Di kultur masyarakat tradisional, tidak percaya hal-hal berbau klenik itu sudah bisa dituduh tidak bermoral, karena standard moral yang digunakan untuk melakukan penilaian adalah standard agama/kepercayaan/adat, di mana "percaya pada kekuatan gaib" adalah bagian dari kebenaran yang disakralkan bersama-sama. Nah, berbeda lagi jika berada di kultur masyarakat modern. Percaya terhadap hal-hal klenik itu mungkin akan jadi bahan lelucon, karena standard penilaian tentang moral didasarkan pada logika saintifik. Gesekan antar kultur masyarakat ini terjadi dimana-mana. Satu sama lain bisa jadi saling menuding sebagai sumber keburukan yang terjadi dalam suatu komunitas.
Relativisme moral adalah pandangan bahwa penilaian moral benar atau salah hanya jika dikaitkan dengan sudut pandang tertentu (misalnya, sudut pandang suatu budaya atau periode sejarah) dan tidak ada sudut pandang yang secara unik diistimewakan dibandingkan sudut pandang lainnya.
Hehehe malah moral itu absolut dan objektiv, buktinya setiap agama, peradaban, kebudayaan, dan orang dunia berpendapat korupsi itu salah dan buruk. Setiap agama, peradaban, kebudayaan , dan orang dunia berpendapat korupsi salah dan buruk, maka pastinya ada otoritas dan standar moral yang obsolut dan objektiv. Jika moral itu gak absolut(relativ) dan objektif(subjektiv), maka logikanya ada sebagian agama, peradaban, kebudayaan , dan orang sehat dunia berpendapat korupsi itu benar dan baik. Tapi permasalahan dan pertanyaannya, apakah ada agama, peradaban, kebudayaan , dan orang sehat dunia berpendapat korupsi itu benar dan baik apabila moral itu gak absolut dan objektiv? 😂🙏
Orang cenderung akan bersikap netral dan obyektif kalau hal2 ini tidak menggangu drinya atau tidak pernah terjadi pada dirinya. Akan beda ceritanya kalau hal itu terjadi ke dirinya sendiri. Contoh: Mencuri dari si kaya untuk dibagikan ke orang miskin. Bagi orang kaya yang kerja beneran dan jujur, lalu tiba2 hartanya dicuri, jelas akan melihat orang yang mencuri memiliki moral yang buruk. Bagi orang yang hanya mendengar atau membaca peristiwa tadi, bisa jadi netral atau bahkan setuju dengan hal itu. Bagi orang miskin yang tidak tahu asal harta yang dibagikan tadi, akan melihat orang yang membagikannya sebagai pahlawan.
Semangat terus kak cania, terimakasih malaka projeck telah menjalankan amant UUD , Mencerdaskan kehidupan bangsa.semoga bertahan lama dan terus mengedukasi & menginspirasi
pada saat itu saya lihat video penurunan Presiden Soeharto lewat Yt disana ada Wiranto & Prabowo yang dicap sebagai pelanggar HAM berat. namun setelah itu pada pemilu Megawati bersandeng dengan Prabowo(paslon nomer 1), pada saat perhitungan cepat 2014 yang memenangkan Jokowi disana beliau bersama Wiranto menyanyikan Indonesia raya. dari situ saya memiliki pemikiran bahkan orang terjahat pun bisa bergabung yang dianggaap kita baik. BTW saya ingin mengutip kata Guru Gembul "pak Harto melakukan itu karena nafas zamannya seperti itu" terlepas pak Wiranto dan Prabowo memiliki catatan HAM berat, mereka sebagai perajurit bersumpah untuk tunduk terhadap keputusan atasan mereka. pada saat ini juga demokrasi kita bermasalah dan ternyata tidak hanya dinegara kita yang mengalami itu, ternyata demokrasi di dunia lagi bermasalah apakah saat ini "Nafas Zamaannya untuk demokrasi dipermainkan ?"
Menarik, kalo dari pengamatan gw saat ini, hal yang perlu kita perhatikan lagi adalah apa penyebab demokrasi jadi bermasalah? Jika hanya satu tempat yang bermasalah kita bisa sebut itu sebagai error teknis, tapi jika hampir disemua negara demokrasi saat ini demokrasinya bermasalah apakah bisa kita sebut spontan bahwa ada hal yang membuat seluruh pemimpin pemimpin dunia mengharuskan untuk mengintervensi demokrasi? apakah memang demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik? Apakah ini bisa jadi awal mula sistem pemerintahan berevolusi mengikuti kebutuhan zamannya?
@@SayyamMaskurmenurutku sekarang memang ini eranya demokrasi dan sistem republik, nilai moral yang umum sekarang melihat semua orang punya posisi hak & kewajiban yang sama. Barangkali di masa depan eranya bakal bergeser ke arah absolutisme, feodal, ataupun anarki berbarengan dengan nilai moralnya.
Rumusnya: Moral yang benar itu harusnya tidak bertentangan dengan logika, kebenaran saintifik, ethics. Masalahnya tidak banyak orang yg cukup pandai untuk mikir/berlogika (bukan truth seeker, tidak kritis, capek duluan sama pekerjaan lain). Institusi akademik yg mewakili riset saintifik bisa jadi bias dikarenakan berbagai insentif terutama DUIT. Ethics itu didasarkan kepada empati dan integritas. Sedangkan banyak manusia yg empatinya nihil dan/atau gapunya integritas. Banyak yg cuma punya empati kpd orang yg satu kelompok saja, misalnya. Banyak yg cerdas mikirnya tapi gapunya empati. Banyak yg gelar akademiknya banyak tapi sombong, jadinya tidak kritis dan tidak punya empati, bahkan tidak punya integritas. Mau menilai apa moral yg baik / buruk itu peer sekali bagi manusia. Adanya firman/petunjuk Ilahi adalah sebuah anugerah karena kalo kita manusia dibiarkan bikin moralitas sendiri dari nol yg ada kita udah punah dari jaman baheula. Sekian dan terima kasih atas perhatiannya. Wasalam. Btw keep up the good work, team!👍
jika dikatakan moral yang benar tidak bertentangan dengan logika itu benar, namun yang jadi pertanyaannya logika mana yang dianggap sebagai logika yang "benar" misalnya aja ada yang bilang vegan itu secara logika benar tapi di lain sisi ada juga yang bilang vegan itu tolol
kita udh gk lagi hidup di jaman pewahyuan krn moralitas itu, terutama yg berlaku universal, harus bisa didiskusikan berdasarkan data & perkembangan sains terbaru. konsep moral berdasarkan pewahyuan ini bisa berbahaya karena dibebankan kepada siapapun sdgkan yg nerima cm satu orang.
@@parkjul718 "harus bisa didiskusikan berdasarkan data & perkembangan sains terbaru"? Bukankah dengan demikian berarti moralitas ditentukan oleh institusi yang mengendalikan keilmuan? Ingat, penelitian itu banyak yang dipesan. Sudah jadi rahasia umum bahwa dalam lembaga riset terdapat banyak kecurangan. Terlebih jika proses eksperimen, wawancara, atau observasi tersebut tidak boleh disebarluaskan. Sedangkan jika moralitas ditentukan oleh wahyu (bukan oleh paus), jelas bahwa moralitas tersebut bertujuan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang ideal, bukan untuk memenuhi kepentingan segelintir orang. Karena moralitas ada untuk membatasi keinginan manusia, bukan untuk melancarkan keinginan penguasa. Moralitas mistika ada untuk kepentingan manusia, tidak heran bahwa orang yang tidak mengikutinya memiliki hidup yang tidak bahagia. "Lalu, kenapa Finlandia menjadi negara paling bahagia?" Balik lagi ke paragraf satu, penelitian banyak yang dipesan untuk memenuhi suatu tujuan, dan tujuan di sini adalah untuk membuktikan bahwa negara-negara barat memiliki kehidupan yang lebih bahagia. Sedangkan, jika kita merujuk ke penelitian-penelitian lain, dapat dilihat bahwa negara-negara barat memiliki tingkat depresi dan bunuh diri yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang relatif lebih religius (cari datanya satu-satu, karena kalo lu nyarinya visualisasi data di peta dunia, jelas tingkat depresi di dunia barat angkanya dikerdilkan). Dengan mengikuti relativisme moral, Anda dengan sukarela dibodohi oleh para Paus Modern.
Proses pengambilan keputusan yang bernilai moralitas itu kan melibakan proses kognitif yang panjang dengan berbagai perhitungan dan pertimbangannya masing-masing. Nah kadang proses ini yang tidak dipahami oleh mereka yang langsung menilai tanpa memahami mengapa sebuah keputusan diambil. Lebih parahnya lagi kadang proses penilaian terhadap sebuah pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak lain dengan point of view yang berbeda namun sengaja diciptakan untuk mendapatkan approval dari pihak lain dan dianggap sebagai nilai kebenaran. Maka sebetulnya memahami itu lebih kompleks daripada menilai. Memahami itu melepas nilai (mengambil jarak), melakukan proses dekonstruksi, kemudian memberikan pemaknaan akan pengambilan keputusan (merekonstruksi) setelah mengerti proses mengapa sebuah keputusan diambil. Menilai tanpa memahami ya prosesnya tidak melibatkan proses dekonstruksi tadi. Pertanyaan saya, lebih penting mana; pemahaman realitas yang memungkinkan proses dekonstruksi moral, atau menjalankan moral itu sendiri tanpa mempedulikan realitas yang berbeda? Ketika membahas hukum sebagai turunannya ini bisa jadi proses diskusi yang menarik.
Moral bisa didekonstruksi ketika tujuan dari moral tsb. sudah tercapai. Misal, sapi jd dibolehkan utk dimakan di suatu negara ketika jml sapi sudah sangat banyak, sedangkan tujuan dari moral tsb adalah supaya sapi masih ttp eksis. Maka moral bisa didekonstruksi ulang menuju tujuan moral yg baru, karna tujuan lama sdh tercapai. Tujuan dari moral adalah untuk suatu tujuan "baik" bukan untuk "merubah" realitas, karna terkadang realitas itu tidak baik utk dijalankan dan harus diubah dg moral.
senang kalau konten malaka project yang bawain kak Cania Citta, pembawaan nya bagus, mudah dipahami, jelas cara penyampaian nya, the best lah publik speaking kak Cania🙌🏻
waktu memaparkan contoh menggunakan pelarangan memakan sapi, jadi teringat bahwa yang dikatakan oleh Cania persis dengan isi buku yang berjudul "Sapi, Babi, Perang dan Tukang Sihir" karya Marvin Harris, bahwa kehadiran sapi sangat diperlukan dan diuntungkan bagi negara India. Namun, dengan ketergantungan dengan hewan Sapi ini, muaranya dapat sampai pada eksploitasi sapi.
Gak beda2 banget sich Sesimpel "Lakukan Apa yg Engkau kehendaki Orang Lain melakukannya thdpmu, dan Jangan Lakukan Apa yg Engkau tidak kehendaki Orang Lain Melakukannya Terhadapmu!" - Kong Tzu -
Itu sama aja subjective. Kalo yang lu suka di perlakukan a makanya lu memperlakukan gw a. Ternyata gw gak suka di perlakukan a gw sukanya di pelakukan b. Dan gw anggap lu seenaknya karena memperlakukan gw dengan sudut pandang lu. See moral itu subjective.
moral punya beragam sudut pandang dan ada beberapa yg bersifat relevan dalam kurung waktu tertentu sebagai contoh orang dulu bila melakukan mau mengadakan suatu acara harus mengikuti segala ajaran budaya dan bisa jadi tanpa proses dicerna atau dipahami tujuannya untuk apa, dgn adanya keterbukaan informasi dan pengetahuan buat kita bisa mem filter dari hal tersebut
Yg dijelasin di video adalah pemikiran Tan Malaka banget, pemikiran yg di masanya banyak pertentangan dr Agamawan dan penganut tradisi terutama Jawa Jgn2 nama "Malaka" di chanel ini diambil dr nama Tan Malaka Overall video2 di channel ini bagus, memberikan kita kesempatan untuk bebas berpikir Auto subscribe
moral meneruskan nilai etis, etika😄 sejatinya manusia itu bermoral, dalam pengaruh; maka muncullah sebuah nilai estetika di dalam hidup semangat ber-nalar🤓
Terima kasih vlog nya 🙏🏻🥰👍🏻 Kita perlu hati-hati dalam membahas dan menyimpulkan MORAL. Apabila dicerna oleh hati nurani yang belum jernih, atau dicerna oleh manusia yang masih mengutamakan EGO, walau tanpa sadar… bisa SALAH KAPRAH. Membenarkan yang salah, dengan alasan pembenaran atau menyalahkan yang benar, dengan alasan kepentingan. Sedangkan MORAL SEJATI, sumbernya dari The Universe, Pencipta Alam Semesta, Yang menghendaki kebaikan dan kebajikan, kedamaian, ketenteraman dan ketenangan semua makhluk, TANPA KECUALI Yang menghendaki tindakan kita, para makhluk ciptaan NYA, selalu membawa kedamaian dan kenyamanan bagi semua makhluk, tanpa kecuali. Walau hanya tindakan kecil. Misal : membuang sampah pada tempatnya, di mana pun, dan kapan pun. Tidak mau mengambil bukan HAK nya, walau sedikitpun, walau tidak terlihat, atau bahkan mampu dengan menggunakan kekuatan dan kekuasaan. Mari kita renungkan. 🙇♂️🙇♂️🙇♂️🙇♂️🙇♂️🙇♂️🙇♂️
Indonesia dengan segala macam manusia nya dan sudah banyak yang mempunyai gelar pendidikan tinggi, apakah masyarakat Indonesia mampu menjadikan moral dan science sebagai pedoman kehidupan? sedang ada suatu pepatah pemimpin yang baik dilahirkan dari masyarakat yang baik... bukankah pemimpin kita saat ini adalah contoh dari masyarakat Indonesia saat ini. sungguh dilematis hidup di negara yang kaya ini😊
Mampu menggali dalam hubungan DUA SISI, Intelektual & Moral sbg SATU kesatuan dibutuhkan manusia utk memperoleh ruang PERBEDAAN/ PERUBAHAN sbg sebuah KEBENARAN RELATIF serta ruang kebenaran mutlak yg dilarang utk kehidupan manusia.
Moral menghambat Mental, Mental menghambat Moral; Keduanya seimbang tidak berjalan/ jalan di tempat. Contohnya, Penjahat punya Moral kesenasiban dengan korban, itu menghambat Mental jahat untuk mencelakai yang senasib dengannya. Begitu pun sebaliknya, ( Selangkah lagi jadi Sofis "Bijak", paham Logical Fallacy dan Bias Cognitive ). 😂😅
Dalam kajian turats Islam di Pesantren, hal ini biasanya dipelajari dalam yurisprudensi Islam (ushul fiqh). Di ushul fiqh dijelaskan secara rinci dan perdebetan panjang tentang Hasan (baik) dan Qabih (buruk), mulai dari ranah sudut pandang hukum ataupun teologis..
@@2327354 gak seluruhnya bersifat ta'abudi. Ada juga ranah yg ta'aquli. Dan yang jelas, al hukmu yaduru 'ala illatihi.. (hukum berjalan sesuai alasan dibalik ketetapannya)
Masalahnya menjadikan moral sebagai pandangan materialis/kawedagan, belum tentu mampu jadi penahan/regulator ego setiap orang. Dan domino efek dibelakangnya.
analogi yg kliru, inti dr bawah merah itu hanya lapis kedua dr kulitnya. tiap hal itu ada ukuran kedalaman tertentu untuk menuju satu inti, tidak semua harus digali lebih dalam.
moral adalah perjanjian tidak tertulis di suatu tempat tertentu yg disepakati BERSAMA, bahwa hal itu TIDAK baik. Terciptanya atau hilangnya satu moral tertentu, memerlukan waktu yg panjang. nah DIANTARA waktu yg panjang itulah tergantung seberapa BANYAK orang yg pro/kontra yg menetukan satu moral itu hilang atau lestari. contoh: homo akan dianggap lumrah ketika banyak orang mendengungkan bahwa hal itu lumrah. (biasanya mereka menutupi dgn PRO dgn moral2 yg lain: santun sopan suka menolong tapi tetap bertujuan kampanye ngacengnya kesampaian) contoh orangnya tau sendirilah klean
Konon agama diciptakan untuk membuat damai tapi faktanya justru byk membuat peperangan dan menjadi sumber konflik sosial dan geopolitik di berbagai belahan di dunia. Yg dijunjung dlm setiap agama tdk pernah berniat mendirikan agama, mereka hanya menjadikan diri mereka teladan buat lingkungan masyarakatnya tp para pengikutnya akhirnya dg berbagai kepentingan (politik, bisnis, uang, kekuasaan) yg mendirikan agama demi motif/kepentingan tertentu Jangan menjebak diri kita dg dogma dan doktrin krn semua diri kita semuanya sama, jgn jd nabi buat orang lain jadilah nabi buat diri sendiri dulu, jangan jadi utusan buat orang lain jadilah utusan buat diri sendiri dulu. Kecerdasan Semesta sudah menciptakan setiap manusia sebagai bagianNya tapi kenapa manusia tidak menggunakan kecerdasan dan akal budiNya untuk mengkaji kehidupan melalui pengenalan akan diriNya sendiri karena barangsiapa mengenali diriNya niscaya dia akan mengenali Tuhan, bukan malah menerima begitu saja dogma dan doktrin yg diajarkan orang tua/tradisi/orang lain yg didapatkan secara turun temurun tanpa observasi terlebih dahulu, jika para tokoh di dalam agama menerima pencerahan buat diri mereka sendiri melalui meditasi/mengasingkan diri dari peradaban selama 40 hari sebelum akhirnya tercerahkan, bahwa diri mereka adalah diri bukan mereka sendiri, kehendak mereka bukan kehendak mereka sendiri melainkan mereka adalah percikan/bagian dari Tuhan (Kecerdasan Semesta) ketika mereka berhasil mengosongkan diri mereka dg meditasi/menyendiri 40 hari tsb, seharusnya setiap manusia jika ingin mendalami spiritualitas (bukan mendalami agama) juga melakukan hal yg sama yakni mengosongkan diri mereka dari ego, gengsi, sejarah latar belakang, pengalaman hidupnya selama ini,dll begitu manusia itu kosong niscaya makhluk itu akan tercerahkan olehNya. Saya sendiri bukan umat yg beragama karena tidak memeluk agama tertentu tapi sy juga tdk melabeli diri sy sbg ateis atau agnostik karena sy sangat yakin akan keberadaan Tuhan/Kecerdasan Semesta/Higher Power dan boleh dibilang sy hanya sebagai praktisi spiritualis, karena sebenarnya sangat jauh berbeda agama dg spiritualitas, agama diciptakan oleh manusia sedangkan spiritualis sejatinya setiap kita adalah makhluk spiritual yg sedang mengalami kehidupan jasmani di alam realitas 3 dimensi ini melalui kendaraan tubuhnya (karena dg tubuh dg 5 panca inderanya bisa merasakan pengalaman di alam 3 dimensi yg terbatas ini). dan biasanya orang ber-agama belum tentu mengkaji dg benar dunia spiritualitas dan kebanyakan praktisi spiritualitas sejati yg sy kenal memang tidak memeluk agama tertentu. Di umur saya yg separuh abad lebih ini saya perhatikan justru lebih byk orang mengaku beragama yg malah 'kurang bermoral' dibandingkan dg mereka yg secara sadar tidak menganut agama tertentu, kebetulan sy juga memiliki pengalaman hidup lebih dari 10 tahun tinggal di eropa, di negara yg penduduknya byk tidak menganut agama (no religion affiliation) tapi kesadaran moral dan etikanya sangat tinggi di atas rata2, sebagai contoh ketika sy sedang ke toko, supermarket atau pom bensin, maka secara sadar otomatis kita mengantri sesuai dg kedatangan kita di tempat tsb, apalagi disana di pom bensi itu tidak ada petugas pom bensin yg membantu mengisi bahan bakar ke kendaraan kita, semuanya dilakukan oleh konsumen secara mandiri, klo di Indonesia sering kita lihat, mau di Indomaret bahkan di pom bensin sering terjadi bahkan viral videonya di medsos, ibu2 pakai hijab nyerobot di pom bensin atau nyela antrian di supermarket, ditegur bukannya minta maaf malah marah2 :D Begitu juga saat kita naik kendaraan umum, baik itu Tram, Metro, Kereta maupun Bus, jika kita yg duduk di kendaraan umum dan secara sadar dan melihat ada penumpang yg baru naik ternyata sudah berumur atau wanita yg sedang hamil maka otomatis kita akan berdiri dan mempersilahkan mereka untuk duduk di bangku kita, belom lagi kesadaran membuang sampah, orang2 disana sangat disiplin dg membuang sampah, 10 tahun disana hampir tdk pernah sy melihat ada orang dalam mobil membuang sampah keluar jendela, baik itu bungkus permen kecil atau bahkan kresek sampah, saat kita makan di restoran cepat saji pun sama, semua sampah dan tray bekas makan kita otomatis secara sadar kita kembalikan ke tempatnya dan meninggalkan meja makan kita dalam keadaan bersih. sangat jauh berbeda dg moral dan etika bermasyarakat yg ada di Indonesia yg justru mengaku sbg negara religius/beragama, jadi moral dan agama itu dua hal yg berbeda, orang bermoral tinggi terbukti belum tentu memiliki agama dan orang beragama belum tentu memiliki moral yg baik. Orang yg mengaku beragama masih sering menghina, konflik bahkan melakukan tindak kekerasan dan ujaran kebencian kpd orang lain, bahkan melarang orang lain yg berbeda agama untuk beribadah, sampai terjadinya peperangan juga dilakukan oleh pemimpin negara/wilayah yg mengaku diri orang beragama. Bahkan dalam melakukan hal kebaikanpun mereka sebenarnya mereka melakukan untuk agenda/kepentingan diri mereka sendiri (supaya dapat pahala, untuk membayar dosa, agar terhindar dari siksa api neraka, supaya dilihat orang lain rohani, agar Tuhan memberkati mereka 10x lipat,dsb) coba saja buktikan, jika anda seorang muslim tiba2 datang orang mengetuk rumah anda dan meminta sumbangan untuk panti asuhan Kristen atau bahkan sumbangan untuk mendirikan Gereja, apa reaksi dan respon anda? Atau jika anda seorang nasrani dan tiba2 datang orang yg minta sumbangan untuk pendirian madrasah atau masjid? Bagaimana respon anda, apakah anda bisa membantu dg tulus hati dan sukacita? Jika seorang spiritualis maka anda akan selalu melatih dan mengingatkan diri bahwa semua ciptaan itu adalah bagianNya tanpa memandang dari agama apa, suku dan ras apapun tapi semuanya adalah (bagian) diriNya jadi saat dia membantu sebenarnya dia bukan membantu orang lain tapi sedang membantu diriNya sendiri, karena semua ciptaan adalah bagian dari diriNya, bukan hanya manusia, hewan, tumbuh2an pun sama merupakan bagian dari diriNya. Semoga dg sedikit berbagi bisa membantu kita yg membaca, sadar dan tercerahkan. Salam Rahayu 🙏
Sedikit menambahkan Referensi.... Buku The Genealogy of Morality versi Bahasa Indonesianya: Genealogi Moral. Buku karya Nietzsche - Ngomongin moral sampe puyeng, kurang lengkap rasanya kalau melewatkan buku ini. Buku ini memblejeti konsep moral sampai akar akarnya yang manusia pahami dan percayai sampai sekarang.... Akan dibagi dua klasifikasi oleh Nietzsche: Moralitas Tuan dan Moralitas Budak. Distingsi moral ini yang kemudian menyebabkan adanya Penguasaan Manusia terhadap Manusia lainnya. Termasuk penguasaan akan Tradisi terhadap kelompok masyarakat tertentu.
Moral bersamaan dengan Peradaban. Kalau peradaban berubah ya moral lama akan sulit diterapkan dengan peradaban yang terbaru. Tapi saya yakin, Moral terdahulu lebih terbukti kebaikan nya dr pd moral jaman sekarang.
Moral zaman dahulu terbukti efektif di zaman tersebut, kalau beda zaman harus dianalisa lagi moralnya apakah “masih”efektif. Saya pernah menyaksikan seseorang memberikan sesuatu lewat tangan kiri sempat ditegur oleh orang lain yaitu orang tua, padahal baik pihak yang memberi dan yang menerima tidak mempermasalahkan hal tsb, yg bermasalah adalah orang tua itu yang memandang itu sebagai moral yang kurang baik, disinilah kadang sebagai pemicu masalah yang sebenarnya tidak ada tadinya gara-gara masalah moral si orang tua yang tidak ada kaitannya dengan dua orang yang memberi dan menerima sesuatu.
@@acmshrmnjika suatu saat terjadi krisis pangan berat, sda rusak, bumi rusak, sehingga sulit mendapatkan sumber makanan, maka org makan org itu bisa jadi dibenarkan secara moral.. kalo sudut pandang relativisme moral itu bisa terjadi
🎯 Key Takeaways for quick navigation: 00:00 🤔 *Moral Dilemmas and the Concept of Right or Wrong* - Exploring moral perspectives on various actions and their alignment with personal or societal principles. - The differentiation between moral judgments (good/bad) and factual truth (right/wrong). 01:23 🌍 *Variability of Moral Standards Across Cultures* - Discussion on how moral values can differ significantly among individuals, cultures, or religions. - Examples illustrating that what is considered immoral in one culture might be acceptable or even praised in another. 03:02 📚 *Origins and Evolution of Moral Principles* - Examination of the sources of moral principles, including tradition, religious teachings, and adopted laws. - The practical utility of moral principles for human survival and societal development, illustrated with examples like food taboos. 05:04 🔄 *Reevaluating Morals in Modern Contexts* - The impact of scientific and technological advancements on the relevance of traditional moral principles. - Case study on natural contraception methods in African cultures and their relevance today. 06:28 🧠 *The Interplay Between Scientific Thinking and Moral Values* - Clarification that scientific thinking does not provide moral guidance but can inform moral decisions. - The role of scientific understanding in evolving or discarding outdated moral principles for better societal outcomes. Made with HARPA AI
Pernah kepikiran klo child free suatu ketika jadi "moral baru". Disclaimer dulu, saya bukan teolog, mahasiswa ilmu agama atau semacamnya. Ini hanya opini pribadi, dan saya akan senang kalau ada diskusi yang terjadi. Ketika overpopulasi lebih banyak menimbulkan masalah, perintah "beranak cuculah dan bertambah banyaklah, penuhilah seluruh bumi dst." (Tebak dari kitab apa hehe), rasanya harus ditafsirkan secara lain. Barangkali konteks ketika perintah itu turun adalah zaman kuno di mana manusia membutuhkan banyak sumber daya untuk mempertahankan dirinya. Butuh orang untuk mengolah ladang, berburu, mempertahankan diri dari serbuan kelompok lain, dst. Kalau di zaman sekarang, hal-hal itu barangkali sudah tidak relevan lagi, karena manusia sudah sangat banyak dan memenuhi seluruh bumi. Alih-alih menguntungkan, kalau itu terus berlangsung dan pada akhirnya menjadi berlebihan, menurut saya kok malah jadi "dosa baru". Daya dukung bumi menurun, lingkungan semakin rusak, jejak karbon meningkat. Manusia sendiri yg merugi, dan merugikan orang lain juga dosa bukan?
kalau pendapat saya moral childfree itu tergantung pada suatu kelompok (negara) tertentu di masa sekarang. Jadi gabisa dibilang relevan ataupun ga relevan. Kita omongin secara general, sebut saja Jepang, jepang sekarang sedang krisis populasi karena banyak warganya yang ingin childfree, karena ngurus anak itu ribet, mungkin mereka terpapar moral childfree ini dari kultur barat. Pertanyaannya, apakah moral childfree ini relevan di jepang? ofc no, karna pada dasarnya moral itu ada untuk survive. Tapi berbeda halnya kalau di India, apakah moral childfree relevan? yes, karena india sendiri sedang mengalami overpopulation. Jadi kita tarik kesimpulan moral ditentukan oleh kesepakatan kelompok / penguasa kelompok tersebut. Nah sekarang yang jadi pertanyaan, apakah moral ini berlaku untuk individual atau kelompok dan apakah pandangan orang yang berbeda dari masyarakat lain dianggap ga bermoral??
Fakta itu memang aspek fundamental bagi manusia, tapi gak perlu OVERRATED juga... Terlalu fokus kepada FAKTA membuat hilangannya nuansa, konteks, dan makna dari suatu peristiwa atau situasi. Fakta saja tidak cukup untuk menjelaskan mengapa sesuatu terjadi, bagaimana dampaknya, dan apa implikasinya. Fakta juga bisa disajikan dengan cara yang bias atau menyesatkan, sehingga perlu ditafsirkan dengan kritis dan komprehensif. Fakta juga tidak bisa menyelesaikan konflik atau perbedaan pendapat yang melibatkan perasaan atau prinsip. Fakta juga tidak bisa menjamin kebenaran atau keadilan dari suatu tindakan atau keputusan. Fakta saja tidak bisa memberikan inspirasi atau kreativitas untuk mencari solusi atau alternatif baru. Menyia-nyiakan peluang untuk belajar, berkembang, dan berinovasi. Fakta juga tidak bisa memberikan umpan balik atau evaluasi untuk meningkatkan kinerja atau hasil. Fakta juga tidak bisa memberikan tantangan atau dorongan untuk mengatasi kesulitan atau hambatan.
Memang ada kondisi seperti yang anda sampaikan, namun intinya harus balance: antara abtract & konkrit, antara idealism & empiricism, dengan pendekatan dialektika@@Itsmesmileyface
@@arusirham3761saya bantu jawab, karena atheistme konsep moral nya tidak jelas (relatif). Malah cenderung pragmatis. Ketika kita menemukan realitas itu hanya dalam bentuk persaingan ; yang kuat yang bertahan., ya kita akan sekuat tenaga untuk lebih kuat dari yang lain., akibatnya ; kepedulian menjadi hambar., kekalahan kompetisi hanya dipandang sebagai ketidakmampuan padak akhirnya - bukan pada konteks ketidak berdayaan.,
Sama halnya dengan orang Indonesia yang percaya kalo hantu keluar malem-malem tapi, sedangkan kalo kita taruh 1 orang Indonesia itu buat tinggal di Greenland sewaktu musim panas, yang notabenenya _the sun never sets,_ apakah perspektifnya akan berubah setelah melihat realita yang dia alami? Apakah dia akan "mendekonstruksi moral" tentang tidak keluar malam karena hantu pun keluar? Salah satu hal yang gue suka dari pertamakali kita sebagai spesies menemukan scientific method, adalah bisa mengatakan kalo gue ngga tau. Bukan seperti pada "belief system" yang meng-claim kalau _the answer is my claim._
Yang saya tangkap Moral itu terbentuk karena mayoritas menormalkan suatu kegiatan itu dan sejalan dengan pikiran mereka,jadi jika lain pikiran/jalan ya di anggap tidak bermoral
nah dengan pengertian tersebut, ada indikasi bahwa moral itu bisa berubah-ubah mengikuti zaman.. tapi sayangnya beberapa (atau bahkan hampir semua) ajaran kepercayaan menyaklekkan moralitas, kalo dilarang yaudah dilarang sampe kiamat.. pensaklekan ini menimbulkan problem yg justru menyebabkan ajaran kepercayaan kian hari kian ditinggalkan karena ketidak-relevanannya dalam mengikuti perkembangan zaman.. jadi kalo ada LARANGAN agama yg sering dilakukan masyarakat itu bukan tanda-tanda mau kiamat, tapi emang ajarannya aja yg udah gak bisa dipake di dunia modern ini.. gampangnya begitu
@@mujib6623 kurangnya cuma masyarakat kita itu tidak mau memahami perkembangan zaman,zaman maju pikirannya yang jadul..kita itu terjebak dengan kata nostalgia jadi perkembangan zaman itu seakan di hambat dan tidak mau menerima hal baru
Hanya menyarankan untuk membaca buku At Tafkir ( Hakikat Berfikit) karangan pendiri Hizbut Tahrir, Taqiyudin An Nabhani.. disana ada pembahasa metode berfikir ilmiah dan metode berfikir rasional. Ada perbedaan dalam penggunaan kedua metode berfikir tersebut. Setelah mengetahui hakikat berfikir, bisa dilanjutkan untuk membahas secara rasional pertanyaan mendasar manusia, darimana dia berasal, untuk apa dia hidup, setelah itu mau kemana secara rasional. Pondasi pembahasan moral bisa muncul dari jawaban pertanyaan mendasar tersebut. IMHO
Moral itu relatif Bisa jadi standard tapi klo itu rusak maka dibuat kalkulasi kembali Misalnya di daerah saya ada slogan "Sitou timou tumou tou" Tapi ada ranah moral yang absolut itulah realitas yang kuat atau Firman ALLAH New world order bisa di ubah tergantung pemenang perang Tapi essensi dari realitas / realitas sesungguhnya tidak mampu kita ubah hanya TUHAN dengan kuasanya
Pada akhirnya kita akan menjadi kabur, antara yang disebut berilmu dan berpengetahuan., Banyak sufi yang menyatakan ; Ilmu pengetahuan yang tidak bisa mengarahkan kita pada suatu kebenaran hakiki (dalam konteks islam ; menemukan eksistensi Tuhan), , bukan lah ilmu pengetahuan., melainkan sebatas informasi yang terverifikasi., karena kebenaran, tidak lagi menjadi basis dari pembangunan ilmu pengetahuan itu sendiri. Sehingga pengetahuan yang sekedar eksploratif ini, hanya menjadi alat utk mengeksploitasi antara satu dengan yang lainnya. Contoh fenomenal nya ; penemuan rumus e=mc2 yg menjadi dasar pembuatan bom atom yang membunuh puluhan ribu orang jepang di hirosima & nagasaki. Atau fenomena penemuan bubuk mesiu yang menghantarkan kekaisaran ottoman menjadi negara adidaya selama 3 abad lamanya. Dan sayangnya., penemuan2 tersebut tidak membuat peradaban menjadi lebih baik., dan malah cenderung mundur mengarah kepada hal2 yang bersifat negatif. Peradaban modern ; dunia objektifikasi (saintifik) yang cenderung mekanistik. Hanya melahirkan pembenaran atas setiap perilaku. Dan sayangnya, pembenaran2 tersebut hanya dapat di nikmati oleh sebagian kecil manusia yang jumlahnya hanya 1% saja.
@@semenlaut6682 saya rasa seperti itu om., begitu pun sebaliknya, Bertuhan hanya sekedar utk membangkitkan diferensiasi perilaku terhadap sesama manusia, tidak lebih baik dari orang yang tidak percaya tuhan sama sekali. Tuhan kami menganggapnya itu sebagai bentuk jual-beli keyakinan dengan harga yang sangat murah.,
Kata mistika disini seolah yg hrs dibuang melulu yg terkait agama. Pdhal moral per se itupun sebetulnya secara ontologis tdk ada selain interaksi antara ranah estetik dan ranah politik. Ambil contoh misalnya persaingan sehat. Bull shit persaingan sehat dibikin utk menutupi realitas material bhw kau tdk akan bisa menumpuk kekayaan kecuali dari awal kau punya privilej trtentu. Bhw ada satu dua yg berhasil, tdk prnah disorot apa yg ada di bwh karpet, tdk prnh diceritakan siapa yg kebagian cuci piring kotor, tdk prnh dibicarakan brp bnyk manusia yg diperes keringatnya dan dihisap nilai lbh kerjanya utk kau sampai ke posisi itu
sebagai negara yg mayoritas penduduknya onya religiusutas, moral moral mistika kyk gt akan ttp ada dan melekat, moral mistika kyk gini akan lebih dipercayai dan di imani, mungkin disatu sisi mematikan nalar sientifi dan meningkatkan ilmu cocokologi, tp disatu sisi bhkan bs lebih efektif di masyarakat untuk mencegah keburukan, misalkan saja kalau ada pemuka agama yg bilang "akan ada satu golongan yg tidak akan masuk surga, yaitu orang orang yg tidak peduli terhadap kelestarian lingkungan, yg membuang sampah sembarangan, yang mengekploitasi alam secara berlebihan dan tidak melakukan tindakan penyelamatan alam, sungguh mereka mereka ini adalah orang yg paling merugi, yg ibadahnya sampai mati akan sia sia dan tidak diterima, sungguh kasian orang orang seperti ini", sayangnya ini hnya contoh
terimakasih buat mba cannia dan tim malaka. bagiku ini adalah trigger lainnya yg diberikan malaka project untukku agar mencari dan memperdalamnya ke beberapa lini. namun, jika diperhatikan saya khawatir para pengikut malaka seakan2 tau segalanya dan merendahkan yg lainnya
Berfikir secara realitas atau scientific thinking secara tidak langsung menganggap bahwa prinsip moral itu tidak ada. Moral itu berbicara tentang baik buruknya sesuatu , dan prinsip dari moral adalah adat atau tradisi yang memiliki tujuan tertentu. Yang menjadi masalah apakah moral itu masih relevan dalam mencapai tujuan itu. Dan apabila seorang itu bisa berpikir secara realitas harapannya bisa membangun moral
mbaknya cantik. niatnya baik. btw; "relativitas" dan "moral" tidak bisa digabungkan dalam satu frasa; "moral" dan "norma" itu berbeda; budaya atau tradisi, adalah berbeda dengan adat, dan juga berbeda dengan moral. ;kalau ingin menggunakan kata "mistika", baiknya kita paham dulu dengan aktivitas mistik. supaya kita tidak mencampur-adukkan semua yg seharusnya tidak dicampur aduk. karena kalau kita mencampur adukkan segala yg sesungguhnya tidak nyambung, maka tidak ada lagi profesi yg lebih hebat, dan mulia dan berguna tanpa cela, selain menjadi politisi. 🙏
Kata mistika di situ cuman sambungan dari logika mistika madilog kok hehe gak dibahas di video ini😁 Ya emang betul adat, tradisi, dan moral berbeda. Gak ada yg bilang itu sama🙏🏻 Tapi adat dan tradisi bisa menjadi salah satu sumber moral orang/kelompok orang. Nah, sekarang coba disebutkan aja contoh konkretnya membedakan itu ngaruh ya di mana dengan keberagaman moral? Kenyataannya memang standar baik-buruk masyarakat itu berbeda-beda.
wah.. mbaknya mau ngerespon 😀🙏 jujur mbak, aku gugup, karena menjelaskan ini tidak mudah. apalagi untuk orang dewasa yg terpelajar. apalagi untuk yg sudah mengimani semacam ideologi tertentu. ini dimensinya luas. tapi kucoba deh. semoga mbaknya mau rendah hati untuk coba memahami penjelasanku yg takkan mungkin mencukupi dalam kolom komentar: moral itu bukan bahasa kita mbak. moral itu belum terartikulasikan dengan baik oleh bahasa kita. moral adalah penunjuk tempat, atau spot, atau lokasi -- yang maknanya melingkupi aspek cara berpikir, cara menjalani hidup, berikut budaya pun adatnya. tapi hanya bisa digunakan atas-dan-untuk tempat, atau spot atau lokasi itu saja. kalau dalam bahasa kita, mungkin kata "moral" bisa diumpamakan seperti kata "adat". "adat batak" atau "adat jawa". adakah adat batak bisa relatif? adakah adat jawa bisa relatif? dia hanya bisa menjadi adat jawa barat, adat jawa timur, atau adat jawa barat. tidak bisa menjadi "relatif". //tapi adat dan tradisi bisa menjadi salah satu sumber moral orang/sekelompok orang// tidak mbak. karena adat dan tradisi include di dalam moral. bukan "sumber". //Nah, sekarang coba sebutkan saja contoh konkretnya membedakan itu ngaruhnya dimana dengan keberagaman moral// setiap tempat memang beda mbak. maka itu saran saya jangan berbudaya menanam pisang di padang gurun, karena gak tumbuh mbak.
Moral yang terbaik yaitu moral yang disandarkan pada agama(Islam) karena dia akan berdampak baik pada jangka pendek dan panjang, hingga panjang sekali (surga/neraka). Siapa sih yang lebih tahu tentang manusia kalau bukan tuhan? Makanya Alquran ada sebagai hidayah dan pedoman hidup manusia di dunia. Sandarkan perbuatanmu pada itu, bukan pada naluri, opini orang, adat istiadat dan hukum/UU yang berlaku, karena jika disandarkan pada hal itu maka tidak akan mencakup jangka waktu yang tadi. Cat: mengapa saya juga bilang hukum? Contoh hukum di Amerika memperbolehkan seks bebas(setahu saya) hukum itu berasal dari persetujuan rakyat (kedaulatan di tangan rakyat/demokrasi) maka akan cacat jika standar perbuatan kita disandarkan pada hukum/uu Cat: standar² perbuatan yg lain bisa saja beririsan dengan standar perbuatan agama...
@@zanezane9375 kita buktikan kebenaran agamanya🤣 Edit: karena menurut saya, semua agama mengajarkan yang baik cmn tdk semua agama benar(kesesuaian realita/fakta)
Moral itu sifatnya Relatif jdi jika di Dasarkan pada 1 aspek itu sangat rancu karna moral itu tergantung doktrin yang ad dan berlaku di Masyarakat Dan juga Catatan setiap Agama itu ttp memegang teguh aspek moralitas, kembali lagi Moral itu relatif tergantung di mana dia di tempatkan
Words are the most important thing. Kata itu memengaruhi pola pikir dan karakter kita. Semakin sedikit kosakata dalam otak kita maka karakter dan pola pikir kita semakin sempit dan sederhana seperti manusia purba kita akan berlaku seperti makhluk primitif. Kalo orang gak tahu beda antara talking dengan speaking maka kita nggak ada bedanya dengan manusia primitif. Makanya negara Wakanda kacau karena orang2nya cuman talking bahkan chirping. Itulah kenapa orang pintar akan selalu melihat orang bodoh aneh demikian juga sebaliknya
Terkadang persepsi miskonsepsi. Orang salah memperkirakan bahwa Robin Hood mencuri uang orang kaya kemudian membagikannya ke orang miskin. Padahal yg sebenarnya terjadi adalah pihak kerajaan yg terlebih dulu merampas harta orang miskin, nah Robin Hood hanya ingin mengambilnya kembali, makanya orang salah punya persepsi bahwa dia pencuri. Itulah asal muasal senjata yg sering dipakai orang jahat namanya Playing Victim. Senjata yg sering dipakai kaum perempuan chaaaaaaks
PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN INI MENURUT MORAL SAUDARA Tuhan memerintahkan : Patuhi perintah orang tua mu! Ayah : kirim surat ini ke Andi! Ibu : Bakar surat itu! Hanya ada satu jawaban yang benar. Apa yang harus dilakukan oleh anak? A. Mengirimkan surat ke Andi B. Membakar surat C. Bertanya kepada ayah D. Bertanya kepada Ibu E. Curhat kepada Andi
Moralitas memiliki sifat tidak bebas nilai sebab, moral kebanyakan terbentuk dari adat istiadat, agama, ego dll. Namun, apabila prinsip realitas ini ikut turut andil dalam pembentukan moral apakah moralitas dapat menjadi bebas nilai? Sebab, yang kita tahu bahwa prinsip realitas itu terbentuk berdasarkan science yang mana science itu bebas nilai.
Morality is about good things if you want to discuss about bad things you should use the term of amorality. But the problem is good and bad shaped by every individuals perceptions
Ada teori yg bilang, Babi diharamkan di Timur Tengah karena konsumsi air yg banyak, jika populasi Babi meningkat atau bahkan diternakkan, akan mengancam kehidupan manusia karena kompetisi dalam memperebutkan air yg sangat terbatas saat itu.
Tergantung. Kalo Islam jelas karna ikut2an Yahudi dan Kristen Timur. Kalo Yahudi ga jelas karna apa. Larangan mengonsumsi babi itu adanya d Imamat 11 dan Ulangan 14. Dua kitab ini pada awalnya terbatas pada kalangan Imam Bani Israil, bukan untuk umum. Jadi yg tau alasannya cuma minoritas Bangsa Israil, mayoritas nya ga tau. Tapi kalo menurut Francesca Stavrakopoulou, alasannya simple karna gaya hidup babi yg cenderung jorok. Udah itu aja.
Baik buruk, benar salah dua hal berbeda, standar nilai moral tolak ukurnya bukan benar salah tapi baik buruk, jika benar salah itu terkait dengan realitas kebenaran atau bahasanya gua lupa epistem kalo gasalah, dulu gua baca dibuku siapa ya, ada epistem, etika, sama estetik, ini beda beda. Untuk ngukur apakah baik dan benar ada yg namanya SNM, Standar Nilai Moral, sesuatu dikatakan baik dan buruk itu dihitung dari jumlah manfaat/Merugikan yg diakibatkan dari perilaku atau perbuatan tsb
bgmn pendapatnya atau menurut mba cania citta ttg konten sara wijayanto yg sarat mistika, nah itu mundur atau maju, itu membangun karakter anak bangsa atau menghancurkan, penjelasannya sy ucapkan terima kasih
Untuk editor video ini, atau video lainya saya mau saran. Audio dari video ini dan beberapa video lain menurut saya terlalu pelan, mungkin bisa di ditambah lagi volumenya
perbedaan moral di berbagai negara bisa berpengaruh terhadap developing/developed negara itu sendiri ga sih? dan kalo negara berkembang ingin mengadopsi moral yang dianut di negara maju apakah bisa mempercepat proses berkembangnya negara tersebut atau malah menghambat karena perbedaan moral yang akan dianut dengan moral yang sudah ada? ada yang bisa bantu jawab mungkin...
sejujurnya ini cukup menjijikan jika penciptaan/perubahan moralitas ditujukan untuk pertumbuhan ekonomi semata. Tp hal itu terjadi, dan memang berdampak pd pertumbuhan ekonomi, jika memang indikator negara maju hanya dilihat dr ekonomi. bbrp contoh: - Revolusi seksual yg terjadi di amerika tahun 1969, dmn hal2 yg berkaitan dgn seks yg sblmnya dianggap tabu menjadi normal seprrti lgbt & seks bebas. Revolusi ini menjadi tonggak berdirinya industri pornografi, kondom, dll -Feminisme. Di masyarakat tradisional umunnya perempuan mayoritas waktunya hanya berada di rumah sehingga lebih sedikit terekspose oleh iklan. Dgn merevolusi moral perempuan, agar enggan menjadi ibu rumah tangga, telah menghasilkan lonjakan ekonomi karena target market semakin meluas yg semulanya hanya didominasi oleh laki2, semenjak saat itu diwarnai oleh perempuan. Yg gk kalah menjijikannya adalah, feminisme digunakan lg oleh industri rokok, bahwa merokok adalah simbol dr kebebasan perempuan dr sistem patriarki, dgn mengesampingkan dampak buruk bagi kesehatan wanita dan janin. -individualisme. individualisme adalah lawan dr masyarakat kolektif. paham ini berpandangan kurang lebih setiap individu adalah bebas. Paham ini mengglorifikasi hasrat untuk tampil beda, pengaruhnya adalah setiap rumah memiliki desain yg berbeda2, setiap kamar didesain sesuai warna atau abnd favorit. hal ini kontras dgn budaya tradisional seperti kampung naga, dmn desain setiap rumah hrs sama agar tdk ada kecemburuan sosial.
skrg woke culture lbh ganas lg. ada individu yg mengidentifikasi dirinya sbg sapi, burung atau hewan lainnya. asumsi gua, ini terkait dgn industri rekayasa genetik di masa depan. jd saat ini yg direvolusi manusianya dulu agar industri rekayasa genetik mendapatkan pasarnya di masyarakat.
intinya moral relitivisme akan menciptakan masyarakat yg fleksibel tanpa resisten akan perubahan moral (yg biasanya perubahan itu terjadi secara artificial bukan natural). Hal itu sangat erat kaitannya dengan revolusi industri, dmn para kapitalis ini selalu menginginkan lebih. pada satu titik, ekonomi akan stagnan. cara memacunya adalah dgn menciptakan beragam revolusi sosial yg akan merubah moralitas suatu masyarakat. Pada masyarakat yg menganut moral relativisme yg paling dirugikan adalah kemanusiaan itu sendiri, krn akan selalu jd kelinci percobaan hanya untuk hasrat ekonomi kapitalis.
Semoga komentar ini tidak mendatangkan perdebatan. Semoga ini menjadi referensi baik bagi siapa saja termasuk diri kami pribadi. Mohon ijin menanggapi, Bagi orang-orang yang beriman dan mengimani suatu agama, patokan moral itu sebenarnya sudah jelas. dalam bahasa agama kami, moral ini telah di buku kan dan diceritakan dalam berbagai kisah. bab yang membahas moral adalah "akhlak", dan perilaku yang berhubungan dengan akhlak adalah "Ketaqwaan". Taqwa Artinya, melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. ini artinya percaya bahwa semua tindak tanduk nya selalu di awasi oleh Tuhan. Inilah kemudian yang menjadi parameter orang-orang beriman dalam berperilaku. Bagi orang-orang yang beriman batas-batas mana yang boleh dan tidak boleh, mana yang baik dan mana yang lebih baik itu juga sudah dijelaskan secara detail. Sekali lagi ini bagi orang-orang yang beriman. Orang yang beriman, tidak perlu bingung mana yang baik dan mana yang buruk karena, agama yang diyakini telah mengajarkan semuanya. hanya saja memang kemudian tidak semua orang beragama mempelajari dan memahami ilmu agamanya. Bagi orang yang beriman, konsep dosa dan pahala adalah hal yang sangat bermanfaat. yang membantu memperjelas, apabila melanggar akan mendapatkan hukuman, dan apabila taat akan mendapatkan ganjaran. sekali lagi bagi orang beriman, tidak perlu bingung karena ilmu-ilmu moral sudah dibuat standar nya harus seperti apa, harus bagaimana. Berbeda dengan hukum negara, atau hukum adat, yang keduanya tercipta dari manusia. orang-orang beriman percaya pada hukum yang berasal dari Tuhan. dan orang-orang beriman, meyakini manusia tidak dapat mengubah hukum Tuhan, sehingga standar moral yang di tetapkan Tuhan itu sudah jelas dan pasti. sekali lagi hanya kemudian, tidak semua orang beragama mau mempelajari dan memahami Ilmu agamanya. Terimakasih, semoga tulisan ini bisa menjadi referensi bagi kita semua. sedangkan salah satu adab dalam menuntut ilmu adalah untuk menghindari perdebatan.
Ya. Thankyou sudah mewakilkan bang. Bagi siapapun yang membaca komen ini, saya mau bilang kalo di kami yang beragama Islam, standart moral itu sudah jelas tertulis dalam Alqur'an dan sunnah² nabi. Tidak ada pergeseran nilai moral dimana pun kami berada, dan seperti apapun perkembangan dunia. Ia tetap relevan disepanjang masa disepanjang tempat. hanya saja sebahagian kami ada yg mendalami dan sebahagian tidak. Intinya kami berlandaskan pada dosa dan pahala.
Salah ga sih klo saya bilang moral itu terbentuk dari cara sebuah komunitas atau kumpulan org memandang untung rugi? Contohnya kyk usaha untuk menghindari "conflict of interest". Ketika seorang guru mempunyai anak, kepala sekolah membuat aturan klo anak guru ini tidak boleh ada di kelas yang org tuanya menjadi wali kelas di sana. Karena takutnya penilaian si guru terhadap anaknya akan bias karena satu dan lain hal. Untuk menghindari "kerugian" berupa terhambatnya tujuan kegiatan kbm, maka dibuatlah aturan tsb. Juga demi mencapai "keuntungan" yaitu objektivitas guru dalam menilai murid2nya karena semua muridnya statusnya sama rata, "orang asing" semua.
Mora poligami. Pada jaman dulu masyarakat arab sangat gemar berpoligami bahkan itu lumrah dan bagian dari budaya mereka. Poligami ini sangat bermanfaat bagi bangsa arab pada saat itu di karenakan faktor sumber daya alam yang minim mengakibatkan kematian karna kelaparan tinggi kalau orang yang punya sumber daya yang cukup berpoligami maka ini bisa menyelamatkan bangsa arab dari kepunahan selain sumber daya alam kepunahan bangsa arab juga tinggi akibat suhu panas di siang hari yang exstrim dan suhu dingin di malam hari yang ekstrim selain itu ada juga penyebab lain yaitu peperangan sesama bangsa arab yang beda suku. Tapi munculnya nabi muhammad poligami seolah di persulit dengan di batasi 4 istri saja dan itu pun harus bisa berlaku adil. Ini karena nabi muhamad telah merombak budaya arab sehingga poligami mulai tidak relevant karna kematian karna kelaparan telah berhasil di atasi. Dan peperangan antar suku arab dan bangsa lainnya juga mulai berkurang karna perlahan lahan bangsa arab di persatukan oleh semangat keislaman
Ah masa. Nabi Muhammad sendiri istrinya 9 (riwayat lain 11) dan beliau jg tdk menetapkan batas untuk jumlah ma malakat aimanukum (budak) sehingga org yg punya budak banyak bisa hohohihi dgn lebih dr 4 perempuan. D tambah lg, misal ada laki2 udah punya istri 4. Dia tgl mentalak istrinya 3x maka otomatis cerai, dan si laki2 bisa mencari istri baru sehingga jumlah perempuan yg dia "genjot" seumur hidupnya bisa lebih dari 4. Metode terakhir ini d pakai oleh Al-Hasan bin Ali (cucu Nabi), sampai beliau d gelari "Abu Mitlaq".
Sorry nih, tp gua rada tersinggung. Ini kenapa gua sampe skarang ngeliat media kiri ga begitu efektif. Dalam perspektif sos-pol, sampe hari ini men-champion-kan tradisi dekolonialisasi. Seberapa sering sih kita mengkritik 'daftar pustaka' kita sendiri? Ketika Tan Malaka memframe 'logika mistika', apakah dia sudah hatam dengan objek kritikannya; apa fair jika semua pola pikir 'kritis' itu dimonopoli dengan perkembangan perspektif akademi barat? Tapi gua yakin kita semua setuju bahwa kesimpulan apapun idealnya bersifat interdisipliner. Jangan salah sangka, di sini gua ga sedang menggiring ke arah pasifisme seperti yg sedang terjadi sekarang lho, ya. Tapi aneh aja ketika orang mengelu2kan 'zaman' dengan segala hegemoninya (ketidakterhindarkannya industrialisasi, media, globalisasi, et.c) sedang kerusakan alam dan manusia terjadi di saat ini juga dan seakan kita secara budaya harus 'adjust' diri(moral) kita ke polar itu. Kurang interdisipliner apa ketika orang dididik untuk motong kuku di atas tumbuhan, yang ternyata kebiasaan itu bagus untuk pertumbuhan tanaman/tumbuhan itu? Ketika mayat dibakar, hama2 terusir, abunya bisa menjadi pupuk, dan kita tidak kehabisan lahan? Mirisnya, kalian membiarkan dikotoki bahwa moral, pikiran dan logika adalah hal2 yg terpisah dan berdiri sendiri; di sini lu memposisikan yg satu lebih influential dari yg lain lagi.
Loh itu bukan dikotomi, bang...... ini gua cuman ngebedain aja. Justru gue mendorong supaya pikiran dan logika dipake buat mengkonstruk moral, bukan mistika alias ujuk-ujuk, gak jelas tujuannya apa, dan gak jelas gimana dia mencapai tujuan itu.
Di kultur masyarakat tradisional, tidak percaya hal-hal berbau klenik itu sudah bisa dituduh tidak bermoral, karena standard moral yang digunakan untuk melakukan penilaian adalah standard agama/kepercayaan/adat, di mana "percaya pada kekuatan gaib" adalah bagian dari kebenaran yang disakralkan bersama-sama.
Nah, berbeda lagi jika berada di kultur masyarakat modern. Percaya terhadap hal-hal klenik itu mungkin akan jadi bahan lelucon, karena standard penilaian tentang moral didasarkan pada logika saintifik.
Gesekan antar kultur masyarakat ini terjadi dimana-mana. Satu sama lain bisa jadi saling menuding sebagai sumber keburukan yang terjadi dalam suatu komunitas.
Relativisme moral adalah pandangan bahwa penilaian moral benar atau salah hanya jika dikaitkan dengan sudut pandang tertentu (misalnya, sudut pandang suatu budaya atau periode sejarah) dan tidak ada sudut pandang yang secara unik diistimewakan dibandingkan sudut pandang lainnya.
Hehehe malah moral itu absolut dan objektiv, buktinya setiap agama, peradaban, kebudayaan, dan orang dunia berpendapat korupsi itu salah dan buruk. Setiap agama, peradaban, kebudayaan , dan orang dunia berpendapat korupsi salah dan buruk, maka pastinya ada otoritas dan standar moral yang obsolut dan objektiv. Jika moral itu gak absolut(relativ) dan objektif(subjektiv), maka logikanya ada sebagian agama, peradaban, kebudayaan , dan orang sehat dunia berpendapat korupsi itu benar dan baik. Tapi permasalahan dan pertanyaannya, apakah ada agama, peradaban, kebudayaan , dan orang sehat dunia berpendapat korupsi itu benar dan baik apabila moral itu gak absolut dan objektiv? 😂🙏
Orang cenderung akan bersikap netral dan obyektif kalau hal2 ini tidak menggangu drinya atau tidak pernah terjadi pada dirinya. Akan beda ceritanya kalau hal itu terjadi ke dirinya sendiri. Contoh: Mencuri dari si kaya untuk dibagikan ke orang miskin. Bagi orang kaya yang kerja beneran dan jujur, lalu tiba2 hartanya dicuri, jelas akan melihat orang yang mencuri memiliki moral yang buruk. Bagi orang yang hanya mendengar atau membaca peristiwa tadi, bisa jadi netral atau bahkan setuju dengan hal itu. Bagi orang miskin yang tidak tahu asal harta yang dibagikan tadi, akan melihat orang yang membagikannya sebagai pahlawan.
Semangat terus kak cania, terimakasih malaka projeck telah menjalankan amant UUD , Mencerdaskan kehidupan bangsa.semoga bertahan lama dan terus mengedukasi & menginspirasi
Terima kasih banyaak dukungannya untuk karya aku dan Malaka Project yaa🙂
pada saat itu saya lihat video penurunan Presiden Soeharto lewat Yt disana ada Wiranto & Prabowo yang dicap sebagai pelanggar HAM berat. namun setelah itu pada pemilu Megawati bersandeng dengan Prabowo(paslon nomer 1), pada saat perhitungan cepat 2014 yang memenangkan Jokowi disana beliau bersama Wiranto menyanyikan Indonesia raya.
dari situ saya memiliki pemikiran bahkan orang terjahat pun bisa bergabung yang dianggaap kita baik. BTW saya ingin mengutip kata Guru Gembul "pak Harto melakukan itu karena nafas zamannya seperti itu" terlepas pak Wiranto dan Prabowo memiliki catatan HAM berat, mereka sebagai perajurit bersumpah untuk tunduk terhadap keputusan atasan mereka.
pada saat ini juga demokrasi kita bermasalah dan ternyata tidak hanya dinegara kita yang mengalami itu, ternyata demokrasi di dunia lagi bermasalah apakah saat ini "Nafas Zamaannya untuk demokrasi dipermainkan ?"
Menarik, kalo dari pengamatan gw saat ini, hal yang perlu kita perhatikan lagi adalah apa penyebab demokrasi jadi bermasalah? Jika hanya satu tempat yang bermasalah kita bisa sebut itu sebagai error teknis, tapi jika hampir disemua negara demokrasi saat ini demokrasinya bermasalah apakah bisa kita sebut spontan bahwa ada hal yang membuat seluruh pemimpin pemimpin dunia mengharuskan untuk mengintervensi demokrasi?
apakah memang demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik? Apakah ini bisa jadi awal mula sistem pemerintahan berevolusi mengikuti kebutuhan zamannya?
@@SayyamMaskurmenurutku sekarang memang ini eranya demokrasi dan sistem republik, nilai moral yang umum sekarang melihat semua orang punya posisi hak & kewajiban yang sama. Barangkali di masa depan eranya bakal bergeser ke arah absolutisme, feodal, ataupun anarki berbarengan dengan nilai moralnya.
Rumusnya:
Moral yang benar itu harusnya tidak bertentangan dengan logika, kebenaran saintifik, ethics.
Masalahnya tidak banyak orang yg cukup pandai untuk mikir/berlogika (bukan truth seeker, tidak kritis, capek duluan sama pekerjaan lain).
Institusi akademik yg mewakili riset saintifik bisa jadi bias dikarenakan berbagai insentif terutama DUIT.
Ethics itu didasarkan kepada empati dan integritas. Sedangkan banyak manusia yg empatinya nihil dan/atau gapunya integritas.
Banyak yg cuma punya empati kpd orang yg satu kelompok saja, misalnya.
Banyak yg cerdas mikirnya tapi gapunya empati.
Banyak yg gelar akademiknya banyak tapi sombong, jadinya tidak kritis dan tidak punya empati, bahkan tidak punya integritas.
Mau menilai apa moral yg baik / buruk itu peer sekali bagi manusia.
Adanya firman/petunjuk Ilahi adalah sebuah anugerah karena kalo kita manusia dibiarkan bikin moralitas sendiri dari nol yg ada kita udah punah dari jaman baheula.
Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.
Wasalam.
Btw keep up the good work, team!👍
jika dikatakan moral yang benar tidak bertentangan dengan logika itu benar, namun yang jadi pertanyaannya logika mana yang dianggap sebagai logika yang "benar" misalnya aja ada yang bilang vegan itu secara logika benar tapi di lain sisi ada juga yang bilang vegan itu tolol
kita udh gk lagi hidup di jaman pewahyuan krn moralitas itu, terutama yg berlaku universal, harus bisa didiskusikan berdasarkan data & perkembangan sains terbaru. konsep moral berdasarkan pewahyuan ini bisa berbahaya karena dibebankan kepada siapapun sdgkan yg nerima cm satu orang.
@@parkjul718 "harus bisa didiskusikan berdasarkan data & perkembangan sains terbaru"? Bukankah dengan demikian berarti moralitas ditentukan oleh institusi yang mengendalikan keilmuan? Ingat, penelitian itu banyak yang dipesan. Sudah jadi rahasia umum bahwa dalam lembaga riset terdapat banyak kecurangan. Terlebih jika proses eksperimen, wawancara, atau observasi tersebut tidak boleh disebarluaskan.
Sedangkan jika moralitas ditentukan oleh wahyu (bukan oleh paus), jelas bahwa moralitas tersebut bertujuan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang ideal, bukan untuk memenuhi kepentingan segelintir orang. Karena moralitas ada untuk membatasi keinginan manusia, bukan untuk melancarkan keinginan penguasa.
Moralitas mistika ada untuk kepentingan manusia, tidak heran bahwa orang yang tidak mengikutinya memiliki hidup yang tidak bahagia. "Lalu, kenapa Finlandia menjadi negara paling bahagia?" Balik lagi ke paragraf satu, penelitian banyak yang dipesan untuk memenuhi suatu tujuan, dan tujuan di sini adalah untuk membuktikan bahwa negara-negara barat memiliki kehidupan yang lebih bahagia. Sedangkan, jika kita merujuk ke penelitian-penelitian lain, dapat dilihat bahwa negara-negara barat memiliki tingkat depresi dan bunuh diri yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang relatif lebih religius (cari datanya satu-satu, karena kalo lu nyarinya visualisasi data di peta dunia, jelas tingkat depresi di dunia barat angkanya dikerdilkan).
Dengan mengikuti relativisme moral, Anda dengan sukarela dibodohi oleh para Paus Modern.
Kebebasan kita terbatas dengan kebebasan orang lain
Proses pengambilan keputusan yang bernilai moralitas itu kan melibakan proses kognitif yang panjang dengan berbagai perhitungan dan pertimbangannya masing-masing.
Nah kadang proses ini yang tidak dipahami oleh mereka yang langsung menilai tanpa memahami mengapa sebuah keputusan diambil.
Lebih parahnya lagi kadang proses penilaian terhadap sebuah pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak lain dengan point of view yang berbeda namun sengaja diciptakan untuk mendapatkan approval dari pihak lain dan dianggap sebagai nilai kebenaran.
Maka sebetulnya memahami itu lebih kompleks daripada menilai. Memahami itu melepas nilai (mengambil jarak), melakukan proses dekonstruksi, kemudian memberikan pemaknaan akan pengambilan keputusan (merekonstruksi) setelah mengerti proses mengapa sebuah keputusan diambil. Menilai tanpa memahami ya prosesnya tidak melibatkan proses dekonstruksi tadi.
Pertanyaan saya, lebih penting mana; pemahaman realitas yang memungkinkan proses dekonstruksi moral, atau menjalankan moral itu sendiri tanpa mempedulikan realitas yang berbeda? Ketika membahas hukum sebagai turunannya ini bisa jadi proses diskusi yang menarik.
Moral bisa didekonstruksi ketika tujuan dari moral tsb. sudah tercapai. Misal, sapi jd dibolehkan utk dimakan di suatu negara ketika jml sapi sudah sangat banyak, sedangkan tujuan dari moral tsb adalah supaya sapi masih ttp eksis. Maka moral bisa didekonstruksi ulang menuju tujuan moral yg baru, karna tujuan lama sdh tercapai. Tujuan dari moral adalah untuk suatu tujuan "baik" bukan untuk "merubah" realitas, karna terkadang realitas itu tidak baik utk dijalankan dan harus diubah dg moral.
senang kalau konten malaka project yang bawain kak Cania Citta, pembawaan nya bagus, mudah dipahami, jelas cara penyampaian nya, the best lah publik speaking kak Cania🙌🏻
waktu memaparkan contoh menggunakan pelarangan memakan sapi, jadi teringat bahwa yang dikatakan oleh Cania persis dengan isi buku yang berjudul "Sapi, Babi, Perang dan Tukang Sihir" karya Marvin Harris, bahwa kehadiran sapi sangat diperlukan dan diuntungkan bagi negara India.
Namun, dengan ketergantungan dengan hewan Sapi ini, muaranya dapat sampai pada eksploitasi sapi.
Sumpah, bahagia banget akhirnya ketemu orang-orang seperti Kak Cania & tim Malaka Project
Gak beda2 banget sich
Sesimpel
"Lakukan Apa yg Engkau kehendaki Orang Lain melakukannya thdpmu, dan Jangan Lakukan Apa yg Engkau tidak kehendaki Orang Lain Melakukannya Terhadapmu!"
- Kong Tzu -
Itu sama aja subjective. Kalo yang lu suka di perlakukan a makanya lu memperlakukan gw a. Ternyata gw gak suka di perlakukan a gw sukanya di pelakukan b. Dan gw anggap lu seenaknya karena memperlakukan gw dengan sudut pandang lu. See moral itu subjective.
Sangat berbahaya memang kutip kutip quotes tanpa di interpretasi maknanya secara substansif
moral punya beragam sudut pandang dan ada beberapa yg bersifat relevan dalam kurung waktu tertentu sebagai contoh orang dulu bila melakukan mau mengadakan suatu acara harus mengikuti segala ajaran budaya dan bisa jadi tanpa proses dicerna atau dipahami tujuannya untuk apa, dgn adanya keterbukaan informasi dan pengetahuan buat kita bisa mem filter dari hal tersebut
Yg dijelasin di video adalah pemikiran Tan Malaka banget, pemikiran yg di masanya banyak pertentangan dr Agamawan dan penganut tradisi terutama Jawa
Jgn2 nama "Malaka" di chanel ini diambil dr nama Tan Malaka
Overall video2 di channel ini bagus, memberikan kita kesempatan untuk bebas berpikir
Auto subscribe
Ya memang
Chanel ini dinamakan Malaka karena dia berasal dari malaka
moral meneruskan nilai etis, etika😄
sejatinya manusia itu bermoral, dalam pengaruh; maka muncullah sebuah nilai estetika di dalam hidup
semangat ber-nalar🤓
Terima kasih vlog nya 🙏🏻🥰👍🏻
Kita perlu hati-hati dalam membahas dan menyimpulkan MORAL.
Apabila dicerna oleh hati nurani yang belum
jernih,
atau dicerna oleh manusia yang masih mengutamakan EGO,
walau tanpa sadar…
bisa SALAH KAPRAH.
Membenarkan yang salah,
dengan alasan pembenaran
atau menyalahkan yang benar,
dengan alasan kepentingan.
Sedangkan MORAL SEJATI,
sumbernya dari The Universe,
Pencipta Alam Semesta,
Yang menghendaki kebaikan dan kebajikan,
kedamaian, ketenteraman dan ketenangan semua makhluk,
TANPA KECUALI
Yang menghendaki tindakan kita, para makhluk ciptaan NYA,
selalu membawa kedamaian dan kenyamanan bagi semua makhluk, tanpa kecuali.
Walau hanya tindakan kecil.
Misal :
membuang sampah pada tempatnya, di mana pun, dan kapan pun.
Tidak mau mengambil bukan HAK nya,
walau sedikitpun,
walau tidak terlihat,
atau bahkan mampu dengan menggunakan kekuatan dan kekuasaan.
Mari kita renungkan.
🙇♂️🙇♂️🙇♂️🙇♂️🙇♂️🙇♂️🙇♂️
Moral standar sudah dibekali pada setiap manusia yg baru lahir, yg kemudian membuat mereka saling berbeda dibentuk mutlak oleh budaya & pengetahuan
Kebahagian menjadi hal yang utama sebagai tujuan moral, dan untuk mempertahankannya harus berperilaku hidup bernalar
Indonesia dengan segala macam manusia nya dan sudah banyak yang mempunyai gelar pendidikan tinggi, apakah masyarakat Indonesia mampu menjadikan moral dan science sebagai pedoman kehidupan? sedang ada suatu pepatah pemimpin yang baik dilahirkan dari masyarakat yang baik... bukankah pemimpin kita saat ini adalah contoh dari masyarakat Indonesia saat ini. sungguh dilematis hidup di negara yang kaya ini😊
Mampu menggali dalam hubungan DUA SISI, Intelektual & Moral sbg SATU kesatuan dibutuhkan manusia utk memperoleh ruang PERBEDAAN/ PERUBAHAN sbg sebuah KEBENARAN RELATIF serta ruang kebenaran mutlak yg dilarang utk kehidupan manusia.
Moral menghambat Mental,
Mental menghambat Moral;
Keduanya seimbang tidak berjalan/ jalan di tempat.
Contohnya,
Penjahat punya Moral kesenasiban dengan korban, itu menghambat Mental jahat untuk mencelakai yang senasib dengannya.
Begitu pun sebaliknya,
( Selangkah lagi jadi Sofis "Bijak", paham Logical Fallacy dan Bias Cognitive ).
😂😅
Moralitas barometernya harus Spiritual Murni.Spiritual yg melampaui Logika Manusia,
Dalam kajian turats Islam di Pesantren, hal ini biasanya dipelajari dalam yurisprudensi Islam (ushul fiqh). Di ushul fiqh dijelaskan secara rinci dan perdebetan panjang tentang Hasan (baik) dan Qabih (buruk), mulai dari ranah sudut pandang hukum ataupun teologis..
Saya rasa beda sih, beberapa larangan dalam Islam Islam itu sifatnya taabudi, gak melihat
Konteks. Makan babi misalnya.
@@2327354 gak seluruhnya bersifat ta'abudi. Ada juga ranah yg ta'aquli. Dan yang jelas, al hukmu yaduru 'ala illatihi.. (hukum berjalan sesuai alasan dibalik ketetapannya)
@@2327354sepakat. In the end Islam, sama seperti agama abrahamik lain, menjunjung absolutisme moral.
@@2327354 sepakat
Kajian turats isinya cuma qila wa qala.
Masalahnya menjadikan moral sebagai pandangan materialis/kawedagan, belum tentu mampu jadi penahan/regulator ego setiap orang. Dan domino efek dibelakangnya.
Kak cania sangat hati hati dalam food taboo,😅
Sebenarnya kalau Cania nyebut babi pun malah banyak orang yg familiar dengan binatang itu 😂
@@faktaSegar iya tapi dia ngasi contoh sapi(biar aman)
nyebut b4bi takut ada yg kesinggung, biasanya umatnya baperan
@@putuperdiwahyudi2380mungkin di Ind*a dilarang makan daging Sapi
Menjustifikasi moral bagaikan bawang merah
Semakin dalam kita tahu, semakin bijak kita dalam menentukan penilaian
analogi yg kliru, inti dr bawah merah itu hanya lapis kedua dr kulitnya.
tiap hal itu ada ukuran kedalaman tertentu untuk menuju satu inti, tidak semua harus digali lebih dalam.
Dibuka dengan relativitas moral, ditutup dengan objektivitas moral.
Berpikir itu mudah bukannn🙆🏻♀️
@@cania_citta bukaaannn
moral adalah perjanjian tidak tertulis di suatu tempat tertentu yg disepakati BERSAMA, bahwa hal itu TIDAK baik.
Terciptanya atau hilangnya satu moral tertentu, memerlukan waktu yg panjang.
nah DIANTARA waktu yg panjang itulah tergantung seberapa BANYAK orang yg pro/kontra yg menetukan satu moral itu hilang atau lestari.
contoh: homo akan dianggap lumrah ketika banyak orang mendengungkan bahwa hal itu lumrah. (biasanya mereka menutupi dgn PRO dgn moral2 yg lain: santun sopan suka menolong tapi tetap bertujuan kampanye ngacengnya kesampaian)
contoh orangnya tau sendirilah klean
Konon agama diciptakan untuk membuat damai tapi faktanya justru byk membuat peperangan dan menjadi sumber konflik sosial dan geopolitik di berbagai belahan di dunia.
Yg dijunjung dlm setiap agama tdk pernah berniat mendirikan agama, mereka hanya menjadikan diri mereka teladan buat lingkungan masyarakatnya tp para pengikutnya akhirnya dg berbagai kepentingan (politik, bisnis, uang, kekuasaan) yg mendirikan agama demi motif/kepentingan tertentu Jangan menjebak diri kita dg dogma dan doktrin krn semua diri kita semuanya sama, jgn jd nabi buat orang lain jadilah nabi buat diri sendiri dulu, jangan jadi utusan buat orang lain jadilah utusan buat diri sendiri dulu.
Kecerdasan Semesta sudah menciptakan setiap manusia sebagai bagianNya tapi kenapa manusia tidak menggunakan kecerdasan dan akal budiNya untuk mengkaji kehidupan melalui pengenalan akan diriNya sendiri karena barangsiapa mengenali diriNya niscaya dia akan mengenali Tuhan, bukan malah menerima begitu saja dogma dan doktrin yg diajarkan orang tua/tradisi/orang lain yg didapatkan secara turun temurun tanpa observasi terlebih dahulu, jika para tokoh di dalam agama menerima pencerahan buat diri mereka sendiri melalui meditasi/mengasingkan diri dari peradaban selama 40 hari sebelum akhirnya tercerahkan, bahwa diri mereka adalah diri bukan mereka sendiri, kehendak mereka bukan kehendak mereka sendiri melainkan mereka adalah percikan/bagian dari Tuhan (Kecerdasan Semesta) ketika mereka berhasil mengosongkan diri mereka dg meditasi/menyendiri 40 hari tsb, seharusnya setiap manusia jika ingin mendalami spiritualitas (bukan mendalami agama) juga melakukan hal yg sama yakni mengosongkan diri mereka dari ego, gengsi, sejarah latar belakang, pengalaman hidupnya selama ini,dll begitu manusia itu kosong niscaya makhluk itu akan tercerahkan olehNya.
Saya sendiri bukan umat yg beragama karena tidak memeluk agama tertentu tapi sy juga tdk melabeli diri sy sbg ateis atau agnostik karena sy sangat yakin akan keberadaan Tuhan/Kecerdasan Semesta/Higher Power dan boleh dibilang sy hanya sebagai praktisi spiritualis, karena sebenarnya sangat jauh berbeda agama dg spiritualitas, agama diciptakan oleh manusia sedangkan spiritualis sejatinya setiap kita adalah makhluk spiritual yg sedang mengalami kehidupan jasmani di alam realitas 3 dimensi ini melalui kendaraan tubuhnya (karena dg tubuh dg 5 panca inderanya bisa merasakan pengalaman di alam 3 dimensi yg terbatas ini). dan biasanya orang ber-agama belum tentu mengkaji dg benar dunia spiritualitas dan kebanyakan praktisi spiritualitas sejati yg sy kenal memang tidak memeluk agama tertentu.
Di umur saya yg separuh abad lebih ini saya perhatikan justru lebih byk orang mengaku beragama yg malah 'kurang bermoral' dibandingkan dg mereka yg secara sadar tidak menganut agama tertentu, kebetulan sy juga memiliki pengalaman hidup lebih dari 10 tahun tinggal di eropa, di negara yg penduduknya byk tidak menganut agama (no religion affiliation) tapi kesadaran moral dan etikanya sangat tinggi di atas rata2, sebagai contoh ketika sy sedang ke toko, supermarket atau pom bensin, maka secara sadar otomatis kita mengantri sesuai dg kedatangan kita di tempat tsb, apalagi disana di pom bensi itu tidak ada petugas pom bensin yg membantu mengisi bahan bakar ke kendaraan kita, semuanya dilakukan oleh konsumen secara mandiri, klo di Indonesia sering kita lihat, mau di Indomaret bahkan di pom bensin sering terjadi bahkan viral videonya di medsos, ibu2 pakai hijab nyerobot di pom bensin atau nyela antrian di supermarket, ditegur bukannya minta maaf malah marah2 :D Begitu juga saat kita naik kendaraan umum, baik itu Tram, Metro, Kereta maupun Bus, jika kita yg duduk di kendaraan umum dan secara sadar dan melihat ada penumpang yg baru naik ternyata sudah berumur atau wanita yg sedang hamil maka otomatis kita akan berdiri dan mempersilahkan mereka untuk duduk di bangku kita, belom lagi kesadaran membuang sampah, orang2 disana sangat disiplin dg membuang sampah, 10 tahun disana hampir tdk pernah sy melihat ada orang dalam mobil membuang sampah keluar jendela, baik itu bungkus permen kecil atau bahkan kresek sampah, saat kita makan di restoran cepat saji pun sama, semua sampah dan tray bekas makan kita otomatis secara sadar kita kembalikan ke tempatnya dan meninggalkan meja makan kita dalam keadaan bersih. sangat jauh berbeda dg moral dan etika bermasyarakat yg ada di Indonesia yg justru mengaku sbg negara religius/beragama, jadi moral dan agama itu dua hal yg berbeda, orang bermoral tinggi terbukti belum tentu memiliki agama dan orang beragama belum tentu memiliki moral yg baik.
Orang yg mengaku beragama masih sering menghina, konflik bahkan melakukan tindak kekerasan dan ujaran kebencian kpd orang lain, bahkan melarang orang lain yg berbeda agama untuk beribadah, sampai terjadinya peperangan juga dilakukan oleh pemimpin negara/wilayah yg mengaku diri orang beragama. Bahkan dalam melakukan hal kebaikanpun mereka sebenarnya mereka melakukan untuk agenda/kepentingan diri mereka sendiri (supaya dapat pahala, untuk membayar dosa, agar terhindar dari siksa api neraka, supaya dilihat orang lain rohani, agar Tuhan memberkati mereka 10x lipat,dsb) coba saja buktikan, jika anda seorang muslim tiba2 datang orang mengetuk rumah anda dan meminta sumbangan untuk panti asuhan Kristen atau bahkan sumbangan untuk mendirikan Gereja, apa reaksi dan respon anda? Atau jika anda seorang nasrani dan tiba2 datang orang yg minta sumbangan untuk pendirian madrasah atau masjid? Bagaimana respon anda, apakah anda bisa membantu dg tulus hati dan sukacita? Jika seorang spiritualis maka anda akan selalu melatih dan mengingatkan diri bahwa semua ciptaan itu adalah bagianNya tanpa memandang dari agama apa, suku dan ras apapun tapi semuanya adalah (bagian) diriNya jadi saat dia membantu sebenarnya dia bukan membantu orang lain tapi sedang membantu diriNya sendiri, karena semua ciptaan adalah bagian dari diriNya, bukan hanya manusia, hewan, tumbuh2an pun sama merupakan bagian dari diriNya. Semoga dg sedikit berbagi bisa membantu kita yg membaca, sadar dan tercerahkan.
Salam Rahayu 🙏
Sedikit menambahkan Referensi.... Buku The Genealogy of Morality versi Bahasa Indonesianya: Genealogi Moral. Buku karya Nietzsche - Ngomongin moral sampe puyeng, kurang lengkap rasanya kalau melewatkan buku ini. Buku ini memblejeti konsep moral sampai akar akarnya yang manusia pahami dan percayai sampai sekarang.... Akan dibagi dua klasifikasi oleh Nietzsche: Moralitas Tuan dan Moralitas Budak. Distingsi moral ini yang kemudian menyebabkan adanya Penguasaan Manusia terhadap Manusia lainnya. Termasuk penguasaan akan Tradisi terhadap kelompok masyarakat tertentu.
Moral bersamaan dengan Peradaban. Kalau peradaban berubah ya moral lama akan sulit diterapkan dengan peradaban yang terbaru. Tapi saya yakin, Moral terdahulu lebih terbukti kebaikan nya dr pd moral jaman sekarang.
Contohnya? Perbudakan?
d ulti @@IMADUDDINISME
"wong saya suka kok" 😂
Moral zaman dahulu terbukti efektif di zaman tersebut, kalau beda zaman harus dianalisa lagi moralnya apakah “masih”efektif. Saya pernah menyaksikan seseorang memberikan sesuatu lewat tangan kiri sempat ditegur oleh orang lain yaitu orang tua, padahal baik pihak yang memberi dan yang menerima tidak mempermasalahkan hal tsb, yg bermasalah adalah orang tua itu yang memandang itu sebagai moral yang kurang baik, disinilah kadang sebagai pemicu masalah yang sebenarnya tidak ada tadinya gara-gara masalah moral si orang tua yang tidak ada kaitannya dengan dua orang yang memberi dan menerima sesuatu.
@@acmshrmnjika suatu saat terjadi krisis pangan berat, sda rusak, bumi rusak, sehingga sulit mendapatkan sumber makanan, maka org makan org itu bisa jadi dibenarkan secara moral.. kalo sudut pandang relativisme moral itu bisa terjadi
Tujuan. Realitas. Moral. Asesmen.
NETRALITAS YANG TERSELUBUNG DAN DI PERHALUS.❤
Sesat
@@Sigse00000apanya yang sesat!!"LOL"
Lo aja yang GK logis dan raisonal, apakah spiritual anda tersinggung/tidak menerima.😂
@@amaziakristanto2301 kata terselubung dll itu tdk jlas, kl tdk jlas maka sesat
@@Sigse00000 😂
🎯 Key Takeaways for quick navigation:
00:00 🤔 *Moral Dilemmas and the Concept of Right or Wrong*
- Exploring moral perspectives on various actions and their alignment with personal or societal principles.
- The differentiation between moral judgments (good/bad) and factual truth (right/wrong).
01:23 🌍 *Variability of Moral Standards Across Cultures*
- Discussion on how moral values can differ significantly among individuals, cultures, or religions.
- Examples illustrating that what is considered immoral in one culture might be acceptable or even praised in another.
03:02 📚 *Origins and Evolution of Moral Principles*
- Examination of the sources of moral principles, including tradition, religious teachings, and adopted laws.
- The practical utility of moral principles for human survival and societal development, illustrated with examples like food taboos.
05:04 🔄 *Reevaluating Morals in Modern Contexts*
- The impact of scientific and technological advancements on the relevance of traditional moral principles.
- Case study on natural contraception methods in African cultures and their relevance today.
06:28 🧠 *The Interplay Between Scientific Thinking and Moral Values*
- Clarification that scientific thinking does not provide moral guidance but can inform moral decisions.
- The role of scientific understanding in evolving or discarding outdated moral principles for better societal outcomes.
Made with HARPA AI
Pernah kepikiran klo child free suatu ketika jadi "moral baru".
Disclaimer dulu, saya bukan teolog, mahasiswa ilmu agama atau semacamnya. Ini hanya opini pribadi, dan saya akan senang kalau ada diskusi yang terjadi.
Ketika overpopulasi lebih banyak menimbulkan masalah, perintah "beranak cuculah dan bertambah banyaklah, penuhilah seluruh bumi dst." (Tebak dari kitab apa hehe), rasanya harus ditafsirkan secara lain. Barangkali konteks ketika perintah itu turun adalah zaman kuno di mana manusia membutuhkan banyak sumber daya untuk mempertahankan dirinya. Butuh orang untuk mengolah ladang, berburu, mempertahankan diri dari serbuan kelompok lain, dst.
Kalau di zaman sekarang, hal-hal itu barangkali sudah tidak relevan lagi, karena manusia sudah sangat banyak dan memenuhi seluruh bumi. Alih-alih menguntungkan, kalau itu terus berlangsung dan pada akhirnya menjadi berlebihan, menurut saya kok malah jadi "dosa baru". Daya dukung bumi menurun, lingkungan semakin rusak, jejak karbon meningkat. Manusia sendiri yg merugi, dan merugikan orang lain juga dosa bukan?
kalau pendapat saya moral childfree itu tergantung pada suatu kelompok (negara) tertentu di masa sekarang. Jadi gabisa dibilang relevan ataupun ga relevan.
Kita omongin secara general, sebut saja Jepang, jepang sekarang sedang krisis populasi karena banyak warganya yang ingin childfree, karena ngurus anak itu ribet, mungkin mereka terpapar moral childfree ini dari kultur barat. Pertanyaannya, apakah moral childfree ini relevan di jepang? ofc no, karna pada dasarnya moral itu ada untuk survive. Tapi berbeda halnya kalau di India, apakah moral childfree relevan? yes, karena india sendiri sedang mengalami overpopulation.
Jadi kita tarik kesimpulan moral ditentukan oleh kesepakatan kelompok / penguasa kelompok tersebut.
Nah sekarang yang jadi pertanyaan, apakah moral ini berlaku untuk individual atau kelompok dan apakah pandangan orang yang berbeda dari masyarakat lain dianggap ga bermoral??
Fakta itu memang aspek fundamental bagi manusia, tapi gak perlu OVERRATED juga... Terlalu fokus kepada FAKTA membuat hilangannya nuansa, konteks, dan makna dari suatu peristiwa atau situasi. Fakta saja tidak cukup untuk menjelaskan mengapa sesuatu terjadi, bagaimana dampaknya, dan apa implikasinya. Fakta juga bisa disajikan dengan cara yang bias atau menyesatkan, sehingga perlu ditafsirkan dengan kritis dan komprehensif.
Fakta juga tidak bisa menyelesaikan konflik atau perbedaan pendapat yang melibatkan perasaan atau prinsip. Fakta juga tidak bisa menjamin kebenaran atau keadilan dari suatu tindakan atau keputusan.
Fakta saja tidak bisa memberikan inspirasi atau kreativitas untuk mencari solusi atau alternatif baru. Menyia-nyiakan peluang untuk belajar, berkembang, dan berinovasi. Fakta juga tidak bisa memberikan umpan balik atau evaluasi untuk meningkatkan kinerja atau hasil. Fakta juga tidak bisa memberikan tantangan atau dorongan untuk mengatasi kesulitan atau hambatan.
Memang ada kondisi seperti yang anda sampaikan, namun intinya harus balance: antara abtract & konkrit, antara idealism & empiricism, dengan pendekatan dialektika@@Itsmesmileyface
FAKTA sendiri harus diperjelas apakah itu fakta historis, fakta aktual, fakta konseptual, dll@@Itsmesmileyface
@@Itsmesmileyface wow wow pelan2 pa haji. Kok ateisme d kaitkan dgn woke, depresi, dan Amerika.
@@arusirham3761saya bantu jawab, karena atheistme konsep moral nya tidak jelas (relatif). Malah cenderung pragmatis. Ketika kita menemukan realitas itu hanya dalam bentuk persaingan ; yang kuat yang bertahan., ya kita akan sekuat tenaga untuk lebih kuat dari yang lain., akibatnya ; kepedulian menjadi hambar., kekalahan kompetisi hanya dipandang sebagai ketidakmampuan padak akhirnya - bukan pada konteks ketidak berdayaan.,
@@DendiRyadi oh gitu.. punteun pernyataan mas itu sumber nya dr mana ya? Saya sejauh ini baca buku2 org ateis belum nemu argumen yg demikian..
Sama halnya dengan orang Indonesia yang percaya kalo hantu keluar malem-malem tapi, sedangkan kalo kita taruh 1 orang Indonesia itu buat tinggal di Greenland sewaktu musim panas, yang notabenenya _the sun never sets,_ apakah perspektifnya akan berubah setelah melihat realita yang dia alami? Apakah dia akan "mendekonstruksi moral" tentang tidak keluar malam karena hantu pun keluar?
Salah satu hal yang gue suka dari pertamakali kita sebagai spesies menemukan scientific method, adalah bisa mengatakan kalo gue ngga tau. Bukan seperti pada "belief system" yang meng-claim kalau _the answer is my claim._
Sepakat
Nah itu cikal bakal politikk
Cania mania mantap!!
Yang saya tangkap Moral itu terbentuk karena mayoritas menormalkan suatu kegiatan itu dan sejalan dengan pikiran mereka,jadi jika lain pikiran/jalan ya di anggap tidak bermoral
nah dengan pengertian tersebut, ada indikasi bahwa moral itu bisa berubah-ubah mengikuti zaman.. tapi sayangnya beberapa (atau bahkan hampir semua) ajaran kepercayaan menyaklekkan moralitas, kalo dilarang yaudah dilarang sampe kiamat.. pensaklekan ini menimbulkan problem yg justru menyebabkan ajaran kepercayaan kian hari kian ditinggalkan karena ketidak-relevanannya dalam mengikuti perkembangan zaman..
jadi kalo ada LARANGAN agama yg sering dilakukan masyarakat itu bukan tanda-tanda mau kiamat, tapi emang ajarannya aja yg udah gak bisa dipake di dunia modern ini.. gampangnya begitu
@@mujib6623 kurangnya cuma masyarakat kita itu tidak mau memahami perkembangan zaman,zaman maju pikirannya yang jadul..kita itu terjebak dengan kata nostalgia jadi perkembangan zaman itu seakan di hambat dan tidak mau menerima hal baru
Hanya menyarankan untuk membaca buku At Tafkir ( Hakikat Berfikit) karangan pendiri Hizbut Tahrir, Taqiyudin An Nabhani.. disana ada pembahasa metode berfikir ilmiah dan metode berfikir rasional. Ada perbedaan dalam penggunaan kedua metode berfikir tersebut.
Setelah mengetahui hakikat berfikir, bisa dilanjutkan untuk membahas secara rasional pertanyaan mendasar manusia, darimana dia berasal, untuk apa dia hidup, setelah itu mau kemana secara rasional. Pondasi pembahasan moral bisa muncul dari jawaban pertanyaan mendasar tersebut. IMHO
Moral itu relatif
Bisa jadi standard tapi klo itu rusak maka dibuat kalkulasi kembali
Misalnya di daerah saya ada slogan "Sitou timou tumou tou"
Tapi ada ranah moral yang absolut itulah realitas yang kuat atau Firman ALLAH
New world order bisa di ubah tergantung pemenang perang
Tapi essensi dari realitas / realitas sesungguhnya tidak mampu kita ubah hanya TUHAN dengan kuasanya
Pada akhirnya kita akan menjadi kabur, antara yang disebut berilmu dan berpengetahuan.,
Banyak sufi yang menyatakan ; Ilmu pengetahuan yang tidak bisa mengarahkan kita pada suatu kebenaran hakiki (dalam konteks islam ; menemukan eksistensi Tuhan), , bukan lah ilmu pengetahuan., melainkan sebatas informasi yang terverifikasi., karena kebenaran, tidak lagi menjadi basis dari pembangunan ilmu pengetahuan itu sendiri. Sehingga pengetahuan yang sekedar eksploratif ini, hanya menjadi alat utk mengeksploitasi antara satu dengan yang lainnya. Contoh fenomenal nya ; penemuan rumus e=mc2 yg menjadi dasar pembuatan bom atom yang membunuh puluhan ribu orang jepang di hirosima & nagasaki. Atau fenomena penemuan bubuk mesiu yang menghantarkan kekaisaran ottoman menjadi negara adidaya selama 3 abad lamanya.
Dan sayangnya., penemuan2 tersebut tidak membuat peradaban menjadi lebih baik., dan malah cenderung mundur mengarah kepada hal2 yang bersifat negatif. Peradaban modern ; dunia objektifikasi (saintifik) yang cenderung mekanistik. Hanya melahirkan pembenaran atas setiap perilaku. Dan sayangnya, pembenaran2 tersebut hanya dapat di nikmati oleh sebagian kecil manusia yang jumlahnya hanya 1% saja.
@@semenlaut6682 saya rasa seperti itu om., begitu pun sebaliknya, Bertuhan hanya sekedar utk membangkitkan diferensiasi perilaku terhadap sesama manusia, tidak lebih baik dari orang yang tidak percaya tuhan sama sekali. Tuhan kami menganggapnya itu sebagai bentuk jual-beli keyakinan dengan harga yang sangat murah.,
HADIR MENYIMAK YA MBAK..
Temen2 ada yg pernah baca buku “The Moral Landscape” oleh Sam Harris?
Bagus itu.. bisa dipake sebagai acuan mengkonstruksi moral hehe
Salah satu anggota the four horsemen 😍
bagusnya untuk volume audio disesuaikan dengan video lain, agar penonton tidak banyak mengatur volume audio
Bener salah ❌ baik buruk =
Kayak isi buku Righteous Mind
Kata mistika disini seolah yg hrs dibuang melulu yg terkait agama. Pdhal moral per se itupun sebetulnya secara ontologis tdk ada selain interaksi antara ranah estetik dan ranah politik. Ambil contoh misalnya persaingan sehat. Bull shit persaingan sehat dibikin utk menutupi realitas material bhw kau tdk akan bisa menumpuk kekayaan kecuali dari awal kau punya privilej trtentu. Bhw ada satu dua yg berhasil, tdk prnah disorot apa yg ada di bwh karpet, tdk prnh diceritakan siapa yg kebagian cuci piring kotor, tdk prnh dibicarakan brp bnyk manusia yg diperes keringatnya dan dihisap nilai lbh kerjanya utk kau sampai ke posisi itu
sebagai negara yg mayoritas penduduknya onya religiusutas, moral moral mistika kyk gt akan ttp ada dan melekat, moral mistika kyk gini akan lebih dipercayai dan di imani, mungkin disatu sisi mematikan nalar sientifi dan meningkatkan ilmu cocokologi, tp disatu sisi bhkan bs lebih efektif di masyarakat untuk mencegah keburukan, misalkan saja kalau ada pemuka agama yg bilang "akan ada satu golongan yg tidak akan masuk surga, yaitu orang orang yg tidak peduli terhadap kelestarian lingkungan, yg membuang sampah sembarangan, yang mengekploitasi alam secara berlebihan dan tidak melakukan tindakan penyelamatan alam, sungguh mereka mereka ini adalah orang yg paling merugi, yg ibadahnya sampai mati akan sia sia dan tidak diterima, sungguh kasian orang orang seperti ini", sayangnya ini hnya contoh
Video ini jadi omon-omon saja "jika" scientific thingking di gunakan untuk merubah/menggoyah/membenturkan moral yang telah di atur oleh agama.
terimakasih buat mba cannia dan tim malaka. bagiku ini adalah trigger lainnya yg diberikan malaka project untukku agar mencari dan memperdalamnya ke beberapa lini. namun, jika diperhatikan saya khawatir para pengikut malaka seakan2 tau segalanya dan merendahkan yg lainnya
Moral Tidak Mistik dan Moral adalah Akar bukan Etika adalah Batang Bukan Hukum adalah Buahnya Bukan Keadilan adalah Pohon
Berfikir secara realitas atau scientific thinking secara tidak langsung menganggap bahwa prinsip moral itu tidak ada. Moral itu berbicara tentang baik buruknya sesuatu , dan prinsip dari moral adalah adat atau tradisi yang memiliki tujuan tertentu. Yang menjadi masalah apakah moral itu masih relevan dalam mencapai tujuan itu. Dan apabila seorang itu bisa berpikir secara realitas harapannya bisa membangun moral
mbaknya cantik. niatnya baik.
btw; "relativitas" dan "moral" tidak bisa digabungkan dalam satu frasa; "moral" dan "norma" itu berbeda; budaya atau tradisi, adalah berbeda dengan adat, dan juga berbeda dengan moral.
;kalau ingin menggunakan kata "mistika", baiknya kita paham dulu dengan aktivitas mistik. supaya kita tidak mencampur-adukkan semua yg seharusnya tidak dicampur aduk.
karena kalau kita mencampur adukkan segala yg sesungguhnya tidak nyambung, maka tidak ada lagi profesi yg lebih hebat, dan mulia dan berguna tanpa cela, selain menjadi politisi.
🙏
Kata mistika di situ cuman sambungan dari logika mistika madilog kok hehe gak dibahas di video ini😁
Ya emang betul adat, tradisi, dan moral berbeda. Gak ada yg bilang itu sama🙏🏻
Tapi adat dan tradisi bisa menjadi salah satu sumber moral orang/kelompok orang. Nah, sekarang coba disebutkan aja contoh konkretnya membedakan itu ngaruh ya di mana dengan keberagaman moral?
Kenyataannya memang standar baik-buruk masyarakat itu berbeda-beda.
wah.. mbaknya mau ngerespon 😀🙏
jujur mbak, aku gugup, karena menjelaskan ini tidak mudah. apalagi untuk orang dewasa yg terpelajar. apalagi untuk yg sudah mengimani semacam ideologi tertentu. ini dimensinya luas. tapi kucoba deh. semoga mbaknya mau rendah hati untuk coba memahami penjelasanku yg takkan mungkin mencukupi dalam kolom komentar:
moral itu bukan bahasa kita mbak. moral itu belum terartikulasikan dengan baik oleh bahasa kita. moral adalah penunjuk tempat, atau spot, atau lokasi -- yang maknanya melingkupi aspek cara berpikir, cara menjalani hidup, berikut budaya pun adatnya. tapi hanya bisa digunakan atas-dan-untuk tempat, atau spot atau lokasi itu saja.
kalau dalam bahasa kita, mungkin kata "moral" bisa diumpamakan seperti kata "adat". "adat batak" atau "adat jawa". adakah adat batak bisa relatif? adakah adat jawa bisa relatif? dia hanya bisa menjadi adat jawa barat, adat jawa timur, atau adat jawa barat. tidak bisa menjadi "relatif".
//tapi adat dan tradisi bisa menjadi salah satu sumber moral orang/sekelompok orang// tidak mbak. karena adat dan tradisi include di dalam moral. bukan "sumber".
//Nah, sekarang coba sebutkan saja contoh konkretnya membedakan itu ngaruhnya dimana dengan keberagaman moral// setiap tempat memang beda mbak. maka itu saran saya jangan berbudaya menanam pisang di padang gurun, karena gak tumbuh mbak.
Moral
Toleransi
Agama
Moral--> terbatas
First 🔥🔥🔥
🙏🏻
cakep
Moral yang terbaik yaitu moral yang disandarkan pada agama(Islam) karena dia akan berdampak baik pada jangka pendek dan panjang, hingga panjang sekali (surga/neraka). Siapa sih yang lebih tahu tentang manusia kalau bukan tuhan? Makanya Alquran ada sebagai hidayah dan pedoman hidup manusia di dunia. Sandarkan perbuatanmu pada itu, bukan pada naluri, opini orang, adat istiadat dan hukum/UU yang berlaku, karena jika disandarkan pada hal itu maka tidak akan mencakup jangka waktu yang tadi.
Cat: mengapa saya juga bilang hukum? Contoh hukum di Amerika memperbolehkan seks bebas(setahu saya) hukum itu berasal dari persetujuan rakyat (kedaulatan di tangan rakyat/demokrasi) maka akan cacat jika standar perbuatan kita disandarkan pada hukum/uu
Cat: standar² perbuatan yg lain bisa saja beririsan dengan standar perbuatan agama...
Kalo pake hukum agama lain gimana?
@@zanezane9375 kita buktikan kebenaran agamanya🤣
Edit: karena menurut saya, semua agama mengajarkan yang baik cmn tdk semua agama benar(kesesuaian realita/fakta)
@@zanezane9375kalo di agama kamu boleh punya budak
Dan budak itu boleh di uwik uwik
Moral itu sifatnya Relatif jdi jika di Dasarkan pada 1 aspek itu sangat rancu karna moral itu tergantung doktrin yang ad dan berlaku di Masyarakat
Dan juga Catatan setiap Agama itu ttp memegang teguh aspek moralitas, kembali lagi Moral itu relatif tergantung di mana dia di tempatkan
@@ranggathebin1059 kenapa emang
Words are the most important thing. Kata itu memengaruhi pola pikir dan karakter kita. Semakin sedikit kosakata dalam otak kita maka karakter dan pola pikir kita semakin sempit dan sederhana seperti manusia purba kita akan berlaku seperti makhluk primitif. Kalo orang gak tahu beda antara talking dengan speaking maka kita nggak ada bedanya dengan manusia primitif. Makanya negara Wakanda kacau karena orang2nya cuman talking bahkan chirping. Itulah kenapa orang pintar akan selalu melihat orang bodoh aneh demikian juga sebaliknya
Terkadang persepsi miskonsepsi. Orang salah memperkirakan bahwa Robin Hood mencuri uang orang kaya kemudian membagikannya ke orang miskin. Padahal yg sebenarnya terjadi adalah pihak kerajaan yg terlebih dulu merampas harta orang miskin, nah Robin Hood hanya ingin mengambilnya kembali, makanya orang salah punya persepsi bahwa dia pencuri. Itulah asal muasal senjata yg sering dipakai orang jahat namanya Playing Victim. Senjata yg sering dipakai kaum perempuan chaaaaaaks
PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN INI MENURUT MORAL SAUDARA
Tuhan memerintahkan : Patuhi perintah orang tua mu!
Ayah : kirim surat ini ke Andi!
Ibu : Bakar surat itu!
Hanya ada satu jawaban yang benar. Apa yang harus dilakukan oleh anak?
A. Mengirimkan surat ke Andi
B. Membakar surat
C. Bertanya kepada ayah
D. Bertanya kepada Ibu
E. Curhat kepada Andi
jawaban yg benar apa bg? penasaran ...
F. Ngintip isi surat 😛 jangan2 isinya surat perintah sebelas mar
Eh bentar ngab ada yg ngetok pintu rumah gw
keren
Moralitas memiliki sifat tidak bebas nilai sebab, moral kebanyakan terbentuk dari adat istiadat, agama, ego dll. Namun, apabila prinsip realitas ini ikut turut andil dalam pembentukan moral apakah moralitas dapat menjadi bebas nilai? Sebab, yang kita tahu bahwa prinsip realitas itu terbentuk berdasarkan science yang mana science itu bebas nilai.
Morality is about good things if you want to discuss about bad things you should use the term of amorality. But the problem is good and bad shaped by every individuals perceptions
Request bagaimana cara jalannya transparansi dari sebuah program di Indonesia
Ada teori yg bilang, Babi diharamkan di Timur Tengah karena konsumsi air yg banyak, jika populasi Babi meningkat atau bahkan diternakkan, akan mengancam kehidupan manusia karena kompetisi dalam memperebutkan air yg sangat terbatas saat itu.
Klo di india karena sapi dianggap hewan yg paling berkontribusi dlm masyarakatnya. Sapi menjadi hewan yg membantu petani dlm menghasilkan makanan.
Tergantung. Kalo Islam jelas karna ikut2an Yahudi dan Kristen Timur. Kalo Yahudi ga jelas karna apa. Larangan mengonsumsi babi itu adanya d Imamat 11 dan Ulangan 14. Dua kitab ini pada awalnya terbatas pada kalangan Imam Bani Israil, bukan untuk umum. Jadi yg tau alasannya cuma minoritas Bangsa Israil, mayoritas nya ga tau. Tapi kalo menurut Francesca Stavrakopoulou, alasannya simple karna gaya hidup babi yg cenderung jorok. Udah itu aja.
Ini sama dengan teori nya nietzhce tentang genealogi moral untuk sampai ke ubermansch
Ironi. Justru nietzsche anti sama org seperti cania. Mendewakan reason
Benar stj cuma mau saran bg mana I you we ,,,ar nya ada dimana? tapi bgs banget sih
Moral dan pola pikir ilmiah06:16
Baik buruk, benar salah dua hal berbeda, standar nilai moral tolak ukurnya bukan benar salah tapi baik buruk, jika benar salah itu terkait dengan realitas kebenaran atau bahasanya gua lupa epistem kalo gasalah, dulu gua baca dibuku siapa ya, ada epistem, etika, sama estetik, ini beda beda. Untuk ngukur apakah baik dan benar ada yg namanya SNM, Standar Nilai Moral, sesuatu dikatakan baik dan buruk itu dihitung dari jumlah manfaat/Merugikan yg diakibatkan dari perilaku atau perbuatan tsb
Kelas logika nih🎉
Mending, bagaimana caranya menjadikan sekolah Dan belajar menyenangkan sejak dini
bgmn pendapatnya atau menurut mba cania citta ttg konten sara wijayanto yg sarat mistika, nah itu mundur atau maju, itu membangun karakter anak bangsa atau menghancurkan, penjelasannya sy ucapkan terima kasih
Untuk editor video ini, atau video lainya saya mau saran. Audio dari video ini dan beberapa video lain menurut saya terlalu pelan, mungkin bisa di ditambah lagi volumenya
Volume output suara tiap video beda2, mostly terlalu rendah jadi harus naikin volume
Btw untuk mengkampanyekan project malaka gimana kata yg tepat dan singkat untuk ditampilkan di bio suatu akun sosial media?
Coba perhatikan pengucapan food taboo, bukan 'fut tabu' tetapi 'fuud tabu' pake huruf d mba belakang 'food' nya...bukan t
tau enggak masyarakat kita udah bar" sejak dulu. Kluwek buat rawon, sebenarnya buah paling berbahaya di dunia wkwkwkkw.
hertz voice videonyaa kecil beutt yaa jadi volumenyaa harus full
Malaka project mau bahas masalah politik dinasti, MKMK, dan Bansos nggak ya?
Fullnya dmn?
Udah ada komen yg bikin tensi cania tinggi belum?😅
Prostitusi itu kejahatan,Itu kekerasan terhadap tubuh perempuan.
Seharusnya selevel anda bisa memperluas loophole secara definitif : 'Unmoral', 'Immoral', 'Nonmoral', and 'Amoral'
Podquest listener here 🖐❤
sebenarnya ga ada itu namanya baik - buruk atau benar - salah, semua atas kesepakatan bersama. yang ada cuma konsekuensi.
Apa moral Dari tidak boleh makan daging babi? Apakah Masih relevan sekarang?
"Jangan tanya Ferry"
perbedaan moral di berbagai negara bisa berpengaruh terhadap developing/developed negara itu sendiri ga sih?
dan kalo negara berkembang ingin mengadopsi moral yang dianut di negara maju apakah bisa mempercepat proses berkembangnya negara tersebut atau malah menghambat karena perbedaan moral yang akan dianut dengan moral yang sudah ada?
ada yang bisa bantu jawab mungkin...
sejujurnya ini cukup menjijikan jika penciptaan/perubahan moralitas ditujukan untuk pertumbuhan ekonomi semata.
Tp hal itu terjadi, dan memang berdampak pd pertumbuhan ekonomi, jika memang indikator negara maju hanya dilihat dr ekonomi.
bbrp contoh:
- Revolusi seksual yg terjadi di amerika tahun 1969, dmn hal2 yg berkaitan dgn seks yg sblmnya dianggap tabu menjadi normal seprrti lgbt & seks bebas. Revolusi ini menjadi tonggak berdirinya industri pornografi, kondom, dll
-Feminisme. Di masyarakat tradisional umunnya perempuan mayoritas waktunya hanya berada di rumah sehingga lebih sedikit terekspose oleh iklan. Dgn merevolusi moral perempuan, agar enggan menjadi ibu rumah tangga, telah menghasilkan lonjakan ekonomi karena target market semakin meluas yg semulanya hanya didominasi oleh laki2, semenjak saat itu diwarnai oleh perempuan.
Yg gk kalah menjijikannya adalah, feminisme digunakan lg oleh industri rokok, bahwa merokok adalah simbol dr kebebasan perempuan dr sistem patriarki, dgn mengesampingkan dampak buruk bagi kesehatan wanita dan janin.
-individualisme. individualisme adalah lawan dr masyarakat kolektif. paham ini berpandangan kurang lebih setiap individu adalah bebas. Paham ini mengglorifikasi hasrat untuk tampil beda, pengaruhnya adalah setiap rumah memiliki desain yg berbeda2, setiap kamar didesain sesuai warna atau abnd favorit. hal ini kontras dgn budaya tradisional seperti kampung naga, dmn desain setiap rumah hrs sama agar tdk ada kecemburuan sosial.
skrg woke culture lbh ganas lg. ada individu yg mengidentifikasi dirinya sbg sapi, burung atau hewan lainnya. asumsi gua, ini terkait dgn industri rekayasa genetik di masa depan. jd saat ini yg direvolusi manusianya dulu agar industri rekayasa genetik mendapatkan pasarnya di masyarakat.
intinya moral relitivisme akan menciptakan masyarakat yg fleksibel tanpa resisten akan perubahan moral (yg biasanya perubahan itu terjadi secara artificial bukan natural). Hal itu sangat erat kaitannya dengan revolusi industri, dmn para kapitalis ini selalu menginginkan lebih. pada satu titik, ekonomi akan stagnan. cara memacunya adalah dgn menciptakan beragam revolusi sosial yg akan merubah moralitas suatu masyarakat.
Pada masyarakat yg menganut moral relativisme yg paling dirugikan adalah kemanusiaan itu sendiri, krn akan selalu jd kelinci percobaan hanya untuk hasrat ekonomi kapitalis.
Semoga komentar ini tidak mendatangkan perdebatan. Semoga ini menjadi referensi baik bagi siapa saja termasuk diri kami pribadi.
Mohon ijin menanggapi, Bagi orang-orang yang beriman dan mengimani suatu agama, patokan moral itu sebenarnya sudah jelas. dalam bahasa agama kami, moral ini telah di buku kan dan diceritakan dalam berbagai kisah. bab yang membahas moral adalah "akhlak", dan perilaku yang berhubungan dengan akhlak adalah "Ketaqwaan".
Taqwa Artinya, melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. ini artinya percaya bahwa semua tindak tanduk nya selalu di awasi oleh Tuhan. Inilah kemudian yang menjadi parameter orang-orang beriman dalam berperilaku. Bagi orang-orang yang beriman batas-batas mana yang boleh dan tidak boleh, mana yang baik dan mana yang lebih baik itu juga sudah dijelaskan secara detail. Sekali lagi ini bagi orang-orang yang beriman.
Orang yang beriman, tidak perlu bingung mana yang baik dan mana yang buruk karena, agama yang diyakini telah mengajarkan semuanya. hanya saja memang kemudian tidak semua orang beragama mempelajari dan memahami ilmu agamanya.
Bagi orang yang beriman, konsep dosa dan pahala adalah hal yang sangat bermanfaat. yang membantu memperjelas, apabila melanggar akan mendapatkan hukuman, dan apabila taat akan mendapatkan ganjaran. sekali lagi bagi orang beriman, tidak perlu bingung karena ilmu-ilmu moral sudah dibuat standar nya harus seperti apa, harus bagaimana.
Berbeda dengan hukum negara, atau hukum adat, yang keduanya tercipta dari manusia. orang-orang beriman percaya pada hukum yang berasal dari Tuhan. dan orang-orang beriman, meyakini manusia tidak dapat mengubah hukum Tuhan, sehingga standar moral yang di tetapkan Tuhan itu sudah jelas dan pasti. sekali lagi hanya kemudian, tidak semua orang beragama mau mempelajari dan memahami Ilmu agamanya.
Terimakasih, semoga tulisan ini bisa menjadi referensi bagi kita semua. sedangkan salah satu adab dalam menuntut ilmu adalah untuk menghindari perdebatan.
thank you sudah mewakili Kang 🙏😁
Ya. Thankyou sudah mewakilkan bang. Bagi siapapun yang membaca komen ini, saya mau bilang kalo di kami yang beragama Islam, standart moral itu sudah jelas tertulis dalam Alqur'an dan sunnah² nabi. Tidak ada pergeseran nilai moral dimana pun kami berada, dan seperti apapun perkembangan dunia. Ia tetap relevan disepanjang masa disepanjang tempat. hanya saja sebahagian kami ada yg mendalami dan sebahagian tidak. Intinya kami berlandaskan pada dosa dan pahala.
Salah ga sih klo saya bilang moral itu terbentuk dari cara sebuah komunitas atau kumpulan org memandang untung rugi? Contohnya kyk usaha untuk menghindari "conflict of interest". Ketika seorang guru mempunyai anak, kepala sekolah membuat aturan klo anak guru ini tidak boleh ada di kelas yang org tuanya menjadi wali kelas di sana. Karena takutnya penilaian si guru terhadap anaknya akan bias karena satu dan lain hal. Untuk menghindari "kerugian" berupa terhambatnya tujuan kegiatan kbm, maka dibuatlah aturan tsb. Juga demi mencapai "keuntungan" yaitu objektivitas guru dalam menilai murid2nya karena semua muridnya statusnya sama rata, "orang asing" semua.
Betul itu. Asal muasal moral itu dari "demi kebaikan bersama, maka ..."
Menurutku juga gitu, Moral ada untuk menghindari kerugian bagi orang lain.
Mora poligami.
Pada jaman dulu masyarakat arab sangat gemar berpoligami bahkan itu lumrah dan bagian dari budaya mereka. Poligami ini sangat bermanfaat bagi bangsa arab pada saat itu di karenakan faktor sumber daya alam yang minim mengakibatkan kematian karna kelaparan tinggi kalau orang yang punya sumber daya yang cukup berpoligami maka ini bisa menyelamatkan bangsa arab dari kepunahan selain sumber daya alam kepunahan bangsa arab juga tinggi akibat suhu panas di siang hari yang exstrim dan suhu dingin di malam hari yang ekstrim selain itu ada juga penyebab lain yaitu peperangan sesama bangsa arab yang beda suku.
Tapi munculnya nabi muhammad poligami seolah di persulit dengan di batasi 4 istri saja dan itu pun harus bisa berlaku adil. Ini karena nabi muhamad telah merombak budaya arab sehingga poligami mulai tidak relevant karna kematian karna kelaparan telah berhasil di atasi. Dan peperangan antar suku arab dan bangsa lainnya juga mulai berkurang karna perlahan lahan bangsa arab di persatukan oleh semangat keislaman
Ah masa. Nabi Muhammad sendiri istrinya 9 (riwayat lain 11) dan beliau jg tdk menetapkan batas untuk jumlah ma malakat aimanukum (budak) sehingga org yg punya budak banyak bisa hohohihi dgn lebih dr 4 perempuan. D tambah lg, misal ada laki2 udah punya istri 4. Dia tgl mentalak istrinya 3x maka otomatis cerai, dan si laki2 bisa mencari istri baru sehingga jumlah perempuan yg dia "genjot" seumur hidupnya bisa lebih dari 4. Metode terakhir ini d pakai oleh Al-Hasan bin Ali (cucu Nabi), sampai beliau d gelari "Abu Mitlaq".
Saya orang kampung dan ingin belajar berpikir kritis.
Apakah baik atau buruk di tentukan oleh adat.tradisi.atau mayoritas orang.dll.
Terimakasih.
suaranya 50% lebih pelan dibanding video lain
Mantapp.. tinggalkan agama karna menghambat kemajuan
Menyalahgunakan yg menghamhat bukan meninggalkan
@@Sigse00000 lah iya yang menghambat kemajuan kan agama
@@blu4134 manusianya, agama kan kaidah2 atau ajaran tertentu, gmn to, agama kan benda mati
volume nya kecil bgt...
Iya kecil banget suaranya
Sip
Sorry nih, tp gua rada tersinggung. Ini kenapa gua sampe skarang ngeliat media kiri ga begitu efektif.
Dalam perspektif sos-pol, sampe hari ini men-champion-kan tradisi dekolonialisasi. Seberapa sering sih kita mengkritik 'daftar pustaka' kita sendiri? Ketika Tan Malaka memframe 'logika mistika', apakah dia sudah hatam dengan objek kritikannya; apa fair jika semua pola pikir 'kritis' itu dimonopoli dengan perkembangan perspektif akademi barat?
Tapi gua yakin kita semua setuju bahwa kesimpulan apapun idealnya bersifat interdisipliner. Jangan salah sangka, di sini gua ga sedang menggiring ke arah pasifisme seperti yg sedang terjadi sekarang lho, ya. Tapi aneh aja ketika orang mengelu2kan 'zaman' dengan segala hegemoninya (ketidakterhindarkannya industrialisasi, media, globalisasi, et.c) sedang kerusakan alam dan manusia terjadi di saat ini juga dan seakan kita secara budaya harus 'adjust' diri(moral) kita ke polar itu. Kurang interdisipliner apa ketika orang dididik untuk motong kuku di atas tumbuhan, yang ternyata kebiasaan itu bagus untuk pertumbuhan tanaman/tumbuhan itu? Ketika mayat dibakar, hama2 terusir, abunya bisa menjadi pupuk, dan kita tidak kehabisan lahan? Mirisnya, kalian membiarkan dikotoki bahwa moral, pikiran dan logika adalah hal2 yg terpisah dan berdiri sendiri; di sini lu memposisikan yg satu lebih influential dari yg lain lagi.
Loh itu bukan dikotomi, bang...... ini gua cuman ngebedain aja. Justru gue mendorong supaya pikiran dan logika dipake buat mengkonstruk moral, bukan mistika alias ujuk-ujuk, gak jelas tujuannya apa, dan gak jelas gimana dia mencapai tujuan itu.
@@cania_cittatujuan kita ke surga cania.. menurut lu setelah lu mati lu akan kemana? emang lu yakin hidup selamanya?