dgn harga 2x lipat. Belum ada bahasa finalti atau sita, belum yg kita cicil itu bayarnya adalah 20% hutang 80% nya bayar bunga cicilan. Jd emang harus mikir panjang buat kpr. Belum lg harus ada syarat pegawai tetap. Yg pegawai kontrak bnyak gagal nya di tahap interview bankernya. Yg bnr mnding nabung emas batangan beli rumah nya cash semoga sanggup
UMR/PENGHASILAN RENDAH, KEBUTUHAN POKOK NAIK, KEBIJAKAN2 YG DIBUAT PEMERINTAH TIDAK TERLALU PRO RAKYAT. Jadi emang bener udah gaada yg di harapin lagi selain hanya bertahan hidup, angan untuk membeli rumah pasti ada tapi balik lagi ke poin2 di atas itu yg bikin susah. apalagi pemerintahnya gak asik.
Sy setuju Pak Helmy, bukannya Tidak mau tapi memang Tidak Sanggup. Kepemilikan Rumah di daerah suburban Jakarta harganya 1 M up. yang masih 500 juta sudah jauh dari jakarta yang treveling timenya diatas 2 jam ke tempat kerja sekali. Dibandingkan penghasilan rata-rata 9-10 juta per bulan harga rumah 1 M sudah tidak rasional menurut saya. Dibandingkan jika ada dana Cash 1 M alangkah baiknya untuk di putar di sektor real, ikutan Plasma Sawit misalnya atau usaha penggemukan lele. Saran dari Sy mungkin di daerah Jakarta alangkah lebih baik jika ada "Hunian" sewa yang ringan di kisaran 2 juta per bulan. Bentuknya bisa jadi Apartment. Jadi Pegawai entry level bisa berhunian dekat dengan tempat kerjanya dan uang sisanya bisa untuk investasi di tempat lain, dana pensiun atau buka usaha di daerah. Untuk intervensi di bidang property sudah tidak mungkin rasanya bahkan Jika Negara turun tangan.
Masuk akal, cuma agak takut soal pekerjaan kita. Apa bisa seawet itu bekerjanya?
Memang ada yang awet karena butuh bukan karena betah.dalam arti kalau tdk bekerja mau apaan?? Ada juga yang berpikiran dan berkata kalau kerja di pabrik atau perusahaan ini terus kayaknya menjadi tua ditempat kerja.sementara orang yang berduit pada wara Wiri liburan dan hiburan.
Maaf bang semua kembali lagi dari sudut pandang masing2, jika sudah kebutuhan dengan cakup yg berbeda. Sewa kontrak dengan budget tiap bulan misal 1 jt dengan beli rumah kredit sama budget cicilan 1 jt dengan catatan rumah subsidi pola angsuran yg flat menurut saya bisa di pertimbangkan, dan semakin tahun nilai investasi naek juga khusunya poperti.
Tapi kan kerjaan kita blm tentu seawet itu bang
Kadang sebagai anak yang emang pengen nomad itu bener si wkwkwk tapi masih tetep pengen nikah sebagai orang islam
benar sekali pak helmy apa yg sudah anda kemukakan sangat relevan dengan keadaan sekarang.
semoga ada program pemerintah selain rukah subsidi mungkin kebijakan baru untuk KPR yg lebih terkangkau sehingga yg mereka penghasilan masih 2 jtan bisa lbh optimis akan bisa beli rumah.
Perekonomian yg tidak pasti juga jadi faktor pak
Makin modern biaya hidup makin mahal harga rumah makin tinggi, org2 mengihndari ounya banyak anak, jumlha oenduduk berkurang rumah2 banyak kosong, rumah2 jadi murah, siklus
Terimakasih pak
Dapat materi
Setuju dgn opini Pak Helmy, dan satu lagi MUNGKIN Karena Duitnya kebanyakan di bawa ke luar negeri oleh mereka dan para pengusaha. Jadi yg sanggup beli ya yang banyak duit hasil jadi TKI atau kerja di Perusahaan PMA😂
100% valid apa yang disampaikan pak helmy, btw saya masih umur 25 tahun dan hampir semua (95% lebih) perkataan beliau benar ttg apa yang ada di pikiran saya
Bener bgt pak..terutama yg punya byk uang menjadikan rumah investasi..akhirnya harga rumah bubble dan pemerintah hanya jadi penonton..kasihan generasi muda..
Saya juga gak kuat kalau harus mikirin utang ber-tahun-thn.. Rasanya pasti beban sekali pikiran. Alhamdulillah Allah kasih kelancaran rizki, utk saat ini ngontrak dlu.. Sambil nabung, dan semoga Allah mudahkan utk membeli secara tunai.
Anak muda sekarang gak bakal mikir pensiun, kerjaan aja boro boro jadi tetap. Makanya mereka pilih increas pendapatan daripada dapat pensiun. Kalau di hitung gaji tinggi lebih bagus daripada dapat pensiunan tapi gaji umr.
Lebih baik cari tanah yang masih murah. Kemudian bangun rumah bertahap.
Makanya management negara harus semakin bagus, focus ke ekonomi n pajak . Kalau hasil pajak bisa mengcover kebutuhan premier pangan pendidikan kesehatan pensiun , generasi muda akan masih ada uang tersisa untuk beli rumah
2:30 saya di kalbar, UMR 2jtan, tapi faktanya kebutuhan pokok malah lebih mahal daripada di Jawa, semua barang lebih mahal daripada di Jawa baik Primer -sekunder - tersier.
Rumah juga kalau bangun jelas lebih mahal, mayoritas bahan bangunan juga berasal dari Jawa, belum lagi kondisi tanah yang akhirnya untuk membangun pondasinya membutuhkan bahan yg jauh lebih banyak dan padat
harga properti naik terus tp gaji gak pernah naik...naikpun sedikit..kenaikan gaji VS kenaikan properti gak sepadan
Sekarang era kerja remote, bagi yang emang kerja remote sebaiknya usahakan tinggal di daerah dengan UMK rendah tapi pendapatan UMK tinggi, jadi bisa terjangkau untuk beli rumah/tanah didaerah tsb. Side hustle juga cukup mudah dapatnya, konten finansial juga udah banyak terutama mempersiapkan dana pensiun.
Bukannya tidak tertarik jadi PNS, tapi jumlah lowongannya ga sebanding dengan yang cari kerja. Nyobain setiap tes CPNS pun tidak ada jaminan diterima juga kan, jadi ya cari kerjaan lainnya yang sama-sama bagus meskipun tidak ada benefit pensiunnya. Lagipula sekarang pekerjaan makin banyak yang statusnya kontrak, tentu hal ini didukung UU Cipta Kerja yang membuat perusahaan tidak perlu mengangkat karyawan kontrak jadi pegawai tetap. jadinya benefit pensiun dan asuransi itu ga akan kita dapet. akhirnya ya kita harus cari atau loncat ke perusahaan yang ngasi benefit terbaik kan
Ya namanya pilihan hidup
Jika pnya cash & sedang mampu beli rumah mnrt gw sih tunda beli rumh dulu, alngkah lebih bijak jika kita putar uangnya terlebih dahulu, bisa bisnis atau imvestasikan terlrbih dahulu
Yes betul, setuju pak Helmi
Sebisa mungkin harus punya rumah.Insyaallah kita bakal mati tua. Tempat yang akan kita nikmati di hari tua bersama anak dan cucu kita kelak.
Menikmati hari tua di rumah ortu tidak seleluasa rumah sendiri karena ada keluarga kita yg menuntut hak.