LAST PART Oleh karena itu disinilah pentingnya kepada agama dan pentingnya kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan kembali ke Rasulillah ﷺ. Dan disinilah kita benar-benar harus merenung betapa tingginya konsep agama kita. Dan tidak heran Nabi ﷺ bersabda, اْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى “Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya”. Dan ini tinggi dari yang paling tinggi dan tidak ada yang mengalahkan karena konsep seperti ini. Makanya kita tidak punya konsep mencela dan mencaci maki orang lain, karena di samping itu bukan sikap yang mulia dan bukan sikap yang berkelas, namun itu sikap kerendahan dan di sisi yang lain memang tidak butuh untuk itu. Kita cukup memahami agama kita, memahami konsepnya maka secara otomatis, اْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى “Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya”. Sampai konsep seperti ini diajarkan Rasulullah ﷺ dan ini hal yang sangat penting. Makanya Nabi kita ﷺ di fitnah oleh satu kota, itu tidak membuat orang-orang berkualitas seperti Abu Bakr as-Shiddiq, Utsman bin Affan dan para sahabat رضي الله تعالى عنهم اجمعين itu untuk beriman kepada Nabi ﷺ dan ajaran Rasulullah ﷺ. Dan tidak pernah percaya apa yang diomongkan orang. Karena mereka mengerti konsep kehidupan dan mereka mengerti konsep social. Sosok seperti ini tidak mungkin berdusta ketika beliau menyatakan diri sebagai seorang Nabi dan Rasul, dan beliau itu Al-Amin dan sosok yang tidak pernah berbohong seumur hidup lalu dari keluarga yang mulia dan cucunya Abdul Muthalib, ia punya keluarga yang sangat berkelas, kakeknya tokoh besar dan Nasabnya sampai ke Nabi Ismail عليه السلام lalu sampai ke Nabi Ibrahim عليه السلام. Dan ini dari semua sisi dan tidak mungkin beliau seperti yang dikatakan oleh banyak orang. Dan kalau orang menghukumi Rasulullah ﷺ, judging ke Nabi ﷺ dan hanya menggunakan fenomena selama 5 tahun terakhir atau 7 tahun terakhir misalnya pada saat Amul Huzni atau tahun kesedihan, yaitu salah satu periode penting dalam sejarah Islam yang sangat mempengaruhi kehidupan dan pengajaran Rasulullah ﷺ. Dan Amul Huzni atau tahun kesedihan tersebut terjadi di tahun ke-10 dari kenabian yang menjadi tahun duka cita bagi Rasulullah ﷺ. Misalnya ada orang datang lalu ingin mengenal Rasulullah ﷺ dari fenomena beberapa tahun terakhir dan 5 tahun terakhir dan hanya mendengar saja, apakah dia akan masuk Islam? Tidak akan. Tetapi kalau orang itu mengerti bagaimana membaca situasi dan bagaimana membaca orang, dia akan lihat dan dia bukan hanya melihat fenomena beberapa tahun terakhir, namun dia akan telusuri Nabi ﷺ dari mulai Nabi ﷺ kecil dan sosok ini siapa? Dan kalau orang menilai Nabi ﷺ dari kecil dan dari bayi, orang ini bukan orang sembarangan. Makanya itu salah satu hikmah yang dijelaskan oleh para ulama Syiroh, kenapa Nabi ﷺ waktu kecil di bedah dan hatinya dibersihkan oleh Malaikat Jibril di tengah public dan bukan di ruang operasi dan Malaikat Jibril bukan datang di waktu tengah malam ketika semua orang sedang tidur, tetapi Nabi ﷺ didatangi ketika sedang bermain dan di ranah public. Dan diantara hikmahnya agar nanti pada saat sosok ini di utus oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى itu sebagian orang mengingat masa kecil sosok ini. Dan teman-teman kecilnya itu sadar atau orang-orang yang mengetahui kejadian tersebut itu menghubungkan orang ini bukan orang sembarangan dan sedari kecil saja sudah ajaib, ini di belah dan jantung dikeluarkan dan dibersihkan dengan menggunakan air Zam Zam, lalu dimasukan kembali. Lalu apakah ada operasi yang terjadi seperti itu sampai dengan hari ini? Dan apakah ada operasi Jantung di tempat yang open space atau di tempat yang tidak steril sama sekali, tetapi tidak ada masalah dan tidak ada kendala atau kegagalan dan semua lancar dari awal sampai akhir sama sekali? Karena orang-orang hebat dan orang-orang pintar dan orang-orang muwaffaqun atau orang-orang yang diberikan taufik oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan orang yang diberi kecerdasan social yang bagus itu bukan melihat orang 1 atau 2 tahun atau 5 tahun ini, namun dia akan mengecek, anak ini dari kecil bagaimana, remajanya seperti apa. Makanya para Sahabat رضي الله تَعَالَى عَنْهُمْ itu orang-orang yang pintar dan jenius bukan orang-orang yang polos dan lugu dan ada sosok yang mengaku Nabi, siapakah sosok itu? Di cek dan kita tahu bersama-sama bahwa apa yang terjadi dengan Untanya Halimah ketika memilih Rasulullah ﷺ sebagai anak susu? Ini sosok dari Bayi sudah beda dengan yang lain lalu ada pembedahan hati dan ada ini dan itu. Dan bagaimana hewan ternaknya Halimah setelah memilih Rasulullah ﷺ, semua beda. Dan itu konstan dari kecil sampai menjadi Nabi ﷺ. Gelar Nabi ﷺ sebelum dan setelah menjadi Nabi ﷺ adalah Al-Amin yaitu orang yang sangat di percaya, tidak pernah bohong, tidak pernah berkhianat dan tiba-tiba sekarang menjadi public enemy dan semua orang berbalik mengatakan beliau pendusta, beliau berbohong segala macam dan ini ada yang janggal dan setelah di cek benar ini fitnah, hasad, kesombongan dan sikap yang tidak mau menerima kebenaran yang dia bawa dan itu point. Dan sebaliknya kenapa kita sering terombang-ambing issue dan kenapa kita sering salah dalam menilai orang? Karena kita jarang melihat orang itu benar-benar pendek dan gampang terbawa opini yang di bangun oleh sebagian pihak. Ketika ada sebagian orang ingin membunuh karakter orang baik, kita langsung percaya dan kita harus lihat orang ini siapa? Dan ini menunjukan bahwa Allah itu Al-Alimul Khabir, الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan agama yang begitu indah, الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan konsep yang begitu sempurna, الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS Al-Ma’idah: 3). Ayat ini bukan lips service atau isapan jempol belaka, namun Agama ini memang sempurna. Dan semakin kita pelajari maka semakin kita sadar bahwa betapa sempurnanya Agama ini dan ini membuat kita semakin mencintai Al-Alimul Khabir, yang Maha Mengetahui, Mengenal, Teliti dan Maha Waspada. Al-Muhsin yang Maha Baik, ar Rahman, ar Rahim yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah Tabaroka wa Ta’ala dan ini membuat kita merasa rugi kalau kita tidak kembali ke Agama, tidak kembali kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala dan tidak mengerti dan mempelajari agama yang begitu luar biasa ini. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Ahad, 25 Dzul Qa'dah 1445 AH/2 Juni 2024 Ahida Muhsin
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. PART ONE Pembelajaran Ke-3 hadits Ke-375 dari Abu Hurairah رضي الله تَعَالَى عنه, di atas adalah sebagai berikut; Masih membahas hadits yang Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى bawakan yaitu hadits dari Abu Hurairah رضي الله تَعَالَى عنه, dari Rasulullah ﷺ bersabda,النَّاسُ معَادِنُ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ ، خِيَارُهُمْ في الجَاهِلِيَّةِ خِيارُهُمْ في الإِسْلامِ إِذَا فَقهُوا . وَالأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجنَّدَةٌ ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا ، اخْتَلَفَ » رواه مسلم artinya, “Manusia itu ibarat tambang seperti tambang emas dan perak, orang yang paling baik di masa Jahiliyah adalah yang terbaik di dalam Islam, apabila mereka mengerti. Arwah itu adalah pasukan yang berkelompok-kelompok, yang saling mengenal akan bersatu, dan yang saling mengingkari akan berselisih” (HR. Muslim). Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa ada banyak makna yang sangat dalam dari hadits di atas dan diantara makna yang dijelaskan oleh para ulama, ini menjelaskan bahwa perbedaan tabiat dan sifat sebagaimana Barang Tambang dan Logam itu berbeda satu dengan lain, lalu kita sudah jelaskan beberapa sisi perbedaannya. Para ulama ketika menjelaskan hadits ini mereka menjabarkan bahwa, ‘Hadits ini menunjukan kepada kita bahwa mengetahui bibit-bibit, pondasi dan dasar-dasar pijakan manusia itu butuh research atau di cek, diteliti dan dikaji kondisi-kondisi mereka dan memperhatikan secara detail baik background mereka’. Jadi harus melihat darimana mereka berasal, harus di cek keluarganya, tabiat aslinya, karakternya waktu kecil bagaimana dan seterusnya, agar kita tidak terkecoh dengan penampilan lalu dengan mudah menyimpulkan atau menghukumi atau judging kepada mereka dan menyimpulkan sifat-sifat mereka, padahal tidak demikian. Kata para ulama misalnya ada orang yang sifatnya dermawan dan bibitnya itu memang dari keluarga yang dermawan dan sangat royal, tetapi qadarullah wama sya'a fa'ala saat ini kondisinya miskin, seperti setiap ada acara social dia tidak ikut, dalam pengumpulan dana dia tidak terlibat atau bersama-sama mengumpulkan uang untuk kegiatan-kegiatan positif dia tidak menyumbang. Dan kalau kita melihat dengan kasat mata, kita melihatnya orang ini pelit atau tidak peka atau tidak punya kesadaran, padahal orang ini sangat royal, namun pada saat itu dia tidak memiliki uang. Jadi kalau kita hanya melihat secara zahir atau casing orang ini, kita akan salah menyimpulkan, kita berfikir dia orangnya pelit dan tidak punya kepekaan social, padahal bukan seperti itu namun karena dia tidak punya uang. Tetapi kalau anda cek bagaimana keluarganya, dari mana bibitnya dan beberapa puluh tahun yang lalu pada saat dia mampu di mana dia nyumbang sana sini, support sana sini, kita tahu orang ini dermawan, tetapi sedang tidak memiliki uang atau ada orang yang typical-nya tidak mau terekspos di manusia dan cukup biasa-biasa saja dan ini sebagai contoh. Ada banyak orang penampilannya baik, rapi, tetapi orang lain tidak menduga bahwa dia punya level yang sangat tinggi, karena memang dia tidak mau terekspos. Orang melihat dia tahu bahwa orang ini bukan orang yang susah, tetapi orang tidak akan berfikir bahwa dia levelnya tidak setinggi itu, karena dia tidak ingin terekspos oleh mata-mata manusia, sangat tertutup dan sangat tersembunyi dan orang seperti itu hanya di Masyarakat, sehingga tidak terpantau oleh banyak pihak, tetapi dia punya kualitas yang sangat tinggi. Dan kalau kita hanya melihat casing atau penampilan dari luar maka kita akan terkecoh. Sebagaimana sebaliknya, ada orang sekilas dia punya kualitas tinggi dan berkelas tetapi tidak seperti itu. Namun itu hanya personal branding lalu sekarang flexing dan lain-lain dan sejatinya dia bukan pada level itu. Tetapi di public atau di media dia perlihatkan perilaku mewah lalu seakan-akan dia punya prestasi, seakan-akan dia sukses lalu seakan-akan hidupnya selalu bahagia, padahal tidak demikian. Tujuannya hanya untuk mendapatkan pujian bahkan untuk mendapatkan pengakuan lalu membuat orang iri dan ingin seperti dia. Dan sebaliknya di waktu yang sama ada orang-orang yang tidak butuh pengakuan bahkan dia ingin tidak ada orang yang tahu bahwa setinggi apa levelnya. Jadi ulama itu sudah membahas atau bahkan Nabi kita ﷺ sudah membahas fenomena hari ini 15 Abad yang lalu dan hari ini kita baru akrab dengan istilah flexing dan lain-lain. Itu Nabi ﷺ sudah jelaskan konsep dan teorinya 15 Abad yang lalu dengan kalimat yang simpel dan sederhana tetapi maknanya sangat dalam yang kalau seorang muslim mengerti dan memahami dia tidak akan terkecoh dan dia akan bisa mengetahui mana yang ori dan mana yang kw, mana yang benar-benar berkelas dan mana yang benar-benar tidak, mana yang flexing dan mana yang benar-benar di level yang sangat tinggi, mana yang pansos dan mana yang benar-benar memiliki panggung kehidupan bahkan dia bermain behind the scene. Seorang Muslim itu dibekali oleh Nabi-Nya ﷺ 15 Abad yang lalu. Lalu pertanyaannya, siapa diantara kita yang belajar, siapa diantara kita yang mengkaji dan siapa diantara kita yang duduk dihadapan Al-Qur’anul Karim dan Sunnah Rasulullah ﷺ lalu pelajari itu semua. Ini menunjukan bahwa membaca lingkungan, membaca masyarakat, memiliki atau menguasai kecerdasan social, maping social itu butuh sikap kehati-hatian dan tidak tergesa-gesa dan tidak cukup hanya melihat casing seseorang dan apa yang ada di panggung depan, tetapi harus melihat panggung belakang. Tidak cukup dengan gembar-gembor yang sedang terjadi dan tidak cukup hanya menilai karena satu atau dua kali pertemuan atau mendengar dari beberapa pihak. Dan kalau kita hanya menilai orang dalam 1 atau 2 tahun ke belakang bisa jadi kita salah dalam menyimpulkan, misalnya dia pelit padahal dia tidak mampu selama 1 atau 2 tahun ke belakang. Dan untuk bisa mengetahui dia bagaimana, kita harus mengetahui bagaimana dia dari kecil dan keluarganya seperti apa dan bibitnya seperti apa, apalagi kalau kita kenal beberapa anggota keluarga besarnya dan darah itu tidak bisa di tipu dan itu terlihat orang tuanya seperti apa bahkan kakek neneknya siapa atau misalnya kita bisa melihat ini ada yang janggal dan seterusnya dan itu النَّاسُ معَادِنُ. Dan sebagaimana untuk mendapatkan sebagian barang tambang dan seterusnya, itu kita harus melakukan pengeboran ke bawah dan sebelum melakukan pengeboran ke bawah, kita harus membuat penelitian pada titik mana, karena pengeboran membutuhkan biaya yang besar dan mahal, jadi kita harus teliti dulu di mana titik tempurnya dan kalau salah bukan hanya uang 1 atau 2 milyar yang hilang. Dan manusia juga begitu, kita harus cek ini orang siapa, asal-usulnya bagaimana, bibitnya siapa, track recordnya bagaimana, background check-nya apa dan tidak bisa kita sesimpel yang kita pikirkan. Lalu siapakah diantara kita bisa berfikir demikian sekarang? Makanya banyak kasus penipuan, di bodoh-bodohi, kita di tipu, di bohongi dan lain seterusnya. Misalnya kita pikir dia orang baik, namun ternyata dia menipu kita dan sebaliknya ada orang yang benar-benar baik namun kita tinggalkan, karena kita tidak mengerti masalah ini demikian. Kita gampang percaya kepada orang yang seharusnya kita percayai namun kita tidak percayai, selalu berantakan hidup kita, kanapa? Karena kita jauh dari Sunnah Rasulullah ﷺ dan itu masalahnya. To be continued 1 of 2 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Ahad, 25 Dzul Qa'dah 1445 AH/2 Juni 2024 Ahida Muhsin
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimush sholihaat Barakallahu Fiikum ustadz dan team 🙏 Terimakasih banyak ustadz sudah menumbuhkan dan memupuk cinta di hati kami kepada Rabbul alamin, kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa salam dan kepada agama Islam
LAST PART
Oleh karena itu disinilah pentingnya kepada agama dan pentingnya kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan kembali ke Rasulillah ﷺ. Dan disinilah kita benar-benar harus merenung betapa tingginya konsep agama kita. Dan tidak heran Nabi ﷺ bersabda, اْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى “Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya”. Dan ini tinggi dari yang paling tinggi dan tidak ada yang mengalahkan karena konsep seperti ini. Makanya kita tidak punya konsep mencela dan mencaci maki orang lain, karena di samping itu bukan sikap yang mulia dan bukan sikap yang berkelas, namun itu sikap kerendahan dan di sisi yang lain memang tidak butuh untuk itu. Kita cukup memahami agama kita, memahami konsepnya maka secara otomatis, اْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى “Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya”. Sampai konsep seperti ini diajarkan Rasulullah ﷺ dan ini hal yang sangat penting. Makanya Nabi kita ﷺ di fitnah oleh satu kota, itu tidak membuat orang-orang berkualitas seperti Abu Bakr as-Shiddiq, Utsman bin Affan dan para sahabat رضي الله تعالى عنهم اجمعين itu untuk beriman kepada Nabi ﷺ dan ajaran Rasulullah ﷺ. Dan tidak pernah percaya apa yang diomongkan orang. Karena mereka mengerti konsep kehidupan dan mereka mengerti konsep social. Sosok seperti ini tidak mungkin berdusta ketika beliau menyatakan diri sebagai seorang Nabi dan Rasul, dan beliau itu Al-Amin dan sosok yang tidak pernah berbohong seumur hidup lalu dari keluarga yang mulia dan cucunya Abdul Muthalib, ia punya keluarga yang sangat berkelas, kakeknya tokoh besar dan Nasabnya sampai ke Nabi Ismail عليه السلام lalu sampai ke Nabi Ibrahim عليه السلام. Dan ini dari semua sisi dan tidak mungkin beliau seperti yang dikatakan oleh banyak orang.
Dan kalau orang menghukumi Rasulullah ﷺ, judging ke Nabi ﷺ dan hanya menggunakan fenomena selama 5 tahun terakhir atau 7 tahun terakhir misalnya pada saat Amul Huzni atau tahun kesedihan, yaitu salah satu periode penting dalam sejarah Islam yang sangat mempengaruhi kehidupan dan pengajaran Rasulullah ﷺ. Dan Amul Huzni atau tahun kesedihan tersebut terjadi di tahun ke-10 dari kenabian yang menjadi tahun duka cita bagi Rasulullah ﷺ. Misalnya ada orang datang lalu ingin mengenal Rasulullah ﷺ dari fenomena beberapa tahun terakhir dan 5 tahun terakhir dan hanya mendengar saja, apakah dia akan masuk Islam? Tidak akan. Tetapi kalau orang itu mengerti bagaimana membaca situasi dan bagaimana membaca orang, dia akan lihat dan dia bukan hanya melihat fenomena beberapa tahun terakhir, namun dia akan telusuri Nabi ﷺ dari mulai Nabi ﷺ kecil dan sosok ini siapa? Dan kalau orang menilai Nabi ﷺ dari kecil dan dari bayi, orang ini bukan orang sembarangan. Makanya itu salah satu hikmah yang dijelaskan oleh para ulama Syiroh, kenapa Nabi ﷺ waktu kecil di bedah dan hatinya dibersihkan oleh Malaikat Jibril di tengah public dan bukan di ruang operasi dan Malaikat Jibril bukan datang di waktu tengah malam ketika semua orang sedang tidur, tetapi Nabi ﷺ didatangi ketika sedang bermain dan di ranah public. Dan diantara hikmahnya agar nanti pada saat sosok ini di utus oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى itu sebagian orang mengingat masa kecil sosok ini. Dan teman-teman kecilnya itu sadar atau orang-orang yang mengetahui kejadian tersebut itu menghubungkan orang ini bukan orang sembarangan dan sedari kecil saja sudah ajaib, ini di belah dan jantung dikeluarkan dan dibersihkan dengan menggunakan air Zam Zam, lalu dimasukan kembali. Lalu apakah ada operasi yang terjadi seperti itu sampai dengan hari ini? Dan apakah ada operasi Jantung di tempat yang open space atau di tempat yang tidak steril sama sekali, tetapi tidak ada masalah dan tidak ada kendala atau kegagalan dan semua lancar dari awal sampai akhir sama sekali? Karena orang-orang hebat dan orang-orang pintar dan orang-orang muwaffaqun atau orang-orang yang diberikan taufik oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan orang yang diberi kecerdasan social yang bagus itu bukan melihat orang 1 atau 2 tahun atau 5 tahun ini, namun dia akan mengecek, anak ini dari kecil bagaimana, remajanya seperti apa. Makanya para Sahabat رضي الله تَعَالَى عَنْهُمْ itu orang-orang yang pintar dan jenius bukan orang-orang yang polos dan lugu dan ada sosok yang mengaku Nabi, siapakah sosok itu? Di cek dan kita tahu bersama-sama bahwa apa yang terjadi dengan Untanya Halimah ketika memilih Rasulullah ﷺ sebagai anak susu? Ini sosok dari Bayi sudah beda dengan yang lain lalu ada pembedahan hati dan ada ini dan itu. Dan bagaimana hewan ternaknya Halimah setelah memilih Rasulullah ﷺ, semua beda. Dan itu konstan dari kecil sampai menjadi Nabi ﷺ. Gelar Nabi ﷺ sebelum dan setelah menjadi Nabi ﷺ adalah Al-Amin yaitu orang yang sangat di percaya, tidak pernah bohong, tidak pernah berkhianat dan tiba-tiba sekarang menjadi public enemy dan semua orang berbalik mengatakan beliau pendusta, beliau berbohong segala macam dan ini ada yang janggal dan setelah di cek benar ini fitnah, hasad, kesombongan dan sikap yang tidak mau menerima kebenaran yang dia bawa dan itu point.
Dan sebaliknya kenapa kita sering terombang-ambing issue dan kenapa kita sering salah dalam menilai orang? Karena kita jarang melihat orang itu benar-benar pendek dan gampang terbawa opini yang di bangun oleh sebagian pihak. Ketika ada sebagian orang ingin membunuh karakter orang baik, kita langsung percaya dan kita harus lihat orang ini siapa? Dan ini menunjukan bahwa Allah itu Al-Alimul Khabir, الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan agama yang begitu indah, الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan konsep yang begitu sempurna, الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS Al-Ma’idah: 3). Ayat ini bukan lips service atau isapan jempol belaka, namun Agama ini memang sempurna. Dan semakin kita pelajari maka semakin kita sadar bahwa betapa sempurnanya Agama ini dan ini membuat kita semakin mencintai Al-Alimul Khabir, yang Maha Mengetahui, Mengenal, Teliti dan Maha Waspada. Al-Muhsin yang Maha Baik, ar Rahman, ar Rahim yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah Tabaroka wa Ta’ala dan ini membuat kita merasa rugi kalau kita tidak kembali ke Agama, tidak kembali kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala dan tidak mengerti dan mempelajari agama yang begitu luar biasa ini.
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Ahad, 25 Dzul Qa'dah 1445 AH/2 Juni 2024
Ahida Muhsin
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
PART ONE
Pembelajaran Ke-3 hadits Ke-375 dari Abu Hurairah رضي الله تَعَالَى عنه, di atas adalah sebagai berikut;
Masih membahas hadits yang Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى bawakan yaitu hadits dari Abu Hurairah رضي الله تَعَالَى عنه, dari Rasulullah ﷺ bersabda,النَّاسُ معَادِنُ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ ، خِيَارُهُمْ في الجَاهِلِيَّةِ خِيارُهُمْ في الإِسْلامِ إِذَا فَقهُوا . وَالأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجنَّدَةٌ ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا ، اخْتَلَفَ » رواه مسلم artinya, “Manusia itu ibarat tambang seperti tambang emas dan perak, orang yang paling baik di masa Jahiliyah adalah yang terbaik di dalam Islam, apabila mereka mengerti. Arwah itu adalah pasukan yang berkelompok-kelompok, yang saling mengenal akan bersatu, dan yang saling mengingkari akan berselisih” (HR. Muslim). Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa ada banyak makna yang sangat dalam dari hadits di atas dan diantara makna yang dijelaskan oleh para ulama, ini menjelaskan bahwa perbedaan tabiat dan sifat sebagaimana Barang Tambang dan Logam itu berbeda satu dengan lain, lalu kita sudah jelaskan beberapa sisi perbedaannya.
Para ulama ketika menjelaskan hadits ini mereka menjabarkan bahwa, ‘Hadits ini menunjukan kepada kita bahwa mengetahui bibit-bibit, pondasi dan dasar-dasar pijakan manusia itu butuh research atau di cek, diteliti dan dikaji kondisi-kondisi mereka dan memperhatikan secara detail baik background mereka’. Jadi harus melihat darimana mereka berasal, harus di cek keluarganya, tabiat aslinya, karakternya waktu kecil bagaimana dan seterusnya, agar kita tidak terkecoh dengan penampilan lalu dengan mudah menyimpulkan atau menghukumi atau judging kepada mereka dan menyimpulkan sifat-sifat mereka, padahal tidak demikian. Kata para ulama misalnya ada orang yang sifatnya dermawan dan bibitnya itu memang dari keluarga yang dermawan dan sangat royal, tetapi qadarullah wama sya'a fa'ala saat ini kondisinya miskin, seperti setiap ada acara social dia tidak ikut, dalam pengumpulan dana dia tidak terlibat atau bersama-sama mengumpulkan uang untuk kegiatan-kegiatan positif dia tidak menyumbang. Dan kalau kita melihat dengan kasat mata, kita melihatnya orang ini pelit atau tidak peka atau tidak punya kesadaran, padahal orang ini sangat royal, namun pada saat itu dia tidak memiliki uang. Jadi kalau kita hanya melihat secara zahir atau casing orang ini, kita akan salah menyimpulkan, kita berfikir dia orangnya pelit dan tidak punya kepekaan social, padahal bukan seperti itu namun karena dia tidak punya uang. Tetapi kalau anda cek bagaimana keluarganya, dari mana bibitnya dan beberapa puluh tahun yang lalu pada saat dia mampu di mana dia nyumbang sana sini, support sana sini, kita tahu orang ini dermawan, tetapi sedang tidak memiliki uang atau ada orang yang typical-nya tidak mau terekspos di manusia dan cukup biasa-biasa saja dan ini sebagai contoh. Ada banyak orang penampilannya baik, rapi, tetapi orang lain tidak menduga bahwa dia punya level yang sangat tinggi, karena memang dia tidak mau terekspos. Orang melihat dia tahu bahwa orang ini bukan orang yang susah, tetapi orang tidak akan berfikir bahwa dia levelnya tidak setinggi itu, karena dia tidak ingin terekspos oleh mata-mata manusia, sangat tertutup dan sangat tersembunyi dan orang seperti itu hanya di Masyarakat, sehingga tidak terpantau oleh banyak pihak, tetapi dia punya kualitas yang sangat tinggi. Dan kalau kita hanya melihat casing atau penampilan dari luar maka kita akan terkecoh.
Sebagaimana sebaliknya, ada orang sekilas dia punya kualitas tinggi dan berkelas tetapi tidak seperti itu. Namun itu hanya personal branding lalu sekarang flexing dan lain-lain dan sejatinya dia bukan pada level itu. Tetapi di public atau di media dia perlihatkan perilaku mewah lalu seakan-akan dia punya prestasi, seakan-akan dia sukses lalu seakan-akan hidupnya selalu bahagia, padahal tidak demikian. Tujuannya hanya untuk mendapatkan pujian bahkan untuk mendapatkan pengakuan lalu membuat orang iri dan ingin seperti dia. Dan sebaliknya di waktu yang sama ada orang-orang yang tidak butuh pengakuan bahkan dia ingin tidak ada orang yang tahu bahwa setinggi apa levelnya. Jadi ulama itu sudah membahas atau bahkan Nabi kita ﷺ sudah membahas fenomena hari ini 15 Abad yang lalu dan hari ini kita baru akrab dengan istilah flexing dan lain-lain. Itu Nabi ﷺ sudah jelaskan konsep dan teorinya 15 Abad yang lalu dengan kalimat yang simpel dan sederhana tetapi maknanya sangat dalam yang kalau seorang muslim mengerti dan memahami dia tidak akan terkecoh dan dia akan bisa mengetahui mana yang ori dan mana yang kw, mana yang benar-benar berkelas dan mana yang benar-benar tidak, mana yang flexing dan mana yang benar-benar di level yang sangat tinggi, mana yang pansos dan mana yang benar-benar memiliki panggung kehidupan bahkan dia bermain behind the scene. Seorang Muslim itu dibekali oleh Nabi-Nya ﷺ 15 Abad yang lalu. Lalu pertanyaannya, siapa diantara kita yang belajar, siapa diantara kita yang mengkaji dan siapa diantara kita yang duduk dihadapan Al-Qur’anul Karim dan Sunnah Rasulullah ﷺ lalu pelajari itu semua.
Ini menunjukan bahwa membaca lingkungan, membaca masyarakat, memiliki atau menguasai kecerdasan social, maping social itu butuh sikap kehati-hatian dan tidak tergesa-gesa dan tidak cukup hanya melihat casing seseorang dan apa yang ada di panggung depan, tetapi harus melihat panggung belakang. Tidak cukup dengan gembar-gembor yang sedang terjadi dan tidak cukup hanya menilai karena satu atau dua kali pertemuan atau mendengar dari beberapa pihak. Dan kalau kita hanya menilai orang dalam 1 atau 2 tahun ke belakang bisa jadi kita salah dalam menyimpulkan, misalnya dia pelit padahal dia tidak mampu selama 1 atau 2 tahun ke belakang. Dan untuk bisa mengetahui dia bagaimana, kita harus mengetahui bagaimana dia dari kecil dan keluarganya seperti apa dan bibitnya seperti apa, apalagi kalau kita kenal beberapa anggota keluarga besarnya dan darah itu tidak bisa di tipu dan itu terlihat orang tuanya seperti apa bahkan kakek neneknya siapa atau misalnya kita bisa melihat ini ada yang janggal dan seterusnya dan itu النَّاسُ معَادِنُ. Dan sebagaimana untuk mendapatkan sebagian barang tambang dan seterusnya, itu kita harus melakukan pengeboran ke bawah dan sebelum melakukan pengeboran ke bawah, kita harus membuat penelitian pada titik mana, karena pengeboran membutuhkan biaya yang besar dan mahal, jadi kita harus teliti dulu di mana titik tempurnya dan kalau salah bukan hanya uang 1 atau 2 milyar yang hilang. Dan manusia juga begitu, kita harus cek ini orang siapa, asal-usulnya bagaimana, bibitnya siapa, track recordnya bagaimana, background check-nya apa dan tidak bisa kita sesimpel yang kita pikirkan. Lalu siapakah diantara kita bisa berfikir demikian sekarang? Makanya banyak kasus penipuan, di bodoh-bodohi, kita di tipu, di bohongi dan lain seterusnya. Misalnya kita pikir dia orang baik, namun ternyata dia menipu kita dan sebaliknya ada orang yang benar-benar baik namun kita tinggalkan, karena kita tidak mengerti masalah ini demikian. Kita gampang percaya kepada orang yang seharusnya kita percayai namun kita tidak percayai, selalu berantakan hidup kita, kanapa? Karena kita jauh dari Sunnah Rasulullah ﷺ dan itu masalahnya.
To be continued 1 of 2 part
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Ahad, 25 Dzul Qa'dah 1445 AH/2 Juni 2024
Ahida Muhsin
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimush sholihaat
Barakallahu Fiikum ustadz dan team 🙏
Terimakasih banyak ustadz sudah menumbuhkan dan memupuk cinta di hati kami kepada Rabbul alamin, kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa salam dan kepada agama Islam
semoga kita bertemu kembali didalam surga firdaus tanpa hisab
Masya Allah Tabarakallah
Alhamdulilah
🙏