Dinamika Gaya Hidup Masyarakat di Hindia Belanda | FORUM KEBHINEKAAN #23

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 19 гру 2023
  • Kolonialisme Eropa di Nusantara meninggalkan banyak jejak budaya, seperti gaya hidup yang berkembang pada masa lalu. Gaya hidup ala masyarakat Eropa banyak ditiru, diterapkan, bahkan dipadukan dengan kebudayaan local Nusantara. Gaya hidup Eropa yang awalnya hanya dilakukan oleh pejabat-pejabat Eropa, kemudian ditiru oleh bangsawan-bangsawan local yang kemudian berkembang dalam masyarakat luas. Perkembangan selanjutnya terjadi perpaduan antara kebudayaan Eropa dengan kebudayaan local Nusantara yang lebih dikenal sebagai kebudayaan indis (Soekiman, 2011).
    Gaya hidup yang identik dengan pertemuan antara budaya lokal dan Eropa ini kemudian berkembang pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, seiring dengan terbentuknya kota-kota modern dan kelas menengah Eropa dan bumiputra. Bagi kelas menengah perkotaan, gaya hidup ini menjadi cara untuk menunjukkan identitas dan kelas sosial mereka, salah satunya tercermin dalam wujud pakaian (Nordholt, 2005), kuliner (Rahman, 2016), aktivitas wisata (Sunjayadi, 2019), dan olahraga (Kurnia, 2022). Selain bertalian dengan identitas, gaya hidup yang tumbuh di tengah formasi masyarakat kolonial juga berhubungan dengan lingkungan alam dan fauna, di mana kalangan elit seringkali mencari hiburan melalui aktivitas berburu (Boomgaard, 2008; Lubis, 1997), dan menikmati keindahan taman-taman, baik di lingkungan keraton, maupun perkotaan (Lombard, 2019). Lebih jauh lagi, dinamika gaya hidup yang terus berkembang di kelas menengah turut mendorong lahirnya produk-produk budaya seperti bahasa, arsitekteur, seni, adat kebiasaan, bahkan mentalitas sebagai efek dari kolonialisme yang telah berlangsung lama (Bhabha, 2023). Pada titik ini dapat kita ketahui bahwa perkembangan gaya hidup di tengah masyarakat Hindia Belanda memiliki begitu banyak spektrum yang menarik untuk digali lebih jauh lagi.
    Sambutan:
    Dr. Herry Jogaswara, M.A. (Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra - BRIN)
    Pengantar:
    Dr. M. Irfan Mahmud, S.S., M.Si. (Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah - BRIN)
    Narasumber:
    1. Hikmana Arafah Wiryandara, S.S. (Kelris Pengaruh Budaya Kolonial-Post Kolonial)
    2. Deni Sutrisna, S.S., M.Hum. (Kelris Pengaruh Budaya Kolonial-Post Kolonial)
    3. Paulina E. H. Nugrahini, S.Si., M.A. (Kelris Pengaruh Budaya Kolonial-Post Kolonial)
    4. Ida Ayu Megasuari, S.S.(Kelris Pengaruh Budaya Kolonial-Post Kolonial)
    5. Gendro Keling, S.S., M.A. (Kelris Pengaruh Budaya Kolonial-Post Kolonial)
    Moderator: Sri Chiirulias Sukandar, S. S
    ==========
    Tentang BRIN
    Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga negara Republik Indonesia yang diamanatkan untuk melakukan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi. BRIN dibentuk untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi nasional. Audio visual dengan ragam jenis yang ditayangkan di kanal UA-cam BRIN diharapkan dapat membuka ruang dialog antara sivitas BRIN dengan publik.
    ==========
    Ketahui lebih banyak tentang BRIN melalui:
    Website: www.brin.go.id/
    Twitter: / brin_indonesia
    Instagram: / brin_indonesia
    Facebook: / brin.indonesia
    Tiktok: / brin_indonesia
  • Наука та технологія

КОМЕНТАРІ •