1429. BEDA ORANG, BEDA KAPASITAS | Riyaadhush Shaalihiin | Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 17 лис 2024

КОМЕНТАРІ • 12

  • @ahidamuhsin953
    @ahidamuhsin953 5 місяців тому +9

    LAST PART
     Ada sebuah hadits dari riwayat Muslim dan Abu Dawud, ketika Nabi kita ﷺ bersabda kepada salah satu sahabat beliau yang terkenal juga yaitu Abu Dzar, dan kita tahu bahwa sahabat itu kedudukan di sisi Allah lebih tinggi daripada seluruh orang diantara kita, عن أبي ذر رضي الله عنه قال: قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم «يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنِّي أَرَاكَ ضَعِيفًا، وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي، لاَ تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَينِ، وَلاَ تَوَلَّيَنَّ مَالَ يَتِيمٍ». Dari Abu Żar رضي الله عنه ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku, “Wahai Abu Żar, sesungguhnya aku melihatmu orang yang lemah, dan sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku. Janganlah engkau menjadi pemimpin atas dua orang dan janganlah pula engkau mengurus harta anak yatim!” (HR Muslim & Abu Dawud). Jadi Wahai Abi Dzar aku melihatmu engkau itu lemah dan bukan lemah dari semua sisi, dan ini pelajaran bagi kita bahwa Abu Dzar adalah sahabat mulia, tetapi punya kelemahan dari beberapa sisi seperti halnya dengan orang shalih punya kelemahan juga di beberapa hal. Aku menginginkan kebaikan untuk engkau sebagaimana aku menginginkan kebaikan untuk diriku. Jadi kalaupun aku bicara agak pahit itu karena untuk kebaikanmu sebagaimana ingin aku mendapatkan kebaikan. Jadi Abu Dzar ini kedudukannya sangat tinggi di sisi Nabi ﷺ. Dan janganlah engkau menghukumi dua pihak yang berselisih dan jangan mengelola harta anak yatim dan kelemahan engkau ada di sana. Lihat bagaimana Abu Dzar dan ini pelajaran mahal bagi kita bahwa lihat bagaimana Nabi ﷺ mengatakan, bahwa Abu Dzar itu lemah dan lihat bagaimana Abu Dzar juga tidak membantah dan menerima dan juga mengakui. Dan ini pelajaran bagi kita banyak diantara kita tidak mau terima dan kita marah dan kita tersinggung tidak bisa menerima dan ingin membuktikan yang tidak semua kita bisa buktikan, karena kita tidak pintar di semua hal karena kita berbeda, kita bukan manusia super. Kalau itu dialami sahabat Nabi ﷺ sebagai generasi terbaik, mungkinkah kita mengcalim kita pintar dan kuat dalam semua hal?, mungkinkah kita mengelak kelemahan kita di banyak hal? Lalu gengsi untuk mengatakan saya lemah? Ini Abu Dzar. Abu Dzar رضي الله عنهmengabarkan bahwa Nabi ﷺ bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku melihatmu sebagai orang yang lemah, dan sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku. Janganlah engkau menjadi pemimpin atas dua orang dan janganlah pula engkau mengurus harta anak yatim!”. Inilah 4 kalimat yang dijelaskan oleh Rasul عليه الصلاة و السلام kepada Abu Dzar, yaitu:
    1. Beliau bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku melihatmu orang yang lemah”. Gambaran yang sesuai dengan realita ini dapat ditafsirkan sebagai nasihat. Maka tidak masalah jika dia mengatakan kepada orang lain, misalnya, "Sesungguhnya dalam dirimu begini dan begitu", sebagai nasihat, bukan sebagai celaan dan cemoohan.
    2. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku”. Ini merupakan bagian dari akhlak baik Nabi عليه الصلاة و السلام. Sebab, kalimat yang pertama mengandung suatu celaan, maka beliau bersabda, "Sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku". Maksudnya, aku katakan itu karena sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku.
    3. Beliau memberitahukan bahwa “Janganlah engkau memimpin dua orang”, yakni, janganlah engkau menjadi pemimpin atas 2 orang dan tentu saja jumlah yang lebih dari itu maka lebih tegas lagi larangannya. Artinya bahwa Nabi ﷺ melarang Abu Dzar menjadi pemimpin karena dia lemah. Sedangkan kepemimpinan itu sendiri membutuhkan orang yang kuat dan terpercaya. Kuat karena dia memiliki kekuasaan dan kata-kata yang tajam; jika dia berkata, dia mengerjakannya dan tidak lemah di hadapan manusia. Sebab, manusia itu apabila telah menganggap seseorang lemah, maka tidak akan ada lagi penghormatan mereka kepadanya, dan orang-orang bodoh pun akan berani kepadanya. Tetapi jika dia pemberani tanpa melampaui batasan-batasan Allah -'Azza wa Jalla- dan tidak lalai dengan kekuasaan yang telah Allah berikan kepadanya, maka inilah pemimpin sejati.
    4. Lalu “Dan janganlah engkau mengurus harta anak yatim”. Anak yatim adalah anak yang telah ditinggal bapaknya sebelum usia Baligh. Rasul عليه الصلاة و السلام melarang Abu Dzar untuk mengurus harta anak yatim karena harta anak yatim itu membutuhkan penjagaan. Sementara itu Abu Dzar adalah orang lemah yang tidak akan mampu menjaga harta ini dengan sebenar-benarnya. Karena itulah beliau bersabda, "Dan janganlah engkau mengurus harta anak yatim". Yakni, janganlah engkau menjadi wali hartanya dan biarkanlah untuk selainmu. Ini tidak berarti penghinaan terhadap Abu Dzar. Sebab, ia sendiri sudah biasa menyuruh kepada yang makruf dan melarang kemungkaran di tambah lagi dengan sikap zuhud dan hidup berkekurangan. Hanya saja ia lemah dalam satu hal tertentu, yaitu dalam hal kepengurusan dan kepemimpinan.
     Dari sini ada pelajaran yang sangat berharga bagi kita bahwa seseorang itu harus tahu kapasitas dirinya dan dalam berinteraksi dia harus tahu kapasitas diri orang lain. Makanya dalam hadits Hudzaifah bin Yaman رضي الله تَعَالَى عنه, Nabi ﷺ bersabda, “Tidak pantas atau tidak seyogyanya seorang mukmin menghinakan atau merendahkan dirinya. Lalu mereka bertanya, ‘Apa maksud dengan merendahkan diri?’. Maka Nabi ﷺ menjawab, ‘Seorang mukmin menantang ujian yang dia tidak mampu di atas kemampuannya”. Yaitu dia mengambil tanggung jawab besar atau dia masuk ke bidang yang bukan keahliannya padahal dia tidak mampu yang akhirnya dia direndahkan dan dibodoh-bodohi orang. Jadi hendaknya seorang mukmin itu melangkah ke hal yang memang kekuatan dia, sesuai dengan kemampuan dia dan sesuai bidang dia dan dia memang mampu mengerjakan hal tersebut dengan taufik dan pertolongan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Jadi ini pelajaran bagi kita bahwa seorang mukmin tidak bisa mengerjakan semuanya atau berada di seluruh level dan kalau bisa Nabi ﷺ tidak akan mengatakan demikian. Jadi mukmin dilarang merendahkan dirinya, dia melangkah, dia mengambil tantangannya yang dia tidak mampu atau dia sengaja berhadapan dengan ujian yang dia tidak mampu. Dan banyak orang gengsi, ambisi ingin bisa semuanya dan ingin membuktikan diri kepada semua manusia. Dan ini penting bahwa kesabaran dan kemampuan, kesulitan dan mentalitas kita berbeda-beda. Lihat bagaimana Nabi ﷺ berbicara sampai sejauh ini, betapa mewahnya konsep kita, kaya akan nilai, kaya akan values dan menjadi guidance buat kita. Jadi kita harus mengerjakan hal yang memang kita punya potensi besar dan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya.
     Dan kita masih membicarakan tentang النَّاسُ معَادِنُ “Manusia itu ibarat tambang”, dan lihat bagaimana syarah para ulama kita dan ini menunjukan bahwa kita butuh ilmu, kita butuh Riyadhush Shalihin dan kitab-kitab para ulama yang menjelaskan tentang Al-Qur’an dan Sunnah Rasululillah ﷺ. Dan begitu kita tidak belajar kita yang akan rugi dan kita tidak bisa keluar dari blunder besar.
    Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
    اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
    Barakallahu fikum…
    Jakarta, Kamis, 22 Dzul Qa'dah 1445 AH/30 Mei 2024
    Ahida Muhsin

  • @ahidamuhsin953
    @ahidamuhsin953 5 місяців тому +7

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
    بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
    Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
    PART ONE
    Pembelajaran Ke-3 hadits Ke-375 dari Abu Hurairah رضي الله تَعَالَى عنه, di atas adalah sebagai berikut;
     Masih membahas hadits yang Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى bawakan yaitu hadits dari Abu Hurairah رضي الله تَعَالَى عنه, dari Rasulullah ﷺ bersabda,النَّاسُ معَادِنُ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ ، خِيَارُهُمْ في الجَاهِلِيَّةِ خِيارُهُمْ في الإِسْلامِ إِذَا فَقهُوا . وَالأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجنَّدَةٌ ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا ، اخْتَلَفَ » رواه مسلم artinya, “Manusia itu ibarat tambang seperti tambang emas dan perak, orang yang paling baik di masa Jahiliyah adalah yang terbaik di dalam Islam, apabila mereka mengerti. Arwah itu adalah pasukan yang berkelompok-kelompok, yang saling mengenal akan bersatu, dan yang saling mengingkari akan berselisih” (HR. Muslim). Kita masih membahas tentang makna النَّاسُ معَادِنُ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ “Manusia itu ibarat tambang seperti tambang emas dan perak”, beliau Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى membawakan hadits yang penting dalam memahami karakter manusia dan berinteraksi dengan manusia. Dan sebagian ulama menjelaskan ketika Nabi ﷺ mengatakan النَّاسُ معَادِنُ itu pesan dari Nabi ﷺ bahwa manusia itu berbeda-beda, tabiat, sifat dan value nya berbeda. Dan apabila kita mau lebih detailkan dan perinci bahwa manusia itu berbeda dalam menerima kebenaran dan dalam menerima perbaikan. Ada yang mudah, ada yang susah dan ada yang tidak bisa menerima. Lalu sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa manusia itu secara bibit itu berbeda, ada yang mewah seperti Emas dan ada yang dibawahnya seperti Besi. Dan begitu juga dengan kita.
     Dan diantara pesan yang ingin disampaikan di dalam hadits ini adalah bahwa Manusia itu berbeda dalam kekuatan menahan beban atau menanggung beban dan dalam bersabar menghadapi gangguan dan kezhaliman atau hal-hal yang menyakitkan. Jadi bahwa manusia itu berbeda dalam hal menahan beban atau dalam kekuatan kesabaran atau kemampuan menahan beban berbeda dan tidak bisa di pukul rata. Sebagaimana Logam dan Barang Tambang berbeda, kekuatan Besi berbeda dengan Tembaga, Emas dan Perak beda misalnya, dan semua demikian. Dan ini pelajaran bahwa kekuatan menahan beban itu berbeda, kekuatan dan kesulitan seseorang berbeda dan kesabaran pun juga berbeda-beda. Misalnya kita berikan beban ke seseorang berhasil lalu kita berikan ke yang lainnya belum tentu dia berhasil dan kita tidak bisa serang dia dengan mengatakan, ‘Kenapa kamu tidak seperti dia, dia juga bisa!’. Sama seperti ketika ada teman kita kuat mengangkat beban 75kg, memang kita otomatis bisa mengangkatnya juga? Maka kesabaran berbeda dan daya tahan berbeda dan kemampuan menahan beban berbeda dan kemampuan memikul tanggung jawab juga berbeda dan semua berbeda dan tidak bisa disamakan.
     Jadi ini pelajaran bagi kita untuk mengetahui kapasitas diri dan kapasitas orang lain, makanya ulama punya kaidah, Umar bin Abdul Aziz رحمه الله تَعَالَى pernah memberikan petuah رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً عَرَفَ قَدْرَ نَفْسِهِ “Semoga Allah merahmati seseorang yang tahu akan kadar atau kapasitas dirinya” (Hilyah Auliya’ 5/306, Tafsir Al-Qurthubi, 12/ 302, QS. An-Nahl: 14). Jadi bukan hanya membuat kita mengetahui orang lain, kita juga harus tahu kapasitas diri kita sampai pada titik mana dan itu akan menentukan kasih sayang Allah kepada kita. Kalau kita tidak tahu diri, Allah bisa buat kita blunder dan Allah murka kepada kita. Karena ada sebagian orang itu tidak tahu kapasitas dirinya, lalu akhirnya dia mengambil tanggung jawab yang bukan kapasitasnya dan akhirnya dia melakukan kesalahan fatal yang akhirnya menghancurkan dirinya. Makanya diriwayatkan dari Al Imam Asy-Syafi’i رحمه الله تَعَالَى dengan makna, ‘Barangsiapa yang memaksakan diri berada di atas kemampuannya, maka Allah akan jatuhkan dia dan mengembalikan dia kembali sesuai dengan levelnya’. Jadi barangsiapa yang berada di level dan kualitasnya yang bukan levelnya, dan kemampuannya tidak di situ dan dia paksakan maka tinggal nunggu waktu jatuh saja dan akhirnya semua berantakan. Maka ini penting untuk mengetahui kapasitas diri kita dan tahu bagaimana kemampuan diri kita. Dan sebagian orang mengerti konsep ini tetapi langsung dia alihkan ke orang lain tetapi dia lupa tentang dirinya sendiri. Namun yang harus kita lakukan adalah untuk diri kita terlebih dahulu bahwa manusia itu berbeda, kesabarannya berbeda dan kemampuan menahannya beda, maka hati-hati dengan kehidupan kita dan hati-hati dalam mengambil beban dan hati-hati dalam mengambil opportunity atau kesempatan. Bisa jadi bukan hal yang tidak nikmat tetapi juga hal yang nikmat namun kita belum sanggup menahan beban setinggi atau seberat itu. Seperti belum mampu bersabar untuk berada pada posisi itu. Karena kita selalu berfikir bahwa sabar itu ketika mendapatkan musibah atau masalah lalu kita berfikir bahwa musibah dan masalah hanya apabila miskin, sedangkan kaya bukan masalah dan musibah. Nabi ﷺ bersabda, “Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan menimpa kalian, tetapi yang aku takutkan adalah Dunia itu di buka atau dihamparkan dihadapan kalian. Sebagaimana dunia itu di buka dan dihamparkan dihadapan umat sebelum kalian. Lalu kalian mulai berlomba-lomba mendapatkan dunia sebagaimana dulu umat sebelum kalian juga berlomba-lomba. Lalu Dunia menghancurkan kalian sebagaimana dunia menghancurkan umat sebelum kalian“ (HR Bukhari). Dan ini yang ditakutkan oleh Nabi kita عليه الصلاة و السلام, tetapi kita seringkali tidak berfikir sampai ke sana yang akhirnya asal di ambil lalu akhirnya tidak kuat menahan beban seberat itu dan akhirnya terjatuh. Oleh karena itu lihat kapasitas diri kita, apakah kita sanggup atau tidak atau kita mampu atau tidak, karena orang itu tidak sama.
    To be continued 1 of 2 part
    Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
    اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
    Barakallahu fikum…
    Jakarta, Kamis, 22 Dzul Qa'dah 1445 AH/30 Mei 2024
    Ahida Muhsin

  • @fandingembul5884
    @fandingembul5884 5 місяців тому

    MashaAllah sungguh ilmu yang bermanfaat, semoga ustad dikasih kesehatan selalu agar bisa menyampaikan ilmu yang bermanfaat aamiin

  • @rosdianiadani5067
    @rosdianiadani5067 5 місяців тому

    MasyaAllah smg sehat terus ustads❤❤

  • @dzikristore528
    @dzikristore528 5 місяців тому

    Alhamdulilah

  • @syaputrifebrinasari4840
    @syaputrifebrinasari4840 5 місяців тому +1

    Masya Allah Tabarakallah

  • @Rumaish4
    @Rumaish4 4 місяці тому

    07:55

  • @m.hidayat5893
    @m.hidayat5893 5 місяців тому +3

    Kok bisa bahasa nya sesantai dan setenang itu yaa ustad🥰

    • @rosdianiadani5067
      @rosdianiadani5067 5 місяців тому +1

      Emang kudu bgt ustadz yg tau ilmu tenang menyejukkan menentramkan jama'ah bukannya hingar bingar❤

    • @deny9560
      @deny9560 5 місяців тому

      Sesuai tema kan akhy, beda orang beda kapasitas beda karakter. Yg penting Jgn membanding2kan 😊

  • @herwanisarmansugianto9126
    @herwanisarmansugianto9126 5 місяців тому +1

    🙏