Pak Dokter Kanker Itu Terjadi Karena Sel Mati Yang Menginfeksi,, Kenapa Jalan Keluarnya Malah Di Kemo Terapi Yang Justru Makin Membunuh Sel Yang Hidup??? Mengapa Msg Yang Tidak Ada Keterangan Berbahayanya Justru Dijadikan Kambing Hitam Atas Sel Kanker,, Dan Obat2an Kimia Yang Bertuliskan Dapat Merusak Ginjal Justru Menjadi Obat Kanker???
@@peoplepower563 Kenapa Nabi Muhhamad SAW Tidak Pernah Menganjurkan Cuci Tangan Dengan Alkihol?? Padahal Zaman Itu Ada Kharm?? Nabi Berkata karena aku tidak tahu satupun yang bisa menggantikan makanan dan minuman melebihi susu” (HR. Abu Daud 3245, Ibnu Majah 3321, Dengan Tegas Berkata Tidak Ada Makanan Dan Minuman Melebihi Susu,, Namun Kenapa Justru Susu Dinajiskan!!Kalau Kita Minum Obat Kimia,,,?? Kenapa Orang Yang Tidak Biasa Minum Susu Sapi Murni Dan Mencret,,, Mencret Dikatakan Sebagai Penyakit,,, Bukankah Itu Rahmat Karena Meminum Susu Efek Dari Membuang Racun????
Tahun 97 waktu kami baru menikah, isteri saya terkena typhus lalu dirawat di sebuah RS TD di jalan raya Pasar Minggu yang jadi rujukan asuransi. Isteri tengah hamil muda, dokter kandungan ikut mengobservasi kandungan. Terus terang tampilan dokter tersebut kucel dan gesturnya kurang menyenangkan. Hal yang mengagetkan kami, sambil memeriksa pakai stetoskop dokternya ngomong: "Ini janinnya sudah tidak ada, keluarkan saja sama saya murah kok cuma 11 juta". Membuat kalut, isteri ditengah sakit tambah stres dan sedih. Singkat cerita, setelah keluar RS kami mendatangi dokter kandungan lain untuk cross check. Hasilnya melegakan :"Ibu, ini bayinya sehat walafiat. Jangan berfikir macam2 ya supaya Ibu sama bayinya sehat". Sekarang anak putri kami sudah 25 tahun. Begitulah, kita harus brhati-hati dan banyak cari literatur. Di profesi apapun ada orang jahat.
Kebetulan sekali bahasannya. Sedikit Cerita, november kemarin bapak mertua meninggal karena lakalantas, tapi sebelum kematian beliau, banyak sekali terjadi keganjilan yang terjadi. singkat cerita, saya sedikit banyak mengetahui (atau setidaknya bisa disebut masih ingat buku yang pernah saya baca tiap maen ke gramed waktu sekolah dulu, hehe) soal bagian2 tubuh manusia. padahal saat itu kondisi beliau sangat kritis, beliau mengalami pendarahan otak yang parah karena sampai muntah darah dan mengeluarkan darah ditelinga, bahkan saya mengejek tempurung belakang kepala beliau (yang tidak di cek oleh tenaga medis saat itu) sudah terasa lunak seperti memegang kresek berisi jeroan ayam. penanganan sangat lambat, awalnya saya mengira lambat penanganan karena administrasi yang belums selesai, atau memang tenaga medis di rumah sakit tersebut kewalahan dan tidak sempat mengurus almarhum. tapi lama kelamaan, saya mulai suudzon, kalau umur beliau tidak akan lama, dan para tenaga medis, sengaja mengulur waktu untuk menangani beliau. beliau datang ba'da dhzuhur, tapi baru ditangani (itupun tidak intensif) pada waktu maghrib. bahkan ketika sudah dibawa ke ICCU, kami tetap gak mendapatkan kejelasan soal penanganan beliau seperti apa dari petugas medis, dalihnya, dokter yang bertanggung jawab malam itu, yang ahli dalam mengurus situasi pasien seperti bapak mertua saya, sedang libur. akhirnya beliau koma. lalu seperti yang dicontohkan pak guru, dokter dan tenaga medis lain seperti mengatakan beliau masih ada harapan hidup, hanya perlu menunggu dan berdo'a bla bla bla. lalu diberikanlah waktu kami untuk membesuk beliau di hari yang sama pada malam hari. saya masih bisa merasakan kaki beliau masih hangat, dan percaya kalau beliau masih ada harapan. setiap hari selama tiga hari menjaga, saya dan ibu mertua mulai merasakan ada keganjilan dari tempat tersebut, terutama ketika kami pihak keluarga, tiap kali memijit dan menyentuh almarhum yang klaimnya saat itu dalam keadaan koma, selalu diawasi dengan intens oleh semua petugas medis yang sedang bertugas. lalu kami berinisiatif menanyakan prosedur membawa pulang beliau. para petugas yang bertanggung jawab saat itu, berbicara berbelit2, muter2, lalu kami tekan, kami desak mereka untuk bicara yang sebenar-benarmya. ternyata, nada bapak mertua malam itu, memang sudah berhenti dan semua organnya sudah tidak berfungsi. Dan selama 3 hari itu, bapak mertua menjadi mayat yang didisplaykan seakan masih hidup oleh alat-alat medis. dan yang lebih bikin marahnya lagi adalah, setelah tidak jujur dan menyembunyikan kebenaran, kami mendapat tagihan yang besar untuk penggunaan obat-obata yang digunakan unttuk membuat nadi almarhum tetap berdenyut, padahal sebenearnya beliau sudah mati. sedih, miris, kaget, sekaligus marah saat itu. tapi ya saya berharap hal seperti itu tidak terjadi pada orang-orang yang lain. Amiin~~
Turut berdukacita sebelumnya pak. Bantu menjelaskan jadi ada yang namanya gagal organ. Nah organ vital dalam kehidupan ada 3, otak, paru, jantung. Nah jika salah satu berhenti seperti kasus lalulintas diatas maka kemungkinan sudah mengalami kerusakan berat. Jadi kasus gagal organ itu bisa membawa organ lainnya ikut gagal sampai terjadi gagal organ multipel. Nah memang dari segi kesehatan ngak boleh menggaransi hasil, yang boleh menggaransi standar tertinggi. Nah disini. Ada 2 persepsi ada yang berada disini. Pertama yang ingin selama ada harapan terus dicoba, kedua jika sudah berat maka akan diakhiri. Sekali lagi ini juga relatif. Karena pasien keadaan berat tidak dapat ditanyai karena tidak sadar, apakah dia ingin lanjut atau menyerah. Akhirnya diambil keputusan dari keluarga yang bersangkutan. Nah karena itu sebenarnya kalau ditanya apakah ada yang berhasil jawabannya ada walau persentase mungkin tidak besar. Ini sama seperti pijat jantung pada kasus henti jantung statistiknya 3/10 yang berhasil jika caranya benar. Masalahnya kita nfak pernah tahu ini sudah waktunya atau belum karena itu kewajiban petugas kesehatan adalah mencoba selama masih ada kesempatan dan pasien/keluarga yang memutuskan lanjut atau tidak.
@@mrtampan9665 anak2 beliau memang inginnya seperti itu, tapi ibu mertua tak mau lebih panjang karena tidak mau, karena mungkin juga sudah lelah dengan masalah pihak penabrak, jadinya ya ikhlaskan saja
Saya apoteker RS bagian pembelian, saya akui stres dibagian ini karna dokter kadang sudah minta "sesuatu" sama medrep dari perusahaan X, kemudian medrep tsb ngejar² minta saya untuk order obat mereka, pdhl sebenarnya RS nggak butuh² banget obat mereka, selalu mereka bilang "tolong lah mba tambahin orderannya buat nutup bulan ini, kan saya udah ngasih ini ke dokter ini",,, saya stres karna tiap hari dikejar² mereka, disuruh nambah order lah, mau masukin obat baru lah, dokter nya iya iya aja Kadang kasian pasien cuma sakit sepele tp dikasih obat banyak banget demi nutup stok mereka,, Rumah saya sampe dicari cari sama medrep, pdhl yg menerima "sesuatu" dokternya tp yg dikejar kejar saya 😭 Sebenarnya medrep jg nawarin kalau saya minta apa² ngomong aja, tp saya gak mau, karna males pasti nanti harus ada timbal balik nya, tp kalo mereka dateng bawa jajan ya tak terima,
tahun kemarin saya hampir masuk jadi medical representative, di perusahaan yg lumayan ada nama. setelah dipikir pikir gajadiiii, padahal udah ttd kontrak. ngerasa bersalah sih, tapi yasudahlah
Konten video ini mengingatkan pada salah satu materi kuliah saya dulu, white collar crime, dengan studi kasus bidang kedokteran. Saat itu dosen saya yang notabene seorang dokter menjelaskan secara terperinci penyelewengan apa saja yang terjadi di dunia kedokteran. Pelik memang, tapi itu fakta yang tak terbantahkan.
Tak perlu heran kalo orang2 pada berobat keluar negeri.. Paman saya, di Indonesia sakit jantung obat sampai 6-7 macam.. berobat ke Penang, obat cuma 3 macam.. disini mau ngobatin pasien atau jualan obat? Hahaha.
Di amerika sudah rahasia umum kalau dokter banyak yang berperan sebagai sales obat, bukan konsultan murni. Di Indonesia lebih hebat lagi seharusnya. Karna penghasilan dokter umum relatif kecil, maka beberapa ada yang berbisnis (buka klinik, apotek, dll) sehingga dia bikin rekomendasi obat, sekaligus jual obatnya. Menurut saya jangan lagi melabeli pekerjaan apapun dengan label mulia, atau tidak mulia. Dokter bisa jadi pekerjaan mulia, maupun pekerjaan yang kotor. Begitu juga pengacara, hakim, arsitek, guru, dll. Yang ada adalah orang yang mulia, dan orang yang jahat.
Sebenernya semua aspek kehidupan kita pasti tersentuh permainan kotor,bahkan ditingkat RT,hanya gulung kabel di pos ronda harus mengeluarkan budget 6 bks nasi padang.
bukan hanya dokter pak guru,,, bahkan calon dokter juga hampir sama,,, pernah diceritain oleh orang kesehatan,, banyak mahasiswa potensial yang dibiayai oleh perusahaan farmasi dengan imbal balik ketika sudah menjadi dokter harus bisa menjual produknya dengan terget tertentu
Hmmmm. Sebenarnya bukan seperti ini sih Bu. Jadi gini. Pertama beasiswa bisa berasal dari siapa aja. Masalahnya lebih ke sudut pandang. Penjualan produk tadi itu memang sudut pandang marketing karena itu sepertinya ibu mendapatkan info dari pihak marketingnya. Realita di lapangan. Oknum mungkin ada tapi yang menggunakan sesuai indikasi sangat banyak. Intinya hati2 menerima informasi terutama jika 1 arah dan tidak ada pembandingnya.
Kita harus terpaksa mengakui bahwa itu terjadi di semua profesi . Sekalipun profesi jukir pasti ada nakal2nya. Hanya nominal dn dampaknya saja yg beda2 level.
Ternyata bukan hanya guru juga. Siswanya juga sering plagiat. Sering menyontek. Bukan hanya para politikus saja ternyata rakyat Indonesia juga mau menerima sogokan Saat pemilu. Maka ini sbenarnya kejahatan manusia. Bukan profesinya. Disgala profesi slalau ada sisi gelap nya
@@Rkap_Oz Kalau mau perbandingan, sebelumnya, saya dari bidang seni ya jadi mungkin kurang relevan, tapi, di bidang seni, banyak sekali beasiswa yang sifatnya demikian... dalam arti, bersifat seperti kontrak, memberikan beasiswa dengan imbalan "menjual" produk dari pemberi beasiswa, . permintaannya minimal mengiklankan produknya pada setiap kali pameran atau konser. Sekarang, kalau di seni terbukti demikian, siapa yg dapat menjamin di kedokteran tidak demikian juga?
Ya emang kelicikan di dunia kesehatan bener adanya, namun kalo kita debatkan hal ini sama orang2 yg selalu positif thinking ya suka diketawain dan dibully. Jadi cukup meyakini diri sendiri aja hhi
Bener bang di jakarta setiap ibu-ibu yg melahirkan di rumah sakit pasti di sesar dengan alasan yg aneh-aneh, istri saya pernah di vonis ga akan bisa lahir normal dan harus sesar, tp saya ga percaya saya bawa ke pukesmas Alhamdulillah bisa normal, ketika saya membagikan pengalaman saya di kolom komentar di medsos, saya di buly habis habisan
Terimakasih gugem. Sebagai calon ners (perawat), tidak pernah terlintas ide untuk meraup pendapatan dari cara seperti itu.. saya rasa salah satu solusinya adalah edukasi. Muncul niat untuk menjadi youtuber edukator kesehatan dari keilmuan keperawatan. Mohon doanya semoga segera berkembang & banyak memberi manfaat. Terimakasih
Inget keluarga bro kalo ambil langkah medis di indo masih banyak salah diagnosis makanya di indo kita butuh 3 hal keluarga dokter pengacara dan pejabat 😂😂😂
Tp ada yg kita sering lupakan, "Siapa yg memperhatikan hidup dokter?".. Klrg sy ada yg dktr. Di tengh2 jm kerjny dia lari ke LabKes. Balik lg ke tmpt kerj utk menyelesaikn tgsny.Pernah d tngh jln menuju Lab, Krn macet dan kecapekan dia "blank". Sampai 3 x mngalami hal yg sama. Akhirny dia di ijinkn kerja yg hny 2x dtg k RS dlm seminggu..Utk mengatasi kebutuhan ,Alhamdulillah, Alloh kasih jln keluar. Skrg hdpny lebih tenang. ( Ini contoh hdp seorng dktr yg tdk mau kongkalikong) dan sanggup hdp sederhana)
Betul kang, sekitar th 2000an sy pernah bekerja sebagai detailer obat di salahsatu farmasi besar, hanya bertahan 2 tahun resaign karna tdk tahan dg sistem penjualan spt itu nurani berontak, namun hikmahnya utk keluarga sendiri ketika berobat selalu menggunakan generiknya daripada obat paten yg diresepkan krna kualitas dan efeknya sama saja, namun harga jauh lebih murah 😊
Tergantung sih pak. Karena ada beberpa yang ngak bisa diganti. Misalnya gini dalam kimia kita mengenal istilah miroring, rantai trans dan cis. Nah rantai ini, butuh waktu dan sumber daya jika ingin kemurnian diatas 50 persen atau persentase yang diinginkan. Sedangkan versi generiknya bisa memiliki kemurnian dibawah 50 persen. Biasanya ini pada obat-obatan penyakit jantung. Jadi maunya cepat sembuh malah lama. Jadi sangat hati2 jika ingin mengganti obat karena efeknya bisa berbeda dalam kasus-kasus tertentu.
@@spamberuang2367 intinya harus diselidiki pak. Karena yang bersih masih banyak bahkan mungkin jauh diatas yang kotor. Masalahnya sama seperti bidang lain. Banyak yang mengeneralisir karena merasa "putus asa"
@@FrancisDoubleA masalahnya gini pak. Ngak semua obatnya itu. Kenapa ada obat diluar yang bapak sebutkan karena itu obat dari banyak penyakit bukan semua penyakit. Intinya frasa ".., kecuali kematian" bisa diartikan kalau itu obat selain keadaan berat. Soal "kimia" itu kenapa kita belajar sejak SMP pak. Alasannya karena dulu masyarakat dilarang belajar karena kalau pintar sulit dijajah. Nah itu sekarang sisanya masih ada. Cenderung konservatif berlebihan dengan menolak apa yang sebenarnya baik baginya dan mengatakan semua yang asing baginya sebagai "kimia-wi". Padahal air minum sendiri itu zat kimia.
Bertahun2 kerja sbg assisten kepala gudang di gudang farmasi ternama dan ya memang seperti itu bisnis nya...yg penting cuan...maka nya ada kejadian "malpraktek" bisa jadi obat yg harusnya tidak di resepkan malah di resepkan juga oleh si dokter agar stock obat nya habis....pernah juga saya niat nya mau mutasi barang injeksi dari available ke bad stock karena ED dekat eh tapi ada instruksi dari tim promosi bahwa barang tsb mau di jual ke salah satu RS besar dgn harga diskon....btw saya udah resign🙏
Saran saya adalah untuk mengatasi suap dokter adalah, tetap berkonsultasi kepada dokter tapi mengambil obat versi generiknya atau alternativenya dari nama obat yang diresepkan oleh dokter. Contohnya: Dokter meresepkan Amoxsan 500 mg 10 Kapsul seharga Rp 36.000. Alih2x membeli Amoxan, anda membeli versi generiknya Amoxicillin seharga Rp3000,-.
Alternatifnya gunakan asuransi. Karena gini tips ini ngak selalu tepat. Jadi gue pernah dapat kasus ini, pendahuluan di kimia SMA pasti pernah belajar rantai cis dan trans. Nah, ada pasien jantung yang butuh obat yang butuh rantai tertentu di atas 50 persen. Masalahnya kenapa obat yang di resepkan lebih mahal karena proses pemurniannya butuh waktu dan sumberdaya. Sedangkan versi generiknya dibawah 50 persen. Jadi efek yang dibutuhkan tidak tercapai. Ini kenapa tips ini tidak selalu tepat.
Itulah yang terjadi jika profesi dijadikan alat untuk cari materi bukan ke profesionalitasan, maka apapun jalannya, merugikan yang lain atau tidak tetap dilakukan. Bukan hanya dokter, polisi pun juga, konten kreator pun juga. Jadi bukan profesinya, tapi untuk apa profesi tersebut, apakah untuk membantu sesama umat, apakah karna emang suka melakukan profesi itu atau apakah karna itu tadi, untuk ngejar materi.
Terimakasih pak guru. Saya mengambil kesimpulan "Mari hidup sehat, makan makanan sehat. Krn hidup sehat sekarang lebih murah dari harga obat waktu sakit"...
Saya waktu umur 7 thn perah jga kena penyakit kuning (istilah di kampung ku) tapi ga ke dokter cma diem dirumah ga boleh makan yg ber minyak , semua direbus sama suruh makanun gula aren sama Tutut ( sejenis keong kecil ) puji Tuhan sembuh sampai skrg udh umur setengah abad lebih
Yah memang begitulah Pak Guru, tapi seringkali kita nggak punya pilihan lain. Kita sakit, ke dokter, minum obat, dsb. Kita lakukan semua karena kita sebagai pasien percaya bahwa dokter adalah orang yang ahli / berilmu. Sampai tahap ini kita hanya bisa percaya dan berpikir positif. Namun seperti profesi lainnya, tetap ada oknum yang menyalahgunakan kepercayaan client-nya. Jika ini yang terjadi, maka kemungkinan besar kita tidak bisa apa apa. Namun bukan berarti sang oknum akan lepas dari tanggung jawab. Karena pada akhirnya, semua yang kita lakukan akan dimintakan pertanggung-jawaban.
Bang jujur saya adalah orang yang sakit sakitan san selama saya sakit saya selalu periksa ke dokter dan saya sudah minum ribuan pill dari dia dan kemudian dokter itu meninggal lalu saya sekarang cukup menjaga kesehatan saya dengan olahraga dan makan yang bener dan saya alhamdulilah gak sakit sakitan lagi Yang jadi pertanyaan nya kenapa itu dokter dsri dulu gak ngomong kalo masalah sebenernya itu gara gara saya salah dalam menjaga pola makan dan aktivitas saya? Apakah sebenarnya mereka meng eksploitasi ke tidak tahuan saya? sekarang badan saya rusak gara gara minum banyak obat obatan itu
Kejujuran itu barang langka Pak Guru , di semua bidang bahkan di lembaga yang seharusnya adalah panduan moral ( yg kita yakini adalah sumber kebenaran) sll ada orang" yg memanfaatkan utk kepentingan pribadi atau golongannya. Bahkan mungkin ada kasus mal praktek yg tdk ketahuan Krn kita ini awam yg tdk terungkap. Tapi kita dak bisa melepaskan diri dari semua itu Krn kita butuh. Itulah " dunia". Semoga Pak Guru dak di somasi pihak" yg disentil.
Sebenarnya ada baiknya materi kontroversial seperti ini dibuat dengan orang-orang yang memang kompeten menjawabnya. Karena konspirasi tidak hanya lahir karena memang ada masalah, tapi sudah diklarifikasi atau tidak diklarifikasi sehingga sekalipun akar masalah selesai dan diketahui masih ada yang terprovokasi dan salah paham.
Bapak saya covid, masuk RS keadaan masih sehat. Nyetir sendiri, makan sendiri, ketawa ketawa. Intinya seperti tidak sakit. Tapi malah semakin parah di RS tersebut, tiba2 RS menelfon kami untuk tebus obat seharga 450 jt. Obat tidak bisa ditebus, bapak sekarat, tetap wajib cuci darah 150 jt. Akhirnya meninggal. Dokter malah salahin kami, bapak sampai sekarat karena tidak membeli obat tersebut. Hebat kamu dok! Hebat RS tersebut! Maaf, anak saya terserah mau jadi apa, walaupun nanti dia ada kemampuan, tapi jangan jadi dokter. Trauma tidak bisa hilang perlakuan dokter ke alm bapak saya.
Sebelumnya emang udah sering cuci darah ? Kalo udah yaa brarti emang kondisinya sudah tidak baik kan ? Tapi untuk obat sampe 450jt ngk ngotak sih. btw tetangga saya ada yg kena ginjalnya tiap beberapa minggu cuci darah gitu tetapi di tanggung BPJS.
@@hargo2582 bapak saya tidak pernah cuci darah sebelumnya. cuci saya maksud, bukan cuci darah biasa seperti pasien gagal ginjal. Nama tepatnya convalescent plasma. Bahkan setelah bapak saya meninggal saya masih suka baca baca tindakan medis tersebut. Convalescent plasma ternyata juga belum dianggap efektif sepenuhnya untuk pasien. Itu saya bayar hampir 150 jt. Diluar semua tagihan dan tindakan medis lainnya. Obat 450 jt itu namanya GAMARAS. Kami sudah mohon untuk bisa dicicil, tapi tidak boleh KHUSUS 1 PAKET DAN SEGERA.
Alhamdulilah, sepanjang istri jadi dokter, belum pernah sekalipun kerjasama dengan farmasi. Doakan saja tetap terjaga.. Secukupnya cari rezeki, sedang kesehatan adl rizki terbesar. 🙂
Sebagai dokter saya rasa permasalahan ini memang pelik dan jawaban nya harus sistematis bukan sekedar hati nurani. Hal yang paling mudah dilakukan untuk saat ini adalah edukasi tapi secara lebih menyeluruh, agar pemahaman nya tidak setengah setengah. Menurut saya pembahasan ini bagus untuk mencerdaskan orang orang terkait kesehatan. Walaupun ada beberapa poin yang saya kurang setuju dari video ini. Untuk kedepannya saran saya bisa dilakukan pembahasan bertemakan seperti ini lagi dengan didatangkan narasumber yang memiliki expertise dalam bidang ini seperti mungkin narasumber dari IDI. Terimaksih Guru Gembul untuk pembahasan nya suskes selalu.
Saya juga pernah bersinggungan dengan hal seperti ini. Ada orang kaya minum obat generik tp tidak sembuh. "Mungkin malas minum obat" Dan ketika di beri resep obat paten yg mahal beberapa waktu sembuh. Trik obat mahal cenderung masuk kepikiran pasien ketimbang obat murah. Mungkin sugesti atau sayang obat mahal gak diminum. Dan untuk praktek suap untuk tujuan seperti pembahasan saya sangan tidak setuju. Tp pak @gurugembul coba diskusikan ini dengan orang yg kompeten. Dan diupload ke chanel ini. 🙏🏻🙏🏻 saya bukan dokter tp kejadian itu saya yang antar pasien ke dokter dan rumah sakit.
Sekitar 1 atau 2 tahun yang lalu, saya melihat film animasi di televisi, entah apa judulnya, tapi yang masih saya ingat film itu menceritakan tentang negeri konoha. Diceritakan di film tersebut ada wabah penyakit sedang menyerang rakyat mereka, namun ada seorang penasihat bernama Teiwan yang berkata bahwa rakyat tidak perlu kuatir karena wabah tersebut tidak berbahaya. Ternyata penasihat lain bernama Lou memiliki cara berpikir beda, Lou melihat peluang bahwa wabah ini dianggap bisa memberikan keuntungan finansial bagi kelompoknya jika ada ramuan yang bisa menyembuhkan/mencegah penyakit itu. Akhirnya penasihat Lou berencana untuk menawarkan kepada raja agar segera membeli ramuan dari negara lain untuk dibagikan secara gratis kepada rakyat. Penasihat Lou berkata "baginda raja akan terlihat lebih mulia apabila membagikan ramuan gratis kepada rakyat". Raja pun setuju namun dia bingung dan bertanya, "apakah memang wabah penyakit ini sudah ada ramuannya?", penasihat Lou pun menjawab "tidak penting ada atau tidak ramuan yang manjur, yang paling penting adalah baginda raja memperoleh kemuliaan dari rakyat". Rajapun tentu setuju akan rencana itu dan penasihat Lou merekomendasikan kepada raja untuk mengutus penasihat Tou mengurusi pengadaan ramuan. Raja memerintahkan penasihat Tou untuk mengunjungi pengrajin ramuan di negari lain, pengrajin tersebut diminta untuk membuat ramuan dalam jumlah besar. Pengrajin tersebut merasa sangat senang, sehingga dia memberikan komisi kepada penasihat Tou karena bersedia datang dan memberikan kesempatan memproduksi ramuan. Tentu penasihat Tou menjadi senang, karena jumlah uang yang diterima tidak sedikit. Di sisi lain penasihat Lou melihat bahwa penasihat Teiwan harus disembunyikan keberadaannya dari rakyat; kalau dia terus memberikan motivasi, bukan tidak mungkin rakyat akan menolak minum ramuan yang akan dibagikan oleh raja. Akhirnya sejak saat itu setelah berkonsultasi dengan raja, penasihat Tou berhasil mengasingkan penasihat Teiwan sehingga keberadaannya tidak diketahui oleh rakyat. Sepulang mengunjungi pengrajin ramuan, penasihat Tou menemui penasihat Lou, dia menyampaikan berita gembira tentang komisi yang diterima. Akhirnya kedua penasihat sepakat untuk membagi komisi tersebut. Lou berkata "kau lihat kan bagaimana wabah ini bisa kita manfaatkan untuk mendatangkan keuntungan bagi kita berdua?", Tou menjawab "Lihai sekali kau melihat peluang ini". Lou melanjutkan "Aku bahkan bisa membuat kita mendapatkan keuntungan lebih sering" dan Tou langsung merespon "Bagaimana caranya?". "Kita berikan nasihat kepada raja bahwa wabah misterius ini harus dihadapi dalam jangka panjang, oleh karena itu ramuan harus diberikan secara rutin", Tou pun memotong lagi "Aku paham, jadi kita harus berikan ramuan ini secara berkala sehingga kita semakin sering mendapatkan komisi", Lou merespon kembali "Nah, kau tahu kan? hahaha". Akhirnya setelah itu raja memerintahkan setiap tabib yang ada di negerinya untuk membagikan ramuan kepada rakyat, setiap orang yang menerima ramuan itu harus dicatat. Apabila tidak mau meminum ramuan itu, seorang tidak boleh pergi kemanapun karena takut menularkan penyakit kepada orang lain. Konon season 2 dari film ini menunjukkan bahwa penasihat Lou dan Tou merencanakan untuk mendatangkan kembali wabah baru, agar dia terus memperoleh komisi dari pengrajin ramuan. Itulah cerita di negeri Konoha yang menjelaskan bahwa kesepakatan gelap tidak hanya dilakukan oleh tabib dan pengrajin ramuan, tapi para pejabat juga melakukan hal yang sama namun dalam perjanjian resmi. Jadi itu review singkat film animasi "Once Upon in Konoha" semoga terhibur.
Saya dulu bekerja di salah satu perusahaan farmasi ternama, sempat terheran2 saat tau boroknya dunia kesehatan, parah dan kejam menurut sy.. ada dokter yg baik kok (sebagian kecil, kecil sekali 😂)
Cuma masalahnya gini, mereka kan lebih berilmu dalam hal tsb, jd kita yg awam ini klo mau bongkar atau menolak ketika akan "dimainkan" ujung2nya ntar dibalikin "Kami ini dokter lebih paham", dan kita yg awam ini mana tahu klo dia sedang berbohong atau tidak, krn mindset kita "dokter lebih ngerti". Temen saya sampe debat sama satu dokter gara2 gak mau istrinya lahiran caesar, debatnya sengit sampe kesel dokternya, sampe ngatain temen saya "Kamu jangan sok tahu!" Akhirnya pindah dokter bisa normal dan apa yg ditakut-takuti dokter sebelumnya nggak kejadian, ya berarti kesimpulannya, dokter sebelumnya ngotot krn pengen pemasukan yg lebih besar dari caesar.
saya dulu SD juga divonis Hepatitis B, ceritanya serem2 tapi alhamdulillah sampe skrg punya anak masih dikasih umur dan HBSAG saya juga sudah normal. Dulu cuma disuruh minum temulawak & susu khusus penderita hepatitis. Obat mah bisa diitung gak banyak2 bgt.Tapi makin dewasa makin paham juga ttg kongkalikong sales perusahaan farmasi & dokter utk ngeresepin obatnya. Klo dirawat di RS juga setelah balik dr ruang paling angker di RS yg paling banyak dikeluarin justru buat obatnya. pdhl dikasih obatnya gak seberapa banyak. Tapi sales obatnya juga rata2 hidupnya enak krn gajinya juga gede2. Nyatanya bisnis RS itu bukan niat mau nolong org, tapi mau morotin org sakit. Gak perlu tes darah disuruh tes darah, dan ini itu lainnya. Oknum2 nya sama gendhengnya sama instansi2 lain. wkwkwk Semuanya kembali lg ke masing2 manusianya aja sih, gak semua bisa digeneralisir buruk semua, atau baik semua.
Di Indonesia: 1. Biaya pendidikan dokter mahal. 2. Dokter cenderung merasa Eksklusif, sehingga "sering meremehkan" profesi lain. 3. Ketimpangan gaji/pendapatan Dokter dan tenaga medis lain (perawat,bidan,dll) menurut saya juga parah. 5. Terlalu super power nya organisasi IDI
2th terkahir ada 3 chanel yt yg sering aku tonton dri yt Guru Gembu, Prof Renald Khasali, dan yg terkahir chanel 1Persen. Dari situ bnyak bgt ilmu yg aku dpet dan gk nyangka secara perlahan bnyak hal positif yg aku rasain jika dibanding sbelumnya.
Ga cuman itu, banyak oknum penegak hukum selain kepolisian (hakim, jaksa sm pengacara), Aktivis (Great Thunberg, Veronica Koman, Gilbert Baker (rest in hell)), Bankir (Rothschild clan), Pejabat Pemerintahan (DPR sampe Sekjen Perserikatan Bangsa-bangsa), Ilmuwan, dll yang berbuat kejahatan demi kepentingan pribadi menyebabkan MATINYA KEADILAN yang harus dihancurkan di antara 8 miliar umat bumi hanya menyisakan orang paham Nihilisme, Absurdisme, Apatisme yang membuat keadilan sendiri karena pengalaman traumatis
Jadi ingat anakku ketika kuliah di bandung, dia sakit yang menyebabkan mulutnya penuh sariawan sehingga sulit menelan. Dibawa ke dokter yang gelar dr profesor. Anak saya di diagnosa kemungkinan flu hongkong apa singapura, membuat yang denger jadi keder akhirnya diresepkan obat lalu ditebus. Tapi engga pernah diminum. Anakku sembuh, qadarralah atas ijin Allah aku urus dengan minum juice selama 3 hari, banyak minum air putih hangat. Makan bubur, dan sayuran. Alhamdulillah sembuh gak jadi deh diteropong biintang sama dr profesor itu.
Sangat² merugikan masyarakat ,Ini memang nyata. Sales obat sering ikut antri bersama pasien dirumah sakit. Terima kasih pak guru sudah berani SpeakUp untuk perbaikan negara ini
Yg ikut anrri dengan pasien, kalo dulu bukan sales obat namanya. Tapi medrep (medical representatif), tugas utamanya adl menjelaskan / mengingatkan kandungan obat dan cara kerja obat tertentu ke dokter. Kalau sales obat biasanya kunjungamnya ke bagian pengadaannya atau apoteknya. Medrep itu dibawah perusahaan farmasi. Kalau sales obat itu dibawah distrubutornya. Tp memang tugas medrep yg aslinya begitu, seringkali berubah, antri hanya untuk minta ttd kunjungan, atau mengingatkan dokter dengan target yg disepakati sebelumnya, pencapaian sudah brp...
Begini pengalaman saya Pak Gembul. Di jaman BPJS seperti saat ini, hampir semua obat itu "deal" nya bukan sama dokter lagi, tapi sama apoteker yang pegang di rumah sakit, atau sama manajemen rs. Itupun harus e-katalog. Kalopun ada pasien yang diberi obat paten/mahal atau apapaun diluar obat BPJS, itu adalah pasien umum atau asuransi diluar BPJS. Dan di jaman sekarang, pasien non BPJS bisa request ke dokter untuk pake obat jenis apa, paten bisa atau generik saja. Tapi obat generik yang diberikan di praktek-praktek umum itu-pun ada yang perusahaan farmasi yang jualan pak, dan harganya juga ga murah. Sekarang kalo mau perbaikan dan kurang di hilight oleh bapak gembul menurut saya; 1. Mulailah dari perusahaan farmasi. Pemerintah keluarkan regulasi untuk dapat menekan ongkos produksi obat, atau ongkos impor obat dari luar negeri, sehingga obat bisa lebih murah dan terjangkau. Obat yang kadung sudah mahal dari farmasi, ketika di jual di apotek itu dinaikin lagi untuk dapat margin keuntungan apotek. Bukan dokternya. 2. Iming-iming atau suap atau imbalan apapun namanya, seperti supply and demand. Saya berkeyakinan, dokter jika bener dan berhati nurani, selama tidak ada kesempatan di iming-imingi dengan, contohnya: Laki-laki tegap dan berbulu seperti di video 😂, Insya Allah ga akan terjadi. Karena banyaknya obat yang serupa/sejenis tapi yang bikin banyak perusahaan, makanya ada kompetisi, disinilah akhirnya perusahaan farmasi pasang "iming-iming" agar obat dari perusahaannya dipake oleh dokter. Solusi buat ini, larang perusahaan farmasi menawarkan imbalan. Tawarkan obat ke dokter, terserah dokternya mau pake atau tidak. Depkes buat aturan, ini obat A, B, C yang boleh dipake. selain itu tidak. Dokter sebagai user, ya pasti nurut aja. Tulisan ini bukan pembelaan saya sebagai dokter. Memang benar ada praktek-praktek seperti disebut diatas. Tapi ya kalo jaman sekarang, netijen bilang itu namanya oknum. Dan namanya oknum itu ada di institusi mana-mana, di profesi mana-mana. Tapi yakinlah, masih lebih banyak dokter yang bekerja dengan niat ibadah, nolong dan bantu pasien. Kalopun dari situ, dapet jasa itu bonus dunia. Mohon jangan dibully, terimakasih. 😄
poinmu bagus bro,setuju,tapi kebanyakan org indo lebih suka bad news,trmasuk adminnya guru gembul ini,cuma liat dari satu sisi,mauku dia juga bahas guru2 yang bocorin soal,uda rahasia umum juga guru2 mainan begitu 😀
10 tahun yang lalu bapak saya di lakukan prosedur yang membuatnya sakit keras dan meninggal 7 tahun yang lalu. Mungkin kisah ini tidak akan saya buka karena aib dan ketidakjelasan sumber yang mendukung pengalamanku. Terimakasih Gugem yang berani bahas ginian walaupun kasus dokter jarang diungkit dan dibahas di media sosial.
Saya baru saja kejadian 2021 lalu, bapak meninggal karena covid. Masuk RS sehat seperti tidak sakit, masuk RS pun inisiatif agar tidak menular ke keluarga. Anehnya di RS setelah 2 minggu menjadi parah hingga meninggal. Sebelum sekarat dokter meneflon saya untuk membayar obat seharga 450 jt dan belum tindakan lainnya.
Aku dukung kamu brother, kasus mereka jarang diungkit dikarenakan mereka di backing sama Mafia obat wkwkw.Biar orang gak jujur ntar ada balasannya.Sehat selalu ya kawan🥰👍
Dulu ada film Amerika tentang Med reps dan dokter, yang dibungkus cerita romace. Judulnya “Love and Other Drugs” Ya film itu fiksi, tapi penggambaran konteksnya kuat, seperti film Avatar yang ingin berargumen soal kelestarian alam. Dan dari yang saya pernah baca, ganja medis baru bisa legal di Amerika belom lama itu karena takanan industri farmasi. Sebelom ganja medis dilegalin, obat tidur, anti-depresan itu banyak diresepkan dan dikonsumsi orang Amerika. Kalo di Indonesia, ganja medis juga bakal sulit. Yg nentang 2: industri farmasi, karena bisa menggerus pasar mereka. Dan yg kedua mungkin: polisi. Karena kalo udah legal, tar gak ada tangkepan lagi. Gak ada duit sogok lagi.
Guru coba bongkar praktek eksploitasi tenaga kerja training/PKL/SPG yang di hotel khususnya terjadi pada siswa SMK perhotelan. Mereka dipaksa untuk "bekerja" tanpa dibayar selama 6 bulan hanya untuk mendapatkan sertifikat. Setelah mereka lulus belum tentu mereka direkrut oleh hotel tersebut, bahkan yg udh punya sertifikat pun peluang menganggur nya masih tinggi
Siswa SMK? Sepupu saya saja yang kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta pas PKL di hotel tidak digaji, emang parah, saya sempat kasihan melihatnya
Kalau magang/PKL apakah ada aturan wajib perusahaannya beri gaji? Setahuku tidak ada sih. Jadi tergantung perjanjiannya dengan perusahaan apakah siswa yang magang itu dapat bayaran atau tidak.
kalo dijadikan film, bakal booming jg. misal terkait kasus covid. 1. mewajibkan setiap org harus suntik vaksin, pasti biar anggarannya cair 2. jumlah yg kena covid tdk manusiawi, bahkan yg kena batuk pilek biasa, dicovidkan. penyakit ringan apapun dicovidkan biar dananya turun. 3. jumlah meninggal krn covid, kemungkinan bukan krn covid, melainkan krn "perlakuan khusus". 4 . jenasah yg tdk boleh dimandikan, krn organ dalamnya sudah diambil sewaktu masih segar, untuk menghilangkan bukti 5... 6...
Untuk diriku dimasa depan, dikala kau udah lulus dari pendidikan dokter janganlah kau buang rasa kemanusiaan mu demi sebatas uang.. Agak miris emang liatnya kalau mau di bongkar mungkin bisa lebih dari ini tapi saya gak bakal banyak ngomong karena gak tau fakta dan buktinya kayak gimana, well dari pada menduga duga mending berdoa semoga di beri keselamatan dunia dan akhirat Aamiin
Trmksih kang guru sudah menyuarakan tentang jerat hitam medis ini. Saya Sudah Sadar ini dr 2010an. Sy yakin bnyak yg Sudah Lama sadar juga tp Tidak berani/ Tidak punya corong untuk speak up. Tau sendiri kan?! Ga perlu heran Dokter2 bnyk yang Kaya2, apalagi bnyk dokter bedah, gmpang sekali buat bedah bongkar2 pasien. Krna pasti butuh bnyk obat dan obat pendamping. Ini serius kejahatan kejam, karna demi cuan korbannya gak tanggung2. Bs miskin sekejap atau jd komplikasi. Trimakasih Guru gembul untuk Mewakili menyuArakan kebenaran. Sehat selalu kang Semoga golongan2 yg tersebut di video, suatu saat kena Bala sampe turunan2 nya
Saya belum nonton tapi saya apresiasi tinggi untuk tema saat ini.. Bisnis Kesehatan!!!!!! Manusia jahat,,gak takut apa dengan Azab kubur???siksaan kubur!!!!
Semua untuk keuntungan semata .. mencari keuntungan sebesar besar nya , Uda jrg Tim medis yg tulus.. yah begitulah sebenar nya apa yg dikatakan guru gembul👍 Ayoe suarakan kebenaran
Saya sebagai Marketing Farmasi Paham akan hal ini, memang banyak oknum dokter Seperti itu tapi banyak juga dokter yang Punya integritas. Dan saya Bersyukur bisa bekerja di profesi ini, karena saya bisa tau saat dokter memberi kan resep obat yang tidak sesuai atau memberikan obat paten yg harganya mahal, saya bisa menukar resepnya di Apotek lain dengan obat² generik yg harganya lebih murah dan tidak menebus obat yg saya rasa tidak sesuai dengan diagnosa penyakitnya. 🙏🏻
Hati2 untuk kasus tertentu seperti pengobatan penyakit jantung. Karena obat yang berbeda bisa memiliki kemurnian yang berbeda sehingga efek yang diharapkan malah tidak tercapai. Jadi maunya cepat malah jadi lambat.
@@semuaderitaku menurut bapak? Hehe Karena itu saya ingin meluruskan beberapa kesalahpahaman. Jadi nanti di akhirat kalau ditanya mengenai hal ini saya sudah bisa menjawab kalau saya sudah berusaha meluruskan informasi sebanyak mungkin yang saya bisa pak. Sisahnya kembali ke pada Allah, karena saya punya kewajiban lain selain memantau dan menjawab misinformasi. Semoga bermanfaat
Keluarga, teman, tetangga, bahkan diri sdr pernah dan sering alami hal yg sama spt pak guru ceritakan, praktek mafia gurita raksasa dibidang ini sudah berpuluh puluh tahun, tapi anehnya terkesan dibiarkan dan dipiara tanpa pernah ada solusi.
1000% pak guru benar. Modusnya detailer datang ke dokter2 untuk menawarkan % bonus, Dan ada targetnya. Cara mencairkan bonus adalah Dari tiap apotik dilakukan rekapitulasi resep. Periodik nanti akan di hitung sesuai dengan formula yg sdh di sepakati. Pembayaran banyak caranya seperti pak guru yg sdh sebutkan. Detailer pasti perang bonus. IDI adalah bagian Dari mafia obat, lah mereka yg senior Dan terkenal yg jadi motornya wkkkk. Bagaimana IDI mau memberantas, merekalah pemain utamanya. Obat generik pun bisa dimainkan, cuma cuannya kecil ketika dibandingkan dengan obat branded. Soal malpraktek jangan ditanya lagi, semua terlibat gak mungkin dokter main sendiri. Karena ada tindakan yg harus di konfirmasi dengan pihak pihak lain
sekarang utk kelahiran anak, itu banyak bidan n dokter kerjasama agar anak tsb lahir dgn cara operasi cesar. Alhamdulillah keluarga istri sy sudah langganan dgn bidan lama, beliau sudah sepuh namun pro kelahiran normal. jam terbangnya tinggi, bahkan anak kedua sy ketika lahir terlilit tali pusar pun beliau dpt melakukan proses persalinan normal itu dgn lancar. nah utk bidan yg baru biasanya sekrg dikit2 cesar, krn dh kerjasama dgn dokter SpOG dan dokter tsb sudah terikat dgn obat2 yg berkaitan dgn operasi cesar.
iyess dah tau lama banget fakta pahit ini dari almarhum paman saya yang jadi dokter di daerah jakarta, bener bener kaya diservis abis dokter2nya sama sales2 obat biar obatnya dijual sejumlah tertentu. Nambahin lagi Pak Guru kualitas SDM dokternya juga gapaham dah itu atasan saya di kantor ada yg suaminya di bawa ke rumah sakit2 ngetop di Indo yg biayanya gk sedikit bahkan sampai mau dioperasi otak segala...terus endingnya gabisa kasih kesimpulan sakit apa secara medis, eh tapi pas di bawa ke singapur dah cuma berobat seminggu, cost jauh lebih murah, dan diagnosa dokternya pun gamblang/jelas " oh inimah sakit X, obatnya cukup ini aja dan istirahat cukup" . Seketika saya jadi mikir mungkin ini penyebab banyak org yg lari ke dukun setelah sebelumnya berobah ke rumah sakit dan dibilang secara medis gaada sakit apa apa, gak lain karena inkapabilitas SDM dokternya dalam mendiagnosa.
Banyak alasan kenapa terjadi misdiagnostik. Yang paling umum karna tanda gejala penyakit itu mirip mirip. Kalo dateng ke klinik/faskes yg alat"nya tidak memadai. Bisa memperbesar kemungkinan terjadi kesalahan diagnosa ini. Kemudian perihal obat, memang sales obat sering membuat kontrak dgn dokter. Tapi, dokter juga harus bisa mempertanggung jawabkan diagnosa dan resep yang dikeluarkan. Ada mekanisme yang mengharuskan petugas medis melakukan tindakan dengan benar. Itu semua harus dicatat didokumen Rekam Medis dan diberi tanda tangan basah dari petugas yang memberi tindakan. Fungsinya untuk meruntut kalau terjadi malpraktik. Nah masalah utamanya ada dipasiennya ini, masyarakat awam banyak yg tidak paham terkait obat, pathflow penyakit, dan Sop pelayanan. Jadi, kalau terjadi malpraktik pun, pasien dan keluarga belum tentu paham apa yang sedang terjadi. Mau di edukasi pun tingkat pengetahuannya berbeda". Terlebih dikondisi kritis yang perlu tindakan cepat, ditengah situasi genting, petugas medis bisa saja lupa. Tapi ya dibiarkan saja, orang pasiennya juga nggak paham. Tapi terkadang ada juga pasien yang ngotot kalau tindakan yg dilakukan itu salah. Padahal udah sesuai Sop
@@roynii-chan7088 "Kalo dateng ke klinik/faskes yg alat"nya tidak memadai. Bisa memperbesar kemungkinan terjadi kesalahan diagnosa ini" ini rumah sakit gede dan terkenal banget di ibu kota mas masalahnya hehe
@@starstuffs39 belum tentu rumah sakit besar punya alat yang memadai di bidang yg spesifik. Ada beberapa kali saya temui kasus, Rs dgn grade A, kirim pasien ke RS grade B karna nggak ada Dr spesialis atau alat yg mendukung peralatan.
Saya seorang dokter… sampai saat ini saya selalu meresepkan Obat sesuai indikasi dan kemampuan pasien…. Tidak menutup kemungkinan oknum2 tersebut mungkin Ada…. Kerjasama Farmasi pun, tetap pemberian Obat sesuai indikasi setiap pasien… bukan asal meresepkan Obat tanpa alasan yang jelas…. Semoga saya selalu amanah 🙏🏻
Wow gugem bahas ini jg, th 2011 sy pernah jd medrep & praktek inilah yg membuat sy hanya bertahan 1 thn, nurani sy tdk bisa menerima praktik ini. Banyak cerita" negatif yg sy dpt dr rekan kerja, senior & pengalaman melihat dan mengalami langsung dr praktik kotor ini yg kata mereka mrpkn hal biasa yg jk tdk dilakukan obat kt tdk akan terpakai kecuali obat kt paten sekali & tdk ada penggantinya. Sy tdk mau lg, cukup 1 thn. Dan pengalaman dan cerita yg sy dengar tdk semua dokter melakukan praktik ini, ada dokter yg ttp melakukan profesinya dg baik.
Kakak saya pernah melahirkan di salah satu rumah sakit swasta di bandung, di tangani dengan bidan, tetapi di surat rumah sakit diminta untuk meng konfirmasi bahwa penanganan di lakukan oleh dokter. Karena semua nya di cover asuransi, kami tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Hidup BPJS...
Itu kemungkinan rumah sakitnya pak, mau ngeklaim harga dokter..padahal yg memberi pelayanan Bidan Persalinan tanpa penyulit is OK dengan bidan, mereka dah jago Tapi peralinan dengan penyulit ga cukup ditangani oleh bidan, pendidikan untuk siap menghadapi masalah nya sudah beda
Yes Benar sekali Pak Guru 👍 , Praktek Jahat dan licik di Dunia kedokteran di ibaratkan seperti Lingkaran Setan begitu kuatnya dengan keuntungan yg cukup besar maka saling melindungi sehingga sangat sulit untuk di Ungkap . Ada beberapa kasus Sepulang dari rumah sakit bukannya sembuh malah meninggal , karena pemberian Obat yg sembarangan . 🙏
Sy bekerja di Farmasi kebetulan sdh 8 tahun ini sbg Accounting, dan hal" spt Sales Obat yg deal" dgn Dokter utk obat dgn iming" tiket liburan, mobil, hadiah" lain sdh biasa kok 🙏 bkn hal aneh 😂
@@wahyu-fc8jm mau gimana lagi. Kita semua butuh mereka, apalagi untuk penanganan penyakit dan luka berat. Pilihannya berobat ke dokter atau di COD malaikat maut. Selama obatnya tidak mencelakaan dan harganya yang mahal, bagi saya sendiri mampu2 saja soalnya ada askes wkwkwk
@@makbarr1976 lah...askes juga kan bayar pake duit, duitnya darimana? dari premi yg anda bayar, premi nya dari mana dari hitungan gaji anda, duit anda juga yg buat bayar
Ya Allah jauhkanlah kami dr profesi2 yg melumrahkan, menganggap wajar dan biasa dg perbuatan haram, biasa dg memberi nafkah haram,aamiin ya robbalalamiin
Ga asing dan ga aneh. Di luar negeri khususnya amerika, yg semuanya kapitalis, kerjasama dengan pihak farmasi sangat2 lumrah. Dan dokter itu seperti "sales" bagi perusahaan farmasi itu. Untungnya pak gembul mengangkat tema ini di Indonesia ...
Sebenarnya ini lebih ke proses suplai pak. Karena gini standar obat dan alat kesehatan itu tinggi untuk keselamatan pasien. Masalahnya kalau ada RS/klinik yang mau membuat semua suplai sejak awal pasti investasinya besar. Karena itu ibarat penjual makanan, untuk kualitas biasanya akan pakai tepung merek A, mentega Merek B, dst. Masalahnya jika ada proses yang melibatkan oknum pak. Tapi tentunya harus dibuktikan terlebih dahulu karena di negeri ini banyak yang bersih tapi tertutupi oleh yang kurang bersi
@@Rkap_Oz wkwkkw sok teu. Sy ngurusi sistem distribusi obat, pak guru benar, semua adalah mafia kesehatan kerjasama. Ujung2 nya sama, cari cuan buat dibagi bagi, korbannya ya pasien yg gak bisa menolak apa kata mafia kesehatan, mafia kesehatan isinya semua Dari RS, dokter, penyedia alkes, obat kompak
Seperti lingkaran setan mulai dari pemberian beasiswa+bantuan2 pendidikan/penelitian sampai iklan2 yg support pemasukan gede ke berbagai platform media+organisasi2 pemerintah+swasta+masyarakat melindungi business cycle sampai dibeli+dipakai utk pengobatan
Absolutely right...service yg dilakukan oleh perusahaan farmasi bukan hanya kepada dokter, tp semua yg berkaitan dg dunia medis. Mulai kemenkes, dinkes, IDI, direktur RS, bagian keuangan, bagian pengadaan, komite medik, bagian IT, apotek, dokter, perawat, satpam, dll. Bahkan tukang parkirpun mereka service (misal dibelikan rokok agar bisa melakukan kunjungan meskipun bukan jadwalnya). Tujuannya apa ? Supaya produk mereka laku dan mencapai target yg dipatok oleh perusahaan farmasi sehingga mereka bisa survive dan mendapatkan keuntungan. Kenapa harga obat paten bisa jomplang dibandingkan obat generik ? Karena salah satu sebabnya ya karena mereka butuh dana untuk melakukan service (suap) kepada oknum2 td. Itulah sebabnya obat2an seperti itu tidak pernah kita temukan iklannya. Beda dg obat2an yg ada iklannya, dana promosi mereka dipake buat bayar iklan sehingga biasanya obat2an OTC (on the counter) tidak memakai detailer/MR untuk promosi.
Jaman skr mmg harus kritis. Untungnya skr kita lebih mudah mengkroscek di web (meskipun web bisa dimanipulasi jg). Di dunia medis mmg sebenarnya banyak intrik dr dulu. Orang jarang / susah utk mengkritisi krn yg dihadapi adalah urusan survival, di mana menurut teori _hierarki kebutuhan Maslow_ hal itu adalah kebutuhan paling mendasar. Selama hal itu tidak terpenuhi, maka urusan2 lain akan dikesampingkan dulu. Insting / perasaan utk survival lebih mendominasi drpd logika yg kritis. Orang awam biasanya menganggap profesi dokter spt kasta tersendiri (look up). Posisi medis sbg _dewa penyelamat_ mmg sangat rawan godaan. Di Indonesia sendiri mantan menteri kesehatan Siti Fadilah Supari pernah melawan hegemoni WHO dlm kasus flu burung. Beliau sempat menang, tapi akhirnya dkriminalisasi dgn kasus yg tidak berelasi. Belakangan kecurigaan bahwa Covid 19 adalah _"bencana"_ rekayasa kongkalingkong farmasi jg sangat kencang. Ujung2nya adalah perubahan cashflow yg menguntungkan mrk. Senjatanya adalah penyakit _wahn_ -- cinta dunia & takut mati, kalau menurut istilah Nabi. Begitu ketakutan mendominasi, logika mancet.
dokter spesialis jantung di daerahku juga gitu, dpt entertain berupa liburan ke disneyland hongkong sekeluarga dari sales obat salah satu perusahaan farmasi, harga per butir obatnya jutaan rupiah, pakdeku salah satu pasiennya, sekali nebus obat 4-8jt, sebulan bisa 2x nebus obat di apotek yg juga milik si dokter
Saya ga heran , krn dah lama tau . Dan terimakasih buat guru gembul sdh mewakili saya membuka keadaan ini yg hanya bs saya simpan dlm hati lebih dr 30 taon🙏🙏
Itu sudah menjadi lumrah alasan shering fee antara perusahaan farmasi dan dokter juga rumah sakit 20-35% dari harga obat. Alibi yg digunakan biasanya seminar. Dan itu menjadi lingkaran setan. Yg jadi masalah adalah obat yg harus diberikan ke pasien harusnya obat biasa saja misal pasien sembuh SG antibiotik amoxilin tapi diberikan yg lebih tinggi. Sehingga efeknya jangka panjang pasien jadi imun dg antibiotik yg rendah. Berdasarkan pengalaman. Sehingga diharapkan untuk pasien anak misalnya apabila berobat ke dokter bisa dilihat dari resep obat yang diberikan. Ada pengalaman dokter yang baik. Anak sakit flu. Dokter anak hanya memberikan obat turun panas saja. Dan obat batuk. Juga flu tidak memberikan antibiotik. Dokter baik tersebut bilang kalau panas nya baru 1-2 hari biarkan imun tubuh anak yg bekerja. Kalau lebih dari 3 hari baru antibiotik. Atau ada indikasi lain. Ini pengalaman. Dari dokter spesialis anak sub spesialis alergi.
Hebatnya dokter dgn ilmu sugesti nya.. Obat nya belum di minum ada sedikit perubahan. Bahas donk penjualan organ manusia.. Kayaknya masih ramai secara underground
makanya kalau ada uang lebih baik berobat ke luar negeri. Di Indo sering banyak kasus malpraktek seperti ini. Saya sudah korban malpraktek 3 kali. Kalau tidak cerdas, kita akan dipermainkan oleh dokter. IDI aja ga ada gunanya, karena mereka ikut bermain di dalamnya. Ancaman itu hanya sebatas kertas.
Yup bapak saya pun jadi korban, dokter k*ntol itu bilang katarak di satu matanya harus dioperasi eh malah kedua matanya gak bisa dibuka, dibawa ke Singapura sama temen bapak saya dokter Singapura bilang nya bapak tidak sakit apa pun dan cuma dikasih obat tetes mata itu saja dan gak sampai 2minggu terbuka lagi matanya sampai sekarang.
Akhirnya terjawab sudah pertanyaan yg slama ini ada dipikiran saya, kenapa skarang banyak ibu" yg melahirkan dgn cesar,, ouh ternyata spt itu... Terimakasih pak Gugem
Krisis kepercayaan terhdp profesi dokter sudah lama ada, makin kenceng pas pandemi kemarin ketika ada keluarga yg terkena C19 dan diisolasi masuk ICU tanpa pernah bisa ditengok pulang tinggal nama... Janjinya semua hasil lab rekaman medis akan diberikan ketika pasien keluar dr RS, nyatanya kami harus memohon2 hanya utk mendapat sehelai surat rekam medic tanpa bukti cek lab dll nya. Padahal kondisinya kami ada keluarga yg perawat dan memiliki kenalan dokter jg di RS tersebut. Sampai hari ini, rasa bersalah masih terus menghantui. Walaupun dengan sekuat tenaga kami terus memantau kondisinya waktu itu, tapi krn tidak bisa melihat dan merawat sendiri dihati ini masih saja ada sekelumit rasa apakah kakak saya dirawat dengan semestinya... Alfatihah utk almarhum, semoga kalaupun beliau dizolimi dicatat sebagai penggugur dosanya dan membukakan pintu syurga terbaik baginya.
Tidak semua dokter. Saya dr.Spesialis Anak dan saya tidak mau sembarangan menggunakan obat kalau memang tidak ada indikasi untuk diberikan pada pasien. Memang ada pihak obat yg menawarkan fasilitas, tapi saya tolak. Karena kita kembalikan ke diri kita, bagaimana kalau kita di posisi pasien. kasihan keluarga pasien kalau harus keluar uang untuk membeli obat yg tidak perlu. Tuhan menjadikan kita dokter untuk menolong orang sakit bukan buat mengambil keuntungan dari orang sakit. Tapi lucunya malah kebalik, ada saja pasien yg menolak membayar kalau berobat. Alasannya cuma konsultasi kok bayar. Padahal jasa saya sudah paling murah diantara rekan spesialis lain. Ada juga pasien imunisasi tapi menolak bayar vaksinnya, alasannya di Puskesmas tidak bayar. Tidak jarang ada yg mencegat saya diparkiran, jalan, rumah, mereka berobat, minta resep, tidak mau ke praktek, alasan mereka biar tidak bayar. Ga apa2, kadang agak kesal tapi nikmati saja. Toh saya masih bisa makan, tidur nyenyak, diberi Tuhan kesehatan, anak yg patuh. Itu cukup sebagai imbalan saya.
Semangat guru Gembul 👍🏻. Memang dunia medis tidak selalu sesuai dg etika profesi dokter yg sejati. Banyak permainan dibaliknya dan banyak latar belakangnya. Maka saya pribadi tidak menyudutkan pihak" medis namun juga tidak prioritas kedokter. Mungkin hal inilah yg membuat menurunnya kualitas kepercayaan masyarakat terhadap dokter. Saya pribadi lebih memilih untuk mempelajari atau menganalisis sebuah penyakit dan apa yg bisa membuatnya sembuh. Tidak harus dr farmasi, bisa dr alam (herbal) dan tetep konsultasi dg dokter terpercaya. Disisi lain juga penyembuhan diri bisa melalui praktik" keilmuan kuno yg masih dianggap tidak ilmiah padahal sangat ilmiah dan sains. 🙏🏻
Sehat itu mahal. Selama beberapa tahun terakhir merasakan betapa butuh untuk bisa sehat. Riset dan cari tahu ke sana kemari. Ketemu metode sehat yg gak banyak tahu. Satu, dari makanan. Dua, dari perilaku atau sikap. Yg pertama, dari grup sehat ala mktm. Makan yg alami, non pabrikan. Dan detox dg kelapa tua dan puasa. Kedua, dari ust danu, yg bicara sakit disebabkan dosa dan perilaku buruk.
Alhamdulillah saya sudah tau. Kerja sama antara perusahaan farmasi dan dokter itu terkadang agak gila. Saya pernah di ceritain temen saya, yang katanya pernah nawarin obat ke dokter2 dan katanya uangnya melimpah. Alhamdulillah nya lagi teman saya sudah bertobat gak jual obat dan lebih memilih jualan ikan lele di pasar. Katanya hasilnya memang lebih sedikit tapi ngerasa lebih lega kalo dapet uang dari hal-hal yang lebih baik.
Ayo bongkar semua Pak Guru..setiap Hal yg hanya menguntungkan kelompok tertentu tapi banyak merugikan masyarakat ..bahkan negara..". semoga para.penjahat segera bertaubat..Nikmat yg mana lagi yg kau dustakan".ingatlah kedua malaikat disampng yg selalu mengawasi dan mencatat semua yg kita lakukan....
Terimakasih kepada guru gembul yang sudah membongkar isu ini walaupun sudah umum kita dengarnya, karena teman2 saya banyak bekerja di dunia medrev, Dokter itu sudah diibaratkan setengah Tuhan di dunia ini karena hampir semua keinginannya dikabulkan terkait dengan kongkalikong pemakaian obat. Tetapi kita juga harus melihat sudut pandang hulu nya yang menyebabkan kenapa dokter bisa berbuat seperti itu karena dunia pendidikan kedokteran biaya nya sangat mahal, sehingga itu yang menjadi dasar mereka melakukan hal-hal seperti itu. Mudah-mudahan Indonesia bisa lebih baik kedepannya. Jangan lupa bahas terkait dengan pendidikan kedokteran ya pak guru gembul. Terimakasih
Dedikasi tidak pernah jadi pedoman kesuksesan orang indonesia..sukses slalu diukur dengan materi..seberapa banyak materi dimiliki itu yang dihitung.. jadi jangan heran kalo di dunia kesehatan,pendidikan,birokrasi pemerintahan indonesia ada bisnis gelap yg menyengsarakan masyarakat..pelaku bisnis itu cuma cari uang demi label sukses .. bukan dedikasi terhadap profesi dan tanggung jawab..
Sumpah dokter, sumpah polisi sumpah AL-QURAN ternyata tetap ga bisa menjadi patokan buat manusia supaya berada di jalan yg benar. Melainkan kehormatan, integritas, respect, tanggungjawab, kejujuran, idealisme, prinsip hidup dst.
Sama pak, saya pas kecil juga kena hepatitis. Kontrol hampir tiap minggu, diambil darah tiap kontrol (kalo ga salah 11x kontrol lebih).. Saya kurang tau pas kontrol waktu itu ke dokter umum apa spesialis.. Cek darahnya disebuah apotek besar gitu.. Karena hampir tiap minggu kontrol ada karyawan apotek itu yang kasihan sepertinya, terus dia saranin buat pindah dokter saja. Akhirnya ibuk saya membawa saya ke dokter yang baru, dokter spesialis anak. Baru periksa 1x terus disuruh kontrol lagi 5 hari kemudian sambil bawa tes darah.. Pas periksa kedua kalinya saya dinyatakan sembuh. Pas saya sudah besar saya jadi mikir, kenapa di dokter pertama bisa sampai lama gitu? Sampai bolak balik kontrol.
'Kerjasama' ini tergantung sudut pandang. Bagi dokter, dipandang sbg bantuan sponsorship . Bagi pasien, dipandang sbg tambahan biaya yg tidak perlu/merugikan. Bagi perusahaan farmasi, dg kerjasama ini maka dokter dipandang bisa berfungsi spt salesman sehingga obat lebih laku terjual.
Terimakasih Guru gembul. Video ini menginspirasi saya untuk melakukan pola Hidup Sehat, karena banyaknya oknum dokter korup ditambah sulitnya mendeteksi mereka.
yang paling sering saya fikirkan yaitu kenapa ketika melahirkan, jika dibawa kerumahsakit maka sudah pasti 80% diputuskan untuk operasi atau sesar dengan alasan Sungsang, usus melilit dll, yang mengharuskan pasien melahirkan harus dengan operasi. awalnya saya berfikir bahwa "melahirkan di rumah sakit harus menyesuaikan dengan jadawal dokter" karena jika melahirkan dengan normal akan memakan waktu yang panjang dari mulai kontraksi hingga melahirkan. saya orang awam yang gampang berfikir diluar kebanyakan orang.
Harapan saya sebagai subriber beliau,Semoga guru gembul menlanjutkan juga pendidikannya hingga profesor dari pendapatan beliau dari adsense sehingga semakin tajam ilmu beliau, semakin di validasi dan semakin mau membaggakan. Sehingga nantinya bukan guru gembul lagi tapi profesor gembul penemu tool efektif untuk pendidikan anak Indonesia. Aamiin.
tidak perlu, justru tanpa embel-embel profesor sekalipun, aku berharap Guru Gembul mendapatkan Doctor Honouris Causa! Seperti Buya Hamka. Gelar dari jenjang akademik justru hanya akan membuat Guru Gembul tidak berbeda dari para profesor yang cuma memiliki kelebihan yang berasal dari fasilitas di kampus-kampus. Salam dari pecinta kebijaksanaan!
memang betul ada beberaoa yang seperi itu Pak Guru. mudah mudahan segera tersadar yang seperti itu. Saya juga mohon Pak Guru Bahas gaji Dokter di Indonesia terutama yang baru lulus. Biar kita objektif dalam bersikap. Terimakasih 🙏
oke, akhirny kita di ditunjukkan bgmna sisi gelap dunia kedokteran sprti yg di paparkan sama pak guru feeling saya sih video ini bakal memantik kontrasepsi
Saya sebagai Dokter Muda setuju, Kang. Emang ada oknum-oknum senior yang memberikan pengobatan tanpa indikasi medis yang jelas. Di sisi yang lain memang terdapat beberapa pilihan obat untuk suatu kasus, dan idealnya jiwa sosial Dokter akan mengungkapkan hal tersebut kepada pasien sehingga bisa pilih sendiri sesuai kemampuan ekonominya. Mau saran juga, Kang. Mungkin bisa dibahas terkait praktik kedokteran yang dilakukan oleh "oknum bukan dokter". Karena sampe sekarang belum tersentuh oleh pemerintah. Dan pasien baru dirujuk ke dokter saat sudah terjadi komplikasi
Solusi yg paling baik adalah jaga kesehatan , pola makan , pola hidup, kan sdh ada resepnya di AlquranulKarim. Dokter mah dati jaman dl sdh begitu , coba saja perhatikan , org sakit A, pergi k dokter lama lama jadi sakit ,B, C dan seterus....selesai masuk kubur.... Bukannya ngak percaya dokter apalagi anti... Dokter mah sangat penting sebagai tempat konsultasi. Menurut saya , maaf jika ngak sepaham.
Saya ke psikiater karena saya merasa ada yg bermasalah dengan mental saya dan larinya ke fisik (psikosomatik). Didagnosa depresi lah, bipolar lah, dan itu tanpa observasi dengan jelas, hanya ditanya bagaimana perasaanmu saat ini, tidak diberi tes tulis sama sekali, tidak diwawancarai, benar2 langsung disimpulkan saya bipolar. Dikasih obat anti depresan, mood stabilizer selama 8 bulan sama sekali tidak ada perubahan. Karena hasilnya nihil saya putuskan berhenti untuk mengunjungi dokter. Setelah tanpa sengaja saya menonton chanel luar negeri tentang defisit vitamin, saya akhirnya mengkonsumsi vitamin B1 dan vitamin D dan semua gejala2 yg saya rasakan hilang. Sudahlah, saya percaya dokter2 itu memang hanya menjual obat tidak berniat mengobati
Apa yg anda sampaikan itu nyata..saya mantan sales farmasi ,bahkan ada juga dokter yg jualan narkoba tapi tidak bisa di usut karena di tutup dengan dalih pengobatan pecandu..sampai s3karang saya kalau tidak benar 2 perlu ke dokter saya tidak mau kedokter...mereka sekolah dokter itu sangat mahal,minimal ya perlu balik modal dulu lah baru real berjuang buat masyarakat..walaupun begitu masih ada juga koq dokter jujur yg idealis...biasanya gaya hidup mereka lebih sederhana dari standart gaya hidup kalangan dokter
Dokter memiliki mata uang dng tiga sisi. Terang, gelap dan abu-abu. Tanyakan aja ke medrep. Akhir tahun tiap dokter yg rutin dikunjungi oleh medrep akan mendapat amplop berisi, macam-macam hadiah, tiket pelesiran misalnya.
setelah ini kayaknya kita harus riset harga perawatan untuk penyakit dengan parameter tertentu, dikumpulkan terus diolah datanya, dibuatkan algoritma penentuan harga dokter untuk kasus tertentu dengan kondisi pasien tertentu ditambah harga daerah dan reputasi dokter. bakal lama sih kalau nasional wkwk
Di film "Love and Other Drugs" yang diperankan oleh Jack Gyllenhaal dan Anne Hathaway diceritakan juga persaingan sales farmasi untuk masukin obat ke dokter. Sudah lumrah sepertinya hal seperti ini.
Buat ibu yg akan keluar dari RS Bersalin, coba dicek struck / bon-nya…kadang2 yg dilahirkan anak perempuan, tapi dibonnya ditulis : tindakan sunat. Padahal itu kan buat anak lelaki… Usut punya usut, sebagian RSB gak cermat ketika bikin bon / struk, mereka dengan gampangnya memaketkan aja secara keseluruhan, tanpa meneliti lagi. Ok, semoga hal ini berguna buat baraya sekalian. Kebetulan dulu pas keponakan gwe lahir, bonnya paketan kek gitu. Sekian.
Yg saya salut dr guru gembul adalah pengetahuannya yg luas. Tp kali ini ada detail kecil yg 'missed' dr diksi yg dipilih; yaitu kata 'kronis'. sr konteks cerita guru gembul waktu sakit hepatitis, makna kronis yg digunakan hendak diartikan parah. Tp dlm bidang klinis maka kata 'kronis' berarti berlangsung lama.
Saya seorang dokter umum dan saya mengakui bahwa kerjasama antar perusahaan farmasi dengan dokter adalah hal yang lumrah terjadi sekarang ini
Pak Dokter
Kanker Itu Terjadi Karena Sel Mati Yang Menginfeksi,,
Kenapa Jalan Keluarnya Malah Di Kemo Terapi Yang Justru Makin Membunuh Sel Yang Hidup???
Mengapa Msg Yang Tidak Ada Keterangan Berbahayanya Justru Dijadikan Kambing Hitam Atas Sel Kanker,,
Dan Obat2an Kimia Yang Bertuliskan Dapat Merusak Ginjal Justru Menjadi Obat Kanker???
@@Penggalancerita1822 ilmu Kesehatan belum sempurna 100% kawan.
Setiap obat pasti akan dipikirkan baik/ buruknya
sebagai orang perusahaan farmasi saya mengakui ada kerjasama dengan dokter dan lumrah dimana mana
@@peoplepower563 Kenapa Nabi Muhhamad SAW Tidak Pernah Menganjurkan Cuci Tangan Dengan Alkihol??
Padahal Zaman Itu Ada Kharm??
Nabi Berkata
karena aku tidak tahu satupun yang bisa menggantikan makanan dan minuman melebihi susu” (HR. Abu Daud 3245, Ibnu Majah 3321,
Dengan Tegas Berkata Tidak Ada Makanan Dan Minuman Melebihi Susu,,
Namun Kenapa Justru Susu Dinajiskan!!Kalau Kita Minum Obat Kimia,,,??
Kenapa Orang Yang Tidak Biasa Minum Susu Sapi Murni Dan Mencret,,,
Mencret Dikatakan Sebagai Penyakit,,,
Bukankah Itu Rahmat Karena Meminum Susu Efek Dari Membuang Racun????
Memang harus sampe kerjasama ya dok biar penghasilan nya cukup sesuai sama nominal yg diinginkan?
Tahun 97 waktu kami baru menikah, isteri saya terkena typhus lalu dirawat di sebuah RS TD di jalan raya Pasar Minggu yang jadi rujukan asuransi. Isteri tengah hamil muda, dokter kandungan ikut mengobservasi kandungan. Terus terang tampilan dokter tersebut kucel dan gesturnya kurang menyenangkan. Hal yang mengagetkan kami, sambil memeriksa pakai stetoskop dokternya ngomong: "Ini janinnya sudah tidak ada, keluarkan saja sama saya murah kok cuma 11 juta". Membuat kalut, isteri ditengah sakit tambah stres dan sedih. Singkat cerita, setelah keluar RS kami mendatangi dokter kandungan lain untuk cross check. Hasilnya melegakan :"Ibu, ini bayinya sehat walafiat. Jangan berfikir macam2 ya supaya Ibu sama bayinya sehat". Sekarang anak putri kami sudah 25 tahun. Begitulah, kita harus brhati-hati dan banyak cari literatur. Di profesi apapun ada orang jahat.
ngeri.
ya Allah, dimana² memang kita harus memakai pentingnya critical thinking
mengerikan, jadi intisari-nya : kita mesti bisa selalu berpikir rasional dalam hidup ini, tidak semua hitam (buruk), tidak juga semua putih (baik)
@@azhar1943betul 👍
Salah dokter anak pindah alam, keknya dukun beranak gak terlalu buruk
Kebetulan sekali bahasannya. Sedikit Cerita, november kemarin bapak mertua meninggal karena lakalantas, tapi sebelum kematian beliau, banyak sekali terjadi keganjilan yang terjadi.
singkat cerita, saya sedikit banyak mengetahui (atau setidaknya bisa disebut masih ingat buku yang pernah saya baca tiap maen ke gramed waktu sekolah dulu, hehe) soal bagian2 tubuh manusia. padahal saat itu kondisi beliau sangat kritis, beliau mengalami pendarahan otak yang parah karena sampai muntah darah dan mengeluarkan darah ditelinga, bahkan saya mengejek tempurung belakang kepala beliau (yang tidak di cek oleh tenaga medis saat itu) sudah terasa lunak seperti memegang kresek berisi jeroan ayam.
penanganan sangat lambat, awalnya saya mengira lambat penanganan karena administrasi yang belums selesai, atau memang tenaga medis di rumah sakit tersebut kewalahan dan tidak sempat mengurus almarhum. tapi lama kelamaan, saya mulai suudzon, kalau umur beliau tidak akan lama, dan para tenaga medis, sengaja mengulur waktu untuk menangani beliau. beliau datang ba'da dhzuhur, tapi baru ditangani (itupun tidak intensif) pada waktu maghrib. bahkan ketika sudah dibawa ke ICCU, kami tetap gak mendapatkan kejelasan soal penanganan beliau seperti apa dari petugas medis, dalihnya, dokter yang bertanggung jawab malam itu, yang ahli dalam mengurus situasi pasien seperti bapak mertua saya, sedang libur. akhirnya beliau koma.
lalu seperti yang dicontohkan pak guru, dokter dan tenaga medis lain seperti mengatakan beliau masih ada harapan hidup, hanya perlu menunggu dan berdo'a bla bla bla. lalu diberikanlah waktu kami untuk membesuk beliau di hari yang sama pada malam hari. saya masih bisa merasakan kaki beliau masih hangat, dan percaya kalau beliau masih ada harapan. setiap hari selama tiga hari menjaga, saya dan ibu mertua mulai merasakan ada keganjilan dari tempat tersebut, terutama ketika kami pihak keluarga, tiap kali memijit dan menyentuh almarhum yang klaimnya saat itu dalam keadaan koma, selalu diawasi dengan intens oleh semua petugas medis yang sedang bertugas. lalu kami berinisiatif menanyakan prosedur membawa pulang beliau.
para petugas yang bertanggung jawab saat itu, berbicara berbelit2, muter2, lalu kami tekan, kami desak mereka untuk bicara yang sebenar-benarmya. ternyata, nada bapak mertua malam itu, memang sudah berhenti dan semua organnya sudah tidak berfungsi. Dan selama 3 hari itu, bapak mertua menjadi mayat yang didisplaykan seakan masih hidup oleh alat-alat medis. dan yang lebih bikin marahnya lagi adalah, setelah tidak jujur dan menyembunyikan kebenaran, kami mendapat tagihan yang besar untuk penggunaan obat-obata yang digunakan unttuk membuat nadi almarhum tetap berdenyut, padahal sebenearnya beliau sudah mati.
sedih, miris, kaget, sekaligus marah saat itu. tapi ya saya berharap hal seperti itu tidak terjadi pada orang-orang yang lain. Amiin~~
Amin
Apakah waktu itu dri pihak keluarga ada rasa ingin menggugat pihak rumah sakit ke pengadilan ?
Turut berdukacita sebelumnya pak.
Bantu menjelaskan jadi ada yang namanya gagal organ. Nah organ vital dalam kehidupan ada 3, otak, paru, jantung. Nah jika salah satu berhenti seperti kasus lalulintas diatas maka kemungkinan sudah mengalami kerusakan berat. Jadi kasus gagal organ itu bisa membawa organ lainnya ikut gagal sampai terjadi gagal organ multipel. Nah memang dari segi kesehatan ngak boleh menggaransi hasil, yang boleh menggaransi standar tertinggi.
Nah disini. Ada 2 persepsi ada yang berada disini. Pertama yang ingin selama ada harapan terus dicoba, kedua jika sudah berat maka akan diakhiri. Sekali lagi ini juga relatif. Karena pasien keadaan berat tidak dapat ditanyai karena tidak sadar, apakah dia ingin lanjut atau menyerah. Akhirnya diambil keputusan dari keluarga yang bersangkutan. Nah karena itu sebenarnya kalau ditanya apakah ada yang berhasil jawabannya ada walau persentase mungkin tidak besar. Ini sama seperti pijat jantung pada kasus henti jantung statistiknya 3/10 yang berhasil jika caranya benar. Masalahnya kita nfak pernah tahu ini sudah waktunya atau belum karena itu kewajiban petugas kesehatan adalah mencoba selama masih ada kesempatan dan pasien/keluarga yang memutuskan lanjut atau tidak.
🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺
@@mrtampan9665 anak2 beliau memang inginnya seperti itu, tapi ibu mertua tak mau lebih panjang karena tidak mau, karena mungkin juga sudah lelah dengan masalah pihak penabrak, jadinya ya ikhlaskan saja
Saya apoteker RS bagian pembelian, saya akui stres dibagian ini karna dokter kadang sudah minta "sesuatu" sama medrep dari perusahaan X, kemudian medrep tsb ngejar² minta saya untuk order obat mereka, pdhl sebenarnya RS nggak butuh² banget obat mereka, selalu mereka bilang "tolong lah mba tambahin orderannya buat nutup bulan ini, kan saya udah ngasih ini ke dokter ini",,, saya stres karna tiap hari dikejar² mereka, disuruh nambah order lah, mau masukin obat baru lah, dokter nya iya iya aja
Kadang kasian pasien cuma sakit sepele tp dikasih obat banyak banget demi nutup stok mereka,,
Rumah saya sampe dicari cari sama medrep, pdhl yg menerima "sesuatu" dokternya tp yg dikejar kejar saya 😭
Sebenarnya medrep jg nawarin kalau saya minta apa² ngomong aja, tp saya gak mau, karna males pasti nanti harus ada timbal balik nya, tp kalo mereka dateng bawa jajan ya tak terima,
emang kalo ga ada "upah" dari farmasi untuk bag. pembelian ,sistem ordernya gimana ya pembelian obat ke farmasinya ?
tahun kemarin saya hampir masuk jadi medical representative, di perusahaan yg lumayan ada nama. setelah dipikir pikir gajadiiii, padahal udah ttd kontrak. ngerasa bersalah sih, tapi yasudahlah
@@wahyubasjaratu4728 ngapa ga jadi om
maaf medrep itu apa, aku awam
namanya entertaint bawain makanan
Konten video ini mengingatkan pada salah satu materi kuliah saya dulu, white collar crime, dengan studi kasus bidang kedokteran. Saat itu dosen saya yang notabene seorang dokter menjelaskan secara terperinci penyelewengan apa saja yang terjadi di dunia kedokteran. Pelik memang, tapi itu fakta yang tak terbantahkan.
Apa aja @yuuki penyelewengannya..kepp maximal nih wkwkk
Yang salah Oknumnya Bukan Kedokteran nya
@@gretziesuzan198klaim fiktif
Tak perlu heran kalo orang2 pada berobat keluar negeri.. Paman saya, di Indonesia sakit jantung obat sampai 6-7 macam.. berobat ke Penang, obat cuma 3 macam.. disini mau ngobatin pasien atau jualan obat? Hahaha.
@@hansenlim88 jual obat
Di amerika sudah rahasia umum kalau dokter banyak yang berperan sebagai sales obat, bukan konsultan murni. Di Indonesia lebih hebat lagi seharusnya. Karna penghasilan dokter umum relatif kecil, maka beberapa ada yang berbisnis (buka klinik, apotek, dll) sehingga dia bikin rekomendasi obat, sekaligus jual obatnya.
Menurut saya jangan lagi melabeli pekerjaan apapun dengan label mulia, atau tidak mulia. Dokter bisa jadi pekerjaan mulia, maupun pekerjaan yang kotor. Begitu juga pengacara, hakim, arsitek, guru, dll. Yang ada adalah orang yang mulia, dan orang yang jahat.
Cuman tukang kebersihan , tukang sampah, dsbnya yg kerjanya mulia
@@nurhhuda151 bisa jadi jahat juga, tergantung pribadinya masing2
guru jualan buku. hehee...
@@badoger1 LKS
Sebenernya semua aspek kehidupan kita pasti tersentuh permainan kotor,bahkan ditingkat RT,hanya gulung kabel di pos ronda harus mengeluarkan budget 6 bks nasi padang.
bukan hanya dokter pak guru,,, bahkan calon dokter juga hampir sama,,, pernah diceritain oleh orang kesehatan,, banyak mahasiswa potensial yang dibiayai oleh perusahaan farmasi dengan imbal balik ketika sudah menjadi dokter harus bisa menjual produknya dengan terget tertentu
Hmmmm. Sebenarnya bukan seperti ini sih Bu. Jadi gini. Pertama beasiswa bisa berasal dari siapa aja. Masalahnya lebih ke sudut pandang. Penjualan produk tadi itu memang sudut pandang marketing karena itu sepertinya ibu mendapatkan info dari pihak marketingnya. Realita di lapangan. Oknum mungkin ada tapi yang menggunakan sesuai indikasi sangat banyak. Intinya hati2 menerima informasi terutama jika 1 arah dan tidak ada pembandingnya.
Kita harus terpaksa mengakui bahwa itu terjadi di semua profesi .
Sekalipun profesi jukir pasti ada nakal2nya.
Hanya nominal dn dampaknya saja yg beda2 level.
@@Rkap_Oz oknum mungkin ada?? bukan mungkin lg tapi MEMANG ADA kawaaan 😁
Ternyata bukan hanya guru juga. Siswanya juga sering plagiat. Sering menyontek. Bukan hanya para politikus saja ternyata rakyat Indonesia juga mau menerima sogokan Saat pemilu. Maka ini sbenarnya kejahatan manusia. Bukan profesinya. Disgala profesi slalau ada sisi gelap nya
@@Rkap_Oz Kalau mau perbandingan, sebelumnya, saya dari bidang seni ya jadi mungkin kurang relevan, tapi, di bidang seni, banyak sekali beasiswa yang sifatnya demikian... dalam arti, bersifat seperti kontrak, memberikan beasiswa dengan imbalan "menjual" produk dari pemberi beasiswa, . permintaannya minimal mengiklankan produknya pada setiap kali pameran atau konser. Sekarang, kalau di seni terbukti demikian, siapa yg dapat menjamin di kedokteran tidak demikian juga?
Ya emang kelicikan di dunia kesehatan bener adanya, namun kalo kita debatkan hal ini sama orang2 yg selalu positif thinking ya suka diketawain dan dibully. Jadi cukup meyakini diri sendiri aja hhi
Bener bang di jakarta setiap ibu-ibu yg melahirkan di rumah sakit pasti di sesar dengan alasan yg aneh-aneh, istri saya pernah di vonis ga akan bisa lahir normal dan harus sesar, tp saya ga percaya saya bawa ke pukesmas Alhamdulillah bisa normal, ketika saya membagikan pengalaman saya di kolom komentar di medsos, saya di buly habis habisan
Waah bang apil😂
Bnr mang juned
Aya mantri juned euyy
Bener bang, kita dituduh su'udzon hahah
Terimakasih gugem. Sebagai calon ners (perawat), tidak pernah terlintas ide untuk meraup pendapatan dari cara seperti itu.. saya rasa salah satu solusinya adalah edukasi. Muncul niat untuk menjadi youtuber edukator kesehatan dari keilmuan keperawatan. Mohon doanya semoga segera berkembang & banyak memberi manfaat.
Terimakasih
Semoga sukses pak Diki, tapi anda harus siap dengan resiko dipersulit STRnya
Semangat brother
yakinnn
Inget keluarga bro kalo ambil langkah medis di indo masih banyak salah diagnosis makanya di indo kita butuh 3 hal keluarga dokter pengacara dan pejabat 😂😂😂
istriku jg perawat, tp knp dy gak punya ide buat konten kesehatan ya? hmmm.... lulusan akper tp gk dapet kerjaan jd perawat, malah krj di pabrik jd operator
Tp ada yg kita sering lupakan, "Siapa yg memperhatikan hidup dokter?"..
Klrg sy ada yg dktr. Di tengh2 jm kerjny dia lari ke LabKes. Balik lg ke tmpt kerj utk menyelesaikn tgsny.Pernah d tngh jln menuju Lab, Krn macet dan kecapekan dia "blank".
Sampai 3 x mngalami hal yg sama. Akhirny dia di ijinkn kerja yg hny 2x dtg k RS dlm seminggu..Utk mengatasi kebutuhan ,Alhamdulillah, Alloh kasih jln keluar. Skrg hdpny lebih tenang.
( Ini contoh hdp seorng dktr yg tdk mau kongkalikong) dan sanggup hdp sederhana)
Polisi dan dokter sama aja
Betul kang, sekitar th 2000an sy pernah bekerja sebagai detailer obat di salahsatu farmasi besar, hanya bertahan 2 tahun resaign karna tdk tahan dg sistem penjualan spt itu nurani berontak, namun hikmahnya utk keluarga sendiri ketika berobat selalu menggunakan generiknya daripada obat paten yg diresepkan krna kualitas dan efeknya sama saja, namun harga jauh lebih murah 😊
Tergantung sih pak. Karena ada beberpa yang ngak bisa diganti. Misalnya gini dalam kimia kita mengenal istilah miroring, rantai trans dan cis. Nah rantai ini, butuh waktu dan sumber daya jika ingin kemurnian diatas 50 persen atau persentase yang diinginkan. Sedangkan versi generiknya bisa memiliki kemurnian dibawah 50 persen. Biasanya ini pada obat-obatan penyakit jantung. Jadi maunya cepat sembuh malah lama. Jadi sangat hati2 jika ingin mengganti obat karena efeknya bisa berbeda dalam kasus-kasus tertentu.
@@Rkap_Oz kalok tergantung berarti mmg bberapa kasus ya memang kong kalikong
@@spamberuang2367 intinya harus diselidiki pak. Karena yang bersih masih banyak bahkan mungkin jauh diatas yang kotor. Masalahnya sama seperti bidang lain. Banyak yang mengeneralisir karena merasa "putus asa"
kalau mau pakai obat herbal alami aja kayak madu, jamu, dan ramuan. kan yang alami pasti gak kecampur bahan kimia yang aneh2 dan mahal
@@FrancisDoubleA masalahnya gini pak. Ngak semua obatnya itu. Kenapa ada obat diluar yang bapak sebutkan karena itu obat dari banyak penyakit bukan semua penyakit. Intinya frasa ".., kecuali kematian" bisa diartikan kalau itu obat selain keadaan berat.
Soal "kimia" itu kenapa kita belajar sejak SMP pak. Alasannya karena dulu masyarakat dilarang belajar karena kalau pintar sulit dijajah. Nah itu sekarang sisanya masih ada. Cenderung konservatif berlebihan dengan menolak apa yang sebenarnya baik baginya dan mengatakan semua yang asing baginya sebagai "kimia-wi". Padahal air minum sendiri itu zat kimia.
Bertahun2 kerja sbg assisten kepala gudang di gudang farmasi ternama dan ya memang seperti itu bisnis nya...yg penting cuan...maka nya ada kejadian "malpraktek" bisa jadi obat yg harusnya tidak di resepkan malah di resepkan juga oleh si dokter agar stock obat nya habis....pernah juga saya niat nya mau mutasi barang injeksi dari available ke bad stock karena ED dekat eh tapi ada instruksi dari tim promosi bahwa barang tsb mau di jual ke salah satu RS besar dgn harga diskon....btw saya udah resign🙏
Saran saya adalah untuk mengatasi suap dokter adalah, tetap berkonsultasi kepada dokter tapi mengambil obat versi generiknya atau alternativenya dari nama obat yang diresepkan oleh dokter. Contohnya: Dokter meresepkan Amoxsan 500 mg 10 Kapsul seharga Rp 36.000. Alih2x membeli Amoxan, anda membeli versi generiknya Amoxicillin seharga Rp3000,-.
Tp itu lumayan sulit buat orang awam, dan lagi ada kemungkinan malah salah obat.
Sayangnya tulisan dokter itu mustahil bisa dibaca sama orang awam wkwkw
Alternatifnya gunakan asuransi. Karena gini tips ini ngak selalu tepat. Jadi gue pernah dapat kasus ini, pendahuluan di kimia SMA pasti pernah belajar rantai cis dan trans. Nah, ada pasien jantung yang butuh obat yang butuh rantai tertentu di atas 50 persen. Masalahnya kenapa obat yang di resepkan lebih mahal karena proses pemurniannya butuh waktu dan sumberdaya. Sedangkan versi generiknya dibawah 50 persen. Jadi efek yang dibutuhkan tidak tercapai. Ini kenapa tips ini tidak selalu tepat.
Selain itu penggunakan antibiotik sebaiknya harus ada yang mengawasi. Karena risiko kuman kebal antibiotik sangat tinggi akhir-akhir ini.
saya pernah mencobanya, tapi dari apotek tidak memperbolehkan, alasannya pembelian obat harus sesuai resep dokter
Itulah yang terjadi jika profesi dijadikan alat untuk cari materi bukan ke profesionalitasan, maka apapun jalannya, merugikan yang lain atau tidak tetap dilakukan. Bukan hanya dokter, polisi pun juga, konten kreator pun juga.
Jadi bukan profesinya, tapi untuk apa profesi tersebut, apakah untuk membantu sesama umat, apakah karna emang suka melakukan profesi itu atau apakah karna itu tadi, untuk ngejar materi.
Terimakasih pak guru. Saya mengambil kesimpulan "Mari hidup sehat, makan makanan sehat. Krn hidup sehat sekarang lebih murah dari harga obat waktu sakit"...
Saya waktu umur 7 thn perah jga kena penyakit kuning (istilah di kampung ku) tapi ga ke dokter cma diem dirumah ga boleh makan yg ber minyak , semua direbus sama suruh makanun gula aren sama Tutut ( sejenis keong kecil ) puji Tuhan sembuh sampai skrg udh umur setengah abad lebih
Alhamdulillah, intinya jaga kesehatan sih, di podcast om ded fungsi RS ada 2: untuk kecelakaan dan melahirkan
Yah memang begitulah Pak Guru, tapi seringkali kita nggak punya pilihan lain. Kita sakit, ke dokter, minum obat, dsb. Kita lakukan semua karena kita sebagai pasien percaya bahwa dokter adalah orang yang ahli / berilmu. Sampai tahap ini kita hanya bisa percaya dan berpikir positif.
Namun seperti profesi lainnya, tetap ada oknum yang menyalahgunakan kepercayaan client-nya. Jika ini yang terjadi, maka kemungkinan besar kita tidak bisa apa apa. Namun bukan berarti sang oknum akan lepas dari tanggung jawab. Karena pada akhirnya, semua yang kita lakukan akan dimintakan pertanggung-jawaban.
Cakep nih kesimpulan 👍👍👍👍
Salam dari Ketua Organisasi Pak Guru, good job lagi katanya.
Bang jujur saya adalah orang yang sakit sakitan san selama saya sakit saya selalu periksa ke dokter dan saya sudah minum ribuan pill dari dia dan kemudian dokter itu meninggal lalu saya sekarang cukup menjaga kesehatan saya dengan olahraga dan makan yang bener dan saya alhamdulilah gak sakit sakitan lagi
Yang jadi pertanyaan nya kenapa itu dokter dsri dulu gak ngomong kalo masalah sebenernya itu gara gara saya salah dalam menjaga pola makan dan aktivitas saya? Apakah sebenarnya mereka meng eksploitasi ke tidak tahuan saya? sekarang badan saya rusak gara gara minum banyak obat obatan itu
Kejujuran itu barang langka Pak Guru , di semua bidang bahkan di lembaga yang seharusnya adalah panduan moral ( yg kita yakini adalah sumber kebenaran) sll ada orang" yg memanfaatkan utk kepentingan pribadi atau golongannya. Bahkan mungkin ada kasus mal praktek yg tdk ketahuan Krn kita ini awam yg tdk terungkap. Tapi kita dak bisa melepaskan diri dari semua itu Krn kita butuh.
Itulah " dunia".
Semoga Pak Guru dak di somasi pihak" yg disentil.
Sebenarnya ada baiknya materi kontroversial seperti ini dibuat dengan orang-orang yang memang kompeten menjawabnya. Karena konspirasi tidak hanya lahir karena memang ada masalah, tapi sudah diklarifikasi atau tidak diklarifikasi sehingga sekalipun akar masalah selesai dan diketahui masih ada yang terprovokasi dan salah paham.
Bapak saya covid, masuk RS keadaan masih sehat. Nyetir sendiri, makan sendiri, ketawa ketawa. Intinya seperti tidak sakit.
Tapi malah semakin parah di RS tersebut, tiba2 RS menelfon kami untuk tebus obat seharga 450 jt. Obat tidak bisa ditebus, bapak sekarat, tetap wajib cuci darah 150 jt. Akhirnya meninggal.
Dokter malah salahin kami, bapak sampai sekarat karena tidak membeli obat tersebut.
Hebat kamu dok! Hebat RS tersebut!
Maaf, anak saya terserah mau jadi apa, walaupun nanti dia ada kemampuan, tapi jangan jadi dokter. Trauma tidak bisa hilang perlakuan dokter ke alm bapak saya.
Turut berdukacita
Mantav
Astagfirullah aldzim
Sebelumnya emang udah sering cuci darah ? Kalo udah yaa brarti emang kondisinya sudah tidak baik kan ? Tapi untuk obat sampe 450jt ngk ngotak sih. btw tetangga saya ada yg kena ginjalnya tiap beberapa minggu cuci darah gitu tetapi di tanggung BPJS.
@@hargo2582 bapak saya tidak pernah cuci darah sebelumnya. cuci saya maksud, bukan cuci darah biasa seperti pasien gagal ginjal. Nama tepatnya convalescent plasma. Bahkan setelah bapak saya meninggal saya masih suka baca baca tindakan medis tersebut. Convalescent plasma ternyata juga belum dianggap efektif sepenuhnya untuk pasien. Itu saya bayar hampir 150 jt. Diluar semua tagihan dan tindakan medis lainnya.
Obat 450 jt itu namanya GAMARAS. Kami sudah mohon untuk bisa dicicil, tapi tidak boleh KHUSUS 1 PAKET DAN SEGERA.
Alhamdulilah, sepanjang istri jadi dokter, belum pernah sekalipun kerjasama dengan farmasi. Doakan saja tetap terjaga.. Secukupnya cari rezeki, sedang kesehatan adl rizki terbesar. 🙂
Sebagai dokter saya rasa permasalahan ini memang pelik dan jawaban nya harus sistematis bukan sekedar hati nurani. Hal yang paling mudah dilakukan untuk saat ini adalah edukasi tapi secara lebih menyeluruh, agar pemahaman nya tidak setengah setengah. Menurut saya pembahasan ini bagus untuk mencerdaskan orang orang terkait kesehatan. Walaupun ada beberapa poin yang saya kurang setuju dari video ini. Untuk kedepannya saran saya bisa dilakukan pembahasan bertemakan seperti ini lagi dengan didatangkan narasumber yang memiliki expertise dalam bidang ini seperti mungkin narasumber dari IDI. Terimaksih Guru Gembul untuk pembahasan nya suskes selalu.
makasih baraya
Point yang mana pak? Bisa Anda jelaskan?
Saya juga pernah bersinggungan dengan hal seperti ini. Ada orang kaya minum obat generik tp tidak sembuh. "Mungkin malas minum obat"
Dan ketika di beri resep obat paten yg mahal beberapa waktu sembuh.
Trik obat mahal cenderung masuk kepikiran pasien ketimbang obat murah.
Mungkin sugesti atau sayang obat mahal gak diminum.
Dan untuk praktek suap untuk tujuan seperti pembahasan saya sangan tidak setuju.
Tp pak @gurugembul coba diskusikan ini dengan orang yg kompeten. Dan diupload ke chanel ini.
🙏🏻🙏🏻 saya bukan dokter tp kejadian itu saya yang antar pasien ke dokter dan rumah sakit.
Nah ini menarik, kita ingin lihat gugem muntah ke narasumber ahli, trus lihat apa pendapat si ahli 😌
gw kaget ada profesi sales rumah sakit, kerjanya cari pasien..
Saya mengapresiasi youtuber yang berbagi ilmu pengetahuan
Sekitar 1 atau 2 tahun yang lalu, saya melihat film animasi di televisi, entah apa judulnya, tapi yang masih saya ingat film itu menceritakan tentang negeri konoha. Diceritakan di film tersebut ada wabah penyakit sedang menyerang rakyat mereka, namun ada seorang penasihat bernama Teiwan yang berkata bahwa rakyat tidak perlu kuatir karena wabah tersebut tidak berbahaya.
Ternyata penasihat lain bernama Lou memiliki cara berpikir beda, Lou melihat peluang bahwa wabah ini dianggap bisa memberikan keuntungan finansial bagi kelompoknya jika ada ramuan yang bisa menyembuhkan/mencegah penyakit itu. Akhirnya penasihat Lou berencana untuk menawarkan kepada raja agar segera membeli ramuan dari negara lain untuk dibagikan secara gratis kepada rakyat. Penasihat Lou berkata "baginda raja akan terlihat lebih mulia apabila membagikan ramuan gratis kepada rakyat". Raja pun setuju namun dia bingung dan bertanya, "apakah memang wabah penyakit ini sudah ada ramuannya?", penasihat Lou pun menjawab "tidak penting ada atau tidak ramuan yang manjur, yang paling penting adalah baginda raja memperoleh kemuliaan dari rakyat". Rajapun tentu setuju akan rencana itu dan penasihat Lou merekomendasikan kepada raja untuk mengutus penasihat Tou mengurusi pengadaan ramuan.
Raja memerintahkan penasihat Tou untuk mengunjungi pengrajin ramuan di negari lain, pengrajin tersebut diminta untuk membuat ramuan dalam jumlah besar. Pengrajin tersebut merasa sangat senang, sehingga dia memberikan komisi kepada penasihat Tou karena bersedia datang dan memberikan kesempatan memproduksi ramuan. Tentu penasihat Tou menjadi senang, karena jumlah uang yang diterima tidak sedikit. Di sisi lain penasihat Lou melihat bahwa penasihat Teiwan harus disembunyikan keberadaannya dari rakyat; kalau dia terus memberikan motivasi, bukan tidak mungkin rakyat akan menolak minum ramuan yang akan dibagikan oleh raja. Akhirnya sejak saat itu setelah berkonsultasi dengan raja, penasihat Tou berhasil mengasingkan penasihat Teiwan sehingga keberadaannya tidak diketahui oleh rakyat.
Sepulang mengunjungi pengrajin ramuan, penasihat Tou menemui penasihat Lou, dia menyampaikan berita gembira tentang komisi yang diterima. Akhirnya kedua penasihat sepakat untuk membagi komisi tersebut. Lou berkata "kau lihat kan bagaimana wabah ini bisa kita manfaatkan untuk mendatangkan keuntungan bagi kita berdua?", Tou menjawab "Lihai sekali kau melihat peluang ini". Lou melanjutkan "Aku bahkan bisa membuat kita mendapatkan keuntungan lebih sering" dan Tou langsung merespon "Bagaimana caranya?". "Kita berikan nasihat kepada raja bahwa wabah misterius ini harus dihadapi dalam jangka panjang, oleh karena itu ramuan harus diberikan secara rutin", Tou pun memotong lagi "Aku paham, jadi kita harus berikan ramuan ini secara berkala sehingga kita semakin sering mendapatkan komisi", Lou merespon kembali "Nah, kau tahu kan? hahaha".
Akhirnya setelah itu raja memerintahkan setiap tabib yang ada di negerinya untuk membagikan ramuan kepada rakyat, setiap orang yang menerima ramuan itu harus dicatat. Apabila tidak mau meminum ramuan itu, seorang tidak boleh pergi kemanapun karena takut menularkan penyakit kepada orang lain. Konon season 2 dari film ini menunjukkan bahwa penasihat Lou dan Tou merencanakan untuk mendatangkan kembali wabah baru, agar dia terus memperoleh komisi dari pengrajin ramuan. Itulah cerita di negeri Konoha yang menjelaskan bahwa kesepakatan gelap tidak hanya dilakukan oleh tabib dan pengrajin ramuan, tapi para pejabat juga melakukan hal yang sama namun dalam perjanjian resmi.
Jadi itu review singkat film animasi "Once Upon in Konoha" semoga terhibur.
Lou ini loehoet ya😄,, ya begitulah, semoga tahun ini para hamba cuan kebongkar satu per satu
Penasehat Lou kaya banget, duitnya banyak di negeri Swiss eh Negeri Yukigakure
Saya dulu bekerja di salah satu perusahaan farmasi ternama, sempat terheran2 saat tau boroknya dunia kesehatan, parah dan kejam menurut sy.. ada dokter yg baik kok (sebagian kecil, kecil sekali 😂)
Cuma masalahnya gini, mereka kan lebih berilmu dalam hal tsb, jd kita yg awam ini klo mau bongkar atau menolak ketika akan "dimainkan" ujung2nya ntar dibalikin "Kami ini dokter lebih paham", dan kita yg awam ini mana tahu klo dia sedang berbohong atau tidak, krn mindset kita "dokter lebih ngerti".
Temen saya sampe debat sama satu dokter gara2 gak mau istrinya lahiran caesar, debatnya sengit sampe kesel dokternya, sampe ngatain temen saya "Kamu jangan sok tahu!"
Akhirnya pindah dokter bisa normal dan apa yg ditakut-takuti dokter sebelumnya nggak kejadian, ya berarti kesimpulannya, dokter sebelumnya ngotot krn pengen pemasukan yg lebih besar dari caesar.
saya dulu SD juga divonis Hepatitis B, ceritanya serem2 tapi alhamdulillah sampe skrg punya anak masih dikasih umur dan HBSAG saya juga sudah normal. Dulu cuma disuruh minum temulawak & susu khusus penderita hepatitis. Obat mah bisa diitung gak banyak2 bgt.Tapi makin dewasa makin paham juga ttg kongkalikong sales perusahaan farmasi & dokter utk ngeresepin obatnya. Klo dirawat di RS juga setelah balik dr ruang paling angker di RS yg paling banyak dikeluarin justru buat obatnya. pdhl dikasih obatnya gak seberapa banyak. Tapi sales obatnya juga rata2 hidupnya enak krn gajinya juga gede2. Nyatanya bisnis RS itu bukan niat mau nolong org, tapi mau morotin org sakit. Gak perlu tes darah disuruh tes darah, dan ini itu lainnya. Oknum2 nya sama gendhengnya sama instansi2 lain. wkwkwk
Semuanya kembali lg ke masing2 manusianya aja sih, gak semua bisa digeneralisir buruk semua, atau baik semua.
Di Indonesia:
1. Biaya pendidikan dokter mahal.
2. Dokter cenderung merasa Eksklusif, sehingga "sering meremehkan" profesi lain.
3. Ketimpangan gaji/pendapatan Dokter dan tenaga medis lain (perawat,bidan,dll) menurut saya juga parah.
5. Terlalu super power nya organisasi IDI
2th terkahir ada 3 chanel yt yg sering aku tonton dri yt Guru Gembu, Prof Renald Khasali, dan yg terkahir chanel 1Persen. Dari situ bnyak bgt ilmu yg aku dpet dan gk nyangka secara perlahan bnyak hal positif yg aku rasain jika dibanding sbelumnya.
Njir sama 🤣
Wah sama donk
Tambah Ngaji Filsafat oleh Dr. Fahrudin Faiz. 😊
Setelah banyak oknum dikedokteran, kepolisian, penceramah keagamaan, percayalah alam sudah muak dan segera menghabisinya.
Amin
Ga cuman itu, banyak oknum penegak hukum selain kepolisian (hakim, jaksa sm pengacara), Aktivis (Great Thunberg, Veronica Koman, Gilbert Baker (rest in hell)), Bankir (Rothschild clan), Pejabat Pemerintahan (DPR sampe Sekjen Perserikatan Bangsa-bangsa), Ilmuwan, dll yang berbuat kejahatan demi kepentingan pribadi menyebabkan MATINYA KEADILAN yang harus dihancurkan di antara 8 miliar umat bumi hanya menyisakan orang paham Nihilisme, Absurdisme, Apatisme yang membuat keadilan sendiri karena pengalaman traumatis
Jadi ingat anakku ketika kuliah di bandung, dia sakit yang menyebabkan mulutnya penuh sariawan sehingga sulit menelan. Dibawa ke dokter yang gelar dr profesor. Anak saya di diagnosa kemungkinan flu hongkong apa singapura, membuat yang denger jadi keder akhirnya diresepkan obat lalu ditebus. Tapi engga pernah diminum. Anakku sembuh, qadarralah atas ijin Allah aku urus dengan minum juice selama 3 hari, banyak minum air putih hangat. Makan bubur, dan sayuran. Alhamdulillah sembuh gak jadi deh diteropong biintang sama dr profesor itu.
Sangat² merugikan masyarakat ,Ini memang nyata. Sales obat sering ikut antri bersama pasien dirumah sakit. Terima kasih pak guru sudah berani SpeakUp untuk perbaikan negara ini
Yg ikut anrri dengan pasien, kalo dulu bukan sales obat namanya. Tapi medrep (medical representatif), tugas utamanya adl menjelaskan / mengingatkan kandungan obat dan cara kerja obat tertentu ke dokter. Kalau sales obat biasanya kunjungamnya ke bagian pengadaannya atau apoteknya. Medrep itu dibawah perusahaan farmasi. Kalau sales obat itu dibawah distrubutornya. Tp memang tugas medrep yg aslinya begitu, seringkali berubah, antri hanya untuk minta ttd kunjungan, atau mengingatkan dokter dengan target yg disepakati sebelumnya, pencapaian sudah brp...
Begini pengalaman saya Pak Gembul. Di jaman BPJS seperti saat ini, hampir semua obat itu "deal" nya bukan sama dokter lagi, tapi sama apoteker yang pegang di rumah sakit, atau sama manajemen rs. Itupun harus e-katalog. Kalopun ada pasien yang diberi obat paten/mahal atau apapaun diluar obat BPJS, itu adalah pasien umum atau asuransi diluar BPJS.
Dan di jaman sekarang, pasien non BPJS bisa request ke dokter untuk pake obat jenis apa, paten bisa atau generik saja.
Tapi obat generik yang diberikan di praktek-praktek umum itu-pun ada yang perusahaan farmasi yang jualan pak, dan harganya juga ga murah.
Sekarang kalo mau perbaikan dan kurang di hilight oleh bapak gembul menurut saya;
1. Mulailah dari perusahaan farmasi. Pemerintah keluarkan regulasi untuk dapat menekan ongkos produksi obat, atau ongkos impor obat dari luar negeri, sehingga obat bisa lebih murah dan terjangkau. Obat yang kadung sudah mahal dari farmasi, ketika di jual di apotek itu dinaikin lagi untuk dapat margin keuntungan apotek. Bukan dokternya.
2. Iming-iming atau suap atau imbalan apapun namanya, seperti supply and demand. Saya berkeyakinan, dokter jika bener dan berhati nurani, selama tidak ada kesempatan di iming-imingi dengan, contohnya: Laki-laki tegap dan berbulu seperti di video 😂, Insya Allah ga akan terjadi. Karena banyaknya obat yang serupa/sejenis tapi yang bikin banyak perusahaan, makanya ada kompetisi, disinilah akhirnya perusahaan farmasi pasang "iming-iming" agar obat dari perusahaannya dipake oleh dokter. Solusi buat ini, larang perusahaan farmasi menawarkan imbalan. Tawarkan obat ke dokter, terserah dokternya mau pake atau tidak. Depkes buat aturan, ini obat A, B, C yang boleh dipake. selain itu tidak. Dokter sebagai user, ya pasti nurut aja.
Tulisan ini bukan pembelaan saya sebagai dokter. Memang benar ada praktek-praktek seperti disebut diatas. Tapi ya kalo jaman sekarang, netijen bilang itu namanya oknum. Dan namanya oknum itu ada di institusi mana-mana, di profesi mana-mana.
Tapi yakinlah, masih lebih banyak dokter yang bekerja dengan niat ibadah, nolong dan bantu pasien. Kalopun dari situ, dapet jasa itu bonus dunia. Mohon jangan dibully, terimakasih. 😄
poinmu bagus bro,setuju,tapi kebanyakan org indo lebih suka bad news,trmasuk adminnya guru gembul ini,cuma liat dari satu sisi,mauku dia juga bahas guru2 yang bocorin soal,uda rahasia umum juga guru2 mainan begitu 😀
@@helmipras6177 sudah pernah dan sering dibahas mengenai guru2 unik oleh gugem. Bahkan sampai di beberapa Podcast ttg guru yg gak kompeten..
@@sandhihidayat6290 minta link dong yang bocorin soal,atau jual buku,atau apalah itu yang sejenisnya
Sekarang malah kebalik, dokter baik hanya oknum
10 tahun yang lalu bapak saya di lakukan prosedur yang membuatnya sakit keras dan meninggal 7 tahun yang lalu. Mungkin kisah ini tidak akan saya buka karena aib dan ketidakjelasan sumber yang mendukung pengalamanku. Terimakasih Gugem yang berani bahas ginian walaupun kasus dokter jarang diungkit dan dibahas di media sosial.
o
Obat kimia sintetis merusak tubuh, menambah penyakit.
Obat kimiawi sintetis merusak ginjal, hati, otak, telinga dan lain - lain.
Seringnya salah diagnosis makanya banyak orang ke Singapore
Saya baru saja kejadian 2021 lalu, bapak meninggal karena covid. Masuk RS sehat seperti tidak sakit, masuk RS pun inisiatif agar tidak menular ke keluarga. Anehnya di RS setelah 2 minggu menjadi parah hingga meninggal.
Sebelum sekarat dokter meneflon saya untuk membayar obat seharga 450 jt dan belum tindakan lainnya.
Aku dukung kamu brother, kasus mereka jarang diungkit dikarenakan mereka di backing sama Mafia obat wkwkw.Biar orang gak jujur ntar ada balasannya.Sehat selalu ya kawan🥰👍
Dulu ada film Amerika tentang Med reps dan dokter, yang dibungkus cerita romace. Judulnya “Love and Other Drugs”
Ya film itu fiksi, tapi penggambaran konteksnya kuat, seperti film Avatar yang ingin berargumen soal kelestarian alam.
Dan dari yang saya pernah baca, ganja medis baru bisa legal di Amerika belom lama itu karena takanan industri farmasi. Sebelom ganja medis dilegalin, obat tidur, anti-depresan itu banyak diresepkan dan dikonsumsi orang Amerika.
Kalo di Indonesia, ganja medis juga bakal sulit. Yg nentang 2: industri farmasi, karena bisa menggerus pasar mereka. Dan yg kedua mungkin: polisi. Karena kalo udah legal, tar gak ada tangkepan lagi. Gak ada duit sogok lagi.
Msih banyak tumbuhan yang bikin fly yang bisa dibteliti di indo kecubung medis, masrum medis, jarak medis kali aja bisa ketemu medicine and other drug
Guru coba bongkar praktek eksploitasi tenaga kerja training/PKL/SPG yang di hotel khususnya terjadi pada siswa SMK perhotelan. Mereka dipaksa untuk "bekerja" tanpa dibayar selama 6 bulan hanya untuk mendapatkan sertifikat. Setelah mereka lulus belum tentu mereka direkrut oleh hotel tersebut, bahkan yg udh punya sertifikat pun peluang menganggur nya masih tinggi
Kendalanya kalo hotel bayar gaji = memperkerjakan anak dibawah umur
Siswa SMK? Sepupu saya saja yang kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta pas PKL di hotel tidak digaji, emang parah, saya sempat kasihan melihatnya
Ga cuma di hotel bro, banyak jurusan" lain yg PKL nya ga dibayar sama sekali dan kadang ada yg disuruh lembur....
Kalau magang/PKL apakah ada aturan wajib perusahaannya beri gaji? Setahuku tidak ada sih. Jadi tergantung perjanjiannya dengan perusahaan apakah siswa yang magang itu dapat bayaran atau tidak.
Kan ada perjanjian nya bang dapet gaji atau ga, upayakan kalo pkl atau training liat dulu perjanjiannya seperti apa isinya
kalo dijadikan film, bakal booming jg. misal terkait kasus covid.
1. mewajibkan setiap org harus suntik vaksin, pasti biar anggarannya cair
2. jumlah yg kena covid tdk manusiawi, bahkan yg kena batuk pilek biasa, dicovidkan. penyakit ringan apapun dicovidkan biar dananya turun.
3. jumlah meninggal krn covid, kemungkinan bukan krn covid, melainkan krn "perlakuan khusus".
4 . jenasah yg tdk boleh dimandikan, krn organ dalamnya sudah diambil sewaktu masih segar, untuk menghilangkan bukti
5...
6...
Oralah emang ada loo covid itu
ya Allah, iya ngeri bnget, covid hanya dijadikan kambing hitam
@@riendudaly3404 ada
Tapi banyak yg di manipulsai
Emang Corona itu benar ada
Tp banyak yg di manipulasi
Untuk diriku dimasa depan, dikala kau udah lulus dari pendidikan dokter janganlah kau buang rasa kemanusiaan mu demi sebatas uang..
Agak miris emang liatnya kalau mau di bongkar mungkin bisa lebih dari ini tapi saya gak bakal banyak ngomong karena gak tau fakta dan buktinya kayak gimana, well dari pada menduga duga mending berdoa semoga di beri keselamatan dunia dan akhirat Aamiin
Trmksih kang guru sudah menyuarakan tentang jerat hitam medis ini. Saya Sudah Sadar ini dr 2010an. Sy yakin bnyak yg Sudah Lama sadar juga tp Tidak berani/ Tidak punya corong untuk speak up. Tau sendiri kan?!
Ga perlu heran Dokter2 bnyk yang Kaya2, apalagi bnyk dokter bedah, gmpang sekali buat bedah bongkar2 pasien. Krna pasti butuh bnyk obat dan obat pendamping.
Ini serius kejahatan kejam, karna demi cuan korbannya gak tanggung2. Bs miskin sekejap atau jd komplikasi.
Trimakasih Guru gembul untuk Mewakili menyuArakan kebenaran.
Sehat selalu kang
Semoga golongan2 yg tersebut di video, suatu saat kena Bala sampe turunan2 nya
Saya belum nonton tapi saya apresiasi tinggi untuk tema saat ini..
Bisnis Kesehatan!!!!!!
Manusia jahat,,gak takut apa dengan Azab kubur???siksaan kubur!!!!
Semua untuk keuntungan semata .. mencari keuntungan sebesar besar nya , Uda jrg Tim medis yg tulus.. yah begitulah sebenar nya apa yg dikatakan guru gembul👍 Ayoe suarakan kebenaran
ya ini.. yg sy tunggu2.. episode bahas tentang dunia kedokteran yg penuh intrik.. sekelas bossman aja ga berani.. salut kang guru..
Sebenarnya ini soal oknum sih pak.
Semua oknum..
Bagi yg ketahuan
🤣🤣😂😂😹😹 bukan diaspora jiwa bebas yg berani bongkar intrik2 farmasi
Saya sebagai Marketing Farmasi Paham akan hal ini, memang banyak oknum dokter Seperti itu tapi banyak juga dokter yang Punya integritas.
Dan saya Bersyukur bisa bekerja di profesi ini, karena saya bisa tau saat dokter memberi kan resep obat yang tidak sesuai atau memberikan obat paten yg harganya mahal, saya bisa menukar resepnya di Apotek lain dengan obat² generik yg harganya lebih murah dan tidak menebus obat yg saya rasa tidak sesuai dengan diagnosa penyakitnya. 🙏🏻
Semoga dilimpahkan pahalanya, pak
Info kontaknya dong om😁
Hati2 untuk kasus tertentu seperti pengobatan penyakit jantung. Karena obat yang berbeda bisa memiliki kemurnian yang berbeda sehingga efek yang diharapkan malah tidak tercapai. Jadi maunya cepat malah jadi lambat.
@@Rkap_Oz dokter pak?
@@semuaderitaku menurut bapak? Hehe
Karena itu saya ingin meluruskan beberapa kesalahpahaman. Jadi nanti di akhirat kalau ditanya mengenai hal ini saya sudah bisa menjawab kalau saya sudah berusaha meluruskan informasi sebanyak mungkin yang saya bisa pak. Sisahnya kembali ke pada Allah, karena saya punya kewajiban lain selain memantau dan menjawab misinformasi.
Semoga bermanfaat
Keluarga, teman, tetangga, bahkan diri sdr pernah dan sering alami hal yg sama spt pak guru ceritakan, praktek mafia gurita raksasa dibidang ini sudah berpuluh puluh tahun, tapi anehnya terkesan dibiarkan dan dipiara tanpa pernah ada solusi.
1000% pak guru benar. Modusnya detailer datang ke dokter2 untuk menawarkan % bonus, Dan ada targetnya. Cara mencairkan bonus adalah Dari tiap apotik dilakukan rekapitulasi resep. Periodik nanti akan di hitung sesuai dengan formula yg sdh di sepakati. Pembayaran banyak caranya seperti pak guru yg sdh sebutkan. Detailer pasti perang bonus. IDI adalah bagian Dari mafia obat, lah mereka yg senior Dan terkenal yg jadi motornya wkkkk. Bagaimana IDI mau memberantas, merekalah pemain utamanya. Obat generik pun bisa dimainkan, cuma cuannya kecil ketika dibandingkan dengan obat branded. Soal malpraktek jangan ditanya lagi, semua terlibat gak mungkin dokter main sendiri. Karena ada tindakan yg harus di konfirmasi dengan pihak pihak lain
sekarang utk kelahiran anak, itu banyak bidan n dokter kerjasama agar anak tsb lahir dgn cara operasi cesar. Alhamdulillah keluarga istri sy sudah langganan dgn bidan lama, beliau sudah sepuh namun pro kelahiran normal. jam terbangnya tinggi, bahkan anak kedua sy ketika lahir terlilit tali pusar pun beliau dpt melakukan proses persalinan normal itu dgn lancar.
nah utk bidan yg baru biasanya sekrg dikit2 cesar, krn dh kerjasama dgn dokter SpOG dan dokter tsb sudah terikat dgn obat2 yg berkaitan dgn operasi cesar.
Intinya,profesi/pekerjaan biasa sampai yg terhormat sekalipun,pasti akan selalu ada oknum yg "culas"
iyess dah tau lama banget fakta pahit ini dari almarhum paman saya yang jadi dokter di daerah jakarta, bener bener kaya diservis abis dokter2nya sama sales2 obat biar obatnya dijual sejumlah tertentu. Nambahin lagi Pak Guru kualitas SDM dokternya juga gapaham dah itu atasan saya di kantor ada yg suaminya di bawa ke rumah sakit2 ngetop di Indo yg biayanya gk sedikit bahkan sampai mau dioperasi otak segala...terus endingnya gabisa kasih kesimpulan sakit apa secara medis, eh tapi pas di bawa ke singapur dah cuma berobat seminggu, cost jauh lebih murah, dan diagnosa dokternya pun gamblang/jelas " oh inimah sakit X, obatnya cukup ini aja dan istirahat cukup" . Seketika saya jadi mikir mungkin ini penyebab banyak org yg lari ke dukun setelah sebelumnya berobah ke rumah sakit dan dibilang secara medis gaada sakit apa apa, gak lain karena inkapabilitas SDM dokternya dalam mendiagnosa.
Banyak alasan kenapa terjadi misdiagnostik. Yang paling umum karna tanda gejala penyakit itu mirip mirip.
Kalo dateng ke klinik/faskes yg alat"nya tidak memadai. Bisa memperbesar kemungkinan terjadi kesalahan diagnosa ini. Kemudian perihal obat, memang sales obat sering membuat kontrak dgn dokter. Tapi, dokter juga harus bisa mempertanggung jawabkan diagnosa dan resep yang dikeluarkan. Ada mekanisme yang mengharuskan petugas medis melakukan tindakan dengan benar. Itu semua harus dicatat didokumen Rekam Medis dan diberi tanda tangan basah dari petugas yang memberi tindakan. Fungsinya untuk meruntut kalau terjadi malpraktik. Nah masalah utamanya ada dipasiennya ini, masyarakat awam banyak yg tidak paham terkait obat, pathflow penyakit, dan Sop pelayanan. Jadi, kalau terjadi malpraktik pun, pasien dan keluarga belum tentu paham apa yang sedang terjadi. Mau di edukasi pun tingkat pengetahuannya berbeda". Terlebih dikondisi kritis yang perlu tindakan cepat, ditengah situasi genting, petugas medis bisa saja lupa. Tapi ya dibiarkan saja, orang pasiennya juga nggak paham.
Tapi terkadang ada juga pasien yang ngotot kalau tindakan yg dilakukan itu salah. Padahal udah sesuai Sop
Mirip kasusnya dengan saya, saya pernah operasi ngeluarin kayak daging diketek dan dilengan. Kata dokternya akibat cabut buku ketek. 🤣🤣
@@roynii-chan7088 "Kalo dateng ke klinik/faskes yg alat"nya tidak memadai. Bisa memperbesar kemungkinan terjadi kesalahan diagnosa ini" ini rumah sakit gede dan terkenal banget di ibu kota mas masalahnya hehe
@@starstuffs39 belum tentu rumah sakit besar punya alat yang memadai di bidang yg spesifik. Ada beberapa kali saya temui kasus, Rs dgn grade A, kirim pasien ke RS grade B karna nggak ada Dr spesialis atau alat yg mendukung peralatan.
aduuh iya banget lagi, tapi pinggir jurang banget semoga pak guru selalu dalam lindunganNya, amiin
Saya seorang dokter… sampai saat ini saya selalu meresepkan Obat sesuai indikasi dan kemampuan pasien…. Tidak menutup kemungkinan oknum2 tersebut mungkin Ada….
Kerjasama Farmasi pun, tetap pemberian Obat sesuai indikasi setiap pasien… bukan asal meresepkan Obat tanpa alasan yang jelas…. Semoga saya selalu amanah 🙏🏻
aamiin bu
Aamiin
Ah sama saja, ujungnya duit
Aamiin yra
Terimakasih telah menjadi dokter yang amanah
Wow gugem bahas ini jg, th 2011 sy pernah jd medrep & praktek inilah yg membuat sy hanya bertahan 1 thn, nurani sy tdk bisa menerima praktik ini. Banyak cerita" negatif yg sy dpt dr rekan kerja, senior & pengalaman melihat dan mengalami langsung dr praktik kotor ini yg kata mereka mrpkn hal biasa yg jk tdk dilakukan obat kt tdk akan terpakai kecuali obat kt paten sekali & tdk ada penggantinya. Sy tdk mau lg, cukup 1 thn. Dan pengalaman dan cerita yg sy dengar tdk semua dokter melakukan praktik ini, ada dokter yg ttp melakukan profesinya dg baik.
Kakak saya pernah melahirkan di salah satu rumah sakit swasta di bandung, di tangani dengan bidan, tetapi di surat rumah sakit diminta untuk meng konfirmasi bahwa penanganan di lakukan oleh dokter. Karena semua nya di cover asuransi, kami tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Hidup BPJS...
Itu kemungkinan rumah sakitnya pak, mau ngeklaim harga dokter..padahal yg memberi pelayanan Bidan
Persalinan tanpa penyulit is OK dengan bidan, mereka dah jago
Tapi peralinan dengan penyulit ga cukup ditangani oleh bidan, pendidikan untuk siap menghadapi masalah nya sudah beda
Yes Benar sekali Pak Guru 👍 , Praktek Jahat dan licik di Dunia kedokteran di ibaratkan seperti Lingkaran Setan begitu kuatnya dengan keuntungan yg cukup besar maka saling melindungi sehingga sangat sulit untuk di Ungkap . Ada beberapa kasus Sepulang dari rumah sakit bukannya sembuh malah meninggal , karena pemberian Obat yg sembarangan . 🙏
Sy bekerja di Farmasi kebetulan sdh 8 tahun ini sbg Accounting, dan hal" spt Sales Obat yg deal" dgn Dokter utk obat dgn iming" tiket liburan, mobil, hadiah" lain sdh biasa kok 🙏 bkn hal aneh 😂
Bagi kami rakyat biasa yg tidak ada background farmasi tentu saja ini fakta yg menyakitkan
@@wahyu-fc8jm mau gimana lagi. Kita semua butuh mereka, apalagi untuk penanganan penyakit dan luka berat. Pilihannya berobat ke dokter atau di COD malaikat maut. Selama obatnya tidak mencelakaan dan harganya yang mahal, bagi saya sendiri mampu2 saja soalnya ada askes wkwkwk
Kalau membutuhkan pembiayaan bank, omset yg dihitung omset kotor - kurangi 30% sampai dengan 25% (karena itu omset semu dan titipan). Gitu
@@makbarr1976 lah...askes juga kan bayar pake duit, duitnya darimana? dari premi yg anda bayar, premi nya dari mana dari hitungan gaji anda, duit anda juga yg buat bayar
Ada yang terinjak-injak dan ada yang Menginjak-injak,,,, , begitulah hukum alam
Terima kasih pencerahannya. Aku malah heran kenapa baru sekarang ini diungkap. Masalah ini sudah sangat lama terjadi di dunia kedokteran.
Ya Allah jauhkanlah kami dr profesi2 yg melumrahkan, menganggap wajar dan biasa dg perbuatan haram, biasa dg memberi nafkah haram,aamiin ya robbalalamiin
Ga asing dan ga aneh. Di luar negeri khususnya amerika, yg semuanya kapitalis, kerjasama dengan pihak farmasi sangat2 lumrah. Dan dokter itu seperti "sales" bagi perusahaan farmasi itu.
Untungnya pak gembul mengangkat tema ini di Indonesia ...
Sebenarnya ini lebih ke proses suplai pak. Karena gini standar obat dan alat kesehatan itu tinggi untuk keselamatan pasien. Masalahnya kalau ada RS/klinik yang mau membuat semua suplai sejak awal pasti investasinya besar. Karena itu ibarat penjual makanan, untuk kualitas biasanya akan pakai tepung merek A, mentega Merek B, dst. Masalahnya jika ada proses yang melibatkan oknum pak. Tapi tentunya harus dibuktikan terlebih dahulu karena di negeri ini banyak yang bersih tapi tertutupi oleh yang kurang bersi
Mamarika, wahyudi wkwkkwkwk gak usah kemana mana. Gak ada urusannya sama mereka
@@Rkap_Oz wkwkkw sok teu. Sy ngurusi sistem distribusi obat, pak guru benar, semua adalah mafia kesehatan kerjasama. Ujung2 nya sama, cari cuan buat dibagi bagi, korbannya ya pasien yg gak bisa menolak apa kata mafia kesehatan, mafia kesehatan isinya semua Dari RS, dokter, penyedia alkes, obat kompak
@@prasltgk2177 sebenarnya pertanyaannya apa semua gitu? Berapa yang ditolak pak? Hehe
Seperti lingkaran setan mulai dari pemberian beasiswa+bantuan2 pendidikan/penelitian sampai iklan2 yg support pemasukan gede ke berbagai platform media+organisasi2 pemerintah+swasta+masyarakat melindungi business cycle sampai dibeli+dipakai utk pengobatan
Absolutely right...service yg dilakukan oleh perusahaan farmasi bukan hanya kepada dokter, tp semua yg berkaitan dg dunia medis. Mulai kemenkes, dinkes, IDI, direktur RS, bagian keuangan, bagian pengadaan, komite medik, bagian IT, apotek, dokter, perawat, satpam, dll. Bahkan tukang parkirpun mereka service (misal dibelikan rokok agar bisa melakukan kunjungan meskipun bukan jadwalnya). Tujuannya apa ? Supaya produk mereka laku dan mencapai target yg dipatok oleh perusahaan farmasi sehingga mereka bisa survive dan mendapatkan keuntungan. Kenapa harga obat paten bisa jomplang dibandingkan obat generik ? Karena salah satu sebabnya ya karena mereka butuh dana untuk melakukan service (suap) kepada oknum2 td. Itulah sebabnya obat2an seperti itu tidak pernah kita temukan iklannya. Beda dg obat2an yg ada iklannya, dana promosi mereka dipake buat bayar iklan sehingga biasanya obat2an OTC (on the counter) tidak memakai detailer/MR untuk promosi.
White scholar scam
Jaman skr mmg harus kritis. Untungnya skr kita lebih mudah mengkroscek di web (meskipun web bisa dimanipulasi jg). Di dunia medis mmg sebenarnya banyak intrik dr dulu. Orang jarang / susah utk mengkritisi krn yg dihadapi adalah urusan survival, di mana menurut teori _hierarki kebutuhan Maslow_ hal itu adalah kebutuhan paling mendasar. Selama hal itu tidak terpenuhi, maka urusan2 lain akan dikesampingkan dulu. Insting / perasaan utk survival lebih mendominasi drpd logika yg kritis. Orang awam biasanya menganggap profesi dokter spt kasta tersendiri (look up). Posisi medis sbg _dewa penyelamat_ mmg sangat rawan godaan.
Di Indonesia sendiri mantan menteri kesehatan Siti Fadilah Supari pernah melawan hegemoni WHO dlm kasus flu burung. Beliau sempat menang, tapi akhirnya dkriminalisasi dgn kasus yg tidak berelasi. Belakangan kecurigaan bahwa Covid 19 adalah _"bencana"_ rekayasa kongkalingkong farmasi jg sangat kencang. Ujung2nya adalah perubahan cashflow yg menguntungkan mrk. Senjatanya adalah penyakit _wahn_ -- cinta dunia & takut mati, kalau menurut istilah Nabi. Begitu ketakutan mendominasi, logika mancet.
iya betul bnget critical thinking sangat diperlukan dan ketakutan harus diatasi
dokter spesialis jantung di daerahku juga gitu, dpt entertain berupa liburan ke disneyland hongkong sekeluarga dari sales obat salah satu perusahaan farmasi, harga per butir obatnya jutaan rupiah, pakdeku salah satu pasiennya, sekali nebus obat 4-8jt, sebulan bisa 2x nebus obat di apotek yg juga milik si dokter
Saya ga heran , krn dah lama tau .
Dan terimakasih buat guru gembul sdh mewakili saya membuka keadaan ini yg hanya bs saya simpan dlm hati lebih dr 30 taon🙏🙏
Itu sudah menjadi lumrah alasan shering fee antara perusahaan farmasi dan dokter juga rumah sakit 20-35% dari harga obat. Alibi yg digunakan biasanya seminar.
Dan itu menjadi lingkaran setan.
Yg jadi masalah adalah obat yg harus diberikan ke pasien harusnya obat biasa saja misal pasien sembuh SG antibiotik amoxilin tapi diberikan yg lebih tinggi. Sehingga efeknya jangka panjang pasien jadi imun dg antibiotik yg rendah.
Berdasarkan pengalaman.
Sehingga diharapkan untuk pasien anak misalnya apabila berobat ke dokter bisa dilihat dari resep obat yang diberikan.
Ada pengalaman dokter yang baik. Anak sakit flu. Dokter anak hanya memberikan obat turun panas saja. Dan obat batuk. Juga flu tidak memberikan antibiotik. Dokter baik tersebut bilang kalau panas nya baru 1-2 hari biarkan imun tubuh anak yg bekerja. Kalau lebih dari 3 hari baru antibiotik. Atau ada indikasi lain.
Ini pengalaman. Dari dokter spesialis anak sub spesialis alergi.
Hebatnya dokter dgn ilmu sugesti nya.. Obat nya belum di minum ada sedikit perubahan.
Bahas donk penjualan organ manusia.. Kayaknya masih ramai secara underground
Tergantung orangnya
Mau yang masih hidup atau sudah mati
makanya kalau ada uang lebih baik berobat ke luar negeri. Di Indo sering banyak kasus malpraktek seperti ini. Saya sudah korban malpraktek 3 kali. Kalau tidak cerdas, kita akan dipermainkan oleh dokter.
IDI aja ga ada gunanya, karena mereka ikut bermain di dalamnya. Ancaman itu hanya sebatas kertas.
Yup bapak saya pun jadi korban, dokter k*ntol itu bilang katarak di satu matanya harus dioperasi eh malah kedua matanya gak bisa dibuka, dibawa ke Singapura sama temen bapak saya dokter Singapura bilang nya bapak tidak sakit apa pun dan cuma dikasih obat tetes mata itu saja dan gak sampai 2minggu terbuka lagi matanya sampai sekarang.
Pantesan Indo banyak dokter gadungan yg bikin pasien cepet mati. Makin banyak korban dokter gadungan makin untung 😂😂😂😂😂
Akhirnya terjawab sudah pertanyaan yg slama ini ada dipikiran saya, kenapa skarang banyak ibu" yg melahirkan dgn cesar,, ouh ternyata spt itu... Terimakasih pak Gugem
Apapun yang kita lakukan.....di DUNIA INI......
suatu saat nanti AKAN KITA PERTANGGUNG JAWABKAN SECARA SENDIRI SENDIRI DI HADAPAN ALLAH SWT....
Bagus Quotes Mbah Sujiwo Tejo "Pengobatan Herbal Adalah Utama. Pengobatan Alternatif itu Kimia. Jangan kebalik".
Krisis kepercayaan terhdp profesi dokter sudah lama ada, makin kenceng pas pandemi kemarin ketika ada keluarga yg terkena C19 dan diisolasi masuk ICU tanpa pernah bisa ditengok pulang tinggal nama... Janjinya semua hasil lab rekaman medis akan diberikan ketika pasien keluar dr RS, nyatanya kami harus memohon2 hanya utk mendapat sehelai surat rekam medic tanpa bukti cek lab dll nya. Padahal kondisinya kami ada keluarga yg perawat dan memiliki kenalan dokter jg di RS tersebut. Sampai hari ini, rasa bersalah masih terus menghantui. Walaupun dengan sekuat tenaga kami terus memantau kondisinya waktu itu, tapi krn tidak bisa melihat dan merawat sendiri dihati ini masih saja ada sekelumit rasa apakah kakak saya dirawat dengan semestinya... Alfatihah utk almarhum, semoga kalaupun beliau dizolimi dicatat sebagai penggugur dosanya dan membukakan pintu syurga terbaik baginya.
Aamiin, kisahnya sama seperti almarhumah kk saya
Rekam medik hanya boleh d ketahui oleh dokter intansi yg terkait dan penyidik
Enak bgt ya jadi dokter!! Allah yg nyembuhin,mreka yg punya duit dan pujian!!
ya uda pak , buk , nanti klo berobat langsung ke maha kuasa aja ya.
Tidak semua dokter. Saya dr.Spesialis Anak dan saya tidak mau sembarangan menggunakan obat kalau memang tidak ada indikasi untuk diberikan pada pasien. Memang ada pihak obat yg menawarkan fasilitas, tapi saya tolak. Karena kita kembalikan ke diri kita, bagaimana kalau kita di posisi pasien. kasihan keluarga pasien kalau harus keluar uang untuk membeli obat yg tidak perlu. Tuhan menjadikan kita dokter untuk menolong orang sakit bukan buat mengambil keuntungan dari orang sakit. Tapi lucunya malah kebalik, ada saja pasien yg menolak membayar kalau berobat. Alasannya cuma konsultasi kok bayar. Padahal jasa saya sudah paling murah diantara rekan spesialis lain. Ada juga pasien imunisasi tapi menolak bayar vaksinnya, alasannya di Puskesmas tidak bayar. Tidak jarang ada yg mencegat saya diparkiran, jalan, rumah, mereka berobat, minta resep, tidak mau ke praktek, alasan mereka biar tidak bayar. Ga apa2, kadang agak kesal tapi nikmati saja. Toh saya masih bisa makan, tidur nyenyak, diberi Tuhan kesehatan, anak yg patuh. Itu cukup sebagai imbalan saya.
Benar sekali yg di katakan subscribe nya guru gembul yg dari jawa timur... Dan gak banyak masyarakat awam yg gak tau
Seharusnya kasus seperti ini harus diviralkan juga, karena jarang pula ada yang membahas sisi kelam dokter.
dah lama bang belasan hingga puluhan tahun
Susah ada bos gede yg dipucuk kekuasaan jadi pelindung dg berbagai dalih
Kerenn..bongkar semua kebohongan dunia kedokteran.. termasuk antinya dunia kedokteran dgn obat2 herbal..👌
blm punya pengacRa baraya
@@gurugembul insyaaAllah pengacara artis banyak bersedia..🤣🤣👌
@@gurugembul aman
Semangat guru Gembul 👍🏻.
Memang dunia medis tidak selalu sesuai dg etika profesi dokter yg sejati. Banyak permainan dibaliknya dan banyak latar belakangnya. Maka saya pribadi tidak menyudutkan pihak" medis namun juga tidak prioritas kedokter. Mungkin hal inilah yg membuat menurunnya kualitas kepercayaan masyarakat terhadap dokter. Saya pribadi lebih memilih untuk mempelajari atau menganalisis sebuah penyakit dan apa yg bisa membuatnya sembuh. Tidak harus dr farmasi, bisa dr alam (herbal) dan tetep konsultasi dg dokter terpercaya. Disisi lain juga penyembuhan diri bisa melalui praktik" keilmuan kuno yg masih dianggap tidak ilmiah padahal sangat ilmiah dan sains. 🙏🏻
Setuju
Sehat itu mahal.
Selama beberapa tahun terakhir merasakan betapa butuh untuk bisa sehat.
Riset dan cari tahu ke sana kemari. Ketemu metode sehat yg gak banyak tahu.
Satu, dari makanan.
Dua, dari perilaku atau sikap.
Yg pertama, dari grup sehat ala mktm. Makan yg alami, non pabrikan. Dan detox dg kelapa tua dan puasa.
Kedua, dari ust danu, yg bicara sakit disebabkan dosa dan perilaku buruk.
Banyak dokter Rumah sakit baik pemerintah maupun swasta yang juga membuka praktek pribadi..
Alhamdulillah saya sudah tau. Kerja sama antara perusahaan farmasi dan dokter itu terkadang agak gila. Saya pernah di ceritain temen saya, yang katanya pernah nawarin obat ke dokter2 dan katanya uangnya melimpah. Alhamdulillah nya lagi teman saya sudah bertobat gak jual obat dan lebih memilih jualan ikan lele di pasar. Katanya hasilnya memang lebih sedikit tapi ngerasa lebih lega kalo dapet uang dari hal-hal yang lebih baik.
Ayo bongkar semua Pak Guru..setiap Hal yg hanya menguntungkan kelompok tertentu tapi banyak merugikan masyarakat ..bahkan negara..". semoga para.penjahat segera bertaubat..Nikmat yg mana lagi yg kau dustakan".ingatlah kedua malaikat disampng yg selalu mengawasi dan mencatat semua yg kita lakukan....
Terimakasih kepada guru gembul yang sudah membongkar isu ini walaupun sudah umum kita dengarnya, karena teman2 saya banyak bekerja di dunia medrev, Dokter itu sudah diibaratkan setengah Tuhan di dunia ini karena hampir semua keinginannya dikabulkan terkait dengan kongkalikong pemakaian obat. Tetapi kita juga harus melihat sudut pandang hulu nya yang menyebabkan kenapa dokter bisa berbuat seperti itu karena dunia pendidikan kedokteran biaya nya sangat mahal, sehingga itu yang menjadi dasar mereka melakukan hal-hal seperti itu.
Mudah-mudahan Indonesia bisa lebih baik kedepannya. Jangan lupa bahas terkait dengan pendidikan kedokteran ya pak guru gembul. Terimakasih
Dedikasi tidak pernah jadi pedoman kesuksesan orang indonesia..sukses slalu diukur dengan materi..seberapa banyak materi dimiliki itu yang dihitung.. jadi jangan heran kalo di dunia kesehatan,pendidikan,birokrasi pemerintahan indonesia ada bisnis gelap yg menyengsarakan masyarakat..pelaku bisnis itu cuma cari uang demi label sukses .. bukan dedikasi terhadap profesi dan tanggung jawab..
Vlog guru gembul sll saya tonton pd saat saya mau tidur, enak di dengar,walau sekilas ringan tp materinya berbobot.
Sumpah dokter, sumpah polisi sumpah AL-QURAN ternyata tetap ga bisa menjadi patokan buat manusia supaya berada di jalan yg benar. Melainkan kehormatan, integritas, respect, tanggungjawab, kejujuran, idealisme, prinsip hidup dst.
Sama pak, saya pas kecil juga kena hepatitis. Kontrol hampir tiap minggu, diambil darah tiap kontrol (kalo ga salah 11x kontrol lebih).. Saya kurang tau pas kontrol waktu itu ke dokter umum apa spesialis.. Cek darahnya disebuah apotek besar gitu..
Karena hampir tiap minggu kontrol ada karyawan apotek itu yang kasihan sepertinya, terus dia saranin buat pindah dokter saja.
Akhirnya ibuk saya membawa saya ke dokter yang baru, dokter spesialis anak. Baru periksa 1x terus disuruh kontrol lagi 5 hari kemudian sambil bawa tes darah.. Pas periksa kedua kalinya saya dinyatakan sembuh.
Pas saya sudah besar saya jadi mikir, kenapa di dokter pertama bisa sampai lama gitu? Sampai bolak balik kontrol.
Urusan paling repot itu berurusan dg dokter dan polisi, apalagi kita orang pas-pasan ekonominya. Betul apa salah?
hehehe hayooo siapa yg dulu mantan med rep.
dunia hitam ini
pasti udah tahu ini
7dan senyum senyum malu....
SANBE. MERCK. TEMPO. NOVARTIS. KONIMEK
ayooo kejar target.... ayoooo
wew
untung dah tobat
Bukan isapn jempol
Sebagian dokter tidak jujur
,
'Kerjasama' ini tergantung sudut pandang. Bagi dokter, dipandang sbg bantuan sponsorship . Bagi pasien, dipandang sbg tambahan biaya yg tidak perlu/merugikan. Bagi perusahaan farmasi, dg kerjasama ini maka dokter dipandang bisa berfungsi spt salesman sehingga obat lebih laku terjual.
Terang benderang di depan mata tapi KPK gak pernah berhasil bongkar
Terimakasih Guru gembul. Video ini menginspirasi saya untuk melakukan pola Hidup Sehat, karena banyaknya oknum dokter korup ditambah sulitnya mendeteksi mereka.
yang paling sering saya fikirkan yaitu kenapa ketika melahirkan, jika dibawa kerumahsakit maka sudah pasti 80% diputuskan untuk operasi atau sesar dengan alasan Sungsang, usus melilit dll, yang mengharuskan pasien melahirkan harus dengan operasi. awalnya saya berfikir bahwa "melahirkan di rumah sakit harus menyesuaikan dengan jadawal dokter" karena jika melahirkan dengan normal akan memakan waktu yang panjang dari mulai kontraksi hingga melahirkan. saya orang awam yang gampang berfikir diluar kebanyakan orang.
Harapan saya sebagai subriber beliau,Semoga guru gembul menlanjutkan juga pendidikannya hingga profesor dari pendapatan beliau dari adsense sehingga semakin tajam ilmu beliau, semakin di validasi dan semakin mau membaggakan. Sehingga nantinya bukan guru gembul lagi tapi profesor gembul penemu tool efektif untuk pendidikan anak Indonesia. Aamiin.
Pp 10llllok0
tidak perlu, justru tanpa embel-embel profesor sekalipun, aku berharap Guru Gembul mendapatkan Doctor Honouris Causa! Seperti Buya Hamka. Gelar dari jenjang akademik justru hanya akan membuat Guru Gembul tidak berbeda dari para profesor yang cuma memiliki kelebihan yang berasal dari fasilitas di kampus-kampus.
Salam dari pecinta kebijaksanaan!
ngomong belibet
Mayoritas warga kan emang doyan korupsi.
Gak heran kalau di semua bidang & kantor banyak koruptor
Kira2 kalau uang nya dipake pergi haji+umroh trus uang nya auto jadi halal apa gak tuh?
memang betul ada beberaoa yang seperi itu Pak Guru. mudah mudahan segera tersadar yang seperti itu. Saya juga mohon Pak Guru Bahas gaji Dokter di Indonesia terutama yang baru lulus. Biar kita objektif dalam bersikap. Terimakasih 🙏
Mungkin ini terlambat tapi terimakasih pak guru karena video anda tentang bank syariah saya udah memiliki bahan untuk jadikan skripsi
oke, akhirny kita di ditunjukkan bgmna sisi gelap dunia kedokteran sprti yg di paparkan sama pak guru
feeling saya sih video ini bakal memantik kontrasepsi
Saya sebagai Dokter Muda setuju, Kang. Emang ada oknum-oknum senior yang memberikan pengobatan tanpa indikasi medis yang jelas. Di sisi yang lain memang terdapat beberapa pilihan obat untuk suatu kasus, dan idealnya jiwa sosial Dokter akan mengungkapkan hal tersebut kepada pasien sehingga bisa pilih sendiri sesuai kemampuan ekonominya.
Mau saran juga, Kang. Mungkin bisa dibahas terkait praktik kedokteran yang dilakukan oleh "oknum bukan dokter". Karena sampe sekarang belum tersentuh oleh pemerintah. Dan pasien baru dirujuk ke dokter saat sudah terjadi komplikasi
Solusi yg paling baik adalah jaga kesehatan , pola makan , pola hidup, kan sdh ada resepnya di AlquranulKarim.
Dokter mah dati jaman dl sdh begitu , coba saja perhatikan , org sakit A, pergi k dokter lama lama jadi sakit ,B, C dan seterus....selesai masuk kubur....
Bukannya ngak percaya dokter apalagi anti...
Dokter mah sangat penting sebagai tempat konsultasi.
Menurut saya , maaf jika ngak sepaham.
Saya ke psikiater karena saya merasa ada yg bermasalah dengan mental saya dan larinya ke fisik (psikosomatik). Didagnosa depresi lah, bipolar lah, dan itu tanpa observasi dengan jelas, hanya ditanya bagaimana perasaanmu saat ini, tidak diberi tes tulis sama sekali, tidak diwawancarai, benar2 langsung disimpulkan saya bipolar. Dikasih obat anti depresan, mood stabilizer selama 8 bulan sama sekali tidak ada perubahan. Karena hasilnya nihil saya putuskan berhenti untuk mengunjungi dokter.
Setelah tanpa sengaja saya menonton chanel luar negeri tentang defisit vitamin, saya akhirnya mengkonsumsi vitamin B1 dan vitamin D dan semua gejala2 yg saya rasakan hilang.
Sudahlah, saya percaya dokter2 itu memang hanya menjual obat tidak berniat mengobati
Apa yg anda sampaikan itu nyata..saya mantan sales farmasi ,bahkan ada juga dokter yg jualan narkoba tapi tidak bisa di usut karena di tutup dengan dalih pengobatan pecandu..sampai s3karang saya kalau tidak benar 2 perlu ke dokter saya tidak mau kedokter...mereka sekolah dokter itu sangat mahal,minimal ya perlu balik modal dulu lah baru real berjuang buat masyarakat..walaupun begitu masih ada juga koq dokter jujur yg idealis...biasanya gaya hidup mereka lebih sederhana dari standart gaya hidup kalangan dokter
Apakah mereka percaya ada surga+neraka?
Dokter memiliki mata uang dng tiga sisi.
Terang, gelap dan abu-abu. Tanyakan aja ke medrep. Akhir tahun tiap dokter yg rutin dikunjungi oleh medrep akan mendapat amplop berisi, macam-macam hadiah, tiket pelesiran misalnya.
Terima kasih gugem,gweh baru tau hal ini dan ini merubah cara gweh memandang dokter tdak terpikirkan ternyata dokter selama ini seperti itu
setelah ini kayaknya kita harus riset harga perawatan untuk penyakit dengan parameter tertentu, dikumpulkan terus diolah datanya, dibuatkan algoritma penentuan harga dokter untuk kasus tertentu dengan kondisi pasien tertentu ditambah harga daerah dan reputasi dokter. bakal lama sih kalau nasional wkwk
Udah ada bro. INACBG namanya.
Di film "Love and Other Drugs" yang diperankan oleh Jack Gyllenhaal dan Anne Hathaway diceritakan juga persaingan sales farmasi untuk masukin obat ke dokter. Sudah lumrah sepertinya hal seperti ini.
Saya mantan sales farmasi dan ketika ada yang tidak beres dengan sistem itu, saya langsung resign agar terhindar dari praktik suap menyuap
namanya gratifikasi
Buat ibu yg akan keluar dari RS Bersalin, coba dicek struck / bon-nya…kadang2 yg dilahirkan anak perempuan, tapi dibonnya ditulis : tindakan sunat.
Padahal itu kan buat anak lelaki…
Usut punya usut, sebagian RSB gak cermat ketika bikin bon / struk, mereka dengan gampangnya memaketkan aja secara keseluruhan, tanpa meneliti lagi.
Ok, semoga hal ini berguna buat baraya sekalian.
Kebetulan dulu pas keponakan gwe lahir, bonnya paketan kek gitu.
Sekian.
Yg saya salut dr guru gembul adalah pengetahuannya yg luas. Tp kali ini ada detail kecil yg 'missed' dr diksi yg dipilih; yaitu kata 'kronis'. sr konteks cerita guru gembul waktu sakit hepatitis, makna kronis yg digunakan hendak diartikan parah. Tp dlm bidang klinis maka kata 'kronis' berarti berlangsung lama.