Makanya sebelum SEMUA di digitalisasi, UU perlindungan data pribadi wajib duluan ada. Ini penting banget. Di negeri seberang, mau buat map/peta aja mesti minta ijin dulu sama penduduk. Please dong pemerintah...THINK! Unless there's reasons
makanya sebagai konsumen harus cerdas juga, salah satu caranya tidak sembarangan memberikan akses/permission pada aplikasi yang tidak terpercaya/ akses yang tidak masuk akal untuk keperluan fungsi aplikasi. contoh: aplikasi film bajakan minta akses contact, microphone, kamera, dll
Mau bagi pengalaman saya sebagai pelajar. Aplikasi "Ruangguru" bisa mengakses Log Panggilan kita, dan benar saja. Beberapa hari kemudian, ayah saya di tlp oleh pihak aplikasi tersebut untuk menawarkan paket belajar berbayar yang ada di aplikasi tsb. Saya bingung mengapa aplikasi tersebut bisa mengetahui kontak ortu saya, oh ternyata jawabannya krn ada di video ini. Trmksh Narasi🙏
@@king.canute21 yang sayangnya para ahli profesional tidak mampu menjelaskannya secara simpel kepada masyarakat umum dan mereka tidak mempunyai platform yang dapat menjangkau masyarakat awam. Semoga Narasi dapat terus menjadi perantara para profesional dalam menjelaskan hal ribet menjadi hal yang mudah dipahami.
Keep in mind guys, bukan cuma aplikasi² edukasi ini aja. Semua jenis aplikasi. Aplikasi medsos, game (apalagi game online), dll juga byk yg mining data. Tapi emg byk yg ga terekspos. Makasih byk utk Narasi membuka topik ini❤️
Tp krn yg ini data anak2 jadi lebih gimana gitu ya. Bisa jadi di tangan terakhir sebagian ada yg ketampung sama para predator anak, terus distalking, serem.
Permasalahannya adalah Apps Edu inii direkomendasikan (wajib) oleh Negara, dapat "suntikan/subsiidi/tender" APBN pula. Ada yg jadi staffsus pula. Ya kali Narasi (swasta) mengalahkan BIN/Kepolisian (negara) dalam hal deteksi2 "kecurangan" seperti ini. Sengaja kah?
Itulah mengapa sepengalaman saya menjadi pendidik di Inggris, kami selalu mengecek apakah aplikasi sudah ada di whitelist data aplikasi yang di-acc oleh departemen pendidikan Inggris. Kedepannya mungkin Indonesia trutama kementrian pendidikan bisa memberikan syarat apabila sebuah aplikasi pendidikan ingin menjadi partner pemerintah maka harus mengikuti ketentuan seperti transparansi pengolahan data dan dilarang menggunakan ‘dark pattern’ seperti pop-up yg memaksa user utk memberikan data pribadi yg tidak relevan utk verivikasi user.
@@radeneki belum tinggal, masih kapan mau mereka belajar tentang privasi pengguna. aplikasi pedulilindungi aja secara terus terang menyalakan gps terus menerus dan yg lebih bahayanya ada isu kalo aplikasi tersebut dibuat oleh programmer singapura. ntah benar atau tidak tapi kalo memang benar berarti secara terang2an pemerintah memberikan data warganya dan bisa diakses oleh warga negara lain. pdhal kita gak kekurangan programmer sama sekali walaupun minatnya kecil tp banyak diluaran sana yg memiliki bakat tapi tidak tersalurkan. saya juga agak miris sama website" pemerintah daerah yang masih menggunakan teknologi yang amat rentan terkena serangan padahal website tersebut menyimpan banyak data yang harusnya tidak orang lain ketahui, sudah sering sekali kejadian dari databasenya jebol sampai tampilan websitenya diacak2 oleh orang tidak bertanggung jawab
"emg lo presiden. Lagian jg siapa si lo pake segala takut. Kalo lo gak ngelakuin hal yg aneh2 mah gak usah takut" -kata bijak netizen yg selalu saya lihat dimanapun jika ada yg berbicara privasi... Tunggu sampai netizen tersebut tau rasanya kena pemalsuan data utk pinjol ilegal, tunggu sampai mereka kena orderan fiktif berkali-kali, tunggu sampai mereka dapat WA judi online... Penjualan data pribadi tidak memandang siapa anda. Sama seperti pencuri ponsel, sama seperti copet, sama seperti jambret. Mereka tidak melihat apakah anda presiden atau pejabat, mereka hanya melihat kesempatan & kecerobohan
ya persoalnya emang gitu, pengen jadi maju tapi mindsetnya ketinggalan dan gak mau tau sistem yang bakal dipake. yang berkembang bukan pinternya tapi malesnya, giliran kena scamming yang gak tau darimana asalnya bingung dan nyalahin sana sini, kan tolol
Kak aku udh beberapa kali ada yg chat dri nomor g dikenal trus dia nanyain tentang slot judi online gtu,pas aku tanya katanya aku pernah daftar gtu pake nomer itu,makanya dia chat aku,padahal aku gatau sama sekali soal itu,trus aku langsung blok.gmn ya apa aku harus ganti nomer aja? Kebetulan emng sblm"nya aku sering download apk belajar gtu,mungkin aja itu penyebabnya 🤧
Yap saya salah satu orang yang dikirim email ke email pribadi saya dimana emailnya berisi kalau saya melakukan pinjam online di aplikasi adakami, padahal saya tidak pernah meminjam jangankan meminjam aplikasi nya saja saya tidak tahu bahkan mereka mengacam menyeberkan foto saya.
Ketika wasitnya belum bisa kritis (belum adanya UU Pelindungan Data Pribadi dan turunanya), maka jurnalisme dan masyarakatlah yang perlu terus kritis seperti ini terhadap digitech. Transformasi dijital ini masih sebuah disrupsi, sebab Rakyat belum punya kendali, diantaranya dengan regulasi. Semoga tidak teregulasinya tatakelola data pribadi di digitech bisa segera teratasi, ticking time bomb hilangnya kedaulatan Informasi pribadi bisa diperlambat bahkan terhenti.
Halo guys, ini bahasan yang menarik banget. Ntah baru muncul di algoritma youtube saya hari ini. Padahal video ini sudah tayang sejak 27 Mei lalu. Sebetulnya, tak hanya aplikasi pendidikan saja yang demikian melakukan tindakan janggal dengan meminta akses privasi pada ponsel kalian. Banyak sekali aplikasi lainnya yang melakukannya. Tidak ada yang gratis dalam dunia ini. Meskipun ada aplikasi yang kalian unduh "gratis" tetapi data yang mereka butuhkan berasal dari user. Jadi, kalian lah produknya. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pada ponsel kalian itulan yang dikumpulkan sbg data sehingga bisa dikurasi untuk layak dijual. Caranya gimana agar kita tidak menjadi bagian produk mereka? matikan notifikasi yang tidak perlu. Saya sudah mematikan notifikasi pada e-commerce, online transportation, social media (kecuali youtube), karena selain membuat distraksi mereka membaca behavior kita untuk melakukan tindakan yang mereka inginkan (membeli produknya, melihat kampanyenya, memahami poster iklannya dsb).
Ngeri banget Kelas Pintar, kenapa mesti siswa yang ditanya? Kan mereka gak paham dengan hal begituan, harusnya kalian lah yang wajib ditanya karena kalian pengembangnya.
Kalau masih bingung kenapa ngumpulin data ini jadi hal yang bermasalah, gue dulu pernah ikut rapat aplikasi militer dan salah satu fungsinya adalah reconaissance dan pelacakan dan mereka nunjukin aplikasi yang keren banget udah kaya di film bisa ngetrack target dan tahu keadaan sekitar, bahkan bisa real-time. jadi iklan sebenarnya cuma hal kecil, ada masalah ketahanan dan keamanan. data ini penting banget, bahkan dibeli lewat pihak ketiga ke intelijen dan militer. kalo sewaktu-waktu ada perang, data ini bisa dipakai untuk kebutuhan perang.
Disini kita jadi bisa tahu, perusahaan mana yang memiliki good conduct dan mana yang pure mikirin bisnis aja. Terima kasih Narasi, semoga ini membuka mata pemerintah untuk membuat regulasi yang lebih ketat tentang data protection.
Ide bagus sebenarnya Narasi mengangkat isu privasi data anak tapi perlu diapresiasi juga bahwa perusahaan edutech seperti Ruangguru sudah mengklarifikasi semua poin yang dibahas. Yah in the end masyarakat makin melek dan perusahaan makin merasa responsible, win-win.
Ruangguru klarifikasi? Sepemahaman saya dari video ini, Zenius dan Sekolah.mu yg lebih vokal dan jelas. Ruangguru justru bersifat defensif dan tidak to the point.
😂😂😂 Edan sekelas aplikasi yang asalnya dari negara langsung malah bisa ga ke kontrol kaya gini, bahkan pihaknya sendiri ga tau kalo data itu ujungnya sampe kemana. Gokil sih hwhwhw 😐 Mana yang disalahin konsumen lagi, selama ini setahuku konsumen adalah raja, konsumen itu sumber laba perusahaan. Lagi pula itu apk yang rekomendasi negara loh bukan konsumen yang inisiasi buat install, mana lempar-lemparan gitu lagi. Menggokil 😭🎉
🧔: Eh kita mau bikin apps untuk pendidikan nih, tapi kita butuh investor untuk pengembangan aplikasi kedepannya. 🕵️: Oke, kasi data pengguna ke kami, ntar kami bantu gaya hidup kalian & pengembangan aplikasi. 🧔: Eh belajar berbicara manis sama berkelit dulu, persiapan kalau kebongkar 🤙🏻
Masyarakat di Indonesia saya rasa belum cukup melek terkait pentingnya Data Privasi dan peruntukannya, hal ini diakibatkan salah satunya karena stakeholder dari negara ini yang kurang untuk memberi pendidikan agar masyarakat lebih aware terkait hal tersebut.
Karena dari pihak regulator/pembuat aturan masih belum merumuskan undang-undang mengenai perlindungan data privasi serta penegakan hukum bagi pelanggar juga belum jelas. Maka satu-satunya jalan adalah sebagai user/pengguna musti aware/mawas diri bahwa setiap aplikasi yang ada pasti membutuhkan izin/permission untuk mengakses ataupun mengambil data, tidak hanya bagi anak-anak tapi juga orang dewasa. Mulai sekarang jangan sekedar langsung oke-oke atau next-next aja waktu install aplikasi, tapi mulai pikirkan juga konsekuensinya seperti apa.
Payah, di Indonesia hal hal yang berbau internet seperti ga dihargai Mulai dari "internet cepat buat apa?" Sampai banyak orang yang buat banyak akun. Saat ditanya kenapa buat akun banyak? Jawabannya bisa dijual atau di tukar ke orang yang perlu data dari akun tersebut (biasanya akun game). Padahal jika kita lupa mencabut no telp dan alamat rumah bisa bisa nomor kita di hack oleh pembeli akun, selain melanggar ketentuan internet, ini juga menyebabkan data kita tercecer dimana mana. Hal hal penting kaya gini malah ga pernah dikasih tau di sekolah sekolah
Makanya itu gan, KENCANGKAN SUARA HAK PRIVASI MASYARAKAT! Biar pemerintah sono denger suaranya. Juga untuk itu kita didik semua lapisan masyarakat agar PEDULI tentang hak privasi digital setiap individu apalagi anak. Kalau misal masyarakat secara umum masih belum peduli, gimana pemerintah mau menerapkan?
@@hackby01fact50 Sejak kapan hal-hal digital pernah dihargai masyarakat Indonesia secara luas apalagi pemerintah? Mereka semua taunya cuman cara makainya doang, gak peduli sama cara alat tersebut dibuat. Ya kalo mindsetnya gitu ya pasti perusahaan-perusahaan bakal berprilaku seenaknya ngumpulin data pengguna. Makanya bro, gaungkan hak privasi masyarakat, edukasikan generasi-generasi yang senior, edukasikan generasi muda, satukan suara antar generasi terkait hak privasi digital masyarakat, insyaallah pemerintah bakal dengar kalo semua lapisan masyarakat bersatu.
Kesimpulan jwb bapaknya kelas pintar, 'kalo gak setuju ya lo gak usah pake aplikasi gw. Aplikasi gw gak ada masalah sama hukum negara jadi untuk apa dirubah. Ini strategi bisnis gw.' 😅 Jawaban bapaknya gak mencerminkan penggiat aplikasi belajar anak 🤦🏻♀️ hadeh
Jujur, kaget banget sih sama jawabannya. Berasa gak bersalah hanya karena tidak melanggar undang2. Gak ada tanggung jawab moral sama sekali padahal bergerak dibidang pendidikan...
"Ya gimana ga make Pak itu rekomendasi dari negara, disuruh guru buka itu ya saia buka" hwhwhw kurang lebih begitu yang bakal dibilang oleh korban. Habis itu nanti bapaknya jawab "ya, salahin pemerintah lah" Gitu terus sampe bubar 😀🎉
Key point yang bisa diambil menurut saya adalah pentingnya cek permission apa yang kita izinkan ketika akan install suatu app. Dan bagaimana privacy policy aplikasi tersebut. Terima kasih kepada tim Narasi untuk informasinya. Semoga semakin banyak yang aware terhadap hal ini. Dan semoga regulasi terkait GDPR/Perlindungan data bisa segera benar2 dikaji dan disahkan.
itu berlaku buat gim browser Dan sejenisnya. tapi kalo untuk sosmed atau aplikasi yg di haruskan buat akun, bagi yg awam pasti isinya lempeng(data pribadi)
Beberapa kasus barusan bukannya ga cocok antara perilaku physical app dengan list permission yang diberikan, tidak sesuai dengan klausa pada terms of service dan melanggar privacy policy ? Sure, klau yg cocok. Inti utama nya kan yg begini. Yg diem diem masuk rumah ngangkut motor.
Pernah liat meme nginstall kalkulator tapi minta izin akses ke telepon hahaha...well it's not just a meme. Susah untuk menjaga privasi di era digital sekarang
Saya guru dan operator sekolah, waktu pandemi kita menggunakan salah satu vendor dan diharuskan menggunakan data pribadi anak siswa saya (nisn, tgl lahir) termasuk data detail ttg sekolah. Pikir saya untuk apa? Tp saya menolak tanpa memberitahukann pihak vendor dan tanpa memberikan alasan apapun. Tetap memakai vendor tsb lalu nisn yg saya gunakan adalah nisn acak (asal) bgtu jg tgl lahir. Dan 1 tahun lalu setiap sekolah diharuskan mengganti akun dapodik dan password. Bayangkan jika 1 dari dari 100 sekolah menggunakan data yg sama ditiap vendor.
Investigasi yang transparan, terbuka, tepat sasaran, dan urgent untuk dilakukan. Membuka mata kita untuk aware terhadap berbagai teknologi yang kita gunakan. Langkah strategis perlu dilakukan pihak apps agar bijak mengolah data pengguna mereka. User (pengguna) juga harus bijak memilih apps dan memberikan perizinan terhadap akses-akses yang diminta apps untuk diakses agar dapat memimimalisir kemungkinan aktivitas mining data.
Cara Narasi menarasikan serta mencreate persona sangat bagus sekali. Terlihat sekali ada org2 hebat dibelakangnya, dg filosofi tentunya. Edtech di Indonesia jadi sesuatu yg luar biasa dan sangat membantu terlebih di era seperti skrg. Dari yg disebutkan narasi, dari perspektif saya sbgai pengguna, terlebih apakah bias atau tidak, Zenius Education tidak hanya mengajarkan materi yg diajarkan di sekolah, tetapi memberi tahu detailnya ttg cara berfikir, cara belajar atau fundamental thinking sedangkan aplikasi yg lain, tidak sedalam itu, bahkan tidak ada. Cepatnya perkembangan internet di Indonesia menjadikan meluasnya aplikasi sbgai bentuk manifestasi dari perkembangan teknologi, yg mana ini bagus. Tetapi, tentu perkembangan teknologi dan internet yg cepat ini, harus dibarengi dengan pengguna yg juga harus cerdas, bijak dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut.
Berhubung yang dibahas disini tentang aplikasi. Coba ditambah juga pendapat dari sisi programmer aplikasi nya. Yang lebih mengerti betul teknis nya. Yaa itupun kalau programmernya mau jujur dan ngerti betul apa yang di buat. Karena kalau bagian read contact, umumnya memang untuk kirim pesan refferal saja. Untuk phone connection state umumnya supaya bisa menampilkan status online/offline dalam aplikasi secara interactive.
@@blueglass6137 yaa itu perlu juga, yang saya sorot adalah bagian teknis terkait fungsi aplikasi yang di minta. Apalagi yang sifatnya optional. Nah, programmer lebih tahu itu. Dalam pempublikasian app ke store juga, sudah ada regulasi tersendiri untuk pencantuman kebijakan dan privasi di masing-masing store. Kenapa tak tercantum sejak awal? We dont know
@@yudhasetyaji7336 nah programmer masing-masing aplikasi harusnya berani ikut diwawancara, apalagi programmer yang menghandle bagian tersebut. tapi bisa jadi loh si programmer ya nurut-nurut aja apa kata si manajernya yang memplanning semua jadwal pengembangan softwarenya. bisa jadi itu gr gr permintaan manajer atau atasan akhirnya si programmer terpaksa ngoding itu di aplikasinya. Kalo dalam istilah bangun gedung, programmer itu kuli bangunan (yang disuruh-suruh), si manajer itu mandor tukang suruh-suruh, dan software engineernya (insinyur) tukang desainnya. Kalau mau lebih tepat ya tanyakan si manajer dan software engineernya kenapa mereka buat fitur itu ada di aplikasi.
Beda ya software engineer sama programmer walau begitu tidak menutup kemungkinkan juga software engineer ikut ngoding. Sama halnya kyk insinyur bisa sekaligus merangkap jadi tukang kalau misal duit projectnya tipis.
sebenernya bisa aja kalian cari banyak banget papernya. Namanya data mining. Pada kasus perusahaan big company data yang dimaksud adalah data abstract dimana data tidak menunjuk secara personal. Tujuannya tentu untuk advertisement. Jadi sebenernya algoritmanya tidak menjurus seperti nama budi lagi searching blablabla tp dalam bentuk id. Berbeda dengan kasus pencurian data / kebocoran data / penjualan data yang praktiknya biasanya dari perusahaan abal-abal. Ini bukan rahasia perusahaan tp emang rahasia umum yang normal untuk diketahui konsumen. Kalo gak mau ribet cari informasi ini itu di internet coba tonton film dokumentasi "The Social Dilemma". Simple. Kalau kalian tidak bayar untuk produk itu, berarti kalian produknya.
Tahun 90-an begitu kita lulus SMA langsung tiap hari dikirim brosur dari lembaga pendidikan. Praktek udah berlangsung lama, yang membedakan cuma caranya dari offline ke online.
@@hbudiman14 maksud penjualan data itu advertisement dan bukan personal tapi data abstrak. Kata "Penjualan data" sering diartikan secara personal cuma biar orang-orang jadi aware aja. beda sama penjualan data dari kebocoran data yang sampe tau email, password, lokasi, dll.
Bener sih data pribadi sangat rentan di era pendidikan daring. Awal-awal pandemi, saya dulu sering banget diteleponin sama tim marketing Zenius segala macem kayak dalam 1 bulan diteleponin 3 kali. Padahal kondisinya saat itu udah gak butuh lagi appsnya dan udah uninstall. Pokoknya nyesel banget pernah masukin data nomor HP lewat zenius dan sekarang udah ganti nomor telepon :)
mungkin ini saran buat ke depan, punya minimal 2 nomer HP, 1 buat yang aneh2 klo ada yang telepon, sms, chat dari orang yang tak di kenal anggap itu sampah. yang satu lagi buat keluarga n kerja. yang keluarga dan kerja pakai HP murah saja(kasus extrem, pakai HP yang bisanya cuma telpon dan sms saja buat yang begini).
@@cmaxz817 yang begini biasanya sekali telepon saja, klo berhasil baru beberapa kali ngulang, orangnya sama tapi sering kali dia ganti nomor atau telepon dari agen yang berbeda. jadi klo nomor teleponnya udah masuk di pasar begini yah bakal sering di telpon oleh nomor tak dikenal. pengguna kartu kredit aktif bakal lebih sering di telepon dari pada yang tidak aktif atau tidak pakai kartu kredit.
Kalo yang kyk gini mah , masih ke itung normal , karena gak di jual datanya dan Zenius pun mengakui bahwa mereka memang mengambil data untuk pengembangan , yang di maksud itu ya gini , untuk pengiklanan mereka.
Thanks to Narasi karena sudah mengangkat topik ini. Saya sebagai siswa yang dari awal pandemi getol buat download aplikasi pembelajaran juga sudah merasa aneh terkait privasi. Beberapa aplikasi pembelajaran meminta konfirmasi nomor telepon, jika sudah mengonfirmasi akan mendapatkan diskon dan gratis premium beberapa hari. Hasilnya? nomor saya dan bahkan nomor ortu saya pernah ditelpon oleh salesnya. Sampai sekarang, padahal saya sudah menghapus aplikasinya tetap saja dihubungi melalui WA dan bahkan langsung ditelpon. Mengganggu banget. Umumnya, ada kan buat ngehapus nomor telepon di akun? Di aplikasi pembelajaran ini ga ada. Menurut saya ini cara yang licik. Di sisi lain peraturan pemerintah yang kurang ketat jadi ga ada alasan buat pelanggaran privasi itu, dan para aplikasi memanfaatkan hal itu. Bener-bener, aplikasi pendidikan itu depannya aja yang friendly, namun dalamnya cukup nakutin juga. Saya sekarang sudah tidak memakai aplikasi pembelajaran bahkan dari pemerintah (karena aplikasinya kurang bagus). Pengalaman saya juga diberi nomor kartu yang ada paket internet dari pemerintah. Awalnya berjalan lancar namun lama-kelamaan sering ditelpon penipu yang mengenali nama-nama guru, kepala sekolah, dan bahkan siswa. Apakah ada operator yang menjual data tersebut? idk. teman-teman saya di sekolah lain yang satu provinsi juga mendapatkan kejadian yang serupa. Saya dari Kalimantan Timur, mungkin ada yang pernah ngalamin?
@@miaww5291 duh keknya ga bisa aku sebutin merknya karena komentarku sebelumnya ada aku sebutin merknya terus komentarku hilang (entah karena apa, takut aja :0. Aku juga ga mau berasumsi ke satu pihak dan menyalahkan salah satu aplikasi hehe). Intinya, kalau mau pakai aplikasi pembelajaran, sebisa mungkin jangan konfirmasi nomor telepon, dan kalau bisa isi data pribadi jangan lengkap dan jelas banget (kayak nama lengkap, nama ortu, nomor ortu, alamat, asal sekolah, dll). Kalau misalnya dikasih diskonan atau free premium dengan syarat harus konfirmasi no telepon, usahakan tetep jangan mau. Pakai aplikasi pembelajaran untuk mendapatkan media pembelajarannya aja, jangan jadi tempat pengisian biodata diri kamu. Karena kalau udah ngisi terutama nomor hp, susah banget. Pasti bakal dihubungi mulu kayak aku.
oh ya kalau ga salah ada orang yang terus ditelpon ga berhenti sampe ganggu aktivitasnya. akhirnya dia coba masukkin nomernya ke daftar nomer yang jangan ditelpon kecuali penting. dan tebak apa hasilnya? dia ngegugat penelpon dan menang uang banyak di pengadilan. mungkin anda boleh nyoba juga, tapi saia ga tau caranya :v
Saya sebagai orang Data Scientist sangat saaaangat miris sama pemerintahan Indonesia terutama DPR yang sama sekali gak peka terhadap besarnya potensi data (baik/buruk) rakyat-rakyatnya Indonesia Terkesan kebelet canggih tapi basic-basic yang harusnya sudah jadi pondasi keamanan/kenyamanan pemakainya malah dibiarkan
90% aplikasi memang menjual data kita ke 3rd party. Mulai dari yg besar seperti Google, Facebook atau yg kecil2 juga sama aja. Liat aja di term and conditions sebelum kita install atau liat di permission apps
Perhatikan omongan para narasumber ini. Apa yang mereka sampaikan sebetulnya bermakna sebaliknya. "Kami tidak mengambil profit", yang sebenarnya mereka mengambil profit.
Sedih lihatnya. Bahkan perusahaan yg dibangga-banggakan sebagai kreasi anak bangsa tega melakukan pelaggaran demi pelanggaran, sengaja atau tidak hanya utk meraup untung. Lebih sedih lagi, saat tau bahkan layanan dari kementrian yg dibangun dengan uang rakyat pun melakukan pelanggaran. Sengaja atau tidak atau memang lemah nya pengawasan di pihak kementrian.
UU perlindungan konsumen digital di Indonesia masih sangat lemah dan bisa di salah gunakan seperti ITE yg sering di pakai untuk jerat orang lain. Gak jelas hanya tergantung penafsiran
Android 12 udah bagus tuh, setiap apps pas awal install, persetujuan2 ga langsung dapet perizinan. Dan ketika ada penggunaan mic/camera/location tanpa perizinan anda, akan ada dot hijau pojok kiri atas. Jadi wajib buka info aplikasi tersebut, lihat dan berikan persetujuan2 apa yg kamu izinkan. Kalau aplikasi tidak sesuai perizinan dengan kegunaannya. Jangan dikasih izin. Semisal penggunaan kontak/telepon pdhal aplikasi tersbut tidak membutuhkan kontak dan telepon untuk kegunaannya, ya jangan dikasih izinnya. Paling bener sih, kalau menjaga privasi ya make hape non internet. Karna internet itu susah ada yg menghargai privasi.
Zenius, emang paling mantep. Kesimpulan dari vidio di atas , Zenius relatif aman bagi pengguna , dan gw rasa platform belajar online nomer 1 di indonesia masih di pegang Zenius :).
Dear abang KELAS PINTAR Jadi yang salah itu pengguna bro? Karna mengizinkan segala akses yg diminta aplikasi? Terus kalo pengguna menolak memberikan izin akses ke aplikasi apa aplikasinya masih bisa dijalan kan? SAYA RASA TIDAK!
Fakta yang dianggap sah bagi perusahaan untuk mengumpulkan data pribadi anda hanya karena anda harus "mengklik ok untuk melanjutkan" supaya ponsel anda berfungsi adalah ekspresi sempurna tentang siapa yang memegang kekuasaan dan mengapa mereka harus dilempar ke laut. - EDWARD SNOWDEN -
Saya rasa hal ini perlu di tindak lanjuti. dan jika memang data tersebut dibutuhkan untuk melihat pola keseharian agar bisa diketahui siapa yg paling cocok untuk di berikan iklan suatu produk misalnya, paling tidak datanya jangan diberikan secara pribadi/mikro, tapi secara makro. Misalnya cukup melihat di wilayah tertentu saja. Seperti cukup melihat ternyata warga kota A misalnya ternyata kebanyakan kebiasaannya seperti ini.
Edukasi tentang online privacy sama cybersecurity sangat penting untuk kita orang awam di masa digital ini. Sama mulai pakai FOSS software karena free as in freedom dan open source.
Keren 👍🏼👍🏼 sebagai operator sekolah yang kerjaannya menginput data pribadi anak, saya salut dengan Topik yang di angkat Karena sangat relate dengan kondisi saat ini, dimana banyak aplikasi pendidikan yang digunakan oleh pelajar justru banyak mengandung iklan yang tidak relate, ya mungkin hasil dari penjualan data tersebut, Memang pihak developer mungkin sudah menjelaskan hal tersebut tetapi kalau aplikasi tersebut sudah direkomendasikan oleh pemerintah lalu di teruskan oleh sekolah Anak anak kita bisa apa?
Pemerintah harusnya datang memberikan solusi terbuka yaitu aplikasi-aplikasi yang menyamai Ruangguru dkk namun semua kode-kode programnya dibuat terbuka (open source) sehingga semua pihak, terutama programmer bertalenta di Indonesia dapat me-review kode tersebut dan memperbaiki celah didalamnya. Kalo prinsip sy sebagai anak Teknik Informatika, jika suatu aplikasi berani dibuat terbuka (open source), maka pengembang aplikasi tersebut yakin bahwa aplikasi tersebut tidak memiliki maksud jahat. Karena jika ada satu baris kode yang mengandung unsur-unsur yang tidak baik, maka pasti akan ada programmer lainnya yang menunjuk hal tersebut. Nah, untuk itu sebenarnya aku sedih banget ketika banyak aplikasi-aplikasi pemerintah Indonesia tidak dibuat secara terbuka, pasti bugnya berkeliaran dimana-mana. Apalagi aplikasi penting semacam aplikasi ujian sekolah begitu, temen aku saja dulu pas jaman SMA bisa bobol aplikasi ujian sekolah dengan gampang gr gr aplikasinya memang belum siap pakai.
@@cmaxz817 kalo dibikin open source gak bisa narik cuan pas aplikasinya perlu di update, ya kalo emang bug nya gak sengaja teritinggal. kalo senggaja ditinggal biar kalo ketemu bisa di cuanin gimana? kan jaman sekarang yang penting cuan, gak peduli apa dia afiliator atau maling duit rakyat.
@@fastranger aplikasi pemerintah masa mau narik cuan dari iklan? Kalo swasta masih mending, ini pemerintah loh, pihak yang dibayar pakai duit rakyat. Yg bener aja.....
@@cmaxz817 iya makanya, prilaku bobrok banget kan ? kalo di atas2nya aja kaya gitu gimana yang dibawah. kan gak semua rakyat bodoh, kalo mereka berani colong2an secara terang2an seperti itu berarti mereka gak takut sama rakyat
@@fastranger ya makanya perlu diedukasi masyarakat scr umum kalau semua software pemerintah harus dibuat secara terang terangan dan terbuka. Kita sebagai generasi yg paham ya harus kasih tahu yang belum paham. Andai aja ada anak programmer yang sekaligus influencer terkenal menggaungkan hal seperti itu. Pemerintah itu ngikut suara terbanyak dan terkeras. Kalo misal lapisan masyarakat kita banyak yang gk peduli, ya pemerintah bakalan gk peduli juga.
Terima kasih Narasi, telah mengangkat isu privasi data,, dan Kementerian Pendidikan harusnya juga bisa berkaca dan melakukan langkah terukur atas temuan tim Narasi, jangan cuma bisa bilang kami akan melakukan perbaikan tapi gak ada action dan transparansi
Waah ini perlu dan penting banget untuk dibahas lebih lanjut, supaya masyarakat kita melek betapa pentingnya perlindungan data pribadi. Saya menunggu topik ini dibahas di Mata Najwa
pendidikan adalah bisnis. Termasuk buku Yang sering ganti kurikulum. Bayar SPP, Bayar Uang gedung, Bayar tenaga Kerja. Dunia tidak sesempit dan semunafik yang Lo Pikirin
Makanya sebelum install aplikasi apapun, jangan main asal klik-klik "allow" atau "ijinkan". Mending tolak2in dulu saat instalasi. Nantinya kalo ada fitur tertentu yang perlu akses saat kita mau pake (saat sudah diinstall), barulah kita allow/ijinkan..
di dunia nyata emas sangatlah berharga, tetapi di dunia Maya Data individu bagaikan emas di dunia nyata. sekelas Mark Zuckerberg aja jika memakai leptop, kameranya akan ditutup, why ?? karena DIA TAU.
Untung ada rangkuman komprehensif kayak gini. Selama ini cuma denger rumor aja dan sadar iklan itu ada penyesuaian di hp pengguna (misal ngomong mau beli hp, iklan tokped atau shopee nongol di fb/ig/twitterku). Skrg udh mulai sadar keadaan ada hal kayak gini setelah investigasi narasi dan bbrp pihak. Jangan2 ini knp, skrg ada permissions yg aktif pas app dibuka. Apalagi yg dblg perwakilan kemendikbud “temuan baru ini bisa membantu kita” harusnya sblm kerja sama itu mereka lebih canggih. Harusnya gak ada excuses kayak gitu: gatau lah; baru tau lah; dibalikin ke users lah. Harusnyakan disesuaikan ke privacy target pemgguna. Mikirnya bisnis tok
Kepada tim redaksi saya liat sekilas ada yang kurang akurat mengenai ruangguru app, di exodus tertera versi 6.7.0 yang dirilis januari 2021 sedangkan kalian membandingkan dengan versi terbaru, saya lihat di menit 9:42 versi 6.33.2, mungkin saja memang diversi terbaru udah ga pake permision tersebut. dan juga di menit 9:42 itu adalah tampilan dari os android nya yg nampilin informasi apa aja yg suatu app gunakan (bukan pembuat app sendiri yang ngedit/nulis)
CEO Kelas Pintar punya jawaban yang tepat! Itu baru jawaban! Yang perlu ditelusiri lebih dalam adalah, apakah memang Perusahaan tersebut dengan menjual data, atau itu merupakan kebijakan dan terms partner bisnis mereka(sebagian besar meminta data pengguna/belum tahu kalau memang ada) ? Contoh : User -> UA-cam -> google analytic -> google ads -> revenue -> creator
Kemungkinan besar kyknya meminta data pengguna. Soalnya tau sendiri kan mereka punya tim pengembang yang lumayan besar, nah masa gak ada yang tau dan mereview bagaimana setiap kode yang dimasukkan berjalan? Mereka pasti sudah ada tim software engineernya yang akan mereview dan melakukan QC dari setiap kode baru yang dimasukkan. Kalo soal pendapat CEO KelasPintar, memang jawaban yang diberikan sangatlah brutal, namun memang itu faktanya di ranah hukum Indonesia. Setidaknya CEOnya ngasih jawaban yang gamblang nggak kyk Ruangguru yang menutup-nutupi fakta yang diberikan tim Narasi.
@@cmaxz817 Ruangguru, kelas pintar, etc . Menurut pendapat saya, saya yakin mereka semua tahu semua itu, mereka menyadari kalau pihak ke-3 seperti google, payment gateway, atau jasa lainya akan meminta data pengguna atas dasar kerja sama pengembangan usaha dalam bentuk marketing tertarget. mereka tidak/belum bisa hindari dari itu. Semua pada dasar tujuannya marketing dan peningkatan layanan dengan tujuan sebagai "ALAT" dalam mencari keuntungan yang menurut saya sah2 saja dilakukan .Perbedaanya hanya apakah si Ruangguru, kelas pintar, dll dengan sengaja menjual data sebagai penghasilan mereka?, atau itu sharing data saja atas persetujuan/ kesanggupan masing-masing pihak? Tapi judul videonya terlalu bomastis "DIJUAL". Intinya kita tidak bisa selamat dari hal itu selama kita masih terhubung internet.
Setelah melihat ini saya tahu bahwa pentingnya lihat cek permission dan s&k aplikasi sebelum mengakses aplikasi tersebut bukan dari aplikasi pendidikan saja tapi semua aplikasi harus kita lihat agar data kita tidak bocor
Kerenn!!.. Mungkin yg miss opportunity nya di investigasi ini bagusnya interview juga head app engineer ato head data analytics nya, biar jelas gtu kenapa harus ada fungsi2 "profiling" tsb. Biar menjadi showcase aj bahwa regulasi keamanan data/privacy kita belum ada "taringnya"
Well, bingung mau komen apa, tapi semoga kedepannya khususnya buat anak-anak, datanya gak lagi diperjualbelikan buat iklan dan semoga nantinya ada langkah tegas dari pemerintah terkait masalah perlindungan data, ..
Di Indonesia masih rawan penjualan data ini, karena tiap vendor aplikasi baru selalu menawarkan potongan harga menarik asal instal dan pakai aplikasi tsb. Kalau vendor aplikasinya sudah mau bangkrut atau join dengan vendor lain, ya mau gak mau data tsb diperjual belikan. Yang terpenting, balik lagi ke individu masing masing. Tidak perlu install aplikasi hanya untuk dapat promo, demi mengecilkan tindakan penjualan data itu
Astagfirullahaladzim....semoga yg berniat baik akan mendapat pahala kebaikan dan keberkahan, dan yg berniat jahat akan menerima balasannya yang menyiksanya
Mohon maap ini, kenapa klo di lembaga pemerintah kita ajukan pertanyaan (yg ga bisa dijawab) selalu bilangnya "Terima kasih, ini penemuan baru untuk kita dan (akan) dijadikan perbaikan selanjutnya" 🙏
Kebiasaan, biasanya atasan itu ngak tahu apapun tentang pemrograman. Kadang juga ada yang aplikasinya itu pesanan buatan dari pihak lain. Penting tidak ada laporan masalah dari user, aplikasi berjalan lancar dan bisnis berkembang serta masih menguntungkan.
terima kasih narasi sudah membuka isu ini. saya selaku guru jadi bisa sharing ke anak murid nanti di sekolah perihal untuk lebih aware dalam bermedia sosial sekalipun apk pendidikan. Semangat terus tim. Btw salfok sama namanya Aqwam F Hanifan selaku menjadi produser, reporter, periset, editor dan grafis .. multitalent sekali.
Ya gmn soalny banyak orang ga peduli dengan privasinya; lah saldo ATM, isi rumah dll aja dipamerin di medsos. Mungkin menarik dilihat korelasi apakah ketidakpedulian orang Indonesia terhadap privasi di aplikasi ini selaras dengan perilaku sosial yang ada. Orang Indonesia mah pedulinya UU ITE kyk pencemaran nama baik (padahal yg pakai jg bukan semua kalangan masyarakat) 🤣 Keliatan juga mana atasan yang paham sm kerja programmernya mana yang atasan abal2. Semoga dengan diangkat di narasi bisa membuat orang lebih aware lagi gak asalh acc izin aplikasi. Btw buat orang2 yg baca, google, IG, tiktok dkk juga ada fitur seperti itu jadi jangan heran kalo yg diliat iklannya cuma layanan pesan antar makanan online atau pemutar lagu padahal kan pinginnya liat iklan kocak2 kayak iklan Thailand wkwk
Antara kesengajaan dan tidak kesengajaan. Ketika bencana covid membuat 'masyarakat indonesia' harus melalui 'gerbang pemeriksaan maya', memasukkan privasi masyarakat indonesia ke dunia yang sangat berpeluang untuk manipulatif, dikoleksi datanya secara mudah, tanpa lagi harus melalui survei yang memberatkan dan melelahkan, termasuk diantaranya untuk survei data tentang hal yang begitu privasi. Bagai pedang bermata dua. Teknologi hadir sebagai bentuk kemudahan di jaman sekarang, dan juga sebagai peluang bagi mereka yang tergoda sehingga ambisi ketamakkan lebih mudah untuk menemukan caranya berkiprah. Bukan waktunya terpecah, namun waktunya sadar, kita ada dikelompok mana? Apakah kelompok oportunis pengumpul data privasi untuk komersial tanpa itikad dan tata cara yang baik. Apakah kita di kelompok yang bersama-sama memintarkan masyarakat untuk sadar akan fungsi teknologi sebenarnya. Agar masyarakat lebih paham, data mana yang bisa dipublish, mana yang tidak. Ketika mereka dipaksa untuk dimintai data pribadi, apa yang bisa kita sarankan untuk mereka. Jangan hambat kemajuan teknologi, karena ketakutan dan kekhawatiran. Namun juga jangan kembangkan teknologi tanpa menjamin keamanan dan kenyamanan akan data privasi pengguna. Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua.
Aplikasi bimbel itu kadang memiliki para tutor/guru yg juga aneh. Bisa ngajak anak2 chatting ala pdkt, pdhl mereka sdh punya istri/suami/anak. Hati2, krn byk remaja SMP/SMA saling bercerita merasa terganggu. Pihak SMA juga seharusnya dilarang membiarkan pihak bimbel datang ke sekolah saat tahun ajaran baru dimulai. Mereka menjual data (no telpon anak & ortu). Sekolah negeri maupun swasta saat pandemi sama2 ramai didatangi pihak2 bimbel online. Lalu gencar menelpon ortu & murid agar berlangganan.
kalo point pertama guru tutor ngajak chatting masih masuk akal lah sebab ada anak yang emang lebih nyaman pake bahasa casual , yang aneh itu pihak bimbel datang ke sekolah minta no telp ortu dan anak nah , yang paling mengkhawatirkan no ortu nya soalnya kebanyakan ortu di indonsia itu gagap digital , dan terlebih ortu yang sudah tua terkadang mudah di bohongi & diiming imingi sesuatu
Masalah kenapa MUNGKIN masih banyak orang yg malas membaca PRIVACY POLICY dari sebuah layanan yg akan digunakan pengguna bisa berupa aplikasi pada smartphone maupun website yg bisa diakses lewat browser di desktop (pc/laptop) maupun smartphone adalah, 1. Isi dari privacy policy yg sangat panjang yg mungkin sebagian besar pengguna langsung tekan tombol terima entah itu agar bisa segera menggunakan aplikasi tersebut atau kehilangan niat baca akibat privacy policy yg sangat panjang tersebut atau alasan lainnya. 2. Yg ini opsional, terkadang ada privacy policy yg hanya ada dalam Bahasa Inggris dan membuat pengguna seperti halnya di poin ke 1. Kalau tidak salah saya pernah menonton sebuah video mengenai betapa Wownya peringkat niat baca Indonesia di top 3 atau top 10 dari bawah (saya lupa, karena sudah cukup lama saya menonton video tersebut 😂), yg pada intinya yg saya ingin katakan adalah marilah menerapkan rajin membaca meskipun tulisannya itu sangat panjang dan membosankan (mungkin metode yg bisa diterapkan adalah dicicil bacanya, meskipun sudah terima privacy policy nya. Kalau sudah gak sreg dengan isi privacy policy bisa hapus akun, hapus data dan aplikasinya dan cari aplikasi alternatif. Dan kalau tidak ada alternatifnya bisa menggunakan aplikasi tersebut seperlunya saja, meskipun itu tidak akan mengurangi resiko dari apa yg dibahas di video narasi kali ini.) karena dari setiap bacaan kita mungkin akan mendapatkan ilmu yg baru dari apa yg kita baca.
Ada satu hal yang tim Narasi perlu tahu kalau permission itu tidak hanya dari si developer saja tapi juga library apa yang kita pakai termasuk advertise ID kalau saja kita pakai library untuk bisa login menggunakan Google atau Facebook advertise id itu pasti ada. Tapi pasti nya kita pasti punya yang nama nya tracker untuk mengetahui kalau Apps kita itu ada error tidak yang sehingga membuat apps crash saat di buka.
@@beatsinc.1806 Gini. Narasi mau ngasih info ke masyarakat Indonesia, umum, awam. Platform apa yang paling cocok untuk menyebarkan info itu? - Koran Astaga udah jarang yang beginian mah, tergerus digital - Artikel dan situs Tau sendiri kalau masyarakat Indo kurang dalam hal literasi, maless Karena pada males baca, akhirnya narasi bikin dalam bentuk format video, platform apa yang cocok? - Vimeo, Twitch Astaga ini mah kurang banyak masyarakat umum Indo yang pakai - Tiktok, Snack video Banyak sih yang pake, cuma yhaa mereka pake biasanya untuk hiburan, bukan edukasi. Lagian ada limit durasi kan? (maap gapernah pake tu 2 aplikasi, gatau gua) - IGTV Yap, ini baru cocok, cuma gua gatau Narasi upload di IGTV atau engga (maap ga maen IG) - UA-cam Yha ini yang paling cocok, hampir semua hp ada youtubenya, hampir semua orang pake. Terus kenapa Narasi pasang iklan? Well mereka juga butuh dana buat research kesana kemari, buat gaji pegawai juga. Kalo masalah Narasi jual data yg nonton/komen atau engga, jawabannya: engga, tapi juga iya Engga, karena Narasi gak ngumpulin data penonton. Iya, karena Narasi menggunakan layanan youtube. Nahh si youtube inilah yang ngumpulin dan jual data. Ngerti gak? Kalo belum ngerti, bukan masalah gua
dan contoh lainya adalah sistem operasi proprietary(tertutup) yang anda gunakan sehari-hari seperti Microsoft Windows dan MacOS juga ambil data anda ;) i use arch btw.
keren banget sih ini narasi kalo mengungkapkan hasil investigasi. ga kaleng-kaleng hasilnya. semoga publik makin melek dan mendorong pemerintah untuk memperbaiki dari sisi regulasinya.
Temen ku yang suka isi survey pas luang aja bisa dapet 2 juta perbulan. Bayangin cuan yg di bayar perusahaan iklan buat jutaan survey yang secara ga sadar di kasih anak2 trus di kantongin perusahaan aplikas
Kelas pintar,padahal cuma bikin akun dan gak lebih dari 2 hari aplikasinya langsung gue hapus,beberapa minggu setelahnya tiba tiba ada yang telpon dari mereka yang nawarin kelas pintar karna lagi ada diskon,ngeri nya bukan cuma gue,tapi ortu gue juga kena,gilanya beberapa minggu pasti ada aja whatsapp dari sales mereka atau bahkan telpon, padahal gue udah jelas jelas nolak dan gak pernah instal lagi kelas pintar. NGERI BANGET DIGITALISASI!!
mantap kinerjanya tim narasi, kawal terus pemerintah supaya bener kerjanya dalam mengatur dan membuat kebijakan sehingga tidak merugikan masyarakatnya.
@@KAK_PAN sulit kalau mengawal 270 jt masyarakat indonesia untuk tidak asa pencet tombol izinkan, selain jg dari pendidikan yg belum merata. tetapi jika pemerintah membuat aturan main tentang privacy yg baik maka aplikasi2 yang nakal ambil data privasi bisa dikurangi.
jangankan aplikasi, meskipun ga ada aplikasi, hape android mu sudah merekam semua aktifitas mu, parahnya kita harus beli perangkat yg menyadap privasi kita
Heran orang2 masih ga sadar bahwa ponsel adalah alat mata2 itu sendiri, tidak perlu mengunduh aplikasi apapun, memiliki ponsel sendiri sudah berisiko mengumbar seluruh kegiatan yg kita lakukan sehari-hari. Lihat aja Telkomsel mereka tahu riwayat panggilan kita bahkan merekam setiap percakapan kita dengan orang lain. Tidak percaya? Itu tertulis dalam kebijakan privasi Telkomsel. Apapun yg kita lakukan diketahui telkomsel, website yg dikunjungi, kata kunci yg diketik di google, video dan aplikasi yg kita unduh, bahkan tahu siapa kita dan anggota keluarga kita, tinggal dimana, umur berapa, segala hal yg tercantum dalam kartu keluarga. Jadi hal aneh jika baru heboh dengan hal beginian.
18:20 biasanya developernya diam2 menaruh aaid di aplikasi pemerintah, seperti yang website pemerintahan pernah ketauan ada script mining cryptocurrency.
@@whatdidpeoplesay9024 mustahil, tapi bisa di minimalisir. Ini bukan masalah regulasi atau kebijakan. Regulasi dan kebijakan hanya bisa meminimalisir seminimal-minimalnya, tidak bisa melindungi seutuhnya. Pepatahnya gini "Tidak ada yang aman di internet" Inget itu
gue udah engga kaget lihat ginian karena bener2 terjadi ke gue. Setiap gue dan temen-temen gue ngobrolin membeli suatu barang, iklan barang itu langsung otomatis muncul di medsos. Padahal dulu ads baru muncul setelah gue melakukan pencarian di google, sekarang lewat obrolan pun iklan sudah bermunculan.
12:21 Ngeles banget, kalau pengembang memang aware dan peduli sama anak2, tidak mungkin memberikan case seperti ini pada aplikasi. Jelas memang best case nya adalah orang tua bisa memantau dan memberikan akses informasi, tapi pasti aktivitas di dalam aplikasi, anak adalah pelaku karena orang tua menganggap aplikasi pendidikan ini adalah aman bagi anak2.
Wow saya sangat berterimakasih kepada narasi team yg sangat bersusah payah membuat liputan ini, membuka fakta, dan menelisik layaknya FBI. Saya sangat hargai usaha anda dan terimakasih mas mbk pak buk, berkat anda saya jadi tau dan akan men-share kan informasi ini
duid duid duid duid duid duid semua intinya gua yang cek biaya masuk univ gua dulu lulus sekarang aja pusing liatnya, sampe gua mikir itu naik sampe 4x lipat gara-gara pendidikan gratis lalu di bebanin ke univ apa ya?
Tonton juga Buka Mata eps. [Data Anak Dijual oleh Aplikasi Pendidikan] dan episode lainnya di www.narasi.tv atau klik link bit.ly/3NG1ax2
Banyak pegawai pemerintah yg gapaham teknologi min.. jd ada kemungkinan mereka tidak memahami betul apa dampak dg apk yg mereka buat
Makanya sebelum SEMUA di digitalisasi, UU perlindungan data pribadi wajib duluan ada. Ini penting banget. Di negeri seberang, mau buat map/peta aja mesti minta ijin dulu sama penduduk. Please dong pemerintah...THINK! Unless there's reasons
"gak ada cuannya, ngapain gw repot2 urus"
makanya sebagai konsumen harus cerdas juga, salah satu caranya tidak sembarangan memberikan akses/permission pada aplikasi yang tidak terpercaya/ akses yang tidak masuk akal untuk keperluan fungsi aplikasi. contoh: aplikasi film bajakan minta akses contact, microphone, kamera, dll
@@shasharose9916 ya kalau gitu nyalakan saat perlu saja, memang ribet tapi ya mau gimana kalau memang diperlukan
Inget lah...data paling dasar aja gampang bocor ...EKTP
Kecuali ada sikon
Mau bagi pengalaman saya sebagai pelajar. Aplikasi "Ruangguru" bisa mengakses Log Panggilan kita, dan benar saja. Beberapa hari kemudian, ayah saya di tlp oleh pihak aplikasi tersebut untuk menawarkan paket belajar berbayar yang ada di aplikasi tsb. Saya bingung mengapa aplikasi tersebut bisa mengetahui kontak ortu saya, oh ternyata jawabannya krn ada di video ini. Trmksh Narasi🙏
Syukurlah, next semoga bsa campaign ke teman2nya juga, akan bahaya aplikasi
ayang ko km pinter bgt si menjelaskan 😀
1 Server
Bukannya itu karena sebelum registrasi ruangguru harus mengisi data orang tua dulu?
@@anantav51 kalo gk mau diganggu kan bisa dikosongin aja semestinya
Hebatnya Narasi Newsroom yang bisa menyampaikan investigasi yang begitu rumit dengan narasi yang bisa dipaham oleh orang awam.
tujuan narasi biar masyarakat awam gak gampang di bodohi pemerintah lewat aplikasi wajib instal
@@king.canute21 yang sayangnya para ahli profesional tidak mampu menjelaskannya secara simpel kepada masyarakat umum dan mereka tidak mempunyai platform yang dapat menjangkau masyarakat awam. Semoga Narasi dapat terus menjadi perantara para profesional dalam menjelaskan hal ribet menjadi hal yang mudah dipahami.
sudah sesimpel ini tapi saya tetap malas memahami hahahaha
Dan beberapa waktu lalu saya komen tentang pentingnya privasi, saya di bully.
Mereka belum tau sepenting dan semahal apa informasi privasi itu, jadi inget waktu data covid indo bocor hwhwhw
Pasti para buzzer sekolam yg BULLY
Ya biarkan saja waktu yang akan menjawab betapa pentingnya privasi bagi mereka.
Selain aplikasi media belajar anak, gua yakin Peduli Lindungi juga sama kaya gitu, jadi sudahkah anda uninstal aplikasinya?
Maklum, masih banyak orang sini yg ga masalah data dirinya dicuri. Curhat masalah sensitif aja di medsos kok.
CEO & para staff" tinggi aplikasi belajar , ngomongnya muter" , bahasa tinggi tapi buat ngeles😂
percuma jadi orang pintar tapi ga punya etika
Saya juga gak paham mereka ngomongin apa😅
Dikira end usernya (pemakai/konsumen) bego kali ya. Wkwkwk...
itulah kenapa les konvensional lebih baik. karena resiko penjualan datanya minim.
Karena amanat perusahaan untuk bereaksi secara aman. Kecuali mau dipecat atau perusahaannya akan sepi peminat 😅
Keep in mind guys, bukan cuma aplikasi² edukasi ini aja. Semua jenis aplikasi. Aplikasi medsos, game (apalagi game online), dll juga byk yg mining data. Tapi emg byk yg ga terekspos.
Makasih byk utk Narasi membuka topik ini❤️
meta group terbaik kalau nambah data 🤣
So true 🙌 masih belum banyak yang aware terkait agreement ini
Tp krn yg ini data anak2 jadi lebih gimana gitu ya.
Bisa jadi di tangan terakhir sebagian ada yg ketampung sama para predator anak, terus distalking, serem.
Nah bener bgt.. Narasi framing kayak edutech satu2nya ajah hehe
Permasalahannya adalah Apps Edu inii direkomendasikan (wajib) oleh Negara, dapat "suntikan/subsiidi/tender" APBN pula. Ada yg jadi staffsus pula. Ya kali Narasi (swasta) mengalahkan BIN/Kepolisian (negara) dalam hal deteksi2 "kecurangan" seperti ini. Sengaja kah?
OH ternyata Ruang Guru butuh Data lokasi para murid untuk membantunya memilih tempat (kantor dan ruko) yang sesuai untuk dijadikan kantor cabang.
Itulah mengapa sepengalaman saya menjadi pendidik di Inggris, kami selalu mengecek apakah aplikasi sudah ada di whitelist data aplikasi yang di-acc oleh departemen pendidikan Inggris. Kedepannya mungkin Indonesia trutama kementrian pendidikan bisa memberikan syarat apabila sebuah aplikasi pendidikan ingin menjadi partner pemerintah maka harus mengikuti ketentuan seperti transparansi pengolahan data dan dilarang menggunakan ‘dark pattern’ seperti pop-up yg memaksa user utk memberikan data pribadi yg tidak relevan utk verivikasi user.
tinggal kapan kementrian pendidikan indonesia "mau" melakukannya ygy
@@radeneki belum tinggal, masih kapan mau mereka belajar tentang privasi pengguna.
aplikasi pedulilindungi aja secara terus terang menyalakan gps terus menerus dan yg lebih bahayanya ada isu kalo aplikasi tersebut dibuat oleh programmer singapura.
ntah benar atau tidak tapi kalo memang benar berarti secara terang2an pemerintah memberikan data warganya dan bisa diakses oleh warga negara lain.
pdhal kita gak kekurangan programmer sama sekali walaupun minatnya kecil tp banyak diluaran sana yg memiliki bakat tapi tidak tersalurkan.
saya juga agak miris sama website" pemerintah daerah yang masih menggunakan teknologi yang amat rentan terkena serangan padahal website tersebut menyimpan banyak data yang harusnya tidak orang lain ketahui, sudah sering sekali kejadian dari databasenya jebol sampai tampilan websitenya diacak2 oleh orang tidak bertanggung jawab
Itu tidak berlaku disini bung, Kemdikbud sendiri malah tidak tahu atau mungkin berlagak g tahu kalau aplikasinya jual data untuk iklan. LoL
Tidak berlaku di indonesia , orang departemen pemerintahannya sendiri kadang yang bocorin datanya wkwkwkw
Sayangnya, pemerintahnya juga mainan data
"emg lo presiden. Lagian jg siapa si lo pake segala takut. Kalo lo gak ngelakuin hal yg aneh2 mah gak usah takut" -kata bijak netizen yg selalu saya lihat dimanapun jika ada yg berbicara privasi... Tunggu sampai netizen tersebut tau rasanya kena pemalsuan data utk pinjol ilegal, tunggu sampai mereka kena orderan fiktif berkali-kali, tunggu sampai mereka dapat WA judi online... Penjualan data pribadi tidak memandang siapa anda. Sama seperti pencuri ponsel, sama seperti copet, sama seperti jambret. Mereka tidak melihat apakah anda presiden atau pejabat, mereka hanya melihat kesempatan & kecerobohan
ya persoalnya emang gitu, pengen jadi maju tapi mindsetnya ketinggalan dan gak mau tau sistem yang bakal dipake. yang berkembang bukan pinternya tapi malesnya, giliran kena scamming yang gak tau darimana asalnya bingung dan nyalahin sana sini, kan tolol
Kak aku udh beberapa kali ada yg chat dri nomor g dikenal trus dia nanyain tentang slot judi online gtu,pas aku tanya katanya aku pernah daftar gtu pake nomer itu,makanya dia chat aku,padahal aku gatau sama sekali soal itu,trus aku langsung blok.gmn ya apa aku harus ganti nomer aja?
Kebetulan emng sblm"nya aku sering download apk belajar gtu,mungkin aja itu penyebabnya 🤧
@@namjohyuk462 ganti ae cuy
Wa slot online meresahkan emang. Kntl
Yap saya salah satu orang yang dikirim email ke email pribadi saya dimana emailnya berisi kalau saya melakukan pinjam online di aplikasi adakami, padahal saya tidak pernah meminjam jangankan meminjam aplikasi nya saja saya tidak tahu bahkan mereka mengacam menyeberkan foto saya.
Ketika wasitnya belum bisa kritis (belum adanya UU Pelindungan Data Pribadi dan turunanya), maka jurnalisme dan masyarakatlah yang perlu terus kritis seperti ini terhadap digitech. Transformasi dijital ini masih sebuah disrupsi, sebab Rakyat belum punya kendali, diantaranya dengan regulasi. Semoga tidak teregulasinya tatakelola data pribadi di digitech bisa segera teratasi, ticking time bomb hilangnya kedaulatan Informasi pribadi bisa diperlambat bahkan terhenti.
kalau ada perlindungan privasi, polisi bisa digugat balik soal kasus Dea onlyfans. Melanggar privasi antara "mitra bisnis" dengan "klien" nya
Halo guys, ini bahasan yang menarik banget. Ntah baru muncul di algoritma youtube saya hari ini. Padahal video ini sudah tayang sejak 27 Mei lalu.
Sebetulnya, tak hanya aplikasi pendidikan saja yang demikian melakukan tindakan janggal dengan meminta akses privasi pada ponsel kalian. Banyak sekali aplikasi lainnya yang melakukannya. Tidak ada yang gratis dalam dunia ini. Meskipun ada aplikasi yang kalian unduh "gratis" tetapi data yang mereka butuhkan berasal dari user. Jadi, kalian lah produknya. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pada ponsel kalian itulan yang dikumpulkan sbg data sehingga bisa dikurasi untuk layak dijual. Caranya gimana agar kita tidak menjadi bagian produk mereka? matikan notifikasi yang tidak perlu.
Saya sudah mematikan notifikasi pada e-commerce, online transportation, social media (kecuali youtube), karena selain membuat distraksi mereka membaca behavior kita untuk melakukan tindakan yang mereka inginkan (membeli produknya, melihat kampanyenya, memahami poster iklannya dsb).
Ngeri banget Kelas Pintar, kenapa mesti siswa yang ditanya? Kan mereka gak paham dengan hal begituan, harusnya kalian lah yang wajib ditanya karena kalian pengembangnya.
Kalau masih bingung kenapa ngumpulin data ini jadi hal yang bermasalah, gue dulu pernah ikut rapat aplikasi militer dan salah satu fungsinya adalah reconaissance dan pelacakan dan mereka nunjukin aplikasi yang keren banget udah kaya di film bisa ngetrack target dan tahu keadaan sekitar, bahkan bisa real-time.
jadi iklan sebenarnya cuma hal kecil, ada masalah ketahanan dan keamanan. data ini penting banget, bahkan dibeli lewat pihak ketiga ke intelijen dan militer. kalo sewaktu-waktu ada perang, data ini bisa dipakai untuk kebutuhan perang.
😨
🤕
Dan kalau udah kebutuhan perang, kita yg warga biasa ini punya power apa 🙄🙄🙄 tidak ada
Disini kita jadi bisa tahu, perusahaan mana yang memiliki good conduct dan mana yang pure mikirin bisnis aja. Terima kasih Narasi, semoga ini membuka mata pemerintah untuk membuat regulasi yang lebih ketat tentang data protection.
Ide bagus sebenarnya Narasi mengangkat isu privasi data anak tapi perlu diapresiasi juga bahwa perusahaan edutech seperti Ruangguru sudah mengklarifikasi semua poin yang dibahas. Yah in the end masyarakat makin melek dan perusahaan makin merasa responsible, win-win.
Link klarifikasinya dimana ya kak
mau tau boleh nggaa, sumber klarifikasi dari ruangguru dimana yaa?
bagian dari ruang guru ya pasti anda bela dong.
kwkwkw.
Ruangguru klarifikasi? Sepemahaman saya dari video ini, Zenius dan Sekolah.mu yg lebih vokal dan jelas. Ruangguru justru bersifat defensif dan tidak to the point.
😂😂😂
Edan sekelas aplikasi yang asalnya dari negara langsung malah bisa ga ke kontrol kaya gini, bahkan pihaknya sendiri ga tau kalo data itu ujungnya sampe kemana. Gokil sih hwhwhw 😐
Mana yang disalahin konsumen lagi, selama ini setahuku konsumen adalah raja, konsumen itu sumber laba perusahaan. Lagi pula itu apk yang rekomendasi negara loh bukan konsumen yang inisiasi buat install, mana lempar-lemparan gitu lagi. Menggokil 😭🎉
Iya parah bgt sih.. apalagi konsumennya anak2 yg kemungkinan besar belum paham tentang hal ini.
Haha iya😭😭. Bingung banget loh🥲☺
salah lu percaya jokowi
@@king.canute21 lah buset nyalahin presiden 😂😂😂
@@miaww5291 emang yang wajibin make ruang guru siapa tong ? jokowi kan ? berarti salah lu percaya jokowi
Saya bahkan salut karena Narasi ikut dalam investigasi ini
🧔: Eh kita mau bikin apps untuk pendidikan nih, tapi kita butuh investor untuk pengembangan aplikasi kedepannya.
🕵️: Oke, kasi data pengguna ke kami, ntar kami bantu gaya hidup kalian & pengembangan aplikasi.
🧔: Eh belajar berbicara manis sama berkelit dulu, persiapan kalau kebongkar 🤙🏻
TRUE bangett inii wkwkwk
Masyarakat di Indonesia saya rasa belum cukup melek terkait pentingnya Data Privasi dan peruntukannya, hal ini diakibatkan salah satunya karena stakeholder dari negara ini yang kurang untuk memberi pendidikan agar masyarakat lebih aware terkait hal tersebut.
Iya, tiap hari berita yg gitu mulu, ga dipromosikan ke orang2 makanya pada ga tau orang yg awam
@@CesOrealz Narasi ini termasuk salah satu media yg menurut saya pribadi, sangat bagus. Banyak insight bermanfaat dan tanpa bumbu micin.
sy rasa stakeholdernya sendiri sama2 awam terkait hal ini..
Terjawab sudah pertanyaan masyarakat : kenapa Undang-undang perlindungan data pribadi tidak masuk prolegnas?
Ada banyak penipu dan pencuri berkedok eksklusif yang bisa kita tau dari video ini, sangat menjijikkan!
Karena dari pihak regulator/pembuat aturan masih belum merumuskan undang-undang mengenai perlindungan data privasi serta penegakan hukum bagi pelanggar juga belum jelas. Maka satu-satunya jalan adalah sebagai user/pengguna musti aware/mawas diri bahwa setiap aplikasi yang ada pasti membutuhkan izin/permission untuk mengakses ataupun mengambil data, tidak hanya bagi anak-anak tapi juga orang dewasa. Mulai sekarang jangan sekedar langsung oke-oke atau next-next aja waktu install aplikasi, tapi mulai pikirkan juga konsekuensinya seperti apa.
betul.. DPR itu sudah buat berapa UU dan revisi berapa UU penting ya smp skrg? Yg penting gini harusnya diduluin
Contoh lainnya adalah promo2 sms dr restoran cepat saji.
Dia dpt nomor kita dr mana?
Apa pihak operator seluler yg menjual nomor kita?
😅😅
Payah, di Indonesia hal hal yang berbau internet seperti ga dihargai
Mulai dari "internet cepat buat apa?" Sampai banyak orang yang buat banyak akun. Saat ditanya kenapa buat akun banyak? Jawabannya bisa dijual atau di tukar ke orang yang perlu data dari akun tersebut (biasanya akun game). Padahal jika kita lupa mencabut no telp dan alamat rumah bisa bisa nomor kita di hack oleh pembeli akun, selain melanggar ketentuan internet, ini juga menyebabkan data kita tercecer dimana mana. Hal hal penting kaya gini malah ga pernah dikasih tau di sekolah sekolah
Makanya itu gan, KENCANGKAN SUARA HAK PRIVASI MASYARAKAT! Biar pemerintah sono denger suaranya. Juga untuk itu kita didik semua lapisan masyarakat agar PEDULI tentang hak privasi digital setiap individu apalagi anak. Kalau misal masyarakat secara umum masih belum peduli, gimana pemerintah mau menerapkan?
@@hackby01fact50 Sejak kapan hal-hal digital pernah dihargai masyarakat Indonesia secara luas apalagi pemerintah? Mereka semua taunya cuman cara makainya doang, gak peduli sama cara alat tersebut dibuat. Ya kalo mindsetnya gitu ya pasti perusahaan-perusahaan bakal berprilaku seenaknya ngumpulin data pengguna. Makanya bro, gaungkan hak privasi masyarakat, edukasikan generasi-generasi yang senior, edukasikan generasi muda, satukan suara antar generasi terkait hak privasi digital masyarakat, insyaallah pemerintah bakal dengar kalo semua lapisan masyarakat bersatu.
Kesimpulan jwb bapaknya kelas pintar, 'kalo gak setuju ya lo gak usah pake aplikasi gw. Aplikasi gw gak ada masalah sama hukum negara jadi untuk apa dirubah. Ini strategi bisnis gw.'
😅
Jawaban bapaknya gak mencerminkan penggiat aplikasi belajar anak 🤦🏻♀️ hadeh
Jujur, kaget banget sih sama jawabannya. Berasa gak bersalah hanya karena tidak melanggar undang2. Gak ada tanggung jawab moral sama sekali padahal bergerak dibidang pendidikan...
"Ya gimana ga make Pak itu rekomendasi dari negara, disuruh guru buka itu ya saia buka" hwhwhw kurang lebih begitu yang bakal dibilang oleh korban. Habis itu nanti bapaknya jawab "ya, salahin pemerintah lah"
Gitu terus sampe bubar 😀🎉
inti nya ini bisnis murni
paham maksudnya ?
@@miaww5291 terus yang salah bukan pemerintah gitu ?
Key point yang bisa diambil menurut saya adalah pentingnya cek permission apa yang kita izinkan ketika akan install suatu app. Dan bagaimana privacy policy aplikasi tersebut. Terima kasih kepada tim Narasi untuk informasinya. Semoga semakin banyak yang aware terhadap hal ini. Dan semoga regulasi terkait GDPR/Perlindungan data bisa segera benar2 dikaji dan disahkan.
itu berlaku buat gim browser Dan sejenisnya. tapi kalo untuk sosmed atau aplikasi yg di haruskan buat akun, bagi yg awam pasti isinya lempeng(data pribadi)
Beberapa kasus barusan bukannya ga cocok antara perilaku physical app dengan list permission yang diberikan, tidak sesuai dengan klausa pada terms of service dan melanggar privacy policy ? Sure, klau yg cocok. Inti utama nya kan yg begini. Yg diem diem masuk rumah ngangkut motor.
@@Piku_gram baca term of service ama privacy policy ya, dia ngejelasin data yang bakal diambil.
Key point = kuncinya
@Albert William cara edit permissions aplikasi itu bagaimana ya? Terima kasih
Pernah liat meme nginstall kalkulator tapi minta izin akses ke telepon hahaha...well it's not just a meme. Susah untuk menjaga privasi di era digital sekarang
Meme mau seabsurd apapun bentuknya, selalu ada secuil realita dibalik itu.
@@xquisid ih masaaaaaak......
@@xquisid inget Mark Twain pernah bilang "kebenaran lebih aneh daripada fiksi" 😂
Saya guru dan operator sekolah, waktu pandemi kita menggunakan salah satu vendor dan diharuskan menggunakan data pribadi anak siswa saya (nisn, tgl lahir) termasuk data detail ttg sekolah. Pikir saya untuk apa? Tp saya menolak tanpa memberitahukann pihak vendor dan tanpa memberikan alasan apapun. Tetap memakai vendor tsb lalu nisn yg saya gunakan adalah nisn acak (asal) bgtu jg tgl lahir. Dan 1 tahun lalu setiap sekolah diharuskan mengganti akun dapodik dan password. Bayangkan jika 1 dari dari 100 sekolah menggunakan data yg sama ditiap vendor.
Investigasi yang transparan, terbuka, tepat sasaran, dan urgent untuk dilakukan. Membuka mata kita untuk aware terhadap berbagai teknologi yang kita gunakan. Langkah strategis perlu dilakukan pihak apps agar bijak mengolah data pengguna mereka. User (pengguna) juga harus bijak memilih apps dan memberikan perizinan terhadap akses-akses yang diminta apps untuk diakses agar dapat memimimalisir kemungkinan aktivitas mining data.
Kemdikbud gila juga buset, milik pemerintah tapi rasa swasta buat diiklanin. Bener2
Terimakasih kakak kakak semua. Karena sudah membuat sadar masyarakat jika data anak itu berharga.
Cara Narasi menarasikan serta mencreate persona sangat bagus sekali. Terlihat sekali ada org2 hebat dibelakangnya, dg filosofi tentunya.
Edtech di Indonesia jadi sesuatu yg luar biasa dan sangat membantu terlebih di era seperti skrg.
Dari yg disebutkan narasi, dari perspektif saya sbgai pengguna, terlebih apakah bias atau tidak, Zenius Education tidak hanya mengajarkan materi yg diajarkan di sekolah, tetapi memberi tahu detailnya ttg cara berfikir, cara belajar atau fundamental thinking sedangkan aplikasi yg lain, tidak sedalam itu, bahkan tidak ada.
Cepatnya perkembangan internet di Indonesia menjadikan meluasnya aplikasi sbgai bentuk manifestasi dari perkembangan teknologi, yg mana ini bagus. Tetapi, tentu perkembangan teknologi dan internet yg cepat ini, harus dibarengi dengan pengguna yg juga harus cerdas, bijak dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut.
Berhubung yang dibahas disini tentang aplikasi. Coba ditambah juga pendapat dari sisi programmer aplikasi nya. Yang lebih mengerti betul teknis nya. Yaa itupun kalau programmernya mau jujur dan ngerti betul apa yang di buat. Karena kalau bagian read contact, umumnya memang untuk kirim pesan refferal saja. Untuk phone connection state umumnya supaya bisa menampilkan status online/offline dalam aplikasi secara interactive.
@@blueglass6137 yaa itu perlu juga, yang saya sorot adalah bagian teknis terkait fungsi aplikasi yang di minta. Apalagi yang sifatnya optional. Nah, programmer lebih tahu itu. Dalam pempublikasian app ke store juga, sudah ada regulasi tersendiri untuk pencantuman kebijakan dan privasi di masing-masing store. Kenapa tak tercantum sejak awal? We dont know
@@yudhasetyaji7336 nah programmer masing-masing aplikasi harusnya berani ikut diwawancara, apalagi programmer yang menghandle bagian tersebut. tapi bisa jadi loh si programmer ya nurut-nurut aja apa kata si manajernya yang memplanning semua jadwal pengembangan softwarenya. bisa jadi itu gr gr permintaan manajer atau atasan akhirnya si programmer terpaksa ngoding itu di aplikasinya. Kalo dalam istilah bangun gedung, programmer itu kuli bangunan (yang disuruh-suruh), si manajer itu mandor tukang suruh-suruh, dan software engineernya (insinyur) tukang desainnya. Kalau mau lebih tepat ya tanyakan si manajer dan software engineernya kenapa mereka buat fitur itu ada di aplikasi.
Beda ya software engineer sama programmer walau begitu tidak menutup kemungkinkan juga software engineer ikut ngoding. Sama halnya kyk insinyur bisa sekaligus merangkap jadi tukang kalau misal duit projectnya tipis.
Yah mana mau mereka. Itu alasan foss lebih aman.
sebenernya bisa aja kalian cari banyak banget papernya. Namanya data mining. Pada kasus perusahaan big company data yang dimaksud adalah data abstract dimana data tidak menunjuk secara personal. Tujuannya tentu untuk advertisement. Jadi sebenernya algoritmanya tidak menjurus seperti nama budi lagi searching blablabla tp dalam bentuk id. Berbeda dengan kasus pencurian data / kebocoran data / penjualan data yang praktiknya biasanya dari perusahaan abal-abal. Ini bukan rahasia perusahaan tp emang rahasia umum yang normal untuk diketahui konsumen. Kalo gak mau ribet cari informasi ini itu di internet coba tonton film dokumentasi "The Social Dilemma". Simple. Kalau kalian tidak bayar untuk produk itu, berarti kalian produknya.
Tahun 90-an begitu kita lulus SMA langsung tiap hari dikirim brosur dari lembaga pendidikan. Praktek udah berlangsung lama, yang membedakan cuma caranya dari offline ke online.
Tapi brosur ga sampai jual data pribadi.
@@hbudiman14 maksud penjualan data itu advertisement dan bukan personal tapi data abstrak. Kata "Penjualan data" sering diartikan secara personal cuma biar orang-orang jadi aware aja.
beda sama penjualan data dari kebocoran data yang sampe tau email, password, lokasi, dll.
@@hbudiman14 aplikasi juga gak jual data2 personal bambang
1. Matikan gps saat tidak diperlukan
2. Batasi aplikasi yg berjalan dibelakang
3. Uninstal / nonaktifkan penggunaan paket data di apk offline
tidak berlaku untuk pengguna hp oddo vovi dan killme.
Good, basic nya gitu
Mediumnya
Cermati term and privacy nya aplikasi
Expertnya
Selidiki dah tuh script aplikasinya
Ya, untuk bbrapa android, bloodwarenya kadang meresahkan, pernah liat jga klkulator minta akses kontak. Wkwk
Bener sih data pribadi sangat rentan di era pendidikan daring. Awal-awal pandemi, saya dulu sering banget diteleponin sama tim marketing Zenius segala macem kayak dalam 1 bulan diteleponin 3 kali. Padahal kondisinya saat itu udah gak butuh lagi appsnya dan udah uninstall. Pokoknya nyesel banget pernah masukin data nomor HP lewat zenius dan sekarang udah ganti nomor telepon :)
mungkin ini saran buat ke depan, punya minimal 2 nomer HP, 1 buat yang aneh2 klo ada yang telepon, sms, chat dari orang yang tak di kenal anggap itu sampah. yang satu lagi buat keluarga n kerja. yang keluarga dan kerja pakai HP murah saja(kasus extrem, pakai HP yang bisanya cuma telpon dan sms saja buat yang begini).
Kompetitornya juga sama aja 😆
Gk bisa diblokir kah nomornya? Harusnya ada fitur blokir kan?
@@cmaxz817 yang begini biasanya sekali telepon saja, klo berhasil baru beberapa kali ngulang, orangnya sama tapi sering kali dia ganti nomor atau telepon dari agen yang berbeda. jadi klo nomor teleponnya udah masuk di pasar begini yah bakal sering di telpon oleh nomor tak dikenal. pengguna kartu kredit aktif bakal lebih sering di telepon dari pada yang tidak aktif atau tidak pakai kartu kredit.
Kalo yang kyk gini mah , masih ke itung normal , karena gak di jual datanya dan Zenius pun mengakui bahwa mereka memang mengambil data untuk pengembangan , yang di maksud itu ya gini , untuk pengiklanan mereka.
Thanks to Narasi karena sudah mengangkat topik ini. Saya sebagai siswa yang dari awal pandemi getol buat download aplikasi pembelajaran juga sudah merasa aneh terkait privasi. Beberapa aplikasi pembelajaran meminta konfirmasi nomor telepon, jika sudah mengonfirmasi akan mendapatkan diskon dan gratis premium beberapa hari. Hasilnya? nomor saya dan bahkan nomor ortu saya pernah ditelpon oleh salesnya. Sampai sekarang, padahal saya sudah menghapus aplikasinya tetap saja dihubungi melalui WA dan bahkan langsung ditelpon. Mengganggu banget. Umumnya, ada kan buat ngehapus nomor telepon di akun? Di aplikasi pembelajaran ini ga ada. Menurut saya ini cara yang licik. Di sisi lain peraturan pemerintah yang kurang ketat jadi ga ada alasan buat pelanggaran privasi itu, dan para aplikasi memanfaatkan hal itu. Bener-bener, aplikasi pendidikan itu depannya aja yang friendly, namun dalamnya cukup nakutin juga. Saya sekarang sudah tidak memakai aplikasi pembelajaran bahkan dari pemerintah (karena aplikasinya kurang bagus).
Pengalaman saya juga diberi nomor kartu yang ada paket internet dari pemerintah. Awalnya berjalan lancar namun lama-kelamaan sering ditelpon penipu yang mengenali nama-nama guru, kepala sekolah, dan bahkan siswa. Apakah ada operator yang menjual data tersebut? idk. teman-teman saya di sekolah lain yang satu provinsi juga mendapatkan kejadian yang serupa. Saya dari Kalimantan Timur, mungkin ada yang pernah ngalamin?
Boleh spill ga merknya? Biar aku ga download
@@miaww5291 duh keknya ga bisa aku sebutin merknya karena komentarku sebelumnya ada aku sebutin merknya terus komentarku hilang (entah karena apa, takut aja :0. Aku juga ga mau berasumsi ke satu pihak dan menyalahkan salah satu aplikasi hehe). Intinya, kalau mau pakai aplikasi pembelajaran, sebisa mungkin jangan konfirmasi nomor telepon, dan kalau bisa isi data pribadi jangan lengkap dan jelas banget (kayak nama lengkap, nama ortu, nomor ortu, alamat, asal sekolah, dll). Kalau misalnya dikasih diskonan atau free premium dengan syarat harus konfirmasi no telepon, usahakan tetep jangan mau.
Pakai aplikasi pembelajaran untuk mendapatkan media pembelajarannya aja, jangan jadi tempat pengisian biodata diri kamu. Karena kalau udah ngisi terutama nomor hp, susah banget. Pasti bakal dihubungi mulu kayak aku.
oh ya kalau ga salah ada orang yang terus ditelpon ga berhenti sampe ganggu aktivitasnya. akhirnya dia coba masukkin nomernya ke daftar nomer yang jangan ditelpon kecuali penting. dan tebak apa hasilnya? dia ngegugat penelpon dan menang uang banyak di pengadilan. mungkin anda boleh nyoba juga, tapi saia ga tau caranya :v
@@agungiwd owalah okiee okiee makasih infonya, semoga ga kejadian lagi kaya gitu 😭 pasti risih banget
@enasib Siapa? Bisikin bisikin 😂😂
Lagu oknum sipil negara saat keciduk: "denial dulu baru purak² gak tahu dengan dalih bisa menjadi perbaikan."
iya
18:05
Reportase Narasi semakin keren! much respect
Saya sebagai orang Data Scientist sangat saaaangat miris sama pemerintahan Indonesia terutama DPR yang sama sekali gak peka terhadap besarnya potensi data (baik/buruk) rakyat-rakyatnya
Indonesia Terkesan kebelet canggih tapi basic-basic yang harusnya sudah jadi pondasi keamanan/kenyamanan pemakainya malah dibiarkan
DPR yg mereka pikir cuma duit jadi tidak peduli dengan masalah rakyat.. meskipun mereka wakil rakyat..
90% aplikasi memang menjual data kita ke 3rd party. Mulai dari yg besar seperti Google, Facebook atau yg kecil2 juga sama aja. Liat aja di term and conditions sebelum kita install atau liat di permission apps
Dari awal dah curiga. Tapi ini objeknya atas nama pendidikan anak2 . Ini si kebangetan klo bener. Pantes aja rela buang duit buat promo gede2an.
mean while. nonton video ini aku udh skip 15 IKLAN
lu percaya aja presiden lu kayak atas gw noh tapi kalau lu gak dapet blt ya lu demo masak mau rugi dukung presiden tapi gak dapet blt 🤭
Perhatikan omongan para narasumber ini. Apa yang mereka sampaikan sebetulnya bermakna sebaliknya.
"Kami tidak mengambil profit", yang sebenarnya mereka mengambil profit.
Sedih lihatnya. Bahkan perusahaan yg dibangga-banggakan sebagai kreasi anak bangsa tega melakukan pelaggaran demi pelanggaran, sengaja atau tidak hanya utk meraup untung. Lebih sedih lagi, saat tau bahkan layanan dari kementrian yg dibangun dengan uang rakyat pun melakukan pelanggaran. Sengaja atau tidak atau memang lemah nya pengawasan di pihak kementrian.
Karena yg penting cuan bro. Bodo amat dg org lain.
Sy kira data orang Indo sudah semua-nya bocor, kecuali orang² yg tidak punya smartphone
😅😅😅😅😅
UU perlindungan konsumen digital di Indonesia masih sangat lemah dan bisa di salah gunakan seperti ITE yg sering di pakai untuk jerat orang lain. Gak jelas hanya tergantung penafsiran
Android 12 udah bagus tuh, setiap apps pas awal install, persetujuan2 ga langsung dapet perizinan. Dan ketika ada penggunaan mic/camera/location tanpa perizinan anda, akan ada dot hijau pojok kiri atas. Jadi wajib buka info aplikasi tersebut, lihat dan berikan persetujuan2 apa yg kamu izinkan. Kalau aplikasi tidak sesuai perizinan dengan kegunaannya. Jangan dikasih izin. Semisal penggunaan kontak/telepon pdhal aplikasi tersbut tidak membutuhkan kontak dan telepon untuk kegunaannya, ya jangan dikasih izinnya. Paling bener sih, kalau menjaga privasi ya make hape non internet. Karna internet itu susah ada yg menghargai privasi.
"Jangan-jangan" PEDULI-LINDUNGI senada-seirama
Zenius, emang paling mantep.
Kesimpulan dari vidio di atas , Zenius relatif aman bagi pengguna , dan gw rasa platform belajar online nomer 1 di indonesia masih di pegang Zenius :).
ini mah normal, dh g kaget lagi ane. malah lebih kaget klo datanya bener" disimpan dgn baik dn aman
Dear abang KELAS PINTAR
Jadi yang salah itu pengguna bro?
Karna mengizinkan segala akses yg diminta aplikasi?
Terus kalo pengguna menolak memberikan izin akses ke aplikasi apa aplikasinya masih bisa dijalan kan?
SAYA RASA TIDAK!
mean while. nonton video ini aku udh skip 15 IKLAN
@@beatsinc.1806 wkwkwk
RASA TIDAK SAYA!
Suka banget sama Narasi. Analisisnya bener-bener totalisme. Pingin deh bisa tau lingkungan kerja di Narasi •́ ‿ ,•̀
Fakta yang dianggap sah bagi perusahaan untuk mengumpulkan data pribadi anda hanya karena anda harus "mengklik ok untuk melanjutkan" supaya ponsel anda berfungsi adalah ekspresi sempurna tentang siapa yang memegang kekuasaan dan mengapa mereka harus dilempar ke laut. - EDWARD SNOWDEN -
Seneng banget narasi bahas ginian, karena ini hal baru, pasti banyak yang seperti ini,
Saya rasa hal ini perlu di tindak lanjuti. dan jika memang data tersebut dibutuhkan untuk melihat pola keseharian agar bisa diketahui siapa yg paling cocok untuk di berikan iklan suatu produk misalnya, paling tidak datanya jangan diberikan secara pribadi/mikro, tapi secara makro. Misalnya cukup melihat di wilayah tertentu saja. Seperti cukup melihat ternyata warga kota A misalnya ternyata kebanyakan kebiasaannya seperti ini.
mean while. nonton video ini aku udh skip 15 IKLAN
Edukasi tentang online privacy sama cybersecurity sangat penting untuk kita orang awam di masa digital ini.
Sama mulai pakai FOSS software karena free as in freedom dan open source.
Keren 👍🏼👍🏼
sebagai operator sekolah yang kerjaannya menginput data pribadi anak, saya salut dengan Topik yang di angkat
Karena sangat relate dengan kondisi saat ini, dimana banyak aplikasi pendidikan yang digunakan oleh pelajar justru banyak mengandung iklan yang tidak relate, ya mungkin hasil dari penjualan data tersebut,
Memang pihak developer mungkin sudah menjelaskan hal tersebut tetapi kalau aplikasi tersebut sudah direkomendasikan oleh pemerintah lalu di teruskan oleh sekolah
Anak anak kita bisa apa?
Pemerintah harusnya datang memberikan solusi terbuka yaitu aplikasi-aplikasi yang menyamai Ruangguru dkk namun semua kode-kode programnya dibuat terbuka (open source) sehingga semua pihak, terutama programmer bertalenta di Indonesia dapat me-review kode tersebut dan memperbaiki celah didalamnya.
Kalo prinsip sy sebagai anak Teknik Informatika, jika suatu aplikasi berani dibuat terbuka (open source), maka pengembang aplikasi tersebut yakin bahwa aplikasi tersebut tidak memiliki maksud jahat. Karena jika ada satu baris kode yang mengandung unsur-unsur yang tidak baik, maka pasti akan ada programmer lainnya yang menunjuk hal tersebut. Nah, untuk itu sebenarnya aku sedih banget ketika banyak aplikasi-aplikasi pemerintah Indonesia tidak dibuat secara terbuka, pasti bugnya berkeliaran dimana-mana. Apalagi aplikasi penting semacam aplikasi ujian sekolah begitu, temen aku saja dulu pas jaman SMA bisa bobol aplikasi ujian sekolah dengan gampang gr gr aplikasinya memang belum siap pakai.
@@cmaxz817 kalo dibikin open source gak bisa narik cuan pas aplikasinya perlu di update, ya kalo emang bug nya gak sengaja teritinggal. kalo senggaja ditinggal biar kalo ketemu bisa di cuanin gimana? kan jaman sekarang yang penting cuan, gak peduli apa dia afiliator atau maling duit rakyat.
@@fastranger aplikasi pemerintah masa mau narik cuan dari iklan? Kalo swasta masih mending, ini pemerintah loh, pihak yang dibayar pakai duit rakyat. Yg bener aja.....
@@cmaxz817 iya makanya, prilaku bobrok banget kan ? kalo di atas2nya aja kaya gitu gimana yang dibawah. kan gak semua rakyat bodoh, kalo mereka berani colong2an secara terang2an seperti itu berarti mereka gak takut sama rakyat
@@fastranger ya makanya perlu diedukasi masyarakat scr umum kalau semua software pemerintah harus dibuat secara terang terangan dan terbuka. Kita sebagai generasi yg paham ya harus kasih tahu yang belum paham. Andai aja ada anak programmer yang sekaligus influencer terkenal menggaungkan hal seperti itu. Pemerintah itu ngikut suara terbanyak dan terkeras. Kalo misal lapisan masyarakat kita banyak yang gk peduli, ya pemerintah bakalan gk peduli juga.
Hidupkan jurnalis kritis di Indonesia!
Thanks narasi.
Terima kasih Narasi, telah mengangkat isu privasi data,, dan Kementerian Pendidikan harusnya juga bisa berkaca dan melakukan langkah terukur atas temuan tim Narasi, jangan cuma bisa bilang kami akan melakukan perbaikan tapi gak ada action dan transparansi
Waah ini perlu dan penting banget untuk dibahas lebih lanjut, supaya masyarakat kita melek betapa pentingnya perlindungan data pribadi. Saya menunggu topik ini dibahas di Mata Najwa
mean while. nonton video ini aku udh skip 15 IKLAN
pendidikan adalah bisnis. Termasuk buku Yang sering ganti kurikulum.
Bayar SPP, Bayar Uang gedung, Bayar tenaga Kerja.
Dunia tidak sesempit dan semunafik yang Lo Pikirin
@@beatsinc.1806 Bodo amat, konsep bisnis nya beda. Bisnis yang dibarengi dengan pencurian data adalah kejahatan. Paham?
Mata Najwa udah gak tayang bro. Udah dilarang pemerintah, sedih sih😢
@@MyHusbands lah iya? Kok gua baru tau bro?
Makanya sebelum install aplikasi apapun, jangan main asal klik-klik "allow" atau "ijinkan". Mending tolak2in dulu saat instalasi. Nantinya kalo ada fitur tertentu yang perlu akses saat kita mau pake (saat sudah diinstall), barulah kita allow/ijinkan..
thx
Thanks Narasi yang udah berani ngobok" soal ini
di dunia nyata emas sangatlah berharga, tetapi di dunia Maya Data individu bagaikan emas di dunia nyata. sekelas Mark Zuckerberg aja jika memakai leptop, kameranya akan ditutup, why ?? karena DIA TAU.
kamera laptop emang kenapa, Kak?
Untung ada rangkuman komprehensif kayak gini. Selama ini cuma denger rumor aja dan sadar iklan itu ada penyesuaian di hp pengguna (misal ngomong mau beli hp, iklan tokped atau shopee nongol di fb/ig/twitterku). Skrg udh mulai sadar keadaan ada hal kayak gini setelah investigasi narasi dan bbrp pihak. Jangan2 ini knp, skrg ada permissions yg aktif pas app dibuka. Apalagi yg dblg perwakilan kemendikbud “temuan baru ini bisa membantu kita” harusnya sblm kerja sama itu mereka lebih canggih. Harusnya gak ada excuses kayak gitu: gatau lah; baru tau lah; dibalikin ke users lah. Harusnyakan disesuaikan ke privacy target pemgguna. Mikirnya bisnis tok
SEMOGA KETERBUKAAN & KETEGASAN TIM NARASI TETAP ISTIQOMAH
Kepada tim redaksi saya liat sekilas ada yang kurang akurat mengenai ruangguru app, di exodus tertera versi 6.7.0 yang dirilis januari 2021 sedangkan kalian membandingkan dengan versi terbaru, saya lihat di menit 9:42 versi 6.33.2, mungkin saja memang diversi terbaru udah ga pake permision tersebut. dan juga di menit 9:42 itu adalah tampilan dari os android nya yg nampilin informasi apa aja yg suatu app gunakan (bukan pembuat app sendiri yang ngedit/nulis)
Up up up berita ini
CEO Kelas Pintar punya jawaban yang tepat! Itu baru jawaban! Yang perlu ditelusiri lebih dalam adalah, apakah memang Perusahaan tersebut dengan menjual data, atau itu merupakan kebijakan dan terms partner bisnis mereka(sebagian besar meminta data pengguna/belum tahu kalau memang ada) ? Contoh : User -> UA-cam -> google analytic -> google ads -> revenue -> creator
Kemungkinan besar kyknya meminta data pengguna. Soalnya tau sendiri kan mereka punya tim pengembang yang lumayan besar, nah masa gak ada yang tau dan mereview bagaimana setiap kode yang dimasukkan berjalan? Mereka pasti sudah ada tim software engineernya yang akan mereview dan melakukan QC dari setiap kode baru yang dimasukkan.
Kalo soal pendapat CEO KelasPintar, memang jawaban yang diberikan sangatlah brutal, namun memang itu faktanya di ranah hukum Indonesia. Setidaknya CEOnya ngasih jawaban yang gamblang nggak kyk Ruangguru yang menutup-nutupi fakta yang diberikan tim Narasi.
@@cmaxz817 Ruangguru, kelas pintar, etc . Menurut pendapat saya, saya yakin mereka semua tahu semua itu, mereka menyadari kalau pihak ke-3 seperti google, payment gateway, atau jasa lainya akan meminta data pengguna atas dasar kerja sama pengembangan usaha dalam bentuk marketing tertarget. mereka tidak/belum bisa hindari dari itu. Semua pada dasar tujuannya marketing dan peningkatan layanan dengan tujuan sebagai "ALAT" dalam mencari keuntungan yang menurut saya sah2 saja dilakukan .Perbedaanya hanya apakah si Ruangguru, kelas pintar, dll dengan sengaja menjual data sebagai penghasilan mereka?, atau itu sharing data saja atas persetujuan/ kesanggupan masing-masing pihak? Tapi judul videonya terlalu bomastis "DIJUAL". Intinya kita tidak bisa selamat dari hal itu selama kita masih terhubung internet.
Setelah melihat ini saya tahu bahwa pentingnya lihat cek permission dan s&k aplikasi sebelum mengakses aplikasi tersebut bukan dari aplikasi pendidikan saja tapi semua aplikasi harus kita lihat agar data kita tidak bocor
Kerenn!!.. Mungkin yg miss opportunity nya di investigasi ini bagusnya interview juga head app engineer ato head data analytics nya, biar jelas gtu kenapa harus ada fungsi2 "profiling" tsb. Biar menjadi showcase aj bahwa regulasi keamanan data/privacy kita belum ada "taringnya"
Lah itu malah mereka gamau engineernya ngomong, buka rahasia dapur malah ketangkep basah🫣
Well, bingung mau komen apa, tapi semoga kedepannya khususnya buat anak-anak, datanya gak lagi diperjualbelikan buat iklan dan semoga nantinya ada langkah tegas dari pemerintah terkait masalah perlindungan data, ..
Di Indonesia masih rawan penjualan data ini, karena tiap vendor aplikasi baru selalu menawarkan potongan harga menarik asal instal dan pakai aplikasi tsb. Kalau vendor aplikasinya sudah mau bangkrut atau join dengan vendor lain, ya mau gak mau data tsb diperjual belikan.
Yang terpenting, balik lagi ke individu masing masing. Tidak perlu install aplikasi hanya untuk dapat promo, demi mengecilkan tindakan penjualan data itu
Astagfirullahaladzim....semoga yg berniat baik akan mendapat pahala kebaikan dan keberkahan, dan yg berniat jahat akan menerima balasannya yang menyiksanya
Mohon maap ini, kenapa klo di lembaga pemerintah kita ajukan pertanyaan (yg ga bisa dijawab) selalu bilangnya "Terima kasih, ini penemuan baru untuk kita dan (akan) dijadikan perbaikan selanjutnya" 🙏
karna human is trash 18:05
Kebiasaan, biasanya atasan itu ngak tahu apapun tentang pemrograman. Kadang juga ada yang aplikasinya itu pesanan buatan dari pihak lain. Penting tidak ada laporan masalah dari user, aplikasi berjalan lancar dan bisnis berkembang serta masih menguntungkan.
terima kasih narasi sudah membuka isu ini. saya selaku guru jadi bisa sharing ke anak murid nanti di sekolah perihal untuk lebih aware dalam bermedia sosial sekalipun apk pendidikan. Semangat terus tim. Btw salfok sama namanya Aqwam F Hanifan selaku menjadi produser, reporter, periset, editor dan grafis .. multitalent sekali.
Ya gmn soalny banyak orang ga peduli dengan privasinya; lah saldo ATM, isi rumah dll aja dipamerin di medsos. Mungkin menarik dilihat korelasi apakah ketidakpedulian orang Indonesia terhadap privasi di aplikasi ini selaras dengan perilaku sosial yang ada. Orang Indonesia mah pedulinya UU ITE kyk pencemaran nama baik (padahal yg pakai jg bukan semua kalangan masyarakat) 🤣
Keliatan juga mana atasan yang paham sm kerja programmernya mana yang atasan abal2. Semoga dengan diangkat di narasi bisa membuat orang lebih aware lagi gak asalh acc izin aplikasi. Btw buat orang2 yg baca, google, IG, tiktok dkk juga ada fitur seperti itu jadi jangan heran kalo yg diliat iklannya cuma layanan pesan antar makanan online atau pemutar lagu padahal kan pinginnya liat iklan kocak2 kayak iklan Thailand wkwk
Channel Narasi, Remotivi, Dan Asumsi Merupakan Channel Favorit Saya. Semoga kalian Berkembang dan selalu mendidik Masyarakat indonesia
Antara kesengajaan dan tidak kesengajaan. Ketika bencana covid membuat 'masyarakat indonesia' harus melalui 'gerbang pemeriksaan maya', memasukkan privasi masyarakat indonesia ke dunia yang sangat berpeluang untuk manipulatif, dikoleksi datanya secara mudah, tanpa lagi harus melalui survei yang memberatkan dan melelahkan, termasuk diantaranya untuk survei data tentang hal yang begitu privasi.
Bagai pedang bermata dua. Teknologi hadir sebagai bentuk kemudahan di jaman sekarang, dan juga sebagai peluang bagi mereka yang tergoda sehingga ambisi ketamakkan lebih mudah untuk menemukan caranya berkiprah.
Bukan waktunya terpecah, namun waktunya sadar, kita ada dikelompok mana? Apakah kelompok oportunis pengumpul data privasi untuk komersial tanpa itikad dan tata cara yang baik. Apakah kita di kelompok yang bersama-sama memintarkan masyarakat untuk sadar akan fungsi teknologi sebenarnya. Agar masyarakat lebih paham, data mana yang bisa dipublish, mana yang tidak. Ketika mereka dipaksa untuk dimintai data pribadi, apa yang bisa kita sarankan untuk mereka.
Jangan hambat kemajuan teknologi, karena ketakutan dan kekhawatiran.
Namun juga jangan kembangkan teknologi tanpa menjamin keamanan dan kenyamanan akan data privasi pengguna.
Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua.
sebagai anti pemerintah gw sama sekali gak instal aplikasi wajib yang di anjurkan pemerintah bahkan vaksin aja gw gak
Institusi pemerintah terkait, menurut saya harus lebih proaktif utk melindungi anak2 kita dari pencurian data.
Aplikasi bimbel itu kadang memiliki para tutor/guru yg juga aneh. Bisa ngajak anak2 chatting ala pdkt, pdhl mereka sdh punya istri/suami/anak. Hati2, krn byk remaja SMP/SMA saling bercerita merasa terganggu. Pihak SMA juga seharusnya dilarang membiarkan pihak bimbel datang ke sekolah saat tahun ajaran baru dimulai. Mereka menjual data (no telpon anak & ortu). Sekolah negeri maupun swasta saat pandemi sama2 ramai didatangi pihak2 bimbel online. Lalu gencar menelpon ortu & murid agar berlangganan.
kalo point pertama guru tutor ngajak chatting masih masuk akal lah sebab ada anak yang emang lebih nyaman pake bahasa casual , yang aneh itu pihak bimbel datang ke sekolah minta no telp ortu dan anak nah , yang paling mengkhawatirkan no ortu nya soalnya kebanyakan ortu di indonsia itu gagap digital , dan terlebih ortu yang sudah tua terkadang mudah di bohongi & diiming imingi sesuatu
Masalah kenapa MUNGKIN masih banyak orang yg malas membaca PRIVACY POLICY dari sebuah layanan yg akan digunakan pengguna bisa berupa aplikasi pada smartphone maupun website yg bisa diakses lewat browser di desktop (pc/laptop) maupun smartphone adalah,
1. Isi dari privacy policy yg sangat panjang yg mungkin sebagian besar pengguna langsung tekan tombol terima entah itu agar bisa segera menggunakan aplikasi tersebut atau kehilangan niat baca akibat privacy policy yg sangat panjang tersebut atau alasan lainnya.
2. Yg ini opsional, terkadang ada privacy policy yg hanya ada dalam Bahasa Inggris dan membuat pengguna seperti halnya di poin ke 1.
Kalau tidak salah saya pernah menonton sebuah video mengenai betapa Wownya peringkat niat baca Indonesia di top 3 atau top 10 dari bawah (saya lupa, karena sudah cukup lama saya menonton video tersebut 😂), yg pada intinya yg saya ingin katakan adalah marilah menerapkan rajin membaca meskipun tulisannya itu sangat panjang dan membosankan (mungkin metode yg bisa diterapkan adalah dicicil bacanya, meskipun sudah terima privacy policy nya. Kalau sudah gak sreg dengan isi privacy policy bisa hapus akun, hapus data dan aplikasinya dan cari aplikasi alternatif. Dan kalau tidak ada alternatifnya bisa menggunakan aplikasi tersebut seperlunya saja, meskipun itu tidak akan mengurangi resiko dari apa yg dibahas di video narasi kali ini.) karena dari setiap bacaan kita mungkin akan mendapatkan ilmu yg baru dari apa yg kita baca.
Ada satu hal yang tim Narasi perlu tahu kalau permission itu tidak hanya dari si developer saja tapi juga library apa yang kita pakai termasuk advertise ID kalau saja kita pakai library untuk bisa login menggunakan Google atau Facebook advertise id itu pasti ada. Tapi pasti nya kita pasti punya yang nama nya tracker untuk mengetahui kalau Apps kita itu ada error tidak yang sehingga membuat apps crash saat di buka.
Narasi juga makan iklan
@@beatsinc.1806 Gini. Narasi mau ngasih info ke masyarakat Indonesia, umum, awam. Platform apa yang paling cocok untuk menyebarkan info itu?
- Koran
Astaga udah jarang yang beginian mah, tergerus digital
- Artikel dan situs
Tau sendiri kalau masyarakat Indo kurang dalam hal literasi, maless
Karena pada males baca, akhirnya narasi bikin dalam bentuk format video, platform apa yang cocok?
- Vimeo, Twitch
Astaga ini mah kurang banyak masyarakat umum Indo yang pakai
- Tiktok, Snack video
Banyak sih yang pake, cuma yhaa mereka pake biasanya untuk hiburan, bukan edukasi. Lagian ada limit durasi kan? (maap gapernah pake tu 2 aplikasi, gatau gua)
- IGTV
Yap, ini baru cocok, cuma gua gatau Narasi upload di IGTV atau engga (maap ga maen IG)
- UA-cam
Yha ini yang paling cocok, hampir semua hp ada youtubenya, hampir semua orang pake.
Terus kenapa Narasi pasang iklan? Well mereka juga butuh dana buat research kesana kemari, buat gaji pegawai juga.
Kalo masalah Narasi jual data yg nonton/komen atau engga, jawabannya: engga, tapi juga iya
Engga, karena Narasi gak ngumpulin data penonton.
Iya, karena Narasi menggunakan layanan youtube. Nahh si youtube inilah yang ngumpulin dan jual data.
Ngerti gak? Kalo belum ngerti, bukan masalah gua
dan contoh lainya adalah sistem operasi proprietary(tertutup) yang anda gunakan sehari-hari seperti Microsoft Windows dan MacOS juga ambil data anda ;)
i use arch btw.
NEXT Coba bedah aplikasi PEDULI LINDUNGI dong kaka narasi 🙏🙏🙏🙏🙏
Iya nih penasarannn
Apanya yang mau dibedah
Udah di bedah sama Amerika duluan keknya kemarin hwhwhw liat di BBC lupa aku 😂😂😂
lu instal gituan ?
@@ffadly otak lu kayanya yg harus dibedah kalo nanya kaya gitu wkwk
keren banget sih ini narasi kalo mengungkapkan hasil investigasi. ga kaleng-kaleng hasilnya. semoga publik makin melek dan mendorong pemerintah untuk memperbaiki dari sisi regulasinya.
Temen ku yang suka isi survey pas luang aja bisa dapet 2 juta perbulan.
Bayangin cuan yg di bayar perusahaan iklan buat jutaan survey yang secara ga sadar di kasih anak2 trus di kantongin perusahaan aplikas
Kelas pintar,padahal cuma bikin akun dan gak lebih dari 2 hari aplikasinya langsung gue hapus,beberapa minggu setelahnya tiba tiba ada yang telpon dari mereka yang nawarin kelas pintar karna lagi ada diskon,ngeri nya bukan cuma gue,tapi ortu gue juga kena,gilanya beberapa minggu pasti ada aja whatsapp dari sales mereka atau bahkan telpon, padahal gue udah jelas jelas nolak dan gak pernah instal lagi kelas pintar. NGERI BANGET DIGITALISASI!!
mantap kinerjanya tim narasi, kawal terus pemerintah supaya bener kerjanya dalam mengatur dan membuat kebijakan sehingga tidak merugikan masyarakatnya.
Kawal juga masyarakat yang ASAL PENCET TOMBOL IZINKAN saat install sebuah aplikasi.
@@KAK_PAN sulit kalau mengawal 270 jt masyarakat indonesia untuk tidak asa pencet tombol izinkan, selain jg dari pendidikan yg belum merata. tetapi jika pemerintah membuat aturan main tentang privacy yg baik maka aplikasi2 yang nakal ambil data privasi bisa dikurangi.
@@KAK_PAN malas baca bang
jangankan aplikasi, meskipun ga ada aplikasi, hape android mu sudah merekam semua aktifitas mu, parahnya kita harus beli perangkat yg menyadap privasi kita
Heran orang2 masih ga sadar bahwa ponsel adalah alat mata2 itu sendiri, tidak perlu mengunduh aplikasi apapun, memiliki ponsel sendiri sudah berisiko mengumbar seluruh kegiatan yg kita lakukan sehari-hari. Lihat aja Telkomsel mereka tahu riwayat panggilan kita bahkan merekam setiap percakapan kita dengan orang lain. Tidak percaya? Itu tertulis dalam kebijakan privasi Telkomsel. Apapun yg kita lakukan diketahui telkomsel, website yg dikunjungi, kata kunci yg diketik di google, video dan aplikasi yg kita unduh, bahkan tahu siapa kita dan anggota keluarga kita, tinggal dimana, umur berapa, segala hal yg tercantum dalam kartu keluarga. Jadi hal aneh jika baru heboh dengan hal beginian.
@@pemakansegala7786 wong di situs narasi juga ada buat daftar akun disana
18:20 biasanya developernya diam2 menaruh aaid di aplikasi pemerintah, seperti yang website pemerintahan pernah ketauan ada script mining cryptocurrency.
ironis! negara yg seharusnya menjaga data penduduknya malah menjadi pelaku penjual data penduduknya lewat aplikasi edukasinya.
Perlindungan data pribadi memang sebuah kemustahilan bagi warga dunia maya.
Gak mustahil, negaranya aja yang gak mau bikin uu nya. Mungkin gak ngerti teknologi he he he...
@@whatdidpeoplesay9024 gak ngerti tehnologi gak mungkin pasti punya tujuan lain di balik itu
buat nambah cuan aka korupsi
@@whatdidpeoplesay9024 mustahil, tapi bisa di minimalisir. Ini bukan masalah regulasi atau kebijakan. Regulasi dan kebijakan hanya bisa meminimalisir seminimal-minimalnya, tidak bisa melindungi seutuhnya.
Pepatahnya gini
"Tidak ada yang aman di internet"
Inget itu
gue udah engga kaget lihat ginian karena bener2 terjadi ke gue. Setiap gue dan temen-temen gue ngobrolin membeli suatu barang, iklan barang itu langsung otomatis muncul di medsos.
Padahal dulu ads baru muncul setelah gue melakukan pencarian di google, sekarang lewat obrolan pun iklan sudah bermunculan.
12:21 Ngeles banget, kalau pengembang memang aware dan peduli sama anak2, tidak mungkin memberikan case seperti ini pada aplikasi. Jelas memang best case nya adalah orang tua bisa memantau dan memberikan akses informasi, tapi pasti aktivitas di dalam aplikasi, anak adalah pelaku karena orang tua menganggap aplikasi pendidikan ini adalah aman bagi anak2.
mean while. nonton video ini aku udh skip 15 IKLAN
@@beatsinc.1806 serius?
Wow saya sangat berterimakasih kepada narasi team yg sangat bersusah payah membuat liputan ini, membuka fakta, dan menelisik layaknya FBI. Saya sangat hargai usaha anda dan terimakasih mas mbk pak buk, berkat anda saya jadi tau dan akan men-share kan informasi ini
duid duid duid duid duid duid semua intinya
gua yang cek biaya masuk univ gua dulu lulus sekarang aja pusing liatnya, sampe gua mikir itu naik sampe 4x lipat gara-gara pendidikan gratis lalu di bebanin ke univ apa ya?
Mereka pintar, secara tidak langsung memaksa memberikan akses agar fitur yg akan kita pakai bisa digunakan.
Good job narasi... Semoga terus menjadi media terpercaya oleh rakyat indonesia
Pentingnya edukasi tentang data diri masih minim di Indonesia
Diatas kesempitan pasti ada kesempatan 🥺👍