DAYA MAGIS DAN GAIB HARI KAJENG KLIWON

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 18 тра 2021
  • • DAYA MAGIS DAN GAIB HA...
    DAYA MAGIS DAN GAIB HARI KAJENG KLIWON
    #DayaMagis
    #Gaib
    #KajengKliwon
    Dalam masyarakat khususnya yang dibesarkan dalam tradisi Bali dan sebagian Jawa, kata kajeng dan kajeng kliwon selalu diasosiasikan dengan hari yang penuh dengan hal-hal magis dan gaib. Kata kajeng dalam bahasa Bali berarti lanying (tajam). Apapun yang ditancapkan ke tanah pada saat hari kajeng, akan memiliki efek lanying akibat pengaruh tri wara (Pasah, Beteng, Kajeng). Berbeda bila harinya Beteng, walaupun benda itu tumpul tidak akan memiliki sifat lanying ketika ditancapkan ke tanah. Inilah salah satu dasar, saat kajeng tidak diperbolehkan menancapkan turus atau memasang pasak karena diyakini pemali. Kajeng Uripnya 7 dan Kliwon memiliki Urip 8. Bila digabungkan berjumlah 15. Jumlah Urip menunjukkan besaran energi yang muncul saat itu. Apabila energi itu negatif disebut dengan bhuta kala. Semua energi itu memiliki dua sisi berbeda yang disimbolkan dengan warna hitam dan putih (Cudamani). Yang bisa mengendalikan kedua energi tersebut adalah Siwa. Pada kajeng kliwon Siwa diyakini melakukan semadi. Kajeng kliwon merupakan hari baik untuk melukat, bagi yang ingin belajar ilmu tertentu, kajeng Kliwon hari yang tepat untuk memulainya. Kajeng Kliwon diyakini memiliki aura magis dan gaib yang dapat menyebabkan seseorang (yang tidak 'kuat') mengalami hal yang tidak diharapkan. Dalam lontar Kala Maya Tatwa disebutkan "keramatnya kajeng kliwon akibat pengaruh pertemuan antara kajeng dan Kliwon, kajeng hari munculnya prabhawa Sang Hyang Durga Dewi sebagai kekuatan Ahamkara yaitu kekuatan Bhuta, sedangkan kliwon adalah saat munculnya prabhawa Sanghyang Siwa dengan kekuatan Dharma. Muncullah kekuatan Siwa Durga atau Darma Wisesa pada saat kajeng kliwon, menyebabkan kajeng kliwon saat yang tepat untuk memohon kesaktian, kekuatan sidhi mandhi, sidhi ucap, dan yang terutama adalah menyucikan diri melalui penglukatan maupun pebayuhan". Dalam lontar Sundarigama dinyatakan (ada teks aslinya, tidak dimuat) yang berarti: "Ada lagi hari suci menurut perhitungan pancawara, kliwon adalah hari bhatara Siwa menggelar samadi. Umat manusia patut memohon tirta gocara dengan mempersembahkan canang wangi di Sanggah dan di atas tempat tidur, sembari mengheningkan pikiran serta menyuguhkan segehan di halaman sanggah, halaman rumah, di jalan keluar masuk rumah berupa nasi kepel 2 buah dijadikan satu tanding, dibuat tiga tanding, memakai lauk bawang-jahe. Sesaji di halaman sanggah ditujukan kepada Sang Bhuta Bhucari, sesaji di halaman rumah ditujukan kepada Sang Kala Bhucari, dan di Jalan keluar masuk rumah ditujukan kepada Sang Durga Bhucari. Ketiganya wajib diberikan sesaji persembahan setiap hari Kliwon, disertai permohonann untuk menjaga rumah beserta seluruh isinya sehingga kita menemukan keselamatan dan kesempurnaan". Lebih lanjut dinyatakan dalam Lontar Sundarigamayang intinya berarti "Pada hari Byantara (Kajeng) Kliwon, tata cara pelaksanannya sama seperti saat Kliwon, namun ditambah dengan segehan lima warna (panca warna) ditata dalam satu wadah. Tempat mempersembahkan sesaji itu adalah di jalan keluar masuk rumah, di samping pintu masuk. Sesaji berupa canang lengawangi, buratwangi, canang yasa, canang gantal, dipersembahkan di atas ditujukan kepada Hyang Durgadewi. Sesaji yang di bawah dihaturkan kepada Sang Durga Bhucari, Kala Bhucari, dan Bhuta Bhucari. Pahalanya, penghuni rumah akan mendapatkan keselamatan dan kesempurnaan. Jika tidak membuat persembahan, ketiga Bhuta akan memohon kepada Bhatari Durga untuk membecanai dan menganggu penghuni rumah, menciptakan penyakit, dan mengundang guna-guna, seperti desti, teluh, berbagai penyakit dan memasang pemusnah untuk menghilangkan vibrasi kekuatan rumah, sehingga para dewata kabur sehingga memberi kesempatan kepada bala pasukan Sang Adikala, terutama bala pasukan Bhatari Durga melakukan perusakan. Begitulah adanya yang kalian harus ingat, jangan kalian lupa dengan sabdaku !!! Sesajen Kajeng Kliwon, yaitu di Merajan (semua Palinggih) dan di atas tempat tidur (semua plangkiran) dihaturkan Canang Wangi. Segehan nasi kepel (2 kepel dijadikan satu tanding) dengan lauk bawang-jahe dihaturkan di halaman rumah, halaman merajan, dan di jalan keluar-masuk rumah. Di pintu masuk rumah: di atas: disajikan lengawangi, buratwangi, canang yasa, dan canang gantal dihaturkan kepada Hyang Durgadewi. (Itu sebabnya mengapa mengapa rumah orang Bali memiliki rong (ruang) pada pintu masuknya). Di bawah, disajikan segehan manca warna ditujukan sebagai lelabahan kepada Sang Tiga Bhucari (Kala Bhucari, Durga Bhucari, dan Bhuta Bhucari). Pesan sesuluhnya jaga kualitas pikiran (manacika), agar tidak disusupi oleh pikiran-pikiran jahat, karena kajeng dikuasai oleh Sang Hyang Manacika. Dalam konteks religious-Magis, kajeng kliwon merupakan hari baik untuk memuja Bhatara Durga Sebagai Sakti Bhatara Siwa, dengan seluruh kekuatan magis, sehingga manusia dibebaskan dari pengaruh-pengaruh black magic.

КОМЕНТАРІ • 73