Terima Kasih atas pemaparannya bapak. Dari penjelasan mengenai Max Weber sendiri, saya setuju dengan pemikirannya mengenai "bagaimana mungkin kita mengukur masyarakat sedangkan masyarakat terdiri dari individu-individu yang memiliki pola pikir dan kepentingan yang berbeda-beda" yang mana saya artikan kita haruslah mengenal dan mengkaji dari hal kecil yang terdapat pada individu itu sendiri terlebih dahulu, kemudian meluas pada kajian dimana individu-individu tersebut membentuk sebuah perkumpulan yang disebut dengan masyarakat. Kemudian pada penjelasan teori tindakan sosial saya cukup memahami dari penjelasan yang telah bapak sampaikan. Tindakan sosial=tindakan individu yang berimplikasi terhadap orang lain, sedangkan tindakan individu=tindakan individu yang berimplikasi terhadap dirinya sendiri. Terdapat 5 bentuk rasionalitas yang melandasi tindakan sosial dari individu tersebut yaitu rasionalitas formal, rasionalitas nilai, rasionalitas instrumental, rasionalitas tradisional, rasionalitas afektif. Dari ke-5 bentuk rasionalitas tersebut, kemudian saya menyadari bahwa manusia bertindak menggunakan rasionalitasnya bisa dalam bentuk positif maupun negatif, artinya terdapat dua sisi berbeda yang dapat muncul pada tindakan seorang individu yang dilatar belakangi pada maksud dan tujuan dari tindakanya tersebut. Untuk bagian ke-5 bentuk rasionalitas tersebut, saya cukup paham dari penjelasan yang telah bapak sampaikan ditambah dengan mencari contoh lain dari ke-5 bentuk rasionalitas tersebut, oleh sebab itu untuk saat ini belum ada yang dapat saya tanyakan. Terima kasih pak. //Mang Dwidya Pradnyani Putri (1912511057)
15:18 motif tindakan rasional tradisional mengingatkan saya pada buku Sapi, Babi, Perang, dan Tukang Sihir (Marvin Harris) dimana ia mengatakan: "Alasan lain mengapa banyak adat dan pranata tampak misterius adalah karena kita telah diajari untuk menjunjung tinggi penjelasan “spiritual” yang rumit atas fenomena kebudayaan, alih-alih penjelasan yang membumi yang terbangun dari soal perut, seks, energi, angin, hujan, dan fenomena lain yang biasa dan teraba". Salah satu bab mengangkat tentang satu suku di Nugini yang menganggap kargo-kargo bantuan yang datang dari langit (pesawat terbang) itu datangnya dari para leluhur mereka alih-alih retribusi pemerintah. Orang-orang suku itu kemudian menciptakan sosok Nabi Cargo sebagai jawaban rasional mereka terhadap barang-barang yang datang dari kargo, untuk mencoba mencari rahasia dan mengantarkan barang-barang tersebut kepada pengikutnya. Tindakan Nabi Cargo bisa saja dilatarbelakangi oleh motif ingin menguasai atas ketidaktahuan penduduk suku atau apabila Nabi Cargo memang juga percaya atas konsep kargo dari leluhur, bisa saja ia adalah seorang orang gila yang menyebarkan 'kepercayaanya' atas dasar ia merasa menjadi orang terpilih/spesial. Dari hal itu, saya ingin bertanya pak perihal individu seperti penduduk suku primitif. Pada zaman modern seperti sekarang, masih ada penduduk suku yang secara kolektif tetap memegang tradisi primitif mereka padahal sudah terekspos dengan teknologi dari masyarakat yang sudah maju. Mengapa mereka cenderung menolak perubahan yang bisa memperbaiki kehidupan mereka, jika alasannya adalah kepercayaan, bukankah banyak dari masyarakat modern yang kehidupannya lebih maju daripada mereka tanpa meninggalkan kepercayaan/agamanya? Terima kasih pak. (Delfi Destiyanti - ...022)
Pada menit ke 1:19 dan 4:00, Saya penasaran dengan ucapan Bapak yang mengatakan bahwa pemikiran Weber juga dipengaruhi oleh ibunya yang seorang penganut calvinis yang taat, hingga menghantarkan saya untuk melihat-lihat beberapa artikel mengenai karya dari Weber. Dalam buku The Protestant and The Spirit of Capitalism berisi penjelasan mengenai hubungan antara doktrin keagamaan dengan semangat kapitalisme. Pada beberapa artikel mengatakan bahwa doktrin calvinisme yang dibawa oleh Richard Baxter, penerus John Calvin, sarat dengan "etos keduniawian" yang mendorong pemeluknya untuk bekerja dan mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya. Doktrin ini mengajarkan bahwa aktivitas ekonomi merupakan bentuk pelayanan kepada Tuhan, sehingga menyebabkan pemeluk ajaran calvinis berlomba-lomba untuk mengumpulkan kekayaan untuk membuktikan rasa cinta kepada Tuhan. Pada menit ke 15.16, salah satu bentuk rasionalitas disini, yaitu rasionalitas tradisional yang merupakan tindakan individu yang dilakukan secara turun-temurun. Saya berpikir mengenai pemaparan tadi, apakah tindakan dari penganut ajaran calvinisme ini merupakan salah satu contoh dari tindakan rasionalitas tradisional? Apakah hal ini yang bapak maksud bagaimana ibu Weber yang merupakan penganut ajaran calvinisme mempengaruhi pemikiran Weber? (Ida Ayu Gede Putri Astiti / 1912511042)
Jadi, inti yang saya dapatkan dari teori tindakan sosial Weber adalah bagaimana ia berusaha untuk membalikkan kajian dari sosiologi yang pada umumnya hanya berfokus pada masyarakat yang kemudian berfokus kepada individunya yang lebih spesifiknya pada tindakan yang mereka lakukan dan berikan kepada individu lainnya. Karena sebelum kita mempelajari bagaimana masyarakt itu sendiri, kita terlebih dahulu harus mengenal bagaimana dari individunya sendiri. Seperti yang kita tahu, setiap orang, setiap individu memiliki jalan pikiran mereka masing-masing dan berbeda antara satu sama lainnya. Karena inti dari terbentuknya suatu susunan masyarakat itu sendiri terletak pada bagaimana individu yang ada dalam masyarakat itu. Dan juga tindakan yang kita lakukan lebih banyak mengarah kepada tindakan seorang individu kepada individu lainnya. Namun, bukan berarti kita melupakan masyarakat dan hany berfokus pada individu saja. Seperti contoh, saat kita bangun pagi, kita langsung membersihkan tempat tidur kita. Tindakan ini dapat mempengaruhi seseorang karena dgn kita melakukan pekerjaan itu, kita bisa membantu meringankan pekerjaan orang tua kita. Dengan hanya melakukan hal kecil dan bermakna, kita bisa memberikan pengaruh kepada orang lain. (Nadia Gita- 1912511047)
Selamat malam pak izin menanggapi tentang teori tindakan sosial max weber Menurut Weber, tidak semua tindakan yang dilakukan merupakan tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada orang lain. Contohnya adalah seseorang yang bernyanyi -nyanyi kecil untuk menghibur dirinya sendiri bukan merupakan tindakan sosial. Namun jika tujuannya untuk menarik perhatian orang lain, maka itu merupakan tindakan sosial Menurut Weber perilaku sosial juga berakar dalam kesadaran individual dan bertolak dari situ. Tingkah laku individu merupakan kesatuan analisis sosiologis, bukan keluarga, negara, partai, dll. Weber berpendapat bahwa studi kehidu pan sosial yang mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja, seakan-akan tidak ada inside-story, dan karena itu mengesampingkan pengarahan diri oleh individu, tidak menjangkau unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial itu. Sosiologi sendiri haruslah berusaha menjelaskan dan menerangkan kelakuan manusia dengan menyelami dan memahami seluruh arti sistem subyektif. TERIMAKASIH M Hasan Fadhil/1912511023
Selamat siang pak,saya ingin menanggapi materi yang bapak bagikan mengenai pemikiran max weber. Sejauh ini saya menangkap bahwa perubahan sosial menurut Weber adalah merupakan hal yang kompleks. ia mengemukakan dimana tindakan sosial dimulai dari tindakan individuatau perilaku individu dengan perilaku orang lain, yang diorientasikan pada hasil tindakan tersebut, sehingga dapat dipahami secara subjektif, maksudnya setiap tindakan sosial yang dilakukan seseorang akan memiliki makna tertentu. Perubahan sosial selalu meliputi kebudayaan dan struktur pekerjaan bersama dan meliputi hubungan sosial yang kompleks. Weber memperlihatkan stratifikasi yang lebih kompleks dari pada Marx. Marx hanya melihat dua tipe kelas sosial yaitu kelas pemilik modal dan kelas pekerja. Bagi weber status dan kekuatan merupakan hal yang dapat menjadi dasar stratifikasi. Paling penting adalah bahwa kelas, status dan kekuatan tidak selalu yang paling menentukan karena bisa saja seseorang mempunyai kedudukan yang tinggi di salah satunya tapi sekaligus mempunyai kedudukan yang rendah pada yang lain. Sri Yundarini (002)
Dari paparan video di atas dikatakan setiap tindakan manusia semuanya bersifat rasional. Termasuk juga seperti tindakan individu atau kelompok yang berkumpul melakukan kegiatan agama meski sedang diadakannya sosial distancing. Walaupun sebagaian kubu masyarakat menilai tindakan tersebut tidak rasional (tindakan berdasarkan kepercayaan yang abstrak) tetapi menurut Max Weber hal itu tetap bisa dikatakan rasional yaitu tergolong rasional nilai. Sebab mereka yang menjalankan ibadah mempunyai alasan/motif yang didasari nilai baik yang dianjurkan oleh agamanya. Mereka percaya dengan tetap melakukan kegiatan agama/ritual tertentu itu bisa menangkal penyebaran virus korona. Kemudian ada individu/pemerintah yang memiliki motif rasional instrumental yang menilai hal yang dilakukan individu yang tetap melakukan kegiatan agama seperti biasa adalah tindakan yang keliru dalam memutus rantai covid-19. Sebaliknya mereka yang ber-rasional instrumental menilai cara efektif untuk menahan laju penyebaran virus adalah melakukan kegiatan agama dari rumah. Disinilah kemudian terjadi pertentangan antar rasionalitas nilai dan instrumental, yang akhirnya pemerintah menghimbau umat beragama untuk beribadah dari rumah saja. Walaupun tentu awalnya mereka menolak dan kukuh menggunakan rasionalitas nilai (melakukan ibadah). Akhirnya pemerintah menggunakan cara yang represif seperti di India dalam membubarkan masyarakat masih berkumpul melakukan ritual tempat ibadah. Apakah hal diatas tetap bisa menunjukkan setiap tindakan individu semuanya didasarkan rasionalitas? Dan dalam contoh tersebut, kelompok/pemerintah yang ber-rasionalitas instrumen yang dimenangkan. Bagaimana cara mengatasi permasalah tersebut jika terjadi pertentang antar rasionalitas yang serupa dan contoh kasus lain seperti pembubaran ibadah umat minoritas walaupun sudah beribadah dari rumahnya? I Kdk Agus (...031)
Ada sebuah tradisi di Jepang yang disebut dengan Ubasute (ubasuteyama) yaitu membuang lansia ke gunung atau ke hutan. Dalam tradisi Ubasute, anak laki-laki akan menggendong ibu mereka ke gunung atau hutan lebat, lalu membuangnya. Orang tuanya yang telah renta itu kemudian akan meninggal perlahan. Baik karena kelaparan, dehidrasi, hipotermia, serangan binatang buas, atau gabungan dari hal tersebut. Tradisi ini dipercaya berawal dari masa kemiskinan bangsa Jepang pada tahun 1783. Pada tahun tersebut, beberapa wilayah terpencil di Jepang seperti daerah gunung Asama mengalami panceklik yang sangat parah. Saking parahnya panceklik yang dialami negara Jepang kala itu, banyak warga yang jatuh miskin karena gagal panen, sehingga mau tak mau mereka mengurangi jumlah 'mulut' yang harus diberi makan. Para lansia yang ditelantarkan ke hutan ini pun tahu betul apa yang dilakukan anaknya kepada mereka. Kita sebagai orang awam pasti akan langsung memiliki pikiran bahwa praktik dari tradisi ini melanggar nilai moral yang ada, namun faktanya Ubasute sendiri dianggap sebagai bentuk penghormatan anak kepada orang tuanya yang tak ingin meninggal dunia sebagai beban keluarga. Pertanyaan saya, apakah hal ini termasuk ke dalam rasionalitas formal? (Arti Dewi Sri M. A. 1912511013)
Saya penasaran dengan pertanyaan weber saat ia sedang mengalami depresi. Di video ini disebutkan saat weber melangalami depresi ia bertanya dengan dirinya "untuk apa aku melakukan semua ini?" Sampai akhirnya max weber memberikan jawaban yang fatalistik yaitu "untuk mengetahui sejauh mana otakku mampu bertahan" Dari sini seakan2 weber tidak melakukan 'semua hal itu' karena ia suka, sehingga muncullah pertanyaan-pertanyaan itu. Dan yang lebih membuat saya kagum adalah dengan tekanan itu, weber mampu menghasilkan karya-karya yang brilian hingga ia mendapat gelar genius universal. Bagaimana bisa ia bertahan sejauh itu sebelumnya tanpa ia tahu untuk apa ia melakukan semua itu/ tanpa tujuan?? Dan saya juga ingin bertanya mengenai arti fatalistik yang di maksud, dan mengapa jawaban weber dapat dikatakan jawaban yang sangat fatalistik? Terimakasih banyak.. Lintang Indah Pangestu// 1912511003
Malam Pak Wahyu, terimakasih atas penjelasannya. Berdasarkan materi yang telah dijelaskan diatas, saya ingin sedikit menanggapi mengenai rasionalitas instrumental dan rasionalitas afektif. Dimana saya menangkap bahwa rasionalitas instrumental merupakan tindakan seseorang untuk mencapai tujuannya tanpa memikirkan perasaan orang lain. Sedangkan untuk rasionalitas afektif merupakan tindakan seseorang berdasarkan emosi atau perasannya. Saya mengambil contoh, setiap orang dengan pasti ingin memiliki pasangan yang mapan dan cukup harta untuk membangun sebuah rumah tangga. Saya rasa wajar jika perempuan mencari pria mapan untuk dijadikan pasangannya, karena saat ini tidak cukup hidup hanya mengandalkan cinta. Tetapi setelah mencari pria yang mapan dan telah menemukan yang tepat sesuai dengan kriteria, perempuan menaruh hati dan akhirnya perasaan sayangpun tumbuh, walaupun sebelumnya memang hanya ingin mencari pasangan yang mapan. Karena tidak etis jika menjalin hubungan rumah tangga hanya untuk mencari harta tanpa adanya perasaan kasih sayang antara pasangan tersebut. Dari contoh tersebut, saya menangkap bahwa rasionalitas instrumental dan rasionalitas afektif sangat erat hubungannya dalam kehidupan. Menurut saya, dimana dalam pencapain tujuan pasti mengandalkan perasaan ataupun emosi walaupun tujuan tersebut buruk sekalipun. Jika memang benar apa yang saya tangkap dari penjelasan bapak, lalu mengapa rasionalitas istrumental dan rasionalitas afektif dipisahkan dan tidak dijadikan satu kesatuan yang saling berkaitan. Mohon maaf apabila tanggapan saya kurang tepat, mohon pencerahannya bapak🙏 NI PUTU YUNITA DENASARI SUARJAYA (1912511021)
selamat pagi pak wahyu, izin berpendapat sekaligus bertanya terkait materi di video ini yakni bagian tindakan rasionalitas Nilai dan Tradisional. Dijelaskan dalam video bahwa tindakan Rasionalitas Nilai merupakan tindakan yang dilakukan dengan didasari pada sesuatu yang baik benar serta diharapkan/berharga. Yang saya tangkap Rasionalitas nilai ini lebih menekankan pada sesuatu yang dianggap positif bagi tiap-riap individu (mohon maaf jika keliru bapak). Sementara, Rasionalitas Tradisional lebih beorientasi pada tindakan yang dilakukan secara repetitif atau berulang (semacam sebuah kebiasaan pada individu/kelompok). Nah, seperti yang kita ketahui dalam dunia sosial, kerap kali kita jumpai ketika suatu tindakan dianggap benar, baik dan sesuai dg kaidah maka tindakan itu akan berusaha dilakukan terus menerus dan pd akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Seperti contoh misalnya, ketika pelaksanaan upacara keagamaan dianggap sebagai sesuatu yang dilakukan berdasarkan pada nilai religius, maka upacara ini akan terus dilakukan secara berulang pada waktu (baik hari/bulan) yang tepat sesuai dengan yang telah ditetapkan saat awal pelaksanaannya. Contoh kecil lainnya seperti yang diterangkan pada video, yaitu perilaku jujur yang dianggap baik dan benar, dimana lambat laun tindakan itu akan terus ditanamkan dalam diri seseorang sehingga menjadi kebiasaan dan terus dilakukan. Jika begitu, apakah selanjutnya dapat dikatakan bahwa tindakan Rasionalitas Tradisional ini diawali dengan rasionalitas nilai pak? Atau dari kedua teori ini apakah memiliki jurang pemisah/pembeda yang lebih konkret pak? Mohon penjelasannya lebih lanjut pak, terimakasih. Erika Widiadnyani (....024)
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas materi yang telah dipaparkan. Saya ingin menanggapi sekaligus bertanya, mengenai materi teori tindakan sosial yang dijelaskan. Jika berbicara mengenai teori tindakan sosial maka merupakan teori yang menarik untuk di kaji karena sesungguhnya teori ini berimplikasi langsung terhadap perilaku dan tindakan keseharian kita, memang benar yang dijlaskan tadi bahwasannya setiap individu pasti memiliki motif dalam melakukan suatu tindakan sosial dan dilandasi oleh rasionalitas setiap individu, baik dalam konteks rasional formal, instrumental, nilai, tradisional, maupun afektif. Untuk konteks rasional dilingkungan saya, saya sering menjumpai tindakan sosial dengan motif rasional efektif, dimana seorang individu mendapatkan timbal balik dari tindakannya. Pertanyaan yang ingin saya tanyakan terkait penjelasan di menit 8.00 mengenai pengertian tindakan sosial yang dijelaskan yaitu tindakan individu yang tertuju pada orang lain atau berdampak pada orang lain, apakah sekiranya ada teori yang bertolak belakang dengan teori tindakan sosial menurut pemikiran Weber? Putu Regita Dian Pramesti Dewi/ 2012511050
0:53 Biografi Max Weber (1864-1920) 2:19 Sisi lain Max Weber 4:13 pentingnya posisi pemikiran weber dalam sosiologi 6:09 pentingnya posisi 7:57 teori tindakan sosial 10:31 rasionalitas formal 10:36 rasionalitas instrumental 13:41 rasionalitas nilai 15:15 rasionalitas tradisional 19:10 rasionalitas afeksi 20:51 versthende/fenomenologi
Terima kasih pak , atas materi yang telah diberikan. Saya ingin berkomentar sekaligus bertanya mengenai tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber. Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan individu yang tertuju atau memiliki makna terhadap individu lainnya dan tindakan sosial dari individu selalu dilandasi oleh 5 motif dan rasionalitas. Kelima motif itu adalah rasionalitas formal , rasionalitas instrumental, rasionalitas nilai, rasionalitas tradisional, dan rasional afektif. Kelima rasionalitas tersebut memiliki contohnya masing" sesuai dengan motif atau rasionalitas yang terlihat. Seperti contoh perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki sehingga memiliki atau dilandasi oleh rasionalitas nilai. Yang menjadi pertanyaan saya , apakah mungkin atau ada satu tindakan sosial yang secara bersamaan memiliki 2 dan bahkan lebih motif atau rasionalitas ? dan jika ada mengapa hal itu bisa terjadi ? Terima kasih pak. Ni Luh Putu Novi Damayanti 2012511071
Terima kasih Pak Wahyu atas pemaparan materinya. Disini saya akan menanggapi dan bertanya terkait Rasionalitas Formal. Dimana pada rasio ini sangat memperhatikan untung rugi. Individu sangat memperhatikan timbal balik yang akan ia terima ketika membantu orang lain. Namun, tidak semua individu seperti itu. Bahkan ada yang saling interaksi, namun salah satu pihak tidak mengharapkan timbal balik atau untung yang akan diterima. Beberapa orang memang berniat memberi tanpa mengharap imbalan. Mungkin konsep give and take tidak berlaku bagi seseorang seperti ini. Individu jenis seperti ini memiliki tujuan yaitu untuk kebahagiaan orang lain. Lalu saya ingin bertanya pak, apakah orang seperti ini tidak menindas dirinya sendiri? Apakah ia tidak menyadari bahwa give and take itu penting? Dan memikirkan untung rugi dalam interaksi juga penting agar tidak menyusahkan diri sendiri. Sekian dan terima kasih pak Fina Nur Aidah (1912511036)
Selamat sore Bapak. saya Bergita Elnisa Sule (1912511010) terimakasih atas penjelasan dari bapak. saya setuju dengan perkataan Webber "Bubarkan masyarakat, maka yang tersisa adalah individu. tetapi, bubarkan individu maka idividu tetaplah ada". seperti yang sudah dijelaskan bahwa tidak ada sesuatu yang dinakan masyarakat melainkan kumpulan individu dengan kepentingan masing masing. individu dari waktu ke waktu itu akan terus bergerak untuk memenuhi kepentingannya masing masing. karena manusia adalah makluk sosial maka dalam memenuhi kepentingannya tersebut individu sering berkumpul untuk saling membantu dan melengkapi dan membentuk masyarakat. dan jika masyarakat dibubarkan maka , tiap individu akan berpencar tetapi tetap dengan memenuhi kepentingannya masing masing. tetapi individu tidak dapat dibubarkan. bubarkan individu maka individu tetaplah ada. individu akan terus ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencapai tujuan hidupnya masing masing meskipun masyarakat dibubarkan, individu akan tetap dengan mandiri berjuang memenuhi kepentingannya. Dari penjelasan bapak juga saya dapat mengerti tentang perbedaan Tindakan sosial dan tindakan individu yaitu : Tindakan sosial itu tindakan yang memiliki makna bagi individu lain sedangkan tindakan individu hanya berimplikasi terhadap individu itu sendiri. selain itu saya juga dapat mengerti tentang 5 jenis rasionalitas itu dan sadar kalau 5 jenis rasionalitas itu sering sekali terjadi dalam kehidupan lingkungan masyarakat saya bahkan terjadi atau dilakukan oleh saya sendiri. Sekian danTerimakasih Pak.
Selamat Malam Pak, terimakasih atas materi yang telah bapak sampaikan secara detail. Saya menjadi memahami salah satu tokoh sosiolog ini. Namun, ada sedikit hal yang membuat saya penasaran mengenai tokoh Max Weber ini, Pak. Di menit 2:33 bapak mengatakan bahwa, "ini menarik karena yang mewarisi gelar genius universal adalah seorang sosiolog". Saya jadi menangkap bahwa hal ini adalah sesuatu yang tidak biasa, mengapa seorang sosiolog menjadi menarik ketika mewarisi gelar genius universal? Apakah biasanya yang menerima gelar ini adalah mereka yang belajar dibidang filsafat saja? Seperti Aristoteles yang merupakan seorang filsuf dan menilai bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Dan kita tahu bahwa, munculnya sosiologi ini tidak luput dari ada filsafat. Saya juga berpikir bahwa, sosiologi dan filsafat itu adalah dua hal yang saling berkaitan. Jadi saya berpikir bahwa, wajar saja ketika seorang sosiolog mendapatkan gelar genius universal. Tolong pencerahannya pak. Sri Saraswati (1912511034)
Selamat malam Bapak Wahyu BN, saya Karmila Ayuningsih mahasiswa Sosiologi'19 (1912511028) ingin sedikit menyanggah pernyataan bapak terkait dengan rasionalitas afektif, berikut saya akan menjelaskan.. diawal bapak menjelaskan bagaimana tindakan sosial adalah "tindakan yang berdampak terhadap individu lain" dan segala tindakan sosial menurut Max Wever dimotivasi dengan rasionalitas. Dalam menjelaskan rasionalitas afektif bapak memberikan contoh "tindakan seseorang yang berjingkrak kesengan karena memperoleh coklat dari kekasihnya" dimanakah letak implikasi terhadap orang lain nya bapak? bagaimana bisa dia berjingkrak saja dapat dikatakan berdampak terhadap orang lain, dan bahkan kekasihnya pun tidak mengetahui kalau dia sedang berjingkak..bukan kan tindakan tersebut adalah tindakan individu? dan saya ingin menanyakan satu hal, dalam tindakan rasionalitas intrumental, dimana motif seseorang melakukan tindakan terhadap orang lain adalah untuk menggunakan seseorang sebagai batu loncatan dalam mencapai tujuan. bagaimana apabila ternyata tujuan yang diinginkan tidak tercapai? apakah tindakan tersebut tetap dapat dikatakan sebagai tindakan berdasarkan rasionalitas instrumental sedangkan hasil yang diinginkan sebelumnya berbuah nihil. terimakasih bapak🙏🏻
Halo pak saya AN HOFEN PURBA (2012511006) saya cukup mengerti dengan apa yang di sampaikan oleh weber dimana semua tindakan yg dilakukan oleh masing masing individu selalu di pengaruhi oleh rasionalitas,artinya tidak ada tindakan yang diluar pengaruh rasionalitas hanya saja jenis nya berbeda tergantung dalam konteks apa individu tersebut bertindak. Kemudian saya tertarik dalam tindakan rasionalitas formal yang mana tindakan ini di pengaruhi oleh kalkulasi untung rugi oleh individu. Saya berasumsi tindakan rasionalitas formal ini adalah tindakan yang saat ini paling banyak berpengaruh dalam setiap tindakan individu, karena kehidupan sosial kita saat ini yang telah di pengaruhi oleh kemajuan jaman atau bisa juga dikatakan globalisasi sangat memberikan dampak yg sayang berarti. Sehingga saat ini banyak individu dalam tindakan hanya mementingkan keuntungan dalam segala hal. Ini tentunya dapat memberikan dampak negatif dalam kehidupan sosial kita karena banyak tindakan yang tidak lagi berdasarkan norma2 yang ada. Kemudian dengan perkataan weber dimana ia mencetus bahwa objek kajian sosiologi adalah tindakan sosial saya ingin bertanya apa hal yg mendasari pemikiran weber agar dia bisa menyatakan kalau objek kajian sosiologi adalah tindakan sosial bukan masyarakat,institusi sosial, lembaga sosial,dll?
Selamat siang bapak Sebelum nya terimakasih atas pemaparan materi yang sudah di berikan. Izin menanggapi juga materi yang sudah di paparkan mengenai teori tindakan sosial max Weber. Max Weber mengubah kajian sosiologi dari sosiologi makro sosial dan menjadi mikro sosial Dimana persoalan subjektif itu menganalisis pada tindakan individu Dan persoalan ( analisis) makro menganalisis struktur sosial, sistem sosial dan masyarakat. Rasionalitas kemudian yang menciptakan hal hal yang lain turunannya seperti perilaku sosial , perilaku beragama dan perilaku sosial. Dimana tindakan sosial itu adalah rasionalitas yang terdiri dari rasionalitas instrumental, Nilai , Tradisional, Afektif . Izin bertanya juga bapak apabila misalnya Tindakan seseorang merujuk pada Rasionalitas Tradisional itu dipengaruhi oleh lingkungan media online Apakah tindakan sosial itu dinamakan kategori rasionalitas tradisional dalam katagori max Weber? Terimakasih ( Ni Wayan Ikka Susanti ) 2212511030
Sebelumnya mohon maaf, saya ingin mengajukan pertanyaan lagi pak. Tindakan sosial yang menggunakan rasionalitas instrumental, dijelaskan bahwa tindakan individu ini dilakukan dengan menjadikan orang lain sebagai alat untuk mencapai tujuan se-efisien dan se-efektif mungkin. Tindakan ini juga dianggap dengan kontra humanis atau anti humanis. Namun, apabila individu menjadikan orang lain seperti seorang siswa yang menjadikan seorang public figure sebagai panutan untuk mencapai tujuannya menjadi seseorang yang memiliki kepribadian yang lebih baik, apakah hal ini termasuk rasionalitas instrumental yang memiliki anggapan kontra humanis atau anti humanis? Sekian, terimakasih pak. (Andriani Indah Permatasari / 1912511035)
Selamat siang pak🙏🏻 Sebelumnya izin menanggapi tentang tokoh Max Weber yang dikatakan "radikal", karena mengubah kajian sosiologi dari makrososial menjadi mikrososial. Saya pribadi sependapat dengan alasan lahirnya pemikiran tersebut, sebab ini sesuai dengan kondisi sesungguhnya di masyarakat. Khususnya pada masyarakat Indonesia yang sarat akan kemultikulturalannya, tentu sulit untuk mempelajari utamanya meneliti masyarakat multikultural sebagai objek kajian. Sementara tindakan dari masing masing individu dalam suatu masyarakat tidak mungkin sama, lalu akan dibawa kemana "suara" individu dengan pemikiran berbeda dalam masyarakat tersebut ketika hasil penelitian mengatas namakan masyarakat? Sedangkan individu dengan pemikiran berbeda tersebut juga merupakan bagian dari masyarakat. Selanjutnya saya kan mengomentari mengenai teori tindakan sosial, khususnya pada rasionalitas afektif (di dasarkan oleh emosi/perasaan). Diawal pembahasan telah ditekankan bahwa tindakan sosial adalah tindakan individu yang berdampak terhadap individu lainnya. Pada rasionalitas afektif juga dikatakan berasal dari hal abstrak seperti rasa kangen, yang kemudian menjadi konkret lalu berpengaruh terhadap individu (berdansa sendiri seolah bersama pasangan). Lalu bagaimana bisa sebuah hal abstrak dikatakan sebagai tindakan individu? Jika kembali lagi ke awal terhadap definisi dari sebuah tindakan sosial. Dan yang terakhir saya mengajukan pertanyaan pak, dari keseluruhan materi mengenai tindakan sosial oleh Max Weber. Saya menangkap bahwa setiap tindakan sosial dari individu memiliki rasionalitas yang berbeda beda, jika seperti sekarang ini bahwa objek kajian ilmu sosial adalah masyarakat yang berarti merupakan kumpulan dari berbagai rasionalitas. Maka apakah teori tindakan sosial dari Max Weber ini masih efektif untuk digunakan dalam pembuatan kajian? Sekian yang dapat saya sampaikan pak, mohon maaf apabila terdapat banyak sekali kesalahan dalam argumen maupun pemikiran saya. Mengingat saya juga masih perlu banyak belajar. Terimakasih pak🙏🏻 PUTU WULAN PURNAMA DEWI / 1912511026
Dalam pengimplementasiannya, rasionalitas yang dicetuskan oleh Weber bisa dikategorikan mencakup segala aspek. Di Indonesia, seringkali di dalam menanggapi suatu permasalahan, tindakan represif lebih banyak digunakan daripada tindakan preventif. Salah satu contoh adalah kekerasan dan pelecehan seksual yang kerap kali terjadi, berulang-ulang dan tidak jarang menimbulkan korban. Ini membuktikan bahwa tindakan preventif yang dilakukan tergolong minim, walaupun kita tau bahwa tindakan represif pun dirasa masih belum maksimal dilakukan. Yang saya tangkap dari apa yang bapak sudah jelaskan adalah kita dapat mengkategorikannya kedalam suatu jenis rasionalitas kembali ke motif dari individu tersebut. Ini berarti pula bahwa suatu jenis rasionalitas bisa mempengaruhi tindakan dalam suatu komunitas, memutuskan untuk bersikap represif atau preventif menjadi pilihan masing masing individu yang kemungkinan akan berdampak pada suatu komunitas. Tetapi apakah ini bisa diartikan pula bahwa mengkategorikan suatu jenis rasionalitas berarti mengkotak-kotakkan tujuan dari masing-masing individu yang dimana rentan memicu suatu permasalahan baru karena berbeda pandangan maupun penilaian? Terimakasih bapak dan mohon penjelasannya lebih lanjut. Putu Diah Wahyuning Pertiwi/ 1912511041
Terimakasih pak atas materinya saya ingin memamparkan pendapat saya. Bahwa Max Webber, ia adalah seorang tokoh ‘radikal’ dalam sosiologi karena ia mengubah kajian sosiologi dari sosiologi dari makrososial menjadi mikrososial. Obyek kajian sosiologinya adalah tindakan individu yang penuh arti dan makna terhadap individu lain. Makna dari rasionalitas formalnya adalah tindakan individu yang tertuju atau yang memiliki makna terhadap individu lain. Webber mengategorikan lima dimensi rasionalitas yaitu: rasionalitas formal, rasional instrumental, rasionalitas nilai, rasionalitas tradisional dan rasionalitas afektif. Dari kelima kelompok rasionalitas yang Webber kemukakan, saya kurang memahami ketika sepasang kekasih menjalin suatu hubungan dan mereka saling mencintai, tetapi salah satu pihak hanya menginginkan keuntungan dari pihak lain. Apakah hal ini termasuk ke dalam rasionalitas formal yang menekankan pada untung-rugi, atau termasuk ke dalam rasionalitas afektif yang menekankan pada emosional dan perasaan? Terimakasih pak. (I Komang Dharma Yoga / 056 )
Selamat malam pak, terima kasih atas materi yang telah diberikan. Saya Ayu Cintya Amanda (1912511052) Yang saya tangkap dari video ini yaitu bagaimana Max Weber memandang bahwa masyarakat tidak dapat dipelajari karena terdiri dari individu - individu yang memiliki pemikiran dan perasaan yang berbeda - beda. Menurut beliau tidak ada yang namanya masyarakat yang ada hanyalah kumpulan individu yang memiliki kepentingan yang berbeda - beda. Maka dari itu Weber memiliki pemikiran masyarakat sebagai nominalisme sosial menurunkan pemikiran mikrososiologi dan paradigma definisi sosial dalam sosiologi. Kemudian masuk ke teori tindakan sosial, dimana beda tindakan sosial dan tindakan individu dibedalan dari implikasinya. Juka implikasi terhadap individu itu sendiri maka disebut tindakan individu begitu pula sebaliknya jika berimplikasi untuk individu lain maka disebut tindakan sosial. Disebutkan bahwa tindakan individu dibagi menjadi lima diantaranya rasionalisme formal atau tindakan individu disasatka kalkulasi untung rugi, rasionalisme istrumental atau tindakan individu dengan memanfaatkan instrumen untuk mencapai tujuan, radionalisme nilai atau tindakan individu berdasarkan hal yg dianggap baik, benar dan diharapkan, rasionalisme tradisional yang berdasarkan pewarisan turun temurun, dan rasionalisme afektif yang berdasarkan perasaan dan emosi individu. Pertanyaan saya apakah rasionalisme nilai disini berdasarkan tindakan yang baik, benar dan diharapkan keterwujudannya itu relatif atau bisa dilihat dari pendapat individu itu sendiri? Semisal seseorang menganggap mencuri itu baik, benar dan diharapkan karena tujuannya untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga. Sekian terima kasih pak
Tindakan sosial adalah tindakan individu berdasarkan motif/rasionalitas. Dan tindakan sosial selalu dilandasi oleh 5 rasionalinitas menurut (weber) yaitu rasionalitas formal, instrumental, nilai, tradisional, dan afektif. Pada awalnya saya bertanya-tanya “apakah setiap satu tindakan sosial dilandasi 5 rasionalitas ?” Namun setelah mendengar contoh-contoh dari rasionalitas tersebut saya menyimpulkan bahwa masing-masing tindakan dikategorikan dengan rasionalitas yang berbeda-beda. Yang membingungkan adalah, apakah mungkin satu tindakan sosial dilandasi oleh 5 rasionalitas? Satu hal lagi yang masih membuat saya bingung terkait dengan rasionalitas afektif yang didasarkan pada emosi. Seperti contohnya yang dijelaskan yaitu ketika sesorang yang LDR dan dia (pria) sangat kangen dengan pasangannya, ia memutuskan untuk berdansa sendirian sambil membayangkan berdansa dengan pasangannya. Menurut saya ini tidak sesuai dengan prinsip tindakan sosial seperti yang dijelaskan pada menit (8.15) *prinsip tindakan sosial: tertuju pada orang lain, memiliki makna pada orang lain, dan memiliki dampak pada orang lain. Menurut saya tidak ada dampak yang terjadi terhadap pasangannya karena secara fisik pun mereka berada di tempat yang berbeda dan tidak ada interaksi yang terjadi antara mereka, berkomunikasi pun tidak ada, si pria hanya membayangkan saja. (Judea Philander Ethelbert Silalahi 1912511007)
Perkenalkan nama saya Jeni Monika Anggraeni dengan NIM 2212511031. Sebelumnya saya ingin berterimakasih atas pemaparan yang bapak jelaskan dalam video ini, penjelasan tersebut bagi saya sangat membantu dalam menambah ilmu dan juga pemahaman saya pada materi tindakan sosial ini. Namun, ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan. Bukankah manusia, dengan otaknya bisa mengontrol pikirannya sendiri? Tapi kenapa kebanyakan individu (manusia) cenderung atau bahkan sering melakukan tindakan rasionalitas afektif dalam kesehariannya? Sekian pertanyaan dari saya, terima kasih.
Tindakan rasionalitas tradisional dan tindakan rasionalitas afektif, Kedua tipe tindakan yang terakhir itu sering hanya menggunakan tanggapan secara otomatis terhadap rangsangan dari luar. sedangkan tindakan sosial yang penuh makna itu kan melewati serangkaian proses berpikir dan dilakukan secara sadar , bukan hanya sekedar respon, atau setiap perilaku atau tindakan yang lahir secara otomatis. Yang ingin saya tanyakan, mengapa kedua tindakan itu bisa masuk kedalam tindakan sosial penuh makna pak? Retno asti wulandari (1912511016)
Seseorang akan menggunakan rasionalitas atau motif dalam bertindak. Seperti yang sudah dijelaskan di dalam materi, rasionalitas menurut Weber dibagi menjadi lima, yaitu rasionalitas formal, instrumental, nilai, tradisional dan afektif. Mengapa dalam karya George Ritzer tidak menyertakan atau menghilangkan dimensi rasionalitas formal?, padahal Weber jelas menyertakan tipe rasionalitas ini dan menurut penjelasan dalam materi, rasionalitas formal lah yang paling murni dan berkaitan dengan konsekuensi tindakan individu yang penuh kalkulasi untung rugi. Kemudian, apakah terdapat beberapa tipe rasionalitas yang lebih penting atau berpengaruh dalam tindakan sosial daripada tipe rasionalitas lainnya? dan bagaimana jika individu dapat memiliki atau menggunakan lebih dari satu atau bahkan semua bentuk rasionalitas dalam tindakan sosialnya? Terimakasih pak. (Andriani indah Permatasari / 1912511035)
Selamat siang pak, saya febriyantari dari sosiologi 20 dengan nim 2012511041 izin bertanya pak, bagaimana cara mengatasi atau meyakinkan orang orang bahwa pikiran yang bersifat mistis itu tidak dapat seenaknya saja dicap bahwa itu merupakan pikiran yang irasional padahal sebenernya pemikiran tersebut sudah ada sejak jaman dahulu atau jaman para leluhur
Terimakasi Pak Wahyu atas pemaparan materi yang telah diberikan. Saya Izin Menanggapi dan bertanya. Seperti yang telah dijelaskan dalam vidio, Nilai didefinisikan sebagai sesuatu yang dianggap baik benar dan diharapkan Keterwujudannya sehingga ketika individu bertindak berdasarkan suatu nilai maka tindakan itu adalah tindakan yang didasarkan oleh Rasionalitas Nilai. Nah indonesia kan terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama dll. Jadi pertanyaan saya, Apakah Pecalang di Bali yang membantu dalam pengamanan ibadah umat muslim pada saat Idul Adha termasuk Rasionalitas Nilai pak??? Dan bagaimana hal tersebut bisa berpengaruh/tidaknya, terhadap tindakan Rasionalitas Nilai? Terimakasii Ni Made Ryana Ayu Paramita/2012511061
disebutkan bahwa ibu dari Max Weber yang menganut calvinisme memiliki pengaruh yang besar dalam hasil karya Max Weber saat dewasa. Berangkat dari sini, saya penasaran mengenai bagaimana pengaruh calvinisme ibu Weber kepada suaminya, ayah Weber, yang merupakan seorang diplomatik kelas atas dan memiliki posisi penting di Jerman? Serta bagaimana pengaruh tersebut bermanifestasi dalam kebijakan yang diambil oleh sang suami dalam politik Jerman pada saat itu? Diani Priyono / 2012511040
terima kasih pak atas penjelasannya. Saya ingin bertanya, ada macam tindakan traditional yaitu Rasionalitas Instrumental, rasionalitas beriorientasi nilai,tindakan afektif Dan tindakan traditional J.salah satu tindakan sosial afektif adalah tindakan yang dilakukan dengan dibuat-buat dan didasari oleh perasaan atau emosi dan kepura-puraan seseorang. Tindakan ini tidak dapat dipahami, dinilai, atau bahkan difikir secara irrasional. Akan tetapi yang pasti ada jenis tindakan sosial afektif ini dalam masyarakat. berarti disini tindakan ini tidak menghasilkan nilai positif yah Pak,malah merugikan diri sendiri atau orang lain. Mengapa tindakan ini tidak dapat dipahami atau dinilai pak?
Di menit 09:04 di jelaskan bahwa menurut Max Weber tindakan sosial dari individu selalu di motivasi/dilandasi oleh 5 bentuk rasionalitas, yaitu rasionalitas formal, instrumental, nilai, tradisional, dan afektif. Namun dalam karya Ritzer hanya di sebutkan 4 rasionalitas dan menghilangkan rasionalitas formal. Padahal rasionalitas formal juga masuk dalam kategori rasionalitas dan saya rasa juga cukup penting. Dikatakan juga bahwa rasionalitas formal merupakan rasionalitas paling murni yang berkaitan dengan individu yang penuh kalkulasi untung rugi. Pertanyaan saya, mengapa bisa begitu pak? Mengapa ritzer menghilangkan rasionalitas formal? Lintang Indah Pangestu/1912511003 Terimakasih banyak sebelumnya 🙏🏻
Muhammad Fazri Dwi Rizki 1912511065 Makasih pak atas ilmu yang sudah di berikan saya akan menanggapi dikit tentang rasionalitas tradisional, berarti rasionalitas tradisional juga bisa di sebut budaya dan kepercayaan kita yang terus menerus di lakukan kita. Jadi setiap orang yang mempercayai suatu sebuah hal dari budaya nenek moyang kita atau budaya yang di anjurkan oleh agama itu juga di sebut rasionalitas tradisional menurut max Weber tanpa sengepetahuan orang pun kita sudah melakukan rasionalitas tradisional Pak saya juga ingin bertanya karena saya belum paham mengapa obyek kajian sosiologi harus di sebut tindakan individu?
"tidak ada individu yang tidak rasional, dengan kata lain semua indiviu/masyarakat itu rasional" Disitukan suku Indian tersebut bilang kalo tembikarnya retak karena ilmu hitam, namun jika rasional tradisional suku Indian tersebut bisa dipatahkan oleh rasional lain gimana pak? misal, mungkin saja terdapat rongga yang terisi oleh air di bawahnya. karena lapisan semen di bawah keramik yang tidak rata oleh tukang yang tidak berpengalaman, dan sebagainya. apa hal tersebut tetap membuat indiviu suku Indian tersebut tetap rasional? dengan kata lain kita tidak bisa sama sekali mematahkan kerasionalan seseorang. Bagus Dwi Saputra - 2012511035
Max Webex memberikan penjelasan bahwa tindakan sosial adalah suatu tindakan individu yang memiliki tujuan serta makna terhadap individu lainnya. Bagaimana penerapan rasionalitas intrumental sebagai salah satu motif tindakan sosial? Putu Roosevelt Goenamantha Shailendra (2012511069)
Sebelumnya saya ingin mengucapkan Terima kasih atas penjelasannya. Perkenalkan saya Kadek Raveda Adinda Paramitha dari sosiologi 2020, saya memiliki pertanyaan pak , tadi dijelaskan bahwa Weber mengatakan objek kajian sosiologi adalah tindakan individu yang penuh arti dan makna terhadap individu lain. Pertanyaan saya apakah hal ini merubah paradigma sosial sebelumnya? Terima kasih pak
Terimakasih atas penjelasannya bapak. Izin menanggapi dan bertanya. Setelah saya menonton video bapak, terdapat penjelasan mengenai rasionalitas nilai. Dijelaskan bahwa rasionalitas nilai yang didasarkan pada sesuatu yang dianggap baik benar dan diharapkan. Akhir-akhir ini saya mulai resah dengan kondisi daerah sekitar rumah saya. Misalnya, saat bulan ramadhan seperti ini masih ada masyarakat muslim yang menjalankan ibadah seperti shalat tarawih dan yang lainnya di masjid secara berjamaah. Mereka menilai bahwa tindakannya merupakan salah satu upaya untuk menghindari covid-19. Saat pemerintah (diwakilkan oleh kepala desa) memberi arahan secara langsung untuk beribadah di rumah, justru mereka mengganggap hal itu keliru. Namun hal tersebut berbeda dengan pemikiran mereka, mereka menganggap bahwa dengan beribadah di masjid adalah upaya menyelamatkan diri dari segala wabah dengan berdoa dan beribadah. Mereka tentunya memegang rasionalitas nilai berdasar pada religius. Apakah hal tersebut memang benar termasuk dalam rasionalitas nilai? Terimakasih pak. Arvela Cahya Monica (1912511025)
Baik terima kasih atas pemaparan materi yang telah bapak sampaikan. Izin merangkum dalam bentuk komentar. Saya James Christian NIM 2212511041. Max Weber merupakan tokoh sosiologi yang memaparkan mikro sosiologi yang mana micrososiologi ini adalah mempelajari mengenai individu. Memang sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Tapi masyarakat terbentuk dari kumpulan individu yang memiliki kepentingan masing-masing. Max Weber mempelopori teori tindakan sosial. Teori tindakan sosial adalah tindakan suatu individu itu berdasarkan motif atau rasional individu tersebut. Rasionalitas diantaranya: 1. Formal => berdasarkan apa yang menguntungkan individu dalam melakukan sesuatu 2. Instrumental=> upaya untuk mencapai tujuan dari individu tersebut. 3. Nilai => nilai bicara mengenai benar atau salah dalam tindakan tersebut. 4. Tradisional => tindakan individu yang didasari dari bagaimana generasi sebelumnya melakukannya dan nilai ini secara turun temurun. 5. Afektif => tindakan individu didasari dengan perasaan.
Selamat malam pak, terimakasih atas penjelasannya. Mohon maaf sebelumnya, pada menit (18:13) dapat disimpulkan sebagaimana ungkap Weber bahwa 'tidak ada individu atau masyarakat yang tidak rasional'. Disini saya kurang setuju pak karena ini bisa dikatakan memukul rata semua individu dalam masyarakat, sedangkan di awal sudah terpapar jelas bahwa setiap individu memiliki pola pikir serta perasaan yang berbeda-beda. Jika memang benar adanya bahwa tidak ada individu yang tidak rasional, maka saya ingin bertanya dari satu contoh kecil mengenai fenomena hoax di media-media Indonesia, apakah ini disebut rasional? Tolong dijelaskan pak dan maaf jika pertanyaanya tidak bermutu, Terimakasih:) (Joan Carol Lusia/1912511033)
Selamat malam pak wahyu saya zhalsa rose dengan NIM 1912511067. Sebelumnya saya ingin menanyakan mengapa nominalisme sosial ini bisa terjadi. Apa penyebabnya?. Apakah sedari dlu sudah banyak kaum-kaum introvert? Trimakasih pak
Sebelumnya terima kasih atas materi yang telah bapak paparkan. Saya Yunia Rahmatillah (2012511047), saya ingin bertanya pak, dalam rasionalitas instrumental dikatakan kontra humanis. Sebenarnya, seberapa kadar atau apa batasan dari kontra humanis itu sendiri. Apakah bisa jika rasionalitas instrumental menggunakan manusia sebagai alat itu dikatakan perbudakan?. Terima kasiih pak
Selamat siang pa,Saya Selviana Sanul/2012511020 dari prodi Sosiologi angkatan 2020.Ingin bertanya Seperti yang kita ketahui bahwa tindakan sosial adalah tindakan yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain.Tetapi bahwa tidak semua tindakan dapat dikatakan tindakan sosial .Lalu seperti apa dan bagaimana kita mengenal suatu tindakan itu dianggap tindakan sosial?
Nama saya Mia Indrawati dengan NIM 1912511008 Terima kasih bapak sebelumnya atas materi yang bpk sampaikan. Saya ingin menanggapi sekaligus bertanya tentang tindakan indivu. Dikatakan bahwa tindakan individu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan individu. Yang artinya saya menangkan bahwa segala keinginan sering di anggap bahwa itu adalah sebuah kebutuhan yang harus d penuhi. Sedangkan setiap individu biasanya biasanya berkeinginan besar tentang banyak hal. Sehingga akan banyak keinginan yang timbul dari setiap indiividu. Saya menyimpulkan disini adalah setiap orang bergerak dan melakukan sesuatu untuk dirinya bukan untuk masyarakat. Tidak ada sesuatu yang dilakukan untuk orang lain atau organisasi semua murni dilakukan untuk dirinya. Hal ini didukung dengan kata-kata bahwa setiap tindakan individu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Yang ingin saya tanyakan apakah benar bahwa tidak ada sesuatu yang dilakukan oleh individu dengan niat murni untuk orang lain dan masyarakat? Terima kasih 🙏 dan mohon maaf
Selamat siang pak, saya Kiyani Cahya NIM 2012511051 izin bertanya, di video bapak ada menyampaikan bahwa konflik yang terjadi di masyarakat terjadi akibat perbedaan dari rasionalitas. Apakah kaum LGBT yang bertentangan dengan nilai yang berlaku di Indonesia sehingga dianggap tidak baik termasuk ke dalam contoh dari konflik yang terjadi di antara masyarakat akibat perbedaan rasionalitas? kaum lgbt menikah/menjalin hubungan didasari atas rasionalitas afeksi sedangkan di Indonesia sendiri hal itu tidak sesuai dengan nilai sosial yang didasari oleh rasionalitas nilai. Terima kasih pak sudah membuat video materi mengenai Max Weber ini🙏
Terima kasih atas pemaparan materinya Pak. Saya izin bertanya terkait tindakan sosial. Seperti yang dijelaskan di video, tindakan sosial adalah suatu tindakan individu yang tertuju kepada individu lain. Sebelum bertanya saya ingin mencontohkan, setiap individu pasti ingin menempuh pendidikan setinggi tingginya agar bisa bermanfaat kepada orang lain. Namun bisa kita lihat masyarakat Indonesia yang sampai saat ini kebanyakan dari mereka memiliki semangat budak yang diwarisi oleh Belanda. Jadi individu ini menempuh pendidikan hanya untuk alasan agar bisa bekerja dan bekerja untuk menghidupi kesehariannya tanpa berpikir apakah pekerjaan tersebut bisa bermanfaat bagi orang lain. Sehingga sering terjadilah kecurangan saat bekerja demi mendapatkan uang yang banyak demi dirinya sendiri. Lalu tindakan yang dilakukan individu yang menempuh pendidikan hanya agar bisa bekerja dan kemudian agar bisa menghidupi kesehariannya ini bisa dibilang tindakan individu atau termasuk tindakan sosial Pak? (Yadi Jatianto Putra/1912511043)
Selamat malam pak, terimakasih atas penjelasan yang Bapak berikan. Izin bertanya pak, beberapa tahun yang lalu sempat muncul fenomena kerinduan sebagian masyarakat terhadap Presiden ke 2 RI Soeharto. Hal ini terlihat dari munculnya slogan “Piye enak zamanku to?”. Slogan ini banyak ditulis disamping gambar Soeharto yang sedang tersenyum sembari melambaikan tangan kanannya, hal ini sering terlihat di media sosial , pakaian , hingga lukisan di belakang truk. Bahkan survei Indo Barometer pada tahun 2018 menyatakan 32,9 persen responden menilai Soeharto merupakan Presiden yang paling berhasil memimpin Indonesia. Apakah fenomena ini merupakan bentuk rasionalitas afektif karena ikatan emosional yang dimiliki sebagian rakyat Indonesia dengan Soeharto yang memimpin selama 32 tahun atau hanya sekedar isu politik biasa menjelang Pemilu? Mohon maaf apabila pertanyaan saya kurang tepat pak, mohon penjelasannya pak. Terimakasih. (I GEDE ARI JULIARSANA / 1912511045)
Mohon maaf Pak Wahyu, ijin bertanya tindakan sosial merupakan tindakan yg memberikan dampak bagi orang lain. lalu bagaimana dengan aktivitas antara individu dengan organisasi/perushaan, apakah tindakan tersebut juga dapat dikatakan tindakan sosial?
Terima kasih atas pemaparan materinya pak, saya Nadia Paramita (1912511037) ingin menanggapi bahwasannya pelaku individual mengarahkan kelakuannya kepada penetapan atau harapan- harapan tertentu yang berupa kebiasaan umum atau dituntut dengan tegas atau bahkan dibekukan dengan undang-undang. Menurut Weber, tidak semua tindakan yang dilakukan merupakan tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada orang lain. Contohnya adalah seseorang yang bernyanyi-nyanyi kecil untuk menghibur dirinya sendiri bukan merupakan tindakan sosial. Disini saya juga ingin bertanya sedikit, Apabila dalam hal ini, jika tujuannya untuk menarik perhatian orang lain, apakah hal tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan sosial? terima kasih pak
Weber merupakan tokoh "radikal" yg membalikkan paradigma sosiologi yg sebelumnya makro ke mikro, dimana setiap individu dianggap memiliki pemikiran dan perasaan yg berbeda. Sehingga individu lah yg paling otentik yg bisa di ukur. Saya setuju dg pemikiran tsb, krn pada kehidupan sosial yg sebenarnya, apabila dilakukan pemungutan suara pasti terdapat pendapat pro dan kontra, yg mana pendapat terbanyak akan menang. Padahal masing-masing dari mereka memiliki kepentingan tersendiri sehingga berpendapat pro atay kontra, apakah hal tersebut bisa disebut dg tindakan sosial? Dan apakah hal tersebut tidak membuat individu yg pendapatnya sedikit (di tolak) merasa teralienasi dalam lingkungannya sendiri? Terimakasih, mohon maaf apabila ada salah kata (Adi Wahyu Firnanto 1912522005)
izin bertanya pak, saya Grace Rizky Ayu Putri Jauhari nim 2012511036 ingin bertanya mengapa karya George Ritzer hanya menyantumkan 4 kategori rasionalitas tindakan sosial? yang dimana sebenarnya terdapat 5 kategori seperti yg max weber dalam karyanya padahal seperti yang bapak jelaskan bahwa rasionalitas formal itu merupakan rasionalitas yang paling murni. terima kasih pak
Ijin bertanya Kan dijelaskan bahwa rasionalitas formal itu mengharapkan keutungan (untung rugi). Seperti di contoh yang bapak berikan dia menolong untuk mendapatkan imbalan kan tandanya tidak ikhlas karena mengharapkan keuntungan. Disini saya ingin menanyakan bagaimana jika kita kita melakukannya dengan ikhlas dan tidak meminta imbalan lebih tetapi dipandang ingin mengambil keuntungan. Apakah Masi dikatakan rasionalitas formal KARTIKA INDA SETIANINGRUM (2012511001)
Ijin bertanya. Saya I Putu Surya Adi Kusuma / 2012511003. Di dalam materi, Max Weber mengatakan objek kajian sosiologi itu adalah tindakan individu, berbeda dengan yang dikatakan oleh ahli - ahli lainnya yang mengatakan objek kajian sosiologi itu adalah masyarakat. Jadi kajian sosiologi yang diakui secara pasti yang dijadikan patokan itu yang mana pak? Sekian terimakasih pak🙏
Selamat malam pak Wahyu. Saya Joy Hosanna (1912511011) ingin bertanya mengenai objek kajian sosiologi menurut Weber pak. Saya kurang setuju dengan pendapat Weber. Di video dijelaskan mengenai perbedaan objek kajian sosiologi sebelum Max Weber dan sesudah Weber, dimana objek kajian sosiologi awalnya ialah masyarakat, institusi sosial serta lembaga sosial, dan setelah menurut Weber objek kajian sosiologi adalah tindakan penuh arti dan makna terhadap individu serta pernyataan Weber mengenai bagaimana bisa kita mengukur (mempelajari) masyarakat sedangkan masyarakat terdiri dari kumpulan individu yg memiliki pola pikir serta perasaan yang berbeda - beda. Bukankah di dalam objek kajian sebelum Weber (masyarakat, intitusi, lembaga sosial) juga akan mengkaji tentang perilaku individu, tindakan, reaksi, kepentingan dan juga hubungan /interaksi dengan individu lainnya. Menurut saya di dalam objek tersebut sudah mencakup bagaimana individu dalam kehidupan sosial. Lalu untuk meneliti tindakan sosial individu, pastilah harus ada lawan individu tersebut. Sebab menurut saya bagaimana dapat dikatakan tindakan sosial, jika tidak membawa dampak bagi orang lain. Sehingga perbedaan perasaan menjadi penting dalam hal ini. Trimakasih pak.
Sedikit tambahan pak : perbedaan perasaan menjadi penting untuk mengetahui respon dari satu individu dengan indvidu lainnya untuk mengerti bagaimana hubungan sosial yang terjadi antara individu tersebut
Salam sehat, saya A/N Achmad Kadi Perwiranegara dengan NIM 2012511013 saya penasaran dengan gagasan max weber kenapa bisa menyatakan gagasan bahwa “tidak ada sesuatu yang dinamakan masyarakat. Melainkan kumpulan individu dengan kepentingannya masing-masing”. Ada kah sesuatu yang bisa menyebabkan dia berpikir seperti itu? Lalu rasionalitas nilai ialah tindakan individu yang di dasarkan pada sesuatu yang di anggap baik, benar dan di harapkan keterwujudannya dan bagaimana dengan individu yang tindakannya tidak bisa memilah antara yang baik dan buruk, di sebut apakah mereka itu?
Selamat siang Pak, sebelumnya terima kasih atas materi yang sudah Bapak jelaskan. Saya ingin bertanya Pak terkait dengan rasionalitas Instrumental, apakah Kolonialisme dan Imperialisme itu juga merupakan wujud dari rasionalitas Instrumental? Satu lagi Pak, Bapak sempat menyinggung soal nilai yang bersifat relatif, dalam hal ini contohnya adalah mengenai LGBT dimana di negara" barat hal tersebut dianggap lazim namun di negara seperti Indonesia hal tersebut tidak dibenarkan. Nah Karena perbedaan Cara pandang tersebut, akhirnya muncul stigma" buruk dari masyarakat Indonesia mengenai LGBT. Menurut Bapak apakah stigma" buruk dari masyarakat tersebut dapat dibenarkan? Padahal kan fenomena LGBT tadi dianggap wajar bagi negara" barat, atau apakah suatu nilai itu seperti kata pepatah "Dimana Bumi dipijak di situ langit dijunjung"? Terima kasih Pak Nama:Joan Christoper Samuel Nim : 2012511043
Halo, pak wahyu . Izin untuk bertanya , pada penjelasan rasionalitas instrumental yang digambarkan sebagai individu atau manusia digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tetapi alat yang digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan itu hanya manusia? Nama : Gede Sughi Adnyana Ousadhi Prastha NIM : 2012511063
Terima kasih pak atas penjelasan materinya, dari materi yang sudah bapak jelaskan Saya belum bisa memahami sepenuhnya mengenai rasionalitas formal, yang dimana bapak sudah menjelaskan bahwa rasionalitas formal adalah tindakan individu yang didasarkan pada kalkulasi untung-rugi. Disini saya belum memahami mengenai kata rugi tersebut, dari beberapa contoh yang sudah bapak paparkan saya menangkap hal-hal tersebut merupakan bagian dari keuntungan, yang dimana orang-orang yang melakukan hal tersebut sama-sama mendapatkan keuntungan. Apakah bapak bisa memberikan sedikit penjelasan dan contoh sederhana Mengenai kata rugi yang dimaksud disana???? Sekian dan terima kasih pak Kesyani libryanti (1912511064)
selamat malam bapak, saya izin bertanya, kegiatan berbisnis itu termasuk rasionalitas mana ya? karena dari yang saya tangkap itu bisa saja masuk dalam rasionalitas formal dan juga rasionalitas instrumental dimana dikatakan sebagai rasionalitas formal karena dalam hal berbisnis terdapat kalkulasi untung rugi. dan juga pada rasionalitas instrumental hal berbisnis juga terkadang ada individu atau perusahaan yang berusaha menjalin hubungna bisnis tetapi hanya untuk mendapatkan tujuannya saja dengan cepat. terimakasih (Anak Agung Diah Maheswari/2012511049)
Selamat sore pak, terima kasih atas materi yang telah bapak sampaikan. Saya izin bertanya, pada Abad Pertengahan beberapa paus Katolik dan uskup- yang telah mengambil janji "chastity", sehingga biasanya tidak mempunyai anak kandung - memberikan kedudukan khusus kepada keponakannya seolah-olah seperti kepada anaknya sendiri. Beberapa paus diketahui mengangkat keponakan dan saudara lainnya menjadi kardinal. Seringkali, penunjukan tersebut digunakan untuk melanjutkan "dinasti" kepausan. Pertanyaan saya apakah fenomena tersebut merupakan salah satu contoh dari tindakan sosial yang didasarkan pada rasionalitas instrumental? Terima kasih pak.🙏 Nada Nadhifah Hanni/2012511052
Terima kasih atas penjelasan materi dari bapak mengenai Max Weber. Saya Yuwa Hedani Sugiyanto ( 2012511054 ) izin bertanya, dari materi bapak yang tentang Rasionalitas Instrumental. Bagaimana cara agar bisa mencapai tujuan kepentingan yang cepat dengan cara tidak merugikan yang lain?
Saya Komang Ardijaya Pratama dengan nim 1912511014. Terimakasih pak atas materi yang telah di berikan saya sangat setuju, dari pemaparan materi tersebut terdapat lima tindakan mengenai rasionalitas individu dan kelima tindakan ini juga sangat sering terjadi di lingkungan sekitar kita. tindakan ini juga kita bisa identifikasikan dalam berbagai sudut pandang sesuai dengan tindakan individu itu sendiri apakah atas dasar tindakan rasionalitas formal, instrumental, nilai, tradisional, dan afektif. tetapi misalkan dalam rasionalitas tradisional adanya suatu tindakan individu yang mengenai kebudayaan yang telah diwariskan secara turun temurun tetapi dengan seiring berkembangnya zaman tindakan kebudayaan si individu ini mulai pudar lantaran masuknya kebudayaan lain yang sangat kuat mempengaruhinya dan menghasilkan kebudayaan baru bagi individu tersebut yang belum tentu baik atau buruknya, nah jadi apakah hal ini masih dapat dikatakan sebagai rasionalitas tradisional dan apakah ini mengurai nilai-nilai yang telah di warisi oleh kebudayaan sebelumnya pak ?
Terimakasih pak atas materi yang bapak sampaikan. Disini saya mau menanggapi bahwa apa yang dikatakan bapak tentang tindakan sosial adalah tindakan individu yang berdampak pada individu lain. Tujuan utama nya adalah memahami secara mendalam makna subjektif dari tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut, apakah berdampak positif atau negatif bagi sekelilingnya. Tidak semua tindakan yang dilakukan merupakan tindakan sosial. Contohnya adalah seseorang yang bernyanyi-nyanyi kecil untuk menghibur dirinya sendiri bukan merupakan tindakan sosial. Namun jika tujuannya untuk menarik perhatian orang lain, maka itu merupakan tindakan sosial, betul kah pak? Sejauh ini belum ada yang ingin saya tanyakan lagi. Terimakasih, selamat malam pak. Ainayah Shafa Alisha - 1912511054
Malam pak Wahyu, saya Shafira Rahma (2012511072). Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang genius universal. Apakah pada jaman sekarang ini ada orang yang memiliki gelar genius universal?
Terimakasih atas materi yang telah diberikan. Dari materi yang sudah bapak sampaikan, dijelaskan mengenai pemikiran webber dalam kajian sosiologi yang mengatakan bahwa webber merupakan tokoh sosiologi yang dikatakan "radikal", dimana sebelum webber hadir, kajian sosiologi merupakan sebuah masyarakat atau juga lembaga sosial. Dan kemudian ketika Webber hadir, ia mengatakan sebuah pernyataan bahwa kajian sosiologi merupakan tindakan individu atau juga objek kajian sosiologi merupakan tindakan individu yang penuhhh makna dan arti terhadap individu lainnya sehingga ia membalikkan paradigma makro menjadi mikro. Disini saya kurang paham dan ingin bertanya mengenai apa yg dimaksud dengan tindakan individu yang penuh makna dan arti, dan apa hubungannya didalam paradigma sosial? terimakasih pak 🙏 Ni Kadek Trisna Dewi (1912511059)
Terimakasih pak atas penjelasannya, pemikiran weber yang dimana merubah pemikiran makro menjadi mikro yang dimana awalnya mempelajara masyarakat secara umum dan dirubah menjadi mempelajari individunya tersebut. Disana saya sangat setuju, seperti yang dikatakan tersebut, bagaimana kita bisa mempelajari masyarakat sedangkat dalam masyarakat tersebut terdiri dari kumpulan individu yang memiliki pemikiran dan perasaan yang berbeda beda,disini saya ingin bertanya pak,mengapa ritzer menghapus rasional formal dari pak?,terimakasih. (kadek ari widhiarsa 1912511051)
Terimakasih atas pemaparan materinya pak, saya Luh Gede Prita Cahya Anjani NIM 2012511028 izin bertanya terkait dengan teori tindakan sosial terdapat 5 motif yang melandasinya manusia sendiri dibagi bagi menjadi beberapa kategori generasi menurut bapak pada generasi ini adakah rasionalitas yang terlihat dominan dikalangan masyarakat? atau mungkin setiap rasionalitas memiliki era tergantung keadaan individu serta masyarakat tiap generasinya?
Tanpa Max Weber sepertinya kajian sosiologi modern tidak akan semenarik saat ini. Sayangnya, dia tidak sempat meneliti bagaimana etika berpengaruh terhadap perkembangan kapitalisme dalam islam. Dia keburu meninggal..
Selamat pagi pak, saya Gita Aulia Ginting (2012511002) . Izin bertanya pak, kenapa Weber mengalami depresi dan bertanya ke diri dia sendiri?apa dia sempat berpikir apa yang dia buat itu sia-sia dan sudah tidak ada tantangan lagi?
Izin bertanya pak.... Menurut max weber ada 4 tindakan sosial, salah satunya adalah tindakan tradisional. Dimana tindakan tradisional itu adalah Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan yang telah mendarah daging. Nah yang menjadi pertanyaan saya, apakah permainan anak anak seperti bermain kelereng, lompat tali dan sebagainya termasuk tindakan tradisional? Sekian Dan terimakasih pak. Nim 2012511024
Selamat pagi pak wahyu. Terimakasih atas materi yang sudah bapak jelaskan. Jadi seperti yg sudah dijelaskan bahwa ada prinsip tindakan sosial, yaitu tertuju pada orang lain, memiliki makna, dan bisa berdampak pada orang lain. Disini saya izin bertanya jika salah satu prinsip tersebut tidak ada apakah tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan sosial ya pak?sebagai contoh seorang guru menggertak murid didiknya karena murid tersebut males-malesan tidak mengerjakan tugas namun murid tersebut kembali mengulangi kesalahannya hal tersebut bisa dikatakan bahwa tindakan guru tersebut tidak berdampak pada anak tersebut. Mohon maaf jika pertanyaan saya salah. Terima kasih pak 🙏 (Dewi Aprilia Shansa / 2012511038)
selamat pagi pak, terimakasih atas penjelasannya. berkaitan dengan rasionalitas nilai saya ingin bertanya, apabila suatu nilai dikatakan relatif maka setiap orang pasti punya pemikiran yang berbeda mengenai baik/buruknya hal tersebut. misalnya ada contoh seseorang yang sedang depresi dan menuangkannya melalui self harm mungkin berdasarkan rasionalitas afektif dari orang tersebut prilaku self harm itu oke oke saja karena mungkin jadi bagian dari pelariannya. namun apabila kita melihat tentunya itu bukan sesuatu yang baik dan bahkan akan lebih buruk apabila tidak segera ditangani. bagaimana menurut pandangan bapak? terimakasih Ramadhini Putri Yenadin 2012511060
Sebelumnya makasih untuk materi yang telah disampaikan. Saya Naomi Lumbantoruan (2012511011) ingin bertanya,bagaimana paradigma definisi sosial yang dipandang Weber dalam Sosiologi?dan mengapa weber tertarik membuat suatu karya etika Kristen protestan yang sebenarnya telah dipengaruhi oleh ibunya yang begitu taat terhadap calvinisme? Terima kasih
Selamat siang pak, sebelumnya terimakasih atas materi yang sudah di sampaikan, yg dapat saya simpulkan yaitu Max waber merupakan salah satu tokoh sosiologi klasik dengan salah satu teori mengenai tindakan sosial. Dimana tindakan sosial menurut Waber yaitu tindakan individu yang di landasan oleh motif/rasionalitas, yaitu : Rasionalitas formal : tindakan sosial dengan pertimbangan untung rugi. Rasionalitas instrumental: tindakan sosial dimana Individu lain digunakan alat untuk mencapai tujuan kepentingan. Rasionalitas nilai Rasionalitas tradisional : tindakan sosial yang turuntemurun/warisan. Rasionalitas afektif : didasarkan pada emosi/perasaan. Apakah satu tindakan dapat didasarkan pada lebih dari 1 rasionalitas? (Amilia Krisda Maulida / 2012511016)
Terimakasih bapak atas penyampaian materinya, saya izin bertanya Seperti yang sudah bapak jelaskan, Rasionalitas Instrumental adalah tindakan individu yang didasarkan pada upaya pencapaian tujuan se-efisien dan se-efektif mungkin dan menjadikan individu lain sebagai alat mencapai tujuan. Lalu saya ingin bertanya, apakah alat/objeknya hanya manusia saja pak? Canthas Wara Pakerti /2012511031
Selamat siang pakkkk, sy Agus Elfa Pratama 2012511015 izin bertanya . Seperti yg bapak sampaikan bahwa rasionalitas yg berbeda cenderung akan memunculkan konflik, lalu bagaimana kita sebagai mahasiswa menyikapi hal demikian pak? Karena tentu tidak semua individu dapat menahan sikap bila mendapati konflik akibat rasionalitasnya yg berbeda
Terimakasih atas materinya pak. Saya ingin bertanya terkait rasionalitas tradisional. Rasionalitas tradisional dijelaskan bahwa tindakan individu didasarkan pada perihal yang telah dilakukan secara turun temurun. Menurut saya rasionalitas tradisional termasuk sebuah kebiasaan/menjadi kebudayaan individu yang dilakukan sejak nenek moyang mereka. Lalu pertanyaan saya, jika sebuah keluarga besar memiliki sebuah label narapidana sejak nenek moyang mereka dan dilakukan terus menerus sampai ke generasi berikutnya (kakek, bapak, anak, cucu, dst melakukan perbuatan yang melanggar hukum) Apakah tindakan tersebut bisa dikatakan sebagai rasionalitas tradisional, meskipun hal tersebut mengarah ke hal negatif? Terimakasih pak🙏 (Donita Ezra Nathaniella / 1912511066)
Ijin bertanya pak saya Ni Komang Rahma Tri Pratiwi / 2012511053, Apakah mungkin di dunia kerja terjadi perbedaan rasionalitas pak? Saya kira setiap orang bekerja untuk mendapatkan uang. Terima kasih pak
Saya ga ngertinya knp tindakan individu menjadi menjadi tindakan sosial / kelompok, disitu ga dijelasin? Knp tindakan yg 1 menjadi pemikiran atau tindakan banyak orang, kan kepentingan individu tiap orang beda?
Selamat siang Pak, saya Jessica Yng Wie dengan NIM 2012511017 izin bertanya, kalau rasionalitas instrumental itu pihak yang satunya merasa dirugikan atau tidak pak? Atau seperti simbiosis komensalisme yaitu pihak yang satu diuntungkan, dan pihak yang lain tidak dirugikan. Terimakasih
Terimakasih pak atas penjelasan materi perkuliahan diatas.seperti yang telah dijelaskan tindakan sosial adalah perilaku yang dilakukan oleh individu dengan pertimbangan interpretatif atas situasi, intraksi, dan hubungan sosial dikaitkan dengan preferensi nilai, kepercayaan, minat, emosi, kekasaan, otoritas, kultur, kesepakatan, ide, kebiasaan, atau lainnya yang dimiliki oleh individu. disini saya memiliki pertanyaan.Apakah semua tindakan sosial tersebut bisa kita lihat hanya melalui observasi? Jika iya apa alasan nya dan jika tidak menggapa? Sekian Terimakasih Ady Zakaria (1912511017)
Selamat sore pak, saya Kristina Sitorus dengan nim 2012511046 izin bertanya, semua orang kan rasional semisalnya orang tersebut melakukan tindakan kejahatan berdasarkan pemikiran rasionalnya, dan ketika orang itu berhadapan dengan hukum dan mengatakan alasannya melakukan kejahatan sesuai pemikiran rasionalnya. Apakah alasannya akan diterima atau justru dikata "gila"? Sekian dan Terima Kasih Pak.
Terimakasih atas pemaparan materinya Pak, saya Komang Agus Yurawida dengan NIM 2212511044, saya ingin bertanya mengenai pemaparan materi diatas terutama dalam bagian rasionalitas. Saya ingin bertanya, apakah hingga saat ini yang mana kita sudah memasuki zaman modern, apakah masih sama penerapan berbagai jenis rasionalitas tersebut dimasyarakat dengan zaman sebelumnya? Dan juga apakah masih relevan adanya rasionalitas tersebut sebagai dasar dari adanya tindakan sosial yang dilakukan oleh individu? Terimakasih Pak.
Terimakasih atas materinya pak, Saya izin bertanya mengenai teori tindakan sosial yang yang dikemukakan oleh Max Weber. Bagaimana tanggapan bapak jika ada seorang anak yang memilih untuk berhenti sekolah karena ingin membantu ibunya yang seorang single parent bekerja sebagai bentuk perasaan kasih sayang dan ikatan emosialan antara anak dan orang tua, namun hal tersebut juga membawa dampak yang negatif terhadap anak tersebut karena harus berhenti sekolah, dalam hal tersebut apakah tindakan yang dilakulan anak tersebut termasuk tindakan afektif atau tindakan individu? (Galuh Fitria Rahmawati / 2012511007)
Terima Kasih atas pemaparannya bapak. Dari penjelasan mengenai Max Weber sendiri, saya setuju dengan pemikirannya mengenai "bagaimana mungkin kita mengukur masyarakat sedangkan masyarakat terdiri dari individu-individu yang memiliki pola pikir dan kepentingan yang berbeda-beda" yang mana saya artikan kita haruslah mengenal dan mengkaji dari hal kecil yang terdapat pada individu itu sendiri terlebih dahulu, kemudian meluas pada kajian dimana individu-individu tersebut membentuk sebuah perkumpulan yang disebut dengan masyarakat. Kemudian pada penjelasan teori tindakan sosial saya cukup memahami dari penjelasan yang telah bapak sampaikan. Tindakan sosial=tindakan individu yang berimplikasi terhadap orang lain, sedangkan tindakan individu=tindakan individu yang berimplikasi terhadap dirinya sendiri. Terdapat 5 bentuk rasionalitas yang melandasi tindakan sosial dari individu tersebut yaitu rasionalitas formal, rasionalitas nilai, rasionalitas instrumental, rasionalitas tradisional, rasionalitas afektif. Dari ke-5 bentuk rasionalitas tersebut, kemudian saya menyadari bahwa manusia bertindak menggunakan rasionalitasnya bisa dalam bentuk positif maupun negatif, artinya terdapat dua sisi berbeda yang dapat muncul pada tindakan seorang individu yang dilatar belakangi pada maksud dan tujuan dari tindakanya tersebut. Untuk bagian ke-5 bentuk rasionalitas tersebut, saya cukup paham dari penjelasan yang telah bapak sampaikan ditambah dengan mencari contoh lain dari ke-5 bentuk rasionalitas tersebut, oleh sebab itu untuk saat ini belum ada yang dapat saya tanyakan. Terima kasih pak.
//Mang Dwidya Pradnyani Putri (1912511057)
15:18 motif tindakan rasional tradisional mengingatkan saya pada buku Sapi, Babi, Perang, dan Tukang Sihir (Marvin Harris) dimana ia mengatakan: "Alasan lain mengapa banyak adat dan pranata tampak misterius adalah karena kita telah diajari untuk menjunjung tinggi penjelasan “spiritual” yang rumit atas fenomena kebudayaan, alih-alih penjelasan yang membumi yang terbangun dari soal perut, seks, energi, angin, hujan, dan fenomena lain yang biasa dan teraba". Salah satu bab mengangkat tentang satu suku di Nugini yang menganggap kargo-kargo bantuan yang datang dari langit (pesawat terbang) itu datangnya dari para leluhur mereka alih-alih retribusi pemerintah. Orang-orang suku itu kemudian menciptakan sosok Nabi Cargo sebagai jawaban rasional mereka terhadap barang-barang yang datang dari kargo, untuk mencoba mencari rahasia dan mengantarkan barang-barang tersebut kepada pengikutnya. Tindakan Nabi Cargo bisa saja dilatarbelakangi oleh motif ingin menguasai atas ketidaktahuan penduduk suku atau apabila Nabi Cargo memang juga percaya atas konsep kargo dari leluhur, bisa saja ia adalah seorang orang gila yang menyebarkan 'kepercayaanya' atas dasar ia merasa menjadi orang terpilih/spesial. Dari hal itu, saya ingin bertanya pak perihal individu seperti penduduk suku primitif. Pada zaman modern seperti sekarang, masih ada penduduk suku yang secara kolektif tetap memegang tradisi primitif mereka padahal sudah terekspos dengan teknologi dari masyarakat yang sudah maju. Mengapa mereka cenderung menolak perubahan yang bisa memperbaiki kehidupan mereka, jika alasannya adalah kepercayaan, bukankah banyak dari masyarakat modern yang kehidupannya lebih maju daripada mereka tanpa meninggalkan kepercayaan/agamanya?
Terima kasih pak. (Delfi Destiyanti - ...022)
banyakin videokuliah online kyk gini min sagat nngebantu banget buat orang kyk aku yangga bisa ndapetin ilmu ilmu kyk gini
Pada menit ke 1:19 dan 4:00, Saya penasaran dengan ucapan Bapak yang mengatakan bahwa pemikiran Weber juga dipengaruhi oleh ibunya yang seorang penganut calvinis yang taat, hingga menghantarkan saya untuk melihat-lihat beberapa artikel mengenai karya dari Weber. Dalam buku The Protestant and The Spirit of Capitalism berisi penjelasan mengenai hubungan antara doktrin keagamaan dengan semangat kapitalisme. Pada beberapa artikel mengatakan bahwa doktrin calvinisme yang dibawa oleh Richard Baxter, penerus John Calvin, sarat dengan "etos keduniawian" yang mendorong pemeluknya untuk bekerja dan mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya. Doktrin ini mengajarkan bahwa aktivitas ekonomi merupakan bentuk pelayanan kepada Tuhan, sehingga menyebabkan pemeluk ajaran calvinis berlomba-lomba untuk mengumpulkan kekayaan untuk membuktikan rasa cinta kepada Tuhan.
Pada menit ke 15.16, salah satu bentuk rasionalitas disini, yaitu rasionalitas tradisional yang merupakan tindakan individu yang dilakukan secara turun-temurun.
Saya berpikir mengenai pemaparan tadi, apakah tindakan dari penganut ajaran calvinisme ini merupakan salah satu contoh dari tindakan rasionalitas tradisional? Apakah hal ini yang bapak maksud bagaimana ibu Weber yang merupakan penganut ajaran calvinisme mempengaruhi pemikiran Weber?
(Ida Ayu Gede Putri Astiti / 1912511042)
Jadi, inti yang saya dapatkan dari teori tindakan sosial Weber adalah bagaimana ia berusaha untuk membalikkan kajian dari sosiologi yang pada umumnya hanya berfokus pada masyarakat yang kemudian berfokus kepada individunya yang lebih spesifiknya pada tindakan yang mereka lakukan dan berikan kepada individu lainnya. Karena sebelum kita mempelajari bagaimana masyarakt itu sendiri, kita terlebih dahulu harus mengenal bagaimana dari individunya sendiri. Seperti yang kita tahu, setiap orang, setiap individu memiliki jalan pikiran mereka masing-masing dan berbeda antara satu sama lainnya. Karena inti dari terbentuknya suatu susunan masyarakat itu sendiri terletak pada bagaimana individu yang ada dalam masyarakat itu. Dan juga tindakan yang kita lakukan lebih banyak mengarah kepada tindakan seorang individu kepada individu lainnya. Namun, bukan berarti kita melupakan masyarakat dan hany berfokus pada individu saja. Seperti contoh, saat kita bangun pagi, kita langsung membersihkan tempat tidur kita. Tindakan ini dapat mempengaruhi seseorang karena dgn kita melakukan pekerjaan itu, kita bisa membantu meringankan pekerjaan orang tua kita. Dengan hanya melakukan hal kecil dan bermakna, kita bisa memberikan pengaruh kepada orang lain.
(Nadia Gita- 1912511047)
Selamat malam pak
izin menanggapi tentang teori tindakan sosial max weber
Menurut Weber, tidak semua tindakan yang dilakukan merupakan tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada orang lain. Contohnya adalah seseorang yang bernyanyi -nyanyi kecil untuk menghibur dirinya sendiri bukan merupakan tindakan sosial. Namun jika tujuannya untuk menarik perhatian orang lain, maka itu merupakan tindakan sosial
Menurut Weber perilaku sosial juga berakar dalam kesadaran individual dan bertolak dari situ. Tingkah laku individu merupakan kesatuan analisis sosiologis, bukan keluarga, negara, partai, dll. Weber berpendapat bahwa studi kehidu pan sosial yang mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja, seakan-akan tidak ada inside-story, dan karena itu mengesampingkan pengarahan diri oleh individu, tidak menjangkau unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial itu. Sosiologi sendiri haruslah berusaha menjelaskan dan menerangkan kelakuan manusia dengan menyelami dan memahami seluruh arti sistem subyektif.
TERIMAKASIH
M Hasan Fadhil/1912511023
Terima kasih YESUS KRISTUS Memberkati ... Syalom .. 🙏🙏
Selamat siang pak,saya ingin menanggapi materi yang bapak bagikan mengenai pemikiran max weber. Sejauh ini saya menangkap bahwa perubahan sosial menurut Weber adalah merupakan hal yang kompleks. ia mengemukakan dimana tindakan sosial dimulai dari tindakan individuatau perilaku individu dengan perilaku orang lain, yang diorientasikan pada hasil tindakan tersebut, sehingga dapat dipahami secara subjektif, maksudnya setiap tindakan sosial yang dilakukan seseorang akan memiliki makna tertentu. Perubahan sosial selalu meliputi kebudayaan dan struktur pekerjaan bersama dan meliputi hubungan sosial yang kompleks. Weber memperlihatkan stratifikasi yang lebih kompleks dari pada Marx. Marx hanya melihat dua tipe kelas sosial yaitu kelas pemilik modal dan kelas pekerja. Bagi weber status dan kekuatan merupakan hal yang dapat menjadi dasar stratifikasi. Paling penting adalah bahwa kelas, status dan kekuatan tidak selalu yang paling menentukan karena bisa saja seseorang mempunyai kedudukan yang tinggi di salah satunya tapi sekaligus mempunyai kedudukan yang rendah pada yang lain.
Sri Yundarini (002)
Dari paparan video di atas dikatakan setiap tindakan manusia semuanya bersifat rasional. Termasuk juga seperti tindakan individu atau kelompok yang berkumpul melakukan kegiatan agama meski sedang diadakannya sosial distancing. Walaupun sebagaian kubu masyarakat menilai tindakan tersebut tidak rasional (tindakan berdasarkan kepercayaan yang abstrak) tetapi menurut Max Weber hal itu tetap bisa dikatakan rasional yaitu tergolong rasional nilai. Sebab mereka yang menjalankan ibadah mempunyai alasan/motif yang didasari nilai baik yang dianjurkan oleh agamanya. Mereka percaya dengan tetap melakukan kegiatan agama/ritual tertentu itu bisa menangkal penyebaran virus korona.
Kemudian ada individu/pemerintah yang memiliki motif rasional instrumental yang menilai hal yang dilakukan individu yang tetap melakukan kegiatan agama seperti biasa adalah tindakan yang keliru dalam memutus rantai covid-19. Sebaliknya mereka yang ber-rasional instrumental menilai cara efektif untuk menahan laju penyebaran virus adalah melakukan kegiatan agama dari rumah.
Disinilah kemudian terjadi pertentangan antar rasionalitas nilai dan instrumental, yang akhirnya pemerintah menghimbau umat beragama untuk beribadah dari rumah saja. Walaupun tentu awalnya mereka menolak dan kukuh menggunakan rasionalitas nilai (melakukan ibadah). Akhirnya pemerintah menggunakan cara yang represif seperti di India dalam membubarkan masyarakat masih berkumpul melakukan ritual tempat ibadah.
Apakah hal diatas tetap bisa menunjukkan setiap tindakan individu semuanya didasarkan rasionalitas? Dan dalam contoh tersebut, kelompok/pemerintah yang ber-rasionalitas instrumen yang dimenangkan. Bagaimana cara mengatasi permasalah tersebut jika terjadi pertentang antar rasionalitas yang serupa dan contoh kasus lain seperti pembubaran ibadah umat minoritas walaupun sudah beribadah dari rumahnya?
I Kdk Agus (...031)
Seri Kuliah Online: (1) Max Weber, Teori Tindakan Sosial
Ada sebuah tradisi di Jepang yang disebut dengan Ubasute (ubasuteyama) yaitu membuang lansia ke gunung atau ke hutan. Dalam tradisi Ubasute, anak laki-laki akan menggendong ibu mereka ke gunung atau hutan lebat, lalu membuangnya. Orang tuanya yang telah renta itu kemudian akan meninggal perlahan. Baik karena kelaparan, dehidrasi, hipotermia, serangan binatang buas, atau gabungan dari hal tersebut. Tradisi ini dipercaya berawal dari masa kemiskinan bangsa Jepang pada tahun 1783. Pada tahun tersebut, beberapa wilayah terpencil di Jepang seperti daerah gunung Asama mengalami panceklik yang sangat parah. Saking parahnya panceklik yang dialami negara Jepang kala itu, banyak warga yang jatuh miskin karena gagal panen, sehingga mau tak mau mereka mengurangi jumlah 'mulut' yang harus diberi makan. Para lansia yang ditelantarkan ke hutan ini pun tahu betul apa yang dilakukan anaknya kepada mereka. Kita sebagai orang awam pasti akan langsung memiliki pikiran bahwa praktik dari tradisi ini melanggar nilai moral yang ada, namun faktanya Ubasute sendiri dianggap sebagai bentuk penghormatan anak kepada orang tuanya yang tak ingin meninggal dunia sebagai beban keluarga. Pertanyaan saya, apakah hal ini termasuk ke dalam rasionalitas formal? (Arti Dewi Sri M. A. 1912511013)
Saya penasaran dengan pertanyaan weber saat ia sedang mengalami depresi. Di video ini disebutkan saat weber melangalami depresi ia bertanya dengan dirinya "untuk apa aku melakukan semua ini?" Sampai akhirnya max weber memberikan jawaban yang fatalistik yaitu "untuk mengetahui sejauh mana otakku mampu bertahan"
Dari sini seakan2 weber tidak melakukan 'semua hal itu' karena ia suka, sehingga muncullah pertanyaan-pertanyaan itu. Dan yang lebih membuat saya kagum adalah dengan tekanan itu, weber mampu menghasilkan karya-karya yang brilian hingga ia mendapat gelar genius universal. Bagaimana bisa ia bertahan sejauh itu sebelumnya tanpa ia tahu untuk apa ia melakukan semua itu/ tanpa tujuan?? Dan saya juga ingin bertanya mengenai arti fatalistik yang di maksud, dan mengapa jawaban weber dapat dikatakan jawaban yang sangat fatalistik?
Terimakasih banyak..
Lintang Indah Pangestu// 1912511003
Malam Pak Wahyu, terimakasih atas penjelasannya. Berdasarkan materi yang telah dijelaskan diatas, saya ingin sedikit menanggapi mengenai rasionalitas instrumental dan rasionalitas afektif. Dimana saya menangkap bahwa rasionalitas instrumental merupakan tindakan seseorang untuk mencapai tujuannya tanpa memikirkan perasaan orang lain. Sedangkan untuk rasionalitas afektif merupakan tindakan seseorang berdasarkan emosi atau perasannya. Saya mengambil contoh, setiap orang dengan pasti ingin memiliki pasangan yang mapan dan cukup harta untuk membangun sebuah rumah tangga. Saya rasa wajar jika perempuan mencari pria mapan untuk dijadikan pasangannya, karena saat ini tidak cukup hidup hanya mengandalkan cinta. Tetapi setelah mencari pria yang mapan dan telah menemukan yang tepat sesuai dengan kriteria, perempuan menaruh hati dan akhirnya perasaan sayangpun tumbuh, walaupun sebelumnya memang hanya ingin mencari pasangan yang mapan. Karena tidak etis jika menjalin hubungan rumah tangga hanya untuk mencari harta tanpa adanya perasaan kasih sayang antara pasangan tersebut.
Dari contoh tersebut, saya menangkap bahwa rasionalitas instrumental dan rasionalitas afektif sangat erat hubungannya dalam kehidupan. Menurut saya, dimana dalam pencapain tujuan pasti mengandalkan perasaan ataupun emosi walaupun tujuan tersebut buruk sekalipun. Jika memang benar apa yang saya tangkap dari penjelasan bapak, lalu mengapa rasionalitas istrumental dan rasionalitas afektif dipisahkan dan tidak dijadikan satu kesatuan yang saling berkaitan.
Mohon maaf apabila tanggapan saya kurang tepat, mohon pencerahannya bapak🙏
NI PUTU YUNITA DENASARI SUARJAYA (1912511021)
Baru nemu channel ini dong, dari dulu kemana aja. Makasih banget min videonya. Membantu banget buat persiapan UAS :)))
mantappp jan😂
@@alfinsafaturrizki4507 wkwkw bisa bisane nemu
@@youthofjann iya lagi memahami teorine Weber (kan ana neng sos agama). Lagi scroll komen, ehh nemu komentare ko wkwkk. Anu nggo uas TSK ganu apa?
@@alfinsafaturrizki4507 wanjirr rajin sekaliii urung mulai kuliah padahal wkwkwk. Iya ganu nggo bahan tambahan review tsk
@@youthofjann nggo persiapan tok jan, ben ora awam banget wkwk
selamat pagi pak wahyu, izin berpendapat sekaligus bertanya terkait materi di video ini yakni bagian tindakan rasionalitas Nilai dan Tradisional. Dijelaskan dalam video bahwa tindakan Rasionalitas Nilai merupakan tindakan yang dilakukan dengan didasari pada sesuatu yang baik benar serta diharapkan/berharga. Yang saya tangkap Rasionalitas nilai ini lebih menekankan pada sesuatu yang dianggap positif bagi tiap-riap individu (mohon maaf jika keliru bapak). Sementara, Rasionalitas Tradisional lebih beorientasi pada tindakan yang dilakukan secara repetitif atau berulang (semacam sebuah kebiasaan pada individu/kelompok). Nah, seperti yang kita ketahui dalam dunia sosial, kerap kali kita jumpai ketika suatu tindakan dianggap benar, baik dan sesuai dg kaidah maka tindakan itu akan berusaha dilakukan terus menerus dan pd akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Seperti contoh misalnya, ketika pelaksanaan upacara keagamaan dianggap sebagai sesuatu yang dilakukan berdasarkan pada nilai religius, maka upacara ini akan terus dilakukan secara berulang pada waktu (baik hari/bulan) yang tepat sesuai dengan yang telah ditetapkan saat awal pelaksanaannya. Contoh kecil lainnya seperti yang diterangkan pada video, yaitu perilaku jujur yang dianggap baik dan benar, dimana lambat laun tindakan itu akan terus ditanamkan dalam diri seseorang sehingga menjadi kebiasaan dan terus dilakukan. Jika begitu, apakah selanjutnya dapat dikatakan bahwa tindakan Rasionalitas Tradisional ini diawali dengan rasionalitas nilai pak? Atau dari kedua teori ini apakah memiliki jurang pemisah/pembeda yang lebih konkret pak? Mohon penjelasannya lebih lanjut pak, terimakasih. Erika Widiadnyani (....024)
Terimakasih banyak bg semoga sukses selalu ya🙏
Terimakasih ilmu pengetahuan sosial kak, saya dukung channel ini karena bermanfaat sekali apalagi pandemi saat ini kesulitan untuk memahami teori.
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas materi yang telah dipaparkan. Saya ingin menanggapi sekaligus bertanya, mengenai materi teori tindakan sosial yang dijelaskan. Jika berbicara mengenai teori tindakan sosial maka merupakan teori yang menarik untuk di kaji karena sesungguhnya teori ini berimplikasi langsung terhadap perilaku dan tindakan keseharian kita, memang benar yang dijlaskan tadi bahwasannya setiap individu pasti memiliki motif dalam melakukan suatu tindakan sosial dan dilandasi oleh rasionalitas setiap individu, baik dalam konteks rasional formal, instrumental, nilai, tradisional, maupun afektif. Untuk konteks rasional dilingkungan saya, saya sering menjumpai tindakan sosial dengan motif rasional efektif, dimana seorang individu mendapatkan timbal balik dari tindakannya.
Pertanyaan yang ingin saya tanyakan terkait penjelasan di menit 8.00 mengenai pengertian tindakan sosial yang dijelaskan yaitu tindakan individu yang tertuju pada orang lain atau berdampak pada orang lain, apakah sekiranya ada teori yang bertolak belakang dengan teori tindakan sosial menurut pemikiran Weber?
Putu Regita Dian Pramesti Dewi/ 2012511050
0:53 Biografi Max Weber (1864-1920)
2:19 Sisi lain Max Weber
4:13 pentingnya posisi pemikiran weber dalam sosiologi
6:09 pentingnya posisi
7:57 teori tindakan sosial
10:31 rasionalitas formal
10:36 rasionalitas instrumental
13:41 rasionalitas nilai
15:15 rasionalitas tradisional
19:10 rasionalitas afeksi
20:51 versthende/fenomenologi
Terima kasih pak , atas materi yang telah diberikan. Saya ingin berkomentar sekaligus bertanya mengenai tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber.
Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan individu yang tertuju atau memiliki makna terhadap individu lainnya dan tindakan sosial dari individu selalu dilandasi oleh 5 motif dan rasionalitas. Kelima motif itu adalah rasionalitas formal , rasionalitas instrumental, rasionalitas nilai, rasionalitas tradisional, dan rasional afektif. Kelima rasionalitas tersebut memiliki contohnya masing" sesuai dengan motif atau rasionalitas yang terlihat. Seperti contoh perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki sehingga memiliki atau dilandasi oleh rasionalitas nilai. Yang menjadi pertanyaan saya , apakah mungkin atau ada satu tindakan sosial yang secara bersamaan memiliki 2 dan bahkan lebih motif atau rasionalitas ? dan jika ada mengapa hal itu bisa terjadi ?
Terima kasih pak.
Ni Luh Putu Novi Damayanti
2012511071
Terima kasih Pak Wahyu atas pemaparan materinya. Disini saya akan menanggapi dan bertanya terkait Rasionalitas Formal. Dimana pada rasio ini sangat memperhatikan untung rugi. Individu sangat memperhatikan timbal balik yang akan ia terima ketika membantu orang lain. Namun, tidak semua individu seperti itu. Bahkan ada yang saling interaksi, namun salah satu pihak tidak mengharapkan timbal balik atau untung yang akan diterima. Beberapa orang memang berniat memberi tanpa mengharap imbalan. Mungkin konsep give and take tidak berlaku bagi seseorang seperti ini. Individu jenis seperti ini memiliki tujuan yaitu untuk kebahagiaan orang lain. Lalu saya ingin bertanya pak, apakah orang seperti ini tidak menindas dirinya sendiri? Apakah ia tidak menyadari bahwa give and take itu penting? Dan memikirkan untung rugi dalam interaksi juga penting agar tidak menyusahkan diri sendiri.
Sekian dan terima kasih pak
Fina Nur Aidah (1912511036)
Selamat sore Bapak.
saya Bergita Elnisa Sule (1912511010)
terimakasih atas penjelasan dari bapak. saya setuju dengan perkataan Webber "Bubarkan masyarakat, maka yang tersisa adalah individu. tetapi, bubarkan individu maka idividu tetaplah ada". seperti yang sudah dijelaskan bahwa tidak ada sesuatu yang dinakan masyarakat melainkan kumpulan individu dengan kepentingan masing masing. individu dari waktu ke waktu itu akan terus bergerak untuk memenuhi kepentingannya masing masing. karena manusia adalah makluk sosial maka dalam memenuhi kepentingannya tersebut individu sering berkumpul untuk saling membantu dan melengkapi dan membentuk masyarakat. dan jika masyarakat dibubarkan maka , tiap individu akan berpencar tetapi tetap dengan memenuhi kepentingannya masing masing. tetapi individu tidak dapat dibubarkan. bubarkan individu maka individu tetaplah ada. individu akan terus ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencapai tujuan hidupnya masing masing meskipun masyarakat dibubarkan, individu akan tetap dengan mandiri berjuang memenuhi kepentingannya.
Dari penjelasan bapak juga saya dapat mengerti tentang perbedaan Tindakan sosial dan tindakan individu yaitu : Tindakan sosial itu tindakan yang memiliki makna bagi individu lain sedangkan tindakan individu hanya berimplikasi terhadap individu itu sendiri. selain itu saya juga dapat mengerti tentang 5 jenis rasionalitas itu dan sadar kalau 5 jenis rasionalitas itu sering sekali terjadi dalam kehidupan lingkungan masyarakat saya bahkan terjadi atau dilakukan oleh saya sendiri.
Sekian danTerimakasih Pak.
Selamat Malam Pak, terimakasih atas materi yang telah bapak sampaikan secara detail. Saya menjadi memahami salah satu tokoh sosiolog ini. Namun, ada sedikit hal yang membuat saya penasaran mengenai tokoh Max Weber ini, Pak. Di menit 2:33 bapak mengatakan bahwa, "ini menarik karena yang mewarisi gelar genius universal adalah seorang sosiolog". Saya jadi menangkap bahwa hal ini adalah sesuatu yang tidak biasa, mengapa seorang sosiolog menjadi menarik ketika mewarisi gelar genius universal? Apakah biasanya yang menerima gelar ini adalah mereka yang belajar dibidang filsafat saja? Seperti Aristoteles yang merupakan seorang filsuf dan menilai bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Dan kita tahu bahwa, munculnya sosiologi ini tidak luput dari ada filsafat. Saya juga berpikir bahwa, sosiologi dan filsafat itu adalah dua hal yang saling berkaitan. Jadi saya berpikir bahwa, wajar saja ketika seorang sosiolog mendapatkan gelar genius universal. Tolong pencerahannya pak.
Sri Saraswati (1912511034)
Selamat malam Bapak Wahyu BN,
saya Karmila Ayuningsih mahasiswa Sosiologi'19 (1912511028) ingin sedikit menyanggah pernyataan bapak terkait dengan rasionalitas afektif, berikut saya akan menjelaskan.. diawal bapak menjelaskan bagaimana tindakan sosial adalah "tindakan yang berdampak terhadap individu lain" dan segala tindakan sosial menurut Max Wever dimotivasi dengan rasionalitas. Dalam menjelaskan rasionalitas afektif bapak memberikan contoh "tindakan seseorang yang berjingkrak kesengan karena memperoleh coklat dari kekasihnya" dimanakah letak implikasi terhadap orang lain nya bapak? bagaimana bisa dia berjingkrak saja dapat dikatakan berdampak terhadap orang lain, dan bahkan kekasihnya pun tidak mengetahui kalau dia sedang berjingkak..bukan kan tindakan tersebut adalah tindakan individu?
dan saya ingin menanyakan satu hal, dalam tindakan rasionalitas intrumental, dimana motif seseorang melakukan tindakan terhadap orang lain adalah untuk menggunakan seseorang sebagai batu loncatan dalam mencapai tujuan. bagaimana apabila ternyata tujuan yang diinginkan tidak tercapai? apakah tindakan tersebut tetap dapat dikatakan sebagai tindakan berdasarkan rasionalitas instrumental sedangkan hasil yang diinginkan sebelumnya berbuah nihil. terimakasih bapak🙏🏻
Halo pak saya AN HOFEN PURBA (2012511006) saya cukup mengerti dengan apa yang di sampaikan oleh weber dimana semua tindakan yg dilakukan oleh masing masing individu selalu di pengaruhi oleh rasionalitas,artinya tidak ada tindakan yang diluar pengaruh rasionalitas hanya saja jenis nya berbeda tergantung dalam konteks apa individu tersebut bertindak. Kemudian saya tertarik dalam tindakan rasionalitas formal yang mana tindakan ini di pengaruhi oleh kalkulasi untung rugi oleh individu. Saya berasumsi tindakan rasionalitas formal ini adalah tindakan yang saat ini paling banyak berpengaruh dalam setiap tindakan individu, karena kehidupan sosial kita saat ini yang telah di pengaruhi oleh kemajuan jaman atau bisa juga dikatakan globalisasi sangat memberikan dampak yg sayang berarti. Sehingga saat ini banyak individu dalam tindakan hanya mementingkan keuntungan dalam segala hal. Ini tentunya dapat memberikan dampak negatif dalam kehidupan sosial kita karena banyak tindakan yang tidak lagi berdasarkan norma2 yang ada. Kemudian dengan perkataan weber dimana ia mencetus bahwa objek kajian sosiologi adalah tindakan sosial saya ingin bertanya apa hal yg mendasari pemikiran weber agar dia bisa menyatakan kalau objek kajian sosiologi adalah tindakan sosial bukan masyarakat,institusi sosial, lembaga sosial,dll?
So scaring
Selamat siang bapak
Sebelum nya terimakasih atas pemaparan materi yang sudah di berikan.
Izin menanggapi juga materi yang sudah di paparkan mengenai teori tindakan sosial max Weber. Max Weber mengubah kajian sosiologi dari sosiologi makro sosial dan menjadi mikro sosial
Dimana persoalan subjektif itu menganalisis pada tindakan individu
Dan persoalan ( analisis) makro menganalisis struktur sosial, sistem sosial dan masyarakat.
Rasionalitas kemudian yang menciptakan hal hal yang lain turunannya seperti perilaku sosial , perilaku beragama dan perilaku sosial.
Dimana tindakan sosial itu adalah rasionalitas yang terdiri dari rasionalitas instrumental, Nilai , Tradisional, Afektif .
Izin bertanya juga bapak apabila misalnya Tindakan seseorang merujuk pada Rasionalitas Tradisional itu dipengaruhi oleh lingkungan media online
Apakah tindakan sosial itu dinamakan kategori rasionalitas tradisional dalam katagori max Weber?
Terimakasih
( Ni Wayan Ikka Susanti ) 2212511030
Sebelumnya mohon maaf, saya ingin mengajukan pertanyaan lagi pak.
Tindakan sosial yang menggunakan rasionalitas instrumental, dijelaskan bahwa tindakan individu ini dilakukan dengan menjadikan orang lain sebagai alat untuk mencapai tujuan se-efisien dan se-efektif mungkin. Tindakan ini juga dianggap dengan kontra humanis atau anti humanis. Namun, apabila individu menjadikan orang lain seperti seorang siswa yang menjadikan seorang public figure sebagai panutan untuk mencapai tujuannya menjadi seseorang yang memiliki kepribadian yang lebih baik, apakah hal ini termasuk rasionalitas instrumental yang memiliki anggapan kontra humanis atau anti humanis? Sekian, terimakasih pak.
(Andriani Indah Permatasari / 1912511035)
mantap terimakasih ilmunya bapak
Selamat siang pak🙏🏻
Sebelumnya izin menanggapi tentang tokoh Max Weber yang dikatakan "radikal", karena mengubah kajian sosiologi dari makrososial menjadi mikrososial. Saya pribadi sependapat dengan alasan lahirnya pemikiran tersebut, sebab ini sesuai dengan kondisi sesungguhnya di masyarakat. Khususnya pada masyarakat Indonesia yang sarat akan kemultikulturalannya, tentu sulit untuk mempelajari utamanya meneliti masyarakat multikultural sebagai objek kajian. Sementara tindakan dari masing masing individu dalam suatu masyarakat tidak mungkin sama, lalu akan dibawa kemana "suara" individu dengan pemikiran berbeda dalam masyarakat tersebut ketika hasil penelitian mengatas namakan masyarakat? Sedangkan individu dengan pemikiran berbeda tersebut juga merupakan bagian dari masyarakat.
Selanjutnya saya kan mengomentari mengenai teori tindakan sosial, khususnya pada rasionalitas afektif (di dasarkan oleh emosi/perasaan). Diawal pembahasan telah ditekankan bahwa tindakan sosial adalah tindakan individu yang berdampak terhadap individu lainnya. Pada rasionalitas afektif juga dikatakan berasal dari hal abstrak seperti rasa kangen, yang kemudian menjadi konkret lalu berpengaruh terhadap individu (berdansa sendiri seolah bersama pasangan). Lalu bagaimana bisa sebuah hal abstrak dikatakan sebagai tindakan individu? Jika kembali lagi ke awal terhadap definisi dari sebuah tindakan sosial.
Dan yang terakhir saya mengajukan pertanyaan pak, dari keseluruhan materi mengenai tindakan sosial oleh Max Weber. Saya menangkap bahwa setiap tindakan sosial dari individu memiliki rasionalitas yang berbeda beda, jika seperti sekarang ini bahwa objek kajian ilmu sosial adalah masyarakat yang berarti merupakan kumpulan dari berbagai rasionalitas. Maka apakah teori tindakan sosial dari Max Weber ini masih efektif untuk digunakan dalam pembuatan kajian?
Sekian yang dapat saya sampaikan pak, mohon maaf apabila terdapat banyak sekali kesalahan dalam argumen maupun pemikiran saya. Mengingat saya juga masih perlu banyak belajar. Terimakasih pak🙏🏻
PUTU WULAN PURNAMA DEWI / 1912511026
Terima kasih pak, namun alangkah lebih baik jika bapak menyantumkan sumber referensinya pak 🙏
Dalam pengimplementasiannya, rasionalitas yang dicetuskan oleh Weber bisa dikategorikan mencakup segala aspek. Di Indonesia, seringkali di dalam menanggapi suatu permasalahan, tindakan represif lebih banyak digunakan daripada tindakan preventif. Salah satu contoh adalah kekerasan dan pelecehan seksual yang kerap kali terjadi, berulang-ulang dan tidak jarang menimbulkan korban. Ini membuktikan bahwa tindakan preventif yang dilakukan tergolong minim, walaupun kita tau bahwa tindakan represif pun dirasa masih belum maksimal dilakukan. Yang saya tangkap dari apa yang bapak sudah jelaskan adalah kita dapat mengkategorikannya kedalam suatu jenis rasionalitas kembali ke motif dari individu tersebut. Ini berarti pula bahwa suatu jenis rasionalitas bisa mempengaruhi tindakan dalam suatu komunitas, memutuskan untuk bersikap represif atau preventif menjadi pilihan masing masing individu yang kemungkinan akan berdampak pada suatu komunitas. Tetapi apakah ini bisa diartikan pula bahwa mengkategorikan suatu jenis rasionalitas berarti mengkotak-kotakkan tujuan dari masing-masing individu yang dimana rentan memicu suatu permasalahan baru karena berbeda pandangan maupun penilaian? Terimakasih bapak dan mohon penjelasannya lebih lanjut. Putu Diah Wahyuning Pertiwi/ 1912511041
Penjelasannya sangat membantu.izin share ya pak
Terimakasih pak atas materinya saya ingin memamparkan pendapat saya. Bahwa Max Webber, ia adalah seorang tokoh ‘radikal’ dalam sosiologi karena ia mengubah kajian sosiologi dari sosiologi dari makrososial menjadi mikrososial. Obyek kajian sosiologinya adalah tindakan individu yang penuh arti dan makna terhadap individu lain. Makna dari rasionalitas formalnya adalah tindakan individu yang tertuju atau yang memiliki makna terhadap individu lain. Webber mengategorikan lima dimensi rasionalitas yaitu: rasionalitas formal, rasional instrumental, rasionalitas nilai, rasionalitas tradisional dan rasionalitas afektif. Dari kelima kelompok rasionalitas yang Webber kemukakan, saya kurang memahami ketika sepasang kekasih menjalin suatu hubungan dan mereka saling mencintai, tetapi salah satu pihak hanya menginginkan keuntungan dari pihak lain. Apakah hal ini termasuk ke dalam rasionalitas formal yang menekankan pada untung-rugi, atau termasuk ke dalam rasionalitas afektif yang menekankan pada emosional dan perasaan?
Terimakasih pak. (I Komang Dharma Yoga / 056 )
Selamat malam pak, terima kasih atas materi yang telah diberikan.
Saya Ayu Cintya Amanda (1912511052)
Yang saya tangkap dari video ini yaitu bagaimana Max Weber memandang bahwa masyarakat tidak dapat dipelajari karena terdiri dari individu - individu yang memiliki pemikiran dan perasaan yang berbeda - beda. Menurut beliau tidak ada yang namanya masyarakat yang ada hanyalah kumpulan individu yang memiliki kepentingan yang berbeda - beda. Maka dari itu Weber memiliki pemikiran masyarakat sebagai nominalisme sosial menurunkan pemikiran mikrososiologi dan paradigma definisi sosial dalam sosiologi. Kemudian masuk ke teori tindakan sosial, dimana beda tindakan sosial dan tindakan individu dibedalan dari implikasinya. Juka implikasi terhadap individu itu sendiri maka disebut tindakan individu begitu pula sebaliknya jika berimplikasi untuk individu lain maka disebut tindakan sosial. Disebutkan bahwa tindakan individu dibagi menjadi lima diantaranya rasionalisme formal atau tindakan individu disasatka kalkulasi untung rugi, rasionalisme istrumental atau tindakan individu dengan memanfaatkan instrumen untuk mencapai tujuan, radionalisme nilai atau tindakan individu berdasarkan hal yg dianggap baik, benar dan diharapkan, rasionalisme tradisional yang berdasarkan pewarisan turun temurun, dan rasionalisme afektif yang berdasarkan perasaan dan emosi individu. Pertanyaan saya apakah rasionalisme nilai disini berdasarkan tindakan yang baik, benar dan diharapkan keterwujudannya itu relatif atau bisa dilihat dari pendapat individu itu sendiri? Semisal seseorang menganggap mencuri itu baik, benar dan diharapkan karena tujuannya untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga.
Sekian terima kasih pak
Tindakan sosial adalah tindakan individu berdasarkan motif/rasionalitas. Dan tindakan sosial selalu dilandasi oleh 5 rasionalinitas menurut (weber) yaitu rasionalitas formal, instrumental, nilai, tradisional, dan afektif. Pada awalnya saya bertanya-tanya “apakah setiap satu tindakan sosial dilandasi 5 rasionalitas ?” Namun setelah mendengar contoh-contoh dari rasionalitas tersebut saya menyimpulkan bahwa masing-masing tindakan dikategorikan dengan rasionalitas yang berbeda-beda. Yang membingungkan adalah, apakah mungkin satu tindakan sosial dilandasi oleh 5 rasionalitas?
Satu hal lagi yang masih membuat saya bingung terkait dengan rasionalitas afektif yang didasarkan pada emosi. Seperti contohnya yang dijelaskan yaitu ketika sesorang yang LDR dan dia (pria) sangat kangen dengan pasangannya, ia memutuskan untuk berdansa sendirian sambil membayangkan berdansa dengan pasangannya. Menurut saya ini tidak sesuai dengan prinsip tindakan sosial seperti yang dijelaskan pada menit (8.15) *prinsip tindakan sosial: tertuju pada orang lain, memiliki makna pada orang lain, dan memiliki dampak pada orang lain. Menurut saya tidak ada dampak yang terjadi terhadap pasangannya karena secara fisik pun mereka berada di tempat yang berbeda dan tidak ada interaksi yang terjadi antara mereka, berkomunikasi pun tidak ada, si pria hanya membayangkan saja.
(Judea Philander Ethelbert Silalahi 1912511007)
Perkenalkan nama saya Jeni Monika Anggraeni dengan NIM 2212511031. Sebelumnya saya ingin berterimakasih atas pemaparan yang bapak jelaskan dalam video ini, penjelasan tersebut bagi saya sangat membantu dalam menambah ilmu dan juga pemahaman saya pada materi tindakan sosial ini. Namun, ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan. Bukankah manusia, dengan otaknya bisa mengontrol pikirannya sendiri? Tapi kenapa kebanyakan individu (manusia) cenderung atau bahkan sering melakukan tindakan rasionalitas afektif dalam kesehariannya?
Sekian pertanyaan dari saya, terima kasih.
Tindakan rasionalitas tradisional dan tindakan rasionalitas afektif, Kedua tipe tindakan yang terakhir itu sering hanya menggunakan tanggapan secara otomatis terhadap rangsangan dari luar. sedangkan tindakan sosial yang penuh makna itu kan melewati serangkaian proses berpikir dan dilakukan secara sadar , bukan hanya sekedar respon, atau setiap perilaku atau tindakan yang lahir secara otomatis. Yang ingin saya tanyakan, mengapa kedua tindakan itu bisa masuk kedalam tindakan sosial penuh makna pak?
Retno asti wulandari (1912511016)
Seseorang akan menggunakan rasionalitas atau motif dalam bertindak. Seperti yang sudah dijelaskan di dalam materi, rasionalitas menurut Weber dibagi menjadi lima, yaitu rasionalitas formal, instrumental, nilai, tradisional dan afektif. Mengapa dalam karya George Ritzer tidak menyertakan atau menghilangkan dimensi rasionalitas formal?, padahal Weber jelas menyertakan tipe rasionalitas ini dan menurut penjelasan dalam materi, rasionalitas formal lah yang paling murni dan berkaitan dengan konsekuensi tindakan individu yang penuh kalkulasi untung rugi. Kemudian, apakah terdapat beberapa tipe rasionalitas yang lebih penting atau berpengaruh dalam tindakan sosial daripada tipe rasionalitas lainnya? dan bagaimana jika individu dapat memiliki atau menggunakan lebih dari satu atau bahkan semua bentuk rasionalitas dalam tindakan sosialnya? Terimakasih pak.
(Andriani indah Permatasari / 1912511035)
Selamat siang pak, saya febriyantari dari sosiologi 20 dengan nim 2012511041 izin bertanya pak, bagaimana cara mengatasi atau meyakinkan orang orang bahwa pikiran yang bersifat mistis itu tidak dapat seenaknya saja dicap bahwa itu merupakan pikiran yang irasional padahal sebenernya pemikiran tersebut sudah ada sejak jaman dahulu atau jaman para leluhur
Terimakasi Pak Wahyu atas pemaparan materi yang telah diberikan. Saya Izin Menanggapi dan bertanya. Seperti yang telah dijelaskan dalam vidio, Nilai didefinisikan sebagai sesuatu yang dianggap baik benar dan diharapkan
Keterwujudannya sehingga ketika individu bertindak berdasarkan suatu nilai maka tindakan itu adalah tindakan yang didasarkan oleh Rasionalitas Nilai. Nah indonesia kan terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama dll.
Jadi pertanyaan saya, Apakah Pecalang di Bali yang membantu dalam pengamanan ibadah umat muslim pada saat Idul Adha termasuk Rasionalitas Nilai pak??? Dan bagaimana hal tersebut bisa berpengaruh/tidaknya, terhadap tindakan Rasionalitas Nilai? Terimakasii
Ni Made Ryana Ayu Paramita/2012511061
Nice
disebutkan bahwa ibu dari Max Weber yang menganut calvinisme memiliki pengaruh yang besar dalam hasil karya Max Weber saat dewasa. Berangkat dari sini, saya penasaran mengenai bagaimana pengaruh calvinisme ibu Weber kepada suaminya, ayah Weber, yang merupakan seorang diplomatik kelas atas dan memiliki posisi penting di Jerman? Serta bagaimana pengaruh tersebut bermanifestasi dalam kebijakan yang diambil oleh sang suami dalam politik Jerman pada saat itu?
Diani Priyono / 2012511040
terima kasih pak atas penjelasannya. Saya ingin bertanya, ada macam tindakan traditional yaitu Rasionalitas Instrumental, rasionalitas beriorientasi nilai,tindakan afektif Dan tindakan traditional J.salah satu tindakan sosial afektif adalah tindakan yang dilakukan dengan dibuat-buat dan didasari oleh perasaan atau emosi dan kepura-puraan seseorang. Tindakan ini tidak dapat dipahami, dinilai, atau bahkan difikir secara irrasional. Akan tetapi yang pasti ada jenis tindakan sosial afektif ini dalam masyarakat. berarti disini tindakan ini tidak menghasilkan nilai positif yah Pak,malah merugikan diri sendiri atau orang lain. Mengapa tindakan ini tidak dapat dipahami atau dinilai pak?
Di menit 09:04 di jelaskan bahwa menurut Max Weber tindakan sosial dari individu selalu di motivasi/dilandasi oleh 5 bentuk rasionalitas, yaitu rasionalitas formal, instrumental, nilai, tradisional, dan afektif. Namun dalam karya Ritzer hanya di sebutkan 4 rasionalitas dan menghilangkan rasionalitas formal. Padahal rasionalitas formal juga masuk dalam kategori rasionalitas dan saya rasa juga cukup penting. Dikatakan juga bahwa rasionalitas formal merupakan rasionalitas paling murni yang berkaitan dengan individu yang penuh kalkulasi untung rugi. Pertanyaan saya, mengapa bisa begitu pak? Mengapa ritzer menghilangkan rasionalitas formal?
Lintang Indah Pangestu/1912511003
Terimakasih banyak sebelumnya 🙏🏻
Muhammad Fazri Dwi Rizki 1912511065
Makasih pak atas ilmu yang sudah di berikan saya akan menanggapi dikit tentang rasionalitas tradisional, berarti rasionalitas tradisional juga bisa di sebut budaya dan kepercayaan kita yang terus menerus di lakukan kita. Jadi setiap orang yang mempercayai suatu sebuah hal dari budaya nenek moyang kita atau budaya yang di anjurkan oleh agama itu juga di sebut rasionalitas tradisional menurut max Weber tanpa sengepetahuan orang pun kita sudah melakukan rasionalitas tradisional
Pak saya juga ingin bertanya karena saya belum paham mengapa obyek kajian sosiologi harus di sebut tindakan individu?
"tidak ada individu yang tidak rasional, dengan kata lain semua indiviu/masyarakat itu rasional"
Disitukan suku Indian tersebut bilang kalo tembikarnya retak karena ilmu hitam,
namun jika rasional tradisional suku Indian tersebut bisa dipatahkan oleh rasional lain gimana pak?
misal, mungkin saja terdapat rongga yang terisi oleh air di bawahnya. karena lapisan semen di bawah keramik yang tidak rata oleh tukang yang tidak berpengalaman, dan sebagainya.
apa hal tersebut tetap membuat indiviu suku Indian tersebut tetap rasional? dengan kata lain kita tidak bisa sama sekali mematahkan kerasionalan seseorang.
Bagus Dwi Saputra - 2012511035
Max Webex memberikan penjelasan bahwa tindakan sosial adalah suatu tindakan individu yang memiliki tujuan serta makna terhadap individu lainnya. Bagaimana penerapan rasionalitas intrumental sebagai salah satu motif tindakan sosial?
Putu Roosevelt Goenamantha Shailendra (2012511069)
Sebelumnya saya ingin mengucapkan Terima kasih atas penjelasannya. Perkenalkan saya Kadek Raveda Adinda Paramitha dari sosiologi 2020, saya memiliki pertanyaan pak , tadi dijelaskan bahwa Weber mengatakan objek kajian sosiologi adalah tindakan individu yang penuh arti dan makna terhadap individu lain. Pertanyaan saya apakah hal ini merubah paradigma sosial sebelumnya? Terima kasih pak
Terimakasih atas penjelasannya bapak. Izin menanggapi dan bertanya. Setelah saya menonton video bapak, terdapat penjelasan mengenai rasionalitas nilai. Dijelaskan bahwa rasionalitas nilai yang didasarkan pada sesuatu yang dianggap baik benar dan diharapkan. Akhir-akhir ini saya mulai resah dengan kondisi daerah sekitar rumah saya. Misalnya, saat bulan ramadhan seperti ini masih ada masyarakat muslim yang menjalankan ibadah seperti shalat tarawih dan yang lainnya di masjid secara berjamaah. Mereka menilai bahwa tindakannya merupakan salah satu upaya untuk menghindari covid-19. Saat pemerintah (diwakilkan oleh kepala desa) memberi arahan secara langsung untuk beribadah di rumah, justru mereka mengganggap hal itu keliru. Namun hal tersebut berbeda dengan pemikiran mereka, mereka menganggap bahwa dengan beribadah di masjid adalah upaya menyelamatkan diri dari segala wabah dengan berdoa dan beribadah. Mereka tentunya memegang rasionalitas nilai berdasar pada religius. Apakah hal tersebut memang benar termasuk dalam rasionalitas nilai?
Terimakasih pak.
Arvela Cahya Monica (1912511025)
Baik terima kasih atas pemaparan materi yang telah bapak sampaikan. Izin merangkum dalam bentuk komentar. Saya James Christian NIM 2212511041. Max Weber merupakan tokoh sosiologi yang memaparkan mikro sosiologi yang mana micrososiologi ini adalah mempelajari mengenai individu. Memang sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Tapi masyarakat terbentuk dari kumpulan individu yang memiliki kepentingan masing-masing. Max Weber mempelopori teori tindakan sosial. Teori tindakan sosial adalah tindakan suatu individu itu berdasarkan motif atau rasional individu tersebut. Rasionalitas diantaranya:
1. Formal => berdasarkan apa yang menguntungkan individu dalam melakukan sesuatu
2. Instrumental=> upaya untuk mencapai tujuan dari individu tersebut.
3. Nilai => nilai bicara mengenai benar atau salah dalam tindakan tersebut.
4. Tradisional => tindakan individu yang didasari dari bagaimana generasi sebelumnya melakukannya dan nilai ini secara turun temurun.
5. Afektif => tindakan individu didasari dengan perasaan.
Selamat malam pak, terimakasih atas penjelasannya.
Mohon maaf sebelumnya, pada menit (18:13) dapat disimpulkan sebagaimana ungkap Weber bahwa 'tidak ada individu atau masyarakat yang tidak rasional'. Disini saya kurang setuju pak karena ini bisa dikatakan memukul rata semua individu dalam masyarakat, sedangkan di awal sudah terpapar jelas bahwa setiap individu memiliki pola pikir serta perasaan yang berbeda-beda. Jika memang benar adanya bahwa tidak ada individu yang tidak rasional, maka saya ingin bertanya dari satu contoh kecil mengenai fenomena hoax di media-media Indonesia, apakah ini disebut rasional? Tolong dijelaskan pak dan maaf jika pertanyaanya tidak bermutu, Terimakasih:)
(Joan Carol Lusia/1912511033)
Selamat malam pak wahyu saya zhalsa rose dengan NIM 1912511067.
Sebelumnya saya ingin menanyakan mengapa nominalisme sosial ini bisa terjadi. Apa penyebabnya?. Apakah sedari dlu sudah banyak kaum-kaum introvert? Trimakasih pak
Sebelumnya terima kasih atas materi yang telah bapak paparkan. Saya Yunia Rahmatillah (2012511047), saya ingin bertanya pak, dalam rasionalitas instrumental dikatakan kontra humanis. Sebenarnya, seberapa kadar atau apa batasan dari kontra humanis itu sendiri. Apakah bisa jika rasionalitas instrumental menggunakan manusia sebagai alat itu dikatakan perbudakan?. Terima kasiih pak
Selamat siang pa,Saya Selviana Sanul/2012511020 dari prodi Sosiologi angkatan 2020.Ingin bertanya
Seperti yang kita ketahui bahwa tindakan sosial adalah tindakan yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain.Tetapi bahwa tidak semua tindakan dapat dikatakan tindakan sosial .Lalu seperti apa dan bagaimana kita mengenal suatu tindakan itu dianggap tindakan sosial?
bang kamu tulis artikel atau jurnal ngak sih... klo ada bagus banget tu, sebagai sumber..
Bang, bukunya judulnya apa yg tentng tindakan sosial?
Nama saya Mia Indrawati dengan NIM 1912511008
Terima kasih bapak sebelumnya atas materi yang bpk sampaikan.
Saya ingin menanggapi sekaligus bertanya tentang tindakan indivu. Dikatakan bahwa tindakan individu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan individu. Yang artinya saya menangkan bahwa segala keinginan sering di anggap bahwa itu adalah sebuah kebutuhan yang harus d penuhi. Sedangkan setiap individu biasanya biasanya berkeinginan besar tentang banyak hal. Sehingga akan banyak keinginan yang timbul dari setiap indiividu. Saya menyimpulkan disini adalah setiap orang bergerak dan melakukan sesuatu untuk dirinya bukan untuk masyarakat. Tidak ada sesuatu yang dilakukan untuk orang lain atau organisasi semua murni dilakukan untuk dirinya. Hal ini didukung dengan kata-kata bahwa setiap tindakan individu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Yang ingin saya tanyakan apakah benar bahwa tidak ada sesuatu yang dilakukan oleh individu dengan niat murni untuk orang lain dan masyarakat?
Terima kasih 🙏 dan mohon maaf
Selamat siang pak, saya Kiyani Cahya NIM 2012511051 izin bertanya, di video bapak ada menyampaikan bahwa konflik yang terjadi di masyarakat terjadi akibat perbedaan dari rasionalitas. Apakah kaum LGBT yang bertentangan dengan nilai yang berlaku di Indonesia sehingga dianggap tidak baik termasuk ke dalam contoh dari konflik yang terjadi di antara masyarakat akibat perbedaan rasionalitas? kaum lgbt menikah/menjalin hubungan didasari atas rasionalitas afeksi sedangkan di Indonesia sendiri hal itu tidak sesuai dengan nilai sosial yang didasari oleh rasionalitas nilai. Terima kasih pak sudah membuat video materi mengenai Max Weber ini🙏
Terima kasih atas pemaparan materinya Pak.
Saya izin bertanya terkait tindakan sosial. Seperti yang dijelaskan di video, tindakan sosial adalah suatu tindakan individu yang tertuju kepada individu lain. Sebelum bertanya saya ingin mencontohkan, setiap individu pasti ingin menempuh pendidikan setinggi tingginya agar bisa bermanfaat kepada orang lain. Namun bisa kita lihat masyarakat Indonesia yang sampai saat ini kebanyakan dari mereka memiliki semangat budak yang diwarisi oleh Belanda. Jadi individu ini menempuh pendidikan hanya untuk alasan agar bisa bekerja dan bekerja untuk menghidupi kesehariannya tanpa berpikir apakah pekerjaan tersebut bisa bermanfaat bagi orang lain. Sehingga sering terjadilah kecurangan saat bekerja demi mendapatkan uang yang banyak demi dirinya sendiri. Lalu tindakan yang dilakukan individu yang menempuh pendidikan hanya agar bisa bekerja dan kemudian agar bisa menghidupi kesehariannya ini bisa dibilang tindakan individu atau termasuk tindakan sosial Pak?
(Yadi Jatianto Putra/1912511043)
Selamat malam pak, terimakasih atas penjelasan yang Bapak berikan. Izin bertanya pak, beberapa tahun yang lalu sempat muncul fenomena kerinduan sebagian masyarakat terhadap Presiden ke 2 RI Soeharto. Hal ini terlihat dari munculnya slogan “Piye enak zamanku to?”. Slogan ini banyak ditulis disamping gambar Soeharto yang sedang tersenyum sembari melambaikan tangan kanannya, hal ini sering terlihat di media sosial , pakaian , hingga lukisan di belakang truk. Bahkan survei Indo Barometer pada tahun 2018 menyatakan 32,9 persen responden menilai Soeharto merupakan Presiden yang paling berhasil memimpin Indonesia. Apakah fenomena ini merupakan bentuk rasionalitas afektif karena ikatan emosional yang dimiliki sebagian rakyat Indonesia dengan Soeharto yang memimpin selama 32 tahun atau hanya sekedar isu politik biasa menjelang Pemilu? Mohon maaf apabila pertanyaan saya kurang tepat pak, mohon penjelasannya pak. Terimakasih. (I GEDE ARI JULIARSANA / 1912511045)
Mohon maaf Pak Wahyu, ijin bertanya tindakan sosial merupakan tindakan yg memberikan dampak bagi orang lain. lalu bagaimana dengan aktivitas antara individu dengan organisasi/perushaan, apakah tindakan tersebut juga dapat dikatakan tindakan sosial?
Terima kasih atas pemaparan materinya pak, saya Nadia Paramita (1912511037) ingin menanggapi bahwasannya pelaku individual mengarahkan kelakuannya kepada penetapan atau harapan- harapan tertentu yang berupa kebiasaan umum atau dituntut dengan tegas atau bahkan dibekukan dengan undang-undang. Menurut Weber, tidak semua tindakan yang dilakukan merupakan tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada orang lain. Contohnya adalah seseorang yang bernyanyi-nyanyi kecil untuk menghibur dirinya sendiri bukan merupakan tindakan sosial. Disini saya juga ingin bertanya sedikit, Apabila dalam hal ini, jika tujuannya untuk menarik perhatian orang lain, apakah hal tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan sosial?
terima kasih pak
maaf boleh minta refrensi nya gk? buku atau jurnalnya.. trimakasih
Weber merupakan tokoh "radikal" yg membalikkan paradigma sosiologi yg sebelumnya makro ke mikro, dimana setiap individu dianggap memiliki pemikiran dan perasaan yg berbeda. Sehingga individu lah yg paling otentik yg bisa di ukur. Saya setuju dg pemikiran tsb, krn pada kehidupan sosial yg sebenarnya, apabila dilakukan pemungutan suara pasti terdapat pendapat pro dan kontra, yg mana pendapat terbanyak akan menang. Padahal masing-masing dari mereka memiliki kepentingan tersendiri sehingga berpendapat pro atay kontra, apakah hal tersebut bisa disebut dg tindakan sosial? Dan apakah hal tersebut tidak membuat individu yg pendapatnya sedikit (di tolak) merasa teralienasi dalam lingkungannya sendiri?
Terimakasih, mohon maaf apabila ada salah kata
(Adi Wahyu Firnanto 1912522005)
izin bertanya pak, saya Grace Rizky Ayu Putri Jauhari nim 2012511036 ingin bertanya mengapa karya George Ritzer hanya menyantumkan 4 kategori rasionalitas tindakan sosial? yang dimana sebenarnya terdapat 5 kategori seperti yg max weber dalam karyanya padahal seperti yang bapak jelaskan bahwa rasionalitas formal itu merupakan rasionalitas yang paling murni. terima kasih pak
Ijin bertanya
Kan dijelaskan bahwa rasionalitas formal itu mengharapkan keutungan (untung rugi). Seperti di contoh yang bapak berikan dia menolong untuk mendapatkan imbalan kan tandanya tidak ikhlas karena mengharapkan keuntungan.
Disini saya ingin menanyakan bagaimana jika kita kita melakukannya dengan ikhlas dan tidak meminta imbalan lebih tetapi dipandang ingin mengambil keuntungan. Apakah Masi dikatakan rasionalitas formal
KARTIKA INDA SETIANINGRUM (2012511001)
Ijin bertanya. Saya I Putu Surya Adi Kusuma / 2012511003.
Di dalam materi, Max Weber mengatakan objek kajian sosiologi itu adalah tindakan individu, berbeda dengan yang dikatakan oleh ahli - ahli lainnya yang mengatakan objek kajian sosiologi itu adalah masyarakat. Jadi kajian sosiologi yang diakui secara pasti yang dijadikan patokan itu yang mana pak?
Sekian terimakasih pak🙏
Selamat malam pak Wahyu. Saya Joy Hosanna (1912511011) ingin bertanya mengenai objek kajian sosiologi menurut Weber pak. Saya kurang setuju dengan pendapat Weber. Di video dijelaskan mengenai perbedaan objek kajian sosiologi sebelum Max Weber dan sesudah Weber, dimana objek kajian sosiologi awalnya ialah masyarakat, institusi sosial serta lembaga sosial, dan setelah menurut Weber objek kajian sosiologi adalah tindakan penuh arti dan makna terhadap individu serta pernyataan Weber mengenai bagaimana bisa kita mengukur (mempelajari) masyarakat sedangkan masyarakat terdiri dari kumpulan individu yg memiliki pola pikir serta perasaan yang berbeda - beda. Bukankah di dalam objek kajian sebelum Weber (masyarakat, intitusi, lembaga sosial) juga akan mengkaji tentang perilaku individu, tindakan, reaksi, kepentingan dan juga hubungan /interaksi dengan individu lainnya. Menurut saya di dalam objek tersebut sudah mencakup bagaimana individu dalam kehidupan sosial. Lalu untuk meneliti tindakan sosial individu, pastilah harus ada lawan individu tersebut.
Sebab menurut saya bagaimana dapat dikatakan tindakan sosial, jika tidak membawa dampak bagi orang lain. Sehingga perbedaan perasaan menjadi penting dalam hal ini.
Trimakasih pak.
Sedikit tambahan pak : perbedaan perasaan menjadi penting untuk mengetahui respon dari satu individu dengan indvidu lainnya untuk mengerti bagaimana hubungan sosial yang terjadi antara individu tersebut
Salam sehat, saya A/N Achmad Kadi Perwiranegara dengan NIM 2012511013 saya penasaran dengan gagasan max weber kenapa bisa menyatakan gagasan bahwa “tidak ada sesuatu yang dinamakan masyarakat. Melainkan kumpulan individu dengan kepentingannya masing-masing”. Ada kah sesuatu yang bisa menyebabkan dia berpikir seperti itu?
Lalu rasionalitas nilai ialah tindakan individu yang di dasarkan pada sesuatu yang di anggap baik, benar dan di harapkan keterwujudannya dan bagaimana dengan individu yang tindakannya tidak bisa memilah antara yang baik dan buruk, di sebut apakah mereka itu?
Selamat siang Pak, sebelumnya terima kasih atas materi yang sudah Bapak jelaskan. Saya ingin bertanya Pak terkait dengan rasionalitas Instrumental, apakah Kolonialisme dan Imperialisme itu juga merupakan wujud dari rasionalitas Instrumental?
Satu lagi Pak, Bapak sempat menyinggung soal nilai yang bersifat relatif, dalam hal ini contohnya adalah mengenai LGBT dimana di negara" barat hal tersebut dianggap lazim namun di negara seperti Indonesia hal tersebut tidak dibenarkan. Nah Karena perbedaan Cara pandang tersebut, akhirnya muncul stigma" buruk dari masyarakat Indonesia mengenai LGBT. Menurut Bapak apakah stigma" buruk dari masyarakat tersebut dapat dibenarkan? Padahal kan fenomena LGBT tadi dianggap wajar bagi negara" barat, atau apakah suatu nilai itu seperti kata pepatah "Dimana Bumi dipijak di situ langit dijunjung"? Terima kasih Pak
Nama:Joan Christoper Samuel
Nim : 2012511043
Halo, pak wahyu . Izin untuk bertanya , pada penjelasan rasionalitas instrumental yang digambarkan sebagai individu atau manusia digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tetapi alat yang digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan itu hanya manusia?
Nama : Gede Sughi Adnyana Ousadhi Prastha
NIM : 2012511063
Terima kasih pak atas penjelasan materinya, dari materi yang sudah bapak jelaskan Saya belum bisa memahami sepenuhnya mengenai rasionalitas formal, yang dimana bapak sudah menjelaskan bahwa rasionalitas formal adalah tindakan individu yang didasarkan pada kalkulasi untung-rugi. Disini saya belum memahami mengenai kata rugi tersebut, dari beberapa contoh yang sudah bapak paparkan saya menangkap hal-hal tersebut merupakan bagian dari keuntungan, yang dimana orang-orang yang melakukan hal tersebut sama-sama mendapatkan keuntungan. Apakah bapak bisa memberikan sedikit penjelasan dan contoh sederhana Mengenai kata rugi yang dimaksud disana????
Sekian dan terima kasih pak
Kesyani libryanti (1912511064)
selamat malam bapak, saya izin bertanya, kegiatan berbisnis itu termasuk rasionalitas mana ya? karena dari yang saya tangkap itu bisa saja masuk dalam rasionalitas formal dan juga rasionalitas instrumental dimana dikatakan sebagai rasionalitas formal karena dalam hal berbisnis terdapat kalkulasi untung rugi. dan juga pada rasionalitas instrumental hal berbisnis juga terkadang ada individu atau perusahaan yang berusaha menjalin hubungna bisnis tetapi hanya untuk mendapatkan tujuannya saja dengan cepat. terimakasih (Anak Agung Diah Maheswari/2012511049)
Selamat sore pak, terima kasih atas materi yang telah bapak sampaikan. Saya izin bertanya, pada Abad Pertengahan beberapa paus Katolik dan uskup- yang telah mengambil janji "chastity", sehingga biasanya tidak mempunyai anak kandung - memberikan kedudukan khusus kepada keponakannya seolah-olah seperti kepada anaknya sendiri. Beberapa paus diketahui mengangkat keponakan dan saudara lainnya menjadi kardinal. Seringkali, penunjukan tersebut digunakan untuk melanjutkan "dinasti" kepausan. Pertanyaan saya apakah fenomena tersebut merupakan salah satu contoh dari tindakan sosial yang didasarkan pada rasionalitas instrumental? Terima kasih pak.🙏
Nada Nadhifah Hanni/2012511052
Terima kasih atas penjelasan materi dari bapak mengenai Max Weber.
Saya Yuwa Hedani Sugiyanto ( 2012511054 ) izin bertanya, dari materi bapak yang tentang Rasionalitas Instrumental. Bagaimana cara agar bisa mencapai tujuan kepentingan yang cepat dengan cara tidak merugikan yang lain?
Saya Komang Ardijaya Pratama dengan nim 1912511014.
Terimakasih pak atas materi yang telah di berikan saya sangat setuju, dari pemaparan materi tersebut terdapat lima tindakan mengenai rasionalitas individu dan kelima tindakan ini juga sangat sering terjadi di lingkungan sekitar kita. tindakan ini juga kita bisa identifikasikan dalam berbagai sudut pandang sesuai dengan tindakan individu itu sendiri apakah atas dasar tindakan rasionalitas formal, instrumental, nilai, tradisional, dan afektif. tetapi misalkan dalam rasionalitas tradisional adanya suatu tindakan individu yang mengenai kebudayaan yang telah diwariskan secara turun temurun tetapi dengan seiring berkembangnya zaman tindakan kebudayaan si individu ini mulai pudar lantaran masuknya kebudayaan lain yang sangat kuat mempengaruhinya dan menghasilkan kebudayaan baru bagi individu tersebut yang belum tentu baik atau buruknya, nah jadi apakah hal ini masih dapat dikatakan sebagai rasionalitas tradisional dan apakah ini mengurai nilai-nilai yang telah di warisi oleh kebudayaan sebelumnya pak ?
Terimakasih pak atas materi yang bapak sampaikan. Disini saya mau menanggapi bahwa apa yang dikatakan bapak tentang tindakan sosial adalah tindakan individu yang berdampak pada individu lain. Tujuan utama nya adalah memahami secara mendalam makna subjektif dari tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut, apakah berdampak positif atau negatif bagi sekelilingnya. Tidak semua tindakan yang dilakukan merupakan tindakan sosial. Contohnya adalah seseorang yang bernyanyi-nyanyi kecil untuk menghibur dirinya sendiri bukan merupakan tindakan sosial. Namun jika tujuannya untuk menarik perhatian orang lain, maka itu merupakan tindakan sosial, betul kah pak? Sejauh ini belum ada yang ingin saya tanyakan lagi. Terimakasih, selamat malam pak.
Ainayah Shafa Alisha - 1912511054
Malam pak Wahyu, saya Shafira Rahma (2012511072).
Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang genius universal. Apakah pada jaman sekarang ini ada orang yang memiliki gelar genius universal?
Terimakasih atas materi yang telah diberikan.
Dari materi yang sudah bapak sampaikan, dijelaskan mengenai pemikiran webber dalam kajian sosiologi yang mengatakan bahwa webber merupakan tokoh sosiologi yang dikatakan "radikal", dimana sebelum webber hadir, kajian sosiologi merupakan sebuah masyarakat atau juga lembaga sosial. Dan kemudian ketika Webber hadir, ia mengatakan sebuah pernyataan bahwa kajian sosiologi merupakan tindakan individu atau juga objek kajian sosiologi merupakan tindakan individu yang penuhhh makna dan arti terhadap individu lainnya sehingga ia membalikkan paradigma makro menjadi mikro. Disini saya kurang paham dan ingin bertanya mengenai apa yg dimaksud dengan tindakan individu yang penuh makna dan arti, dan apa hubungannya didalam paradigma sosial?
terimakasih pak 🙏
Ni Kadek Trisna Dewi (1912511059)
Terimakasih pak atas penjelasannya, pemikiran weber yang dimana merubah pemikiran makro menjadi mikro yang dimana awalnya mempelajara masyarakat secara umum dan dirubah menjadi mempelajari individunya tersebut. Disana saya sangat setuju, seperti yang dikatakan tersebut, bagaimana kita bisa mempelajari masyarakat sedangkat dalam masyarakat tersebut terdiri dari kumpulan individu yang memiliki pemikiran dan perasaan yang berbeda beda,disini saya ingin bertanya pak,mengapa ritzer menghapus rasional formal dari pak?,terimakasih. (kadek ari widhiarsa 1912511051)
Terimakasih atas pemaparan materinya pak, saya Luh Gede Prita Cahya Anjani NIM 2012511028 izin bertanya terkait dengan teori tindakan sosial terdapat 5 motif yang melandasinya manusia sendiri dibagi bagi menjadi beberapa kategori generasi menurut bapak pada generasi ini adakah rasionalitas yang terlihat dominan dikalangan masyarakat? atau mungkin setiap rasionalitas memiliki era tergantung keadaan individu serta masyarakat tiap generasinya?
Tanpa Max Weber sepertinya kajian sosiologi modern tidak akan semenarik saat ini. Sayangnya, dia tidak sempat meneliti bagaimana etika berpengaruh terhadap perkembangan kapitalisme dalam islam. Dia keburu meninggal..
Selamat pagi pak, saya Gita Aulia Ginting (2012511002) . Izin bertanya pak, kenapa Weber mengalami depresi dan bertanya ke diri dia sendiri?apa dia sempat berpikir apa yang dia buat itu sia-sia dan sudah tidak ada tantangan lagi?
Izin bertanya pak.... Menurut max weber ada 4 tindakan sosial, salah satunya adalah tindakan tradisional. Dimana tindakan tradisional itu adalah Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan yang telah mendarah daging. Nah yang menjadi pertanyaan saya, apakah permainan anak anak seperti bermain kelereng, lompat tali dan sebagainya termasuk tindakan tradisional? Sekian Dan terimakasih pak.
Nim 2012511024
Selamat pagi pak wahyu. Terimakasih atas materi yang sudah bapak jelaskan. Jadi seperti yg sudah dijelaskan bahwa ada prinsip tindakan sosial, yaitu tertuju pada orang lain, memiliki makna, dan bisa berdampak pada orang lain. Disini saya izin bertanya jika salah satu prinsip tersebut tidak ada apakah tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan sosial ya pak?sebagai contoh seorang guru menggertak murid didiknya karena murid tersebut males-malesan tidak mengerjakan tugas namun murid tersebut kembali mengulangi kesalahannya hal tersebut bisa dikatakan bahwa tindakan guru tersebut tidak berdampak pada anak tersebut. Mohon maaf jika pertanyaan saya salah. Terima kasih pak 🙏 (Dewi Aprilia Shansa / 2012511038)
selamat pagi pak, terimakasih atas penjelasannya. berkaitan dengan rasionalitas nilai saya ingin bertanya, apabila suatu nilai dikatakan relatif maka setiap orang pasti punya pemikiran yang berbeda mengenai baik/buruknya hal tersebut. misalnya ada contoh seseorang yang sedang depresi dan menuangkannya melalui self harm mungkin berdasarkan rasionalitas afektif dari orang tersebut prilaku self harm itu oke oke saja karena mungkin jadi bagian dari pelariannya. namun apabila kita melihat tentunya itu bukan sesuatu yang baik dan bahkan akan lebih buruk apabila tidak segera ditangani. bagaimana menurut pandangan bapak?
terimakasih
Ramadhini Putri Yenadin
2012511060
Sebelumnya makasih untuk materi yang telah disampaikan. Saya Naomi Lumbantoruan (2012511011) ingin bertanya,bagaimana paradigma definisi sosial yang dipandang Weber dalam Sosiologi?dan mengapa weber tertarik membuat suatu karya etika Kristen protestan yang sebenarnya telah dipengaruhi oleh ibunya yang begitu taat terhadap calvinisme? Terima kasih
Selamat siang pak, sebelumnya terimakasih atas materi yang sudah di sampaikan, yg dapat saya simpulkan yaitu Max waber merupakan salah satu tokoh sosiologi klasik dengan salah satu teori mengenai tindakan sosial. Dimana tindakan sosial menurut Waber yaitu tindakan individu yang di landasan oleh motif/rasionalitas, yaitu :
Rasionalitas formal : tindakan sosial dengan pertimbangan untung rugi.
Rasionalitas instrumental: tindakan sosial dimana Individu lain digunakan alat untuk mencapai tujuan kepentingan.
Rasionalitas nilai
Rasionalitas tradisional : tindakan sosial yang turuntemurun/warisan.
Rasionalitas afektif : didasarkan pada emosi/perasaan.
Apakah satu tindakan dapat didasarkan pada lebih dari 1 rasionalitas?
(Amilia Krisda Maulida / 2012511016)
Terimakasih bapak atas penyampaian materinya, saya izin bertanya
Seperti yang sudah bapak jelaskan, Rasionalitas Instrumental adalah tindakan individu yang didasarkan pada upaya pencapaian tujuan se-efisien dan se-efektif mungkin dan menjadikan individu lain sebagai alat mencapai tujuan. Lalu saya ingin bertanya, apakah alat/objeknya hanya manusia saja pak?
Canthas Wara Pakerti /2012511031
Selamat siang pakkkk, sy Agus Elfa Pratama 2012511015 izin bertanya . Seperti yg bapak sampaikan bahwa rasionalitas yg berbeda cenderung akan memunculkan konflik, lalu bagaimana kita sebagai mahasiswa menyikapi hal demikian pak? Karena tentu tidak semua individu dapat menahan sikap bila mendapati konflik akibat rasionalitasnya yg berbeda
Terimakasih atas materinya pak. Saya ingin bertanya terkait rasionalitas tradisional. Rasionalitas tradisional dijelaskan bahwa tindakan individu didasarkan pada perihal yang telah dilakukan secara turun temurun. Menurut saya rasionalitas tradisional termasuk sebuah kebiasaan/menjadi kebudayaan individu yang dilakukan sejak nenek moyang mereka. Lalu pertanyaan saya, jika sebuah keluarga besar memiliki sebuah label narapidana sejak nenek moyang mereka dan dilakukan terus menerus sampai ke generasi berikutnya (kakek, bapak, anak, cucu, dst melakukan perbuatan yang melanggar hukum) Apakah tindakan tersebut bisa dikatakan sebagai rasionalitas tradisional, meskipun hal tersebut mengarah ke hal negatif?
Terimakasih pak🙏
(Donita Ezra Nathaniella / 1912511066)
Ijin bertanya pak saya Ni Komang Rahma Tri Pratiwi / 2012511053, Apakah mungkin di dunia kerja terjadi perbedaan rasionalitas pak? Saya kira setiap orang bekerja untuk mendapatkan uang. Terima kasih pak
Saya ga ngertinya knp tindakan individu menjadi menjadi tindakan sosial / kelompok, disitu ga dijelasin? Knp tindakan yg 1 menjadi pemikiran atau tindakan banyak orang, kan kepentingan individu tiap orang beda?
dijelasin cuy. salah satu karakter tindakan sosial adalah mengarah pada individu lain, tertuju pada individu lain, berdampak pada individu lain
Selamat siang Pak, saya Jessica Yng Wie dengan NIM 2012511017 izin bertanya, kalau rasionalitas instrumental itu pihak yang satunya merasa dirugikan atau tidak pak? Atau seperti simbiosis komensalisme yaitu pihak yang satu diuntungkan, dan pihak yang lain tidak dirugikan. Terimakasih
Terimakasih pak atas penjelasan materi perkuliahan diatas.seperti yang telah dijelaskan tindakan sosial adalah perilaku yang dilakukan oleh individu dengan pertimbangan interpretatif atas situasi, intraksi, dan hubungan sosial dikaitkan dengan preferensi nilai, kepercayaan, minat, emosi, kekasaan, otoritas, kultur, kesepakatan, ide, kebiasaan, atau lainnya yang dimiliki oleh individu.
disini saya memiliki pertanyaan.Apakah semua tindakan sosial tersebut bisa kita lihat hanya melalui observasi?
Jika iya apa alasan nya dan jika tidak menggapa?
Sekian Terimakasih
Ady Zakaria (1912511017)
Selamat sore pak, saya Kristina Sitorus dengan nim 2012511046 izin bertanya, semua orang kan rasional semisalnya orang tersebut melakukan tindakan kejahatan berdasarkan pemikiran rasionalnya, dan ketika orang itu berhadapan dengan hukum dan mengatakan alasannya melakukan kejahatan sesuai pemikiran rasionalnya. Apakah alasannya akan diterima atau justru dikata "gila"?
Sekian dan Terima Kasih Pak.
TOKEK...TOKEK
Terimakasih atas pemaparan materinya Pak, saya Komang Agus Yurawida dengan NIM 2212511044, saya ingin bertanya mengenai pemaparan materi diatas terutama dalam bagian rasionalitas. Saya ingin bertanya, apakah hingga saat ini yang mana kita sudah memasuki zaman modern, apakah masih sama penerapan berbagai jenis rasionalitas tersebut dimasyarakat dengan zaman sebelumnya? Dan juga apakah masih relevan adanya rasionalitas tersebut sebagai dasar dari adanya tindakan sosial yang dilakukan oleh individu? Terimakasih Pak.
Terimakasih atas materinya pak,
Saya izin bertanya mengenai teori tindakan sosial yang yang dikemukakan oleh Max Weber. Bagaimana tanggapan bapak jika ada seorang anak yang memilih untuk berhenti sekolah karena ingin membantu ibunya yang seorang single parent bekerja sebagai bentuk perasaan kasih sayang dan ikatan emosialan antara anak dan orang tua, namun hal tersebut juga membawa dampak yang negatif terhadap anak tersebut karena harus berhenti sekolah, dalam hal tersebut apakah tindakan yang dilakulan anak tersebut termasuk tindakan afektif atau tindakan individu?
(Galuh Fitria Rahmawati / 2012511007)