Assalamualaikum, Perkenalkan saya Zhidan Aziz (2208103010037) dari kelompok 6A. Izin bertanya, bagaimana mekanisme pertukaran ion dalam fase diam ion-exchange HPLC dan kapan metode ini digunakan ?
Assalamualaikum wr..wb.. Perkenalkan saya Nadia Rahmah (2208103010051) dari kelompok 5 A, Izin bertanya, Apa Keuntungan menggunakan kolom monolitik dibandingkan kolom berbasis partikel pada fase diam HPLC?
Waalaikumussalam, sebelumnya terima kasih kepada Nadia Rahmah (NPM 2208103010051) dari kelompok 5A yang telah memberikan pertanyaan. Saya, Nama: Fadya Nirmala NPM: 2208103010001 Kelompok: 8 Kelas: A Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kolom monolitik memberikan beberapa keuntungan dibandingkan kolom berbasis partikel pada fase diam HPLC. Struktur uniknya yang terdiri dari makropori dan mesopori kontinu memungkinkan aliran fase gerak yang lebih cepat dengan tekanan balik yang lebih rendah, sehingga mempercepat analisis tanpa mengakibatkan masalah pada kualitas pemisahan. Makropori besar memfasilitasi difusi molekul besar seperti protein atau peptida, sehingga sangat ideal untuk analisis biomolekul kompleks. Selain itu, struktur monolitik meminimalkan efek difusi samping, yang sering menjadi masalah pada kolom berbasis partikel, sehingga menghasilkan efisiensi pemisahan yang lebih tinggi. Kombinasi efisiensi ini dengan kemampuan menangani aliran fase gerak yang tinggi menjadikan kolom monolitik unggul dalam berbagai aplikasi. Sumber: Maelaningsih, Firdha Senja; Sobarudin, Akhmad; Hasanah, Aliya Nur. (2018). Aplikasi Kolom Monolitik Dalam Analisis Farmasi: Review. Farmaka, 16, (2), 1-9. jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/17041
Assalamualaikum wr wb, perkenalkan saya Dita Savira dengan npm (2208103010057) dari kelompok 3A, izin bertanya kepada kelompok 8, Bagaimana struktur kimia fase diam mempengaruhi selektivitas dalam HPLC dan SFC? Terimakasih
Assalamualaikum, perkenalkan saya Syajara Tuddur dari kelompok 9A izin bertanya kepada kelompok 8 mengenai materi yang kalian jelaskan, ada hal yang saya kurang mengerti , jadi temen-temen Karbon dioksida (CO₂) kan sering digunakan sebagai pelarut superkritis dalam Supercritical Fluid Chromatography (SFC). Apa alasan utama pemilihan CO₂, dan bagaimana sifat fisiknya mendukung efisiensi analisis sekaligus menjadikannya lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pelarut konvensional?
Waalaikumsalam, sebelumnya terimakasih kepada Syajara Tuddur dari kelompok 9A yang telah memberikan pertanyaan. Saya, Nama: Azza Munadhiefa Zain NPM: 2208103010011 Kelompok: 8 Kelas: A Izin menjawab pertanyaan yang telah dipaparkan sebelumnya. CO₂ dipilih sebagai pelarut superkritis dalam SFC karena memiliki sifat unik yang membuatnya efisien dan praktis. Pertama, CO₂ memiliki suhu kritis rendah (31,1 °C) dan tekanan kritis moderat (73,8 bar), sehingga memungkinkan pengoperasian pada kondisi yang tidak terlalu ekstrem. Ini membuat CO₂ cocok untuk menganalisis senyawa termolabil atau yang sensitif terhadap suhu tinggi. Sifatnya yang tidak berpolar ideal untuk melarutkan senyawa nonpolar, tetapi fleksibilitasnya dapat ditingkatkan dengan menambahkan co-solvent seperti metanol untuk membantu memisahkan senyawa polar. Selain itu, CO₂ memiliki viskositas rendah dan difusi tinggi, yang mempercepat proses pemisahan dan meningkatkan resolusi analisis. Dari perspektif lingkungan, CO₂ sangat ramah lingkungan karena melimpah, dapat didaur ulang, dan mengurangi kebutuhan pelarut organik yang mahal dan berbahaya. Hal ini mendukung praktik green chemistry dengan mengurangi dampak lingkungan tanpa mengorbankan efisiensi pemisahan. Sumber referensi: Si-Hung, L., & Bamba, T. (2022). Current state and future perspectives of supercritical fluid chromatography. Ganzera, M., & Zwerger, M. (2021). Analysis of natural products by SFC-applications from 2015 to 2021. Terimakasih🙏🏻
Assalamualaikum, perkenalkan saya Yosi arifah dengan npm 2208103010015 dari kelompk 2 ingin bertanya,Bagaimana polaritas fase diam mempengaruhi retensi analit dalam hplc dan sfc?terima kasih
Assalamualaikum perkenalkan saya Maysyura dengan NPM 2208103010045 dari kelompok 5 A Bagaimana pengaruh panjang kolom HPLC terhadap resolusi pemisahan, dan kapan diperlukan kolom yang lebih panjang? terimakasih
Waalaikumsalam, sebelumnya terima kasih kepada Maysyura (220810310045) kelompok A yang telah memberikan pertanyaan. Saya Nama : Nafilah Siregar NPM : 2208103010009 Kelompok : 8A Izin menjawab pertanyaan dari Maysyura Panjang kolom HPLC mempengaruhi resolusi pemisahan karena semakin panjang kolom, semakin banyak waktu yang diberikan bagi senyawa untuk berinteraksi dengan fase diam. Hal ini meningkatkan kesempatan untuk pemisahan senyawa, terutama jika senyawa tersebut memiliki perbedaan sifat yang kecil. Kolom yang lebih panjang dapat meningkatkan resolusi dan memisahkan senyawa yang sangat mirip. Namun, kolom yang lebih panjang juga meningkatkan waktu analisis dan tekanan balik. Oleh karena itu, kolom yang lebih panjang diperlukan ketika pemisahan yang lebih tajam diperlukan, seperti dalam analisis campuran kompleks atau senyawa yang sangat mirip satu sama lain. Penggunaan kolom panjang biasanya dibutuhkan ketika ingin memperoleh pemisahan yang lebih baik atau jika senyawa target sangat sulit dipisahkan dengan kolom yang lebih pendek. Sumber Referensi Fekete, S., & Lauber, M. (2023). Studying effective column lengths in liquid chromatography of large biomolecules. Journal of Chromatography A, 1692, 463848.
Assalamu’alaikum, saya Alya Putri Zulaikha (NPM : 2208103010029) dari kelompok 4 izin bertanya, apa saja strategi untuk mengatasi tekanan balik tinggi pada kolom HPLC dengan fase diam tertentu?
Waalaikumussalam, sebelumnya terima kasih kepada Alya Putri Zulaikha (NPM : 2208103010029) dari kelompok 4A yang telah memberikan pertanyaan. Saya, Nama: Fadya Nirmala NPM: 2208103010001 Kelompok: 8 Kelas: A Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Strategi untuk mengatasi tekanan balik tinggi pada kolom HPLC dengan fase diam tertentu mencakup beberapa pendekatan teknis dan operasional. Pertama, penggunaan fase gerak dengan viskositas lebih rendah, seperti asetonitril, dapat secara signifikan mengurangi tekanan balik karena viskositasnya yang lebih kecil sehingga memungkinkan aliran yang lebih lancar. Kedua, menurunkan laju alir fase gerak membantu mengurangi tekanan pada kolom, meskipun ini dapat memperpanjang waktu analisis. Ketiga, filtrasi sampel dan fase gerak sebelum injeksi penting untuk mencegah penyumbatan partikel pada kolom, yang merupakan penyebab utama tekanan tinggi. Keempat, memilih kolom dengan ukuran partikel yang lebih besar atau mengganti ke kolom monolitik yang memiliki struktur makropori dapat meningkatkan permeabilitas dan mengurangi hambatan aliran. Selain itu, perawatan rutin kolom, seperti pencucian dengan pelarut yang sesuai, dapat mencegah akumulasi residu yang menyebabkan peningkatan tekanan balik. Sumber: Cavaliere, C., Capriotti, A. L., La Barbera, G., Montone, C. M., Piovesana, S., & Laganà, A. (2018). Liquid chromatographic strategies for separation of bioactive compounds in food matrices. Molecules, 23(12), 3091. pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6320936/
Assalamu'alaikum. Perkenalkan saya Elvira Yusanti (2208103010053), dari kelompok 7 kelas A. izin bertanya seperti yang kita ketahui fase diam berbasis silika sering sekali digunakan dalam pemisahan menggunakan HPLC, Mengapa fase diam berbasis silika seringkali digunakan dalam HPLC?
Waalaikumsalam, sebelumnya terima kasih kepada Elvira Yusanti (2208103010053) kelompok 7A yang telah memberikan pertanyaan. Saya Nama : Nafilah Siregar NPM : 2208103010009 Kelompok : 8A Izin menjawab pertanyaan dari Elvira Yusanti Fase diam berbasis silika sering digunakan dalam HPLC karena memiliki sifat fisik dan kimia yang sangat cocok untuk kromatografi. Silika memiliki stabilitas mekanik yang tinggi, sehingga dapat digunakan pada tekanan tinggi yang umum dalam HPLC. Selain itu, silika memiliki luas permukaan yang besar dan struktur berpori yang memungkinkan interaksi optimal dengan senyawa sampel, sehingga meningkatkan retensi dan pemisahan. Secara kimia, silika memiliki gugus silanol (-SiOH) di permukaannya yang dapat dimodifikasi, misalnya dengan rantai alkil seperti C18 atau C8, untuk menyesuaikan sifat fase diam dengan kebutuhan analisis, baik polar maupun nonpolar. Silika juga relatif tahan panas, mudah diperoleh, dan dapat didaur ulang, menjadikannya pilihan yang ekonomis dan efisien untuk berbagai aplikasi HPLC. Sumber Referensi 1. Ismail, R., Kurniawanti, K., Sabur, S., & Prihatini, E. (2023). Pengembangan Metode Daur Ulang Limbah Silika Fase Diam Kromatografi Untuk Kegiatan Praktikum Di Laboratorium. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan, 5(2), 91-98. 2. Fabiani, V. A., Wahyuni, N., Brilliantoro, R., & Safitri, M. N. (2018). Sintesis Dan Karakterisasi Silika Gel Dari Limbah Kaca Serta Aplikasinya Pada Kromatografi Kolom. Indonesian Journal of Pure and Applied Chemistry, 1(1), 10-16.
Assalamualaikum, perkenalkan saya Talitha Aufa Nabilah dengan NPM 2208103010059 dari kelompok 9 kelas A, izin bertanya kepada kelompok 8 Bagaimana tekanan dan suhu fluida superkritis mempengaruhi kinerja pemisahan? Apakah ada batasan tertentu untuk menjaga stabilitas senyawa target?
Waalaikumsalam, sebelumnya terimakasih kepada Talitha Aufa Nabilag (2208103010059) dari kelompok 1A yang memberikan pertanyaaan. Saya Nama: Mujibatul Husna NPM:2208103010005 Kelompok:8 Kelas:A Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tekanan dan suhu berperan penting dalam mengontrol densitas fluida superkritis. Peningkatan tekanan atau penurunan suhu meningkatkan densitas fluida, sehingga kekuatan pelarutnya meningkat. Namun, suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan degradasi senyawa termolabil, sementara tekanan yang terlalu rendah dapat menyebabkan fase gerak keluar dari kondisi superkritis. Oleh karena itu, diperlukan optimasi kondisi tekanan dan suhu agar pemisahan efisien tanpa merusak senyawa target. Referensi: Hugues J., Philippe, H., & Amandine Dispas. (2022). Supercritical fluid chromatography for pharmaceutical quality control: Current challenges and perspectives. International Journal of Pharmaceutics, 603, 1212-1220. Margono, S. (2016). Pemodelan Ekstraksi Fluida Superkritis. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 5(2), 1-7.
assalamualaikum, perkenalkan saya muhammad syafii siregar kelompok 6A ingin bertanya kepada kelompok 8, dari slide, disampaikan jenis fase diam dan karakterisasinya, apa perberaan antara fase diam normal dan fase diam terbalik?
Waalaikumsalam, sebelumnya terimakasih kepada Muhammad Syafii Siregar dari kelompok 6A yang telah memberikan pertanyaan. Saya, Nama: Azza Munadhiefa Zain NPM: 2208103010011 Kelompok: 8 Kelas: A izin menjawab pertanyaan yang telah dipaparkan sebelumnya. Dalam SFC, prinsip kerja fase diam itu bergantung pada polaritas fase tersebut. Kalau fase diam normal (polar) , biasanya pakai silika atau alumina. Nah, fase ini cocok untuk pemisahan senyawa polar. Biasanya, CO₂ superkritis dipakai sebagai fase gerak, tapi ditambah pelarut polar seperti metanol biar proses pemisahannya lebih efektif. Jadi, senyawa polar bakal nempel lebih kuat di fase diam dan akhirnya bergerak lebih lambat lewat kolom. Sedangkan kalau fase diamnya terbalik (non-polar) , pakai yang sifatnya non-polar seperti C18 atau fenil-heksil. Ini lebih cocok buat senyawa non-polar sampai polar moderat. Di sini, senyawa non-polar akan lebih betah di fase diam non-polar, sementara senyawa polar malah lebih cepat keluar dari kolom karena afinitasnya rendah sama fase diam non-polar. Sumber referensi: Edge, T., James, M., Pipe, C., Bylikin, S., Field, J., & Euerby, M. (2022). An Assessment of Stationary Phase Selectivity in SFC. LCGC Supplements, 40, 9-22 Terimakasih 🙏🏻
ssalamualaikum Wr.Wb. Saya Teuku Rizky Kurniawan dengan NPM (2208103010013) dari kelompok 1 kelas A. Izin bertanya, Bagaimana mekanisme pemisahan dalam SFC dibandingkan dengan teknik kromatografi lainnya, seperti HPLC atau GC, terutama dalam hal efisiensi dan selektivitas? Terima kasih
Waalaikumsalam, sebelumnya terima kasih kepada Teuku Rizky Kurniawan(2208103010013 dari kelompok 1A yang memberikan pertanyaaan. Saya Nama: Mujibatul Husna NPM:2208103010005 Kelompok:8 Kelas:A Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan tersebut, Mekanisme pemisahan dalam SFC didasarkan pada penggunaan fluida superkritis sebagai fase gerak yang memiliki sifat antara fase gas dan cair. Fluida superkritis seperti karbon dioksida memiliki viskositas rendah (mirip gas) dan densitas yang cukup tinggi (mirip cairan), sehingga memungkinkan difusivitas tinggi serta aliran fase gerak yang cepat. Hal ini meningkatkan kecepatan pemisahan dibandingkan HPLC yang menggunakan fase cair dengan viskositas lebih tinggi. Dibandingkan GC, SFC memiliki keuntungan karena dapat memisahkan senyawa dengan berat molekul tinggi atau termal-labil yang tidak cocok untuk volatilisasi. SFC menggunakan fluida superkritis sebagai fase gerak yang memiliki viskositas lebih rendah dan difusivitas lebih tinggi dibandingkan fase cair pada HPLC. Hal ini memungkinkan pemisahan yang lebih cepat dan efisien. Selain itu, kemampuan fluida superkritis untuk menyesuaikan sifat pelarutnya dengan perubahan tekanan dan suhu memberikan fleksibilitas dalam mengatur selektivitas pemisahan. Referensi: Angraini, N., & Desmaniar, P. (2020). Optimasi penggunaan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) untuk analisis asam askorbat guna menunjang kegiatan Praktikum Bioteknologi Kelautan. Jurnal Penelitian Sains, 22, 69-75. Taylor, L. T. (2010). Supercritical fluid chromatography. Analytical Chemistry, 82(12), 4925-4935. doi.org/10.1021/ac101194x
Assalamualaikum wr wb, perkenalkan saya Suprida dengan npm (2208103010055) dari kelompok 3A, izin bertanya kepada kelompok 8, Apakah SFC memiliki keterbatasan dalam menganalisis sinyal tertentu? Jika demikian, bagaimana cara mengatasi keterbatasan tersebut? Terimakasih
Waalaikumsalam, sebelumnya terimakasih kepada Suprida (2208103010055) dari kelompok 3A yang memberikan pertanyaaan. Saya Nama: Mujibatul Husna NPM:2208103010005 Kelompok:8 Kelas:A Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan tersebut. SFC memiliki keterbatasan dalam memisahkan senyawa polar atau ionik karena keterbatasan kelarutan dalam fluida superkritis. Untuk mengatasi hal ini, ditambahkan modifikator polar (seperti metanol atau etanol) ke fase gerak guna meningkatkan kelarutan senyawa polar. Selain itu, pemilihan jenis kolom dan optimasi parameter suhu serta tekanan dapat membantu mengatasi tantangan ini. Referensi: Hartono, R & Deni A., S. (2020). Biodiesel B30 Terhadap Spesific Fuel Consumsion (SFC) Mesin Wartsila PLTGD 30 MW. Jurnal Teknik Mesin, 7, 87-94. Ashraf-Khorassani, M., Taylor, L. T., & Seest, E. (2012). Screening strategies for achiral supercritical fluid chromatography employing hydrophilic interaction liquid chromatography-like parameters. Journal of Chromatography A, 1229, 237-248. doi.org/10.1016/j.chroma.2011.12.089
Assalamualaikum, Perkenalkan saya Zhidan Aziz (2208103010037) dari kelompok 6A. Izin bertanya, bagaimana mekanisme pertukaran ion dalam fase diam ion-exchange HPLC dan kapan metode ini digunakan ?
Assalamualaikum wr..wb.. Perkenalkan saya Nadia Rahmah (2208103010051) dari kelompok 5 A, Izin bertanya, Apa Keuntungan menggunakan kolom monolitik dibandingkan kolom berbasis partikel pada fase diam HPLC?
Waalaikumussalam, sebelumnya terima kasih kepada Nadia Rahmah (NPM 2208103010051) dari kelompok 5A yang telah memberikan pertanyaan. Saya,
Nama: Fadya Nirmala
NPM: 2208103010001
Kelompok: 8
Kelas: A
Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Kolom monolitik memberikan beberapa keuntungan dibandingkan kolom berbasis partikel pada fase diam HPLC. Struktur uniknya yang terdiri dari makropori dan mesopori kontinu memungkinkan aliran fase gerak yang lebih cepat dengan tekanan balik yang lebih rendah, sehingga mempercepat analisis tanpa mengakibatkan masalah pada kualitas pemisahan. Makropori besar memfasilitasi difusi molekul besar seperti protein atau peptida, sehingga sangat ideal untuk analisis biomolekul kompleks. Selain itu, struktur monolitik meminimalkan efek difusi samping, yang sering menjadi masalah pada kolom berbasis partikel, sehingga menghasilkan efisiensi pemisahan yang lebih tinggi. Kombinasi efisiensi ini dengan kemampuan menangani aliran fase gerak yang tinggi menjadikan kolom monolitik unggul dalam berbagai aplikasi.
Sumber:
Maelaningsih, Firdha Senja; Sobarudin, Akhmad; Hasanah, Aliya Nur. (2018). Aplikasi Kolom Monolitik
Dalam Analisis Farmasi: Review. Farmaka, 16, (2), 1-9.
jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/17041
Assalamualaikum wr wb, perkenalkan saya Dita Savira dengan npm (2208103010057) dari kelompok 3A, izin bertanya kepada kelompok 8, Bagaimana struktur kimia fase diam mempengaruhi selektivitas dalam HPLC dan SFC? Terimakasih
Assalamualaikum, perkenalkan saya Syajara Tuddur dari kelompok 9A izin bertanya kepada kelompok 8 mengenai materi yang kalian jelaskan, ada hal yang saya kurang mengerti , jadi temen-temen Karbon dioksida (CO₂) kan sering digunakan sebagai pelarut superkritis dalam Supercritical Fluid Chromatography (SFC). Apa alasan utama pemilihan CO₂, dan bagaimana sifat fisiknya mendukung efisiensi analisis sekaligus menjadikannya lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pelarut konvensional?
Waalaikumsalam, sebelumnya terimakasih kepada Syajara Tuddur dari kelompok 9A yang telah memberikan pertanyaan.
Saya,
Nama: Azza Munadhiefa Zain
NPM: 2208103010011
Kelompok: 8
Kelas: A
Izin menjawab pertanyaan yang telah dipaparkan sebelumnya.
CO₂ dipilih sebagai pelarut superkritis dalam SFC karena memiliki sifat unik yang membuatnya efisien dan praktis. Pertama, CO₂ memiliki suhu kritis rendah (31,1 °C) dan tekanan kritis moderat (73,8 bar), sehingga memungkinkan pengoperasian pada kondisi yang tidak terlalu ekstrem. Ini membuat CO₂ cocok untuk menganalisis senyawa termolabil atau yang sensitif terhadap suhu tinggi.
Sifatnya yang tidak berpolar ideal untuk melarutkan senyawa nonpolar, tetapi fleksibilitasnya dapat ditingkatkan dengan menambahkan co-solvent seperti metanol untuk membantu memisahkan senyawa polar. Selain itu, CO₂ memiliki viskositas rendah dan difusi tinggi, yang mempercepat proses pemisahan dan meningkatkan resolusi analisis.
Dari perspektif lingkungan, CO₂ sangat ramah lingkungan karena melimpah, dapat didaur ulang, dan mengurangi kebutuhan pelarut organik yang mahal dan berbahaya. Hal ini mendukung praktik green chemistry dengan mengurangi dampak lingkungan tanpa mengorbankan efisiensi pemisahan.
Sumber referensi:
Si-Hung, L., & Bamba, T. (2022). Current state and future perspectives of supercritical fluid chromatography.
Ganzera, M., & Zwerger, M. (2021). Analysis of natural products by SFC-applications from 2015 to 2021.
Terimakasih🙏🏻
@@azzamunadhiefa2091 terimakasih atas jawabannya
Assalamualaikum, perkenalkan saya Yosi arifah dengan npm 2208103010015 dari kelompk 2 ingin bertanya,Bagaimana polaritas fase diam mempengaruhi retensi analit dalam hplc dan sfc?terima kasih
Assalamualaikum
perkenalkan saya Maysyura dengan NPM 2208103010045 dari kelompok 5 A
Bagaimana pengaruh panjang kolom HPLC terhadap resolusi pemisahan, dan kapan diperlukan kolom yang lebih panjang?
terimakasih
Waalaikumsalam, sebelumnya terima kasih kepada Maysyura (220810310045) kelompok A yang telah memberikan pertanyaan. Saya
Nama : Nafilah Siregar
NPM : 2208103010009
Kelompok : 8A
Izin menjawab pertanyaan dari Maysyura
Panjang kolom HPLC mempengaruhi resolusi pemisahan karena semakin panjang kolom, semakin banyak waktu yang diberikan bagi senyawa untuk berinteraksi dengan fase diam. Hal ini meningkatkan kesempatan untuk pemisahan senyawa, terutama jika senyawa tersebut memiliki perbedaan sifat yang kecil. Kolom yang lebih panjang dapat meningkatkan resolusi dan memisahkan senyawa yang sangat mirip.
Namun, kolom yang lebih panjang juga meningkatkan waktu analisis dan tekanan balik. Oleh karena itu, kolom yang lebih panjang diperlukan ketika pemisahan yang lebih tajam diperlukan, seperti dalam analisis campuran kompleks atau senyawa yang sangat mirip satu sama lain. Penggunaan kolom panjang biasanya dibutuhkan ketika ingin memperoleh pemisahan yang lebih baik atau jika senyawa target sangat sulit dipisahkan dengan kolom yang lebih pendek.
Sumber Referensi
Fekete, S., & Lauber, M. (2023). Studying effective column lengths in liquid chromatography of large biomolecules. Journal of Chromatography A, 1692, 463848.
@@Nafilahsiregar05 terimakasih atas jawabannya
Assalamu’alaikum, saya Alya Putri Zulaikha (NPM : 2208103010029) dari kelompok 4 izin bertanya, apa saja strategi untuk mengatasi tekanan balik tinggi pada kolom HPLC dengan fase diam tertentu?
Waalaikumussalam, sebelumnya terima kasih kepada Alya Putri Zulaikha (NPM : 2208103010029) dari kelompok 4A yang telah memberikan pertanyaan. Saya,
Nama: Fadya Nirmala
NPM: 2208103010001
Kelompok: 8
Kelas: A
Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Strategi untuk mengatasi tekanan balik tinggi pada kolom HPLC dengan fase diam tertentu mencakup beberapa pendekatan teknis dan operasional. Pertama, penggunaan fase gerak dengan viskositas lebih rendah, seperti asetonitril, dapat secara signifikan mengurangi tekanan balik karena viskositasnya yang lebih kecil sehingga memungkinkan aliran yang lebih lancar. Kedua, menurunkan laju alir fase gerak membantu mengurangi tekanan pada kolom, meskipun ini dapat memperpanjang waktu analisis. Ketiga, filtrasi sampel dan fase gerak sebelum injeksi penting untuk mencegah penyumbatan partikel pada kolom, yang merupakan penyebab utama tekanan tinggi. Keempat, memilih kolom dengan ukuran partikel yang lebih besar atau mengganti ke kolom monolitik yang memiliki struktur makropori dapat meningkatkan permeabilitas dan mengurangi hambatan aliran. Selain itu, perawatan rutin kolom, seperti pencucian dengan pelarut yang sesuai, dapat mencegah akumulasi residu yang menyebabkan peningkatan tekanan balik.
Sumber:
Cavaliere, C., Capriotti, A. L., La Barbera, G., Montone, C. M., Piovesana, S., & Laganà, A. (2018). Liquid
chromatographic strategies for separation of bioactive compounds in food matrices. Molecules, 23(12), 3091.
pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6320936/
Assalamu'alaikum. Perkenalkan saya Elvira Yusanti (2208103010053), dari kelompok 7 kelas A. izin bertanya seperti yang kita ketahui fase diam berbasis silika sering sekali digunakan dalam pemisahan menggunakan HPLC, Mengapa fase diam berbasis silika seringkali digunakan dalam HPLC?
Waalaikumsalam, sebelumnya terima kasih kepada Elvira Yusanti (2208103010053) kelompok 7A yang telah memberikan pertanyaan. Saya
Nama : Nafilah Siregar
NPM : 2208103010009
Kelompok : 8A
Izin menjawab pertanyaan dari Elvira Yusanti
Fase diam berbasis silika sering digunakan dalam HPLC karena memiliki sifat fisik dan kimia yang sangat cocok untuk kromatografi. Silika memiliki stabilitas mekanik yang tinggi, sehingga dapat digunakan pada tekanan tinggi yang umum dalam HPLC. Selain itu, silika memiliki luas permukaan yang besar dan struktur berpori yang memungkinkan interaksi optimal dengan senyawa sampel, sehingga meningkatkan retensi dan pemisahan. Secara kimia, silika memiliki gugus silanol (-SiOH) di permukaannya yang dapat dimodifikasi, misalnya dengan rantai alkil seperti C18 atau C8, untuk menyesuaikan sifat fase diam dengan kebutuhan analisis, baik polar maupun nonpolar. Silika juga relatif tahan panas, mudah diperoleh, dan dapat didaur ulang, menjadikannya pilihan yang ekonomis dan efisien untuk berbagai aplikasi HPLC.
Sumber Referensi
1. Ismail, R., Kurniawanti, K., Sabur, S., & Prihatini, E. (2023). Pengembangan Metode Daur Ulang Limbah Silika Fase Diam Kromatografi Untuk Kegiatan Praktikum Di Laboratorium. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan, 5(2), 91-98.
2. Fabiani, V. A., Wahyuni, N., Brilliantoro, R., & Safitri, M. N. (2018). Sintesis Dan Karakterisasi Silika Gel Dari Limbah Kaca Serta Aplikasinya Pada Kromatografi Kolom. Indonesian Journal of Pure and Applied Chemistry, 1(1), 10-16.
Assalamualaikum, perkenalkan saya Talitha Aufa Nabilah dengan NPM 2208103010059 dari kelompok 9 kelas A, izin bertanya kepada kelompok 8
Bagaimana tekanan dan suhu fluida superkritis mempengaruhi kinerja pemisahan? Apakah ada batasan tertentu untuk menjaga stabilitas senyawa target?
Waalaikumsalam, sebelumnya terimakasih kepada Talitha Aufa Nabilag (2208103010059) dari kelompok 1A yang memberikan pertanyaaan.
Saya
Nama: Mujibatul Husna
NPM:2208103010005
Kelompok:8
Kelas:A
Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Tekanan dan suhu berperan penting dalam mengontrol densitas fluida superkritis. Peningkatan tekanan atau penurunan suhu meningkatkan densitas fluida, sehingga kekuatan pelarutnya meningkat. Namun, suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan degradasi senyawa termolabil, sementara tekanan yang terlalu rendah dapat menyebabkan fase gerak keluar dari kondisi superkritis. Oleh karena itu, diperlukan optimasi kondisi tekanan dan suhu agar pemisahan efisien tanpa merusak senyawa target.
Referensi:
Hugues J., Philippe, H., & Amandine Dispas. (2022). Supercritical fluid chromatography for pharmaceutical quality control: Current challenges and perspectives. International Journal of Pharmaceutics, 603, 1212-1220.
Margono, S. (2016). Pemodelan Ekstraksi Fluida Superkritis. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 5(2), 1-7.
@@Aera_aneksa terimakasih muji atas jawabannya🙏🏻🤗
assalamualaikum, perkenalkan saya muhammad syafii siregar kelompok 6A ingin bertanya kepada kelompok 8, dari slide, disampaikan jenis fase diam dan karakterisasinya, apa perberaan antara fase diam normal dan fase diam terbalik?
Waalaikumsalam, sebelumnya terimakasih kepada Muhammad Syafii Siregar dari kelompok 6A yang telah memberikan pertanyaan.
Saya,
Nama: Azza Munadhiefa Zain NPM: 2208103010011
Kelompok: 8
Kelas: A
izin menjawab pertanyaan yang telah dipaparkan sebelumnya.
Dalam SFC, prinsip kerja fase diam itu bergantung pada polaritas fase tersebut. Kalau fase diam normal (polar) , biasanya pakai silika atau alumina. Nah, fase ini cocok untuk pemisahan senyawa polar. Biasanya, CO₂ superkritis dipakai sebagai fase gerak, tapi ditambah pelarut polar seperti metanol biar proses pemisahannya lebih efektif. Jadi, senyawa polar bakal nempel lebih kuat di fase diam dan akhirnya bergerak lebih lambat lewat kolom.
Sedangkan kalau fase diamnya terbalik (non-polar) , pakai yang sifatnya non-polar seperti C18 atau fenil-heksil. Ini lebih cocok buat senyawa non-polar sampai polar moderat. Di sini, senyawa non-polar akan lebih betah di fase diam non-polar, sementara senyawa polar malah lebih cepat keluar dari kolom karena afinitasnya rendah sama fase diam non-polar.
Sumber referensi:
Edge, T., James, M., Pipe, C., Bylikin, S., Field, J., & Euerby, M. (2022). An Assessment of Stationary Phase Selectivity in SFC. LCGC Supplements, 40, 9-22
Terimakasih 🙏🏻
ssalamualaikum Wr.Wb. Saya Teuku Rizky Kurniawan dengan NPM (2208103010013) dari kelompok 1 kelas A. Izin bertanya, Bagaimana mekanisme pemisahan dalam SFC dibandingkan dengan teknik kromatografi lainnya, seperti HPLC atau GC, terutama dalam hal efisiensi dan selektivitas?
Terima kasih
Waalaikumsalam, sebelumnya terima kasih kepada Teuku Rizky Kurniawan(2208103010013 dari kelompok 1A yang memberikan pertanyaaan.
Saya
Nama: Mujibatul Husna
NPM:2208103010005
Kelompok:8
Kelas:A
Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan tersebut,
Mekanisme pemisahan dalam SFC didasarkan pada penggunaan fluida superkritis sebagai fase gerak yang memiliki sifat antara fase gas dan cair. Fluida superkritis seperti karbon dioksida memiliki viskositas rendah (mirip gas) dan densitas yang cukup tinggi (mirip cairan), sehingga memungkinkan difusivitas tinggi serta aliran fase gerak yang cepat. Hal ini meningkatkan kecepatan pemisahan dibandingkan HPLC yang menggunakan fase cair dengan viskositas lebih tinggi. Dibandingkan GC, SFC memiliki keuntungan karena dapat memisahkan senyawa dengan berat molekul tinggi atau termal-labil yang tidak cocok untuk volatilisasi.
SFC menggunakan fluida superkritis sebagai fase gerak yang memiliki viskositas lebih rendah dan difusivitas lebih tinggi dibandingkan fase cair pada HPLC. Hal ini memungkinkan pemisahan yang lebih cepat dan efisien. Selain itu, kemampuan fluida superkritis untuk menyesuaikan sifat pelarutnya dengan perubahan tekanan dan suhu memberikan fleksibilitas dalam mengatur selektivitas pemisahan.
Referensi:
Angraini, N., & Desmaniar, P. (2020). Optimasi penggunaan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) untuk analisis asam askorbat guna menunjang kegiatan Praktikum Bioteknologi Kelautan. Jurnal Penelitian Sains, 22, 69-75.
Taylor, L. T. (2010). Supercritical fluid chromatography. Analytical Chemistry, 82(12), 4925-4935.
doi.org/10.1021/ac101194x
@@Aera_aneksa terimakasih atas jawabannya
Assalamualaikum wr wb, perkenalkan saya Suprida dengan npm (2208103010055) dari kelompok 3A, izin bertanya kepada kelompok 8, Apakah SFC memiliki keterbatasan dalam menganalisis sinyal tertentu? Jika demikian, bagaimana cara mengatasi keterbatasan tersebut?
Terimakasih
Waalaikumsalam, sebelumnya terimakasih kepada Suprida (2208103010055) dari kelompok 3A yang memberikan pertanyaaan.
Saya
Nama: Mujibatul Husna
NPM:2208103010005
Kelompok:8
Kelas:A
Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
SFC memiliki keterbatasan dalam memisahkan senyawa polar atau ionik karena keterbatasan kelarutan dalam fluida superkritis. Untuk mengatasi hal ini, ditambahkan modifikator polar (seperti metanol atau etanol) ke fase gerak guna meningkatkan kelarutan senyawa polar. Selain itu, pemilihan jenis kolom dan optimasi parameter suhu serta tekanan dapat membantu mengatasi tantangan ini.
Referensi:
Hartono, R & Deni A., S. (2020). Biodiesel B30 Terhadap Spesific Fuel Consumsion (SFC) Mesin Wartsila PLTGD 30 MW. Jurnal Teknik Mesin, 7, 87-94.
Ashraf-Khorassani, M., Taylor, L. T., & Seest, E. (2012). Screening strategies for achiral supercritical fluid chromatography employing hydrophilic interaction liquid chromatography-like parameters. Journal of Chromatography A, 1229, 237-248. doi.org/10.1016/j.chroma.2011.12.089