I totally understand that using a 'joki' is wrong, but on the other hand, I'm also torn when faced with a driving license test in Indonesia that seems like it's deliberately made so people can't pass :(((
Driving license test system is corrupted to the core and some ppl literally have no choice.. but Joki involved person who willingly pay for them to do the fraud.
Menurutku calo SIM dan joki akademis itu beda. Kalau calo SIM, konon karena memang testnya sengaja dipersulit agar bayar calo, meskipun sebenarnya kita sdh mahir mengemudi. Sementara joki akademis adalah pilihan yg diambil org2 yg males dan sebenarnya gak mampu.
Naaah, from what I know, driving license test (and process) is waaaaayyyyy more difficult and complicated. Probably that's why the number of accident there is waaaaaaayyy lower.
Itulah kenapa tes SIM itu swasta saja . Sama kaya sertifikasi ngelas . Kalau joki skripsi . Skripsinya saja di buat pilihan . Di Australia juga skripsi g wajib untuk S1 . Dan tuntut di MK
Gw salah satu orang yang dipilih dosen buat masukin hasil penelitian gue ke salah satu artikel dan cantumin nama2 dosen pembimbing gw. Sejujurnya, sampai sekarang gw gak tau apakah itu hal yang baik apa buruk. Karena gue yang ngerjain penelitiannya, gue yang sidang, dan gue ngerjain laporan. Walaupun dosen gue bantu gue sekedar buat ngarahin, tapi tidak pernah terjun secara langsung dampingin.
Belum lama ini merasa gusar ketika seorang keponakan cerita tentang kegiatannya jadi joki. Yang bikin tambah pusing: ortunya penggiat dunia pendidikan. Ibunya kepala sekolah, bapaknya guru☠️☠️☠️
Komen ah kak Indah wkwkwk. Content ideation and research-mu ini adalah orang yang membangun karir akademik dengan publikasi ilmiah di jurnal-jurnal bereputasi nasional (Sinta) sejak kuliah semester 4, tetapi tidak pernah sekalipun menulis artikel ilmiah bersama dosen atau researcher berpengalaman sekian tahun, melainkan sama temenku sendiri yang masih sama-sama kuliah saat itu. Selama 3 tahun ini, aku telah merasakan betapa sulitnya dan kotornya dunia publikasi ilmiah. Mulai dari tulisan yang dibiarkan saja di editor selama 1 tahun tanpa kabar, tiba2 disuruh bayar publikasi artikel padahal di websitenya Free APC (Article Processing Charge), dan menemukan dosenku sendiri yang bergelar doktor (S3) mempublikasikan artikelnya di banyak jurnal predator (abal-abal). Aku tau sistem pendidikan tinggi kita sangat2 bobrok bahkan ke orang2 intelektualnya pun jadi keliatan goblok, tapi aku menolak untuk menjadi salah satu dari mereka. Alhamdulillah aku sekarang walaupun masih S1, tapi udah bisa jadi reviewer jurnal internasional (tercatat di Scimago), dan tahun depan akan terbit artikel internasionalku oleh jurnal legendaris milik BRILL, Belanda. Kalo ada yang mau aku ajarin bikin artikel atau skripsi atau sejenisnya dengan kualitas yang bagus dan dirimu bisa peka dengan keadaan sekitar dan menuliskannya dalam sebuah artikel, aku bisa sediakan jasa untuk itu. Kita harus perangi academic dishonesty ini mulai dari diri kita sendiri
Saya mahasiswa S1 yg berada di penghujung pengerjaan skripsi, se sulit itu untuk saya belajar cara riset, menganalisis data dan menarasikannya dg baik di draft laporan. Se sulit itu karna saya baru menyadari pentingnya literasi, data, berpikir kritis dan sejenisnya. Selama di perkuliahan, saya belum menyadari hal itu karena lingkungan saya yg sibuk mementingkan nilai, indeks, mengerjakan tugas asal selesai dan sejenisnya. Saya merasa kesulitan sendiri juga karna merasa tidak dibimbing/diarahkan mengenai penulisan dsb, meskipun beliau masih memperhatikan mengenai hal teknis isi TA saya.
ini emng lingkaran setan bgt sih perjokian, smart people with economic problems -> tutoring/being a teacher -> the pays doesnt cover their daily needs/necessities -> the usually rich student/better economic background than the teacher doesnt really hold integrity and want a shortcut (joki)-> the teacher sees it as opportunity because it gives additional pays -> win win solution jadi kuncinya ada di individunya sih ttp, kalo mrk hold integrity and meritocracy this wont happen
Tbh, jika kalian sudah lama bergelut dan bergelimang (memahami hitam - putih) dalam dunia akademis (global). Sebenarnya, integritas dunia akademis (secara global bukan hanya di konoha) sudah lama "runtuh". 🤭
Di beberapa negara iya . Namun masih banyak juga negara yang integritas akademiknya tinggi . Untuk meminimalisir nya . Ada juga universitas di negara maju yang S1 nya tidak mewajibkan skripsi namun bisa lain seperti magang . Contohnya di Australia
its just remind me for my chilhood😂 kelap kelip digelapnya malam ...cute imut jadi nakutin gegara ditakut2in kukunya orang mati.Kasian kunang2 yang nggak tau apa apa di fitnah keji sama manusia nggak sih 😂😢
benar banget bang ... kalau lihat kunang-kunang harus melakukan ritual kalau tidak nanti anda terkena sial , ritualnya itu anda harus kayang dengan kepala mengarah ke selatan , kaki kanan ke barat , kaki kiri ke timur baru nanti anda tidak akan kena sial
I totally understand that using a 'joki' is wrong, but on the other hand, I'm also torn when faced with a driving license test in Indonesia that seems like it's deliberately made so people can't pass :(((
I think it’s kinda different for driving license bcs the joki doesnt do the test, it is more like we "buy" the driving license
Driving license test system is corrupted to the core and some ppl literally have no choice.. but Joki involved person who willingly pay for them to do the fraud.
Menurutku calo SIM dan joki akademis itu beda.
Kalau calo SIM, konon karena memang testnya sengaja dipersulit agar bayar calo, meskipun sebenarnya kita sdh mahir mengemudi.
Sementara joki akademis adalah pilihan yg diambil org2 yg males dan sebenarnya gak mampu.
Naaah, from what I know, driving license test (and process) is waaaaayyyyy more difficult and complicated. Probably that's why the number of accident there is waaaaaaayyy lower.
Itulah kenapa tes SIM itu swasta saja . Sama kaya sertifikasi ngelas . Kalau joki skripsi . Skripsinya saja di buat pilihan . Di Australia juga skripsi g wajib untuk S1 . Dan tuntut di MK
Gw salah satu orang yang dipilih dosen buat masukin hasil penelitian gue ke salah satu artikel dan cantumin nama2 dosen pembimbing gw. Sejujurnya, sampai sekarang gw gak tau apakah itu hal yang baik apa buruk. Karena gue yang ngerjain penelitiannya, gue yang sidang, dan gue ngerjain laporan. Walaupun dosen gue bantu gue sekedar buat ngarahin, tapi tidak pernah terjun secara langsung dampingin.
Indah & Abi, thank you for this talks ❤ So much resonates with me
Belum lama ini merasa gusar ketika seorang keponakan cerita tentang kegiatannya jadi joki.
Yang bikin tambah pusing: ortunya penggiat dunia pendidikan. Ibunya kepala sekolah, bapaknya guru☠️☠️☠️
Komen ah kak Indah wkwkwk. Content ideation and research-mu ini adalah orang yang membangun karir akademik dengan publikasi ilmiah di jurnal-jurnal bereputasi nasional (Sinta) sejak kuliah semester 4, tetapi tidak pernah sekalipun menulis artikel ilmiah bersama dosen atau researcher berpengalaman sekian tahun, melainkan sama temenku sendiri yang masih sama-sama kuliah saat itu. Selama 3 tahun ini, aku telah merasakan betapa sulitnya dan kotornya dunia publikasi ilmiah. Mulai dari tulisan yang dibiarkan saja di editor selama 1 tahun tanpa kabar, tiba2 disuruh bayar publikasi artikel padahal di websitenya Free APC (Article Processing Charge), dan menemukan dosenku sendiri yang bergelar doktor (S3) mempublikasikan artikelnya di banyak jurnal predator (abal-abal). Aku tau sistem pendidikan tinggi kita sangat2 bobrok bahkan ke orang2 intelektualnya pun jadi keliatan goblok, tapi aku menolak untuk menjadi salah satu dari mereka. Alhamdulillah aku sekarang walaupun masih S1, tapi udah bisa jadi reviewer jurnal internasional (tercatat di Scimago), dan tahun depan akan terbit artikel internasionalku oleh jurnal legendaris milik BRILL, Belanda.
Kalo ada yang mau aku ajarin bikin artikel atau skripsi atau sejenisnya dengan kualitas yang bagus dan dirimu bisa peka dengan keadaan sekitar dan menuliskannya dalam sebuah artikel, aku bisa sediakan jasa untuk itu. Kita harus perangi academic dishonesty ini mulai dari diri kita sendiri
Saya mahasiswa S1 yg berada di penghujung pengerjaan skripsi, se sulit itu untuk saya belajar cara riset, menganalisis data dan menarasikannya dg baik di draft laporan. Se sulit itu karna saya baru menyadari pentingnya literasi, data, berpikir kritis dan sejenisnya. Selama di perkuliahan, saya belum menyadari hal itu karena lingkungan saya yg sibuk mementingkan nilai, indeks, mengerjakan tugas asal selesai dan sejenisnya. Saya merasa kesulitan sendiri juga karna merasa tidak dibimbing/diarahkan mengenai penulisan dsb, meskipun beliau masih memperhatikan mengenai hal teknis isi TA saya.
indah coba podcast bareng rocky gerung, he's a teacher philosophy & prof S1 - S3 UI, etc.
Otak si indah ga nyampe
ini emng lingkaran setan bgt sih perjokian,
smart people with economic problems -> tutoring/being a teacher -> the pays doesnt cover their daily needs/necessities -> the usually rich student/better economic background than the teacher doesnt really hold integrity and want a shortcut (joki)-> the teacher sees it as opportunity because it gives additional pays -> win win solution
jadi kuncinya ada di individunya sih ttp, kalo mrk hold integrity and meritocracy this wont happen
i love indah g bahas ini ❤
Tbh, jika kalian sudah lama bergelut dan bergelimang (memahami hitam - putih) dalam dunia akademis (global). Sebenarnya, integritas dunia akademis (secara global bukan hanya di konoha) sudah lama "runtuh". 🤭
Di beberapa negara iya . Namun masih banyak juga negara yang integritas akademiknya tinggi . Untuk meminimalisir nya . Ada juga universitas di negara maju yang S1 nya tidak mewajibkan skripsi namun bisa lain seperti magang . Contohnya di Australia
@@Terkini-pr1njI'm talking about Nobel laureate. 🤭
@@AlgoNudgerApaan tuh
@@negkenpKang Cilor mau tahu aja. 🤭
@@AlgoNudger ga boleh tau banget nih
Menilik kasus RS Medistra. Apakah menurut kalian perusahaan-perusahaan di konoha perlu memiliki seorang VP of DEI & Chief Diversity Officer (CDO)? 🤔
PER'JOKI'AN PUN SUDAH PERLU 'DOWIET' , , ,
kalo bikin podcast NGOTAK dong
apakah dia titisan ratu adil 🤔
Apa benar kata orang-orang kalo kunang-kunang itu kuku nya orang mati?
its just remind me for my chilhood😂 kelap kelip digelapnya malam ...cute imut jadi nakutin gegara ditakut2in kukunya orang mati.Kasian kunang2 yang nggak tau apa apa di fitnah keji sama manusia nggak sih 😂😢
benar banget bang ... kalau lihat kunang-kunang harus melakukan ritual kalau tidak nanti anda terkena sial , ritualnya itu anda harus kayang dengan kepala mengarah ke selatan , kaki kanan ke barat , kaki kiri ke timur baru nanti anda tidak akan kena sial
Bukan bang. Yg bener kukunya Godzilla
VIEWS 6000 WAKAKAKALAALALALALALALALAAWAKALALALALAL.AA