Sy jadi mengerti dgn pendapat bahwa sebaik-baiknya bercerita adl kpd Tuhan. Krn dari sini ternyata memang pada dasarnya manusia terbatas utk mengkuantifikasikan perasaannya shg obrolan sesama manusia rawan kesalahpahaman. Sedangkan dgn Tuhan, kita diam saja Tuhan memahami.
Hakekatnya semua adalah netral ketika masuk pikiran melalui indera akan menjadi persepsi dan jika dikeluarkan akan menjadi opini, menariknya persepsi-persepsi ini yang membentuk realitas kehidupan kita entah disadari atau tidak.
pikiran itu tidak terbatas dan tidak bisa di batasi, kita tidak bisa melarang orang seandainya mereka berfikir meragukan konsep agama, krn itu sah sah saja dan hak mereka, kita ga bisa bilang dia salah, dan kita yg benar, krn ukuran nya dr mana, mjd org baik kan gak hrs ber agama, menolong ga hrs krn iming2 pahala dan surga, jd kita hendaknya tdk menhakimi orang lain salah hanya krn mereka tdk sama dg pemikiran kita, krn pada dasarnya fikiran kita tidak terbatas, jd memungkinkan kita berfikir di luar dr jalur yang sudah ada, justru kdg kita di haruskan berfikir out of the box untuk menghasilkan pemikiran yang lebih cemerlang dan lbh baik
Mantap. Dimulai dari pembahasan epistemologi soal bahasa & pikiran, lalu dibawa lebih dalam sampai ke ranah ontologi soal ketiadaan aku/ego yg utuh alias tak terbagi. 👏👍
Jadi keinget filsafat fenomenologi. Aliran filsafat yg sepertinya kurang mendogmakan kebenaran mutlak. Karena selain persepsi aspek emosi juga terlibat. Mantap bangg 👍
betul, dalil 1 pun bisa berubah maknanya, tergantung gmn kita menafsirkan nya, di lain tempat bisa berbeda maknanya, yah kudu ngaji lagi soal Ayat Kauniyah dan Qauliyah...
Pikiran itu berjalan sendiri sesuai keinginannya, tidak pernah mau diam, jika tidak ke masa lalu ya ke masa mendatang, dia tidak mau diam di kekinian, apa itu kekinian, yaitu kenyataan yang terjadi saat ini didalam pribadi masing masing manusia... namun disebalik pikiran ada si pengamat yang Gagah Sekali, andai saja manusia mengakses si pengamat itu dengan dilihat saja pikiran bisa diam tidak berlarian kesana dan kemari..... rasa sakit itu di alami oleh fisik manusia, sedangkan penderitaan dialami oleh batin manusia rasa sakit disebabkan oleh benturan fisik yang mengenai fisik mansuia maka manusia akan merasakan sakit, apakah ketika manusia mengalami sakit fisik ia menderita? belum tentu penderitaan disebabkan oleh pikiran yang menanggapi dari apa yang dirasakan oleh panca indra manusia, misalkan ada teman yang sedikit melontarkan kata kata yang menurut anggapan km itu menyinggung kamu, maka kamu yang menanggapi omongan itu adalah singgungan untuk km maka km akan tersinggung, selanjutnya reaksi batin dari terjadi didalam dirimu, timbulah bibit bibit bom atom amarah jika meledak maka kekuatan yang ada didalam dirimu akan menggerakan fisikmu juga.... itu jika manusia berada dalam ketidak sadaran, sebetulnya di luar sana tidak ada apa apa yang ada apa apanya ya di dalam diri km sendiri, jika km anggap diluar dirimu ada apa apa ya pasti ada apa apa, jika km menganggap semua yang diluar sana hanyalah system yang berjalan sebagaimana smetinya maka kamu akan menerima semuanya dengan kesadaran yang tinggi jadilah diri km tidak akan mudah marah, karena dirimu lebih memperhatikan gejala yang terjadi didalam dirimu sendiri... pintar merasa bukan merasa pintar salam rahayu
Pentingnya berbagi Cinta jangan di Akui sendiri ...maka kesuksesan itu kesuksesan bersama Manusia tak ada yg bisa berdiri sendiri ... Salam Cinta dan Cahaya .
Jumlah kata tidak akan cukup untuk seluruh kemungkinan permutasi dari setiap keadaan yg ada didunia, bahkan penamaan benda2 angkasa lebih seperti kode. Tp apakah mungkin kita mengenali diri kita sebatas hingga kita bisa mengendalikannya hingga taraf tertentu sesuai dengan keperluan kita? Saya selalu percaya, "how well you know yourself is proportional to how well you could know one's self" Orang yg paling bisa menggali diri orang lain adalah orang yg paling bisa menggali dirinya sendiri, tp ga seluruhnya tergali, hanya cukup hingga dia bisa berkomunikasi secara efektif.
Dari sini selalu dapat pembelajaran baru. Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat artificial intelegent. Kalo saya belum bisa ya mungkin orang lain. Tapi kadang demi kemajuan ya perlu yg namanya kebebasan berpikir kalo seandainya Thomas Alfa Edison mengikuti buku yg ada mungkin kaga berkreasi tuk membuat bohlam lampu maupun arus listrik
Bahasa yang menentukan pikiran kita ketika diri kita mendapatkan stimulus atau rangsangan dari atensi pada objek atau fenomena yang direpresentasikan secara semiotis, kemudian kita persepsikan pada rasio atau akal budi kita. Ketika kita ingin merepresentasikan pemikiran kita (beropini), maka kita akan menggunakan bahasa (atau benda simbolik lainnya) sebagai media. Tentu saja kita tidak dapat merepresentasikan pemikiran kita pada bahasa secara sempurna, dan orang lain pun belum tentu memahami dengan sempurna maksud dari bahasa kita.
Nah! Teorinya hmpr sma dgn yg sy pikirkan, namun msih brbeda, tp sy gk mau ngomong sma org, ntar org lain bilang omongan sya, hnya omong kosong, namun sy mrasa teori itu sngt mnarik. Apakh mngkin klo khidupan yg kita rasakan memang betul² nyata? atau hnya proyeksi dr representasi imajinasi, bhkan informasi & berita yg kt kthui hnyalah produksi dr pikiran kt, agar mnjg kecerdasan otak kt tetap trjaga & kt trjebak didlmnya. Mudahnya sy mngatakan bhwa sy memang ada, & sy mrasakan sy hidup, punya batin & lahiriah, tp sy tdk yakin apa kh org mrasakan hal yg sma, atau mereka bgian dr imajinasi sy. Atau mereka hdp, tp apa yg mereka saksikan, & mereka rasakan itu sma dgn khidupan sy. Memang omong kosong, tp menarik mnurut sy, & sy suka😂
Bang Martin, kalo boleh saran, coba bahas tentang kesuksesan dalam sudut pandang filsafat, soalnya jaman sekarang muncul fenomena banyaknya influencer yg menceritakan kesuksesannya di UA-cam atau di media sosial lain, awalnya memang di respon positif sebagai sebuah konten inspiratif, cuma lama-kelamaan karena banyak yg membuat konten tentang kesuksesan, ada beberapa orang yg bersikap sinis terhadap beberapa influencer tersebut dengan alasan setiap orang punya privilege atau kondisi ekonomi, pendidikan, sosial, dll yg berbeda, ada juga yg berpendapat sukses bukan cuma soal pencapaian uang atau harta atau juga tentang sebuah prestige semata, kalo itu semua dibahas secara filosofis, bagaimana tuh bang? 🙏
Terima kasih sudah berbagi pikiran Mas. Jik aboleh saya sarankan, untuk materi yang dijelaskan di video2 selanjutnya mungkin bisa dituliskan sumber referensinya, karena saya juga tertarik ingin membaca... terimakasih
Dalam pemaparan materi perihal sebuah kalimat " kita tidak dapat memahami pikiran kita dan pikiran orang lain ", nah saya mencoba menarik sebuah kesimpulan dri kalimat tersebut diatas, bahwa ' MISTERI ' mungkin Merupakan salah satu rahasia ILAHI. Jadi hanya Tuhan yg tahu apa yg ada dalam pikiran kita masing2, untuk hari ini, besok, dan seterusnya.
Kata Nagato juga "manusia tidak akan pernah saling memahami." Tapi kemudian ada orang berambut kuning yg kasih dia ceramah dan dia pun "bertobat." Padahal belajar Wittgenstein ga dosa kan?
Jika memang pikiran kita tak sepenuhnya dapat kita pahami, setidaknya kita mempunyai beberapa aspek yang memang kita anggap benar karna jika kita tak mempunyai itu hidup kita akan terjerumus dalam keragu raguan.
Mas Martin, gimana dengan kuantifikasi perasaan, seperti penggunaan pain scale dan penghitungan perasaan yang ada sensasi fisiknya (suhu tubuh, detak jantung). Apa bisa dibilang kata2nya masih belum bisa menggambarkan bahasa privat?
Saya pas SD kalau dapat nilai 100, sering bertanya-tanya, apakah senangku ini, sama dengan senang orang lain pas dapat 100? Apakah senang seperti ini, seperti itu juga senang orang lain. Apakah senangku, mereka justru merasakan marah. Ada" sj emang hahah
Kalo ini jatuhnya paracdox. Kalo diri kita ini ilusi, lantas bagaimana kita tau diri kita ini ilusi? Apakah sesuatu yang ilusif bisa mengetahui sesuatu? Bagaimana mungkin? Sama kayak rene descartes. Diri yang meragu yah mensyaratkan keberadaan eksistensi dari diri itu sendiri. Cogito ergo sum. Bukti saya ada, adalah saya sedang berpikir.
@@syasya3722 yg saya maksudkan adalah sense of self, yaitu perasaan personal bahwa kta berada dlm sebuah tubuh atau lebih tepatnya berada di dlm kepala, seperti seorang pilot mengendalikan pesawat. Sense of self seperti itu adalah ilusi, tubuh kita adalah sebuah sistem kompleks dan perasaan bahwa kita adalah agen dari tubuh yg sedang kta pakai adalah ilusi, there's no center in our brain that we can call I.
@@syasya3722 bukan kesadaran yg ilusi, tpi sens of self, itu 2 hal yang berbeda. Mengenai pengetahuan, kmu tdk membutuhkann sens of self untuk rasional, atau berlogika, yang dibutuhkan untuk berdiealektika hanyalah otak yang sehat, krena keseluruhan proses tersebut akan di olah di otak
@@sammawardi yah sudah saya rubah pertanyaan saya saja. Kalo sense of self itu ilusif, bagaimana bisa ada kesadaran? Dan kalo kesadaran ada, mengapa sense of self tidak ilusif? Masalah otak, sama sekali tidak menjawab, bagaimana otak bisa menghasilkan pemikiran yang rasional? Jika di jawab interaksi biokimia, bagaimana interaksi biokimia itu menghasilkan kesadaran?
Btw abang slalu tepat waktu.. “saya resah dengan pikiranku sendiri bang, saya resah dengan twk KPK saat ini, tapi teman2ku tidak ada yang peduli. Jadinya saya terkurung kerena tidak ada yang bisa diajak untuk berdiskusi.
Bro akhir² ini pikiran gw sendiri suka ngajak berpikir hal yg diluar nalar yg tidak pada umumnya orang tanyakan dan dia ngasih tau dengan jalannya sendiri kemungkinan² hal yg terjadi itu karena apa dan hal apa yg akan terjadi kedepannya. Seperti memberi petunjuk tiba² padahal sebelumnya tidak pernah mendapatkan atau memikirkan informasi tersebut. Tiba² aja muncul dengan sendirinya, pikiran gw emang unik sih kok bisa kepikiran yah? Atau memang setiap manusia bakal mengalami hal yg serupa?
Eh sama akhir-akhir ini gw juga kaya gitu. Sampe mikir dari mana bisa dapet pikiran kaya gini, kok bisa gw tiba-tiba dapet pikiran kaya gini. Sampe sekarang sering bengong cuma buat mecahin teka-teki dari mana gw dapet pikiran kaya gitu. Trus jadi ketakutan sendiri. Sampe sebenernya pikiran kita tuh ada yang ngatur atau itu emg hasil kemampuan manusia sendiri
Bung martin, tanya dong. Jika kita tidak pernah yakin jenis persepsi orang lain atas hal yang sama apakah sama dengan kita atau tidak, lantas, apakah ada pengetahuan objektif itu? Yang benar2 terlepas dari persepsi apapun itu?
Contoh putih Menurut saya bisa dibuktikan melalui model sains dan model matematika dalam proses penangkapan bisa dibuktikan dengan susunan berupa respon atom dalam satu organisme yg berpola kemudian diterjemahkan ke matematika
waktu kecil pernah mikir gini.... siapa tau putih yg saya lihat dimata orang lain adalah seperti merah yang saya liat... seumpama seperti itu. tapi saya yakin tuhan kasih kita kesamaan dalam hal melihat realita...mungkin
*Misteri Pikiran Orang Lain* Apakah Open minded itu mungkin? Usaha meminta org lain utk open mind bahkan secara paradoksal justru meng - Closed mind - dirinya sendiri sejak awal, dimulai persis saat dia minta org lain untuk Open mind tidak minta org lain harus open mind aku pikir itu lebih mendekati makna dari pada kata Kamu boleh datang dan pergi Open mind adalah jalan plural, bahkan mngkin tentang mentoleransi yg mngkin sedang tak mentoleransi dengan yg aku suka dan mau, knapa tak toleran? sma sperti pertanyaan kenapa harus toleran? kenapa harus berusaha memahamimu, usaha memahami bahkan berangkat dari ego ingin dipahami, adakah jalan yg tak perlu kau memahamiku? sehingga sibuk nya ini bukan itu Tidak semua org bisa memahami eksistensinya sendiri, begitu pula "dikte" dari budaya yang kadang mmbuat kamu tak mudah berdaya utk memilih sebagai kamu seutuhnya, pada dasarnya kata "aku" bukanlah milik siapa-siapa bahkan bukan milikku, apalagi milik satu budaya apa ato apa apa yg lain itu, maka mampu menertawakan apa yg sedang dipegang mati-matian mnjadi perlu, agar kata "aku" tidak digunakan untuk menyembunyikan aku, *Orang tak nyaman klo kamu tak mudah di pahami maka org lebih memilih memahamimu dengan jalan pikirannya sendiri* yg menghadirkan kamu sebagai kamu, tak keberatan dengan konsepmu, aku hadir bukan hanya karena konsepku, keberadaan lebih penting daripada kesamaan (kenapa harus sama), keberadaan (aku ada) harusnya lebih lebih bermakna daripada kita sama, krna makna hanya mungkin jika orang satu dan yg lainnya ADA, tanpa orang lain apa kamu ada maknanya? cukup berjalan apa kata bintang kita masing-masing Memahami itu sebuah jalan plural yg intim - butuh pengorbanan diatas altar harga diri juga keikhlasan - sprti Matahari hanya sadar tugasnya memberi jika sudah membahas ini, mngkin kamu tak lagi common sense, Maka, jalan sunyi yg kamu pilih mskipun disekitarmu ramai dan meskipun selalu bersuka cerita bersama mereka.
Ini sebenarnya paradox tentang paradox. Beliau menjelaskan paradox keterbatasan pemahaman manusia melalui bahasa dalam memahami pikiran sendiri atau pikiran orang lain. Tapi aneh nya saya bisa memahami maksud beliau yang di ungkap kan melalui bahasa nya
terdapat alam bawah sadar dan alam sadar sih, 80% pikiran kita action kita itu sebenernya berdasarkan pikiran bawah sadar, hal yang kita ngga sadari...
Semua orang hidup dan bergantung pada pengetahuannya atau persepsinya sendiri, itu disebut kenyataan. Tapi pengetahuannya atau persepsinya sendiri itu samar. Bisa saja kenyataan itu hanya ilusi, semua orang hidup dalam asumsi. ~Uchiha Itachi Gimana menurut Bung Martin?
Air putih atau Air bening? Menanak nasi atau memasak nasi? Namun, mas. Secara universal bagaimana "kita" menjelaskan suatu harfiah itu dapat di gunakan dalam keseharian? Sesuai kaidahnya? Sebagai mana A itu adalah A?. Dan yang menjadi pertanyaan besarku, bagaimana "kita" dapat menentukan A itu adalah A?
Apakah ini cikal bakal filasafatnya si Derrida? Btw, saya beli buku mas martin. Keren keren isinya. Saya tertarik sama buku sejarah politik mas martin. Sumpah itu keren dan detail. Yang edisi kedua kapan keluar mas e?
Bukan bung. Filsafat Derrida bermula dari problem dalam Fenomenologi sebagai sebuah upaya menelaah pikiran dari sudut pandang orang pertama. Secara sederhana, Husserl, bagi Derrida, mengandaikan bahasa yang berkorespondensi satu-satu dengan pikiran. Dengan demikian, telaah pikiran bisa dilakukan dengan telaah atas bahasa itu. Kalo kata Husserl, "pure logic grammar". Nah, Derrida menunjukkan bahwa bahasa, sebagai penanda, bersifat tidak stabil dalam menandai pikiran. Dengan demikian, upaya telaah pikiran yang mengandalkan telaah bahasa menjadi cacat.
Kalo untuk warna, pernah jg mikir gitu. Tapi bisa terjawab dengan warna yg dicampur. Misalkan biru dan merah menjadi ungu. Kalo orang lain melihat biru adalah kuning dan merah adalah hijau, maka tidak menjadi ungu kan?
Bisa saja ungu yg dipersepsikan si X berbeda dgn ungu yg dipersepsika si Y. Hanya saja, mungkin kebetulan X dan Y sepakat bahwa yg seperti itu disebut 'ungu', tanpa mereka tahu masing2 sebenarnya punya persepsi berbeda.
@@feniusfarsaid1781 misalkan A&B sepakat warna merah (mata A = merah, mata B= biru). Kemudian warna itu dicampurkan dengan kuning (mata A = kuning, mata B = merah) makanya hasilnya A akan bilang jadinya warna oranye, sedangkan B jadinya akan ungu. Kalo B tetap bilang ungu itu adalah oranye, maka kalo disusun mejikubiniu versi keduanya, warnanya jadi acak dong dan ga jadi gradasi warna di mata B?
Karena jati diri itu dibentuk lewat narasi sejarah individu, (dan genetik) bahasa hanya media atau alat untuk menyampaikan gagasan bahkan perasaan. Membaca karya tulis seseorang seperti sebuah lirikan pada kakak kelas yg kepanasan, 😆😆😆 Mengenali esensi butuh pengalaman dalam beberapa kondisi dan situasi yg keduanya saling berinteraksi. #gaulajapanjangbetya.. 😁😂🤣
karena untuk menyelaraskan persepsi itu hampir tidak mungkin, maka diri kita menghadirkan sebuah opsi untuk mengatasinya dan opsi itu adalah ; . . "SETIDAKNYA SEPERTI ITU/KURANG LEBIH SEPERTI ITU" 😂😂
problemnya ada pada bahasa yang berfungsi sbg alat, bersifat konvensional dan pasti memiliki keterbatasan untuk menggambarkan realitas, termasuk realitas diri. Mungkin akan berbeda, ketika kita merenung atau merasakan sendiri, dan bersifat spiritual,tanpa dituntut untuk menyatakannya melalui bahasa.
Ini menarik, Bung. Kita bisa menyimpulkan bahwa bahasa tidak bisa diandalkan untuk memahami diri. Kemudian, apa yang bung sebut sebagai "merenung" itu sudah sempat dipikirkan oleh Husserl, yaitu ide Fenomenologi sebagai upaya telaah struktur kesadaran dengan sudut pandang orang pertama. Momen merenung atau refleksi itu nantinya akan dikritik oleh Derrida yang menemukan metafisika kehadiran dalam pemikiran Husserl. Dengan itu, Derrida mengembalikan bahasa pada sifat mulanya, yaitu taksa atau bermakna tidak stabil. Kemudian, pertanyaannya, apa yang bisa kita andalkan untuk menelaah kesadaran? Saya sendiri sepakat dengan fisikalisme, khususnya Materialisme Eliminativis sebagaimana dipikirkan Paul/Patricia Churchland. Dalam pandangan ini, kesadaran tidak lain daripada aktivitas neural. Jadi, untuk memahami kesadaran, kita perlu melakukan telaah atas aktivitas neural via neurosains.
Oh begitu ya..? Tapi bentar izinkan aku berfikir dulu ya... Sabar... dan pada akhirnya aku mulai berfikir dan... difikir, dihayal, dipahami, diberi tahu Oh My God Aku siapa...!!!???
Izin menaggapi bung, Kata sepertinya saya sakit itu kan merupakan kata yang objeknya masih samar2, sedangkan kata saya sakit itu merupakan kata yang telah dikenal objeknya secara jelas tidak dgn sama2, jadi pertanyaan saya, Sebetulnya dimana letak persamaan kedua kata tsb menurut bung? Toh katanya aja berbeda udah tentu menampilkan makna yang beda?
Om, gimana pendapat mu, kalau misalkan aku memahami sesuatu dari penjelasan/konsep orang lain, disituasi itu aku seperti membaca peta, sudah ada polanya, dan tinggal dipahami. Sementara ketika aku berfikir sendiri, atau menganalisa suatu objek, aku memulai dari abstrak, aku seperti seseorang yang sedang membuat peta, tapi aku kadang kesulitan untuk menghubungkan antar satu hal dengan hal lainnya.
Pengalaman yg akan bantu lu memahami tema/topik secara lebih utuh, bersikap terbuka dan banyakin gaul dari background berbeda. Jangan tanya pengertian dan arah hidup lu sama orang lain! Emang lu olang andloid ah?? 😁😂🤣
Lu nanya kenapa sulit memahami konsep orang lain kan? Atau punya kesulitan membangun teori sendiri!? Tu gua kasih tau solusinya, umur lu berapa abad? 😂🤣
@Aditia Nurgaha Wkwkwk siap pak tua. Tapi lu salah paham bwang, yang gua maksud, memahami konsep orang lain itu akan lebih mudah karena sudah ada polanya dan tinggal memahami pola itu. Sedangkan,manusia atau kita punya pengalaman sendiri yang tentu jika kita bentuk lagi polanya sendiri, akan berbeda. Makanya kita harus bisa membentuk pola itu sendiri berdasarkan apa yang kita tahu, apa yang kita alami, dan apa yang sesuai sama hidup kita. Maka dari itu,,, gua nanya, kalau dalam proses membentuk pikiran sendiri kita sulit menghubungkan antara satu hal dg hal lain dalam satu konsep, bagaimana pendapat om martin? Just it, wkwkwk Soal komentar abng ttg pengalaman, yappp itu penting, tapi disini gua bertanya tentang bagaimana menyusun sedikit pengalaman yang ada? Bukan soal banyaknya pengalaman, tp soal memanage pengalaman-pengalaman itu agar rapih dan terpola. Soal pergaulan dan keterbukaan, bukankah bertanya adalah jalan awal membuka pikiran? Terus soal jalan hidup, gua fikir memutuskan untuk berfikir sendiri adalah jalan hidup. Tapi bertanya pendapat orang lain ttg apa yang sedang menjadi persoalan dalam proses berfikir sendiri, bagi gua itu sesuatu yang bisa di diskusikan serta tidak perlu dikaitkan dg jalan hidup. Aku gatau maksud abang gimana, tp aku gagal faham sama komentar abang, iam sorry.
Soal umur, gua pikir disini kita berbicara antara individu dengan individu, pikiran dengan pikiran, atau manusia dengan manusia. Umur sama sekali gabisa menentukan jawaban apapun dalam proses gua mencari jawaban. Jadi, Masing-masing dari kita ga perlu tau umur satu sama lain. Btw, thanks atas perhatian, waktu, dan jawabannya.
Sy jadi mengerti dgn pendapat bahwa sebaik-baiknya bercerita adl kpd Tuhan. Krn dari sini ternyata memang pada dasarnya manusia terbatas utk mengkuantifikasikan perasaannya shg obrolan sesama manusia rawan kesalahpahaman. Sedangkan dgn Tuhan, kita diam saja Tuhan memahami.
Hakekatnya semua adalah netral ketika masuk pikiran melalui indera akan menjadi persepsi dan jika dikeluarkan akan menjadi opini, menariknya persepsi-persepsi ini yang membentuk realitas kehidupan kita entah disadari atau tidak.
Persepsi itu samar atau engga?
Netral itu apa?
@@FLASHBANG66 tidak memiliki nilai baik atau buruk
pikiran itu tidak terbatas dan tidak bisa di batasi, kita tidak bisa melarang orang seandainya mereka berfikir meragukan konsep agama, krn itu sah sah saja dan hak mereka, kita ga bisa bilang dia salah, dan kita yg benar, krn ukuran nya dr mana, mjd org baik kan gak hrs ber agama, menolong ga hrs krn iming2 pahala dan surga, jd kita hendaknya tdk menhakimi orang lain salah hanya krn mereka tdk sama dg pemikiran kita, krn pada dasarnya fikiran kita tidak terbatas, jd memungkinkan kita berfikir di luar dr jalur yang sudah ada, justru kdg kita di haruskan berfikir out of the box untuk menghasilkan pemikiran yang lebih cemerlang dan lbh baik
Salah satu channel "harta karun" yang ada di youtube, dan di dunia internet secara umum. Semangat Ko Martin !
Ini sudah pernah di nyatakan oleh Peterpan,"Pikiran ku,tak dapat ku mengerti.Kaki di kepala,kepala di kaki"
Pikiran kita didasarkan dari panca indra kita :"),,,
😂
Gokill
Hehe teringat masa TK lagu kepala pundak lutut kaki lutut kaki 😁
Wkkwkwlkwkkwkk
Mantap. Dimulai dari pembahasan epistemologi soal bahasa & pikiran, lalu dibawa lebih dalam sampai ke ranah ontologi soal ketiadaan aku/ego yg utuh alias tak terbagi. 👏👍
Jadi keinget filsafat fenomenologi. Aliran filsafat yg sepertinya kurang mendogmakan kebenaran mutlak. Karena selain persepsi aspek emosi juga terlibat. Mantap bangg 👍
Sementara begitu banyak orang hidup tergantung dalil-dalil, Martin selalu membuat kita berpikir, itulah pesan dari vlog nya.
Inspirasi bagi orang awam, kaum terpelajar, dan kritis kepada diri sendiri.
betul, dalil 1 pun bisa berubah maknanya, tergantung gmn kita menafsirkan nya, di lain tempat bisa berbeda maknanya, yah kudu ngaji lagi soal Ayat Kauniyah dan Qauliyah...
Pikiran itu berjalan sendiri sesuai keinginannya, tidak pernah mau diam, jika tidak ke masa lalu ya ke masa mendatang, dia tidak mau diam di kekinian, apa itu kekinian, yaitu kenyataan yang terjadi saat ini didalam pribadi masing masing manusia... namun disebalik pikiran ada si pengamat yang Gagah Sekali, andai saja manusia mengakses si pengamat itu dengan dilihat saja pikiran bisa diam tidak berlarian kesana dan kemari.....
rasa sakit itu di alami oleh fisik manusia, sedangkan penderitaan dialami oleh batin manusia
rasa sakit disebabkan oleh benturan fisik yang mengenai fisik mansuia maka manusia akan merasakan sakit, apakah ketika manusia mengalami sakit fisik ia menderita? belum tentu
penderitaan disebabkan oleh pikiran yang menanggapi dari apa yang dirasakan oleh panca indra manusia, misalkan ada teman yang sedikit melontarkan kata kata yang menurut anggapan km itu menyinggung kamu, maka kamu yang menanggapi omongan itu adalah singgungan untuk km maka km akan tersinggung, selanjutnya reaksi batin dari terjadi didalam dirimu, timbulah bibit bibit bom atom amarah jika meledak maka kekuatan yang ada didalam dirimu akan menggerakan fisikmu juga....
itu jika manusia berada dalam ketidak sadaran, sebetulnya di luar sana tidak ada apa apa yang ada apa apanya ya di dalam diri km sendiri, jika km anggap diluar dirimu ada apa apa ya pasti ada apa apa, jika km menganggap semua yang diluar sana hanyalah system yang berjalan sebagaimana smetinya maka kamu akan menerima semuanya dengan kesadaran yang tinggi
jadilah diri km tidak akan mudah marah, karena dirimu lebih memperhatikan gejala yang terjadi didalam dirimu sendiri...
pintar merasa bukan merasa pintar
salam rahayu
Pentingnya berbagi Cinta jangan di Akui sendiri ...maka kesuksesan itu kesuksesan bersama Manusia tak ada yg bisa berdiri sendiri ... Salam Cinta dan Cahaya .
Jumlah kata tidak akan cukup untuk seluruh kemungkinan permutasi dari setiap keadaan yg ada didunia, bahkan penamaan benda2 angkasa lebih seperti kode.
Tp apakah mungkin kita mengenali diri kita sebatas hingga kita bisa mengendalikannya hingga taraf tertentu sesuai dengan keperluan kita?
Saya selalu percaya, "how well you know yourself is proportional to how well you could know one's self"
Orang yg paling bisa menggali diri orang lain adalah orang yg paling bisa menggali dirinya sendiri, tp ga seluruhnya tergali, hanya cukup hingga dia bisa berkomunikasi secara efektif.
Dari sini selalu dapat pembelajaran baru. Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat artificial intelegent. Kalo saya belum bisa ya mungkin orang lain. Tapi kadang demi kemajuan ya perlu yg namanya kebebasan berpikir kalo seandainya Thomas Alfa Edison mengikuti buku yg ada mungkin kaga berkreasi tuk membuat bohlam lampu maupun arus listrik
Pentingnya kerjasama dsn belajar bersama.
Termasuk Penjelasan Om Martin semuanya Ilusi
Bahasa yang menentukan pikiran kita ketika diri kita mendapatkan stimulus atau rangsangan dari atensi pada objek atau fenomena yang direpresentasikan secara semiotis, kemudian kita persepsikan pada rasio atau akal budi kita. Ketika kita ingin merepresentasikan pemikiran kita (beropini), maka kita akan menggunakan bahasa (atau benda simbolik lainnya) sebagai media. Tentu saja kita tidak dapat merepresentasikan pemikiran kita pada bahasa secara sempurna, dan orang lain pun belum tentu memahami dengan sempurna maksud dari bahasa kita.
Nah! Teorinya hmpr sma dgn yg sy pikirkan, namun msih brbeda, tp sy gk mau ngomong sma org, ntar org lain bilang omongan sya, hnya omong kosong, namun sy mrasa teori itu sngt mnarik. Apakh mngkin klo khidupan yg kita rasakan memang betul² nyata? atau hnya proyeksi dr representasi imajinasi, bhkan informasi & berita yg kt kthui hnyalah produksi dr pikiran kt, agar mnjg kecerdasan otak kt tetap trjaga & kt trjebak didlmnya.
Mudahnya sy mngatakan bhwa sy memang ada, & sy mrasakan sy hidup, punya batin & lahiriah, tp sy tdk yakin apa kh org mrasakan hal yg sma, atau mereka bgian dr imajinasi sy. Atau mereka hdp, tp apa yg mereka saksikan, & mereka rasakan itu sma dgn khidupan sy. Memang omong kosong, tp menarik mnurut sy, & sy suka😂
Jika kamu mencintaiku, jangan ciptakan "aku"
sip bisa paham gw, mungkin suatu saat bisa kolab bertemu sama noe/sabrang, & izzy/vngnc "mungkin".
tapi ya, gw menikmati.
Ohh.. maksudnya mau bilang mirip VNGNC ya... 😌
masalahnya kita tidak pernah tau bagaimana rasanya jadi pemikiran orang lain
bisa hanya Dengan Mengubah pikiranmu terhadap materi berdasarkan tindakan Orang lain
@@antusumbu8403 tidak akurat, tapi boleh dicoba
Bang Martin, kalo boleh saran, coba bahas tentang kesuksesan dalam sudut pandang filsafat, soalnya jaman sekarang muncul fenomena banyaknya influencer yg menceritakan kesuksesannya di UA-cam atau di media sosial lain, awalnya memang di respon positif sebagai sebuah konten inspiratif, cuma lama-kelamaan karena banyak yg membuat konten tentang kesuksesan, ada beberapa orang yg bersikap sinis terhadap beberapa influencer tersebut dengan alasan setiap orang punya privilege atau kondisi ekonomi, pendidikan, sosial, dll yg berbeda, ada juga yg berpendapat sukses bukan cuma soal pencapaian uang atau harta atau juga tentang sebuah prestige semata, kalo itu semua dibahas secara filosofis, bagaimana tuh bang? 🙏
Kesuksesan itu Ada kesuksesan duniawi ada kesuksesan Alam Setelah meninggal Dunia dah intinya gitu aja.
@@tart9339 Maaf bang, jawaban ini tidak menjawab pertanyaan yg diatas🙏
@@jonathanagungkristianto7288 anda bisa jawab bang?
Ketakutan sejak kecil. Apakah org lain diluar diriku juga bisa berfikir?
inti filsafat kesadaran wkwkwk
Gak ngarti gua
Ktika kcil befikir, kok gua doang ya yg ngerasa berfikir, apakah orglain itu cuman hiasan dikehidupnku? Gua tokoh utama dlm hidup ini
Update terus dong Pak, supaya orang awam seperti saya sedikit tercerahkan..
Hadir nyimak
Terima kasih sudah berbagi pikiran Mas. Jik aboleh saya sarankan, untuk materi yang dijelaskan di video2 selanjutnya mungkin bisa dituliskan sumber referensinya, karena saya juga tertarik ingin membaca... terimakasih
Mantap bang...
Dalam pemaparan materi perihal sebuah kalimat " kita tidak dapat memahami pikiran kita dan pikiran orang lain ", nah saya mencoba menarik sebuah kesimpulan dri kalimat tersebut diatas, bahwa ' MISTERI ' mungkin Merupakan salah satu rahasia ILAHI.
Jadi hanya Tuhan yg tahu apa yg ada dalam pikiran kita masing2, untuk hari ini, besok, dan seterusnya.
Bung collab sama guru gembul bung🙌
up
Up
*naik naik naik*
Setuju, mungkin bisa lebih banyak lagi yg bisa di bahas tentang filsafat
Wah ada penonton guru gembul disini
Kata Nagato juga "manusia tidak akan pernah saling memahami." Tapi kemudian ada orang berambut kuning yg kasih dia ceramah dan dia pun "bertobat." Padahal belajar Wittgenstein ga dosa kan?
🙈🙈🙈🙈🙈
Ya gak dosa lah. Tapi masalahnya Naruto gak pernah baca Wittgenstein juga sih. 😆
Berani berpikir mandiri😁
Jika memang pikiran kita tak sepenuhnya dapat kita pahami, setidaknya kita mempunyai beberapa aspek yang memang kita anggap benar karna jika kita tak mempunyai itu hidup kita akan terjerumus dalam keragu raguan.
yang bikin susah itu kalo berpikir negatif dan apatis, kalo sudah di tahap ini, susah sekali untuk sembuh, kecuali pribadinya menyadari
Mas Martin, gimana dengan kuantifikasi perasaan, seperti penggunaan pain scale dan penghitungan perasaan yang ada sensasi fisiknya (suhu tubuh, detak jantung). Apa bisa dibilang kata2nya masih belum bisa menggambarkan bahasa privat?
Saya pas SD kalau dapat nilai 100, sering bertanya-tanya, apakah senangku ini, sama dengan senang orang lain pas dapat 100? Apakah senang seperti ini, seperti itu juga senang orang lain. Apakah senangku, mereka justru merasakan marah. Ada" sj emang hahah
Daging ni 👍👍
bahkan sensasi bahwa kita memiliki diri "Sense of self" adalah sebuah ilusi
Kalo ini jatuhnya paracdox. Kalo diri kita ini ilusi, lantas bagaimana kita tau diri kita ini ilusi? Apakah sesuatu yang ilusif bisa mengetahui sesuatu? Bagaimana mungkin?
Sama kayak rene descartes. Diri yang meragu yah mensyaratkan keberadaan eksistensi dari diri itu sendiri. Cogito ergo sum. Bukti saya ada, adalah saya sedang berpikir.
@@syasya3722 yg saya maksudkan adalah sense of self, yaitu perasaan personal bahwa kta berada dlm sebuah tubuh atau lebih tepatnya berada di dlm kepala, seperti seorang pilot mengendalikan pesawat. Sense of self seperti itu adalah ilusi, tubuh kita adalah sebuah sistem kompleks dan perasaan bahwa kita adalah agen dari tubuh yg sedang kta pakai adalah ilusi, there's no center in our brain that we can call I.
@@sammawardi nah itu problem nya kan masuk ke kesadaran. Kalo kesadaran ilusif, bagaimana pengetahuan menjadi mungkin?
@@syasya3722 bukan kesadaran yg ilusi, tpi sens of self, itu 2 hal yang berbeda.
Mengenai pengetahuan, kmu tdk membutuhkann sens of self untuk rasional, atau berlogika, yang dibutuhkan untuk berdiealektika hanyalah otak yang sehat, krena keseluruhan proses tersebut akan di olah di otak
@@sammawardi yah sudah saya rubah pertanyaan saya saja. Kalo sense of self itu ilusif, bagaimana bisa ada kesadaran? Dan kalo kesadaran ada, mengapa sense of self tidak ilusif?
Masalah otak, sama sekali tidak menjawab, bagaimana otak bisa menghasilkan pemikiran yang rasional? Jika di jawab interaksi biokimia, bagaimana interaksi biokimia itu menghasilkan kesadaran?
ntah kenapa sepertinya bahasa privat itu bersifat seperti sensasi pikiran dan rasa, namun bukan kata2
Selalu keren suhu 🙏
Btw abang slalu tepat waktu.. “saya resah dengan pikiranku sendiri bang, saya resah dengan twk KPK saat ini, tapi teman2ku tidak ada yang peduli. Jadinya saya terkurung kerena tidak ada yang bisa diajak untuk berdiskusi.
Bisa discuss bro ama gua xixixi
Buat grub aja .
Linknya masukin k komentar video ini . psti banyak yg masuk ,,
Bro akhir² ini pikiran gw sendiri suka ngajak berpikir hal yg diluar nalar yg tidak pada umumnya orang tanyakan dan dia ngasih tau dengan jalannya sendiri kemungkinan² hal yg terjadi itu karena apa dan hal apa yg akan terjadi kedepannya. Seperti memberi petunjuk tiba² padahal sebelumnya tidak pernah mendapatkan atau memikirkan informasi tersebut. Tiba² aja muncul dengan sendirinya, pikiran gw emang unik sih kok bisa kepikiran yah? Atau memang setiap manusia bakal mengalami hal yg serupa?
Eh sama akhir-akhir ini gw juga kaya gitu. Sampe mikir dari mana bisa dapet pikiran kaya gini, kok bisa gw tiba-tiba dapet pikiran kaya gini. Sampe sekarang sering bengong cuma buat mecahin teka-teki dari mana gw dapet pikiran kaya gitu. Trus jadi ketakutan sendiri. Sampe sebenernya pikiran kita tuh ada yang ngatur atau itu emg hasil kemampuan manusia sendiri
Bung martin, tanya dong. Jika kita tidak pernah yakin jenis persepsi orang lain atas hal yang sama apakah sama dengan kita atau tidak, lantas, apakah ada pengetahuan objektif itu? Yang benar2 terlepas dari persepsi apapun itu?
Contoh putih Menurut saya bisa dibuktikan melalui model sains dan model matematika dalam proses penangkapan bisa dibuktikan dengan susunan berupa respon atom dalam satu organisme yg berpola kemudian diterjemahkan ke matematika
waktu kecil pernah mikir gini.... siapa tau putih yg saya lihat dimata orang lain adalah seperti merah yang saya liat... seumpama seperti itu.
tapi saya yakin tuhan kasih kita kesamaan dalam hal melihat realita...mungkin
Orng jawa hijau : hijau
Orng madura hijau = biru daun
dengan kesepakatan "itu" sama secara konsisten untuk "itu" yg mungkin berbeda pada persepsi orang satu dengan lainnya
*Misteri Pikiran Orang Lain*
Apakah Open minded itu mungkin? Usaha meminta org lain utk open mind bahkan secara paradoksal justru meng - Closed mind - dirinya sendiri sejak awal, dimulai persis saat dia minta org lain untuk Open mind
tidak minta org lain harus open mind aku pikir itu lebih mendekati makna dari pada kata
Kamu boleh datang dan pergi
Open mind adalah jalan plural, bahkan mngkin tentang mentoleransi yg mngkin sedang tak mentoleransi dengan yg aku suka dan mau,
knapa tak toleran? sma sperti pertanyaan kenapa harus toleran? kenapa harus berusaha memahamimu, usaha memahami bahkan berangkat dari ego ingin dipahami, adakah jalan yg tak perlu kau memahamiku? sehingga sibuk nya ini bukan itu
Tidak semua org bisa memahami eksistensinya sendiri, begitu pula "dikte" dari budaya yang kadang mmbuat kamu tak mudah berdaya utk memilih sebagai kamu seutuhnya,
pada dasarnya kata "aku" bukanlah milik siapa-siapa bahkan bukan milikku, apalagi milik satu budaya apa ato apa apa yg lain itu, maka mampu menertawakan apa yg sedang dipegang mati-matian mnjadi perlu, agar kata "aku" tidak digunakan untuk menyembunyikan aku,
*Orang tak nyaman klo kamu tak mudah di pahami maka org lebih memilih memahamimu dengan jalan pikirannya sendiri*
yg menghadirkan kamu sebagai kamu, tak keberatan dengan konsepmu, aku hadir bukan hanya karena konsepku,
keberadaan lebih penting daripada kesamaan (kenapa harus sama), keberadaan (aku ada) harusnya lebih lebih bermakna daripada kita sama, krna makna hanya mungkin jika orang satu dan yg lainnya ADA, tanpa orang lain apa kamu ada maknanya? cukup berjalan apa kata bintang kita masing-masing
Memahami itu sebuah jalan plural yg intim - butuh pengorbanan diatas altar harga diri juga keikhlasan -
sprti Matahari hanya sadar tugasnya memberi
jika sudah membahas ini, mngkin kamu tak lagi common sense,
Maka, jalan sunyi yg kamu pilih mskipun disekitarmu ramai dan meskipun selalu bersuka cerita bersama mereka.
Ini dapet copy darimana bro wkwk
Hadir salam filsafat tanpo aran
Filsafat tanpa aran itu gimana bro?
Karena pada dasarnya PIKIRAN lebih Nyata daripada MATERI
Ini sebenarnya paradox tentang paradox. Beliau menjelaskan paradox keterbatasan pemahaman manusia melalui bahasa dalam memahami pikiran sendiri atau pikiran orang lain. Tapi aneh nya saya bisa memahami maksud beliau yang di ungkap kan melalui bahasa nya
joss bang
Kerennnnn....
bahas tentang takdir dong bang (manusia) wkkw
Teruslah berkarya Pak
Alright sepertinya menarik
Sekali kali ngobrol sama roky gerung..asek tu bang😀
terdapat alam bawah sadar dan alam sadar sih, 80% pikiran kita action kita itu sebenernya berdasarkan pikiran bawah sadar, hal yang kita ngga sadari...
Thanks
Ngak bosen2 ngikuti channel berbobot begini
Ada yg tau ga kenal belum lama , tapi kepikiran dia terus
Kesunyian adalah bahasa Tuhan, selain itu hanyalah terjemahan yang buruk.
-Rumi
Bahasa Tuhan adalah getaran yang menghidupkan, detakan pertama sel manusia salah satunya. Tanda Ia hadir dari sunyi ke bunyi.
-aku
Rumi siapa kalo boleh tau?
@@chn._341 gugel bro
Semua orang hidup dan bergantung pada pengetahuannya atau persepsinya sendiri, itu disebut kenyataan. Tapi pengetahuannya atau persepsinya sendiri itu samar. Bisa saja kenyataan itu hanya ilusi, semua orang hidup dalam asumsi. ~Uchiha Itachi
Gimana menurut Bung Martin?
Air putih atau Air bening? Menanak nasi atau memasak nasi? Namun, mas. Secara universal bagaimana "kita" menjelaskan suatu harfiah itu dapat di gunakan dalam keseharian? Sesuai kaidahnya? Sebagai mana A itu adalah A?. Dan yang menjadi pertanyaan besarku, bagaimana "kita" dapat menentukan A itu adalah A?
mantap
Philosophical problems arise when language goes on holiday - Ludwig Wittgenstein
Apakah ini cikal bakal filasafatnya si Derrida?
Btw, saya beli buku mas martin. Keren keren isinya. Saya tertarik sama buku sejarah politik mas martin. Sumpah itu keren dan detail. Yang edisi kedua kapan keluar mas e?
Bukan bung. Filsafat Derrida bermula dari problem dalam Fenomenologi sebagai sebuah upaya menelaah pikiran dari sudut pandang orang pertama.
Secara sederhana, Husserl, bagi Derrida, mengandaikan bahasa yang berkorespondensi satu-satu dengan pikiran. Dengan demikian, telaah pikiran bisa dilakukan dengan telaah atas bahasa itu. Kalo kata Husserl, "pure logic grammar".
Nah, Derrida menunjukkan bahwa bahasa, sebagai penanda, bersifat tidak stabil dalam menandai pikiran. Dengan demikian, upaya telaah pikiran yang mengandalkan telaah bahasa menjadi cacat.
apa contoh yang memenuhi bahwa suatu pembuktian bersifat objektif ?
Jangan besok ada teknologi neurolink yang salah satu fiturnya bisa mengirim membagi mengcopy paste pikiran sesama manusia
obyek yg disepakati di sebut "putih" misalnya mungkin akan dipersepsi beda oleh yg bermata biru, coklat atau hitam
MenNyimak 👍
Malang hadir .
Malang mana mas?
Mantap bang Martin.
Kita memang tidak dapat menyampaikan secara sempurna apa yang ada didalam otak dengan hanya sekedar kata
Om bahas tentang pikiran alam bawah sadar
Kalo untuk warna, pernah jg mikir gitu.
Tapi bisa terjawab dengan warna yg dicampur. Misalkan biru dan merah menjadi ungu. Kalo orang lain melihat biru adalah kuning dan merah adalah hijau, maka tidak menjadi ungu kan?
Bisa saja ungu yg dipersepsikan si X berbeda dgn ungu yg dipersepsika si Y. Hanya saja, mungkin kebetulan X dan Y sepakat bahwa yg seperti itu disebut 'ungu', tanpa mereka tahu masing2 sebenarnya punya persepsi berbeda.
@@feniusfarsaid1781 misalkan A&B sepakat warna merah (mata A = merah, mata B= biru). Kemudian warna itu dicampurkan dengan kuning (mata A = kuning, mata B = merah) makanya hasilnya A akan bilang jadinya warna oranye, sedangkan B jadinya akan ungu. Kalo B tetap bilang ungu itu adalah oranye, maka kalo disusun mejikubiniu versi keduanya, warnanya jadi acak dong dan ga jadi gradasi warna di mata B?
Bos, bahas donk ttg apa itu, kuburan pikiran # thought grave
Karena jati diri itu dibentuk lewat narasi sejarah individu, (dan genetik) bahasa hanya media atau alat untuk menyampaikan gagasan bahkan perasaan.
Membaca karya tulis seseorang seperti sebuah lirikan pada kakak kelas yg kepanasan, 😆😆😆
Mengenali esensi butuh pengalaman dalam beberapa kondisi dan situasi yg keduanya saling berinteraksi.
#gaulajapanjangbetya.. 😁😂🤣
characteristics of the teachings of plutonism.. Wallahualam
Hadir🔥😇
mas, ini belum ada update baru ya ? TTATT
Bahas tentang indigo bang
Selayar hadir
karena untuk menyelaraskan persepsi itu hampir tidak mungkin, maka diri kita menghadirkan sebuah opsi untuk mengatasinya dan opsi itu adalah ;
.
.
"SETIDAKNYA SEPERTI ITU/KURANG LEBIH SEPERTI ITU"
😂😂
Hadir om Martin 🙋🏽♂️
Hadir pak Marthin
Buta warna itu termasuk inverted qualia ya?
Bang coba bahas tentang filsafat nietzsche
mi dalam bahasa aceh berarti kucing. aku kaget saat mendengar orang tuaku hendak memasak mie saat tak ada makanan
problemnya ada pada bahasa yang berfungsi sbg alat, bersifat konvensional dan pasti memiliki keterbatasan untuk menggambarkan realitas, termasuk realitas diri. Mungkin akan berbeda, ketika kita merenung atau merasakan sendiri, dan bersifat spiritual,tanpa dituntut untuk menyatakannya melalui bahasa.
Ini menarik, Bung. Kita bisa menyimpulkan bahwa bahasa tidak bisa diandalkan untuk memahami diri.
Kemudian, apa yang bung sebut sebagai "merenung" itu sudah sempat dipikirkan oleh Husserl, yaitu ide Fenomenologi sebagai upaya telaah struktur kesadaran dengan sudut pandang orang pertama. Momen merenung atau refleksi itu nantinya akan dikritik oleh Derrida yang menemukan metafisika kehadiran dalam pemikiran Husserl. Dengan itu, Derrida mengembalikan bahasa pada sifat mulanya, yaitu taksa atau bermakna tidak stabil.
Kemudian, pertanyaannya, apa yang bisa kita andalkan untuk menelaah kesadaran? Saya sendiri sepakat dengan fisikalisme, khususnya Materialisme Eliminativis sebagaimana dipikirkan Paul/Patricia Churchland. Dalam pandangan ini, kesadaran tidak lain daripada aktivitas neural. Jadi, untuk memahami kesadaran, kita perlu melakukan telaah atas aktivitas neural via neurosains.
Aku berbahasa maka aku ada.
Oh begitu ya..? Tapi bentar izinkan aku berfikir dulu ya... Sabar... dan pada akhirnya aku mulai berfikir
dan...
difikir, dihayal, dipahami, diberi tahu
Oh My God
Aku siapa...!!!???
Apakah cinta yang aku pahami sama seperti cinta yang kamu pahami? Eh ternyata cinta yang aku pahami bukanlah cinta itu sendiri. Oh ilusi...
Banyak orang gagal sebagai pemikir orisinal hanya karena ingatannya yang terlalu kuat. Nietzsche
Bahkan kita tak dapat lari dari pikiran kita sendiri.
Apakah anda tahu bahwa telur itu kotak?
@@spamobs5055 definisikan apa itu telur!
Telur adalah telur ayam
Izin menaggapi bung, Kata sepertinya saya sakit itu kan merupakan kata yang objeknya masih samar2, sedangkan kata saya sakit itu merupakan kata yang telah dikenal objeknya secara jelas tidak dgn sama2, jadi pertanyaan saya, Sebetulnya dimana letak persamaan kedua kata tsb menurut bung? Toh katanya aja berbeda udah tentu menampilkan makna yang beda?
manusia yg dapat mengakses fikiran orang lain adalah LUCY 100% BRAIN UNLOCK
Apakah harus menjadi di tengah2 dunia..
Dari 100% 1000% 10000%..
Manusia akan mengetahui setiap bentuk rasa, maksud, dan pemikiran sendiri/orang lain ketika sudah menjadi homo deus, ketika otak sudah menjadi data 💀
Om, gimana pendapat mu, kalau misalkan aku memahami sesuatu dari penjelasan/konsep orang lain, disituasi itu aku seperti membaca peta, sudah ada polanya, dan tinggal dipahami.
Sementara ketika aku berfikir sendiri, atau menganalisa suatu objek, aku memulai dari abstrak, aku seperti seseorang yang sedang membuat peta, tapi aku kadang kesulitan untuk menghubungkan antar satu hal dengan hal lainnya.
Pengalaman yg akan bantu lu memahami tema/topik secara lebih utuh, bersikap terbuka dan banyakin gaul dari background berbeda.
Jangan tanya pengertian dan arah hidup lu sama orang lain! Emang lu olang andloid ah?? 😁😂🤣
@@aditianurgaha1294 Ngomong ape bwang?
Lu nanya kenapa sulit memahami konsep orang lain kan? Atau punya kesulitan membangun teori sendiri!? Tu gua kasih tau solusinya, umur lu berapa abad? 😂🤣
@Aditia Nurgaha
Wkwkwk siap pak tua. Tapi lu salah paham bwang, yang gua maksud, memahami konsep orang lain itu akan lebih mudah karena sudah ada polanya dan tinggal memahami pola itu.
Sedangkan,manusia atau kita punya pengalaman sendiri yang tentu jika kita bentuk lagi polanya sendiri, akan berbeda. Makanya kita harus bisa membentuk pola itu sendiri berdasarkan apa yang kita tahu, apa yang kita alami, dan apa yang sesuai sama hidup kita.
Maka dari itu,,, gua nanya, kalau dalam proses membentuk pikiran sendiri kita sulit menghubungkan antara satu hal dg hal lain dalam satu konsep, bagaimana pendapat om martin?
Just it, wkwkwk
Soal komentar abng ttg pengalaman, yappp itu penting, tapi disini gua bertanya tentang bagaimana menyusun sedikit pengalaman yang ada?
Bukan soal banyaknya pengalaman, tp soal memanage pengalaman-pengalaman itu agar rapih dan terpola.
Soal pergaulan dan keterbukaan, bukankah bertanya adalah jalan awal membuka pikiran?
Terus soal jalan hidup, gua fikir memutuskan untuk berfikir sendiri adalah jalan hidup.
Tapi bertanya pendapat orang lain ttg apa yang sedang menjadi persoalan dalam proses berfikir sendiri, bagi gua itu sesuatu yang bisa di diskusikan serta tidak perlu dikaitkan dg jalan hidup.
Aku gatau maksud abang gimana, tp aku gagal faham sama komentar abang, iam sorry.
Soal umur, gua pikir disini kita berbicara antara individu dengan individu, pikiran dengan pikiran, atau manusia dengan manusia.
Umur sama sekali gabisa menentukan jawaban apapun dalam proses gua mencari jawaban.
Jadi, Masing-masing dari kita ga perlu tau umur satu sama lain.
Btw, thanks atas perhatian, waktu, dan jawabannya.
Mau tnya bang, lalu bgaimana ilmu semiotika bisa dipelajari?
Siapa yang berpikir? Dimana letak kesadaran?
Dalam aktifnya 24 jam linkaran kesadaran.
Tdak ada juga yang bisa memastikan kalo objek di luar kita adalah kenyataan. siapa tau objek di luar kita itu adalah pikiran kita
sok tau
@@Astraltrance-uk3uv dari pada lu sok anjing
Seperti sering saya tanyakan apakah muka kita di cermin ataupun di ponsel sama akan dilihat orang lain?
otak ku overheat kkkk