Ivan Lanin Rela Diejek Sebagai Polisi Bahasa
Вставка
- Опубліковано 10 лют 2025
- Di episode kali ini, Malaka Podcast menghadirkan narasumber istimewa, Ivan Lanin, seorang ahli bahasa Indonesia yang dikenal luas melalui edukasi bahasa di media sosial.
Bersama host Ferry Irwandi dan Dea Anugrah, mereka akan membahas pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang standard, perkembangan bahasa di era digital, hingga tantangan yang dihadapi dalam pelestarian bahasa di tengah budaya populer dan globalisasi.
Yuk, simak perbincangan seru ini sampai habis!
-
Yuk, gabung jadi membership Malaka Project untuk nikmatin konten ekslusif lainnya!
/ @malakaprojectid
-
Malaka Project didirikan oleh Ferry Irwandi, Dea Anugrah, Cania Citta, Jerome Polin, Angellie Nabilla, Coki Pardede, Aurelia Vizal, Fathia Izzati, dan Rizky Ardiprakoso. Mereka yakin bahwa pendidikan berkualitas yang mudah diakses akan menciptakan “Masyarakat Baru”. Suatu masyarakat yang cerdas, kritis, empatik, dan mampu menggagas perubahan sosial bersama-sama.
Ikuti kami melalui platform Malaka Project lainnya.
Instagram: / malakaproject.id
TikTok: / malakaproject.id
Website: Malaka Project: Masyarakat Baru malakaproject.id/
Terima kasih sudah mengundang saya dan memberikan suasana obrolan yang nyaman. Semoga obrolan ngalor-ngidul kita berguna untuk orang lain.
Terima kasih juga sudah memotong bagian saat saya mengumpat dalam bahasa Sunda. 😂
Akal imitasi atau kecerdasan buatan? 🤔
Tolong, Uda. Aplikasinya segera rilis dong. Saya teramat butuh
thanks uda
42:21 Karena bahasa adalah konsesus, ide bagus ga sih untuk memindahkan KBBI ke blockchain? hahaha
pak bajunya bagus pak, jadi pengen juga.
*Perhatian!* Komentar pada episode kali ini harus sesuai dengan EYD V dan KBBI sebab jika tidak sesuai akan segera dihapus oleh admin. 🤭
Wkwkwk...
@@arisetiawan1056Bakalan banyak yang gak berani komentar klo gini, sih. 🤭
@@AlgoNudger
Tapi aku berani komentar cz aku salah satu yang mengkampanyekan chat pakai EYD dan KBBI. 😂
@@arisetiawan1056Baru kali ini merasa tersiksa hanya sekadar untuk berkomentar. 🤭
@@AlgoNudger
Wkwkwk, iya.
Eh, btw. Tapi ngerasa terbantukan enggak semenjak ada fitur edit di chat WhatsApp??
Aku sangat merasa terbantukan.
Beruntung bgt jaman skrg informasi mudah di dapat. Dulu jaman sekolah, sekolahku di daerah kecil, sumber refrensi cuma dari perpus sekolah sama perpus kota doang. Selebihnya ga mampu beli buku sendiri karna banyaknya keterbatasan. Andaikan dulu jaman sekolah udah bisa akses segini banyak dan variatif info, pasti lbih mudah ikut lomba2 menulis...
Sama bro... Tp generasi sekarang benar" Tidak bisa memamfaatkan itu.
Terima kasih, Malaka Project, udah ngundang Uda Ivan Lanin. Saya banyak belajar dari beliau (juga Pak UU Suhardi, Redaktur Bahasa Tempo). Keduanya bisa dibilang "kiblat" saya saat bekerja. Salut!
Buat bang ivan lanin,
Saya cuma ingin mengutarakan keresahan saya. Seringkali Bahasa Indonesia dicap sebagai bahasa yang miskin dibandingkan bahasa Inggris. Saya rasa ini ada kaitannya bagaimana sebuah kata tercipta di bahasa Inggris. Bahasa Inggris itu besar akarnya dari bahasa Latin bahkan PIE (Proto-Indo-European) dan seringkali menggabungkan kata-kata sederhana menjadi suatu kata baru. Contoh: symbiosis itu dari syn (bersama) + bios (kehidupan). Landasan etimologis yang kuat ini buat bahasa Inggris jadi kaya. Sayang sekali bahasa Indonesia hampir tidak ada kamus online yang bisa menarik akar dari kata-kata dalam bahasa Indonesia. Kalau bisa diadakan projek besar penyusunan kamus etimologi bahasa Indonesia. Dengan begitu mungkin ada kata-kata baru yang bisa kita buat dari asal usul bahasa Indonesia yaitu Proto-Austronesia.
Terima kasih.
J.S. Badudu menangis terharu membaca ide anda. 😅
Ide yang bagus, tapi itu mungkin bisa dikerjakan secara sekaligus dengan projek grammarly versi bahasa Indonesia paling tidak sebagai panduan dalam penyusunan rujukan aplikasi.
betul banget. bahkan banyak kata di KBBI yang maknanya persis sama. misal "temperatur" dan "suhu". kamus etimologi menurut saya bisa membantu memahami perbedaan nuansa yang merujuk pada konteks budaya dari mana kata tersebut diambil.
Mari kita ajukan surat kepada kementrian pendidikan
Bagi saya tidak begitu masalah apabila Bahasa Indonesia disebut miskin kosa kata, karena fungsinya adalah Bahasa Pemersatu. Saya yakin kalau melihat Bahasa Daerah sangat kaya. Satu kata dalam Bahasa Indonesia bisa ada beberapa kata daerah (Itu juga merupakan sebuah kekayaan). Jangan sampai karena kita terlalu fokus ke bahasa indonesia sehingga bahasa daerah menjadi semakin hilang.
saya selama ngerjain skripsi, sekarang pun masih hehe, selalu mengecek kaidah kebahasaan nya dari Ivan Lanin. sehat selalu pak/bang/mas 🙏
Udah jelas dipanggil UDA kok masih pak/bang/mas
Terima kasih Malaka, terutama Bang Dea. Semoga besok-besok berkenan mengundang Paman Yusi Avianto Pareanom atau SGA. Boleh juga undang Bu Linda Christanty atau AS Laksana.
UP!!! UNDANG SGA (Seno Gumira Ajidarma) atau eka kurniawan.
Sangat menarik, sungguh seru.
19:18 "Menggigil setelah selesai mandi". Bang Ivan, kalau di daerah saya (Melayu Sambas), itu namanya "ngelagasan" (penyebutan saat situasi berlangsung), mungkin kata dasarnya "gelagas". Tapi, secara dasar kata, juga tidak tahu artinya apa, yang jelas kata "ngelagasan", selalu digunakan saat menggambarkan situasi seperti yang Bang Ivan dan Bang Ferry sampaikan, contoh lainnya, seperti situasi basah kuyup kehujanan di perjalanan, dan saat kondisi badan lagi meriang. Maaf, ini hanya sekedar informasi yang kurang penting. 😅
Pas podcast bareng pak Raditya Dika aja seru ternyata datang ke malak juga🔥
sangat kocak & penuh insight sehingga 1 jam tidaklah terasa, jangan koreksi tata bahasa saya! wkwk
34:11 bisa2nya bahas umpatan di depan Uda Ivan 😂😂😂😂
42:56 jurang
Keren sih podcast membahas bahasa karena konteksnya sangat luas di segala sisi diskusi masuk karena tergantung kita mau mengalirka. Kemana , menarikk
33:06 mau meluruskan ke uda Fery, Riau itu tidak monokultur karena ukuran provinsinya juga besar sekali. Bedakan antara bahasa dan logat juga, logat yang keminang-minangan itu hanya common di Pekanbaru, Kampar, dan Kuantan Singingi… sementara mayoritas Riau yang lain ya punya logat dominan masing-masing.
Pekanbaru pun sebenarnya ga pure minang juga, karena sepengalaman sy nih kosakata yang keMedan-medanan juga mulai masuk.
Intinya di Riau itu ga ada suku yang punya persenntase sampe di atas 50%, termasuk kalau ke kabupaten2nya sekalipun. Jadi memang ga bisa dikatakan ada klaim dominan tertentu juga, soalnya memang tergantung lingkungan masing2.
Sy besar dan tinggal lama di Riau , terutama Pekanbaru, logat yang keminang-minangan itu tidak lengket ke saya dan lingkungan sy.
Dan soal ragam bahasa itu harus dipastikan juga ke penuturnya, apakah mereka berbahasa minang atau tidak. Karena di Riau itu, banyak sekali etnis melayu yang bahasanya mirip minang dan mereka sangat offended sekali kalau mereka disebut berbahasa Minang. Makany sy sebagai orang yang lama di Riau, kita menyikapi ini secara bijak gak asal2an klaim. Ya berantem buat hal yang ga ada gunanya cuman buat self actualization ya buat apa juga kan.
kalo boleh ralat sedikit uda Lanin, saat politik etis itu bukan semata "balas budi" tapi karena memang lebih pada kepentingannya Belanda. Ketika VOC bangkrut itu gegara korupsi dan turunnya tren perdagangan rempah2 di Eropa. Trennya berganti komoditas2 teh, kopi, tembakau, dll yang butuh perkebunan.
Tapi untuk buka perkebunan, Belanda butuh byk tenaga kerja yg semacam jdi penyelia/supervisor antara buruh2 perkebunan & pemilik2 perkebunan. Eksesnya segala persoalan jg butuh perluasan bidang2 hukum politik sosial dll.
Di situlah Belanda buka banyak sekolah2 (HBS, MULO, AMS, dll) buat menciptakan para tenaga kerja controleur/kontrolir, ambtenaar, mandor2, pegawai2 di institusi2 hukum/politik/sosial lokal di pemerintahan kolonial. Nah bahasa Belanda jadi bahasa pengantar di sekolah2, toh guru2nya awalnya org2 Belanda dan ilmu2/buku2nya bahasa Belanda yg dibawa dari negeri Belanda.
Tapi karena yg sekolah hanya segelintir elit, blasteran indo-eropa, anak2 saudagar, jadi yg bisa berbahasa Belanda hanya sekian persen dari puluhan juta warga Hindia Belanda waktu itu, sisanya masih bahasa Melayu/Indonesia.
Oleh karenanya, selain karena sentimen anti Belanda pasca-proklamasi, bahasa Belanda juga ga tersebar di segala lini lapisan masyarakat. Makanya bhasa Belanda "punah" di republik yg baru. CMIIW jg sih klo yg punya argumentasi lain.
Pertama kali tau Uda Ivan waktu beliau jadi pembicara di acara bulan bahasa SMK-ku. Dari situ ngikutin terus jadi belajar banyak tentang bahasa Indonesia yang keren ini wkwk.
Jokesnya keliatan berkelas, jelas punya referensi, bukan sekedar asbun. Keren
Seru banget weh! 1 jam ga kerasa walau ini topik nya tentang Bahasa Indonesia.. makasih uda Ivan 🙌
penggunaan dan penulisan bahasa secara benar sangat memudahkan saya untuk memberikan prompt yang lebih mudah dimengerti oleh LLM
gilaa suka banget episode inii, jadi nostalgia zaman sekolahan dulu sering ngecek twit beliau buat bikin PR 😆
Waaah makasih malaka udah ngundang uda lanin
nyimak dulu
Asik juga ya bahas bahasa😅
Saya dulu waktu kuliah sering baca buku, itu ternyata simultan dan berkorelasi dengan kemampuan berbicara dengan bahasa yang baik dan benar. Tapi seiring umur, jarang belajar lagi dan baca buku. Kemampuan bicara dengan bahasa yang benar itu berkurang.
Setuju, Pak. Dulu waktu SMP saya suka konsumsi buku. Tapi setelah SMA kenal gadget lebih sering konsumsi video, akhirnya kemampuan untuk mengungkapkan ide kerasa banget berkurang😅
Terima kasih Malaka Project sudah mengundang Uda Ivan!
podcast paling enak, santai, dan penuh daging dari podcast manapun yg pernah ku dengar 🙂
Tujuan dari bahasa adalah sebagai media untuk menyampaikan pemikiran dan pendapat kita terhadap orang lain.
Makasih banget buat percakapan yang sangat padat ini Malaka 🤩
Terimakasih telah menginspirasi
menariknya kuliah merantau, bisa bertukar umpatan😂
bilangin dong sama ferry kalo ngomong di mic yang jelas(terutama saat dia nyeletuk atau masuk ke pembicaraan tiba-tiba), beberapa kali saya replay video hanya untuk dnger dia ngomong apa.. suara dia pas masuk kecil dan cepat, jadi kurang jelas, entah masalah di mic atau apa.. kadang suara dia kayak tenggelam gitu
Pecinta lingusitik harus nonton iniiii🎉
Kalo tentang Bahasa Indonesia, coba undang M. Rois. Seru juga cara dia jelasin pakai Bahasa Indonesia baku
idola gua Uda Ivan!
Seru abis🔥🔥
Selain membahas soal mana yang benar dan salah dalam penggunaan ortografis (secara preskriptif) suatu Bahasa, penting juga untuk mempertanyakan "Mengapa harus baku?". Salah satu tujuan yang masuk akal adalah agar bahasa tersebut punya daya saing dan standar dalam kancah global. Bayangkan saja misalnya ada banyak sekali penggunaan bentuk tidak baku dari bahasa Indonesia, misalnya kata 'tidak' : 'nggak', 'kagak', 'ndak', 'gak' dll (tidak baku). Kemudian kita bayangkan ada di situasi bahwa kita akan menginternasionalkan bahasa Indonesia, atau kita mengajarkan bahasa Indonesia ke penutur asing. Kemudian penutur asing itu mencari penggunaan bahasa orang Indonesia dan kebingungan harus memakai kata 'nggak', 'kagak', 'ndak' untuk menyatakan negasi dalam bahasa Indonesia. Atau kasus lainnya adalah seorang penutur asing menemukan kata 'kagak' dalam suatu tulisan orang Indonesia, namun tidak menemukan artinya karena bentuk itu tidak baku (tidak ada di kamus). Dampaknya adalah adanya kesulitan belajar bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa lain punya standar kuat untuk terminologi tersebut (misalnya 'no' (bahasa Inggris) untuk 'tidak'). Kesimpulannya, alih-alih menyalahkan penggunaan bahasa penutur (polisi bahasa), akan lebih esensial jika diiringi informasi kepada penutur tentang apa pentingnya bahasa baku.
Bahasa baku itu lebih menemukan tempatnya di tulisan. Dalam wicara atau pembicaraan informal kebakuan bahasa tidak harus mengikuti kosakata baku. Pun formal dalam praktik berbicara tidak seperti itu pula, tapi dengan syarat harus dimengerti oleh mereka yang terlibat disana. Untuk penutur asing sebenarnya dapat langsung ke lapangan pengguna bahasa Indonesia. Dengan begitu mereka dapat menyaksikan langsung keragaman penggunaan bahasa, terutama lisan. Dengan itu pula mereka melihat ada kekayaan bahasa dalam lingkup bahasa Indonesia itu sendiri, sebagai bahasa pemersatu dari sekian bahasa lokal yang ada di Indonesia.
Mantap update
Bahasa budaya bangsa❤
Pernah ikut kelas Narabahasa tentang naskah dinas di 2021, asli emang rameee banget pas Covid, pertemuan daring lagi ramai2nya 🔥
Setuju pak ivan jd anggota kesepuluh malaka
Harusnya cania yg jadi host, mereka pernah satu panggung. Waktu itu cania menganggap bahwa gk apa2 jika bahasa indonesia suatu saat digantikan oleh bahasa inggris....
Seru banget! Sampai aku tonton lagi💕 Terima kasih!🍺
pas sekali diunggah ketika Bulan Bahasa 🌝
alhamdulillah "santai" sudah mendunia sekarang gara2 speed
Seingat saya dulu jaman SD-SMP belajar sejarah di kelas ngantuk mulu, sekarang nonton podcast 1 jam full ngomongin sejarah kenapa malah seru ya? 😅
bahasa indonesia yang baik ternyata enak juga ya di di dengar.
Dalam bahasa Banggai, bahasa daerah saya, kami mengenal dua bentuk kata "kapan"
1. Noiyan : Kapan (Dipakai untuk masa mendatang)
2. Koiyano : Kapan (Dipakai untuk masa lampau)
Untuk topik bahasa yang dibahas di konten ini. Dea Anugrah memang lebih menguasai daripada Ferry Irwandi karena di konten2 sebelumnya. Ferry memang lebih menguasai topik
saya hanya berharap bang ferry tidak hadir di podcast ini, meski dia founder
Terima kasih telah mengundang founder Wikipedia Indonesia. Selanjutnya, apakah boleh mengundang Agustinus Wibowo?
Ide bagus! Nanti kami coba, ya!
@@birokayumaniswaaaw...sangat menunggu Agustinus Wibowo
Jos
❤❤
seru banget pas bahas "Mencarut" hahaha
Setiap saya menelusuri hal yang berkaitan dengan tata bahasa Bahasa Indonesia, kemungkinan besar jawabannya saya peroleh dari cuitan Pak Ivan Lanin. 😅
uda laninnn 😍
Terima kasih mas ivan, jadi tercerahkan
Mantap nih kalo nara kolaborasi sama malaka🎉
Jangan lupa bahwa Bahasa Indonesia adalah Bahasa Pemersatu, jadi penambahan kosakata bukan banyak2an kosakata untuk bersaing dengan negara lain tapi memenuhi perkembangan jaman. beberapa kosakata sudah cukup untuk kegiatan2 formal dan kepentingan lainnya. Jangan sampai gara-gara kita Berbahasa Indonesia tapi lupa Bahasa Daerah. Keduanya sangat penting !.
setuju sekali kalau ivan lanin ada dimalaka!
Keren..
Uda ivan kalo ketemu pak bos DI bakal seruuuuu tuuuuuuh..
KBBI VS bahasa jurnalistik 'tutur'..
"Menulis (jurnalistik) itu bicara di atas kertas."
25:35 Sejak gua SMA, gua berhasil keluar dari doktrin orde baru dan gua percaya partai PKI adalah salah satu partai paling nasionalis di Indonesia! Wkwkwk apapun kata orang, gua percaya PKI adalah salah satu partai yang mencintai negara dan bangsa ini dengan segenap jiwa raga mereka.
Banyak anggota di dalam PKI adalah orang-orang kelas menengah yang punya kesempatan dalam edukasi dan ingin kesempatan, kesetaraan, dan hak bisa juga dinikmati segenap rakyat lainnya yang ada di bawah sana. PKI adalah partai rakyat, itu juga kenapa PKI yang terpuruk karena kasus Madiun, bisa bangkit dan menjadi partai dgn suara terbanyak ke-3 atau ke-4 pada pemilu 55.
Tidak ada paksaan rakyat memilih PKI saat itu (seperti yang dihembuskan oleh pemerintah orde baru sampai buzzer saat ini). DN Aidit berhasil membuat anggotanya turun ke bawah dan mengedukasi rakyat kecil (lewat hal-hal sederhadana seperti calistung, sampai soal cara bertani, bernelayan yg baik). Dan akhirnya ketika mendapat kepercayaan, rakyat kecil diajarkan soal perlawanan melawan "kaum feodal". Rakyat kecil diberikan harapan bahwa negara ini bukan hanya milik kaum bangsawan, bahwa semua kaum punya hak bersuara atas negara ini, bahwa perubahan bisa dilakukan dgn kekuatan rakyat yg dianggap jelata.
Karena itulah PKI jadi partai yang cepat rebound. Dan itu pula yang ditakutkan kaum bangsawan, mereka takut rakyat jelata merevolusi mereka seperti yang terjadi di Rusia, di China, di mana kasta didobrak, dan privilege kaum bangsawan dihilangkan.
Kalau di Aceh, "Awak" itu dimaksudkan untuk kelompok/beberapa orang/lebih dari satu.
Jadi, saya itu kutu buku dari kecil, karena orangnya sangat penasaran... Buku demi buku saya lahap tiap hari, tapi saya jarang mengulang buku pelajaran, makanya bukan termasuk anak ranking di kelas, hahhaha.....tapi survive dong.
Suatu hari pas SMP, saat lagi ngobrol-ngobrol, kena komen imut dari anak ranking, anak berprestasi lah, langganan 3 besar...... kurleb katanya, "koq kamu ngomongnya terstruktur banget sih, kayak di buku..."
Jeng..jeng......gue shock dengernya gila, dia ga bermaksud buruk, cuma obrolan ringan para anak gadis....
Tapi gue shock....... Salahkah berbahasa dengan baik? Aku menyerap pelajaran bahasa Indonesia dengan baik, tapi ternyata dianggap "beda"........
Wakakakka, sejak saat itu, kalau ngobrol, aku selalu berusaha menyesuaikan dengan level kenyataan di sekitar, yang terakhir dengan gen x dan gen z, yang makin ga ada titik dan koma, setiap dengar atau baca chat mereka, kadang-kadang harus mikir keras...... Sedih buat gen sekarang yang kurang bisa menyuarakan suaranya dengan lebih menyeluruh, ini pokok keahlian untuk diskusi sebenarnya...
Perlu dan seyogianya Anda ketahui bahwa nama tokoh dari Jawa KI HADJAR DEWANTARA dan POERWADARMINTA semestinya diucapkan KI HAJAR DEWANTORO dan PURWODARMINTO.
Jadi, orang Jawa yang menggunakan nama menggunakan huruf O (yang bermakna Jawa), itu karena sudah "menasional".
kalo kasus di amerika itu pas blink-182 memakai kata Commiserating di lagu All The Small Things, banyak yang baru tau kata itu, padahal Tom mengaku hanya mencari kata yang pas saja dengan 5 ketukan
Untuk tim Malaka saya berharap untuk bisa mengangkat tema-tema tentang pertanian di negara kita tercinta ini, karena beberapa bulan terakhir sudah ada beberapa media yang mengangkat tentang impor beras yang terjadi di negara kita, semoga dengan malaka mengangkat tentang tema tersebut bisa membuat negara kita menjadi tidak ketergantungan dengan negara lain menyangkut pangan.
Jangan sampai Indonesia negara agraris itu hanya akan menjadi sebuah julukan saja untuk kedepannya.
Dengan pembawaan yang seru dan menarik saya yakin Tim Malaka akan membuat para kaum muda menjadi lebih mengerti akan pentingnya profesi seorang petani dalam masyarakat sosial, khusus nya para petani di Indonesia.
mundurnya sektor pangan tidak hanya karena cuaca maupun pemerintah.
menurutku, karena generasi muda nya tidak diarahkan untuk suka, peduli, sadar dan tertarik dengan bidang itu.
@@hzufee91 tidak adanya jaminan kehidupan layak klo menjadi pelaku utama disektor pangan terutama menjadi petani. apalagi bagi generasi muda yg gk punya lahan sendiri. Sangat sangat sedikit yg berhasil hidup layak dari total jumlah anak muda di suatu daerah.
Yah cepet bgt bang, part 2 gak seh
Bang suaranya naik turunnnnn. Kaget pas tiba tiba ketawa auto kenceng bangettt, malah pas ngebahas serius suaranya kecilll
pas sama Radit, gw dengerin dengan kagum. Pas nonton lagi disini, masih tetap kagum
seru seru
Uda Lanin pernah ngulik tentang bagaimana penamaan satwa dalam Bahasa Indonesia, nga?
umpatan jepang "bakayaro" ini lucu banget dalam bahasa bugis, baka = sukun, yaro = itu
Wah hebat.
aaa~~
suka banget belajar mendalami bahasa.
Ada yang bilang bahwa Bahasa Indonesia itu cetek.
Tapi jika menyimak ketiga om2 ini, terutama di bahasan asal usul Bahasa Indonesia, aslinya Bahasa Indonesia punya potensi untuk menjadi bahasa dengan kosakata lebih tinggi, dan bermakna syair. (asal Melayu Riau).
tetapi karena kebutuhan komunikasi praktis, kosakata "pasar" lebih cepat diserap.
Saya yakin karakter Ivan Barbarov di novel Cadl-nya Triskaidekaman terinspirasi dari Ivan Lanin 😂
Huaaaaa om ivan akhirnya diundang
saya merasa pernah mendengar nama Ivan Lanin. Sepertinya saya mendengar nama ini melalui twitter dulu. tapi saya baru tahu beliau terkenal di bidang apa
Ada satu paradox unik yang saya lihat selama saya hidup ini. Orang2 yg perduli deyngan bahasa nasional, hampir seluruhnya adalah orang yg minimal mahir 1 bahasa asing
Saya pribadi merasa "kok mrk sepertinya sangat bangga dengan bahasanya, sementara bangsa saya kok sepertinya 'merasa aneh' dengan bahasnya sendiri yg standar"
Blm lg, jika tidak berbahasa dengan standar itu akan membuat komunikasi akan lebih susah. Akan lebih sering menjelaskan secara terlalu rinci makna kata yg digunakan akibat kesalahpahaman. Blm lg itu membuat suasana menjadi menjengkelkan sehingga bisa membuat orang jera akan komunikasi dan beretorika
Di saat saya kecil, tidak hanya sekali saya harus menegaskan maksud dari pernyataan seseorang misalnya, "dia kan kayak". Nah saya pikir dia belum selesair bicara sehingga saya lanjutkan dengan bertanya "kayak apa?". Dijawab, "kayak uangnya". Lalu saya pikir, "seperti uangnya?". Saya tanya, "kok dia kaya uang?". Intinya akhirnya mksdny, dia itu kaya akan uang, bukan seperti uang. Setahu saya saat itu kaya, itu berkecukupan, sementara kayak, itu seperti
FYI, saya lahir di Minang. Ortu Minang semua sehingga di rumah bahasa Minang lah yg digunakan dalam kesehariannya. Krn itu saya seiring tumbuh, saya mulai jg bljr bahas tempat saya tinggal yakni saat itu di sekita Bekasi yg mana bahasa yg umum digunakan dialeknya kebetawian
Tapi intinya memang terasa sulitnya bicara hal2 yg serius saat pemahaman kata dari yg berbicara tidak begitu standar
Semoga Uda Ivan makin lebar jalannya dalam mencapai yg diinginkan ^_^
Undang Tara arts bang please
Sangat disayangkan pemerhati bahasa bukan dari jurusan Sastra Indonesia atau pendidikan Bahasa Indonesia
Boleh jadi menunjukkan bahwa manusia berencana (kuliah apa), Tuhan yang menggiring takdir kita (kerjanya apa) hehe..
Apakah ini, tokoh sabda yang diceritakan di novel kita, kata, dan cinta @IvanLanin
saya tunggu aplikasinya yang bisa membantu penulis dari indonesia 😊
undang Prof Bagus Muljadi dong
Saya pernah baca bahwa sebenarnya penamaan "Bahasa Indonesia" Itu sendiri sudah digunakan lama oleh para bahasawan Belanda. Linguis dari Belanda merasa perlu untuk membedakan penamaan karena Inggris sudah menggunakan Istilah Bahasa Melayu untuk penyebutan nama bahasa Melayu di Malaysia.
Bahasawan Belanda sendiri menggunakan nama "Bahasa Indonesia". Untuk membedakan bahwa buku yang mereka tulis itu membahas bahasa melayu yang di Indonesia bukan yang di wilayah jajahan Inggris. Sebab Ilmuwan Belanda meyakini bahwa (pada saat itu) Melayu di Malaysia dan Indonesia itu berbeda dan standar yang disusun Ilmuwan Inggris dan Belanda itu berbeda.
Malaka project....minta tolong dong, kualitas suaranya😊pembicaranya sering kali menjauh dari 🎤 nya, malah hanya bintang tamunya yang suaranya konsisten bulat dan jelas...
Dea sama ivan cocok bet
Di Riau ada daerah yang berbahasa Banjar
1:03 Gen Z di Eropa, Amerika kemungkinan besar gak kenal Ferry, Dea, Ivan jg sampai matinya mereka tuh😅
Ditunggu konten sama wikipediawan.
UDAAAAAA.... Anda sampai juga disini..
Kata Indonesia adalah perpaduan dari 2 kata Yunani: Indo = India dan Nesos = pulau-pulau. Jadi bagi orang Eropa Indonesia adalah India Kepulauan lantaran banyaknya candi Hindu dan Buddha
dulu itu kalo cari tutor cari referensi bukan di youtube tapi di kaskus wkwk inget banget gw anjir
Ada Uda aku klik
41:08 kata acuh juga jadi kaya "tidak peduli"
🔥
6:51
saat "klien" versi bahasa inggris
dan "klien" versi bahasa indonesia bertemu. 😂
Masih Menunggu Ceo Kaks Production & Mamat Gunshop Diundang Ke Malaka Podcast
gw kalo ga yakin sama bhs indo baku lgsung meluncur mencari tweet ivan lanin 😭☝🏻
Menggigil dalam bahasa Palembang nya kalagesan
Di desa saya, daerah Kalsel.
Kampang - anak jagung
Pilat - Cadel, cadel itu bahasa baku atau bukan?
Pertama kali lihat di video bang radit. 🔥🔥🔥
Serius baru tahu kalau jengah itu malu. Haha, salah paham deh.. 40:50