saya kurir barang, setiap nganter sambil dengerin pak bagus, wawasan ilmu terus bertambah dan men triggered saya untuk terus belajar. terima kasih pak bagus atas ilmu-ilmu bermanfaat yang bapak ajarkan kepada kami.
Seharusnya buku *'The Death of Expertise by Tom Nichols'* menjadi bacaan wajib bagi setiap individu di konoha, sehingga para pseudo-intellectual penderita NPD dan Dunning-Kruger akut tidak semakin menjamur seperti hari ini. 🤭
Very comprehensive talk, Dr. Bagus. A college degree is not necessary for many other successful and fulfilling employment opportunities. In industries like business, STEM, biotechnology, or art, to mention some disciplines, young people can put their knowledge and experiences to use practically, where they might be more satisfied with their skills and achievements rather than a university degree. (Arinafril, Sriwijaya University, ID / Dai Hoc Nong Lam, Thai Nguyen, Vietnam)
Suka gaya bicaranya Mas Bagus. Pola pikirnya ulang alik tapi gak njelimet. Mudah dipahami padahal pembahasannya abstrak. Contoh yang dipaparkan justru bikin pembahasan abstrak terasa kongkret bagiku (audiens). Dan, setelah mendengar Mas Bagus dalam video ini, aku memahami dunia sekarang sudah menarik segala bidang: misal, kita melihat sesuatu dengan gabungan keilmuan fisika dengan kimia. Aku kira pola pikir interdisipliner dapat menjadi kritik bagi pendidikan kita yang cenderung satu arah (linier). Meski begitu, muncul pertanyaan bagiku, apakah pola pikir interdisipliner justru memunculkan "cenayang yang rasional"? Maksud "cenayang yang rasional" adalah membentuk masa sekarang dengan cara meraba masa depan. Aku harap masa depan bukan sadar mesin yang berisi aneka gir dan mur. Terima kasih ilmunya, Mas Bagus. ❤
Bagi saya sangat penting, beruntung bagi saya karena bisa duduk di bangku kuliah dan lulus menjadi sarjana. Dan sekarang saya masih aktif pada kerja di bidang-bidang intelektual khususnya filsafat dan teologi.
Epiginetic bisa jadi materi revolusi genetika kalo validitas teorinya tinggi. Tapi mungkin adaptasi konsumsi makanan secara neurochemical ada koherensi. Variabel geraknya terlalu banyak.
Tesis meleset yg sering diulang2 di berbagai saluran. Krn agak susah bedain akibat feodalisme dan kolonialisme dan mumpung blm jadi buku. Bkn cuma Indonesia, hampir seluruh feodal dunia rakyatnya begitu. Ide kesetaraan gk muncul dari ruang hampa. Raja Louis dipenggal dan kepalanya ditenteng2 krn kemuakan rakyat atas pajak membuktikan bangsawan bkn wakil Tuhan dgn darah yg sama merahnya dgn rakyat. Semangat revolusi Perancis itu yg bikin rakyat jelata eropa berani menegakkan kepala di hadapan yg katanya berdarah biru. Soal di foto kepala menunduk dan tangan mengapurancang, cuman soal bwh sadar/ kebiasaan/refleks yg jika bergaul beberapa hari saja dgn komunitas penjunjung kesetaraan, akan merubah refleks itu. Jadi gak perlu bikin buku😅
Konsep gotong royong yang ditawarkan bagus, justru malah terlihat seperti individualisme, Yang sebelumnya dia katakan sebagai lahirnya budaya kapitalisme dan liberal seperti di barat. Indonesia itu sangat majemuk, dengannya lahirlah konsep patriotisme pancasilaisme, wasantara dsb. Jadi mengatakan bahwa pengabdian terhadap negara itu seperti di todongkan pistol adalah jawaban yang melebih-lebihkan. Analoginnya seperti Jika ada tetangga saya yang meninggal, maka saya tidak akan menjenguk karena tidak ada dorongan dalam diri saya untuk menjenguk dan menbantu proses pemakanannya. Inilah manusia individualis yang minus etiknya karena dia harus menunggu dorongan diri dulu baru membantu padahal itu adalah keharusan dia sebagai tetangganya.
Tambahan : Seharusnya gotongroyong itu dimaknai bukan sebagai dorongan dari dalam diri, tetapi sebuah "kesadaran" Individu yang berada di dalam suatu komunitas, bahwa ia punya Tanggung Jawab sosial karena dia adalah bagian dari sebuah komunitas. Nah barulah setelah itu bisa sejalan dengan filosofi "Alam Takambang jadi Guru" / "Dimana bumi di pijak di situ langit dijunjung" dsb.
Mungkinkah kedepan universitas memakai sistem subscribe untuk akses ke seluruh repository materi jurusan sehingga tidak ada lagi namanya salah jurusan dan mahasiswa lebih agile dalam beradaptasi terhadap perubahan. Konsekuensinya kita harus menjadi long life learner..
Izin menanggapi mas, menurut saya tidak ada sebenernya kata salah jurusan. Ini sebenarnya masalah mindest individual, saat ini terlalu banyak individual yang terlalu membanding-bandingkan diri. Pada akhirnya seharusnya kita survive, ekplorasi untuk menjadi ahli di suatu bidang, karena saya yakin setiap anak dilahirkan untuk melakukan hal-hal besar.
APAKAH MENGUSUT MEMBAWA KE MEJA PENGADILAN PAKTA SUNT SERVANDA YANG DILANGGAR PENENTU PEMBUAT KEBIJAKAN DAN KEPUTUSAN, MERUPAKAN KEBENARAN YANG KRITIS ATAUKAH SEBALIKNYA?
saya kurir barang, setiap nganter sambil dengerin pak bagus, wawasan ilmu terus bertambah dan men triggered saya untuk terus belajar. terima kasih pak bagus atas ilmu-ilmu bermanfaat yang bapak ajarkan kepada kami.
Seharusnya buku *'The Death of Expertise by Tom Nichols'* menjadi bacaan wajib bagi setiap individu di konoha, sehingga para pseudo-intellectual penderita NPD dan Dunning-Kruger akut tidak semakin menjamur seperti hari ini. 🤭
semoga nanti om bagus membuka kelas online, untuk masyarakat indonesia yang ingin membesarkan indonesia. Aminnn ❤
Saya mendengarkan forum ini sambil membuat bandrek dan pisang goreng tapi jujur ilmunya dapet. Thanks prof Gus
Saya sambil ngopi item di RM padang di ibukota.
saya sambil nyusu di Kosan dan menikmati udud
Ngeri banget boss penerus RG ini mh lanjutkan sahabat
Good study thank you so much ...... Freedom .
Selalu menunggu upload video dari bg bagus..membuka cakrawala berfikir👍
Very comprehensive talk, Dr. Bagus. A college degree is not necessary for many other successful and fulfilling employment opportunities. In industries like business, STEM, biotechnology, or art, to mention some disciplines, young people can put their knowledge and experiences to use practically, where they might be more satisfied with their skills and achievements rather than a university degree. (Arinafril, Sriwijaya University, ID / Dai Hoc Nong Lam, Thai Nguyen, Vietnam)
Pak prabowo, menteri pendidikan, menteri kebudayaan, minta tolong dengarlah ini. Guru guru menurut sya, wajib menonton ini
Suka gaya bicaranya Mas Bagus. Pola pikirnya ulang alik tapi gak njelimet. Mudah dipahami padahal pembahasannya abstrak. Contoh yang dipaparkan justru bikin pembahasan abstrak terasa kongkret bagiku (audiens). Dan, setelah mendengar Mas Bagus dalam video ini, aku memahami dunia sekarang sudah menarik segala bidang: misal, kita melihat sesuatu dengan gabungan keilmuan fisika dengan kimia. Aku kira pola pikir interdisipliner dapat menjadi kritik bagi pendidikan kita yang cenderung satu arah (linier). Meski begitu, muncul pertanyaan bagiku, apakah pola pikir interdisipliner justru memunculkan "cenayang yang rasional"? Maksud "cenayang yang rasional" adalah membentuk masa sekarang dengan cara meraba masa depan. Aku harap masa depan bukan sadar mesin yang berisi aneka gir dan mur. Terima kasih ilmunya, Mas Bagus. ❤
Sungkem aku Mas 🙌🙌, makasi insights nya Mas Bagus, saya pernah ketemu Mas waktu Simposium Cendekia Kelas Dunia pertama 2018 di Jakarta 🙏
Bang akhinya saya menemukan tokoh ispirasi dan panutan buat saya terimakasih sudah membuka cakrawala pikiran saya 🙏
Rajin nonton chanel bung bagus di jam 22.45
SAYA HARAP PROF.BAGUS MENGUNDANG SEORANG PENULIS BERNAMA AKHMAD CHOJIM.
BANYAK YANG BISA KITA GALI TENTANG BUKU2 KONO SEJARAH NUSANTARA.
Makasih Prof...bikin semangat
Saya setelah menonton video ini makin cinta dengan indonesia 🇮🇩
Budaya adalah Nilai yg dimiliki manusia secara inheren dlm diri masing2 untuk bisa servive kehudupannya menghadapi lingkungannya.
satu jem terlalu singkat untuk paparan abang, keep going on what you do Sir! you are a blessing for Indonesia!
Bagi saya sangat penting, beruntung bagi saya karena bisa duduk di bangku kuliah dan lulus menjadi sarjana. Dan sekarang saya masih aktif pada kerja di bidang-bidang intelektual khususnya filsafat dan teologi.
yang kurang dari generasi sekarang ini yaitu minimnya praktikum
Cukup bagus dan muter2
Ilmu yg sangat luar biasa. Sehat selalu prof
Matur nuwun Prof. Agus Muljadi 🙏🙏🙏
Semoga kebahagiaan selalu meliputi Prof. Agus M 🙏
Suka sekali dg kuliah mas Bagus M. Apapun yg disampaikan terasa mencerahkan dan penting.
Wawasan yang luas
Thanks. Sangat menggugah ❤
MIND BLOWING BGT!
Alhamdulillah...
Terimakasih Pak Bagus
Terimakasih pak Bagus
Terima kasih Mas Bagus.
Masya Allah
Hebat Prof... Sangat menginspirasi dgn ragam khasanah literasi.. ❤
terimakasih Prof ilmunya
Epiginetic bisa jadi materi revolusi genetika kalo validitas teorinya tinggi. Tapi mungkin adaptasi konsumsi makanan secara neurochemical ada koherensi. Variabel geraknya terlalu banyak.
anak planologi nih🙏🙏
prodi S-1 perencanaan wilayah dan kota-ITI
Tesis meleset yg sering diulang2 di berbagai saluran. Krn agak susah bedain akibat feodalisme dan kolonialisme dan mumpung blm jadi buku. Bkn cuma Indonesia, hampir seluruh feodal dunia rakyatnya begitu. Ide kesetaraan gk muncul dari ruang hampa. Raja Louis dipenggal dan kepalanya ditenteng2 krn kemuakan rakyat atas pajak membuktikan bangsawan bkn wakil Tuhan dgn darah yg sama merahnya dgn rakyat. Semangat revolusi Perancis itu yg bikin rakyat jelata eropa berani menegakkan kepala di hadapan yg katanya berdarah biru. Soal di foto kepala menunduk dan tangan mengapurancang, cuman soal bwh sadar/ kebiasaan/refleks yg jika bergaul beberapa hari saja dgn komunitas penjunjung kesetaraan, akan merubah refleks itu. Jadi gak perlu bikin buku😅
Konsep gotong royong yang ditawarkan bagus, justru malah terlihat seperti individualisme, Yang sebelumnya dia katakan sebagai lahirnya budaya kapitalisme dan liberal seperti di barat.
Indonesia itu sangat majemuk, dengannya lahirlah konsep patriotisme pancasilaisme, wasantara dsb.
Jadi mengatakan bahwa pengabdian terhadap negara itu seperti di todongkan pistol adalah jawaban yang melebih-lebihkan.
Analoginnya seperti Jika ada tetangga saya yang meninggal, maka saya tidak akan menjenguk karena tidak ada dorongan dalam diri saya untuk menjenguk dan menbantu proses pemakanannya.
Inilah manusia individualis yang minus etiknya karena dia harus menunggu dorongan diri dulu baru membantu padahal itu adalah keharusan dia sebagai tetangganya.
Tambahan : Seharusnya gotongroyong itu dimaknai bukan sebagai dorongan dari dalam diri, tetapi sebuah "kesadaran" Individu yang berada di dalam suatu komunitas, bahwa ia punya Tanggung Jawab sosial karena dia adalah bagian dari sebuah komunitas. Nah barulah setelah itu bisa sejalan dengan filosofi "Alam Takambang jadi Guru" / "Dimana bumi di pijak di situ langit dijunjung" dsb.
indah
Menyimak
keren! 🔥 🔥
Mungkinkah kedepan universitas memakai sistem subscribe untuk akses ke seluruh repository materi jurusan sehingga tidak ada lagi namanya salah jurusan dan mahasiswa lebih agile dalam beradaptasi terhadap perubahan. Konsekuensinya kita harus menjadi long life learner..
Izin menanggapi mas, menurut saya tidak ada sebenernya kata salah jurusan. Ini sebenarnya masalah mindest individual, saat ini terlalu banyak individual yang terlalu membanding-bandingkan diri. Pada akhirnya seharusnya kita survive, ekplorasi untuk menjadi ahli di suatu bidang, karena saya yakin setiap anak dilahirkan untuk melakukan hal-hal besar.
❤
50:15 Dark jokes prof " sang Führer" 😅😅😅😅
❤❤❤❤
Semoga ada kesempatan berkolaborasi lagi pak Bagus
55:37
58:25
Bazer diciptakan untuk merusak. menggiring opini.siapa bisa basmi bazer? Menciptakan bezer ternyata penguasa?
APAKAH MENGUSUT MEMBAWA KE MEJA PENGADILAN PAKTA SUNT SERVANDA YANG DILANGGAR PENENTU PEMBUAT KEBIJAKAN DAN KEPUTUSAN, MERUPAKAN KEBENARAN YANG KRITIS ATAUKAH SEBALIKNYA?
Salah juga ga papa...
Oke. Lumayan radikal.
59:15