1047. APAKAH TAUBAT MENGHILANGKAN DAMPAK DARI DOSA? | Riyaadush Shaalihiin

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 17 лис 2024

КОМЕНТАРІ • 22

  • @syaputrifebrinasari4840
    @syaputrifebrinasari4840 Рік тому

    Masya Allah Tabarakallah

  • @ahidamuhsin953
    @ahidamuhsin953 2 місяці тому

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
    بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
    Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah berhenti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak di sana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita, Nabi kita Rasulullah ﷺ beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team berserta keluarganya dan juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada. Dan juga semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan untuk kaum Muslimin dan Muslimat yang sedang terzhalimi di Palestina, di Uyghur dan di belahan Bumi lainnya, serta memberikan perlindungan kepada kita semua sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
    PART ONE
    Bulan Syawal adalah bulan yang menjadi titik awal, apakah kita akan menjaga pola dan ritme di Ramadhan ataukah kita akan kembali terhempas dan keluar dari rel dan kembali gagal untuk mempertahankan bangunan yang telah kita bangun pada saat di Ramadhan. Apakah kita bisa melanjutkan pintalan dan jahitan keimanan atau kita urai pintalan dan jahitan tersebut? Apakah kita termasuk wanita yang Allah sebutkan dalam QS An-Nahl: 92 yang berbunyi;
    وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَىٰ مِنْ أُمَّةٍ ۚ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ ۚ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
    Yang artinya, “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu”. (QS An-Nahl: 92).
    Sudah di pintal dan di jahit lalu di urai dan tidak akan menjadi apa-apa atau tidak menjadi sebuah karya karena dia sendiri yang menghancurkannya. Dan di bulan ini ada amalan yang hendaknya kita kerjakan yaitu puasa 6 hari di bulan Syawal. Dan ini bukan sebatas berpuasa Sunnah 6 hari, tetapi ini tentang amalan Sunnah yang bernilai pahala wajib lalu kita mendapatkan pahala 1 tahun penuh jika kita kerjakan bersama dengan puasa bulan Ramadhan. Lalu ini tentang bentuk keistiqomahan kita dalam beramal ibadah, maka kita jaga bulan ini. Dan kita sudah membahas beberapa seri tentang keistiqomahan yang sudah kita pelajari.
    Session Tanya-Jawab:
    Tanya: Menyambung pertanyaan yang lalu tentang dampak dosa-dosa, jika dosa tersebut sudah ditaubati, apakah dampaknya tetap akan diberikan kepada pelaku dosa?
    Jawab: Jika kita benar-benar bertaubat dari sebuah dosa dan taubat kita adalah taubatan nasuha, taubat yang sesungguhnya dan taubat yang di terima oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, maka konsepnya adalah ‘Orang yang bertubat dari dosa itu seperti orang yang tidak punya dosa’, dan diantara maknanya sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam bahwa, ‘Orang yang bertaubat dari dosa itu seperti orang yang tidak berdosa, artinya jika dosa itu hilang maka hilang juga segala konsekuensi dan hukuman-hukumannya’. Dan itulah makna dari hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah ﷺ bersabda, التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ “Orang yang bertaubat dari dosa seolah-olah ia tidak berdosa“. Ibnu Qoyyim juga punya keterangan tentang hadits ini, beliau menyampaikan bahwa, ‘الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjadikan orang yang bertaubat itu dari sebuah dosa seperti orang yang tidak berdosa atau tidak melakukan dosa itu. Barangsiapa yang bertaubat kepada Allah dengan Taubatan Nasuha, maka Allah tidak akan mengazab dan menghukumnya dari dosa yang telah dia telah taubati. Dan begitu juga dengan hukum-hukum yang berlaku di Dunia, apabila seseorang sudah bertubat dengan Taubatan Nasuha sebelum kasusnya di angkat dengan pihak yang berwajib atau pihak yang berwenang, maka tidak mendapatkan hukuman Had dari dosa tersebut. Tetapi kalau sudah di angkat ke pihak yang berwenang, maka taubatnya di terima secara Akhirat tetapi tidak menggugurkan hukuman di Dunia’. Walaupun ada khilaf tentang masalah ini dan ini keterangan sebagian para ulama. Hukuman had adalah hukuman yang diancamkan kepada pelaku Jarimah Hudud. Dalam Islam pidana yang tergolong ke dalam Jarimah Hudud adalah zina, menuduh orang baik-baik berbuat zina, minuman keras, mencuri, pembegalan/perampokan dan gangguan keamanan, murtad serta pemberontakan. Jadi kalau taubatnya bisa menggugurkan hukuman di Dunia, semua orang akan mengclaim Taubat saja. Jadi kalau dosa kita tidak ada berkaitan dengan hukuman Had atau pidana yang di bahas atau diselesaikan oleh pihak yang berwenang dan seterusnya, karena ini khilaf pribadi dan maksiat pribadi, maka taubat dengan taubatan nasuha maka Allah akan ampuni di Dunia maupun di Akhirat. Lalu benarkah kita bertaubat dari dosa tersebut? karena seringkali issue nya bukan tidak bertaubat, tetapi masalahnya adalah kita tidak tahu atau kita tidak merasa bahwa itu dosa yang akhirnya kita tidak pernah minta ampun terhadap hal tersebut atau kita tahu itu dosa tetapi kita remehkan dan yang kita taubati dosa A misalnya, padahal ada banyak hal kesalahan itu kita remehkan. Dan ada sebagian kesalahan itu kita sikapi dengan benar-benar penyesalan dan itu bagus, namun seringkali kita tidak konsisten. Seharusnya kalau dosa ini kita benar-benar sesali, harusnya dosa yang B itu benar-benar kita sesali juga. Contoh, ada orang yang benar-benar bisa menangis, bisa menyesal ketika dia melakukan dosa Zina dan itu benar, tetapi ketika dia menyikapi dosa Riya biasa saja, bukankah Riya adalah Syirik Kecil? Dan syirik kecil itu dosa besar dan sangat fatal dan merasa biasa saja. Mungkin dia membaca, اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ , وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ “Ya Allah aku berlindung kapada Engaku dari kesyirikan yang berpotensi aku lakukan padahal aku sudah tahu dan aku beristighfar dari semua hal yang aku tidak tahu” [HR. Al-Bukhâri dalam al-Adabul Mufrad], tetapi apakah anda menghayati ketika membacanya, sebagaimana anda menghayati ketika anda misalnya bertaubat dari Judi?. Lalu apakah kita benar-benar taubat dengan taubatan nasuha? Kalau kita benar-benar taubat dengan taubatan nasuha, anda tidak usah khawatir, janji Allah tidak pernah meleset, Allah tidak pernah bohong dan mengingkari janji-Nya. Namun kita yang suka meleset, kita yang sangat zhalim dan sangat bodoh sebagaimana dalam QS Al-Ahzab: 72, إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا “Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. Dan salah satu kebodohan dan kezhaliman kita adalah inconsistent dengan dosa. Dosa yang benar-benar besar kita menjalaninya dengan biasa saja, dosa yang kadarnya jauh di bawah itu kita sikapi lebih hebat. Menyikapi dosa dengan air mata itu benar, tetapi kalau anda bisa bertaubat dari dosa-dosa kecil, kenapa anda biasa saja ketika anda bertaubat dari dosa Riya, Sombong atau dosa Ujub? Bukankah Nabi ﷺ mengatakan,لا يدخلُ الجنةَ مَن كان في قلبه مِثقال ذرةٍ من كِبر “Tidak akan masuk Surga orang yang memiliki kesombongan walaupun sebesar partikel terkecil”. Berapa banyak kita meremehkan manusia dan kitanya biasa-biasa saja dan bahkan tidak merasa bersalah. Dan bukankah sombong itu الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain” (HR. Muslim no. 91). Dan salah satu pertanyaan besarnya, benarkah kita bertaubat? Mengenai pertanyaan, ‘Apakah Allah hilangkan dosa yang telah saya taubati dengan taubatan nasuha?’ Itu pasti Allah hilangkan, namun pertanyaannya, benarkah anda bertaubat?
    To be continued 1 of 2 part
    Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
    اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
    Barakallahu fikum…
    Jakarta, Kamis, 13 Syawal 1444 AH/04 Mei 2023
    Ahida Muhsin

  • @hildahamdi256
    @hildahamdi256 Рік тому +2

    Barakallahu fiikum..Jazakumullahu khairan Ustadz dan team

  • @idaasyidah9196
    @idaasyidah9196 Рік тому +3

    Bismillah...semoga Allah merahmati imam nawawi, orang tua beliau, guru guru beliau, keluarga beliau ustadz nuzul,keluarga team dan kaum muslimin di manapun berada...Aamiin BaarakAllahu fiikuma

  • @Itisgnitnig
    @Itisgnitnig 11 місяців тому

  • @shantywong1782
    @shantywong1782 Рік тому +2

    Jazakallah khairan Ustadz, syukron ustadz Ilmunya

  • @dewibasri1226
    @dewibasri1226 Рік тому +3

    Alhamdulillahiladzi bi'ni matihi tatimmushaalihat ...
    Semoga Allah panjangkan umur ustazuna dlm sehat, selamat dunia akhirat
    Rahmati ustadz dgn RahmatMU yg luas ya Rahim

  • @makbiya2308
    @makbiya2308 Рік тому +3

    Barokallahu fiikum ustadz, team dan seluruh umat Islam. Semoga Allah senantiasa merahmati Imam Nawawi Rahimakumullah serta para ustadz yang hidupnya berjuang untuk menyebarkan agama Allah.

  • @nuryanti5216
    @nuryanti5216 Рік тому

    Jazakumullah khairan wa barakallahu fiikum ustadz dan team...

  • @nursapitri7113
    @nursapitri7113 Рік тому +1

    Bismillah .alhamdulilah .syulron wa jazakumulah kheran wa yubarakallah fikum ilmu nya udtafz

  • @ummualfsyah6445
    @ummualfsyah6445 Рік тому +6

    Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush shoolihaat, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, orangtua beliau, keluarga beliau, guru-guru beliau, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru guru kami dan anak anak kami, keluarga kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah kyairan katsiran ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, barakallah fiikum

  • @lialialattas
    @lialialattas Рік тому +3

    "buah itu sangat ditentukan oleh bagaimana pohon itu sehat atau berpenyakit......." Masya Allah Tabarakallah. Barakallahu fiikum, Ustadz Nuzul..

  • @dapurnasyah4174
    @dapurnasyah4174 Рік тому +3

    -Salah satu dampak dari bentuk kebodohan dan kedzoliman kita yaitu konsisten dengan dosa-
    Maa syaa Allah, Barokallahu fiikum ustadz dan tim.

  • @blak4927
    @blak4927 Рік тому

    I feel you penanya kedua....

  • @iansetiawan8126
    @iansetiawan8126 Рік тому

    barakallahu fikum jamiaa

  • @meydarose
    @meydarose Рік тому

    semoga ustadz selalu di beri kesehatan juga di lindungi alloh

  • @citrafitra6899
    @citrafitra6899 Рік тому

    Masyaallah Alhamdulillah

  • @dzikristore528
    @dzikristore528 Рік тому

    Alhamdulilah

  • @ahidamuhsin953
    @ahidamuhsin953 2 місяці тому

    LAST PART
    Dan benarkah taubat anda dengan taubatan nasuha? Yang perlu dipertanyakan adalah perbuatan kita, bukan perbuatan Allah. Perbuatan Allah Maha Sempurna dan lahir dari Nama-Nama dan Sifat-Sifat-Nya yang Maha Indah dan Maha Sempurna. لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai” (QS Al-Anbiya: 23).
    Jadi apa yang Allah perbuat itu tidak perlu dipertanyakan, karena penuh dengan keIndahan, keBenaran, keBaikan dan penuh Hikmah. Dan itulah pentingnya belajar apakah anda sudah mengerti does and don't, makanya salah satu fungsinya kita belajar adalah agar kita bisa menyingkap kesalahan-kesalahan kita, kalau kita tidak belajar bagaimana kita tahu ini salah dan benar.
    Tanya: Apakah saya dan ibu saya boleh melawan dan menganggap meninggal dan tidak menghargai lagi seorang kepala rumah tangga? Ayah saya tidak menafkahi bertahun-tahun, acuh kepada anak, lepas tanggung jawab dan tidak bisa menyekolahkan anak, dari awal saya lulus tahun 2018 sampai sekarang saya tidak pernah kuliah karena saya tidak pernah di beri izin dengan berbagai macam alasan, ke tetangga jelek, shalat sering di rumah, silaturahim juga tidak pernah. Dan di sisi lain saya tidak mau menjadi anak yang durhaka, namun di sisi lain saya kesal dengan kelakuan Ayah saya. Terima kasih.
    Jawab: Kita harus melihat dari dua sisi, dari sisi kepala Rumah Tangga, artinya ketika laki-laki memutuskan untuk menikah itu bukan keputusan untuk tenggelam dalam kesenangan dunia dan syahwat dunia, walaupun itu diperbolehkan. Tetapi keputusan itu untuk memikul beban, menanggung tanggung jawab, untuk siap di tanya oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tentang istri kita dan anak-anak kita. Kita yang pasang badan untuk seorang wanita sebelum dia di tanya. Jadi ini blunder besar kalau kita tidak menunaikan kewajiban kita dan kita tidak bertanggung jawab. Dan الجزاء من جنس العمل “Balasan itu tergantung jenis perbuatan” dan kita tahu dalam hadits Nabi ﷺ, yang sudah kita bahas bahwa ada dua dosa yang Allah segerakan hukumannya di Dunia sebelum di siksa di Akhirat yaitu kezhaliman dan memutuskan talisilaturahim diantaranya durhaka kepada orangtua. Oleh karena itu dari sisi kepala rumah tangga hendaknya bertaqwa kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan nasihat ini khususnya yang berbicara dan kita semua secara umum. Dan dari sisi anak, memang tidak mudah memiliki orang tua yang seperti ini, dan banyak orang yang langsung melakukan judgment kepada anak-anak seperti ini dengan mengatakan, anak durhaka, tidak punya adab kepada orangtua dan itu tidak tepat. Dan seringkali yang judgment tidak merasakan punya orangtua yang zhalim kepada dia dan itu berat. Kalau orangtua zhalim lalu tidak mendidik dan semena-mena dan seterusnya, ini berbeda dengan kita punya teman tetapi dia zhalim terhadap kita lalu kita di tuntut baik kepada dia dan jauh lebih mudah meskipun berat juga, tetapi jauh lebih mudah di banding menyikapi orangtua yang zhalim. Kenapa demikian? karena kalau orangtua zhalim dan tidak mendidik kita dan dia bukan hanya zhalim kepada kita, tetapi di waktu yang sama, dia mendidik kita dengan pola itu. Dan dia membangun pola yang salah kepada anaknya yaitu membangun pola kezhaliman. Lalu ketika anaknya dewasa, anak itu di minta untuk berbakti kepada orangtuanya, artinya anak itu di minta untuk bersikap di luar pola yang selama ini dia dapatkan atau dia harus menggunakan pola yang tidak pernah dia pelajari dan dia jalani ke orangtuanya dan itu tidak mudah dan sangat sulit, lalu ada beberapa pihak yang tidak mengalami itu langsung dengan mudahnya memvonis. Menasihati setuju, kalau salah tetap salah, tetapi tidak boleh menghakimi seolah anak tersebut yang 100% salah. buah itu sangat ditentukan oleh pohon apakah sehat atau berpenyakit. Oleh karena itu tidak mudah menghadapi orang yang seperti itu, karena dia harus merubah pola yang selama ini set ke dia. Dan anak-anak seperti ini harus belajar agama yang benar dengan pemahaman para ulama dan dia harus belajar pola yang benar. Dan ketika dia tidak mendapatkan di rumah maka dia harus mencari di luar, yang bisa menjalankan Sunnah Nabi ﷺ dan menjelaskan bagaimana cara berbakti kepada orangtua dan bagaimana menyikapi orangtua yang zhalim. Bagaimana cara menjelaskan dan mengamalkan QS Luqman: 15 yang berbunyi;
    وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
    Yang artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS Luqman: 15).
    Lalu berikutnya, dia tidak harus mengikuti seluruh keinginan orangtuanya, dia hanya di tuntut untuk tidak mengikuti maksiat apabila kebijakan orangtuanya maksiat, zhalim, dosa dan melanggar hak الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, maka لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق “Tidak ada ketaatan kepada makhluk jika bermaksiat kepada Allah”. Lalu yang terakhir berinteraksi dengan mereka dengan cara yang baik dan jangan menganggap tidak ada, apalagi di anggap meninggal namun tetap baik kepada Ayah kita.
    Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
    اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
    Barakallahu fikum…
    Jakarta, Kamis, 13 Syawal 1444 AH/04 Mei 2023
    Ahida Muhsin

  • @frida2625
    @frida2625 Рік тому +2

    Aku juga punya ayah yg gak bertanggung jawab 😢😢😢

  • @fahmirhezaalamsyah3944
    @fahmirhezaalamsyah3944 Рік тому

    Menit 23.36 ky kepotong ya😅