Bahasa Daerah Terancam Punah, Siapa yang Salah?
Вставка
- Опубліковано 12 жов 2024
- Dari total 718 bahasa di Indonesia, 400 di antaranya terancam punah. Dari 7.000 bahasa di dunia, satu bahasa punah tiap dua minggu. Faktor penyebabnya beragam, dan berbagai pihak berusaha untuk mencegahnya. Pertanyaannya: apa urgensinya? Mengapa bahasa daerah perlu kita selamatkan? #NEWSROOM63B
Yuk baca selengkapnya di :
tirto.id/bahas...
tirto.id/menye...
Saya etnis Tionghoa dan lahir di tanah Jawa, tepatnya Jawa Tengah.. Dari kecil saya selalu diajarkan orang tua untuk berbahasa Indonesia dan bahasa Jawa (Krama Inggil) baik itu dilingkungan keluarga maupun masyarakat.. Bnyk orang yg tanya ke saya, "Lo mas, jenengan niku Cina po Jowo to? Kok iso boso" (Lo mas, anda itu orang Cina atau Jawa? Kok bisa berbahasa Jawa/Krama).. Saya cuma selalu jawab, "Kulo lair teng tanah Jowo nggeh berarti kulo tiyang Jowo to bu/pak" (Saya lahir ditanah Jawa, ya berarti saya orang Jawa bu/pak)
Dan ajaran orang tua ini bakal saya turunkan dan lestarikan ke anak2 saya besok..
Kutipan ini menurut saya sangat tepat :
"Utamakan Bahasa Indonesia
Kuasai bahasa asing
Lestarikan Bahasa Daerah"
Maaf ya bukannya menyinggung. Saya mau tanya. Orang tua mas dian bisa bahasa mandarin atau enggak ya? Kan keturunan China
@@asiancomparasion7656 orang tua bisa, tapi tidak diturunkan ke saya karena ortu pakai hanya untuk komunikasi dgn Kakek/nenek saya.. Kakek/nenek sdh meninggal saat saya bayi.. saya sendiripun kalau mendengarkan sedikit2 tau artinya, tapi saya tidak bisa balas ngmng pakai Mandarin
Ya tergantung lingkungan nya sih. Kalo orang tionghoa yg tinggal dikota kabupaten maupun propinsi biasanya sehari hari pakai bahasa indonesia aja
Bukan SARA. Saya sering temui orang-orang keturunan punya aksen yang lebih kental dan memilih menggunakan bahasa daerah ke orang terdekat DARIPADA penutur asli.
Bahasa krama inggil atau bahasa krama aja? Krama inggil itu tinggi bgt lho. Tp klo memang benar ya bagus mas. Takutnya slh ketik saja,
Ini juga krn faktor indo yg kurang mengangkat kultur tradisional di media2. Agak disayangkan si, coba kita bisa kayak thailand yg masih angkat budaya lokal dgn kemasan bagus atau cina misalkan. Apalagi kita rentan bgt, dan skrg drama2 justru pengen kekoreaan. Padal kalo dikemas dgn apik, bakal mantep bgt.
Faktor indo itu, apa kak?
Setahu saya negara ini namanya Indonesia. Indo dulu adalah sebutan bagi anak-anak yang berdarah campuran dari orang tua yang orang Indonesia dan Eropa.
Halah, ini mah generasi muda nya aja yg sok inggris / korea😂
@petata petatu Facebook itu nama media sosial, noob, hoax, dll itu istilah baru / tidak semua ada dalam bahasa daerah tapi mungkin bisa di deskripsikan.
Sebenernya lagu2 jawa koplo lumayan htiz juga sih kak. Di youtube juga sering trending plus di tv juga sekarang mulai diangkat #cmiiw
Hanya parsial yang didukung untuk ditimbulkan oleh pusat
Bahasa bukan cuma alat komunikasi namun juga identitas.
Kalau mau kenal orang berbangsa dengarlah dari Bahasa
Hahaha bahasa sampah jakarta lo gue ga masuk ke survey🤣🤣🤣🤣🤣
Tapi mau gak mau akan sangat banyak bahasa serapan, karena gaada dari bahasa asli, jadi ttp aja gak akan bisa "lestari"
Jangan Sampek kaya negara tetangga , bahasa sendiri aja ada yang gak lancar .
Bahasa akan berkembang menurut zaman sekalipun mengisolasi diri macam korea utara pasti terjadi perubahan2 entah sedikit atau banyak.
@@Patir_Sigma panas panas panas
"Utamakan bhs Indonesia"
"Kuasai bhs Asing"
"Lestarikan bhs Daerah"
Banyak sudut pandang dari kalimat diatas, pertama negara ini di anggap jadi tempat bebas, aktif, dan menerima segala perbedaan terutama dari luar negeri. Kedua, ada pandangan bahwa negara ini memiliki hasrat atau keinginan menguasai negara lain dg mempelajari salahsatu bagian budaya suatu peradaban yaitu bahasa atau bahasa kasarnya ingin menjajah tempat lain. Ketiga, jelas kalimat "lestarikan bhs daerah" memiliki kesan semua masy setuju bahwa negara sudah menjadi wadah yg tepat untuk ujuk gigi ke ranah globalisasi. Akan tepati, pada realitanya masih terlalu sering kasus hingga hari ini ttg SARA di negara ini. Gk usah jauh" negara sekelas USA saja dg segala kemajuan dan pluralitas yg cukup tinggi pun masih saja isu SARA jadi momok yg menakutkan bagi masy disana. So, setauku negara maju itu tidak bener2 lepas dari suatu masalah kehidupan terutama dari masyarakat yg tinggal disitu. Intinya juga bahwa negara ini super asyikkk😅😅
coba masnya pake basa daerah untuk komentarnya
Yang nomor dua saya kurang setuju sih, walaupun menarik untuk dibahas. Kalo menurut saya bahasa asing itu diperlukan untuk berkomunikasi dikelas internasional dan bahasa resmi yang dikeluarkan PBB adalah b.inggris, Prancis, Spanyol, Russia, Mandarin dan arab, itu pun bisa disesuaikan lagi sesuai kebutuhan kita. Tak ada salahnya untuk mempelajari bahasa asing asal jangan melupakan bahasa nenek moyang kita supaya selalu tetap lestari.
Udah segitu aja sih wkwkwk...
Hatur nuhun kang ✌️salam dari BANDUNG
@@farhanhudalloh hampir sama kyk lingua franca kali ya, supaya gk ribet ngomong sama orang luar. Tapi ranahnya kalo bhs asing khususnya bhs Inggris jadi bhs internasional karena faktor sejarah dan ekonomi kalo saat ini. Ya gitulah supaya gk ribet ngomong dan ngobrol, wwkwk
@@denyhams waduhh, dowo mesti iki 😅😅
@@herudesembri mantap kang🔥
Akhirnya diangkat juga. Terima kasih, Tirto!
Apa syarat karyawan Tirto ada yg wajib menguasai bhs daerahnya?
Jangan hanya di angkat doang....
@@eskeith3565 apa korelasi nya?😂
@@eonniengantuk106 sebagai pelopor aja, percuma d sebut mulu, percuma juga di ajarin di sd, tapi waktu gede gak berguna disana sini....
Saya orang minang selama 12 tahun merantau masih mantap dengan logat khas pariaman.
Masih bangga dengan budaya dan ciri khas daerah karena itu identitas saya.
Saya harap teman-teman dari daerah lain juga begitu.
TapiKan orang minang perantauan generasi kedua, ketiga sampai seterusNy banyak tidak bisa bahasa Minang bahkan ada yang tdk suka masakan Minang seperti Kerabat2 saya
@@sholihiniqbal2058 iya beneeer... Kalo keturunan gen1 gak tinggal di lingkungan yg sesuai, ya pasti gak bakal bisa nurun bahasanya. Saya bukti hidupnya.
Saya merantau 5 tahun aj kaget pulang kampung percampuran bahasa indonesia dan bahasa daerah sudah banyak.
Pada akhirnya bahasa yg bertahan cmn sedikit dari 700 bhs daerah hanyalah Bahasa Aceh,Batak,Minang,Melayu Sumatera,Dayak melayu,Makassar,Sunda,Betawi,Jawa,Bahasa Bali,dan Dialek Khas Indonesia Timur
Dulu di kampung halaman saya setiap desa memiliki bahasa yang berbeda jadi ketika denger orang ngomong pasti ketahuan dia dari desa mana hal itu unik dan sangat keren menurut saya, namun skarang saya sudah tidak pernah mendengar hal itu lagi, sangat disayakan sekali ...
Keren banget, kalo boleh tau kampungnya di daerah mana?
Kepunahan akan sesuatu itu jelas dari kurangnya kesadaran dalam menjaganya. Kesadaran itu seringkali hanyut bersama dengan budaya baru yang mendominasi. Dalam kasus ini adalah Bahasa Indonesia yang mendominasi. Selain itu bahasa Indonesia diwajibkan diajarkan di Indonesia untuk meningkatkan jiwa persatuan masyarakat Indonesia yang memiliki banyak sekali suku dan bahasa.
Seandainya bahasa daerah masing-masing diajarkan di setiap daerah, pemerintah mau tidak memberikan fasilitas untuk para pengajar? Karena jika ditelisik lebih jauh lagi, menjadi pendidik bahasa daerah rendah peminat karena tidak terlihat masa depan yang cerah di situ. Ujung-ujungnya adalah perut dan bertahan hidup.
Ya itu salah satu problemnya. Engga cukup melakukan riset dan penataran atau sosialisasi tapi pengajaran. Kita nda bisa nyalain peminat lowongan guru basa daerah sedikit krn nda menjajikan.
Di Jawa timur pelajaran bahasa daerah sampai SMA, gak tahu kalau di daerah yang lain, yang susah di daerah Indonesia timur memang karena satu sekolah bisa aja berbeda beda bahasanya, anggap aja anak dari desa A dan desa B bahasa daerah nya beda, ya bakal gak terlaksana pelajaran bahasa daerah
Daerah w Depok aja masih ada pelajaran bahasa daerah Sunda,dan lingkungan juga berpengaruh bro kaya w Depok masuk Jawa barata banyakan suku asli Betawi tapi masih belajar bahasa daerah ya itu bahasa Sunda ..
Percuma saja menunggu orangtua mengajar bahasa daerah ke anaknya kalau di sekolah tidak pernah diajarkan kembali. Ortu saya jago krama alus, tapi di sekolah jarang sekali diajarkan krama alus, akibatnya sampai skrg saya tidak bisa krama alus meski ortu saya sangat jago. Lalu masa depan pengajar bahasa daerah juga kurang diperhatikan ini yg membuat sekolah2 sdh jarang mengajarkan bahasa daerah.
@@christinastella6 sama bro padahal ayah saya orang makassar yang lancar bahasa makassar dan bahasa bugis dan ibu saya orang bugis yang lancar bahasa bugis, sementara saya tidak lancar dikedua bahasa tersebut (untuk logatnya sih lancar-lancar saja tapi kalau berbicara mulai awal pembicaraan sampai akhir pembicaraan, nggak bisa saya)
Kebetulan punya pengalaman yang pas sekali diangkat oleh Tirto. Saya tumbuh di lingkungan budaya Jawa yang cukup unik. Kedua orang tua saya lahir dan tumbuh di Jawa Timur bagian barat (dekat dengan daerah Mataraman) dan kemudian urban ke Surabaya, yang ragam kebahasaannya lebih moderat dan akomodatif karena saking beragamnya budaya yang ada.
Bapak adalah orang yang cukup kaku dengan bagaimana kami sebagai anak-anaknya bertutur di depan umum. Suatu ketika, ada seorang yang lebih sepuh bertanya dengan saya menggunakan bahasa Indonesia, lalu saya jawab dengan bahasa Indonesia, saya langsung kena tegur sama Bapak. Menurut beliau, saya harus menggunakan bahasa Jawa halus untuk menjawabnya. Akhirnya, saya dan Bapak punya aturan sederhana yang secara tidak tertulis kami sepakati: "Jika ada orang yang bertanya menggunakan bahasa Jawa, maka menjawabnya harus pakai bahasa Jawa. Pun jika ada orang yang bertanya menggunakan bahasa Indonesia, maka menjawabnya harus pakai bahasa Indonesia".
Akhirnya, kemahiran saya dalam berbahasa Jawa dengan pelbagai tingkatannya cukup terjaga, sembari saya menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan umum antar budaya. Pun, saya juga masih bisa memahami bahasa asing selain Inggris untuk memahami corak kultur dan koneksi sejarah dengan bangsa-bangsa di tanah air.
Bapak pernah berujar, kurang lebih seperti ini (sudah ditranslasikan ke bahasa Indonesia): "Bahasa jawa itu harusnya diajarkan dan dituturkan semula-mula di dalam keluarga dan menjadi budaya keluarga. Sedang bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (asing) barulah dipelajari di lingkungan luar keluarga (baca: sekolah). Ada hal-hal yang tidak bisa menggantikan keluarga sebagai penutur dan penghayat asli bahasa budayanya, jika kemudian bahasa Jawa hanya diajarkan di sekolah. Mengko ndak dadi wong jowo sing ilang jawane."
Maturnuwun Bapak, Maturnuwun Tirto! 😄
Masuk sekali mantap rahayu
tapi khusus ing sekolah pedesaan kedah nggagem basa daerah+aksara daerah lan khusus kangge sekolah ing kota sekolah terusan (MA,SMK,SMA)
Edit:nggapunten yen mbingunggake
Saya kalau ketemu temen yang sesama Jawa ya pake bahasa Jawa, tapi kalau dirumah memang pakai bahasa Indonesia. Kalau ketemu sama" orang Sunda ya pake bahasa Sunda. Selama stay di Jakarta ya menyesuaikan bahasa dengan siapa yang diajak bicara.
Mirip dengan teman baik saya yg lahir di klaten, besar di tangerang. Berbahasa jawa dengan orang jawa, berbahasa sunda di burjo yg mayoritas banyak orang sunda, berbahasa indonesia kalo lg nongkrong sama temen2 beda suku
Iya menyesuaikan, saya juga klo di rumah pake bahasa jawa, klo di sekolah/medsos baru pake bahasa Indonesia
di generasi kita sih memang begitu. tapi ini para papah mamah muda ini lho, gak ngajarin bahasa daerah ke anak-anaknya yang jadi problem di video ini. dampaknya bukan sekarang tapi di beberapa tahun mendatang, anak-anak tidak bisa berbahasa daerah walaupun orangtuanya tidak merantau.
@@marhensakayanya gara2 sinetron para mahmud terinspirasi bahasa yg dipakai di sinetron keliatan keren
@@aditiaarianugraha3191 gak cuman pahmud dan mahmud. bahasa untuk ngomong sama pacar sebagian besar teman yang saya temui (sama-sama orang Jawa) adalah bahasa Indonesia, dan ini kebawa sampai nikah dan jadi bahasa untuk mendidik anak-anaknya. dari fase pacaran pun bahasa daerah ditinggalkan, namun untuk pergaulan sesama teman memang masih dipakai. tapi dampaknya untuk generasi mendatang yang agak mengkhawatirkan, karena anak-anak tersebut jika orangtuanya merantau, mereka sama sekali tidak mengenal bahasa daerah karena kedua orangtuanya pun saat berkomunikasi memakai bahasa Indonesia.
Percayalah... orang tua akan lebih suka disahutin anaknya "dalem" ketika dipanggil, daripada disahutin pakai bahasa "ya?" Atau "apa?"... bahasa jawa terutama jawa kromo alus tetap dibutuhkan untuk menghormati/toto kromo ketika berbicara kepada orang yang lebih tua.
Oh nggeh mas, kulo setuju niku :)
Namun pada akhirnya, bahasa ngoko adalah bahasa yg paling dekat dengan semua kalangan, ngoko hampir menyerupai bahasa kesayangan, di lingkungan saya, semua anak berbahasa ngoko dengan ortu mereka tanpa mengurangi rasa hormat
Yes, dulu kalo diajak ngomong guru kimia pakai bhs jawa krama inggil, guruku seneng bgt. Dipermudahlah tugas kimia saya 😁😁😁
Ngèstokaken dhawuh, kangmas Dan Seiz... 😀😁😂
Betul mas saya panggil anak saya kalo dia jawab iya saya ulangi panggil sampai dia jawab dalem
Tirto id, Bahas juga dong tentang permainan2 tradisional di Indonesia yg udah mulai tergerus sekarang ini
apa kabar permainan jaman batu yg tergerus oleh permainan tradisional wkwk
@@farikkun1841 nah iya tuh gw juga sering bantah komen2 orang yg menjelek2an anak2 jaman sekarang karena maen gadget, padahal dijaman mereka mungkin aja gk mainin permainan jaman orang tuanya dulu,😆
@@faturrahman3809 kalo itu saya merasa permainan tradisional lebih baik karena melatih fisik, sosial, enviromental, dll. dibanding mainan digital. beda lagi kalo permainan modern yg dimaksud itu seperti basket, soccer, pingpong. ada tier2 nya lah jenis permainan di berbagai jaman wkwk
Dari kemenpora udah usaha buat pekan olahraga tradisonal besok mulainya kyk e
Obak neker, obak wayang, obak kempyeng, obak engkle
Bahasa daerahnya ga usah diajarkan secara formal di sekolah, langsung aja pakai jadi bahasa pengantar. Kayak anak pantai, kan bisa berenang tanpa harus belajar teori renang, karena sehari-hari udah renang.
nahh, salah satu alasan kenapa bahasa Minang lebih laku ketimbang bhs Indo di Sumatera barat adalah karna mulai dari SD bahkan sampai kuliah, tenaga pengajar lebih suka ngajar pakai bahasa Minang,
bahasa Indonesia mah cuma formalitas doang wkwkwk
masalahnya banyak ga setuju hal seperti itu terutama di kota2 pelajar(bandung, jogja, malang) yg notabene pelajarnya dari segala etnis
@@muhammadzulfa_4064 di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung!
@@muhammadzulfa_4064 tapi cerita orang luar yang lancar bahasa daerah lain karena merantau belajar juga banyak. Bang Benu Buloe (food vlogger) itu orang Aceh, tapi Bahasa Jawa halusnya njawani tenan, dulu beliau kuliah kalau ga salah di Jogja. Saya waktu nonton video beliau mudik ke Aceh malah kaget, karena saya kira orang Jawa. Kemungkinan besar lantaran interaksi sehari-hari di luar kampus juga. Ya intinya pembiasaan paling penting sih. Saya yakin Bang Benoe ke Jawa jurusannya bukan Bahasa Jawa.
@@indocookingvids nah ini saya setuju, bahasa bisa lestari kalau dibutuhkan. Saya sendiri mengalami secara tidak sadar bisa 5 bahasa: 3 bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Hal ini karena tuntutan hidup yang sering pindah2. Saya kuliah di tanah Sunda supaya bisa interaksi dengan orang sekitar saya harus bisa bahasa Sunda. Tapi saya asli Madura jadi saya bisa bahasa Madura. Sebenarnya belajar bahasa itu gampang, tinggal "cemplungin" di suatu daerah, paling tidak setahun sudah mulai lancar bahasa daerah tsb.
Urusan melestarikan bahasa daerah, Belanda juaranya. Dulu dari mulai akta nikah, akta tanah, majalah, koran, novel semua ditulis dalam bahasa daerah. Walaupun kaum nasionalis mengatakan bahwa itu upaya pengkotak-kotakan, tapi positifnya 350 tahun dijajah, bahasa daerah lestari
sependapat mba, dulu pas jaman belanda di surabaya ada koran full bahasa jawa
Itu awalnya Belanda trauma sama perang Diponegoro, makanya ga mau ikut campur dan mengintegrasikan budaya sama bahasa nya besar2an ke masyarakat yang penting hubungan sama penguasa lokal baik2 aja. Untungnya ya seperti kata anda tadi, dan senang nya dulu pas Portugis sama spanyol ga nguasain Indonesia secara penuh soalnya bisa2 banyak hilang identitas kita.
Ydah balik lagi ke jaman Belanda aja mbak,kan ada baik buruknya,situ emang hidup di Indonesia cuman satu suku,sekarang balik lagi aja Ke diri sendiri situ mau melestarikan apa nggak gitu aja sih,faktor bahasa juga pengaruh dari lingkungan juga kali masa mbak di Bandung ngomong bahasa Jawa iyakan gak nyambung,makanya bapak pendiri bangsa bikin bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia ...?
@@Mirai-z6f Sebetulnya intinya mau belajar atau tidak. Kalau tidak mau belajar ke Belanda, coba belajar ke Uni Eropa dan India. Di India semua produk budaya wajib menggunakan bahasa daerah, makanya kita melihat banyak film dengan bahasa beragam. Apakah suku lain kesulitan memahami? tidak dong kan ada subtitle.
Bahkan di India, setiap legislator harus menggunakan bahasa daerah masing-masing ketika bicara di gedung DPR. Apakah demokrasi terganggu? tidak dong.
@@RachmadaniFAG portugis ama spanyol itu lemah gk mungkin bisa nguasain kita.
Ya, saya membenarkan "ngapain malu". Berdasarkan pemgalaman saya, masih banyak orang yang malu/minder karena cemoohan lingkungan sekitar / lingkungan baru tempat mereka tinggal, terutama generasi saat ini. Contoh, dari hal kecil, bicara bahasa indonesia dengan aksen daerah tanpa disadari itu dibilang "cakep cakep ngomongnya medok!". Atau "orang sebrang yang mas? Keliatan dari logatnya". Ada juga yang datang dari luar pulau ke Jakarta dan bicara bahasa indonesia tapi masih campur bahasa daerah, malah dibilang "lu ngomong apa siii ga ngerti gw". Darisitulah rasa minder itu muncul. Malu untuk berbicara bahasa daerah yang dipandang 'norak', 'dari kampung', 'orang seberang'.
Saya berharap kita semua bisa 'lebih menghargai' dan melestarikan bahasa daerah bersama - sama.
Pada akhirnya bahasa yg bertahan cmn sedikit hanya 11(kurang lebih) dari 700 bhs daerah hanyalah Bahasa Aceh,Batak,Minang,Melayu Sumatera,Dayak melayu,Makassar,Sunda,Betawi,Jawa,Bahasa Bali,dan Dialek Khas Indonesia Timur(Papua,Maluku&NTT)
Salah satu cita cita saya yg entah akan kesampaian atau engga, yaitu menjadi polyglot bahasa daerah, karena kalo kita bisa ngomong bahasa daerah ke penutur aslinya rasanya kayak bicara dari hati ke hati.
Ayok dicoba aku bantu
Ayo kak, ajak aku juga!
@@nabilakusumawinahyu2580 mulai dari mana nih? Kalau pure bahasa Jawa ada 32 tingkatannya
Jadi ingat Pantun Melayu yang berbunyi:
_Tingkap papan kayu persegi_
_Riga Riga di pulau angsa_
_INDAH TAMPAN KARENA BUDI_
_TINGGI BANGSA KARENA BAHASA_
Seengganya pantun ini yg saya pedomani, sehingga walau merantau di ibukota, saya tetap menggunakan bahasa daerah ketika saya ketemu dengan yang orang orang yg satu suku dengan saya. Tetap bahasa asing harus dikuasai dan bahasa Indonesia juga lancar, namun bahasa daerah adalah identitas sejati 😎
Merantau,
Tanya temen dari kenalan kita " aku ibnu" sambil menjulurkan tangan.
" Aku ridwan" menyalami.
Sambil berbalik terdengar suara " aneh bet dah, aku kamu jijik anj"
Setidaknya mengamalkan poin dari sumpah pemuda.
Kayak lagu di Upin Ipin
Yang di untungkan orang Melayu, suku minoritas, bahasa nya jadi raksasa pembunuh bahasa daerah tanpa di sadari
Jadi klw Pantun Batak gmna bg..
Punya marga abg kutengok
@@karanba4904 lah kok rasis. Kan bahasa Melayu udah menjadi lingua franca di nusantara ini dan juga kerana bahasa Melayu itu gampang dipelajari sebab itu dijadiin bahasa indonesia
Dikampungku, ada keluarga yg sejak kecil ngajarin anaknya pakai bahasa Indonesia. Pas dipikir2 sekarang, ngapain sih ngajarin bahasa Indonesia, bahasa Indonesia itu mudah, di sekolah diajarkan, buku2 pakai bhs Indonesia, di TV pakai bhs Indonesia, tanpa di ajarin bahasa Indonesia pun pasti bisa sendiri, justru yg harus diajarin adalah bhs Daerah.
Ibuku dari lombok (ntb), ayahku dari sumba(ntt), menikah di tarakan(kaltara), mulai dari ortu beda suku ditambah tempat tinggalku, menjadikan bhs indonesia sebagai jalan tengah buat diajarkan ke anak"nya, tapi semenjak ortu memutuskan tinggal dikampung ibuku, aku mulai diajarkan bhs suku ibuku ditambah lingkungan yg mendukung alhasil sekarang sy bisa dibilang mampu bhs daerah walau harus dipancing dulu 😁
Dipancing gimana bang? Wkwk
@@arsyapermana1 Harus diajak bicara duluan, kalau ndk ntr aku malah binggung mulai dari mana, hihihi,,,
Ora Ngapak Ora Kepenak...Purwokerto Hadir 😁
Muatan Lokal dalam Kurikulum saya pikir juga sangat andil dalam upaya melestarikan Bahasa Daerah, namun sayang Mulok (Bahasa Daerah) mulai dihapus dan digeser dengan Bahasa Asing yang sifatnya tidak Universal seperti Jepang, Jerman, Mandarin dsb...
Tidak bermaksud mengintimidasi atau diskriminasi namun alangkah lebih baik jika dikembalikan kepada Mulok Bahasa Daerah atau jika ingin Bahasa Asing selain English, Pelajari Bahasa Asing yang banyak Penuturnya dan Lintas Negara Seperti Espanol yang banyak penutur dan lintas negara (Spanyol, Meksiko, dan Benua Amerika bagian Selatan) lalu Arabic yang digunakan hampir di seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara atau French yang digunakan di Prancis, Kanada, Maroko, Beberapa bagian Afrika dsb.
Setuju sih. Belajar bahasa asing yang bisa digunakan di berbagai negara (selain Bahasa Inggris) itu menurutku lebih penting. Sayangnya masih kurang sekali penerapannya. Saya belum pernah tau ada sekolah yang mengajarkan Bahasa Spanyol, masih sedikit sekolah yang mengajarkan Bahasa Perancis, dan Bahasa Arab biasanya hanya diajarkan di sekolah-sekolah Islam atau madrasah saja.
Setuju bang
Memang nyatanya bahasa asing selain Inggris yg banyak digunakan di dunia korporat Indonesia cuman Mandarin dan Jepang, bahasa Arab dan Korea ada tapi tdk sebanyak 2 bahasa tersebut.
Kalau bahasa Prancis penggunaan di Indonesia mungkin hanya perusahaan sektor wisata (itupun sangat sedikit).
bukannya bahasa Mandarin termasuk bahasa yang penutur nya banyak? Saya dengar dengar fasih berbahasa Mandarin bisa membantu di dunia kerja karena banyak perusahaan yang membutuhkan penuturnya.
dulu Ada mulok Sunda. masih Ada gak ya
Nah ini. Banyak banget ortu muda yg malu ngajarin anak-anaknya bahasa daerah.
Dulu sempat viral video "Kenapa pakai Bahasa Indonesia, sini kan Padang?", tidak sedikit respon negatif dari warganet bilang bahwa anak tersebut dididik untuk etnosentris dan chauvinist. Hingga timbul asumsi bahwa orang Minang terlampau chauvinist hingga menghiraukan penutur Bahasa Indonesia. Padahal pernyataan anak tersebut ingin orang-orang lebih bangga menggunakan bahasa daerahnya masing-masing.
Sebagai orang Minang, sebenarnya hal ini cukup serius. Saat ini, semakin banyak orang tua yang mengajari anaknya berbahasa Indonesia hingga anaknya tidak fasih berbahasa Minang.
Di hampir setiap daerah, anak-anak yang berbahasa Indonesia di rumah identik dengan anak orang kaya, termasuk daerah saya. Mereka mengajarkan anak-anak mereka untuk berbahasa Indonesia karena merasa lebih "well educated" dibanding berbahasa daerah. Sama halnya dengan kalangan ekonomi atas di Jakarta yang mengajarkan anak mereka berbahasa Inggris.
Bahkan kebanyakan dari mereka belajar bahasa daerah dari lingkungan dan pergaulan mereka.
Menghiraukan itu sinonim peduli kak, kalau mengabaikan itu lawan kata menghiraukan
Alhamdulillah di tempat gw di Sulawesi, anak-anak ngomong pakai B.indonesia, dan setelah dewasa kalau tidak mampu berbahasa daerah mereka bakal merasa insecure atau kurang PD karena semua orang dewasa dan ortu menggunakan bahasa daerah. Dan bukan cuma satu bahasa daerah, tapi ada 10 lebih termasuk bahasa Jawa dan Sunda.
Kebetulan sy adalah tutor les. Untuk jenjang sekolah dasar, ank2 di tmpt sy belajar msh ada pelajaran Bhs.Jawa. Jujur sy tidak mahir berbahasa Jawa, terutama Krama Inggil. Dgn menjadi tutor ank2, secara tdk langsung sy pun belajar bersama ank2 dan mengembangkan kemampuan Bhs.Jawa sy. Dalam penyampaian yg sekitarnya ada kosakata sulit, sy coba menjelaskan menggunakan bahasa Indonesia. Dan ank2 pun msh bisa belajar Bhs.Inggris, sy coba bimbing mulai dr kosakata di kehidupan sehari-hari dan sy latih untk lbh srg listening di tahapan dasarnya. Semoga Bahasa Daerah di tmpt kita msh tetap terjaga, namun tetap menggunakan Bhs. Indonesia dan mempelajari bahasa asing.
Terima kasih Tirto atas bahasan topik kali ini.
Yang paling terpenting adalah lingkungan dan orang terdekat. Kunci nya itu
Sya keturunan Jawa dan Sunda, (JASUN), tpi alhmdllh mantep sya bisa kedua bahasa tersebut dngn lancar.. dan sya masih pengen bnyak blajar bhasa daerah yng ada di sluruh Indonesia trcinta ini, sprti belajar bahasa Batak, Padang, Aceh, Sulawesi, Bugis, Kalimantan, Bali, Papua, NTT, dan Mash bnyak lgi yng sya ingin pelajari bahasa" trsbut,, sya suka sekali belajar bahasa daerah 😊 krna kita sbgai generasi milenial wajib mempelajari dan melestarikan bhasa" daerah yng ada di sluruh Indonesia,, mari kita jaga dan lestarikan bersama".. tetp semangat sodra" ku 😊💪
#24 Juni 2022, Majalengka, Jawa barat 🇮🇩🇮🇩
Harusnya di Fiki Naki kayak gitu sih, belajar bahasa daerah-daerah di Indonesia.
Jadi teringat ama guru bahasa indonesiaku pas SMK, dia pernah bilang bahwa anaknya dari kecil bayi ga di ajari bahasa jawa melainkan diajari bahasa indonesia, karna kata beliau saat sekolah yg kepakai ya bahasa indonesia dan sekolah nuntut buat ngerti bahasa indonesia jadi beliau beranggapan bahasa daerah ga penting buat anaknya
Kasihan. Padahal para orang tua/kakek nenek/pakde bude di jawa lebih suka diajak bicara pakai bahasa jawa kromo halus daripada bahasa indonesia. Sebagai bentuk menghormati/toto kromo kepada orang yang lebih tua.
@@wargreymon2750 saya orang jawa bang, tepatnya jawa tengah, kota kendal deket semarang
@@kak_rill aneh ya. Guru bhs indonesianya berniat meninggalkan bahasa daerahnya. Padahal orang sana kalau ngomong bahasa jawanya lebih halus daripada orang jawa timuran. Hehe. Masih jawa kentel.
@@wargreymon2750 guru bahasa indonesia saya perempuan (bu guru) mungkin karna pengalaman banyak anak didik beliau disekolah yg pada ga pinter bahasa indonesia jadi beliau berpendapat anaknya harus pinter bahasa indonesia sejak kecil dgn ngorbanin gak ngajarin bahasa jawa biar fokus bhsa indo. Pada saat itu ingin banget jawab kan bhsa jawa juga penting toh nantinya anaknya bakal main sama anak lain yg pake bhsa jawa juga, tapi aku waktu itu cuma diem doang liat penjelasan beliau
@@wargreymon2750 justru org2 jawa tengah tu mudah kena arus..
Kek misal anak kampung yg baru datang ke kota (gampang kebawa pegaulan), beda ama org jawa timur yg lbih masabodo "gk ngadek kon ngomong opo"
Saya harus bersyukur berarti sudah diajarkan bahasa daerah oleh orang tua sejak kecil dan selalu diwanti-wanti untuk meneruskan kelak ke anak-anak saya
Widih keren si ini ulasanya. Risetnya sprti biasanya, mencerahkan dan menjawab apa penyebab masalah (di kasus ini soal punahnya bahasa daerah).
Dan sedikit berpendapat soal punahnya bahasa daerah di Indonesia dan banyak wilayah lain di Asia Tenggar kalo mnrt gw si krna efek Globalisasi.
Dimana globalisasi ntu masuk bnyk lini dalam kehidupan. Termasuk di pergaulan dan juga trend kebutuhan. Pergaulan bisa diliat (ky apa yg udh diulas tirto ini) gimana kita masyarakat yg krna arus informasi yg semakin maju dan terbuka (globalisasi) bnyk yg sadar klo trnyta orang2 dluar sana gk mke bahasa daerah buat berkomunikasi satu sama lain, ya krna jelas. Mereka beda2 daerah juga kan.
Terlebih jaman skrng ini, dimana kita juga ngrsa klo persaingan diluaran sana smkin ketat. Jd ketika kita kgk bsa survive dgn cara bisa berbahasa asing (mis. Inggris) ya bakal terpinggirkan. Itu knpa yg mungkin jd penyebab orang tua (utamanya yg orietasinya hnya ke arah spya anak bisa "survive" dimasa depan) nerapin bahasa indo dan juga inggris dr skrng.
Ya terleps dr apa penyebab pastinya (yg gw yakin jg pasti bakal beda2), gw jg ngrsa si yg ky gini bakal tetep terjadi dan mungkin gk bsa di stop. Utamanya ya selama tiap individunya gak ngerasa berkebutuhan untuk tetap mempertahankan bahasa daerah mereka.
as usual, survive....campur campur mulu.
Ya contoh nya mbak as usual, SEA wkwkwk. Sama juga sih saya
Selogan itu punya tujuan yang baik namun tanpa diiringi dengan usaha revitalisasi bahasa daerah di lapisan kehidupan masyarakat, selogan itu hanya bakal jadi dua dan satunya hilang.
B. Indo sebagai lingua franca memang sangat bermanfaat dan B. Asing sebagai pemerkaya wawasan juga tak terelakan. Mungkin menurut saya, kurangnya kebanggaan terhadap bahasa sendiri serta stigma yang ada di masyarakat itu jadi salah satu penyebab (dari sekian banyaknya) kenapa ada yang memilih gak berbahasa daerah.
Keren Tirto, semangat buat bikin video-video berkualitas 👍🏾
😘
Sebenarnya menurut saya bahasa itu bisa terus lestari asal masih dipakai dan dibutuhkan. Saya sendiri secara tidak sadar bisa menguasai 5 bahasa karena tuntutan pengalaman hidup saya yang sering pindah2. Saya bisa bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, bahasa Madura sebagai bahasa masa kecil dan rumah orang tua, bahasa jawa karena keluarga ibu dari jawa, bahasa Sunda karena sekolah dan kuliah di tanah Sunda, dan terakhir bahasa Inggris karena belajar dan tuntutan kuliah. Sebenarnya bahasa daerah gk akan punah jika penuturnya masih dari peradaban yang besar, kayak Sunda, Jawa, Melayu, dll. Karena itu bahasa sehari-hari mereka. Bahkan kalau sesama perantauan dari daerah yang sama pasti sehari-hari kalau ketemu pakai bahasa daerahnya. Mungkin sekarang yang perlu dikhawatirkan itu bahasa Betawi, karena Jakarta sudah menjadi kota besar dimana orang dari berbagai daerah datang sehingga penuturan bahasa Betawi tidak diperlukan karena lebih mudah menggunakan bahasa Indonesia. Jadi intinya bahasa tersebut harus "dibutuhkan" supaya lestari.
Di daerah aku make 3 bahasa.. Bahasa pertama bahasa asli gorontalo= bahasa yg di pakai komunikasi antar orang tua, yg kedua bahasa melayu manado= di pakai berkomunikasi oleh antar para pemuda dan ketiga bahasa indonesia di pakai di saat formal saja.. Bahasa melayu manado pengaruh nya sangat besar sampai ke sebagian Sulteng dan sebagian kepulauan maluku.. Bahasa ini aku yakin di bawah oleh perantau2 yg pulang ke daerah masing2...
Aku jugaaa. Tinggal di Jabar (Bogor) tapi make Logat Melayu Manado soalnya ibuku orang Sanger ☝🏼🇮🇩
Saran saya pada pemerintah supaya setiap sekolah di Indonesia pada pelajaran muatan lokal harus ada pelajaran Bahasa daerah, disitu peserta didik diajarkan dan didik untuk faham dan menguasai bahasa daerahnya. Jika perlu diberi tugas bikin cerita pakai bahasa daerah, ata
menterjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa daerah atau sebaliknya... Pelestarian bahasa daerah penting...
Setau saya pemerintah udah ngelakuin itu dr dulu, tp sayang praktik di bawah ga jalan...
Dulu saya SD di Tangerang, saya inget seharusnya ada muatan lokal bahasa Sunda, tp nyatanya ga ada. Bahkan ga ada bahasa daerah apa pun...
Saya masuk SMK di Bandung, yg umum nerapin mulok b.Sunda, tp utk jurusan saya ga ada, malah diganti bahasa Mandarin yg cuma dipelajari 1 thn, dan itu hampir sia2...
Hanya berbagi pengalaman ya... 😄😄😄
Sudah ada. Tapi dalam praktiknya kurang diseriusi...
@@lutfariangga770 Kenapa ada pelajaran Bahasa Mandarin 😁
@@ghajalirahman9641 kata kepala sekolah utk persaingan bisnis d masa depan, krn liat pergerakan dunia bisnis saat itu (2010an)
Tp ya... Belajar bahasa Mandarin seminggu sekali 90 menit cuma 2 semester, ga da yg nempel bener.. 😅😅😅
@@princecorona2480 Semoga kedepannya pemerintah bisa lebih serius dalam masalah ini...
Tolong bahas juga soal nama, karena saya sangat iri dengan negara seperti Jepang,China,India yang hampir setiap nama warganya tidak mengadopsi dari bahasa tertentu tapi tingkat kemajuan SDM mereka sangat pesat dibandingkan Indonesia 🙏🏻,
Iyah emang indo nama kearab-araban tapi maaf hidung (dengan size tinggi dan perawakan wajah)sama kelakuan enggak mencerminkan *islam banget*
- Jepang maju karena mau bersekutu dengan pihak sekutu dan mau melakukan perbuatan menjajah
- Cina maju karena mereka hanya fokus ke mencari harta dan meniadakan sosok tuhan
- India masih dibawah Indonesia
Indoensia adalah paling ideal TIDAK PERNAH: menjajah suku dan bangsa lain spt Jepang, melupakan Tuhan dalam segala aspek seperti China walaupun ekonomi dibawah negara tersebut, namun atas dua dasar itu Indonesia masih berada diatas India. Proud tobe Indonesian!
sudah pernah dibahas di sini kak ua-cam.com/video/Oiu7ZhY5Rwg/v-deo.html kalau boleh beropini, nama-nama orang Indonesia zaman dulu juga setauku juga diambil dari Bahasa Sansekerta. Mungkin gaada nama yang kesannya 'asli' Indoneisa karena Bahasa Indonesia juga kan serapan dari berbagai bahasa. Banyak faktor sih yang menyebabkan penamaan orang Indonesia, dan untuk masalah SDM kayaknya gaada kolerasinya sama nama seseorang dehh. Hehe. Silahkan berpendapat!
@@daull3877 ya, saya setuju kalo memang gak ada korelasinya. Yg kadang nyesek bagi saya itu kadang nama2 yg misal dari suku jawa terdengar sangat kampung/desa dipake bahan olok-olok an. Sepertinya kita sudah tidak merasa bangga atas warisan leluhur yg kita dapat
Nama2 Indonesia masih ada kok yg berdasarkan sukunya, contoh
Jawa : Joko, Widodo, Yanto, dsb
Sunda : Ujang, Asep, Cecep, dsb
Bali : Gede, Putu, Made, dsb
Batak : Nainggolan, Pandjaitan, Silalahi, dsb
Alhamdulillah orangtua saya mewariskan & mendidik saya pakai bahasa daerah tepatnya jawa (jawa timur) sesuai tingkatan biar gak salah kaprah
1.krama ngoko buat sama temen kerja yg seumuran (Kamu - kowe/ koen)
2.krama madya buat kakak atau saudara yg umur lebih diatas saya(Kamu - Sampean)
3.krama inggil buat para sesepuh keluarga & orang sekitar yg lebih tua (Kamu - Panjenengan)
bahasa indonesia juga bisa u/ komunikasi jika ada teman dr suku lain
klo kangen ramadhan langsung nonton Newsroom 63B
soalnya ramadhan tahun ini, sy sambil nungguin buka puasa, nontonnya mba Newsroom 63B hehe
Kata kuncinya relevansi. Selama bahasa itu relevan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tanpa disuruh pun masyarakat akan berusaha mempelajari dan menerapkan bahasa daerah itu. Sejati nya sifat budaya itu dinamis, artinya pasti mengalami perubahan. Kita bisa berusaha melestarikan suatu bahasa atau budaya, tapi itu semua tergantung pada kita dan mayoritas masyarakat apakah bahasa atau budaya tersebut relevan untuk sekarang dan masa depan atau tidak. Kita bisa mengajak tapi gabisa memaksa. Perubahan pasti terjadi. Tinggal siap siap beradaptasi aja.
Huhu sedih sih kalo emang suatu saat kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia ini harus tergantikan oleh budaya yang baru. Dan kalo melihat kebelakang juga, kebudayaan-kebudayaan era kerajaan sudah tidak digunakan di era ini
Saya sendiri sebagai penutur bahasa Sunda sering terkendala dengan undak usuk basa sunda (tingkatan bahasa). Ada bahasa loma, bahasa lemes, bahasa kasar. Sama kayak di Jawa. Jadinya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengganti karena takut dirasa kasar atau tidak tepat bahasa Sundanya.
Kata "makan" aja bisa bermacam-macam untuk setiap orang. Makanya memakai bahasa Indonesia untuk menutupi kelemahan dalam berbahasa daerah. 😁😁
bener banget ini, kang! aku yang biasa basa sunda halus, waktu ngampus di jakarta kalo ngomong sama penduduk area sunda kasar kayak bogor dan banten lebih anteng pake basa loma ato indonesia biar komunikasinya cepet lancar 🤣 kaget sendiri karena ternyata ga semua tau tingkatan kosakata. ga semua punya privilege diajarin undak usuk di sekolah/rumahnya 😔
Ulin ke Banten kang, aman mowal isin jadi kasar 😂
@@syarifaamaliamarwadinata5623 tergantung dari mana orang itu berasal. buat orang Priangan (Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang) memang ada undak usuk, di daerah lain misal Subang, Bogor, atau Pantai Utara ngga ada kayak gitu. Dialeknya itu kan identitas mereka sendiri yg sayangnya dicap ini itu ya karena orang ngga sadar kalo bahasa Sunda itu beragam, ngga bisa paksain satu dialek buat semua orang.
Ya wajar wilayah periangan kenal undak usuk karena kena pengaruh bahasa Jawa matarm (Jogja)
Dulu wilayah peringan di kuasai Mataram ,,
Di luar periangan sedikit kena pengaruh bahasa Jawa maka itu bahasa Sunda yg asli itu yg di anggap kasar,,,jangan heran naskah2 Sunda jaman Pajajaran itu bahasa nya bahasa Sunda yg sekerang di sebut kasar
ya klo bukan org Sunda siapa lg yg mau melestarikan bahasa nya
Kita di Indonesia lebih ke Tetralingual, bahkan umat Islam bisa Pancalingual:
- Bahasa Indonesia = Bahasa persatuan antar suku dan daerah di negara Indonesia
- Bahasa Inggris = Bahasa untuk berinteraksi dengan dunia dan internasional
- Bahasa Arab = Bahasa untuk memahami kitab suci, AlQuran sekaligus membaca kitab suci
- Bahasa Daerah = Untuk percakapan sehari2 dengan sahabat dan keluarga
- Bahasa Pilihan di Sekolah (Jerman, Jepang, Perancis) = Untuk melanjutkan sekolah atau kaitannya dengan penguasaan bahasa asing lainnya diluar bahasa inggris
Dari sekian anda bisa berapa?🤭
Indonesia, Jawa, Sunda, Inggris, Perancis pengen belajar Arab tapi memory udah Full
Bahasa daerah untuk sahabat? Berarti kalo beda suku engga bisa sahabatan yaa.. Wkwk
Maaf kak, beneran bisa bahasa arab atau hanya bisa baca huruf arab? Aku katolik jadi kurang tau. Tapi setau ku jarang ada orang islam yang bisa bicara dengan bahasa arab, kebanyakan hanya bisa bisa membaca hurufnya
@@rantonzzz6865 beberapa yg sekolah di madrasah atau pesantren bisa bahasa arab walau cuma yg simpel
Wajibkan sekolah, kampus, ceramah keagamaan, pejabat pemerintah, untuk secara rutin berbahasa nasional, daerah, dan inggris.
Mungkin salah satu solusinya bisa lewat musik, alangkah baiknya jika di setiap daerah ada seperti Denny Caknan atau Ndarboy Genk yg bisa ngangkat unsur/idiom lokal khususnya bahasa menjadi konten atau karya musik yg bisa menyesuaikan dan memanfaatkan kemajuan teknologi dan digitalisasi dengan konteks milenial seperti sekarang ini 💪
Fyi, di daerah saya, tapanuli bagian selatan, "oreng" bahasa kitanya adalah kurinci atau kuricci.
FYI 😂
... biar kamu tidak ketinggalan konten-konten menarik dan tentunya _relate_ sama ... dst 😊
Tuh ada kata _relate_ ... kenapa tidak pakai "... tentunya dekat dengan kita" ... 😋 itulah contoh perkembangan bahasa yang sangat _make sense_
Jika ada yang berharga dari suatu bahasa, misalnya ia menyimpan kebijaksanaan tertentu, maka ia akan diabadikan meskipun tanpa penutur asli, misalnya bahasa Sansekerta dan bahasa Latin, orang mempelajari kedua bahasa itu untuk memahami karya sastra atau ilmiah yang disimpannya, bukan untuk digunakan sehari-hari.
Satu kasus unik, bahasa Klingon malah berkembang loooh #halah 😂
Kek nye si eneng anak Jaksel tuh... You know lah gimane anak Jaksel.. Jiahaha kaco dh 🙈 😜 ✌️
@@ilhamdoank9195 kalu di Inggris. Spike inggris or die kalu anak jaksel ngeyel gunakan spike Jawa or..hahahahah
Wong saiki basane cingcoweng cingcoweng
Saya berasal dari Keluarga Cina-Sunda-Betawi-arab. Jadi keluarga papa ya berbahasa cina, entah cina mandarin atau hokkien dan khe sedikit, tapi fasih bahasa sunda juga. Dan keluarga mama berbahasa betawi dengan sedikit aksen jawa. Saya bisa semuanya? Oh tentu tidak wkwkw. Tapi apakah saya dan keluarga berusaha mewariskan? iya. Kami kalau di rumah bahasanya ya gado2. Kadang bisa kaya "Enak euy. Hen hao chi." atau "Nyanggeus lah mun kos kitu mah bagenin bae, da kagak ngengapa nanti juga."
Mas gimana tanggapan anda dengan orang yang bilang bahasa Betawi adalah bahasa tidak sopan, 'lu=kamu' 'gua,aye=saya'. Ketika ada seorang anak yang sedang berbicara pakai bahasa Betawi, lalu orang tua seketika nyambungin bilang tidak sopan. Bukan kah, itu bahasa daerahnya orang Jakarta(Betawi) dan dia bilang seperti itu ketika ia ada di Jakarta
@@rei2548 seharusnya ya kalo ke org tua sih make saya aja (ya klo dialek betawi jd saye krna ngikut melayu kan). Tp klo ke sesama ya lu gua. Dan lu gua itu bahasa hokkien sbnernya.
Setuju dong tapi intinya jangan saling meyalahkan karena solusi terbaiknya adalah diskusi bersama cari solusi bareng bareng karena budaya dan bahasa daerah adalah identitas bangsa setidaknya angkat sedikit pengaruhnya kedunia industri hiburan jika sepenuhnya diangkat budaya dan bahasa daerahnya itu lebih baik.
Selain bahasa, hurufnya juga rentan punah gak..eh beberapa bahasa pake jenis huruf sendiri kan?
Iyep, ada aksaranya sendiri tiap bahasa
Iyah bahasa jawa terutama, itu susah🤭mirip sandi intel..wkwkwk
@@muryaagung235 tidak sih memurut saya dari pelajaran bahasa jawa yang paling saya sukai adalah bagian dimana materi pembelajarannya adalah aksara jawa,padahal kalo serius mempelajari enak loh
Mungkin karena alfabet lebih efisien.
Yang terpenting orang tua harus mewariskannya. Biarkan anak berkomunikasi menggunakan Bhs Indonesia di sekolah, tp sbaiknya jika dirumah dan lingkungan keluarga perlu menggunakan bahasa daerah jika masih satu suku.
Bener bgt, SMP di kecamatan dan SMA di kabupaten bahasanya dah banyak yg beda padahal sama" bahasa Jawa. Sampe suka jd bahan debat kalo keluar idiom khas desanya sendiri 😂 indahnya bahasa daerah
Bagaiana ya klo bhs daerah punah
Seperti harta yg hilng kan
Bangga jadi penutur bahasa daerah yang masih fasih diantara temen temen sebaya tapi ga ketinggalan juga sama kemampuan bahasa indonesia sama bahasa asing lain hehe. Thanks to my parents.
Di Kabupaten Tegal, beda desa punya kosa kata yang berbeda meskipun bahasa ngapak Tegal
bener banget 😂
Kaya apa mas?
@@farhanardiansyah5889 mari di Bojonegoro dan mari di Surabaya berbeda artinya
Kalo tegal mendok temen
@@liveman667 ngapak mas dudu medok
agaknya revitalisasi bahasa daerah secara digital lebih efektif, misalnya menggunakan sistem kontribusi bersama ala wikipedia...
kita gunakan kata2 dalam bahasa Indonesia sebagai tulang punggungnya...
kemudian para kontributor dari seluruh negeri akan memperkayanya secara online dengan padanan kata dalam bahasa daerah....
selanjutnya bisa dikembangkan ke perbandingan antara tata bahasa indonesia dan tata bahasa daerah....
dilengkapi juga fasilitas multimedia (termasuk audio dan video) agar mempermudah pembelajaran intonasi dan cara baca yang benar..
semuanya bisa diakses baik melalui browser di PC maupun aplikasi di smartphone...
Pernah ngajar di salah satu sekolah SMA di Jawa timur. Kebetulan saya dan satu rekan pengajar adalah guru baru di sana. Karena kita lahir dan tumbuh di lingkungan pedesaan. Otomatis logat medok saya dan beliau amat kental sekalipun kami fasih berbahasa Indonesia.
Hal tersebut jadi sorotan para murid yang sesekali protes logat kami. "Pak bicaranya kok medok banget sih pak?". Tentunya kami kaget dengan pertanyaan tersebut. Bagaimana bisa sekolah yang secara geografis populasi warganya adalah penutur bahasa Jawa, kemudian generasinya seakan terganggu dengan logat Jawa itu sendiri?.
Jawa logatnya beda-beda Bang. Ada yg kedengeran medok dan ada juga yg gak.
Jangan bilang jawa timur kota 😔
Menariknya bahasa daerah baru bisa dirasakan ketika kita sudah berada di lingkungan asing dan bahasa daerah menjadi identitas diri yang unik. Memperkenalkan bahasa ibu (daerah & nasional) dan tetap belajar bahasa lain (luar daerah & asing) itu baru keren! 😊👍🏼
“Di mana bumi di pijak, di situ langit di junjung”
Yaps ❤
Muatan lokal anak sy udah bergeser dr bahasa jawa menjadi bahasa arab. Pelajaran kesenian diganti hafidz quran. Padahal itu di sekolah swasta Umum loh...bukan sekolah yayasan keagamaan tertentu.
Mau protes, tapi...........ah sudah lah.
Yah sudah lama pak bude kalau persoalan Bahasa daerah dihilangkan dan diganti bahasa asing, saya sja yg sekolah negeri sudah diganti sejak 2014 silam
Bahasa daerah penting di lestarikan dalam kehidupan di dunia,, tapi mengerti bahasa arab n apalagi bisa jadi hafidz al qur'an penting untuk di dunia sekaligus untuk akhirat anak anda dan anda..
Namaku Jawa banget, tapi ga bisa bahasa Jawa. Papa orang Jawa, kedua orang tuanya juga orang Jawa. Mama lahir di Palu, ibunya etnis Dampelas, bapaknya Jawa. Nenek dari mamaku masih keturunan Bugis. Aku lahir dan besar di Palu, yang etnis aslinya Kaili. Aku pernah tinggal di Makassar juga. Sekarang kuliahnya di Bandung. Dan sampai saat ini hanya tau sedikit kosakata Bahasa Jawa, Dampelas, Kaili, Makassar, Bugis, dan Sunda. Mungkin sedikit ngerti kalo ada yang ngomong pake bahasa-bahasa itu, tapi kalo aku disuruh ngomong pasti ga lancar :')
Pas SD dan SMA pernah diajarin Bahasa Arab di sekolah. Pas SMP dua tahun dapat kelas Bahasa Mandarin. Pas SMA dapat satu semester doang Bahasa Perancis, sisanya Bahasa Jepang. Tapi sekarang ga ada yang lancar, karena ga terbiasa, ga kepake. Begitu juga dengan bahasa daerah, kalau ga diajarin dan dibiasakan ya ga akan bisa.
Kaya temen-temenku yg pada malu pake bahasa asli mereka krn malu dgn logatnya pas ngerantau. Kesian bgt, padahal ga perlu malu sih menurutku asal tetep bs pake bhs Indo ketika butuh scr profesional (kerja) atau di institusi pembelajaran.
Alhamdulillah aku setuju banget. Kalau Ada komunitas pelestarian bahasa apalagi bahasa sunda, bahasa daerahku. Aku ikut
Nilai sekolah :
Bahasa inggris = 90
Bahasa indonesia = 80
Bahasa jawa = 50
Nyata terjadiiii...
Padahal sehari2 bahasa jawa~ wkwkwk
Belanda menjajah indonesia 350 tahun, namun mereka tak berusaha menghilangkan bahasa daerah, sehingga saat indonesia merdeka masih ada 700 bahasa yg kini 400nya terancam punah.
Hayu urang ngamumule basa daerah urang sadaya, tapi jangan lupa agar mengutamakan bahasa persatuan bahasa Indonesia, and don’t forget to learn foreign language so we can speak fluently in globalization era like now.
tah leres like that, om.
wah menarik nih
Jujur yaa skarang trjadi fenomena dimana bnyk anak2 muda luar jabodetabek yg pake lu/gua.
Ini real kbanyakan temen2 ku yg asal kampung yg kek gtu, mon maap ya kasarannya kek ndeso bgt baru ngerti prgaulan kota uda kebawa arus, memaksakan diri "sok kota".
sdangkan temen2 ku yg anak kota asli palagi yg dr lingkungan2 rich mreka lbih kek "masabodo/apa adanya" prgaulan mreka luas tpi mreka gk kebawa arus. Palagi temen2 dr surabaya koko2/cece2 surabaya jalankan pas main ke jkt main ke sgapore/hongkong aja mreka masih pake "kon/iyotaa/loalaah" 😭.
jangan anggep mereka ndeso. "lu" dan "gua" itu dari bahasa hokkien-nya tionghoan, yang emang banyak pada tinggal di kota-kota metropolit.
anggapan kalo lu-gua itu modern justru salah. itu termasuk bahasa etnis sebenernya, bukan 'gaul'. banyak kok anak muda dari kampung yang fasih bahasa daerahnya, bahasa nasional, sama bahasa asing. apalagi para perantau di lingkungan akademis.
kalau udah makin dewasa, "norak"nya ilang kok. bakal ngerasa kalau bahasa kota itu buat lancarin komunikasi aja, bukan buat nentuin jati diri. aku pribadi habis belajar bahasa-bahasa lain tetep lebih nyaman sama bahasa daerah sendiri.
kalau ada yang sampai nganggap bahasa daerah itu kampungan, berarti emang ada yang salah sama didikan dan lingkungannya. itu nggak sehat sama sekali buat perkembangan mindset.
@@syarifaamaliamarwadinata5623 coba pahami komenku lg de, lagian lu/gua itu hnya digunain ama hokkien di jkt.. dan kata lu/gua itu bkn bahasa hokkien asli melainkan serapan dr bahsa hokkien, artinya itu bahasa baru bkn bahasa asli/murni dr 1 suku, makannya di sebut bahasa gaul..
Tahun 70 an waktu SD kalo libur ke rumah nenek di kota Cirebon Jawa Barat. Anak2 kecil sepermainan di sana masih menggunakan bahasa daerah, paling lucu kalau dengar mereka mengumpat "kiriku"😀.
Tahun 2000 an main ke sana lagi, dengar percakapan anak2 hampir tidak terdengar lagi pengguna an bahasa daerah setempat, yg terdengar hanya anak2 yg bertutur dengan bahasa Indonesia saja dengan logat setempat.
belajar bahasa daerah di indonesia itu dipaksa setengah2 karena politik takut akan separatisme semacam untuk pantas saja seperti aset dan politik agama islam yang takut kehilangan pengikutnya (ditakut2kan pake tanda akhir zaman jadi gak belajar2 sampe sumbernya hilang) karena yang utama dari belajar bahasa adalah mempelajari semantik, filosofi dan pemahaman agama dan budaya kuno yg kuat karena sebelum indonesia, ada banyak hal kompleks yang disederhanakan secara tidak etis.
Great content
Lowongan kerja:
Wajib menguasai bhs inggris.
Wajib menguasai bhs mandarin.
-kita bukan malu, merasa gak keren, atau kampungan. Kita cuman lebih semangat belajar bhs inggris sama mandarin karena biar dapet kerja 😅
Gmn pendapat pemerintah??
Pasti saya nggak mau kerja disana karena bahasa Mandarin itu bahasa yang sulit
Menurutku semua sulit sih pak. Itu semua tergantung dari seberapa besar tekat kita untuk belajar akan hal itu. Kalo punya tekun dan bertekat kuat pasti bisa.
Kcuali kita tipe2 orang yg mudah dpt kerja karena faktor "orang dalam" atau "wani piro".
I learn english not because of job
I learn english because it's the international language
Also entertainment from other countries is better than indonesian entertainment anyway
Saya mau usaha budidaya jamur. Ntar kalau butuh karyawan, saya cantumin persyaratan: "Fasih bahasa krama inggil"
@@SnekNOTSnakemantap jiwa pak.
Kalo dari pengamatan saya selama ini, warkop dan warung2 kecil dipinggir jalanlah yang masih melestarikan bahasa daerahnya.
Ini relate banget sm saya. Saya lahir dari keluarga Jawa Sunda. Bapak saya orang Jawa, dan Ibu saya orang Sunda. Alhasil, kami di rumah komunikasi hanya dengan bahasa Indonesia. Bahkan kadang pun, pakai bahasa Inggris. Saya 3 bersaudara, kakak dan adik saya pun gk paham bahasa Jawa, cuman saya yg paham bahasa Jawa. Itupun karena saya kuliah di daerah Jawa.
Menuturkan bahasa daerah itu sangat penting terutama kalau berada di perantauan kota besar seperti saya. Kalau menuturkan bhs daerah di daerah asalnya sendiri mungkin biasa saja. Tapi kalau sudah di perantauan apalagi kalau ketemu dengan orang yg asal daerahnya sama pasti ada rasa tersendiri. Dan itu sering kali saya amati ketika saya mengamati dari orangtua saya sendiri. Ketika bapak saya ketemu org Jawa pasti pakai bahasa Jawa, begitu pula dengan ibu saya. Karena pasti ada rasa kangen untuk menuturkan bahasa daerah asalnya ketika sudah di perantauan.
Maka sebenarnya kalau menurut saya pribadi, kurang tepat kalau di rumah yg digunakan ialah cenderung ke bahasa Inggris. Karena mempelajari bahasa Inggris itu aksesnya jauh lebih mudah. Tidak hanya di sekolah, tetapi juga cari les bahasa Inggris kan banyak. Atau kalau masih kurang tinggal belajar di internet, game, lagu, film, dll.
Karena kita semua nggak mau kan kalau pada akhirnya bahasa daerah itu benar" punah? Masa pada akhirnya kita kalah dgn orang Suriname yang banyak orang Jawa di sana?
Itulah bahwa Indonesia kita butuh sistem serikat
Saya yang tinggal di Surabaya malah hampir tiap hari pakai Bahasa Jawa terus. Bahasa Indonesia seakan-akan jadi bahasa kedua bagi warga di kota ini.
Matur nuwun sanget informasi channel TirtoID...bade tangklet ... mbaknya daerah asal pundi geh... niku logo nya TirtoID nopo bapak" ngagem blangkon...??
Pangapunten geh...kulo komen damel boso jowo.... cocok mawon kaleh pembahasan ipun...
Pangapunten menawi atur kulo katah ingkang klentu .... matur nuwun sanget... monggo sederek sareng" jagi tinggalan ipun nenek moyang...
Harus terjemahin ke bahasa Inggris baru paham artinya 🥲
Aku bicara dgn:
Bahasa Indonesia, Bahasa Jambi, Bahasa Betawi sama Bahasa Inggris (Bahasa Jambi sama Bahasa Betawi hanya di pakai saat berbicara dgn saudara atau teman2 jika langsung berinteraksi). Walaupun aku "Di Paksa" sama bokap aku utk ngomong Bahasa Mandarin & membanding2kan Indo-Tionghoa dgn Muslim Indo (sebagian dari Pondok Pesantren) udh fasih bahasa Mandarin (merasa Indo-Tionghoa "Tertinggal" di Bahasa Mandarin). Ini agak kasar, but... It's reality. Aku sedikit berbicara bahasa Jepang, hanya nggak di asah selama 6-19 thn. As parents not always pushing their children speak in other Language such Mandarin.
Kalau nggak setuju. Yah udh, ini hanya menurut Opini diriku saja
Sebenarnya ga heran sih kalau Peranakan di Indonesia kurang fasih Bahasa Mandarin atau bahasa Tionghoa lainnya. Di zaman Orba ada pelarangan penggunaan Bahasa Mandarin untuk media massa dan nama toko/perusahaan, tapi mungkin berdampak ke penggunaan Bahasa Mandarin dalam kehidupan mereka sehari-hari yang jadi semakin berkurang. Nama-nama mereka aja disuruh ganti sama pemerintah. Beda dengan Peranakan di Malaysia yang lebih fasih berbahasa Mandarin atau bahasa Tionghoa lainnya (Cantonese, Hokkien, dll), dan bahkan mungkin diajarkan di beberapa institusi pendidikan. Soalnya pernah punya teman dari Malaysia, muslim, mungkin keturunan Melayu-Arab, tapi lancar banget Mandarin ✌
alah jangan bilang bahasa betawi, itu bahasa sampah jakarta sentris, bukan bahasa betawi, bahasa betawi ga itu, itu bahasa sampah budaya jakarta sentris tinggalan ORBA.
@@Patir_Sigma ???
@@Patir_Sigma wtf???
@@Patir_Sigma ketawa aja w sama komen Lo hehe
Punapi gatra sareng sami? dumogi kenak makesami, suksma 🙏
Dulu pernah dibilangin mbah2, lebih baik pakai bahasa indonesia kalau ngomong bahasa jawa halusnya belepotan, alasannya ndak sopan.
Ndak heran kalau misal ke depan penuturnya jadi ndak banyak.
Sama, bahasa Madura juga gitu wkkw
Orang Jawa tetap bangga dengan bahasa nya 😍
Aksara jawa masih bisa bro?
kadang bukan gk mau berbahasa daerah tapi gk ad lawan berbicara bahasa tersebut terutama di lingkungan suku lain
contoh gw pernah kerja di daerah yg lingkungan nya mayoritas bugis dan jawa otomatis gw puasa bahasa kutai tpi pas sudah pulang ke lingkungan gw pas ngomong pke bahasa daerah sndri rasanya plong 😅🤭 terutama pas ad lawan bicaranya
jdi buat perantau itulah pentingnya kita pulang kampung 1 tahun sekali salah satunya mengenalkan budaya bahasa asal kita ke anak karna saat pulang bakal banyak pengguna bahasa daerah yg bisa jadi tmpt belajarnya mulai dari ortu sendiri, bibi, paman, tante, om, sepupu dan bahkan kakek nenek nya
Kalau keluarganya pada merantau ke ibu kota seperti keluarga saya sih langsung susah bet ngomong bahasa daerah
Akhirnya dibahas, menurut ku selain faktor di atas, film dan sinetron juga mempengaruhi bahasa anak
Ada juga kosakata dari bahasa Jawa yg bantu bahasa indonesia jadi lebih efektif, misal, nyusruk artinya jatuh ke depan kepala duluan yg menghantam tanah, terus ngejengkang artinya jatuh ke belakang dalam posisi terduduk pantat menghantam tanah. Saya orang jawa di jakarta, ortu gak ngajarin bahasa tapi sejak ngerantau ke Indonesia timur saya makin sadar kedaerahan saya, makanya mulai sejak ngerantau itu saya belajar bahasa jawa dari UA-cam kayak sering denger lagu didi kempot, dll, supaya bisa ngobrol lebih akrab kalo ketemu sesama perantau orang jawa
Waw very interest banget
bahasa daerah itu bahasa yang paling saya senengi, entah kenapa rasanya jadi lebih emosional. terus bahasa indonesia rasanya itu kaku sekali, kalau pakai bahasa daerah lebih ekspresif
ih bener! kalo convo daily kadang bahasa indo juga bikin geli (cringe)' di beberapa suasana. tapi kalau baca semacam media sastra yang juga dipadanin sama style hikayat melayu, beuh, bahasa indo indah banget.
tapi sumpah ga ada yang bisa ngalahin vibe emotion di tiap kosakata bahasa daerah.
ya karena ente dari kecil pake bahasa daerah, lah coba ane yg dari kecil pake b indo, intinya tergantung dari masing2 aja, pake mana yg nyaman
@@muhammadrehan8588 meskipun dari daerah di Jawa Timur saya ya dari kecil pakai bahasa indonesia, di kehidupan sehari hari wajib formal pakai bahasa Indonesia. kenapa saya bilang kaku kurang ekspresif ya karena kalau dibanding bahasa jawa yang dibagi jadi bahasa ngoko dan krama terus krama itu juga masih dibagi lagi ke beberapa pembagian. dari pemilihan bahasa yang dipakai itu nanti saja sudah mewakili ekspresi atau perilaku kita terhadap lawan bicara. hal ini jadi menekankan sikap kita yang akrab atau segan atau hormat terhadap seseorang
Kau bicara ke orang menggunakan bahasa global, kau akan dipahami.
Kau bicara ke orang menggunakan bahasa dia, kau akan menambah saudara.
Bahasa daerah gw Bahasa Banyumasan "Ngapak" tapi gw lebih nyaman pake Bahasa Sunda karena temen-temen gw rata-rata dari Suku Sunda
Saya Brebes bang sunda logat banyumasan
Alhamdulillah di lembur sim kuring mah wargi na masih tiasa ngobrol make bahasa lembur mulai ti nu sepuh nepi ka budak alit sanejen barudak teh atos dibareliken hape jang ulin epep ku kolotna.
ya kan bahasa itu "alat" yg dipakai utk mempermudah hidup manusia. bahasa itu dinamis dan saling mempengaruhi. bahasa old english dan middle english juga punah, lalu apakah itu membuat orang british sekarang jadi tidak "berbudaya"?
kalo bahasa dikonservasi oleh pihak2 sejarawan okelah. kalo masyarakat biasa ya tumbuh dgn apa yg praktikal
Setuju, bahasa diciptakan untuk mempermudah komunikasi bukan mempersulit. Jadi kalo ada bahasa yang digunakan semua orang otomatis orang disekitarnya bakal mempelajari dan mempraktekkan agar mudah berkomunikasi
Kalau penyamaannya dengan old atau ancient english bahasa daerah pun mengalami perkembangan seperti bahasa Jawa saat ini berbeda dengan era Majapahit ya tidak usah jauh, bandingkan dengan era tahun sebelum 1920-an pun berbeda. Namun, itu masih bahasa Jawa karena hakikatnya bahasa itu dinamis memang. Namun hakikat bahasa ada 12 yang lain.
Dan yang ditakutkan di video ini nampaknya ketakutan akan punahnya bahasa daerah tersebut.
bener. Jadi inget ada orang bule gt lah, aku lupa dia sejarawan atau professor,atau malah sbnrnya orang biasa yang kebetulan punya passion di bahasa di dunia aja, tapi dia tuh kayak punya misi untuk merekam seluruh bahasa yang ada di dunia gt deh, dengan cara nyari/ngajak volunteer gt, jadi dijadiin satu data besar yg isinya bahasa2.
@@дута bahasa melayu/indonesia pun gitu
Sisi positif dari bhs daerah kita adalah adanya perbedaan tuturkata saat berbicara dengan orang yang lebih senior, ini yg membuat budaya ketimuran kita kental dan sangat menghargai orang yang lebih tua. Berbeda dengan bhs inggris yg tidak mengenal tingkatan seperti ini, mknya di barat sana anak bisa memangil nama kepada orang tua.
Tetapi sisi positif dr bahasa indonesia adalah merajut tenun kebangsaan kita dari 1928 sampai saat ini.
Ini gara2 kita sendiri. Contoh gw kerja di Jakarta kalo ngomong suka diketawain kalo pakek logat Jawa. Bahkan sering dianggap aneh.bhkan diketawain.
Ada temanku nggak keberatan jika aku langung ngobrol dgn Bahasa Jambi/Bahasa Betawi. It's okay, kalau campur2 bahasa Indo dgn bahasa lain (Bahasa Asing biasanya Inggris atau dgn Bahasa Daerah)
Jangan malu. Tetap PD. Logat adalah identitas
Jangankan anda yg kerja di Jakarta. Dulu saya kuliah di Malang, bicara bahasa Jawa ama teman.. diketawain ama orang Jabodetabek.. banyak orang Jabodetabek kuliah di Malang/Jogja.
Kamunya aja sii yg gk kuat mental
Klo akumah masabodo 🤣🤣
Temen2 ku klo main ke jkt mreka pake logat surabayaan g peduli omongan org.
Tapii.. mnurutku yaa, klian di hina krna strata klian lbih rendah dr mreka.. coba klian strata klian lbih tinggi/lbih kaya dr mreka mna brani mreka ngatain kmu kampung 🤣🤣
@@fabiandimaspratamathesecond iya ini bener bgt anak jabodetabek bnyk yg ke malang/jogja, cma aku g kuliah dsana sii, tpi apa iya sih mreka sampe sgitunya ?? Wkwk parah 😅 pdahal itu kan bukan daerah mreka, klo d jkt masi wajar lah krna itu daerah mreka.
Saya sudah melestarikan umpatan2 bahasa daerah
orang tua asli Gunungkidul merantau ke Tangerang dan untungnya ortu mengajari bahasa Jawa dari kecil, jadinya pas pindah ke Jogja udah gak bingung lagi sama bahasa Jawa. Cuma pas awalan pindah ke Jogja sekitar 7 tahun yg lalu ya butuh adaptasi sama belajar lagi sih bahasa Jawa. Alhamdulillah sakniki saged boso kromo, alus, inggil🙏🙂
Untuk melestarikan diharuskan penerapan di channel video gitu penuturnya saat ini, jadi yang mau belajar atau tertarik bisa rewatch dan belajar sebagai wujud nasionalis, otomatis bahasanya abadi apalagi kenal di sebagian kata 🤠 smangat pemerintah merekrut komunitas bahasa semoga hpir semua bahasa bisa abadi
Saya angkatan SMP terakhir di daerah saya yang masih mendapatkan pelajaran bahasa daerah (SUNDA)
Berarti setelah angkatan Anda, apakah tidak ada lagi pelajaran bahasa Sunda tingkat SMP?
@@Ezagren gak ada lagi, gan. Waktu itu tahun 2003 atau 2004, masa perubahan kurikulum
Dimana tu gan?daerah mana
Itu ga ada lagi, bukan karena dihapus kurikulum.
Tapi kekurangan Guru yang bisa ngajarin. Ini permasalahan klasik pelajaran Bahasa Daerah di seluruh Indonesia. Asal tahu aj, ga semua sekolah loh punya pelajara muatan lokal bahasa daerah. Di Jakarta(jaman sy dulu) diganti sama PLKJ dan Kesenian Jakarta itupun cuman sampe SD. Waktu sy SMP di Palembang, pelajaran Muatan Lokal nya diganti sama pelajaran Budi Pekerti dan PKK.
Surprisingly susah banget cari orang yang fasih berbahasa Sunda alus DAN punya sarjana ilmu pendidikan. Itu faktanya, bahkan pada akhirnya sekolah pake tenaga honorer buat guru bahasa daerah di sekolahnya. Namanya Tenaga Honorer ya udh pasti ga awet.
@@Ezagren lah saya ada di Brebes bahasa Sunda disekolah tiap hari Rabu ada pelajaran b sunda
Yg penting tau "Empan Papan" Saja.. Bisa menyesuaikan dimana kamu tinggal, ketika dilingkungan majemuk yg terdiri dari berbagai macam latar belakang ya lebih baik menggunakan bahasa nasional saja, ketika sedang berada didaerah asal ya lebih baik menggunakan bahasa daerah. Udah simpel gitu aja.
Stop siaran TV Jakarta ke Daerah, orang daerah harus punya Sinetron, atau berita yang mengangkat tentang perspektif dan kebudayaan mereka.
Orang daerah bilang 'Lu / Gue' karena kebanyakan nonton sinetron Jakarta.
Apalagi sumatera sekarang bahasa nya Lo gue wkwk
Lu/Gue itu beneran dari Jakarta apa dulunya serapan juga?
@@bltzcstrnx Lu-gue dari serapan asing bahasa Hokkien.
Ngomong2 saya ga tau bisa disebut apa. Tapi saya ini adalah penutur bahasa Sunda, Indonesia, Inggris, dan Jawa. Ternyata bener ya orang indo itu menguasai banyak bahasa hahaha
kelas 2 bahasa daerah
kelas 3 bahasa inggris
kelas 4 bahasa arab
kelas 4 sudah ada 4 pelajaran bahasa, sekarang cuma bisa bahasa daerah dan bahasa indonesia. kalo ngomong depan umum pake indo aja masih gagap. pemerintah bilang lestarikan bahasa daerah, amanat sumpah pemuda pake bahasa indo, terus belajar inggris karna globalisasi. rata2 manusia cuma bisa 2 bahasa tolong jangan dipaksakan, kalau toh akhirnya gak digunakan.
Nah ini saya setuju sekali
Setuju, lebih tepat Bahasa Indonesia karena Sumpah Pemuda. Lalu Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi akademik dan persaingan. Untuk selebihnya opsional dari pribadi atau keluarga.
@@bltzcstrnx kalau menurut aku bahasa luar yang optional. Bahasa indo sama bahasa daerah aja. Kecuali yang emang daerahnya pake bahasa indo/melayu
@@cardinah7373 kalau bahasa luar optional, terutama Bahasa Inggris, nanti dunia dia jadi sempit. Majoritas artikel2, karya ilmiah, berita, video2 latihan, dll online di Internet itu Berbahasa Inggris. Sangat disayangkan jika tidak bisa, mengurangi akses ke wawasan luas.
@@bltzcstrnx justru harus diperbanyak artikel bahasa indonesiannya. toh masih bisa ditranslate. bisa2 bahasa daerah punah. kalau orang jakarta, batam dan yang pake bahasa melayu monggo kalau mau inggris.
Kada berlaku nang samarinda wal
Kalo saya justru sebaliknya, anak kecil harus d ajari bahasa daerah sebanyak mungkin, kalau bahasa indonesia itu bisa d pelajari d sekolah
Embah2 saya gk sekolah tapi mereka sangat lancar berbahasa indonesia, emang gk sedetail kosa kata d KBBI tapi saya jamin kalian gk akan kesulitan berkomunikasi dengan mereka
Pakai saja bahasa yg paling relevan dan paling nyaman untuk kehidupan sehari2 kalian, nggak usah memaksakan. Toh hakekat bahasa diciptakan itu kan untuk memudahkan komunikasi, menghormati budaya leluhur itu penting, tp tetap semua era punya budaya masing2..
Selalu keren pembahasannya. Siapa aja tim risetnya nih. Mantap sekali.
Bagi saya, seseorang yg baru belajar atau apalagi sdh menguasai bbrpa bahasa baik bhs asing, bhs indonesia dan bhs daerah tanpa ada rasa malu/minder serta dlm penuturannya tidak dicampur campur alias murni/baku dgn penuturan bhs lain, itu sangat cerdas dan keren sekali, sbg contoh org Bali yg tinggal dikawasan wisata, mereka rsta2 menguasai 3 bahasa seperti yg disebutkan diatas.
Bahasa jiwa bangsa 🗣️
Alhamdulillah saya masih memelihara bahasa daerah saya dimanapun saya berada, dan sama siapapun selama org itu bisa bahasa daerah saya.
saya rasa memang benar sih. Tapi tidak semua warga dan anak" Dalam satu kampung itu tidak pandai bahasa daerah. Contohnya di kampung saya ada berbagai macam orang yg tinggal dan mereka berasal dari daerah dan suku yg berbeda". Namun dari daerah yg berbeda " Tadi, malah menambah pengetahuan anak" Bahkan orang tua di kampung saya saling mengerti dan mempelajari bahasa" Dari daerah" Yg lain. Di kampung saya mayoritas menggunakan bahasa buton(cia cia) dan bahasa tobelo tapi ada orang Jawa malah bisa mengerti dan mengetahui bahasa daerah kami. Kami pun juga sama bisa mengetahui dan mempelajari bahasa Jawa. Saya memperhatikan dan saya memberi kesimpulan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa yg walau kita berasal dari daerah yg beda dan bahasa daerah yg beda tapi kita bisa saling belajar bahasa dari dasar bahasa Indonesia. Dan anak" Generasi sekarang di desa saya alhamdulillah masi pandai berbicara menggunakan bahasa daerah walaupun kadang sebagian hanya mengetahui arti dan memahami bahasa daerah yg orang tua sampaikan.
Bahasa cia cia yang pakai aksara Korea itu ya?
Bahasa cia cia yang pakai aksara Korea itu ya?
Geroh = bohongan, tipuan
Diencak-encak: diinjak-injak
Ra Tumon: nggak tau, ketemu/kelihatan
Andum: berbagi
Mumbruk: banyak
Ndermemeng: bergumam, berbicara sendiri
Geman: sering, selalu, dibiasakan
Dikancingi: dikunci
Lempok: lelah, capek
Plaur: ogah / menolak keras
Gito Gito sawangane: sok bisa, sok mampu, banyak gaya
Cangking: bawa / angkut
Lidah (in Javanese) : kilat
Kobet: hilang
Mesa' : mudah
Deklayak: pantesan
Ape/ kape: mau, akan
Bakoh, bapoh: erat, kencang
Bubuk / buk(bok): berbaring, tidur
Yayak: duduk
Ata'e: jangan-jangan
Ngendelo: makin menjadi
Ngejipno: mengandalkan
Dingklik: kursi
Krecek: rengginang
Katok: lelah, capek
Aras-arasen: malas
Ambek : bersama
Krai: timun
Ijol: tukar
Tekel: lantai
Linet: tanah liat
Emboh: nggak tahu
Muring-muring: muak, marah besar
Gawok: heran
Badek-badek'an: tebak-tebakan
Sendakep: melipat tangan dalam posisi silang di dada
Mengkerik: posisi tangan berada di pinggang
Pethita-pethiti: sombong
Lungguh: duduk
njungok: duduk
Mbliduk: bohong, tipu
Dibliduk'i: dibohongi, ditipu
Mbliduk'an: tukang bohong
Jengker: bicara
Ndoprok: jongkok
Ndodok: jongkok(tapi dalam posisi duduk)
Diutes-utes: diputus-putusin
Poklek: patah
Gendhul: botol
Umplung: kaleng
Sandik ala: sekitar jam 5 sore sampai jam 6 sore/ waktu Maghrib (biasanya orang-orang dilarang pergi / keluar rumah pada jam tersebut)
Mengi: asma
Nai : anak kucing
Suwal: celana pendek
Dilah: lampu
Lebi: tutup
Terahe: memang
Anggetku / anggitku: pikirku, tadinya aku mau
Tenggohem: lu pikir, lu kira
Kaprah, gak kaprah: karuan, gak karuan, hebat
Karek: hanya, tinggal, tergantung
Karek bocahe: tergantung anaknya
Karek cae to / KC to... : Suka-suka gua lah / SSG lah
Sitok, sicok: satu
Sitok kas, sicok kas: satu lagi
Lodok: kebesaran, kelonggaran
Cekak: pendek
Cingkrang: Kependekan, tidak muat
Mekan: menyala
Kenek: kena, bisa
Kakno: nyalakan
Ngakno: bukakan
Nyambut gawe: bekerja
Penggawean: pekerjaan
Menclok: nempel, mendarat
Pliket: lengket
Dadakman: ternyata
Nyakno: berikan
Gage: cepat
Lang gage: ayo cepat
Tau: pernah
Cetho: mengerti
Dondomi: dijahit
Gesangno: bakarin (dalam artian "nyalakan")
Mencla-mencle: plin plan
Mendek: berhenti
Leren: berhenti (sejenak)
Dublek: budek, tuli (biasanya dibuat untuk kata hinaan)
Ewangi: bantuin
Ngenyek: menghina
Rainem ngenyek: mukamu ngeselin
Ucul: Lepas
Ngrepek: menyontek
Larahan, laran: sampah
Klaras: daun pisang kering
Gerang: tua, dewasa
Ngandel: percaya
Srengen: marah
Diseneni: dimarahi
Dientup: disengat
Mandhi: ampuh
Bala / bolo: teman
Mbejaji: tidak sesuai
Bekakas ra mbejaji: hal yang tidak sesuai / cocok / pantas
Kumel: kotor, kusut
Nyipi: mimpi
Selak: keburu
Ndahneyo: bayangkan, andai saja
Amoh: lama, lawas
Pet, mepet: dekat, sangat dekat
Cucup: minum langsung dari kendi / tempat air
Nak umat: kadang-kadang
Njajal: coba
Elek'an: curang
Sedengan: pas, sesuai
Keropak: wadah tempat pensil
Gering: sakit
Gething: benci
Yunganem (biyunganem) : ibumu
Meh: hampir
Pek: ambil
Plintengan: ketapel
Ngelak: haus
Geger: punggung
Bangkek'an: geger: punggung
Menculot: meloncat
Parakke, parak'e: keberadaan seseorang
Modal-madil: berantakan
Sak: saku
Mruntus: berkeringat
Lebokno: masukan
Oyok-oyok'an: rebut-rebutan
Muni: bersuara, bicara
Busek: hapus
Busik: ketombe
Kukulen: jerawatan
Wineh: bibit padi
Pegat: cerai
Tipet: bekas
Rekasa: sengsara
Salok'e : satunya
Kempyeng: besi berbentuk seperti koin bundar (biasanya dipakai untuk permainan)
disauri: dibayar, dijawab
Nyauri: menjawab, membayar
Mangkel: kesal
Mutung: ngambek
Ndaut, daut: mengambil bibit padi sedikit demi sedikit dan mengumpulkannya menjadi satu ikatan besar
Pisan: sekali
Pindo: dua kali
Suwidak: 60
Tewel: nangka muda
Ambekan: bernafas
Menisan: sekalian
Ngengei: sisakan
Pencilak'an: banyak tingkah
Ngatasi: sempat
Tiwas: terlanjur
Kadung: terlanjur
Ngengek: Buang Air Besar
Kasep: terlambat
Mokong: nakal
Amba: luas
Ombyok: ikatan
Hoyot: akar
Pang: batang
Greng: hutan bambu
Pring: bambu
Jungkat: sisir
Pemes: pisau
Dientek'i: dibully habis-habisan
Cujes: tusuk
Nglilir: terbangun di malam hari
Tepak: seperti, mirip
Ndelik: sembunyi
Uncal: lempar
Kebeler: tergores
Potelot: pensil
Humop: mendidih
Bentong: lempar
Tretek: jembatan
Sak pantaran: seumuran
Lecek: rusak
Kutah: tumpah
Kuwawung: kumbang
Mbedo: menggoda, menjahili
Set: ulat / larva pemakan bangkai
Til, petil: ambil (menunjukkan pekerjaan)
Pendhelak - pendhelik: celingak-celinguk
Seh, siseh: sebelah
Preketek: omong kosong
Bijim: sebentar
Obak-obakan: permainan
Jengking: nungging
Kelet: nempel
Benakno: benerin
Oprak'an: memukul-mukul gendang
Arep: mau
Udek: aduk
Gelegek: sendawa
Gebres: bersin
Adone: cocoknya
Celuk: panggil
Kelegen: kemanisan
Mek: ambil
Ijir-ijiran: hitung-hitungan
Kopok: tuli
Melengak: menengok
Huyup: meminum kuah dari mangkuk atau piring
Urang: udang
Kukur: garuk
Natap: terbentur
Bek: penuh
Moro-moro: tiba-tiba
Tengeran: tanda, pertanda
Idep-idep: bulu mata, tiba-tiba
Kateng: serba
Jomblang: kolam
Keri: telat
Keri: geli
Mindho: makan malam
Terak: tabrak
Krowa' : terkikis
Mbale: luar
Momot: benyek
Kedugho: sudi
Buntel: bungkus
Nggonchek: mbonceng
Setilah: bertingkah
Mere: pergi
Kekehan: gasing
Mentholo: tega
Jengklong: nyamuk
Mili: mengalir
Bedhes: monyet
Gusak / gurak: usir
Uman, human: kebagian
Rino: siang
Cikalan: potongan kelapa
Gantar: galah
Didulang: disuapin
Menge: dulunya
Mlaku trantanan
Mandra
Megengan
ngempet
Ladah, ndah
Dapak ngunu
Mek opo: ngapain
Tegalan
Misri
Sawangane
Sawangane di iyak-iyakno
Grendhik: bujuk
Glanimen: berani-beraninya
Jangkrakno: jatuhkan (ke belakang)
Balang: lempar
Ces-cesan: charger
Lodong: toples
Gamohmen
Kas geni: menyalakan api
Pekoh: capek
Wareng: jaring yang digunakan untuk persawahan
Sluntha-slunthu: lewat tanpa permisi
Perkul: kapak
Cinjo
Conjhok
Lethang-lethang: tiduran sambil kaki diangkat
Abap: bau mulut
Gawe-gawe:
Purek: menangis sambil teriak-teriak
Ngetek: ngotot
Gadur: bualan, tipuan
Coplok: Lepas, copot
Untir: putar
Kemproh: pengotor (Malay)
Cerak-cerik: teriak-teriak
Morak-marik
Bar gawene: selesai sudah
Ngingu: memelihara
Ndumuk: mengambil
Bancik:
Semaur: jawab
Anyol
Kacek: terpaut
Mecikil: pelit banget
Benderan: malah jadi enak
Mekas: pesan
Sumet, zumet: nyalain
Genjong: angkat
Ongkep: pengab
Bel: telpon
Bendho
Kerah
Ewoh: Hajatan
Landang: membantu hajatan
Kloso
Layar
Luwung: lebih baik
Cekak: pendek
Wedhek: pasir
Kosro: sembrono
Merek: mendekat
Kebacut: keterlaluan
Kelagepan: terbata-bata
Idu: ludah
Suwuk:
Menge: dulu
Rekane: pikirnya,
Tutul: tekan
Suruan: mendatangi undangan acara
Idek: injak
Nritis:
Sisi: mengeluarkan lendir dari hidung
Ayem: bahagia
Curek: kotoran telinga
Jagang:
Mejeng:
Jengkelangan: (berhubungan dengan jatuh dari kendaraan)
Kalong: berkurang
Genuk
Terek-terek:
Kothok: berwatak keras, kasar
Ngusel
Benter: terang
Nggayup: berteduh
Biyaya'an: same like "jempalik'an".
Metu: keluar
Dak-dakan: terbuka
Singgahno: sembunyikan
Abene: biasanya
Jretno
Maghak: nanggung
Imbu:
Ungkal:
Melengak: menoleh
Suwak: robek
Mukok: mual
Taplak:
Melak-melik:
Jagang:
Barat(Jawa):
Kochek'i: kupasin
Njepat:
Guwang:
Inthak-inthik:
Lemek: alas
Tumpangno
Slorokno
Empreng:
Udari:
Mbontot:
Dibhondo: ditali
Brengkesan sembok'an:
Ilikitik:
Keleler:
Kentheng:
Lambe lamis:
Mumbul: melayang
Kemul: selimut
Tengeran: pertanda
Setilah: sok bisa
Gawe-gawe: melebih-lebihkan ekspresi/ kata-kata
Saya titipkan beberapa kosakata dari bahasa Jawa. Mungkin masih banyak kosakata yang ejaannya salah dan artinya juga salah (kalau ada yang salah bisa dikoreksi) Saya nggak tahu ini dari dialek mana, tapi saya sering mendengar orang-orang tua (terutama nenek saya) sering mengucapkan kata-kata diatas. Mungkin kalau soal bahasa Jawa halus saya kurang bisa, tapi setidaknya saya akan berusaha mempertahankan kata-kata yang terdengar asing bahkan bagi orang Jawa sekalipun. Saya akan berusaha mempertahankan bahasa Jawa"semampu saya saja". Kalau masih tidak bisa.... Ya sudah....... 😀.