Objek yang dapat memuaskan 6 indera sekaligus adalah lawan jenis... Itulah tantangan terberat bagi yang ingin menjalani hidup selibat atau menjadi seorang petapa🙏
Sotti hotu Bhante...apa yg paling benar ..sehari hari nya kita hidup...harus dengan. Pikiran yg kosong tidak boleh mikir apapun...tindakan ini apa bisa membuat kita tidak ber reinkarnasi lagi Bhante
TADI...SEKITAR PAGI ATAU SIANG...SAYA MEMBELI SUPER THANKS RP 100.000...TAPI "TERNYATA GAK MASUK KE SINI...PADAHAL PULSA SUDAH TERPOTONG" YAH...GPP....
Selamat pagi. Wah, berarti perlu hati-hati dg pembelian seperti ini. Tapi tentunya niat baik sendiri sudah merupakan kebaikan. Semoga UA-cam dapat memperbaiki hal-hal seperti ini.
"MERENUNGKAN" PENGLAMAN INDERA sebagai KEBAHAGIAAN adalah satu EKSTRIM. dan "MERENUNGKAN" PENGALAMAN INDERA sebagai DUKKHA / PENDERITAAN juga adalah satu EKSTRIM yang lain. tampaknya SAMA-SAMA EKSTRIM. PADAHAL, yang TERPENTING adalah TANPA MELEKATI dalam "MERENUNGKAN" itu. Apakah Perenungan itu sebagai Kebahagiaan ataupun Dukkha, JIKA TANPA MELEKAT, maka "HASILNYA" tentu akan SAMA-SAMA KEBIJAKSANAAN. - MENGGAPAI "KEBAHAGIAAN" Bukanlah PANDANGAN SALAH - MENGURANGI "PENDERITAAN" juga Bukanlah PANDANGAN SALAH. namun - "MELEKATI" kedua-duanya SERINGKALI akan menimbulkan MASALAH, walaupun ini juga Bukan PANDANGAN SALAH, melainkan PANDANGAN YANG SERING MENIMBULKAN MASALAH.
Saya mengibaratkan : - Perenungan terhadap Kebahagiaan itu adalah sebagai RANTAI EMAS - Perenungan terhadap Penderitaan / Dukkha itu adalah sebagai RANTAI BESI KEDUANYA SAMA-SAMA "RANTAI" Sampai kita "MEMILIKI" dan "MENGGUNAKAN" "ALAT PEMOTONG" untuk kedua RANTAI itu, Barulah kemudian KEDUA RANTAI itu "BISA DILEPAS". "ALAT PEMOTONG" itu TIADA LAIN adalah : KETIDAKTERIKATAN yang PATUT untuk DIUPAYAKAN. DI DALAM KEMELEKATAN kita BERUSAHA untuk TIDAK MELEKAT. KEBAHAGIAAN ataupun PENDERITAAN/DUKKHA BUKANLAH sesuatu yang PATUT untuk DISALAHKAN ataupun DITAKUTI, melainkan "KEMELEKATAN" itulah. sama halnya dengan KELAHIRAN BUKANKAH sesuatu YANG PATUT DISESALI, demikian halnya dengan NAFSU KEINGINAN. Kita MEMBUTUHKAN "KEINGINAN" yang KUAT untuk sampai pada KETIDAKMELEKATAN. TANPA "KEINGINAN" yang KUAT maka MUSTAHIL ada UPAYA yang KUAT untuk LEPAS.
terkait dengan NAFSU KEINGINAN, saya "Melihat", BUKANLAH NAFSU KEINGINAN yang menjadi SUMBER DUKKHA, melainkan : TIDAK ADANYA UPAYA "PENGENDALIAN". "API" YANG SAMA BISA MENGHASILKAN MASAKAN YANG SEHAT DAN BERGIZI. "API" YANG SAMA JUGA BISA MEMBAKAR HANGUS SEISI RUMAH. "AIR" YANG SAMA BISA MEMBERIKAN KESEGARAN DAN BERTAHAN HIDUP, NAMUN "AIR" YANG SAMA JUGA BISA "MENENGGELAMKAN" DAN MEMBUNUH SESEORANG. JADI, KUNCINYA ADALAH "PENGENDALIAN", ketika API dan AIR itu "TERKENDALI DENGAN BAIK", maka BANYAK TUJUAN dan MANFAAT yang BISA DICAPAI.
Terkait dengan KEMUAKAN, Kemuakan yang tidak disertai dengan PENGENDALIAN atau KEBIJAKSANAAN juga BERPOTENSI menimbulkan Kebencian, Kemarahan, Kemrungsung, Rasa Jengkel, Rasa Antipati, Rasa Bosan, Rasa Menyerah, Rasa Malas, bahkan SANGAT MUNGKIN menjadi SANGAT TIDAK BER-PERASAAN. saya menjadi teringat dengan perkataan Svami Vivekananda, "Lebih Baik Melekat daripada Tidak Ber-Perasaan sama sekali", hal ini Beliau sampaaikan ketika beliau MERASA MENYESAL karena sebelumnya telah Mengabaikan (atau Men-cueki) seorang gadis penari ketika gadis penari itu mengajukan sebuah pertanyaan penting kepada beliau, mentang-mentang beliau adalah seorang Brahmana, lalu beliau Men-cueki pertanyaan2 penting dari seorang penari. AKHIRNYA beliau MENYESAL dan DATANG MENGHAMPIRI kembali gadis penari itu, lalu Menjawab pertanyaan2nya.
sikap CUEK itu muncul dalam diri beliau karena waktu itu beliau SEMPAT kehilangan pengendalian diri, karena merasa MUAK dengan para gadis penari. namun BERUNTUGNYA akhirnya beliau pun SADAR dan Kembali pada Pengendalian dan Kebijaksanaan Diri yang sebenarnya dengan berkata : LEBIH BAIK MELEKAT daripada TIDAK BER-PERASAAN sama sekali.
Anumodana Bhante 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
🙏🙏🙏Sadhu…. Sadhu…. Sadhu….
Semoga semua mahluk berbahagia🙏🙏🙏
Anumodana, Bhante Santacitto Thera, Ph.D., 🙏🙏🙏
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Terima kasih Bhante ....disetiap berkah Dhamma nya...semoga semua makhluk bahagia..
Anumodana 🙏🙏🙏
Anumodana Bhante, Semoga Semua Makhluk Berbahagia 🙏
Namo buddhaya bhante 🙏 🙏 🙏
Anumodana Bhante🙏,🙏🙏
Vandami Banthe 🙏 🙏 🙏
Objek yang dapat memuaskan 6 indera sekaligus adalah lawan jenis... Itulah tantangan terberat bagi yang ingin menjalani hidup selibat atau menjadi seorang petapa🙏
🙏🙏🙏
Sotti hotu Bhante...apa yg paling benar ..sehari hari nya kita hidup...harus dengan. Pikiran yg kosong tidak boleh mikir apapun...tindakan ini apa bisa membuat kita tidak ber reinkarnasi lagi Bhante
Vandami bhante, Anumodana, 🙏🙏🙏
Terima kasih.
TADI...SEKITAR PAGI ATAU SIANG...SAYA MEMBELI SUPER THANKS RP 100.000...TAPI "TERNYATA GAK MASUK KE SINI...PADAHAL PULSA SUDAH TERPOTONG"
YAH...GPP....
Ini...bukti pembeliannya....TAPI GAK NYAMPE.....WAKAKA❤
SAYA....COPY PASTE....BUKTI PEMBELIAN...."SUPER THANKS RP 100.000,- ....disini....TAPI DIHAPUS "MEREKA"
"APAKAH INI BAGIAN DARI (ILMU PSIKOLOGI) ...MEREKA???"
😂❤😅
Selamat pagi. Wah, berarti perlu hati-hati dg pembelian seperti ini. Tapi tentunya niat baik sendiri sudah merupakan kebaikan. Semoga UA-cam dapat memperbaiki hal-hal seperti ini.
NETRAL
ikut ngaji bante
"MERENUNGKAN" PENGLAMAN INDERA sebagai KEBAHAGIAAN adalah satu EKSTRIM.
dan "MERENUNGKAN" PENGALAMAN INDERA sebagai DUKKHA / PENDERITAAN juga adalah satu EKSTRIM yang lain.
tampaknya SAMA-SAMA EKSTRIM.
PADAHAL, yang TERPENTING adalah TANPA MELEKATI dalam "MERENUNGKAN" itu. Apakah Perenungan itu sebagai Kebahagiaan ataupun Dukkha, JIKA TANPA MELEKAT, maka "HASILNYA" tentu akan SAMA-SAMA KEBIJAKSANAAN.
- MENGGAPAI "KEBAHAGIAAN" Bukanlah PANDANGAN SALAH
- MENGURANGI "PENDERITAAN" juga Bukanlah PANDANGAN SALAH.
namun
- "MELEKATI" kedua-duanya SERINGKALI akan menimbulkan MASALAH, walaupun ini juga Bukan PANDANGAN SALAH, melainkan PANDANGAN YANG SERING MENIMBULKAN MASALAH.
Saya mengibaratkan :
- Perenungan terhadap Kebahagiaan itu adalah sebagai RANTAI EMAS
- Perenungan terhadap Penderitaan / Dukkha itu adalah sebagai RANTAI BESI
KEDUANYA SAMA-SAMA "RANTAI"
Sampai kita "MEMILIKI" dan "MENGGUNAKAN" "ALAT PEMOTONG" untuk kedua RANTAI itu, Barulah kemudian KEDUA RANTAI itu "BISA DILEPAS". "ALAT PEMOTONG" itu TIADA LAIN adalah : KETIDAKTERIKATAN yang PATUT untuk DIUPAYAKAN. DI DALAM KEMELEKATAN kita BERUSAHA untuk TIDAK MELEKAT. KEBAHAGIAAN ataupun PENDERITAAN/DUKKHA BUKANLAH sesuatu yang PATUT untuk DISALAHKAN ataupun DITAKUTI, melainkan "KEMELEKATAN" itulah. sama halnya dengan KELAHIRAN BUKANKAH sesuatu YANG PATUT DISESALI, demikian halnya dengan NAFSU KEINGINAN. Kita MEMBUTUHKAN "KEINGINAN" yang KUAT untuk sampai pada KETIDAKMELEKATAN. TANPA "KEINGINAN" yang KUAT maka MUSTAHIL ada UPAYA yang KUAT untuk LEPAS.
terkait dengan NAFSU KEINGINAN, saya "Melihat", BUKANLAH NAFSU KEINGINAN yang menjadi SUMBER DUKKHA, melainkan : TIDAK ADANYA UPAYA "PENGENDALIAN".
"API" YANG SAMA BISA MENGHASILKAN MASAKAN YANG SEHAT DAN BERGIZI.
"API" YANG SAMA JUGA BISA MEMBAKAR HANGUS SEISI RUMAH.
"AIR" YANG SAMA BISA MEMBERIKAN KESEGARAN DAN BERTAHAN HIDUP,
NAMUN "AIR" YANG SAMA JUGA BISA "MENENGGELAMKAN" DAN MEMBUNUH SESEORANG.
JADI, KUNCINYA ADALAH "PENGENDALIAN", ketika API dan AIR itu "TERKENDALI DENGAN BAIK", maka BANYAK TUJUAN dan MANFAAT yang BISA DICAPAI.
Terkait dengan KEMUAKAN,
Kemuakan yang tidak disertai dengan PENGENDALIAN atau KEBIJAKSANAAN juga BERPOTENSI menimbulkan Kebencian, Kemarahan, Kemrungsung, Rasa Jengkel, Rasa Antipati, Rasa Bosan, Rasa Menyerah, Rasa Malas, bahkan SANGAT MUNGKIN menjadi SANGAT TIDAK BER-PERASAAN. saya menjadi teringat dengan perkataan Svami Vivekananda, "Lebih Baik Melekat daripada Tidak Ber-Perasaan sama sekali", hal ini Beliau sampaaikan ketika beliau MERASA MENYESAL karena sebelumnya telah Mengabaikan (atau Men-cueki) seorang gadis penari ketika gadis penari itu mengajukan sebuah pertanyaan penting kepada beliau, mentang-mentang beliau adalah seorang Brahmana, lalu beliau Men-cueki pertanyaan2 penting dari seorang penari. AKHIRNYA beliau MENYESAL dan DATANG MENGHAMPIRI kembali gadis penari itu, lalu Menjawab pertanyaan2nya.
sikap CUEK itu muncul dalam diri beliau karena waktu itu beliau SEMPAT kehilangan pengendalian diri, karena merasa MUAK dengan para gadis penari. namun BERUNTUGNYA akhirnya beliau pun SADAR dan Kembali pada Pengendalian dan Kebijaksanaan Diri yang sebenarnya dengan berkata : LEBIH BAIK MELEKAT daripada TIDAK BER-PERASAAN sama sekali.