Memang negara ini masih sangat feodal. Bukan cuma di univ saja. Menurut saya, feodalisme memang bagian dari kebiasaan masyarakat indo, dan juga beberapa negara asia lainya, sedangkan, di eropa amerika, memang budayanya lebih demokratis, dan egaliter.
Bner tuh,semua aspek di indo sistem feodal, mulai dr tempat kerja, intansi pemerintahan, instansi polri sambo dan tni, bahkan di dlm lingkup keluarga kita sndiri ada😂
Bener itu.. Kuliah di luar negeri jg harus milih2... kalo milihnya Asia yaa sama aja, terutama Asia Timur... Mending eropa, atau benua amerika sama persemakmuran inggris sekalian.... Malah Malaysia sama Thailand mending loh sekarang, lebih rekomend kalo nggak mau jauh jauh... dibandingkan Indonesia yang jauh feodal....
akhirnya ada yang speak up, semoga lebih banyak orang² yang mampu untuk mendobrak pendidikan demi kebaikan indonesia... semoga saya suatu saat nanti bisa seperti jenengan,
Selamat malam, saya ASN di Rote Ndao -NTT, saya mau lanjutin S2 Dalam Negeri jadi bimbang tapi kalau di luar Ngeri bingung bahasa Inggris jelek padahal usia sudah 50 he he he
Cerdas dengan pinter lain atau beda orang cerdas bisa cepat menyelesaikan masalah, kalau orang pintar itu wawasanya luas jadi tingkat kecerdasan orang berbeda bedamaka ada tes kecerdasan, jadi orang yg baik cerdas dan pinter fibidangnya
sejauh ini, dosen yg mengajar di kampus kami baik S1 maupun S2, semuanya humble, bisa join rokok dengan mahasiswa, minta traktir makan berkedok diskusi, bahkan hal-hal yg menggambarkan kami sangat dekat. seperti contoh, kami mahasiswa bisa menodong dosen untuk tiba-tiba nyanyi di atas panggung atau hal-hal konyol lainnya. itulah yg kami dapati di kampus seni, lalu dengan video ini, saya jadi mengerti bahwasannya diluaran sana sepertinya cukup menyebalkan.
Saya guru SMA yang kebetulan dapat beasiswa LPDP S2 Ke Amerika tahun 2019 dan skrg saya sedang siap ke Amerika lagi untuk S3 dari beasiswa yang sama. Memang benar soal feodalisme ini. Semoga saya dijauhkan dari sikap seperti ini. Amin.... Edit: Jadi mahasiswa S2 di AMerika, saya merasa lebih nyaman dan mudah dalam perkuliahan karena support dari para dosen yang sangat luar biasa. Sungguh pengalaman yang sangat membanggakan dan mengubah pola pikir saya tentang dunia akademis.
@@Juwita_K_Sitorus Coba Googling aja,Bu. Beasiswa LPDP. Ada banyak informasi d Google dan Utube ttg tips buat ikutan beasiswa tsb. Semoga beruntung yah,Bu Guru.
Dosen belagu mau disembah2 Janji konsul dilempar2 jadwalnya sesuka hati, mhs sdh kyk babu tanpa hak dibimbingi dospem. Politik kampus, koruptif, dana kebersihan diakali, wc tetap jorok. Preman kampus, parkiran dikuasai preman, mhswa preman, Masuk kedokteran, fakultas favorit, jalur jendela, ratusan juta
betul nih. harus viral ini konten. Biar dosen dosen di masa depan lebih demokratis. Sama punya pengalaman serupa tapi tak sama. Tapi bener2 jegeg dengan kenyataan yang ada
Saat ini saya lagi S2 di Indonesia, dan Tesis saya jg beririsan dengan mahasiswa S3. Yang saya alami sekarang Spv menggangp mahasiswa pasca itu sebgaai BuDaK mereka. Pas bimbingan gak solutif tp tuntutannya banyak bnget. Semoga bisa ada rejeki S3 diluar aja. Lagi berusaha untuk ngejar itu. Minta doaanya saja
Tidak di dunia kampus saja..di semua lini kehidupan di indo masih banyak berbau feodalisme...saya masih ingat msh sekolah di tingkay SD..guru saya pilih kasih sama murid..
Guru nya perempuan Anaknya di istimewakan Guru SMA punya adik yg sekolah SMA Dpt beasiswa😅😅😅 Sekarang udah jd guru 😅😅😅 Kalo ditanya Jawabnya karena allah 😅😅😅😅😅😅😅😅
disini sidang skripsi saja masih pakai marah marah. padahal biasanya mahasiswa yang tuntas menulis ratusan halaman itu lebih paham skripsinya dibanding pengujinya. dari sini sudah terlihat bibit tidak bagus, apalagi di tingkat s2 s3.
Di sana S1 cuma 120 SKS kecuali Engineering dan tak perlu Skripsi. Kalau mau bikin Skripsi S1 boleh2 saja spt Hillary Clinton yang bikin skripsi (senior thesis) waktu kuliah di Wellesley Collage.
@@truckinglines6265 Skripsi S1 itu memang mesti dihapus karena dahulu Skripsi diwajibkan bagi mahasiswa program Sarjana Lengkap (5 tahun) yang lulusannya bisa langsung mengambil program Doktor (Program 2 Jenjang). Sekarang Indonesia sudah beralih ke Program 3 Jenjang mengikuti Amerika (S1, S2, S3). Di Amerika mahasiswa program S2 jalur akademik diwajibkan membuat Thesis dan S3 membuat Disertasi sebagai kelanjutan dari Thesis S2.
*Menit 01.10 dst.* *Doa dan harapan saya ada dua yaitu ;* *1) Semoga Bung Fikri ini selalu sehat dan nanti dapat jadi dosen atau profesor di perguruan tinggi dalam negei. Baik strata 1 maupun strata 2.* *2) Semoga Bung Fikri nanti dapat merintis suatu lembaga studi strata 1 atau strata 2 di dalam negeri.* *3) Atau kefya-duanya.*
Saya harap KPK harus terjun ke sekolah sekolah mulai dari SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi negeri, ingat negeri, coba dulu masuk intelijen negara ini supaya tahu apa yg terjadi di sana
Orang Cerdas disarankan memang untuk punya mimbar atau wadah untuk mereka bisa sharing ide ide dan pemikiran mereka. Kalau gak, bisa tumpah ruah. Yang seperti ini, tentu sangat bagus sekali. Uda fikri ini, mashallah Termasuk Pemuda reformis. Gerah melihat saat banyak anomali beredar di dunia akademik. Jadi ingat para tokoh tokoh Pemuda Indonesia, yang cendekia namun ttp gak tega melihat Pribumi ditindas para Kolonials. Kami dukung channel ini, Inshallah. Semoga memberi dampak besar bagi pilar pilar dan ekosistem pendidikan Indonesia yang lebih baiklah for the future. Abad ini Generasi kita... Mari bangun Peradaban Nusantara kita lebih berdaya saing dengan Kualitas Pemuda yang ber-dampak!!! Pendidikan itu hanya Wasilah Buahnya adalah DAMPAK, KONTRIBUSI. Sehat sejahtera selalu, Uda Fikri Your sister
Betul. Kampus di indo masih byk bermental feodal, bukan cuma dosennya tp jg pegawai kampus. Dan sy bandingkan dgn kampus luar negeri mmg jauh beda. Wajar negara kita tertinggal karna mental feodal ini.
@@mawbiru4760 iya mas, saya punya pengalaman WA saya diblokir 5 bulan sama dosbing 1 dan diusir waktu coba saya temui langsung di kampus, diadukan ke rektor juga dicuekin. Akhirnya saya tinggal bisnis aja daripada pusing :v Kalo beneran kepengen kuliah mending keluar negeri cari beasiswa.
Kadang yang membuat saya tidak nyaman kuliah S1 di dalam negeri bahkan termasuk kategori kampus favorit adalah kapasitas mahasiswa di dalam kelas yang terlalu banyak, sehingga pembelajaran tidak efektif. Selain itu tuntutan publikasi jurnal untuk akreditasi yang bahkan hampir semua mata kuliah menuntut seperti itu. Ditambah lagi konversi mata kuliah yang sulit dibanding universitas lain di Indonesia, kemudian adanya ketidakjujuran mahasiswa saat melakukan ujian karena budaya kita mengutamakan angka seperti IPK. Dan yang terakhir baru saja kemarin saya ketahui adanya kecurangan dosen mendukung mahasiswa untuk konversi KKN padahal sebenarnya tidak ada kegiatan nyata yang dilakukan. Miris sekali
Hi saya kuliah S2 di Eropa.. dan penyesalan terbesar saya adalah kembali lagi ke Indonesia sebelum melanjutkan PhD di Eropa. Ketika saya kembali ke Indonesia, saya melihat istri saya sedang berkuliah dan merasa jijik dengan pendidikan di salah satu University di Indonesia.
Sekalipun saya S1 & S2 di Indonesia, tapi kurang lebih sepakat dengan argumen Mas nya di video, hanya memang tidak bisa digeneralisir secara sederhana 🙏
Bener banget, saya ngerasain sendiri sejak sekolah, dimana ketika siswa speak up kepada guru maka nilainya langsung dijeblokkan padahal nilai saya waktu itu 10 terus. Penilaian yang tidak objektif dan feodalisme yang tinggi, makanya saya dukung Timothy Ronald dimana dia bicara masalah pendidikan.
Dozen ilmu gizi dan pangan Gak tau kalo kedelai itu 90%import semua 😅😅😅😅😅😅 Gue ketawa dulu Itu dosen kerja nya apa??? Dah dari jaman suharto Kedelai import 😅😅😅😅😅 Konyol dosen minim ilmu
pengalaman rakan saya kuliah di indo.sebelum pulang ke msia dia mohon transkrip.ngak bisa katanya.kemudian rakan mengeluarkan uang.terus jawapan ,bisa.😂
Proses Pembelajaran dan Pembudidayaan Kultur Budaya Akademis di lingkungan Pasca Sarjana untuk meraih dan merawat Infrastruktur Keilmuan mari Bersama sama kolaborasi di lingkungan PTMuhammadiyah dan Aisyiyah melakukan Penguatan Sistem Perbaikan Internal Pendidikan Pasca Sarjana S2 dan S3.Untuk Prioritas Hilirisasi Keunggulan Manusia di akademi S2 dan S3
Saya seorang guru SMP. Benar, kita terbelenggu dengan budaya feodal. Bahkan dikalangan guru, ada budaya senioritas yg kental. Guru yg sangat senior lebih sering dipertimbangkan pendapatnya dan mempunyai kekuasaan yang besar dari pada guru yunior walaupun kinerja dan kemampuan guru senior tersebut jauh dari guru yunior. Sangat memprihatinkan.
Gerakan Kultural Akademik di lingkungan PTMUHAMMADIYAH AISYIYAH memulai sejak awal Pembangunan Infrastruktur SDM dalam Peningkatan Kwalitas S2 dan S3 . Intensitas Intensif Perbaikan Kwalitas Didik dan Kwalitas Pengajar serta Kwalitas Penghasilan Pendidik wajib di tingkatkan ❤❤❤❤❤❤
Ini gara gara kebijakan Pemerintah mengenai PTN yang sebelumnya adalah BHMN (Badan Hukum Milik Negara) menjadi PTN BH (PTN Berbadan Hukum) dimana PTN diberikan keleluasaan mencari dana tambahan untuk pengelolaan kampusnya, tetapi pada kenyataannya, hal ini dimanfaatkan oleh PTN PTN untuk mengeruk sebanyak banyaknya keuntungan dengan membuka jalur mandiri dengan tarif yang ugal ugalan yang belum pernah ada dalam sejarah sebelumnya. Selain itu dengan status sebagai PTN BH ini, dimanfaatkan PTN PTN untuk membuka berbagai mavam program studi dengan kuota penerimaan mahasiswa jalur mandiri yang ugal ugalan jumlahnya, sehingga hal ini dapat dengan mudah mematikan PTS PTS kecil, bahkan dapat membuat PTS PTS kecil gulung tikar, namun sepertinya pemerintah tutup mata mengenai hal ini
Jadi teringat...Kok aneh jg ya ada universitas negeri yg membuat sulit lulusan Magisternya... misalnya ambil ijazahnya yg sdh selesai perkuliahan dan meja hijau...wajib up load jurnal di Sinta2...yg itu saja sdh menyulitkan mahasiswa dan orang tua wira wiri nyari link yg bisa bantu ngurusin yg jelas perlu uang jutaan, sdh uang kuliahnya mahal... malah sdh lulus pun dipersulit lg..kan ijazah itu perlu utk melamar pekerjaan yg terkait pula dgn waktu ..jika dikaitkan dgn penerbitan jurnal kan makan waktu lama lg..biaya lagi ...kok seolah ada kesan "kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah"ini paham yg bertentangan dgn ajaran Islam; "Yassir wa laa tu'assir" mudahkan jangan dipersulit... mudah mudahan para dosen pengambil keputusan itu diberikan petunjuk oleh Allah SWT... sebaiknya kan kalau ada niat memberikan kemudahan utk para lulusan nggak mesti up load jurnal di Sinta2 kan ada Sinta3 dan 4 yg fasilitasnya juga utk menginformasikan bahwa lulusan universitas tsb memiliki kompetensi keilmuan yang sesuai dengan tingkat pendidikan nya
SDM Indonesia hrs diolah jd SDM Unggul !!! Krn Alam Indonesia sangat mndukung SDA kaya raya .... Alamny nyaman.... Bangun ... Semangat ...!!! SSSS.... Ir ... Profff .... Pakar ..... Gosok SDM kita agr lbih dr Kita ....
Saya hanya S1 namun saya sangat menggemari dan menekuni ilmu yang saya miliki tahapan demi tahapan. Sehingga, tanpa bermaksud sombong, saya benar-benar menjadi ahli di bidang yang saya gemari. Di umur 15 tahun saya sudah bisa membuat robot, walaupun cuma kepala doank yang bisa tengok kanan dan kiri. Di umur 16 tahun saya sudah bisa membuat roket terbang melintas ke langit walaupun gak setinggi awan tapi saya bisa. dan sekarang di usia 40an pelajaran coding saya libas hanya dalam waktu 1 tahun dan saya sudah bisa membuat program komputer yang bermanfaat. Tetapi, karena saya tinggal di Indonesia dunia seakan-akan tidak tahu.
Anda tinggal di Indo ....tidak ada yg tau ....tapi jerih payah & karya anda...para Malaikat & Allah mengetahuinya & ssbagian teman2x anda....tetap jadi kebanggaan & milik anda...tidak ada yg sia2x dimata Allah& orang2x yg tau menghargai karya orng lain.....teruslah berkarya untuk anak cucu...Tuhan memberkati....Amin.
Ekonomi saja tidak cukup... Kuliah itu perlu mental dan kemampuan adaptasi yang membuat berkembang... Lihat mahasiswa yang drop out karena tidak mampu mengikuti kehidupan di kampus
Lingkungan feodalisme diperparah oleh gaya hidup yg ditopang oleh hutang. Bayangkan banyak guru dan dosen hampir 90% gaji nya habis untuk cicilan. Yg dilakukan bukan memperhatikan murid/mahasiswa tapi cari objekan
Sangat mencerahkan sekali. Memang praktek feodalisme ini bisa menghambat proses perkembangan ilmu pengetahuan karena adanya penindasan dari atasan karena harus manut atau ikut yang punya kuasa. Justru ini yang dihadapi oleh negara barat di abad pertengahan sehingga muncullah renaissance di Itali. Dari situ ilmu pengetahuan yang diagungkan bukan teologi belaka. Jadi pencerahan di negara barat itu berdasarkan trauma masa lalu di abad pertengahan. Indonesia sepertinya belum cukup jera dari efek feodalisme ini karena yang ikut atasan dimanjakan. Karena sudah nyaman akibatnya tidak ada yang melawan.
Sepakat mas. Praktik feodalisme hanya menciptakan generasi-generasi pengecut, penjilat, dan manja. Sampai kiamat feodalisme tidak akan membuat negara ini maju-maju
@@fikriyanda betul bang. Ini juga bisa direfleksikan dalam politik Indonesia. sudah hampir tidak ada kata oposisi karena tidak ada yg berani melawan. Harus ada gerakan underground utk membangunkan negara kita ini. sama seperti awal-awal gerakan Renaissance yang dimulai dengan gerakan underground.
Betul sekali mas. Cukup Undergraduate aja yang di Indonesia, master ke atas mending di LN karena feodalisme di kampus indo menurut saya masih kental sekali. Terima kasih banyak sudah speak up dan mewakili beberapa mahasiswa/i yang merasakan hal ini. Semoga dimulai dari suara masnya ini, di masa depan akan ada perubahan makro untuk pendidikan di Indonesia.
Saya di UI... PPS Sosiologi... tidak feodal... awal th 2000. Kuliah bisa sambil makan bareng dengan dosen. Panggil dosen mas... waktu itu....juga Ok. Penguji bahkan dorong untuk ambil S2 dengan beasiswa DAAD... Bimbingan enak... Fisipol UGM juga nyaman.... waktu itu...th 80-90- an...
Pemerintah dalam hal ini memang tak ingin kualitas pendididikan meningkat. Alasannya sudah tahu kualitas alumni kita tak bisa bersaing masih saja membiarkan beberapa perguruan tinggi mencetak S1, S2, dan S3. Memalukan sekali.... Harusnya gelar diatas punya kulaitas lebih dalam melaksanakan tugas baik sebagai guru atau sebagai tenaga adminstrasi. Tapi faktanya malah ada banyak alumni SMK yang lebih hebat kerja dibanding S1, S2, dan S3. Sangat beda kualitas alumni luar negeri. Tapi pemerintah cuma melakukan diklat, yang katanya untuk meningkatkan prestasi kerja. Bagaiman mau meningkatkan kinerja kalau semasa di SMA, dan perguruan Tinggi tidak disuguhi pembelajaran yang berkualitas. Ia pastilah hasilnya mengecewakan. Begitu banyak dana APBN untuk pendidikan tapi tidak dimanfaatkan untuk mencetak tenaga guru atau dosen yang berkualitas. seandainya saja sebagian kecil dana pendidikan itu dipakai untuk beasiswa calon guru dan dosen belajar ke negara yang maju pendidikannya, maka saya yakin tidak akan butuh waktu lama untuk merubah kualitas pendidikan di negara kita. Tapi apa daya... Dana pendidikan cuma digunakan untuk proyek diklat, Bos, dan kegiatan lainnya yang tidak terlalu penting.
Terima kasih yak , informasi yg mata hati terbuka untuk semua , baik prof2 atau dosen2 , para pembimbing juga yg lagi mengikuti program2 , mahasiswi siswa
Kadang dosen pembimbing msh ada rasa like dislike, shgg terjadi ketidak obyektif an dlm pembimbingan shgg timbul perbedaan nilai & lamanya kelulusan masing2 mahasiswa.
Waa.. di sini kelihatan nya semua warga sarjana S1 S2 dan S3 aja yang ambil bahagian dalam perbahasan.. aku cuman sarjana S1 aja dari UNTAN Kalbar 1995 - 1997. Dulu diawal 2000an ada mood lanjutin S2 tapi skrg udah hilang mood nya.. trus jadi TKI aja di Sarawak sebagai Mandor di Pan Borneo Highway Sarawak.. hahaha Insyalloh aku juga bisa berbahasa Inggeris sebagai bekalan bekerja di negara tetangga. Sikap feodalisme itu mmg ada di kalangan Dosen2nya sejak dari jaman 1980an walopun kuliah S1.. apa lagi kalo kuliah S2, S3.
mengambil jalur S2 / S3 di sebuah PTN di Jabar, seberapapun anda berusaha untuk dapat A , anda tetap akan diberi nilai C, meskipun absensi anda full, kecuali anda pejabat / istri pejabat, meskipun anda tidak pernah hadir, anda dapat nilai A. padahal kan anda bayar juga.😂😂😂
Betul sekali. Hanya mahasiswa2 dari bumn atau dari instansi (terutama yg bisa memberi projek2/kerjaan pada profesor pembimbing) yang akan dimudahkan dan bisa lulus tepat waktu. Menyedihkan memang .... 😂
betul sekali perkuliahan pasca sarjana di indonesia jaman sekarang feodalisme parah dulu saya kuliah 2 kampus tp masih aja ada dosen yg gk ngajar di jabwalnya padahal mahasiswa bayar kuliah mahal tetapi saat mahasiswa telat dikeluarkan dari sks, kebanyakan tamatan S2 jatuh ujung-ujungnya jadi dosen dan S3 jadi kepala kampus, perusahaan lebih memilih tamatan dari luar negri
Menempoh pendidikan S2 apa S3 kadang di buat kesempatan untk jenjang cari jabatan kedudukan ( uang ) belum tentu mutunya baik, yg penting sdh punya simbul S2/S3. Nantinya jangan buat untuk men diskriminasi. Sebaiknya pendidikan di negara kita mendidik kejuruan, keahlian, skil yg bagus yg penting punya sertipikat ke ahlian sesuai dg jurusannya yg bermutu.
Saya pernah berdebat hebat dengan dosen bahasa inggris saya dengan pronunciation sampe muak dan saya keluar dari kelasnya beliau. Argumen saya waktu adalah TIDAK ADA PENGUCAPAN BAKU DALAM BAHASA INGGRIS, karena tiap negara itu berbeda kultur, lagian di Inggris pun kalo kita berbicara dengan orang manchester, liverpool dan daerah lain pasti beda artukulasi. Sampe nilai dikasi C lho waktu itu., padahal saya sangat fasih berbahasa inggris. Jurnal dosen lain pun saya kerjakan dan puji Tuhan tembus semua tanpa ada koreksi grammar atau diksi yang salah. Saya waktu tidak ikut skripsi karena lulus tanpa ikut ujian🎉 Kritik saya kepada dosen2 di Indonesia agar lebih pinter lagi dan harus open minded. Percuma kuliah di luar negeri dan jadi dosen kalo balik masih pake cara feodal😂
se 7 pak ,ini fakta yg sy alami ,itu hak bpk brpndapat ,koment bpk tntang anjuran itu trbukti ,sy br audiensi dngn org yg memiliki titel s2 maa syaa Alloh , kibrnya luar biasa,
Betul sekali apa yang diutarakan, karena saya punya anak menempuh pendidikan S2 di luar negeri merasa lebih nyaman, enjoy & alhamdulillah sekarang sudah selesai tetapi tetap memilih bekerja & menetap di luar negeri sampai saat ini
Levelnya masih lebih baik ketimbang di pondok agama atau yang berbau militer, baik militer penuh maupun semi militer Saya jadi skeptis kelak mau mondokin yang kuat agamanya.
@@worldnews2660 Saya hanya berbagi karena pernah sekolah 12 tahun negeri yang cukup bagus + les di luar, tiba-tiba downgrade lingkungannya untuk mengembangkan nalar dan critical thinking, syuuuliitt karena feodalismenya, tapi bukan kapitalisme waktu itu. Kalaupun orang lain mau menjurus ke teologi ya tidak ada larangan juga, siapa tahu orang memang minat haha.
Di duga disini jd bandit lbh bisa maju contoh diduga bisa jadi DPR,jadi Pemimpin dan pelasana negara dan mencalonkan diri bahkan ex napi, ga perlu kuliah²,,bha...ha..ha jd bgi ortu² cukup didik jdi bandit bisa berkelangsungan hidunya apalagi tidak beretika dan berani jadi munafik sgt mantapni dugaan saya dan menurut saya ya?
Saya sependapat dgn anda sebab kebetulan saya juga lulusan perguruan tinggi Teknik di Rotherdam Belanda kurang lebih 6thn yg lalu, dan saya sdh bekerja di prusahaan terkemuka di Belanda, yaa betul saran bro kita ini, kalo bs usahakn study di negara maju saja, karena terkadang juga setelah lulus ada kok yg nawarin kerja di prusahaan di negara tempat kita menimba ilmu contohnya saya ini.
Saat ini saya S2 di indonesia Pak, ingin nya diluar negri, tp sudah berkeluarga, repot sama anak, sudah ada kesempatan S2 aja sudah alhamdulillah..tp saya setuju S2 diluar negri itu best option
@@fikriyanda jujur, alasan ambil s2 ini bukan karena gelar, tp ingin mengerti bagaimana berfikir akademis, harusnya diluar negri, tp keadaan lg tidak memungkinkan dn kesempatannya cuma ini..😅 yg saya benci tugasnya banyak bener bukannya diskusinya yg banyak, buat adik2 kalau masih ada keluasan waktu maksimalin..
@@nucikoabdulhalim betul mas. Sebenarnya, bukan karena tugasnya. Tp tugasnya relate gk dg kompetensi yg hrus kita miliki. Dan tentunya sesuai kemampuan dan kadar pemahaman mahasiswa. Ditambah, tugas yang dibimbing. Bukan yg dilepas begitu saja. Lalu, disalah-salahkan kemudian. Ini kan keterlaluan namanya.
@@fikriyanda pak, saya selama sekolah dari SMP sampai kuliah tidak pernah ikut organisasi. Apakah bisa berpeluang lulus administrasi untuk LPDP? Kalau IPK saya lulus sangat memuaskan tapi dari univ swasta. Apakah masih berpeluang untuk LPDP? Saya Dari teknik kimia dan ingin lintas jurusan ke S2 sains fisika. Saat ini saya mengajar fisika di lembaga, saya sangat suka fisika. Dulu kuliah cuman keliru ambil jurusan tapi saya bisa mengikuti. Ini menurut bapak gmna ya? Mohon sarannya pak...
Sepanjang seseorang merasa memiliki kekuasaan bukan merasa fasilitator disitulah muncul feodalisme dan semua sektor seperti itu yang kita rasakan namun tetap juga hrs menjunjung tinggi tatakrama sebagai budaya kita orang timur junior menghormati senior mahasiswa hrs menghormati dosen karena prinsipnya menghormati guru insya Allah ilmu yang kau dapat dari gurumu bermanfaat dan berkah
Selama saya kuliah di ITB, dosen dosennya egaliter. Mereka satu menit pun haram telat datang ke kelas. Ketika deal buat janji, maka emang bener2 deal buat janji ketemu. Mereka menerima ruang untuk mendebat ketika di kelas mengenai konsep, dll ...
Kalo s2 dan s3 ,sosial dan ekonomi sih ,ngak masalah kuliah di indonesia,tapi kalo jurusan teknik atau pun ipa ,ngak usah di indonesia ,ambil di negara maju,karena lebih terpakai.
Saya setuju sama argumennya dan pendspatnya, cuman di 3 menit pertama, mohon maaf mas terlalu banyak mengeluh. Biarkan saja haters haters itu mah. Justru menurut saya, kalau bikin konten yang begini langsung aja ke topik pembicaraan nya aja. Kemudian kalau bisa mas, dicari pakai data dan ngga pakai pengalaman mas dan temen temen. Emang bener itu bisa dijadiin bukti ilmiah, tapi tidak valid. Sama mungkin bisa ditambah ilustrasi dikit dikit aja mas. Mungkin mas bisa contoh guru gembul, dan semoga bisa sesukses beliau. Salam sukses selalu mas. ❤
Setuju. Sy pernah kuliah S3 di salah satu PTN. Ternyata dosen2 nya ilmunya kurang memadai....jauh dari harapan. Nama PTN nya sih keren tapi dosen2 nya tidak bagus komunikasi dan juga mengajarnya. Sy sempat konflik dengan Dosen Penguji S3. Sy tdk mau kalah, akhirnya sang dosen mengundurkan diri sbg dosen penguji.
Halo pak fikri, saya kebetulan pernah kuliah pasca di Indonesia (1 semester) dan di luar. Saya kurang lebih setuju sama argumenya. Perlu ditambahin juga masalah "pemaksaan" penulisan paper sebagai syarat kelulusan khussunya untuk magister. Belum lagi kalau dipaksa minimal Q1 oleh dosen 😂😂. Kadang malah masuk ke predatory soalnya. Kuliah di luar, penting untuk merasakan penelitian yang relevan dengan industri. Kalau di indonesia kadang kita penelitian untuk mensolve masalah yang kita buat sendiri. Untuk LPDP, saya secara pribadi kurang setuju jika LPDP ini alokasinya agak "ngasal". Kuliah keluar negri memang sebaiknya, tapii harus dilihat juga apa tujuan atau planning kedepan dari si calon mahasiswa ini terkhusus untuk S2. Kalau memang sudah diarahkan menjadi dosen atau PNS fungsi tertentu, saya sangat setuju. Untuk S3 saya masih oke. Tapi akhir akhir ini cenderung "murah" dan belum tentu calon mahasiswa ini ketika pulang ada pekerjaan atau penelitianya yang sejalan kebutuhan negara. Saya lebih setuju jika uang LPDP ini digunakan untuk membelikan alat riset/membiayai BRIN.
Mantap mas. Kebetulan saya juga sudah membahas tentang kewajiban publikasi scopus ini. Dan saya menyarankan agar kewajiban ini dihapus. Ini saya bahas di episode ke-4. Sila membuka kanal saya untuk lebih lengkap.
Terkadang jg publikasi Scopus dimanfaatkan dosen untuk mendapatkan insentif selain untuk kredit dosen dan kampus.... Dan secara tidak langsung, mereka memberdayakan mahasiswanya untuk itu.. tak urung mahasiswa banyak diteror untuk ini, nggak sedikit juga mahasiswa S1 dan S2 ditargetkan untuk ini... mahasiswanya malah dituntut untuk menulis publikasi jurnal, sementara kredit, authorship dan lain lain diambil oleh dosen yang bersangkutan... Malah untuk mahasiswa S1 sama S2 malah lebih baik difokuskan untuk magang dan industri, untuk tahun terakhir... karena lebih relevan dan dibutuhkan dibandingkan tugas akhir yang ujungnya untuk kredit dosen yang males nulis.. walaupun biasanya ide dan proposal penelitian itu dari dosen, akan tetapi tidak sedikit juga dosen2 yang mengklaim, mencopy dan memparafrase penelitian yang idenya berasal dari mahasiswa.... Seharusnya secara etis.. mahasiswa jg berhak mendapat kredit berupa authorsip dan insentif yang diperoleh dosen.... Dan apakabar asisten peneliti kontrak dan intership yang digaji kebanyakan dibawah UMR tapi diperas habis habis dengan jobdesk yang harusnya dilaksanakan oleh dosen dan para peneliti di BRIN saat ini.. mereka hidup dengan gaji yang jauh dari kata layak dibandingkan buruh pabrik dengan mengharapkan lowongan CPNS dan P3K... Sementara mereka yang berkarir di dunia akademik menghabiskan waktu dan biaya yang nggak singkat dan banyak... Saya setuju dengan pendapat @user-ce2cg6ow3w, LPDP agak blunder masalah alokasi beasiswa dan persyaratanya.. Lebih bener fokus ke BRIN saja yang selama ini biaya penelitian makin ngepresh dengan waktu kegiatan dan audit atau monev bagai dikejar maling... Sehingga kegiatan dan output riset nggak maksimal... Yang kuliah di Luar Negeri ada kalanya nggak langsung pulang sih.. mending kerja di LN sambil bawa link kerja sama untuk bisnis, riset atau funding ke Indonesia.... karena di Indo agak susah, terutama masalah riset.... kalo berkarir di Indonesia agak sulit... gaji jg nggak bgitu layak dan nggak dihargai.. investasi dan dana hibah dari Indo nggak banyak dan terbatas... Itu unek unek saya... Terlebih saya pernah bekerja di dunia riset akademik terutama di bidang biological science dan biomedicine (kedokteran) yang feodalisme nya sangat kental...
Walau saya gak pernah kuliah,tapi saya pernah denger cerita dari anak saya,perguruan tinggi di Indonesia memang begitu,dosennya terlalu ingin di hargai
Saya rasa banyak disana ingin juga berkomentar tp krn kita adalah korban dr feodal, diam dan tdk bersuara dr pada menanggung resiko itu lbh aman , banyak korban korban yg lbh parah drpd hanya sekedar yg dikemukakan diatas . . .. . Terimakasih banyak yg sdh berani bersuara . . .. 👃👃👃👃
Betul sekali mas. Mereka tidak berani bicara karena banyak hal. Pertama, karena mereka sudah lulus, maka mereka tidak mau berurusan lagi dengan dosen dan kampus feodal itu. Kedua, karena mereka belum lulus, kalau mereka bersuara, bisa-bisa itu berdampak kepada kelulusan mereka. Ketiga, buat yang sudah lulus dan berkarir sebagai dosen, takut nanti berdampak kepada karir mereka.
Dosen di Indonesia banyak yang dari Luar Negeri. Kenapa pas jadi promotor dan pembimbing tidak bisa membawa kebaikan disana? Salah satu alasannya, atmosfer akademik belum berjalan baik. Para profesor dan dosen tidak bisa menjadi lokomotif, malah sering numpang riset mahasiswa. Belum lagi ada Sempro, Kompre, Semhas, dll yang harus ngundang dan nyediakan konsumsi dan godybag oleh2. Univ besar di Indonesia pun melakukannyaa. Apalagi yang lainnya.
Sedih ya. Seharusnya, dosen-dosen dan profesor-profesor alumni LN itu membawa angin segar dan perubahan pada dunia dan sistem pendidikan ke arah yang lebih baik, demokratis, akademik, dan ilmiah. Bukan malah terus melestarikan budaya feodal dan kolonial. Rugi kuliah jauh-jauh dan mahal-mahal ke luar negeri, apalagi kalau kuliahnya dibiayai negara 😢
indonesia butuh generasi penerus yg pinter dan cerdas....cetak generasi milenial dgn biaya kuliah yg tdk mahal...kadang biaya kuliah mahal setelah lulus susah cari kerja...sekalipun kerja gajinya tdk sesuai dgn gelar dan biaya yg dikeluarkan...tolong Presiden dan pemerintah...diperhatikan
Saya setuju pengalaman kang Fikri dan teman-temannya ini fakta, dan memang ada benarnya. Namun tentunya sampel yang terlalu kecil kalau dijadikan basis induksi yang mengklaim inilah "pendidikan indonesia". Sebaliknya juga, menganjurkan kuliah di LN, rasanya itu juga proses deduksi yang tak kuat. Makanya biar obyektif, sampaikan juga sampel untuk opini ini diambilnya di mana (kuliah di indonya dimana, kuliah di LN mana yang diintip?).
S1 dan S2 kena apes dapat Dospem yang luar biasa, sampai dosen lain dan dosen PA hanya bisa geleng-geleng kepala, karena sang Dosen punya jabatan dan termasuk dosen senior di kampus.
Luar biasa mas.....sependapat sekali....kuliah di dakam negeri mahal, banyak tugas, susah lulusnya, ketika bimbingan dosennya terkesan sulit dihubungi, seperti diakali agar lulusnya gak buru buru agar lulusnya lama sehingga bayar ke PT nya banyak....
Pola pikir hal yg mendasar jadi kebutuhan utk disehatkan, lihat merekrut aparat, lihat cara merekrut asn, lihat cara mengangkat pejabat, lihat cara memperlakukan rakyat lewat politik, lewat hukum, lewat pendidikan, agama pun dijadikan komoditas empuk utk mengeruk cuan, entah ini sdh jadi budaya, atau memang dibudayakan, sampai kapan regulasi itu tercipta dgn adil, sampai kapan penyadaran akan adab itu berlaku, yg kaya akan semakin kaya yg miskin tdk boleh jadi kaya, tapi ada juga kaya tp jiwanya miskin
Atur saja MAs- berdebat tak ada gunanya-syering your ideas itu hak anak bangsa ya Mas--percaya juga tidak-mau percaya juga boleh la karena sudah ada suara yang bunyikan Mas--sangat bagus ide yang diciptakan untuk menggandakan pendengar dan komentator yang memang suka dengar---salam ya Mas--sukses sebagai konten kreator ya Mas....Mas Pasti S2 dan S3nya di negara yang pasti berlawanan semua situasi yang ada di negara tercinta kita Mas...salam
Orang itu klo dinegaranya sendiri suka manja, suka dipermudah tp klo dinegeri orang mereka semangatnya tinggi karena jauh dirantau. Maka kultur sebenarnya berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang
Saya pikir, pada umumnya yang masih menganut feodalisme adalah dosen tua atau yang termasuk generasi baby boomers. Di tempat saya kuliah S1 di Unpad dan S2 di UI feodalisme tidak terlalu terlihat. Bahkan yang dosen-dosen muda cenderung lebih egaliter dan mau berdiskusi dengan luwes. Memang betul, saya mendengar di beberapa kampus di dalam negeri, budaya feodalismenya masih kental.
Dari Pengalaman sya S2 di Ausie dan NZ, mmg rasa setara atau egaliter mmg terasa. Dosen srg mengajak ngopi stlh bimbingan thesis dan mrka sangat mudah ditemui dgn janji. Ada jam kantor dosen khusus menunggu mhswa mengklarifikasi yg blm jelas. Cuma sya s1 di Jogja sya merasa kampus sya tidak terlalu feodal. Mmg ritualisme di kita ini agak parah. 😂
Jangan silau dengan pendidikan luar negeri. Lihat dulu peringkat dunianya sebagai indikator kualitasnya. Kalo univ di luar negeri secara peringkat masih di bawah UI, ITB, UGM, IPB, ya jangan. Percuma saja, jauh2 kuliah di univ ecek2...
Saya Follower baru pak.. lanjutkan sharing nya. Semoga saya bisa mengikuti jejak bapak. Sehat selalu.. Itu yg pada ribut kok nggak notice ya,ini kan POV, namanya POV ya bisa beda tiap individu.. ngapain diributkan..😅 cukup share pengalaman sendiri, mungkin beda dg yg di video ini, tapi bisa disampaikan argumen kontranya/pengalaman yang berbeda nya
Saya sepakat dengan Anda. Sedikit saya tambahkan, feodalisme itu berakar pada ketidakseimbangan relasi kuasa antara yang satu dengan yang lain, ada yang lebih punya kuasa atau otoritas dibandingkan yang lain. Misalnya atasan dan bawahan, dosen dan mahasiswa, guru dan murid, orang tua dan anak, senior dan junior. Lebih dari itu dan sangat berbahaya adalah feodalisme sebagai kesesatan berpikir yaitu seseorang selalu merasa dirinya benar karena dia merasa punya kuasa atas orang lain, dan bukan karena argumennya logis (sesuai kaidah berpikir)dan benar (sesuai fakta). Dalam cara berpikir yang sehat, ilmiah, mutu seseorang ditentukan oleh mutu argumennya. Orang yang tidak mengerti ini bisa menjadi feodal, bisa melakukan kekerasan terhadap orang lain. Itu sangat berbahaya.
Indonesia kalau benar2 mau maju ya buat hukuman mati bagi pejabat2 koruptor nya di negara ini ( Indonesia ) Jadi semua bidang akan maju Salam waras Salam NKRI
Tidak bisa digeneralisir sih. Banyak juga yang baik. Diluar negeri juga sama, ada juga yang feodal...hanya memang, sistem pendidikan di kita masih menempatkan mahasiswa/wiswa dalam posisi yang lemah. Di sisi lain, tanggung jawab dosen ketika mahasiswa gagal atau tidak perform itu tidak diatur secara jelas. Mestinya ketika mahasiswa gagal, dosen pembimbing juga ikut bertanggung jawab penuh....
Memang negara ini masih sangat feodal. Bukan cuma di univ saja. Menurut saya, feodalisme memang bagian dari kebiasaan masyarakat indo, dan juga beberapa negara asia lainya, sedangkan, di eropa amerika, memang budayanya lebih demokratis, dan egaliter.
Betul sekali mas. Susah juga menghilangkan feodalisme di Indonesia. Karena ia sudah begitu mengakar.
Bner tuh,semua aspek di indo sistem feodal, mulai dr tempat kerja, intansi pemerintahan, instansi polri sambo dan tni, bahkan di dlm lingkup keluarga kita sndiri ada😂
Itulah warisan penjajah
Bener itu.. Kuliah di luar negeri jg harus milih2... kalo milihnya Asia yaa sama aja, terutama Asia Timur... Mending eropa, atau benua amerika sama persemakmuran inggris sekalian.... Malah Malaysia sama Thailand mending loh sekarang, lebih rekomend kalo nggak mau jauh jauh... dibandingkan Indonesia yang jauh feodal....
@@digdosudigyo428 sepakat
Harus viral ini konten model gini,biar anak2 muda menjadi lebih maju lagi
Siap. Terimakasih supportnya
akhirnya ada yang speak up, semoga lebih banyak orang² yang mampu untuk mendobrak pendidikan demi kebaikan indonesia... semoga saya suatu saat nanti bisa seperti jenengan,
Amin2. Semangat mas 👍
Baiklah
Selamat malam, saya ASN di Rote Ndao -NTT, saya mau lanjutin S2 Dalam Negeri jadi bimbang tapi kalau di luar Ngeri bingung bahasa Inggris jelek padahal usia sudah 50 he he he
Terima saja krn memang faktor U yg penting semangat
Gelar akademik berderet gak menjamin orang cerdas.. pendidikan indonesia teoritis
Cerdas dengan pinter lain atau beda orang cerdas bisa cepat menyelesaikan masalah, kalau orang pintar itu wawasanya luas jadi tingkat kecerdasan orang berbeda bedamaka ada tes kecerdasan, jadi orang yg baik cerdas dan pinter fibidangnya
Wajib viral ini, tetap semangat bg demi kebaikan pendidikan di Indonesia.
Siap. Bismillah
sejauh ini, dosen yg mengajar di kampus kami baik S1 maupun S2, semuanya humble, bisa join rokok dengan mahasiswa, minta traktir makan berkedok diskusi, bahkan hal-hal yg menggambarkan kami sangat dekat. seperti contoh, kami mahasiswa bisa menodong dosen untuk tiba-tiba nyanyi di atas panggung atau hal-hal konyol lainnya. itulah yg kami dapati di kampus seni, lalu dengan video ini, saya jadi mengerti bahwasannya diluaran sana sepertinya cukup menyebalkan.
Mantap. Semoga dosen2 lain di seluruh Indonesia meniru mereka
Saya guru SMA yang kebetulan dapat beasiswa LPDP S2 Ke Amerika tahun 2019 dan skrg saya sedang siap ke Amerika lagi untuk S3 dari beasiswa yang sama. Memang benar soal feodalisme ini. Semoga saya dijauhkan dari sikap seperti ini. Amin.... Edit: Jadi mahasiswa S2 di AMerika, saya merasa lebih nyaman dan mudah dalam perkuliahan karena support dari para dosen yang sangat luar biasa. Sungguh pengalaman yang sangat membanggakan dan mengubah pola pikir saya tentang dunia akademis.
Mantap Pak Guru. Semoga lancar studinya di Negeri Paman Sam 😊👍
Saya juga guru, gmn caranya s2 di luar negri pak? Apa lewat lpdp?
@@fikriyanda Terimakasih banyak,Bapak.Sukses selalu dengan channel yang edukatif ini.
@@Juwita_K_Sitorus Benar,Ibu.Saya beasiswa LPDP.Ibu coba googling saja,ada banyak inforamsi mengenai tips dan tricks untuk bisa lolos beasiswa ini.
@@Juwita_K_Sitorus Coba Googling aja,Bu. Beasiswa LPDP. Ada banyak informasi d Google dan Utube ttg tips buat ikutan beasiswa tsb. Semoga beruntung yah,Bu Guru.
Dosen belagu mau disembah2
Janji konsul dilempar2 jadwalnya sesuka hati, mhs sdh kyk babu tanpa hak dibimbingi dospem.
Politik kampus, koruptif, dana kebersihan diakali, wc tetap jorok.
Preman kampus, parkiran dikuasai preman, mhswa preman,
Masuk kedokteran, fakultas favorit, jalur jendela, ratusan juta
Sepakat
True
Ujung ujungnya sikap feodalisme ini mendorong ke pada perilaku korupsi.
Karna sikap subjetif yg tinggi Dosen lebih suka di sogok
@@vigilwrath3650 nah
benerrr. ngabisin duit. UKT UKT UKT. Ampunnn. Dosen serasa DEWA. Mereka keenakan di gaji, gak ngerti kesusahan orang. Seminar seminar, kampret.
betul nih. harus viral ini konten. Biar dosen dosen di masa depan lebih demokratis. Sama punya pengalaman serupa tapi tak sama. Tapi bener2 jegeg dengan kenyataan yang ada
Bisa tolong diceritakan mas/mbak?
Dunia Pendidikan merupakan lahan yg paling subur untuk mmperkaya diri, mulai dari SMP, SMA sampai PT
Nah 😢
Semacam mesin pemiskinan rajyat
Saat ini saya lagi S2 di Indonesia, dan Tesis saya jg beririsan dengan mahasiswa S3. Yang saya alami sekarang Spv menggangp mahasiswa pasca itu sebgaai BuDaK mereka. Pas bimbingan gak solutif tp tuntutannya banyak bnget. Semoga bisa ada rejeki S3 diluar aja. Lagi berusaha untuk ngejar itu. Minta doaanya saja
Ga perlu minta didoakan sukses anda ditentukan oleh prestasi anda
@@mochammadthamrin9873 asek, tidak perlu "doa" 🙌🏻
@@mochammadthamrin9873 ya maaf. Jangan samakan gw sama lu yg gk pernah dpet doa baik dari orang”. 😁
@@singgasanasangmaharaja6726 s2 dmn bro?
@@singgasanasangmaharaja6726 doa kami menyertai mas, doa untuk kebaikan orang pasti akan terkabul dan akan kembali untuk semua dlm bentuk kebaikan
Tidak di dunia kampus saja..di semua lini kehidupan di indo masih banyak berbau feodalisme...saya masih ingat msh sekolah di tingkay SD..guru saya pilih kasih sama murid..
Guru nya perempuan
Anaknya di istimewakan
Guru SMA punya adik yg sekolah SMA
Dpt beasiswa😅😅😅
Sekarang udah jd guru 😅😅😅
Kalo ditanya
Jawabnya karena allah
😅😅😅😅😅😅😅😅
@@JONI_GEDE_PILATEhidup Ordal😊
Saya anak petani jadi guru
Memang di sekolah ada anak guru selalu dipilih diutamakan walaupun biasa biasa aja
Coba dulu kita di jajah negara komunis...paling feodolisme berkurang...
disini sidang skripsi saja masih pakai marah marah. padahal biasanya mahasiswa yang tuntas menulis ratusan halaman itu lebih paham skripsinya dibanding pengujinya. dari sini sudah terlihat bibit tidak bagus, apalagi di tingkat s2 s3.
Nah, sepakat
Di sana S1 cuma 120 SKS kecuali Engineering dan tak perlu Skripsi. Kalau mau bikin Skripsi S1 boleh2 saja spt Hillary Clinton yang bikin skripsi (senior thesis) waktu kuliah di Wellesley Collage.
@@truckinglines6265 Skripsi S1 itu memang mesti dihapus karena dahulu Skripsi diwajibkan bagi mahasiswa program Sarjana Lengkap (5 tahun) yang lulusannya bisa langsung mengambil program Doktor (Program 2 Jenjang). Sekarang Indonesia sudah beralih ke Program 3 Jenjang mengikuti Amerika (S1, S2, S3). Di Amerika mahasiswa program S2 jalur akademik diwajibkan membuat Thesis dan S3 membuat Disertasi sebagai kelanjutan dari Thesis S2.
*Menit 01.10 dst.*
*Doa dan harapan saya ada dua yaitu ;*
*1) Semoga Bung Fikri ini selalu sehat dan nanti dapat jadi dosen atau profesor di perguruan tinggi dalam negei. Baik strata 1 maupun strata 2.*
*2) Semoga Bung Fikri nanti dapat merintis suatu lembaga studi strata 1 atau strata 2 di dalam negeri.*
*3) Atau kefya-duanya.*
Amin2. Terimakasih doa baiknya orang baik love 😊
Saya harap KPK harus terjun ke sekolah sekolah mulai dari SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi negeri, ingat negeri, coba dulu masuk intelijen negara ini supaya tahu apa yg terjadi di sana
Sepakat
Benar,saya korban dari sistem feodal tersebut. Semua urusan harus ada sogokan. Kalau pejabat dan orang kaya di anak emas kan
Ya Allah 😢
Orang Cerdas disarankan memang untuk punya mimbar atau wadah untuk mereka bisa sharing ide ide dan pemikiran mereka. Kalau gak, bisa tumpah ruah.
Yang seperti ini, tentu sangat bagus sekali.
Uda fikri ini, mashallah
Termasuk Pemuda reformis. Gerah melihat saat banyak anomali beredar di dunia akademik.
Jadi ingat para tokoh tokoh Pemuda Indonesia, yang cendekia namun ttp gak tega melihat Pribumi ditindas para Kolonials.
Kami dukung channel ini, Inshallah.
Semoga memberi dampak besar bagi pilar pilar dan ekosistem pendidikan Indonesia yang lebih baiklah for the future.
Abad ini Generasi kita...
Mari bangun Peradaban Nusantara kita lebih berdaya saing dengan Kualitas Pemuda yang ber-dampak!!!
Pendidikan itu hanya Wasilah
Buahnya adalah DAMPAK, KONTRIBUSI.
Sehat sejahtera selalu, Uda Fikri
Your sister
Terimakasih sisterku 😊🙏
Betul ini, dosen pembimbing di sini masih belum lepas dari sikap feodal
Betul. Kampus di indo masih byk bermental feodal, bukan cuma dosennya tp jg pegawai kampus. Dan sy bandingkan dgn kampus luar negeri mmg jauh beda. Wajar negara kita tertinggal karna mental feodal ini.
@@mawbiru4760 iya mas, saya punya pengalaman WA saya diblokir 5 bulan sama dosbing 1 dan diusir waktu coba saya temui langsung di kampus, diadukan ke rektor juga dicuekin. Akhirnya saya tinggal bisnis aja daripada pusing :v
Kalo beneran kepengen kuliah mending keluar negeri cari beasiswa.
Kadang yang membuat saya tidak nyaman kuliah S1 di dalam negeri bahkan termasuk kategori kampus favorit adalah kapasitas mahasiswa di dalam kelas yang terlalu banyak, sehingga pembelajaran tidak efektif. Selain itu tuntutan publikasi jurnal untuk akreditasi yang bahkan hampir semua mata kuliah menuntut seperti itu. Ditambah lagi konversi mata kuliah yang sulit dibanding universitas lain di Indonesia, kemudian adanya ketidakjujuran mahasiswa saat melakukan ujian karena budaya kita mengutamakan angka seperti IPK. Dan yang terakhir baru saja kemarin saya ketahui adanya kecurangan dosen mendukung mahasiswa untuk konversi KKN padahal sebenarnya tidak ada kegiatan nyata yang dilakukan. Miris sekali
makanya jangan sekolah di dalam negri. saya dari SD-S1 luar negri semua. karena dalam negri banyak tes dan persyaratan. akhirnya ya di swasta aja
Hi saya kuliah S2 di Eropa.. dan penyesalan terbesar saya adalah kembali lagi ke Indonesia sebelum melanjutkan PhD di Eropa. Ketika saya kembali ke Indonesia, saya melihat istri saya sedang berkuliah dan merasa jijik dengan pendidikan di salah satu University di Indonesia.
Betul sekali. PR pendidikan tinggi kita memang masih banyak sekali. Sulit untuk membanggakannya 😢
Sekalipun saya S1 & S2 di Indonesia, tapi kurang lebih sepakat dengan argumen Mas nya di video, hanya memang tidak bisa digeneralisir secara sederhana 🙏
Betul mas. Kasuistik kok. Tapi thanks apresiasinya
95%nya begitu mas, mungkin masnya Alhamdulillah kedapetan yang 5%nya
@@letsarray5712 sepakat
Karena mayoritas
Kasuistik mojority
😅😅😅😅😅😅😅😅
@@letsarray5712 anda bisa bilang 95 itu kn suka suka anda aja
tapi nga ada data nya
Semoga Allah selalu melindungi dan membimbing kita pada setiap langkah kehidupan yang kita langkahkan kapan pun dan dimana pun kita berada
Amin2. Makasih pak
Yang juga perlu dibahas dan tidak kalah penting.. bahkan amat sangat penting sekali adalah.. BIAYA SEKOLAH YANG SANGAT TINGGI..
Betul sekali
Dari judulnya saja sudah menarik perhatian. Menarik untuk di simak
Bener banget, saya ngerasain sendiri sejak sekolah, dimana ketika siswa speak up kepada guru maka nilainya langsung dijeblokkan padahal nilai saya waktu itu 10 terus.
Penilaian yang tidak objektif dan feodalisme yang tinggi, makanya saya dukung Timothy Ronald dimana dia bicara masalah pendidikan.
Btul
Sedih lihat dunia pendidikan kita yang seperti ini
Dozen ilmu gizi dan pangan
Gak tau kalo kedelai itu 90%import semua
😅😅😅😅😅😅
Gue ketawa dulu
Itu dosen kerja nya apa???
Dah dari jaman suharto
Kedelai import
😅😅😅😅😅
Konyol dosen minim ilmu
saya baru lihat 2 menit sudah sepakat, bukan cuma pendidikan tinggi dari SD pun sudah begitu, salah satu produknya adalah sosok yang anti di kritik
Terimakasih mas
pengalaman rakan saya kuliah di indo.sebelum pulang ke msia dia mohon transkrip.ngak bisa katanya.kemudian rakan mengeluarkan uang.terus jawapan ,bisa.😂
Proses Pembelajaran dan Pembudidayaan Kultur Budaya Akademis di lingkungan Pasca Sarjana untuk meraih dan merawat Infrastruktur Keilmuan mari Bersama sama kolaborasi di lingkungan PTMuhammadiyah dan Aisyiyah melakukan Penguatan Sistem Perbaikan Internal Pendidikan Pasca Sarjana S2 dan S3.Untuk Prioritas Hilirisasi Keunggulan Manusia di akademi S2 dan S3
Saya seorang guru SMP.
Benar, kita terbelenggu dengan budaya feodal.
Bahkan dikalangan guru, ada budaya senioritas yg kental.
Guru yg sangat senior lebih sering dipertimbangkan pendapatnya dan mempunyai kekuasaan yang besar dari pada guru yunior walaupun kinerja dan kemampuan guru senior tersebut jauh dari guru yunior.
Sangat memprihatinkan.
Nah 😢
Gerakan Kultural Akademik di lingkungan PTMUHAMMADIYAH AISYIYAH memulai sejak awal Pembangunan Infrastruktur SDM dalam Peningkatan Kwalitas S2 dan S3 . Intensitas Intensif Perbaikan Kwalitas Didik dan Kwalitas Pengajar serta Kwalitas Penghasilan Pendidik wajib di tingkatkan ❤❤❤❤❤❤
Ini gara gara kebijakan Pemerintah mengenai PTN yang sebelumnya adalah BHMN (Badan Hukum Milik Negara) menjadi PTN BH (PTN Berbadan Hukum) dimana PTN diberikan keleluasaan mencari dana tambahan untuk pengelolaan kampusnya, tetapi pada kenyataannya, hal ini dimanfaatkan oleh PTN PTN untuk mengeruk sebanyak banyaknya keuntungan dengan membuka jalur mandiri dengan tarif yang ugal ugalan yang belum pernah ada dalam sejarah sebelumnya. Selain itu dengan status sebagai PTN BH ini, dimanfaatkan PTN PTN untuk membuka berbagai mavam program studi dengan kuota penerimaan mahasiswa jalur mandiri yang ugal ugalan jumlahnya, sehingga hal ini dapat dengan mudah mematikan PTS PTS kecil, bahkan dapat membuat PTS PTS kecil gulung tikar, namun sepertinya pemerintah tutup mata mengenai hal ini
Betul sekali
Di indo dasarnya uang. S2S3 itu akan lancar jika ada uang pelincir
Jadi teringat...Kok aneh jg ya ada universitas negeri yg membuat sulit lulusan Magisternya... misalnya ambil ijazahnya yg sdh selesai perkuliahan dan meja hijau...wajib up load jurnal di Sinta2...yg itu saja sdh menyulitkan mahasiswa dan orang tua wira wiri nyari link yg bisa bantu ngurusin yg jelas perlu uang jutaan, sdh uang kuliahnya mahal... malah sdh lulus pun dipersulit lg..kan ijazah itu perlu utk melamar pekerjaan yg terkait pula dgn waktu ..jika dikaitkan dgn penerbitan jurnal kan makan waktu lama lg..biaya lagi ...kok seolah ada kesan "kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah"ini paham yg bertentangan dgn ajaran Islam; "Yassir wa laa tu'assir" mudahkan jangan dipersulit... mudah mudahan para dosen pengambil keputusan itu diberikan petunjuk oleh Allah SWT... sebaiknya kan kalau ada niat memberikan kemudahan utk para lulusan nggak mesti up load jurnal di Sinta2 kan ada Sinta3 dan 4 yg fasilitasnya juga utk menginformasikan bahwa lulusan universitas tsb memiliki kompetensi keilmuan yang sesuai dengan tingkat pendidikan nya
SDM Indonesia hrs diolah jd SDM Unggul !!! Krn Alam Indonesia sangat mndukung SDA kaya raya .... Alamny nyaman.... Bangun ... Semangat ...!!!
SSSS.... Ir ... Profff .... Pakar ..... Gosok SDM kita agr lbih dr Kita ....
Saya hanya S1 namun saya sangat menggemari dan menekuni ilmu yang saya miliki tahapan demi tahapan. Sehingga, tanpa bermaksud sombong, saya benar-benar menjadi ahli di bidang yang saya gemari. Di umur 15 tahun saya sudah bisa membuat robot, walaupun cuma kepala doank yang bisa tengok kanan dan kiri. Di umur 16 tahun saya sudah bisa membuat roket terbang melintas ke langit walaupun gak setinggi awan tapi saya bisa. dan sekarang di usia 40an pelajaran coding saya libas hanya dalam waktu 1 tahun dan saya sudah bisa membuat program komputer yang bermanfaat. Tetapi, karena saya tinggal di Indonesia dunia seakan-akan tidak tahu.
Hebat... Belajar dong mas. Kita hidup di negara market, kita ikuti aturannya dulu. Besok baru ambil yang diluar negeri
Anda tinggal di Indo ....tidak ada yg tau ....tapi jerih payah & karya anda...para Malaikat & Allah mengetahuinya & ssbagian teman2x anda....tetap jadi kebanggaan & milik anda...tidak ada yg sia2x dimata Allah& orang2x yg tau menghargai karya orng lain.....teruslah berkarya untuk anak cucu...Tuhan memberkati....Amin.
Salah satu keuntungan medsos n digitalisasi terutama AI bagus banget untuk mencari informasi yg d butuhkan, kalau hanya ijazah mendingan UT aja 🎉
baarokAllohu fiik ,bung Fikri Yanda ,Syukron jazaakAlloh atas 'ilmu Alloh yg diamanatkan ke anda ,lalu disampaikan ke pada kmi yg awam ini ,
Amin2. Makasih doanya mas
Alhamdulillah kalian masih bisa kuliah masih banyak orang yang tidak bisa melanjutkan di jenjang perguruan tinggi karena faktor ekonomi 😢.
Tetap semangat mas 😊👍
Ekonomi saja tidak cukup... Kuliah itu perlu mental dan kemampuan adaptasi yang membuat berkembang... Lihat mahasiswa yang drop out karena tidak mampu mengikuti kehidupan di kampus
Lingkungan feodalisme diperparah oleh gaya hidup yg ditopang oleh hutang. Bayangkan banyak guru dan dosen hampir 90% gaji nya habis untuk cicilan. Yg dilakukan bukan memperhatikan murid/mahasiswa tapi cari objekan
Nah 😢
Sangat mencerahkan sekali. Memang praktek feodalisme ini bisa menghambat proses perkembangan ilmu pengetahuan karena adanya penindasan dari atasan karena harus manut atau ikut yang punya kuasa. Justru ini yang dihadapi oleh negara barat di abad pertengahan sehingga muncullah renaissance di Itali. Dari situ ilmu pengetahuan yang diagungkan bukan teologi belaka. Jadi pencerahan di negara barat itu berdasarkan trauma masa lalu di abad pertengahan. Indonesia sepertinya belum cukup jera dari efek feodalisme ini karena yang ikut atasan dimanjakan. Karena sudah nyaman akibatnya tidak ada yang melawan.
Sepakat mas. Praktik feodalisme hanya menciptakan generasi-generasi pengecut, penjilat, dan manja. Sampai kiamat feodalisme tidak akan membuat negara ini maju-maju
@@fikriyanda betul bang. Ini juga bisa direfleksikan dalam politik Indonesia. sudah hampir tidak ada kata oposisi karena tidak ada yg berani melawan. Harus ada gerakan underground utk membangunkan negara kita ini. sama seperti awal-awal gerakan Renaissance yang dimulai dengan gerakan underground.
@@muhamanis446 sepakat
Betul sekali mas. Cukup Undergraduate aja yang di Indonesia, master ke atas mending di LN karena feodalisme di kampus indo menurut saya masih kental sekali. Terima kasih banyak sudah speak up dan mewakili beberapa mahasiswa/i yang merasakan hal ini. Semoga dimulai dari suara masnya ini, di masa depan akan ada perubahan makro untuk pendidikan di Indonesia.
Amin2. Makasih sudah support mas
Saya di UI... PPS Sosiologi... tidak feodal... awal th 2000. Kuliah bisa sambil makan bareng dengan dosen. Panggil dosen mas... waktu itu....juga Ok. Penguji bahkan dorong untuk ambil S2 dengan beasiswa DAAD... Bimbingan enak... Fisipol UGM juga nyaman.... waktu itu...th 80-90- an...
UI UGM memang mantap 👍
@@fikriyandaKalo UPI dan UM gimana, min? Mantap gak?..
@@fikriyandaUGM??? hahhaaaa 😂
@@renahernawati5974 nah gimana2
Pemerintah dalam hal ini memang tak ingin kualitas pendididikan meningkat. Alasannya sudah tahu kualitas alumni kita tak bisa bersaing masih saja membiarkan beberapa perguruan tinggi mencetak S1, S2, dan S3.
Memalukan sekali.... Harusnya gelar diatas punya kulaitas lebih dalam melaksanakan tugas baik sebagai guru atau sebagai tenaga adminstrasi.
Tapi faktanya malah ada banyak alumni SMK yang lebih hebat kerja dibanding S1, S2, dan S3. Sangat beda kualitas alumni luar negeri.
Tapi pemerintah cuma melakukan diklat, yang katanya untuk meningkatkan prestasi kerja. Bagaiman mau meningkatkan kinerja kalau semasa di SMA, dan perguruan Tinggi tidak disuguhi pembelajaran yang berkualitas. Ia pastilah hasilnya mengecewakan.
Begitu banyak dana APBN untuk pendidikan tapi tidak dimanfaatkan untuk mencetak tenaga guru atau dosen yang berkualitas. seandainya saja sebagian kecil dana pendidikan itu dipakai untuk beasiswa calon guru dan dosen belajar ke negara yang maju pendidikannya, maka saya yakin tidak akan butuh waktu lama untuk merubah kualitas pendidikan di negara kita. Tapi apa daya... Dana pendidikan cuma digunakan untuk proyek diklat, Bos, dan kegiatan lainnya yang tidak terlalu penting.
kl semua sudah pintar.. negara pusing krn gk bisa tipu2 lg
Lulusan universitas diIndonesia masih jauh dibawah lulusan universitas luar negeri baik dari segi ilmu maupun adab sopan santunnya😢
Terima kasih yak , informasi yg mata hati terbuka untuk semua , baik prof2 atau dosen2 , para pembimbing juga yg lagi mengikuti program2 , mahasiswi siswa
Amin2
Pemilik ilmu di Indonesia
Takut tersaingi oleh mahasiswa nya
Beda di luar negeri lebih fair sebagai pendidik
Nah bisa jadi. Mereka nggak mau otoritas keilmuan mereka hilang
@@fikriyandaitulah yang terus membuat kemunduran bangsa....
@@sitinurhanah6898 setuju
Dosen² sengaja ngasih ilmu yg gak berguna
😅😅😅😅😅😅
Kalo yg berguna untuk dirinya sendiri😊😊😊😊
Padahal mah, ngebagiin ilmu kan salah 1 sedekah ya, terlepas dari agama apapun...
Usul collab sama Guru Gembul pak. Inilah fakta, penyelesaian S2 luar biasa ribetnya + biaya2 tak terduga sampai harus cuti dulu...
Siap. Semoga guru gembul tertarik colab
Kadang dosen pembimbing msh ada rasa like dislike, shgg terjadi ketidak obyektif an dlm pembimbingan shgg timbul perbedaan nilai & lamanya kelulusan masing2 mahasiswa.
Betul sekali
Waa.. di sini kelihatan nya semua warga sarjana S1 S2 dan S3 aja yang ambil bahagian dalam perbahasan.. aku cuman sarjana S1 aja dari UNTAN Kalbar 1995 - 1997. Dulu diawal 2000an ada mood lanjutin S2 tapi skrg udah hilang mood nya.. trus jadi TKI aja di Sarawak sebagai Mandor di Pan Borneo Highway Sarawak.. hahaha Insyalloh aku juga bisa berbahasa Inggeris sebagai bekalan bekerja di negara tetangga. Sikap feodalisme itu mmg ada di kalangan Dosen2nya sejak dari jaman 1980an walopun kuliah S1.. apa lagi kalo kuliah S2, S3.
Mantap pak. Sukses selalu 👍
mengambil jalur S2 / S3 di sebuah PTN di Jabar, seberapapun anda berusaha untuk dapat A , anda tetap akan diberi nilai C, meskipun absensi anda full, kecuali anda pejabat / istri pejabat, meskipun anda tidak pernah hadir, anda dapat nilai A. padahal kan anda bayar juga.😂😂😂
Nah kan? Pendidikan mbelgedhes emang 😂
Betul sekali. Hanya mahasiswa2 dari bumn atau dari instansi (terutama yg bisa memberi projek2/kerjaan pada profesor pembimbing) yang akan dimudahkan dan bisa lulus tepat waktu. Menyedihkan memang .... 😂
Waduh. Udah masuk gratifikasi sih sebenarnya tuh
betul sekali perkuliahan pasca sarjana di indonesia jaman sekarang feodalisme parah dulu saya kuliah 2 kampus tp masih aja ada dosen yg gk ngajar di jabwalnya padahal mahasiswa bayar kuliah mahal tetapi saat mahasiswa telat dikeluarkan dari sks, kebanyakan tamatan S2 jatuh ujung-ujungnya jadi dosen dan S3 jadi kepala kampus, perusahaan lebih memilih tamatan dari luar negri
Menempoh pendidikan S2 apa S3 kadang di buat kesempatan untk jenjang cari jabatan kedudukan ( uang ) belum tentu mutunya baik, yg penting sdh punya simbul S2/S3. Nantinya jangan buat untuk men diskriminasi. Sebaiknya pendidikan di negara kita mendidik kejuruan, keahlian, skil yg bagus yg penting punya sertipikat ke ahlian sesuai dg jurusannya yg bermutu.
Saya pernah berdebat hebat dengan dosen bahasa inggris saya dengan pronunciation sampe muak dan saya keluar dari kelasnya beliau. Argumen saya waktu adalah TIDAK ADA PENGUCAPAN BAKU DALAM BAHASA INGGRIS, karena tiap negara itu berbeda kultur, lagian di Inggris pun kalo kita berbicara dengan orang manchester, liverpool dan daerah lain pasti beda artukulasi. Sampe nilai dikasi C lho waktu itu., padahal saya sangat fasih berbahasa inggris. Jurnal dosen lain pun saya kerjakan dan puji Tuhan tembus semua tanpa ada koreksi grammar atau diksi yang salah.
Saya waktu tidak ikut skripsi karena lulus tanpa ikut ujian🎉
Kritik saya kepada dosen2 di Indonesia agar lebih pinter lagi dan harus open minded. Percuma kuliah di luar negeri dan jadi dosen kalo balik masih pake cara feodal😂
Sepakat
Iya seolah2 mereka itu selalu benar apa yg mereka katakan dan anti kritik
se 7 pak ,ini fakta yg sy alami ,itu hak bpk brpndapat ,koment bpk tntang anjuran itu trbukti ,sy br audiensi dngn org yg memiliki titel s2 maa syaa Alloh , kibrnya luar biasa,
Terimakasih mas. Semoga lebih banyak yg bersuara 😢
Betul sekali apa yang diutarakan, karena saya punya anak menempuh pendidikan S2 di luar negeri merasa lebih nyaman, enjoy & alhamdulillah sekarang sudah selesai tetapi tetap memilih bekerja & menetap di luar negeri sampai saat ini
Alhamdulillah. Pilihan yg tepat pak 👍
Sepengalaman saya benar, feodalisme dan kapitalisme masih sangat kental di dunia pendidikan jadi pendidikan moral hanyalah sebatas omong kosong.😅
Iyap sangat betul
Levelnya masih lebih baik ketimbang di pondok agama atau yang berbau militer, baik militer penuh maupun semi militer
Saya jadi skeptis kelak mau mondokin yang kuat agamanya.
@@namikazedevj46 jangan yg berbau agama.
@@worldnews2660 Saya hanya berbagi karena pernah sekolah 12 tahun negeri yang cukup bagus + les di luar, tiba-tiba downgrade lingkungannya untuk mengembangkan nalar dan critical thinking, syuuuliitt karena feodalismenya, tapi bukan kapitalisme waktu itu.
Kalaupun orang lain mau menjurus ke teologi ya tidak ada larangan juga, siapa tahu orang memang minat haha.
Di duga disini jd bandit lbh bisa maju contoh diduga bisa jadi DPR,jadi Pemimpin dan pelasana negara dan mencalonkan diri bahkan ex napi, ga perlu kuliah²,,bha...ha..ha jd bgi ortu² cukup didik jdi bandit bisa berkelangsungan hidunya apalagi tidak beretika dan berani jadi munafik sgt mantapni dugaan saya dan menurut saya ya?
Iya sangat feodal, apalagi dosen-dosennya banyak sekali feodal.
artinya apa bang messi
teruskan kontennya pak,saya sangat suka pembawaannya ,dan sangat mudah dimengerti dari setiap kata perkata
Terimakasih mas
Saya tidak pernah menyesal kuliah S2 di Indonesia. Berbeda dengan Anda.
Karena saya mendapatkan ilmu yang saya butuhkan.
Hebat❤
Undang undang 1945
Pemerintah wajib membantu dan mendidik..
Bukan malah membebani rakyat Indonesia
Sepakat 😢
Saya sependapat dgn anda sebab kebetulan saya juga lulusan perguruan tinggi Teknik di Rotherdam Belanda kurang lebih 6thn yg lalu, dan saya sdh bekerja di prusahaan terkemuka di Belanda, yaa betul saran bro kita ini, kalo bs usahakn study di negara maju saja, karena terkadang juga setelah lulus ada kok yg nawarin kerja di prusahaan di negara tempat kita menimba ilmu contohnya saya ini.
Saat ini saya S2 di indonesia Pak, ingin nya diluar negri, tp sudah berkeluarga, repot sama anak, sudah ada kesempatan S2 aja sudah alhamdulillah..tp saya setuju S2 diluar negri itu best option
Bismillah mas. Kuliah di Indonesia, kuncinya satu: yg penting lulus. Semangat 👍
@@fikriyanda jujur, alasan ambil s2 ini bukan karena gelar, tp ingin mengerti bagaimana berfikir akademis, harusnya diluar negri, tp keadaan lg tidak memungkinkan dn kesempatannya cuma ini..😅 yg saya benci tugasnya banyak bener bukannya diskusinya yg banyak, buat adik2 kalau masih ada keluasan waktu maksimalin..
@@nucikoabdulhalim betul mas. Sebenarnya, bukan karena tugasnya. Tp tugasnya relate gk dg kompetensi yg hrus kita miliki. Dan tentunya sesuai kemampuan dan kadar pemahaman mahasiswa. Ditambah, tugas yang dibimbing. Bukan yg dilepas begitu saja. Lalu, disalah-salahkan kemudian. Ini kan keterlaluan namanya.
@@fikriyanda pak, saya selama sekolah dari SMP sampai kuliah tidak pernah ikut organisasi. Apakah bisa berpeluang lulus administrasi untuk LPDP? Kalau IPK saya lulus sangat memuaskan tapi dari univ swasta. Apakah masih berpeluang untuk LPDP? Saya Dari teknik kimia dan ingin lintas jurusan ke S2 sains fisika. Saat ini saya mengajar fisika di lembaga, saya sangat suka fisika. Dulu kuliah cuman keliru ambil jurusan tapi saya bisa mengikuti. Ini menurut bapak gmna ya? Mohon sarannya pak...
@@sitinurhanah6898 bisa dicoba mbak. Bismillah lulus
Sepanjang seseorang merasa memiliki kekuasaan bukan merasa fasilitator disitulah muncul feodalisme dan semua sektor seperti itu yang kita rasakan namun tetap juga hrs menjunjung tinggi tatakrama sebagai budaya kita orang timur junior menghormati senior mahasiswa hrs menghormati dosen karena prinsipnya menghormati guru insya Allah ilmu yang kau dapat dari gurumu bermanfaat dan berkah
Selama saya kuliah di ITB, dosen dosennya egaliter. Mereka satu menit pun haram telat datang ke kelas. Ketika deal buat janji, maka emang bener2 deal buat janji ketemu. Mereka menerima ruang untuk mendebat ketika di kelas mengenai konsep, dll ...
Itb memang mantap 👍
Kalo s2 dan s3 ,sosial dan ekonomi sih ,ngak masalah kuliah di indonesia,tapi kalo jurusan teknik atau pun ipa ,ngak usah di indonesia ,ambil di negara maju,karena lebih terpakai.
jangankan di dunia pendidikan, di dunia kerja pemerintahanpun sangat feodal. ada pejabat yang ingin selalu dilayani oleh "bawahannya".....
Ya Tuhan 😢
Saya setuju sama argumennya dan pendspatnya, cuman di 3 menit pertama, mohon maaf mas terlalu banyak mengeluh. Biarkan saja haters haters itu mah. Justru menurut saya, kalau bikin konten yang begini langsung aja ke topik pembicaraan nya aja. Kemudian kalau bisa mas, dicari pakai data dan ngga pakai pengalaman mas dan temen temen. Emang bener itu bisa dijadiin bukti ilmiah, tapi tidak valid. Sama mungkin bisa ditambah ilustrasi dikit dikit aja mas. Mungkin mas bisa contoh guru gembul, dan semoga bisa sesukses beliau. Salam sukses selalu mas. ❤
Siap. Terimakasih support nya mas. Masih belajar buat konten mas. Insyaallah di video2 selanjutnya saya perbaiki lagi
Setuju. Sy pernah kuliah S3 di salah satu PTN. Ternyata dosen2 nya ilmunya kurang memadai....jauh dari harapan. Nama PTN nya sih keren tapi dosen2 nya tidak bagus komunikasi dan juga mengajarnya. Sy sempat konflik dengan Dosen Penguji S3. Sy tdk mau kalah, akhirnya sang dosen mengundurkan diri sbg dosen penguji.
Sangat setuju sekali mas. Gelar profesor tidak menjamin kualitas seorang dosen. 😢
Sangat bermanfaat,, trim's tutorial nya 🙏.
Sama2 😊
Halo pak fikri, saya kebetulan pernah kuliah pasca di Indonesia (1 semester) dan di luar.
Saya kurang lebih setuju sama argumenya.
Perlu ditambahin juga masalah "pemaksaan" penulisan paper sebagai syarat kelulusan khussunya untuk magister. Belum lagi kalau dipaksa minimal Q1 oleh dosen 😂😂. Kadang malah masuk ke predatory soalnya.
Kuliah di luar, penting untuk merasakan penelitian yang relevan dengan industri. Kalau di indonesia kadang kita penelitian untuk mensolve masalah yang kita buat sendiri.
Untuk LPDP, saya secara pribadi kurang setuju jika LPDP ini alokasinya agak "ngasal". Kuliah keluar negri memang sebaiknya, tapii harus dilihat juga apa tujuan atau planning kedepan dari si calon mahasiswa ini terkhusus untuk S2. Kalau memang sudah diarahkan menjadi dosen atau PNS fungsi tertentu, saya sangat setuju. Untuk S3 saya masih oke. Tapi akhir akhir ini cenderung "murah" dan belum tentu calon mahasiswa ini ketika pulang ada pekerjaan atau penelitianya yang sejalan kebutuhan negara. Saya lebih setuju jika uang LPDP ini digunakan untuk membelikan alat riset/membiayai BRIN.
Mantap mas. Kebetulan saya juga sudah membahas tentang kewajiban publikasi scopus ini. Dan saya menyarankan agar kewajiban ini dihapus. Ini saya bahas di episode ke-4. Sila membuka kanal saya untuk lebih lengkap.
Terkadang jg publikasi Scopus dimanfaatkan dosen untuk mendapatkan insentif selain untuk kredit dosen dan kampus.... Dan secara tidak langsung, mereka memberdayakan mahasiswanya untuk itu.. tak urung mahasiswa banyak diteror untuk ini, nggak sedikit juga mahasiswa S1 dan S2 ditargetkan untuk ini... mahasiswanya malah dituntut untuk menulis publikasi jurnal, sementara kredit, authorship dan lain lain diambil oleh dosen yang bersangkutan... Malah untuk mahasiswa S1 sama S2 malah lebih baik difokuskan untuk magang dan industri, untuk tahun terakhir... karena lebih relevan dan dibutuhkan dibandingkan tugas akhir yang ujungnya untuk kredit dosen yang males nulis.. walaupun biasanya ide dan proposal penelitian itu dari dosen, akan tetapi tidak sedikit juga dosen2 yang mengklaim, mencopy dan memparafrase penelitian yang idenya berasal dari mahasiswa.... Seharusnya secara etis.. mahasiswa jg berhak mendapat kredit berupa authorsip dan insentif yang diperoleh dosen....
Dan apakabar asisten peneliti kontrak dan intership yang digaji kebanyakan dibawah UMR tapi diperas habis habis dengan jobdesk yang harusnya dilaksanakan oleh dosen dan para peneliti di BRIN saat ini.. mereka hidup dengan gaji yang jauh dari kata layak dibandingkan buruh pabrik dengan mengharapkan lowongan CPNS dan P3K... Sementara mereka yang berkarir di dunia akademik menghabiskan waktu dan biaya yang nggak singkat dan banyak...
Saya setuju dengan pendapat @user-ce2cg6ow3w,
LPDP agak blunder masalah alokasi beasiswa dan persyaratanya.. Lebih bener fokus ke BRIN saja yang selama ini biaya penelitian makin ngepresh dengan waktu kegiatan dan audit atau monev bagai dikejar maling... Sehingga kegiatan dan output riset nggak maksimal... Yang kuliah di Luar Negeri ada kalanya nggak langsung pulang sih.. mending kerja di LN sambil bawa link kerja sama untuk bisnis, riset atau funding ke Indonesia.... karena di Indo agak susah, terutama masalah riset.... kalo berkarir di Indonesia agak sulit... gaji jg nggak bgitu layak dan nggak dihargai.. investasi dan dana hibah dari Indo nggak banyak dan terbatas...
Itu unek unek saya... Terlebih saya pernah bekerja di dunia riset akademik terutama di bidang biological science dan biomedicine (kedokteran) yang feodalisme nya sangat kental...
@@digdosudigyo428 betul sekali. Kalau mahasiswa melapor, bimbingan akan dipersulit dan terancam tidak diluluskan 😢
@@user-iu8pt5ue9n suruh dosennya dong utk meningkatkan riset dan kualitas perguruan tinggi, bukan malah dibebankan kepada mahasiswa
Walau saya gak pernah kuliah,tapi saya pernah denger cerita dari anak saya,perguruan tinggi di Indonesia memang begitu,dosennya terlalu ingin di hargai
Betul bu. Parah 😢
Saya rasa banyak disana ingin juga berkomentar tp krn kita adalah korban dr feodal, diam dan tdk bersuara dr pada menanggung resiko itu lbh aman , banyak korban korban yg lbh parah drpd hanya sekedar yg dikemukakan diatas . . .. . Terimakasih banyak yg sdh berani bersuara . . .. 👃👃👃👃
Betul sekali mas. Mereka tidak berani bicara karena banyak hal. Pertama, karena mereka sudah lulus, maka mereka tidak mau berurusan lagi dengan dosen dan kampus feodal itu. Kedua, karena mereka belum lulus, kalau mereka bersuara, bisa-bisa itu berdampak kepada kelulusan mereka. Ketiga, buat yang sudah lulus dan berkarir sebagai dosen, takut nanti berdampak kepada karir mereka.
Dosen di Indonesia banyak yang dari Luar Negeri. Kenapa pas jadi promotor dan pembimbing tidak bisa membawa kebaikan disana?
Salah satu alasannya, atmosfer akademik belum berjalan baik. Para profesor dan dosen tidak bisa menjadi lokomotif, malah sering numpang riset mahasiswa.
Belum lagi ada Sempro, Kompre, Semhas, dll yang harus ngundang dan nyediakan konsumsi dan godybag oleh2.
Univ besar di Indonesia pun melakukannyaa. Apalagi yang lainnya.
Sedih ya. Seharusnya, dosen-dosen dan profesor-profesor alumni LN itu membawa angin segar dan perubahan pada dunia dan sistem pendidikan ke arah yang lebih baik, demokratis, akademik, dan ilmiah. Bukan malah terus melestarikan budaya feodal dan kolonial. Rugi kuliah jauh-jauh dan mahal-mahal ke luar negeri, apalagi kalau kuliahnya dibiayai negara 😢
Kalau di fakultas saya, konsumsi untuk sempro dan semhas sudah dilarang, karena akan dianggap sebagai gratifikasi
@@TaneTakam mantap. Semoga langgeng ya mas
kalau di tempat saya dulu malah ga boleh ngasih goodybag, krn bs dianggap gratifikasi dan juga fungsinya tidak jelas
@@Soerabaja-De-Stad-Van-Helden bagus
indonesia butuh generasi penerus yg pinter dan cerdas....cetak generasi milenial dgn biaya kuliah yg tdk mahal...kadang biaya kuliah mahal setelah lulus susah cari kerja...sekalipun kerja gajinya tdk sesuai dgn gelar dan biaya yg dikeluarkan...tolong Presiden dan pemerintah...diperhatikan
Sepakat 😢
Saya setuju pengalaman kang Fikri dan teman-temannya ini fakta, dan memang ada benarnya. Namun tentunya sampel yang terlalu kecil kalau dijadikan basis induksi yang mengklaim inilah "pendidikan indonesia". Sebaliknya juga, menganjurkan kuliah di LN, rasanya itu juga proses deduksi yang tak kuat. Makanya biar obyektif, sampaikan juga sampel untuk opini ini diambilnya di mana (kuliah di indonya dimana, kuliah di LN mana yang diintip?).
Terimakasih kang
S1 dan S2 kena apes dapat Dospem yang luar biasa, sampai dosen lain dan dosen PA hanya bisa geleng-geleng kepala, karena sang Dosen punya jabatan dan termasuk dosen senior di kampus.
Ya Allah. Harusnya ada regulasi untuk bisa memecat dosen kayak gitu
Luar biasa mas.....sependapat sekali....kuliah di dakam negeri mahal, banyak tugas, susah lulusnya, ketika bimbingan dosennya terkesan sulit dihubungi, seperti diakali agar lulusnya gak buru buru agar lulusnya lama sehingga bayar ke PT nya banyak....
Nah, bisa jadi 😢
Pola pikir hal yg mendasar jadi kebutuhan utk disehatkan, lihat merekrut aparat, lihat cara merekrut asn, lihat cara mengangkat pejabat, lihat cara memperlakukan rakyat lewat politik, lewat hukum, lewat pendidikan, agama pun dijadikan komoditas empuk utk mengeruk cuan, entah ini sdh jadi budaya, atau memang dibudayakan, sampai kapan regulasi itu tercipta dgn adil, sampai kapan penyadaran akan adab itu berlaku, yg kaya akan semakin kaya yg miskin tdk boleh jadi kaya, tapi ada juga kaya tp jiwanya miskin
Sepakat bgt👍👍.
Small brain mental block artinya bangga dan konsisten atas kedunguan dan dibungkus dengan adat budaya leluhur yang harus kita jaga
Mirisnya indo ini selalu merasa plg agamis tp tdk tercermin di perilaku penduduknya ( aplgi prestasi dlm dunia sains teknologi )
Sepakat
Atur saja MAs- berdebat tak ada gunanya-syering your ideas itu hak anak bangsa ya Mas--percaya juga tidak-mau percaya juga boleh la karena sudah ada suara yang bunyikan Mas--sangat bagus ide yang diciptakan untuk menggandakan pendengar dan komentator yang memang suka dengar---salam ya Mas--sukses sebagai konten kreator ya Mas....Mas Pasti S2 dan S3nya di negara yang pasti berlawanan semua situasi yang ada di negara tercinta kita Mas...salam
Terimakasih 😊
Benar sekali kupasan mu bro.
Orang itu klo dinegaranya sendiri suka manja, suka dipermudah tp klo dinegeri orang mereka semangatnya tinggi karena jauh dirantau. Maka kultur sebenarnya berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang
Saya pikir, pada umumnya yang masih menganut feodalisme adalah dosen tua atau yang termasuk generasi baby boomers. Di tempat saya kuliah S1 di Unpad dan S2 di UI feodalisme tidak terlalu terlihat. Bahkan yang dosen-dosen muda cenderung lebih egaliter dan mau berdiskusi dengan luwes. Memang betul, saya mendengar di beberapa kampus di dalam negeri, budaya feodalismenya masih kental.
Dosen di indo itu mirip raja...mau dihormati tapi belum tentu mau menghargai. Mereka selalu menganggap dirinya maha benar
Dari Pengalaman sya S2 di Ausie dan NZ, mmg rasa setara atau egaliter mmg terasa. Dosen srg mengajak ngopi stlh bimbingan thesis dan mrka sangat mudah ditemui dgn janji. Ada jam kantor dosen khusus menunggu mhswa mengklarifikasi yg blm jelas. Cuma sya s1 di Jogja sya merasa kampus sya tidak terlalu feodal. Mmg ritualisme di kita ini agak parah. 😂
Banget mas
Sy setuju perilaku feodalisme masih bercokol di Program Pascasarjana PTN. Sy setuju dengan anda suasana belajar di LN lebih demokratis.
Terimakasih
di indonesia takut persaingan dan dianggap ancaman, disini lah terjadi kemunduran inovasi ilmu.
Setuju
100% sepakat... Feodal masih menjadi berhala.
Saya Kuliah cuma ingin mencoba doang, sekali seumur hidup, selebih nya rezeki sudah di atur,
Semoga lancar. Amin
Jangan silau dengan pendidikan luar negeri. Lihat dulu peringkat dunianya sebagai indikator kualitasnya. Kalo univ di luar negeri secara peringkat masih di bawah UI, ITB, UGM, IPB, ya jangan. Percuma saja, jauh2 kuliah di univ ecek2...
Saya kuliah S2 Teknik Mesin Undip tdk terjadi hal ini... Malah bisa diskusi bebas dengan dosen2.... malah bisa juga memberi masukan2... terima kasih.
Undip memang mantap
Dosen kalau lulusan lokal S2 ,,S3 pasti feodalisme
@@yohanesali1983 banget. Tapi banyak juga alumni LN yg feodal 😂
Saya Follower baru pak.. lanjutkan sharing nya. Semoga saya bisa mengikuti jejak bapak. Sehat selalu..
Itu yg pada ribut kok nggak notice ya,ini kan POV, namanya POV ya bisa beda tiap individu.. ngapain diributkan..😅 cukup share pengalaman sendiri, mungkin beda dg yg di video ini, tapi bisa disampaikan argumen kontranya/pengalaman yang berbeda nya
Siap mbak. Biarin aja mbak. Anjing emang lebih suka menggonggong. Akunnya aja nggak jelas 😂
Saya sepakat dengan Anda. Sedikit saya tambahkan, feodalisme itu berakar pada ketidakseimbangan relasi kuasa antara yang satu dengan yang lain, ada yang lebih punya kuasa atau otoritas dibandingkan yang lain. Misalnya atasan dan bawahan, dosen dan mahasiswa, guru dan murid, orang tua dan anak, senior dan junior. Lebih dari itu dan sangat berbahaya adalah feodalisme sebagai kesesatan berpikir yaitu seseorang selalu merasa dirinya benar karena dia merasa punya kuasa atas orang lain, dan bukan karena argumennya logis (sesuai kaidah berpikir)dan benar (sesuai fakta). Dalam cara berpikir yang sehat, ilmiah, mutu seseorang ditentukan oleh mutu argumennya. Orang yang tidak mengerti ini bisa menjadi feodal, bisa melakukan kekerasan terhadap orang lain. Itu sangat berbahaya.
Mantap. Terimakasih mas 😊👍
Indonesia kalau benar2 mau maju ya buat hukuman mati bagi pejabat2 koruptor nya di negara ini ( Indonesia )
Jadi semua bidang akan maju
Salam waras
Salam NKRI
Tidak bisa digeneralisir sih. Banyak juga yang baik. Diluar negeri juga sama, ada juga yang feodal...hanya memang, sistem pendidikan di kita masih menempatkan mahasiswa/wiswa dalam posisi yang lemah. Di sisi lain, tanggung jawab dosen ketika mahasiswa gagal atau tidak perform itu tidak diatur secara jelas. Mestinya ketika mahasiswa gagal, dosen pembimbing juga ikut bertanggung jawab penuh....
Nah, setuju kalau gini. Jadi, kalau mahasiswa gagal, dosen pembimbing tanggung jawab. Minimal dia mengundurkan diri sebagai dosen
Trims ilmunya kak sukses selalu😊😊😊😊😊😊😊
Sama2 kak. Terimakasih. Dan sukses juga ya
Di indonesia cukup kuliah S doger,S teh dan S cendol saja 😁😄😃😀 Bisa jg S3 di indonesia Sd,Smp,Sma.
Wkwkwk 😂