Menarik sekali Seminar ini dan Saya sangat setuju ... Agar para pemerhati ikut mamakmurkan rakyat Indonesia . I love Indonesia yg jumlah Pulau nya 17 000 pulau lebih katanya ... Seharusnya Pembangunan Angkutan Laut dan Udara yg perlu di perhatikan ... Benar juga Seorang Pak Habibie yg ingin membangun Indonesia ... Pemerintah Indonesia harus memperhatikan pulau² kita yg demikian banyak ... Supaya Aman perlu ditempati oleh rakyat kita yg jumlahnya cukup banyak ( no. 4 di dunia ) ... Cobalah membuat rencana Transmigrasi dari penduduk yg padat untuk menempatkan rakyat kita demi keamanan dan kesejahteraan rakyat kita Indonesia ... Dimana pulau² tsb sangat kaya dgn kekayaan alam nya ... Sebelum dikuasai oleh Asing ...
Yang dididik bukan masyarakatnya, karena mereka punya local wisdom. Saya mau bagi pengalaman sewaktu saya pulang kampung dan main ke Pantai Tanjung Tinggi, salah satu tempat wisata favorit masyarakat di Pulau Belitung. Saya ngobrol2 dengan penjual makanan dan minuman kecil di pinggir pantai. Ia seorang ibu muda, yang menjual sekadar kopi sachetan dan snack di pinggir pantai, bermodal sebuah kios portable. Saya mengomentari bahwa pantainya bersih sehingga saya dengan enak bisa nongkrong ngopi2 menikmati sunset di atas bebatuan. Sang ibu mengatakan bahwa merekalah yang membersihkan pantai. Katanya, bagaimana pengunjung bisa menikmati pantai kalau pantainya kotor. Di situlah pertanda bahwa masyarakat lokal memang punya kebijaksanaan sendiri. Mereka sadar bahwa pantai itu adalah rumah mereka yang harus mereka jaga. Yang harus dididik itu justru adalah pengunjung, yang kadang tidak sadar bahwa mereka adalah tamu, dan lupa menghormati tuan rumah yang sudah melayani mereka.
Jangan lupa game *pilah sampah plastik* gunakan 4 kotak dirumah masing2 kotak *ditulis* *1. Sampah organik* (paginya campur ke tanah) *2. Sampah plastik* (semua isi dibuang (sambal, acar, lalapan dll)) *3. Sampah non organik* ( kabel, kaca, kain dll) *4. Sampah sedekah* (Botol, gelas plastik, karton) Semakin banyak orang di rumah semakin besar kotak sampah plastik.. Efeknya 1. Anak Peduli sesama dan lingkungan 2. Anak attention to detail 3. Anak menjadi empati 4. Cek recek 5. In sya allah *pahala* 6. Dll *Coba selama 3 bulan* , yang tidak kuat lambaikan tangan 🖐️di komen
Pariwisata kita tidak ramah, semua bergaya preman dari negara sampai masyarakat, semua mengutip atas nama pajak,tarif, retribusi, mereka tidak mau proses membangun pariwisata yg ramah pada wisatawan, tapi mau mudahnya aja...pajak sana/sini.
smart tourism,... bukan hanya untuk pelaku pariwisata dan masyarakat sekitarnya,.. tetapi juga untuk penikmatnya (wisatawannya)... karena pendapat saya tourism hadir untuk menjaga (alam dan budaya) bukan untuk merusaknya...
Wisnubroto Sarosa 17:00 - "Ada suasana yang emang orang senang ketemu dengan orang asing lain." Pak Wisnu, bukan itu kesukaan wisatawan asing. Panjenengan mungkin suka berwisata, tapi mungkin belum tau gaya dan tujuan berwisata wisatawan Eropa. Mayoritas wisatawan Eropa lebih suka dan lebih memilih untuk merasakan kehidupan bersama rakyat setempat daripada bertemu dengan teman sebangsanya. Sehubungan dengan hal ini, ucapan bu Myra di bagian kedua seri ini juga mau saya kritik. Beliau mengatakan wisatawan mancanegara tidak suka makanan Indonesia. Siapa bilang? Ya mungkin kalau wisatawan dari Amerika Serikat dan mungkin juga kalau dari negara Asia lain. Pengalaman saya dan teman-teman pelaku wisata di Jepara, terutama di kepulauan Karimunjawa dan di lembah Tempur, berkata sebaliknya. Wisatawan mancanegara yang datang ke Jepara, khususnya Karimunjawa dan Tempur, sebagian besar berasal dari Eropa. Mereka tidak mencari sesama wisman dan juga tidak mencari steak, pasta, sandwich, pancake dan McDonald's. Mereka lebih suka tinggal di penginapan yang banyak kayu dan bambunya serta berinteraksi dengan warga lokal daripada hotel bertingkat-tingkat dan berkolam renang. Yang lebih suka menginap di situ malah wisatawan domestik. Wisatawan Eropa bahagia menikmati sarapan surabeng di Bunga Jabe di pulau Kemujan dan pohung godok di Kampoeng Kopi di desa Tempur. Bukan sarapan smoothie bowl dan oatmeal yang mereka cari.
Seingat saya 13 Desember sebagai Hari Nusantara pernah dirayakan di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2017. Beberapa tahun kemudian hampir tdk kedengaran salah satunya mungkin krn faktor pandemi COVID-19.
Bukan bayak promasi tapi perbaiki dulu service standar higienis tarip hotel destinasi dan jalan jalan yg bagus pablik service yg baik pokonya bayak lagi 😅😅😅😇😇
Kebudayaan paling cocok dengan pendidikan, karena kebudayaan yg terintegrasi dengan system pendidikan lah yg membangun kehidupan social bangsa Indonesia. Sebagai contoh, sewaktu di sekolah kita terbiasa mempelajari 1 atau 2 tarian traditional atau menyanyikan lagu2 daerah sewaktu kuliah di luar negeri berinteraksi mahasiswa international kita dapat dengan mudah menjelaskan makna, asal, dsb. Sehingga Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara itu unique, stands out amon the crowd. Karena kita menjadikan budaya Indonesia sebagai identitas diri kemanapun pergi. Hal ini tdk mungkin tanpa adanya budaya yg terintegrasi dengan system pendidikan.
Saya bukan seorang ilmuwan tapi pernah mikir seperti nara sumber ini .... kenapa kok area konservasi di buka demi pariwisata ... apakah tidak bertentangan dengan undang2 begitu.
Kalau statusnya sebagai Suaka Margasatwa atau Cagar Alam memang tertutup untuk parieisata. Tapi kalau statusnya Taman Nasional boleh untuk kegiatan wisata khusus di zona pemanfaatannya. Sedangkan zona rimba dan zona inti rertutup untuk kegiatan selain konservasi.
video ini banyak info dan kuliah yg sungguh bermanfaat. tapi secara teknis, editing video ini sangatlah buruk. saat menampilkan grafik, tampilkan saja grafiknya. tidak perlu diberi filling video spektator. menyorot ekspresi spektator sambil menampilkan grafik sangat mengganggu. parahnya lagi, tidak ada sinkronisasi dr audio dan video pemateri setelahnya. buat sesederhana mungkin! tampilkan wajah dari pemberi materi. tampilkan grafik di samping beliau. tidak perlu masukkan video dari videografi yg tidak penting. bikin pusing!
Bisa ga disampaikan, negara atau wilayah mana sih yang tata kelola kepariwisataannya mendekati ideal menurut perspektif bu Myra? Agar tidak terlalu abstrak diskusinya.
Menarik sekali Seminar ini dan Saya sangat setuju ... Agar para pemerhati ikut mamakmurkan rakyat Indonesia .
I love Indonesia yg jumlah Pulau nya 17 000 pulau lebih katanya ... Seharusnya Pembangunan Angkutan Laut dan Udara yg perlu di perhatikan ... Benar juga Seorang Pak Habibie yg ingin membangun Indonesia ...
Pemerintah Indonesia harus memperhatikan pulau² kita yg demikian banyak ... Supaya Aman perlu ditempati oleh rakyat kita yg jumlahnya cukup banyak ( no. 4 di dunia ) ... Cobalah membuat rencana Transmigrasi dari penduduk yg padat untuk menempatkan rakyat kita demi keamanan dan kesejahteraan rakyat kita Indonesia ... Dimana pulau² tsb sangat kaya dgn kekayaan alam nya ... Sebelum dikuasai oleh Asing ...
#bengkellenzoprobolinggo hadir
#bengkeltomoprobolinggo hadir
Panjang Umur ya Prof, kami masih perlu ilmu dari Prof.....sambil menitikan air mata ini nulisnya
2024
Yang dididik bukan masyarakatnya, karena mereka punya local wisdom.
Saya mau bagi pengalaman sewaktu saya pulang kampung dan main ke Pantai Tanjung Tinggi, salah satu tempat wisata favorit masyarakat di Pulau Belitung.
Saya ngobrol2 dengan penjual makanan dan minuman kecil di pinggir pantai. Ia seorang ibu muda, yang menjual sekadar kopi sachetan dan snack di pinggir pantai, bermodal sebuah kios portable. Saya mengomentari bahwa pantainya bersih sehingga saya dengan enak bisa nongkrong ngopi2 menikmati sunset di atas bebatuan. Sang ibu mengatakan bahwa merekalah yang membersihkan pantai. Katanya, bagaimana pengunjung bisa menikmati pantai kalau pantainya kotor. Di situlah pertanda bahwa masyarakat lokal memang punya kebijaksanaan sendiri. Mereka sadar bahwa pantai itu adalah rumah mereka yang harus mereka jaga. Yang harus dididik itu justru adalah pengunjung, yang kadang tidak sadar bahwa mereka adalah tamu, dan lupa menghormati tuan rumah yang sudah melayani mereka.
Perlu dialektika seperti ini. Kita tidak antipati perkembangan. Tapi perlu cerdas untuk selalu berfikir..
Dan wisatawan WNI yg keluar negeri hingga ngantre bertahun tahun OVERDOSE RUPIAH MENGUAP TIAP TAHUN😢😢
panjang umur dan sehat selalu bu myra, suka sekali dengan penyampaiannya
Jangan lupa game
*pilah sampah plastik*
gunakan 4 kotak dirumah masing2 kotak *ditulis*
*1. Sampah organik* (paginya campur ke tanah)
*2. Sampah plastik* (semua isi dibuang (sambal, acar, lalapan dll))
*3. Sampah non organik* ( kabel, kaca, kain dll)
*4. Sampah sedekah*
(Botol, gelas plastik, karton)
Semakin banyak orang di rumah semakin besar kotak sampah plastik..
Efeknya
1. Anak Peduli sesama dan lingkungan
2. Anak attention to detail
3. Anak menjadi empati
4. Cek recek
5. In sya allah *pahala*
6. Dll
*Coba selama 3 bulan* , yang tidak kuat lambaikan tangan 🖐️di komen
Pariwisata kita tidak ramah, semua bergaya preman dari negara sampai masyarakat, semua mengutip atas nama pajak,tarif, retribusi, mereka tidak mau proses membangun pariwisata yg ramah pada wisatawan, tapi mau mudahnya aja...pajak sana/sini.
smart tourism,... bukan hanya untuk pelaku pariwisata dan masyarakat sekitarnya,.. tetapi juga untuk penikmatnya (wisatawannya)... karena pendapat saya tourism hadir untuk menjaga (alam dan budaya) bukan untuk merusaknya...
sehat selalu bu myra ❤
Budaya pegawai negri adalah apa kata bos :D
Jadi angka memang gak bisa bohong tapi yg mendapatkan dan membaca angka bisa ngibul. 🤭
Wisnubroto Sarosa 17:00 - "Ada suasana yang emang orang senang ketemu dengan orang asing lain."
Pak Wisnu, bukan itu kesukaan wisatawan asing. Panjenengan mungkin suka berwisata, tapi mungkin belum tau gaya dan tujuan berwisata wisatawan Eropa. Mayoritas wisatawan Eropa lebih suka dan lebih memilih untuk merasakan kehidupan bersama rakyat setempat daripada bertemu dengan teman sebangsanya.
Sehubungan dengan hal ini, ucapan bu Myra di bagian kedua seri ini juga mau saya kritik. Beliau mengatakan wisatawan mancanegara tidak suka makanan Indonesia. Siapa bilang? Ya mungkin kalau wisatawan dari Amerika Serikat dan mungkin juga kalau dari negara Asia lain.
Pengalaman saya dan teman-teman pelaku wisata di Jepara, terutama di kepulauan Karimunjawa dan di lembah Tempur, berkata sebaliknya. Wisatawan mancanegara yang datang ke Jepara, khususnya Karimunjawa dan Tempur, sebagian besar berasal dari Eropa. Mereka tidak mencari sesama wisman dan juga tidak mencari steak, pasta, sandwich, pancake dan McDonald's. Mereka lebih suka tinggal di penginapan yang banyak kayu dan bambunya serta berinteraksi dengan warga lokal daripada hotel bertingkat-tingkat dan berkolam renang. Yang lebih suka menginap di situ malah wisatawan domestik.
Wisatawan Eropa bahagia menikmati sarapan surabeng di Bunga Jabe di pulau Kemujan dan pohung godok di Kampoeng Kopi di desa Tempur. Bukan sarapan smoothie bowl dan oatmeal yang mereka cari.
Hari Nusantara 2022 dirayakan di Wakatobi
Seingat saya 13 Desember sebagai Hari Nusantara pernah dirayakan di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2017. Beberapa tahun kemudian hampir tdk kedengaran salah satunya mungkin krn faktor pandemi COVID-19.
Bukan bayak promasi tapi perbaiki dulu service standar higienis tarip hotel destinasi dan jalan jalan yg bagus pablik service yg baik pokonya bayak lagi 😅😅😅😇😇
Tahun 2010 sy masih sempet ketemu turis AS kesasar yang nanyain dimana letak jalan jaksa :D
Kebudayaan paling cocok dengan pendidikan, karena kebudayaan yg terintegrasi dengan system pendidikan lah yg membangun kehidupan social bangsa Indonesia. Sebagai contoh, sewaktu di sekolah kita terbiasa mempelajari 1 atau 2 tarian traditional atau menyanyikan lagu2 daerah sewaktu kuliah di luar negeri berinteraksi mahasiswa international kita dapat dengan mudah menjelaskan makna, asal, dsb. Sehingga Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara itu unique, stands out amon the crowd. Karena kita menjadikan budaya Indonesia sebagai identitas diri kemanapun pergi. Hal ini tdk mungkin tanpa adanya budaya yg terintegrasi dengan system pendidikan.
Departemen kebudayaan seharusnya menyatukan dengan pendidikan jangan dipisahkan.
Saya bukan seorang ilmuwan tapi pernah mikir seperti nara sumber ini .... kenapa kok area konservasi di buka demi pariwisata ... apakah tidak bertentangan dengan undang2 begitu.
Kalau statusnya sebagai Suaka Margasatwa atau Cagar Alam memang tertutup untuk parieisata. Tapi kalau statusnya Taman Nasional boleh untuk kegiatan wisata khusus di zona pemanfaatannya. Sedangkan zona rimba dan zona inti rertutup untuk kegiatan selain konservasi.
@@nasiaking
👍🙏
🤣🤣🤣 iya ya, target wisatawan sebanyak2nya tp yg dibuka taman2 nasional & warisan dunia, yg dibatasi. Jd nggak nyambung antara target & eksekusi
video ini banyak info dan kuliah yg sungguh bermanfaat. tapi secara teknis, editing video ini sangatlah buruk. saat menampilkan grafik, tampilkan saja grafiknya. tidak perlu diberi filling video spektator. menyorot ekspresi spektator sambil menampilkan grafik sangat mengganggu. parahnya lagi, tidak ada sinkronisasi dr audio dan video pemateri setelahnya.
buat sesederhana mungkin! tampilkan wajah dari pemberi materi. tampilkan grafik di samping beliau. tidak perlu masukkan video dari videografi yg tidak penting. bikin pusing!
Bisa ga disampaikan, negara atau wilayah mana sih yang tata kelola kepariwisataannya mendekati ideal menurut perspektif bu Myra? Agar tidak terlalu abstrak diskusinya.
Swiss
Australia
Apakah yg dimaksud dengan Wisatawan Nusantara = Domestic Tourism ?
Karena pengertian Tourist dan Excursion itu berbeda
buku apa yaa disebutkan tadi ?jadi penasaran dan mau baca...
MANTUL TENAN INDONESIAKU SEMAKIN MENDUNIA --- NUSANTARA NASAB GAJAH MADA...ELOK BROOW !!!😊