Ujian Nasional (UN) untuk Membantu Guru Mengajar?
Вставка
- Опубліковано 30 січ 2025
- 🎧 Bincang Pendidikan: Episode 2 - UN untuk Membantu Guru Mengajar? 🎧
Sebagian berpendapat bahwa Ujian Nasional diperlukan karena banyak anak tidak hobi belajar sehingga harus dipaksa oleh Ujian Nasional. Benarkah demikian?
Episode kali ini, host Bincang Pendidikan (Nisa Felicia) bersama Ibu Itje Chodidjah, Ketua Dewan Pakar PSPK sekaligus Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), akan berbincang mengenai bagaimana Kebijakan Ujian Nasional memengaruhi guru dalam memahami peran serta tanggungjawabnya sebagai pendidik.
Ada 4 topik kunci yang dibahas pada episode ini:
1️⃣ Mengapa ada guru yang setuju dan ada juga yang tidak setuju dengan penggunaan kembali UN?
2️⃣ Bekerja dalam kondisi yang penuh tantangan, apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk membantu guru mengajar agar siswa termotivasi belajar? Apakah UN bentuk bantuan yang dibutuhkan guru?
3️⃣ Perlukah guru menggunakan UN sebagai alat pengendali perilaku murid?
4️⃣ Apa yang guru pelajari (kembali) tentang profesinya ketika UN ada/tidak ada dalam sistem pendidikan Indonesia?
🔔 Jangan lupa subscribe, like, dan aktifkan lonceng notifikasi untuk mendapatkan informasi tentang episode Bincang Pendidikan lainnya yang akan datang!
#BincangPendidikan #UjianNasional #PodcastPendidikan #PSPK #BerpihakKepadaAnak #PendidikanBerkualitas #PendidikanBerkeadilan
Saya sebagai guru audah 30 tahun, sangat bersyukur UN ditiadakan, siswa kami malah semangat belajar karena proses belajar lebih baik. Ujian tetap dilakukan oleh swkolah tetapi untuk mengukur ketercapaian proses belajar masing masing siswa. Sepakat bu itje❤
MasyaAllah terima kasih ilmunya Ibu Khodijah.. semoga para guru semakin sadar akan tanggung jawabnya, peace to you all 🤲
Berarti yang disoroti adalah personal guru. Kesimpulannya ada apa dengan rekrutmen guru. Apakah rekrutmen nya sudah maksimal?
Guru adalah suritoladan bagi siswanya. Guru yg mendidik sepenuh hati akan belajar terus agar mudah difahami siswa
indikator keberhasilannya apa jika tidak pernah diukur?
Gamblang sekali beliau menjelaskan,❤
Kebetulan saya seorang guru, semenjak ada kumer pembelajaran disekolah Negeri mulai kreatif, mulai merambah kemasyarakatan, ke kehidupan, Tidak melulu dikelas. ~
Hanya saja ternyata yang minus adalah SDM gurunya, bukan anak didiknya. Gurunya belum siap, mindset pendidikan belum dapet, jadinya mereka bingung menilai anak dari sisi mana ?😢 Karena sebelumnya kan nilai hanya dilihat dari pelajaran.
Betul Bu, salah satu terpenting yang perlu dibenahi dulu adalah mindset tentang sebuah pendidikan.
haha...harusnya itu dilakukan tanpa menunggu kurmer dulu bu...
Mindset dan skeptisisme terhadap pendidikan. Dan terhadap pendapat terhadapnya.
Sependapat.
Ini akal yang sehat
Saya sependapat. Saya pikir tugas guru adalah mengajari anak belajar. Dan belajar merupakan suatu kebutuhan. Apalagi dewasa ini, sekolah bukan sumber ilmu satu-satunya. Ada banyak ilmu di internet. Namun untuk UN, saya rasa tetap perlu diselenggarakan untuk menguji kelayakan seorang siswa. Bukan sebagai acuan akreditasi sebuah sekolah. Saya rasa, ANBK lebih cocok untuk dijadikan sebagai acuan kualitas dari guru dan sekolah.
saya rasa anak kehilangan semangat belajar bukan karena hilangnya UN, mungkin kombinasi dari guru yang belum move on dengan tujuan pendidikan yang baru dan hilangnya UN sehingga anak kehilangan tujuan untuk belajar. Kebetulan saya diminta membantu beberapa anak tetangga, dan sepengamatan saya anak tidak mengerti kenapa harus belajar, banyak anak yang membaca atau mengerjakan tugas untuk menuntaskan kewajiban saja. Saya bukan lulusan keguruan jadi saya tidak mengerti mana metode yang sesuai, saya hanya berusaha memberikan penjelasan yang relate dengan kehidupan sekitar. Kadang, setelah belajar saya bebaskan untuk membuat kreasi. Tujuan saya sesimpel membangun suasana yang menyenangkan.
MashaAllah, keren Bu Itje Khodijah,,, kata-kata Bu Itje sangat menginspirasi saya,,, sama seperti apa yang disampaikan Bu I the saat press konferensi di workshop penguatan Guru PKGBI
Ibu Itje memang jeli sekali mengamati dunia pendidikan sehingga anti ujian nasional secara rasional. Namun harus diingat dunia pendidikan di Indonesia saat ini diincar oleh kaum materialistik pemburu cuan sehingga mereka ingin menghidupkan kembali ujian nasional dengan kedok meningkatkan kualitas pendidikan.
sungguh taktis & realitis paparan bu Itje, sy respect kali cara pandangnya
Saya suka pendapatt Bu Itje. Terima kasih
Setuju
realitis apanya? jelas-jelas pendapatnya hanya teoritis, menghakimi guru tanpa data. kalu ya coba kapan dia turun ke sekolah-sekolah di Indonesia? dia juga gak bisa buka realita kondisi anak-anak saat ini. dia aja mengatakan mengerjakan soal itu bukan bagian dari belajar. terus itu apa? apa bagian dari mimpi? berangkat sekolah tepat waktu saja itu juga bagian dari belajar. jadi ibu hanya pandai teori, dan hebat ilmunya karena banyak baca, dan baca. yang dihadapi hanyalah teks dan teks, sedangkan berdasarkan pengalaman berdasarkan paparan nya hanyalah pengalaman masa lampau. sedangkan realita saat ini tak ada dinukilkan, karena emang dia hanya profesi sebagai pengamatlah dan pengembang ilmu saja.
Kesimpulannya: mari samakan dulu mindset guru, terhadap perannya sebagai pendidik.
Saya sangat setuju dengan pendapat ibu Itje karena sesuai realita di sekolah. Saya sangat yakin kebijakan pendidikan yg sudah dilakukan oleh pak Nadiem tidak banyak berubah oleh Mendikdasmen yg baru. Paling ada beberapa revisi di point" penting sesuai arah kebijakan presiden. Trims🙏
nyatanya yang saya alami. lulusan SMK (jurusan TKJ), yang seharusnya bisa lebih siap kerja, nyatanya tidak dapat apa2. ditanyakan dasar2 komputer aja banyak yang gak bisa
@izzicomputer setahu saya SMK jurusan TKJ sudah dilengkapi dengan lab computer yg memadai dan guru yg "cukup kompeten". Lebih besar kemungkinan siswanya kurang giat belajar saja.
"every single human being was born for learning" .. indeed
sangat dibutuhkan kolaborasi kepala sekolah dan guru untuk terus belajar mengembangkan kemampuan agar anak-anak bisa termotivasi untuk belajar
Mudah2an bertahan lama ini channel,. kalo boleh usul, dibuat video ilustrasi nya bagaimana UN dan tidak UN dampak bagi guru dan siswa. Yah video seperti film gitu...
Bu Ice Chotijah.....top...👍👍❤❤
Adanya UN menjadikan guru terbelah....guru UN 'dianggap' guru penting, otomatis sikap siswa juga begitu....ini mapel UN penting....yg mapel non UN..gak penting....shg sikap siswa pd gr mapel non UN...juga kurang menghargai.....
Betul nggak....???
Based on my own experience....
@@wespensiun nyatanya skrg anak² bnyj yg bdoh. Di sekolahin bknya tmbah pinter malah tambah bdoh & pemalas. UN itu pnting, untuk mental dan standart kecerdasan anak. Klo soal Mapel UN nya ya memang perlu di perbaiki.
@@choirulanwar5712kan ujian gak cuma UN pak. Ada banyak ujian di sekolah selain UN
@@choirulanwar5712anak itu tidak ada yang bodoh pak, yang bodoh itu gurunya tidak bisa mengajarkan anak dengan benar.
Dengan UN apa bapak percaya nilai hasil UN itu representasi kepintaran anak itu ? Faktanya banyak sekolah yang mengajarkan anak cara mencontek Dan membagikan jawaban ke teman kelasnya.
Realitas dunia memang seperti itu kok.
Ada mapel yang memang lebih dihargai.
Buktinya: tes seleksi perguruan tinggi atau TPA/TPI, yang dipakai mapel itu2 saja.
@nurlufitanjungsari4895 tpi faktanya ujian itu gak guna kan ? Cmn skedar memenuhi prosedur aja.
Justru UN lah yg mnjdikan anak mmpunyai nilai "Goal" nya
evaluasi secara menyeluruh terkait pembelajaran, tujuan kita mewujudkan ank ank yg berfikir kritis, kreatif, karakter agar mereka mampu bertahan dlm segala situasi dan kondisi serta memiliki keahlian di berbagai ragam profesi tidak fokus beberapa profesi saja..
Guru yang selalu melakukan inovasi di kelas dan guru yang enggan berinovasi bukan tentang profesionalisme dan kode etik mana pun, tapi tentang keputusan pribadi. Ini yg highlighted dan noted bgd bagi saya.
Luaar biasa bu itje menggugah👏🏻👏🏻
Sekolah yg dicita citakan tergantung konsep warganya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin garda terdepan.
Saya setuju dengan ide ibu Ice..
Hindari menciptakan guru yg menghabiskan materi dan fokus kumpulan soal sebatas pengetahuan, tetapi seluruh otak yakni rekognisi,afeksi, aksi dan atau kreasi belum seluruhnya tersentuh.
Malah Ujian Nasional cenderung guru memberi kunci jawaban saat ujian krn gurunya cari prestise padahal bukan hasil ujian anak yg sebebarnya.
Maka ide ini perlu ditinjau ulang kembali mengutamakan ujian atau nengutamakan layanan inklusivitas, kebhinekaan, literasi, numerasi, karaktek, iklim sekolah, dan kualitas pembelajaran.Maaf saya curhat sesuai pengalaman saya sendiri.
Dengan beban minimal mengajar 24 jam per minggu (bhkn ada yg mengajar 30 jam atau lebih), guru sdh tdk pnya banyk wkt bu untuk melakukan pengembangan diri yg sungguh2 atau berkreasi merancang/menciptakan sesuatu yg menarik dan menantang untuk siswanya. Di luar mengajar, guru juga punya tugas2 lain terkait kegiatan sekolah. Untuk mengoreksi pekerjaan siswa secara detil dan sungguh2 saja sdh kurang waktu. Padahal feedback adalah hal yg sangat diperlukan untuk proses belajar siswa.
Jadi kalau ingin meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu caranya adalah mengurangi jam mengajar wajib guru. Kembalikan ke 18 jam per minggu agar guru pnya waktu yang lumayan cukup untuk belajar lebih jauh, untuk merancang pembelajaran yg berkualitas, dan untuk mengecek pekerjaan siswa secara maksimal.
Dan,, untuk punya waktu lebih untuk mendampingi dan melayani siswa yg butuh pendampingan ekstra di luar jam pelajaran.
Setuju sekali dengan pandangan anda, itu sejatinya yang terjadi di sekolah. Semoga pandangan uni didengar oleh pengambil kebijakan di negeri ini❤
Siswanya berapa jam per minggu ya? Masih di tambah dirumah suruh belajar
Saya 30 jam
Mendengarkan bincang pendidikan ini harus mengososongkan dulu keberpihakan kita, bukan setuju atau tidak setuju tapi lebih kememaknai plus minusnya UN. Jika kita tidak setuju UN, maka bisa saja kecenderungan kita menyalahkan pembicara, juga sebaliknya. Ditengah2 perbedaan ini Mari bersama2 memajukan pendidikan indonesia.
Sebagai seorang pelajar yang haus akan ilmu pengetahuan, saya sangat menyayangkan penghapusan Ujian Nasional dan penerapan Kurikulum Merdeka. Saya percaya bahwa Ujian Nasional merupakan tolok ukur yang objektif untuk mengukur kemampuan siswa dan menjadi motivasi bagi kami untuk belajar lebih giat. Kurikulum Merdeka, menurut pandangan saya, belum mampu memberikan tantangan akademik yang cukup dan belum sepenuhnya relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Saya sangat berharap pemerintah dapat kembali menerapkan Ujian Nasional dan mengadopsi kurikulum yang berstandar internasional, seperti yang diterapkan di negara-negara maju lainnya. Selain itu, kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah juga perlu ditingkatkan. Guru-guru harus diberikan pelatihan yang memadai agar mampu menyampaikan materi dengan efektif dan menanamkan nilai-nilai sosial pada siswa. Pemerintah juga perlu menyediakan fasilitas belajar yang lengkap, seperti perpustakaan yang kaya akan buku-buku referensi, laboratorium yang modern, dan akses internet yang memadai. Dengan demikian, siswa Indonesia dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan bersaing di kancah global. Saya yakin, dengan adanya perbaikan sistem pendidikan, Indonesia akan mampu melahirkan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berkarakter.
Saya juga sebenarnya sangat ingin sekali belajar kurikulum berstandar internasional, akan tetapi banyak sekali halangan halangan yang ada untuk saya dapat mempelajari kurikulum berstandar internasional seperti a level , kurikulum IB , dan kurikulum kainnya. saya berharap indonesia mampu untuk bersaing dalam kurikulum berstandar internasional.
Jangan ikuti pendapat si nenek itu.!
Pendapatnya menyesatkan,,!!
-Kalo mengikuti pendapatnya,, maka hari esok akan tercipta para siswa yang otaknya bodoh dan tidak cerdas,,!!
-Kesimpulannya, UN itu penting, membangun semangat belajar karena ada tantangan untuk mempersiapkan diri menghadapi test UN,,!!
Knp anak sekarang males membaca buku atau belajar, BUKAN KRN TIDAK ADA UN. Ya krn anak jmn now, anak2 kecanduan dan sibuk bermedsos.... Tp tdk pernah di analis oleh Pemerintah. Di Australia ada peraturan pembatasan bagi anak usia dibawah 17 th.
Masalah kita sepertinya adalah, belum banyak orang yang berpikiran seperti para ibu dalam acara ini.
Sebagian besar orang Indonesia, baik mereka yang duduk dalam kementrian pendidikan, guru, kepala sekolah, siswa, sampai orang tua siswa, masih berpikir bahwa belajar itu adalah mencari pengetahuan, dan oleh karena itu, butuh diujikan seberapa banyak pengetahuan yang telah diserap.
Masih sedikit yang menyentuh area skills dan cara berpikir, atau bahkan cara belajar. Sementara jaman telah berubah, dimana informasi terdapat dimana mana. Maka tugas sekolah sebagai penyedia informasi atau pengetahuan menjadi kurang relevan.
Ironisnya, pola berpikir orang kita yang notabene hasil pendidikan gaya lama ini membuat mereka tidak memahami pendidikan di jaman modern ini harus kemana arah dan tujuannya.
Alhamdulillah.. sangat menginspirasi sekali, dan semoga bapak presiden kita selalu bisa mengarahkan bangsa, merefleksikan Jas merah dan menjaga kemandirian bangsa ini ini untuk terus selalu meletakkan pondasi kpd pemuda kita sebagai generasi emas yg memandang segala sesuatunya dengan komprehensive, membentuk manusia seutuhnya dalam mencapai persatuan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat. Aamiin ya Rabb❤
Bu Khotijah, pencerahan yang baik sekali🙏
Saya guru honorer di negeri, akhirnya nemu chanel yg sepfrekuensi hihihi... Yes, saya juga berpihak kepada murid.
Lebih baik honorer tapi berpihak pada anak. Daripada ASN tapi berpihak pada ego diri
contohnya apa?
Terimakasih atas tayangannya. Sangat menginspirasi 🙏
Saya seorang guru.
Setelah menyimak dengan saksama. Saya berkesimpulan. Narsumbernya Terlalu banyak berteori. Akhirnya nilai pembahasanya, "Jauh pangga dari pada api."
Harapannya. Semoga UN diberlakukan kembali, demi KEJAYAAN, BANGSA DAN NEGARA.
Sepakat
Contoh yang gagal paham
Betul sekali,, sependapat,,!
Nara sumber gagal total pemahamannya tentang belajar,,!! Menyesatkan,,!!! Karena menolak UN jenis ujian mengisi soal tanya jawab tidak penting dalam belajar,!
-Kalo mengikuti pendapatnya,!
Di kemudian hari maka akan tercipta anak cucu yang otaknya bodoh, dan kecerdasannya rendah,,!!
Terbukti sekarang,,!! tanpa UN kecerdasan siswa menurun,,! Karena semangat belajar siswa menurun,,!! Karena siswa cuma sukanya bermain saja,,!
Idealisme setinggi langit. Cetak dulu saja guru setingkat malaikat, lengkapi dulu segala sesuatunya, sadarkan dulu wali murid, dukungan penuh instansi terkait baru bisa di laksanakan. Kapan itu siap ?
Sebaiknya realistis saja.
Semua butuh proses, tidak seperti makan mie instan. orang hidup harus punya idealisme setinggi langit.
betul ini ideilism semata, yang berdampak buruk bagi masa depan siswa ditambah kendala dan tantangan anak saat ini terus menerus di gerus dan di gempur oleh gadgetnya
Guru harus di jamin kebutuhan hidup nya dan keluarganya, agar bisa fokus menjadi Guru yang sesungguhnya bagi murid nya, memiliki kompetensi yang utuh sebagai guru, untuk membentuk murid yang Mandiri, Kompetitive di dunia nyata dan memiliki Attitude yang baik.
Setuju, anggaran UN itu tdk sedikit, seharusnya bisa untuk membantu rezeki guru, semoga anggaran pemerintah tepat seperti ini, langsung ke guru agar lebih semangat mengajar
Benar juga.. tapi fktanya byk guru yg pns dn sertifikasi (pndptnnya lbu dr cukup) tdk mmpu fokus mnjdi guru, bahkn kompetensinya ya gt.. jd peningkatan gaji guru tdk akn mmbrikan dmpk signifikan.
Boleh gaji d tingkatkan tapi proses rekrutmen d standarkan sgt tinggi.
Bahkan perlu langkah radikal dan tdk humanis
Guru yg ada saat ini d naikan standarnya d test yg g lulus d rumahkan.
Dan lgkh ini pun akan ada kendla bgmn prosesnya krna sy yakin akan banyak sulapannya selama sistem nya msh d kontrol manusia.
Setuju sekali Bu Itje, terus suarakan akal sehat
Persoalan sekolah kita adalah kualitas kepseknya sebenenrjya..kalau tdk visioner dan tdk memahami ttg pendidikan, akhirnya sekolah dikelola sec as usual aja. Sdh saatnya kepsek2 itu bukan diangkat, tp diseleksi secara nasional bukan hnya berasal dr PNS..in syaaAllah akan mnghasilkan kepsek2 yg profesional
Saya suka pendapat Bu Itje. Terima kasih.
Sy sejauh ini berusaha memahami setiap paparan Bu Itje sampai saya paham. Ttp teman² sy, para guru, sungguh tdk pernah mau menyimak penjelasan dr Bu Itje. Jika mereka mau mereka tdk mampu memahami krn tdk ada niat belajar dan keterbatasan kemampuan intelejensi. Masih ingatkah skor rerata UKG nasional kita hanya 54 koma?
Bu Itje tolong berikan kritik yg paling keras kpd kami para guru. Sejauh ini guru terlalu dibela. Guru saat ini merasa cukup dan sdh tdk mau belajar.
UN adalah bentuk ketidakadilan. Syarat utama UN adalah meratanya kualitas pendidikan di seluruh Indonesia. Dan kemudian UN tidak hanya menguji knowledge, tapi menguji kemampuan berpikir siswa. Sebelum Indonesia mampu mewujudkan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia, rasanya UN masih belum relevan, dan pada prakteknya nanti niscaya terjadi banyak kecurangan, dan pada akhirnya UN yang sering disebut sebagai alat ukur objektif akan gagal merepresentasikan hasil murni potret pendidikan kita.
Lehih baik tanyakan kepada para Kepsek, dana bos itu sudah maksimal belum untuk kepentingan peserta didik. Faktanya😢😢.😢😢
Setuju UN diterapkan kembali,,!!
Sehingga Guru di Sekolah semakin termotivasi merasa bertanggung jawab membimbing siswa semakin cerdas,!! dan Ortu Siswa juga semakin termotivasi mendorong anak semangat belajar di rumah.Sehingga siswa juga semakin terkontrol dan semakin termotivasi untuk semangat belajar,,!
Setuju banget.saya orang yang mendukung.un diterapkan lagi.
Termotivasi untuk jawab soal, bukan belajar 😊👌
@@isticrowsafi
Itu adalah bagian dari proses belajar,,!
Melatih siswa menjawab soal, supaya otak siswa berkembang semakin cerdas,,!!
@@Rafelo-xy9msanda sarjana? S2? Atau S3? Pernah baca penelitian ttg perkembangan otak anak? Tau apa saja parameter yg dijadikan ukuran untuk menilai apakah anak berkembang?
@@RagaTantraChannel
Betul sekali,,👍
Dukung UN diterapkan lagi.!
UN dan jenis ujian lainnya sangat diperlukan,,supaya siswa yang rajin belajar jangan merosot motivasi belajarnya. Harapan juga, siswa yang malas belajar, bisa berubah menjadi siswa yang rajin belajar.
Terlepas dari menarik tidaknya guru mengajar, tapi dia mengadakan kegiatan pembelajaran utk mengembangkan kompetensi tertentu. Soal harus dibuat sesuai dgn kompetensi yang dibelajarkan. Test dibuat (dalam bentuk soal2) untuk memastikan tercapaitidaknya kompetensi yang dibelajarkan.
Jadi tidak benar kalau guru mengajarkan anak2 muridnya hanya utk mengerjakan soal.
Test itu hanya satu cara dalam assessment. Kalau test (standardised test) hanya dijadikan alat mengukur suksesnya pembelajaran, maka benar adanya guru guru kita memang belum bisa move on dari gaya pendidikan lama, sementara jaman terus berubah. Standardised tests bukan tidak boleh diadakan, tapi sebaiknya tidak dijadikan ukuran tunggal dalam kesuksesan pendidikan, apalagi jika dijadikan tujuan pembelajaran.
@@fatweevlogs Benar sekali, oleh orang2 yang merasa diri paling progresif, updated, orang2 yang menginginkan test berstandard, dianggap belum "move on" (utk tidak mengatakannya ketinggalan zaman, kolot"). Tapi, tentu saja mereka yg out-of dated itu memiliki alasan mengapa mereka menginginkan test itu tetap dibuat. Mereka toh telah melaksanakan model assessment lain dan mungkin mereka "tidak puas" dengan hasilnya.
Benar sekali test tidak boleh dijadikan standar kesuksesan pendidikan dan dijadikan tujuan pembelajaran. Juga tidak boleh dijadikan ukuran tunggal, TAPI sebaiknya selalu dibuat, ditambah dengan model penilaian lainnya. Test berstandar ini seperti "alat test" atas kualitas model2 penilaian lain yang telah dilakukan.
Anak2 yg malas belajar pasti mencontoh dr org dewasa di sekitarnya. Guru itu adalah murid abadi, karena untuk menjadi guru dia selalu harus belajar agar dirinya berkembang terus. Hidup ini adalah ujian yg sebenarnya. Guru yg mendukung UN diterapkan kembali pada dasarnya adalah guru2 malas. Membangkitkan motivasi belajar itu jauh lebih sulit dibanding mengasah kemampuan untuk mengerjakan soal. Org Indonesia itu pada umumnya pintar menyelesaikan masalah, tp sedikit yg pintar mencari masalah untuk diselesaikan. Justru kemampuan untuk mencari masalah yg harus diselesaikan inilah yg harus menjadi salah satu tujuan pendidikan di Indonesia. Di UA-cam, sdh banyak guru2 Matematika menjabarkan materi ttg Matematika, sehingga tdk ke sekolah pun anak2 bisa mengerti Matematika. Bermodalkan 100rb Rupiah, anak2 bisa mencari org2 yg membuat konten pembelajaran ttg materi2 pelajaran sekolah.
Fungsi sekolah harus didefinisikan ulang. Sekolah sebagai tempat menimba ilmu, seperti Biologi, Matematika, Fisika, dst, sdh tdk berlaku dengan perkembangan teknologi yg sdh terjadi.
Semoga Bu pandangan Bu Itje masih didengar pak Mentri baru kita
Aamiin
Tampaknya kesepakatan sistem yg digunakan tidak akan pernah diterima disepakati total oleh semua tenaga kependidikan, makanya sering terjadi sistem terutama saat pergantian menteri.
Saya teringat akan pernyataan seseorang tentang level berpikir orang Indonesia pada umumnya. Menurut orang tersebut level berpikir orang Indonesia pada umumnya ada pada dua variabel saja, A atau B. Kalau bukan A, pasti B atau sebaliknya... Saya tidak tidak tahu benar-tidaknya pertanyataan orang ini. Tapi bincang soal ada-tidaknya UN mungkin menjadi contoh.
Oleh orang-orang yang merasa diri paling kekinian, up-dated, UN dianggap akan mengabaikan pengembangan kompetensi anak, di kelas anak2 hanya dilatih untuk mengerjakan soal-soal dan guru hanya bertugas untuk meluluskan siswa. Ketika UN masih berlaku, apakah aktivitas ruang kelas kita memang hanya berupa latihan mengerjakan soal, tanpa pengembangan kompetensi anak? Kalau memang demikian adanya, itu berarti sekolah2 tidak mampu melaksanakan tuntutan kurikulum. Naskah kurikulumnya sudah jelas memuat beragam kompetensi tiap mata pelajaran yang harus dikembangkan melalui aktivitas pembelajaran. Kalau benar ada gap yang lebar antara tuntutan kurikulum dengan praktek di kelas, itu berarti masalahnya ada pada "fasilitator kegiatan ruang kelas", yaitu guru. Kompetensinya!
Apakah dengan ditiadakannya UN kelas2 berubah menjadi ruang pengembangan kompetensi? Seharusnya! Mengapa? Karena "kambing hitam UN" sudah tidak ada!
Lalu, mengapa "orang2" pada mengeluh soal, tidak puas dengan output era tanpa UN?
Nampaknya, masalahnya bukan pada ada-tidaknya UN, tapi pada pelaksana di ruang kelas, yaitu guru. Bukan cuma mind-setnya, tapi terlebih kompetensinya: kompetensi pedagogik, akademik, personal dan social. Rekrutmen guru menjadi hal krusial.
Turunan dr semua yg Bu Itje jelaskan ada di PMM, masalahnya teman² guru ga mau belajar, meskipun sdh dimotivasi dengan berbagai cara, termasuk dgn masukkan sistem pengelolaan kinerja.
Semoga ke depan ada metode yg bs diciptakan oleh kementrian agar ilmu yg ada di PMM bs dipahami dan diterapkan para guru.
Motivasi paling mudah ya uang.
Uang itu jujur dan baik
Betul sekali. Dan itu karena tuntutannya besar sementara penghargaan ke guru sangat minim terutama untuk guru honor baik negeri ataupun swasta.
@@andangkurniawan5766o pantes
lah dikira yg ngerjain PMM guru muda doang? yg setaun lagi pensiun juga ngerjain udahpada tua2 itu, buset dibilang gamau belajar wkwkw, situ guru bukan ngomong gitu?
Sepakat bu Itje dan host❤🙏.
Benar sekali bu ..ketika ada UN ..sekolah yang hasil UN nya kurang bagus kepala sekolah nya di notice sama pangawas dan akhirnya kepala sekolah menegur atau mempertanyakan ke guru ... makanya gru kls 6 berat sekali beban nya .... akhir nya cara2 curang dilakukan ngasih uang ke pengawas lah biar melonggarkan aturan ujian atau guru ngasih jawaban ketika ke murid ketika ujian.... akhirnya anak anak di ajari curang...
hehe... jadi kepo apa yang dirasakan pakar ketika menghadapi siswa yang sangat beragam di lapangan... catat...tiap hari yang seperti guru lakukan setiap hari...
Hai Ibu,
Mngkn prlu memahami bahwa Anggaran Pendidikan dan Anggaran untuk kesuksesan belajar anak. Itu masih 2 hal yg berbeda.
cara mengukur kompetensi real siswa itu bagaimana? mengingat masih ada stigma kalau murid harus di "kompetensikan"
Bukankah Skor Data PISA juga Hasil Uji Anak" ?
Bisakah Konsep UN & Asesmen Nasional digabung menjadi 1 Ujian atau Bisakah Ujian Sekolah di Kontrol dalam Sistem Pusat ?
Jika bisa kita akan mendapatkan UN berbasis Sekolah+Nasional
evaluasi pemahaman anak anak perlu dilakukan, namun sistem ujiannya bisa dirubah dan perlu di pikirkan secara matang..
Saya 17 tahun jadi guru, dan 10 tahun jadi kepala sekolah,...
Saya ingin menyampaikan pendapat saya bahwa pelaksanaan un lebih baik untuk peningkatan mutu bila dibanding tidak ada pelaksanaan un.
Kita lihat pra dan pasca un....
Anak anak lebih termotifasi belajar jika ada target yang ingin dicapai oleh anak yaitu predikat baik pada nilai un...
Pasca un... Jadikan sertifikat keterangan hasil ujian un itu sebagai sumber informasi apa yang telah dilaksanakan oleh siswa selama jenjang tertentu. (Nilai un bukan penentu kelulusan yah benar👍👍👍)
Jika narasumber pernah meneliti guru dengan subjek un itu benar.... Justru yang harus diluruskan adalah kecakapan guru untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal yang akan diukur pada pelaksanaan un dan hasilnya akan tertuang pada sertifikatnya.....
Perkembangan teknologi saat ini yg sangat pesat membuat ujian menjadi hanya sebatas kemampuan dasar yg bisa dilakukan oleh teknologi. Bagaimana jika kita melihat kemampuan siswa dari kemampuannya menciptakan sesuatu dari apa yg dia pelajari.
Berarti hrs ada aturan tegas ttg CARA/ TEKNIK MENGAJAR YG JELAS kpd guru. Jadi jelas & tegas TARGETnya. Kasihan murid2 & ortu, tdk tahu apa2.
Betul Bu. Kalau saya yg ajarin anak saya, pasti dg sungguh2, jd beda hasil dg org lain ajar.
Teknik mengajar itu harus beragam, namun jelas dengan targetnya yang beragam juga. Hal ini karena setiap anak itu unik dan berbeda satu sama lain. Itu juga yang mendasari, mengapa rangking itu tidak dapat diterapkan dalam hasil belajar.
bahas tentang ujian nasional sebagai alat seleksi alat masuk sekolah selanjutnya yang diinginkannya
Belajar menurut ibu memampukan diri anak membelakarkan dirinya, lalu yang menjadi pertanyaan untuk apa anak -anak sekolah bertahun-tahun
Ya untuk belajarlah, makanya guru di sekolah diperlukan karena mestinya punya kompetensi pedagogi, yang orang tua gak punya. Makaya disekolahkan. Tp akhirnya di sekolah malah suruh UN. Itu masalah nya
Host pinter hasil ujian, narasumber juga pinter hasil ujian...
Bukan. Pinter karena pembelajar. Host tidak suka ujian. Tapi suka belajar
UN Nasionaal baik untuk di terapkan kembali. Sebagai standar evaluasi kompetensi yang dicapai oleh siswa secara nasional. Gurunya juga harus di evaluasi dengan soal yang sama dengan siswanya. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai siswa dengan gurunya. Apabila terjadi perbedaan yang signifikan maka perlu gurunya ditingkat kompetensinya.
Bentuk soal UN harus meliputi rana kognitif, afektif dan psikomotor.
Jangan, guru jangan dievaluasi, pemda jangan dievaluasi.
Biarin bikin standar sendiri2 aja.
Nilai 1000 semua aja semua.
@@andangkurniawan5766
😂😂😂😂😂😂😂😂
dimana keadilan, jika anak yang tiggal di daerah 3T harus menggunakan standar yang sama dengan anak kota?
@@setyaadi2
Ijin saya jelaskan soal keadilan disisi ini.
Bicara adil karena ada pembanding. Disini kita coba ambil pembandingnya nilai standar. Maka bicara nilai standar berarti disini melibatkan suatu ikhtiar untuk mencapainya. Lalu mana letak keadilan. Sejauh mana Ikhtiar guru, siswa, kepala sekolah, dan orang tua siswa sebesar itu juga yang akan di capai. Itulah adil dalam konteks ini.
Terpenting adalah kreatifitas dan inovatif serta kerja keras guru dan kepala sekolah. Itulah makanya di beri gaji setimpal oleh pemerintah. Lagi pula pemerintah sudah beri kemudahan mengakses materi pelajaran baik secara cetak maupun non cetak lengkap dengan model-model pembelajaran.
Kemudian yang namanya guru. Ia sudah memiliki bekal melalui pendidikan di perguruan tinggi untuk siap terjun di medan pertempuran yang namanya mengajar dan mendidik dengan situasi dan kondisi apapun.
Dahulukan sikap optimis dan visi jauh kedepan.
Salam mau maka bisa.
Amppun masih nggak paham jg😅
Kalau mau pendidikan maju, rekrut tenaga pengajar yang bermutu dan berikan kesejahteraan kepada guru.
Halo selamat pagi. Jika boleh tolong admin sampaikan ke Bu Itje , bagaimana harusnya mengajarkan matematika?
Jika belajar itu bukan sebatas mampu menyelesaikan soal
Bu Itje ini bisa mengajar secara dalam dan membuat antusias, tapi ya memang seperti itu tidak bisa diaplikasikan rutin.
Kenapa? Ya karena otak sapiens ga bisa antusias terus menerus.
saya bukan guru, tapi akan saya kasih perspektif sebagai mantan siswa yang pernah sekolah 12 tahun.
untuk matematika, buat agar relevan dengan kehidupan sehari-hari. karena masih banyak yang menganggap bahwa matematika itu gak guna bagi kehidupan sehari-hari.
Pokoknya berlakukan lg UN karna dgn UN adalah 1. Power full, siswa lulus dgn tarap nasional.
2. Membantu memotivasi siswa dan guru dlm proses pembelajaran.
3. Dgn UN siswa dan guru terdorong untuk belajar dan mau belajar.
Kembali ke UN tp tdk didorong untuk lulus 100%.
Dgn UN dan hasilnya tdk dgn hrs lulus semua, berarti menunjukkan kwalitas pendidikan.
Manusia kok semangat belajar karena ujian soal pilihan ganda. 😂
Masih gagal paham jg y 😅
Mantap bu ice, intinya ada UN atau AN menurut kami itu keduanya sudah bagus. Hanya saja perlu mengkaji dan terus mencari tahu bagaimana caranya agar siswa atau anak tidak terus menerus di gerus dan di bantai oleh Gadget dan teknologi. Adakah pendekatan dalam hal ini bu...
Sebenarnya kurikulum apapun itu sudah bagus namun aspek terpenting berbasis kompetensi yaitu keterampilan berpikir kritis/critical thinking, kemampuan berkomunikasi/comunicative dan penguatan pendidikan karakter/character, serta evaluasi acuan standar tolak ukur untuk menjadikan aspek penilaian lebih objektif, serta dengan pendekatan holistik
Kepala sekolah selama ini berperan sebagai "bos". Mrk hanya berpikir ttg pembangunan yg sifatnya tampak (gedung, beli ini beli itu, kegiatan ini dan itu yg tdk jelas yg ingin dicapai, hanya rutinitas dan formalitas), tdk ada peran sebagai pemimpin pembelajaran. Bahkan guru lebih ngerti tentang pembelajaran. Padahal guru kita kondisinya ya begitu, sdh sy gambarkan sebelumnya.
Kami setuju ibu host, para guru juga berpikirnya penuh pada keberpihakan pada anak, tapi harus dipahami juga, dengan beban kerja guru yang sedemikian besar, dengan minimal mengajar 24 jam, tentu bukan perkara mudah bagi para guru untuk memaksimalkan potensi dirinya dalam memberikan layanan terbaik buat anak-anak, semoga ini menjadi pertimbangan bagi pengambil kebijakan di kemendikdasmen....Wallahu'alam.....
Kalau ditanya langsung pada guru di lapangan, guru di sekolah maju ingin kembali ke UN atau semacam standarisi tapi yang tidak untuk menghakimi kelulusasn peserta didik.
Guru yang di sekolah tidak maju mayoritas, tidak setuju, karena para guru bisa membuat nilai setinggi tingginya untuk bisa masuk sekolah jenjang di sekolah yang lebih tinggi via Jalur Prestasi.
Saya pribadi tidak setuju UN Kembali lagi karena menjadi momok menakutkan kalau kembali mundur Indonesia
Sdh deh apapun itu teorinya faktanya terbukti anak semakin cenderung tidak mau berfikir, tdk beretika dan tdk punya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun masa depannya apalagi orang lain atas apa yg dilakukan.Sekarang tolong ibu rumuskan bagaimana sistem pendidikan Indonesia ini membuat anak mempunyai kompetensi berpikir dan beretika. Guru memotivasi muridnya sdh tentu hrs dilakukan krn itu bagian dari tugas guru yaitu mendidik, kalau kita ingin pembelajaran yg menyenangkan ya kita lihat era anak sekarang itu senangnya apa? Mungkin di era digital ini pembelajaran dg media digital yg anak2 seneng tapi sekolah tidak mempunyai fasilitas yg memadai. Tantangan sebagai guru hrs mengajar dg fasilitas seadanya yg mungkin membuat anak bosan, jenuh dan mual2 kali ya yg akhirnya perilakunya nakal padahal gurunya tetap hrs mengajar dalam situasi yang tdk kondusif. Kondisi di lapangan tdk semudah yg di teorikan. Jika tidak ada suport sistem yg bagus baik dr sekolah, guru, murid, orang tua murid, masyarakat dan pemerintah semuanya itu bullshit. Ayo para pejuang pendidikan rumuskan bagaimana sistem pendidikan Indonesia ini bisa mengantarkan anak2 memiliki kompetensi, integritas,dan beraklhk.
iya knp skrg ditekankan pada pembelajaran yg menyenangkan.. padahal klo sudah pembiasaaan belajar, anak akan jadi senang belajar, senang baca.. jaman 90an anak2 belajar saja, menghafal, banyak baca buku rpal, rpul, senang2 saja, gurunya padahal ada bbrp yg killer. justru anak klo mentalnya dari kecil dibikin senang2 terus, nanti gampang lemah ga si? pdhl belajar itu udah tanggungjawab mereka.
Ayo Bu Khodijah, suarakan terus pendapat Anda. Semoga didengar Pemerintah. Anak2 jadi males belajar dengan tidak adanya UN dan selalu naik kelas krn KurMer ...
Gagal paham
Betul sekali,, sependapat,,!!
Nara sumber gagal total pemahamannya tentang belajar,,!! Menyesatkan,,!!! Karena menolak UN jenis ujian mengisi soal tanya jawab bukan bagian dari belajar,,!!!
-Kalo mengikuti pendapatnya,!
Di kemudian hari maka akan tercipta anak cucu yang otaknya bodoh,! dan kecerdasannya rendah,,!!
Terbukti sekarang,,!! tanpa UN kecerdasan siswa menurun,,! Karena semangat belajar siswa menurun,,!! Karena siswa cuma sukanya bermain saja,,!
Di mana-mana yg namanya belajar mulai zaman nabi Adam sampai tiba kiamat nanti adalah murid itu harus patuh dan mengikuti ajaran ilmu dari gurunya dan sebaliknya gurunya harus memahami karakter muridnya. Orang tua, masyarakat dan pemerintah memberikan suport sistem yg bagus. Kok terkesan pembelajaran berpihak pd anak seperti mengabaikan kewajiban anak untuk patuh pada aturan-aturan atau hukum-hukum belajar itu sendiri. Ibu membangun bangsa dan peradapannya itu butuh ilmu, bagaimana kita punya pakar hukum, doktet, engineer dan buanyak profesi yg kita butuhkan kalau anak2 tidak dididik dg ilmu walaupun guru juga hrs tahu cara yg tepat bagaimana mendidik muridnya. Gak bisa ilmu dianggap enteng dg cara geoglimg saja. Geogle tidaklah mungkin menyediakan semua jawaban atas kesulitan yg dihadapi anak, untuk bisa menjawab mereka hrs tahu kunci ilmu pembuka kesulitan itu. Dan kunci ilmu itu ada pada guru.
covid sangat berpengaruh pada murid kelas 1-4 SD jadi tanda tanya apa UN siap dikembalikan lagi ?
Pengen banget menyamankan diri sebagai pengajar dengan paradigma seperti itu, tapi benturannya adalah ketika wali siswa menginginkan anaknya berkompetisi di kelas dan yang paling mudah untuk menilai anaknya berhasil atau tidak adalah dengan angka yang diperoleh. #Kadang saya merasa lemas...
Setuju kalau UJIAN SEKOLAH dilanjutkan...bukan Ujian nasional.
Setiap sekolah tdk sama kualitas sarana prasarana dan juga kualitas pendidiknya. Kalau memang ngotot ujian nasional diterapkan lagi, BENAHI DULU kualitas gedung2 skolahnya...kualitas sarana prasarananya..dan juga taraf hidup kesejahteraan gurunya.
Skolah dipedesaan - dipelosok, jangankan mikir untuk mengikuti ujian nasional, komputer kagak ada...internet bermasalah.... halaman sekolah berlumpur sehingga sewaktu upacara bendera mereka harus cemong dg lumpur ...belum lagi gedungnya banyak yg ambruk bahkan siswa harus belajar di halaman sekolah, kemudian " dipaksa" mengikuti ujian nasional, satu kata EGOIS !.
Ya udah, kasih aja semua anak nilai 100.
Setuju. UN cuma menguntungkan sekolah yang sudah siap dan bisnis bimbel, termasuk bimbel guru ehe 😂
@@andangkurniawan5766 emang dg ujian nasional bisa menjamin "bersih" ? Salah.
Faktanya, meskipun ujian nasional di adakan, kecurangan PASTI masih bisa dilakukan. Contohnya, dulu sewaktu UN masih berlangsung ; masih ada saja bahkan jumlahnya tdk sedikit - siswa yg nilainya jeblok bahkan merah sehingga menurut aturan -dia tdk boleh di lulus kan di suatu sekolah, lah emang skolah nya mau jujur menerima hasil nilai UN siswa tsb ? Sulit bahkan mustahil. pasti ada saja pihak2 / "skolah" - yg akan merekayasa sedemikian rupa dari hasil nilai siswa tsb, supaya nama sekolah tetap bagus. dan fakta nya : banyak sekolah yg berlomba2 supaya akreditasi sekolah tetap bagus...dg cara "apapun"
Mau UN ...mau Ujian sekolah ....kecurangan tetap akan ada, tapi Ujian sekolah akan lebih adil karna penilaian itu berasal dari orang yg lebih mengerti si siswa yakni gurunya sendiri, sebaliknya Ujian nasional adalah bentuk pemaksaan dan beban mental terhadap siswa karna siswa dipaksa SAMA/ SELEVEL dg siswa setanah air....padahal fasilitas yg mereka dptkan TIDAK SAMA
Seharusnya ujian nasional itu juga bisa mengukur karakter siswa menjadi lebih baik
Maaf, sudut pandang orang berbeda2, saya guru sangat memperhatikan kualitas belajar siswa dalam pembentukan karakter bukan fokus bisa ngerjakan soal dan setuju Ujian nasional tapi untuk semua mata pelajaran bukan pelajaran tertentu saja, dan konsepnya UN ketika di kembalikan harus berbeda dari sebelumnya,klw memang siswanya TDK memenuhi standar kelulusan ya gpp GK lulus, jngn seperti skrng, lulus semua walaupun GK ada kualitas dari peserta didiknya, nilai2 siswa di angkat oleh guru2 karena mereka dituntut harus lulus,ini justru membuat anak2 indonesia TDK berkualitas dan sangat merugikan anak.
Setuju, bentuk UN harus berbeda dan lbh fokus pd kompetensi, bukan killing the exam.
Coba sesekali ke lapangan ibu, jangan hanya teori doang, coba ibu turun ke lapangan dan harus ngajar, ibi terus terang peserta didik yg sy ajar ibu tidak tau bahasa indonesi. Biar pro kam
42:44
Keren Bu Idje... ❤
Bumi terus berputar masih banyak cara lain dan yg lebih baik
Realita di lapangan yang terdiferensiasi bukan hanya profil belajar murid juga terkait kualitas guru belum merata di seluruh Indonesia
Motivasi eksternal masih diperlukan sambil mengarahkan murid menuju motivasi internal
nyatanya yang saya alami. lulusan SMK (jurusan TKJ), yang seharusnya bisa lebih siap kerja, nyatanya tidak dapat apa2. ditanyakan dasar2 komputer aja banyak yang gak bisa
Saya adalah guru agama islam. Dulu waktu masih ada UN sekolah mengadakan istigosah doa bersama tapi yg saya sayangkan ketika berlangsungnya UN gurunya tetap saja mengkatrol lembar jawabnya. Apa UN macam ini akan dipakai lagi.
Berarti ,sekolah anda tidak kompeten. Perlu ada perbaikan kompeten guru dan sekolah.
@lancarduwik1925 itu hanya seperti fenomena bola salju saja jika semua mau jujur.
UN saja bisa curang, tanpa UN, ya terserah serah saja
Microphonenya kejauhan bu
Saya setuju sama ibu, memang kurmer sudah baik, namun ya memang ada yang perlu diperbaiki, AN jangan kelas 8, apalagi pelaksanaan kelas 8 baru 2 bulan, tidak mungkin dijadikan potret sekolah, sekalian saja kelas 9, dengan aplikasi pakai hp, misal pakai cbt karena kalau tulis pasti ada kecurangan hasilnya hanya sebagai hasil anak tidak dijadikan syarat kelulusan,
Kalau cp diganti silabus yang sudah ditentukan oleh pemerintah, p5 per semester maksimal 2 Minggu, e-kinerja tetap
Uan..nti juga anak dibantu guru...agar akreditasi sekolah terjaga
Aduh enaknya ada ujian nasional kembali agar ada sarana untuk menghambur -hamburkan uang negara secara legal. Dengan adanya ujian nasional akan tumbuh kembali bimbingan belajar dimana mana, menguras dana orang tua siswa dan tentunya menimbulkan keuntungan yang luar biasa. Siswa pintar dan hobi belajar akan resah dan kebingungan karena tidak ada petunjuk buku standar mana yang dijadikan sumber penulisan naskah ujian nasional. Sebaliknya siswa nakal dan bodoh bukannya berubah sikap menjadi rajin belajar melainkan tambah malas dan cuek.
Untuk memajukan pendidikan.Dimulai dari perekrutan guru. siswa siswa cerdas harus di arahkan menjadi guru seperti IPDN, STAN dan sekolah kedinasan lainnya.Karena sebagusnya kurikulum dan kebijakan pemerintah kalau kompetensi gurunya sulit di dorong untuk maju. Jadinya kemauan narasumber dan pemerintah hanya omon-omon saja
Sy setuju ibu,
Tolong aku ada usul, mungkin bisa dibantu didorong keatas. UN diganti dengan Asasemen Tengah kelas, semisal SD di kelas 3/4, SMP kelas 2. Asasemen nantinya memilah siswa yg masuk standar pendidikan dan yg tidak. Dan siswa yg tidak masuk standar, nanti diberikan materi tambahan/diberikan perhatian khusus/tugas tambahan. disini nanti siswa akan ada dorongan belajar tanpa ditakut2 i UN.
Nanti jika lulus SD masih tidak memenuhi standart, bebannya akan berlanjut ke jenjang berikutnya. Dan seterusnya, Jadi siswa tetap pasti lulus dan bisa menjaga standar pendidikan.
Anak di lahirkan oleh ibunya mencoba mengenal memahami mengalisa menalar pd akhirnya di beri pertanyaan apakah dia mampu untuk menjawab dengan benar itu namanya ujian cuma belajar aja nggk ada di uji bgaimana nc bu..bu..pd akhirnya seluruh negara merangking peringkatnya..Kurmer hanya ANBK Survey sampling Dan kini indeks peringkat pendidikan indonesia turun jd dg UN maka siswa dan guru termotivasi untuk belajar sungguh2.masuk kerja di perusahaan apapun pns pppk di uji dengan teliti dan komprehenship.
Ujian Nasinal bukan masalah keberpihakan kepada siapa, namun lebih kepada masalah standarisasi capaian hasil pembelajaran di akhir masa pembelajaran. Tanpa standart yang jelas saya justru kasihan kepada guru SMP/SMA yang kembali harus mengajar pelajaran kelas 3 SD. Ujian Nasional jelas memberikan effek membelajarkan guru, siswa, wali murid, dan sekolah untuk mencapai standart minimum hasil pembelajaran. Dengan meniadakan Ujian Nasional justru membuat kemampuan siswa dalam berfikir kritis, kreatif, skill, attitude, emosional sosialnya hilang sama sekali. Ujian Nasional tidak harus digunakan untuk menentukan kelulusan namun dapat digunakan seseorang untuk melanjutkan pembelajaran pada jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga jangan memaksa guru menyanyi harus mengajari seseorang untuk berbicara yang harusnya dilakukan pada jenjang sebelumnya. Yang menjadi masalah besar dunia pendidikan yang saya amati sebagai pelaku usaha yang menerima hasil pendidikan adalah mereka hanya membawa ijazah tanpa kemampuan minimal sesuai dengan ijazah yang dimilikinya yang ternyata dalam beberapa tahun terakhir anak sekolah dengan alasan apapun harus naik kelas dan harus lulus pada jenjang pendidikan tertentu. Harusnya dunia pendidikan menyiapkan anak-anak yang selalu siap menghadapi ujian ataupun gagal/berhasil dalam menempuh ujian. Standarisasi hasil belajar dengan metode tertentu akan memaksa seorang siswa berfikir memecahkan masalah yang otomatis membuat seorang anak kreatif, berfikir kritis, dan memanfaatkan teknologi. Anak2 jaman sekarang justru terlalu memanfaatkan teknologi dengan cara yang salah dengan apa-apa lihat informasi dari internet sehingga kehilangan daya fikir kreatif mereka. Cobalah menengok anak-anak SMA yang dalam fikiran mereka ijazah lebih penting daripada hasil belajar yang mayoritas memang seperti itu, meraka sama sekali tidak pernah tertantang untuk menghadapi kegagalan karena dengan tidur saja mereka pasti naik kelas dan akhirnya lulus. Jadi menurut saya Ujian Nasional bisa menjadi pembelajaran seorang siswa untuk belajar jika bahwa dalam hidup itu selalu ada yang berhasil, ada pula yang harus gagal.
Semessti ada kajian mendalam atau hasil penelitian terkait dgn UN. Bisa ambil perbandingan negara 2 menerapkan un dan tidak un.
Tau gak baru-baru ini pemerintah China mengesahkan UU yang mengatur tentang siswa yg kedapatan mencontek pada saat ujian akan di pidana selama 3 sampai 7 penjara tergantung seberapa besarnya dia mencontek.
China negara sosialis
UN adalah bagian dari belajar, belajar tidak sama dengan UN. UN cukup efektif sebagai bahan recall ilmu dan meresume segala apa yang telah kita dapatkan dan kajian kelayakan naik tingkat. Perilaku stake holder sekolah dan siswa dibentuk dari kognitif, afektif dan psikomotor dari UN. (refleksi)
Gak bener itu komentar Nara Sumbar ygengatakan guru mengajar hanya untuk bisa lulus UN. Guru yg sudah tamatan lulusan sekolah pendidikan guru SDH tahu tupoksinya, dan dalam mengajar guru berpatokan tujuan pembelajan sesuai materi yg diajarkan , membahas soal ujian hanya sebagian kecil dari pembelajaran yg ada sesuai dg tujuan pembelajaran. Semua hanya pintar ngomong dan cendrung menyalahkan orang lain. Padahal yg ada sekarang adalah tidak adanya konsistensi terhadap rregulasi juknis / aturan yg berlaku
Gagal paham. U
Apa sungguh sdh siap UN? Apakah sdh pemerataan pendidikan di seluruh daerah di Indonesia? Apakah sarpras di daerah2 sdh sesuai standar? Apakah ketersediaan guru di daerah sdh terpenuhi? Saya tdk pro/kontra UN, tapi sebelum dijalankan, negara harus memastikan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia! Pelajari persoalan2 UN dan hubungannya dg konteks pendidikan di Indonesia!
Ujian dibuat sendiri gurunya di sekolah itu lebih baik.krn sesuai kondisi wilayah masing masing.
Jujur saya berkata yang sebenarnya di lapangan, ketika ada UN guru berlomba-lomba membantu memberikan kunci jawaban dan mengganti jawaban yang salah menjadi benar setelah selesai ujian. Ini adalah FAKTA yang terjadi, jadi saya sangat setuju' dengan ibu ICE UN tdk akan merubah mindset guru sebagai pendidik dan tdk akan memotivasi anak belajar secara intrinsik.
Kenapa tidak bahas realita banyak siswa SMP belum bisa baca tulis?
Jagan di geralisasi, harus di lihat dulu, 4W1H nya
@@charleskimura7936
Skor PISA Indonesia berapa dan bagaimana jika dibandingkan dengan negara negara lainnya?. Apakah masih TIDAK bisa digeneralisasi. Dengan UN saja pada TAKUT, bagaimana bisa mereka mencerdaskan muridnya sendiri.
Itu dampak dari covid kemarin dimana anak belajar dari rumah.
@@Wakhidin107
Covid itu BUKAN di Indonesia saja, bro. Kenapa skor PISA Indonesia jauh di bawah rata rata dunia?.
@rasulhamidi772 kedisiplinan salah satu yang di Indonesia belum bagus
Mohon ma'af, saya guru mtk sudah 28th mengajar, kenyataan dilapangan UN :
_antusias siswa ,semangat siswa tantangan siswa sangat baik
_membantu guru dlm kbm
_ahlaq siswa lebih baik.
dll.
Saya kurang setuju,bahwa nilai UN hanya tiket untuk masuk lapangan tetapi tidak bisa bermain.
Menghapus UN, membuat siswa bahkan tidak berhak mendapat tiket atau pengalaman tes seleksi apapun.
mohon maaf, saya sebagai mantan siswa yang ikut UN 3 kali, kenyataan di sekolah saya, UN adalah waktu bagi para siswa untuk merencanakan kegiatan mencontek massal 1 sekolah, mencari bocoran jawaban, hingga pergi ke dukun.
Sy setuju pd ibu ice. Kesimpulannya pd mindset guru blm sama. Keterbukaan mjd kunci utama.
UN itu hanya mendewa-dewakan KOGNITIF.Padahal pembelajaran itu tidak hanya kognitif, tapi juga PSIKOMOTORIK dam AFEKTIF. Ujian Nasional itu tidak menitikbrratkan bahkan meniadakan Psikomotorik dan Afektif. Justru Kurikulum.Merdeka itu lebih membentuk karakter siswa lewat pembelajaran PROJEK. Dengan pembelajaran projek, para siswa bisa berpikir kritis, mampu berkolaborasi, bersinergi, bergotong royong, adil dan bertakwa kepada Allah,s.w.t.