Ga juga sih klo menurut sy mereka sejak awal emang karakter motor nya liar sekali bahkan Pedrosa berkali-kali Cedera sebelum Marquez datang, bahkan Stoner pun memilih pensiun setelah cedera patah kaki tahun 2012. Selama ini Motor Honda di tunjang oleh perangkat elektronik super pintar dan canggih buatan sendiri yg sudah seperti Robot. Bisa mengendalikan sendiri kekuatan motor yg ada. Begitu ini di ganti dengan merek lain jelas tidak akan mampu mengimbangi. Di sini lah awal mula masalah mereka. Dan seperti yg kita tau bukan hanya Honda tapi jg Yamaha mengalami hal yg sama kan.
Betul, karakter luarnya Honda itu hadir sejak Stoner datang dr Ducati. Bahkan marc datang Honda sudah dengan kondisi liar dengan tenaganya meledak ledak.
Bagian 2 Uniknya, meskipun Honda menguasai kelas GP500 selama periode 90 sampai 2000-an, itu bukan semuanya karena teknologi Big Bang lho! Yap, Mick Doohan, yang jadi juara dunia 5 kali berturut-turut dari 1994-1998, justru pakai mesin Screamer Konvensional. Apa rahasianya? Yap, lagi dan lagi... Skill alien, dari rider kelas alien. Sayangnya, hal ini punya efek samping yang buat ridernya. Yap, Mick Doohan harus pensiun dini karena berbagai cidera yang dialami waktu coba menjinakkan NSR500. [Musik] Honda sempat menikmati momen indah bareng salah satu motor the best mereka RC211V. Yes, HRC emang sempet dikemplang sama Rossi waktu pindah ke Yamaha, tapi overall, sampai versi upgrade yang nongol di 2005 dan terakhir dimusim 2006, RC211V bareng Tim Factory atau Satelit sekalipun tetap oke punya. Mendiang Hayden aja bisa konsisten, dan juara dunia pula pakai RCV. Problem utamanya dateng waktu regulasi MotoGP berubah dari 990 ke 800cc. Ketika Honda memperkenalkan RC212V dengan konsep Mass Centralization, plus rider utama yang jauh lebih kecil dibanding saya. Nggak bohong lho, ada fotonya… Semuanya tiba-tiba berubah jadi super kompleks buat kubu HRC. Sepanjang musim 2007 sampai 2010, HRC punya segudang problem yang bikin pengembangan RC212V kelihatan mumet banget. Saya bikinin timeline singkatnya aja ya… Di 2007, HRC mengaku bersalah soal sasis RC212V yang punya konsep Mass Centralization. Efeknya dimusim 2008, mereka bawa RC212V dengan sasis full baru dan upgrade mesin berspek Pneumatic Valve. Musim ini juga ditandai dengan perubahan supplier ban dari Michelin ke Bridgestone, yang jelas butuh waktu lagi buat diriset. 2009, HRC kembali bikin sasis baru buat RC212V. Dimusim ini mereka juga - Akhirnya - pindah supplier suspensi dari Showa ke Ohlins. Lucunya, tim satelit mereka bahkan lebih dulu pindah ke kubu Ohlins. Masuk ke 2010, Honda kembali ngaku kalau mereka bikin kesalahan dalam pengembangan sasis Dani Pedrosa. Alih-alih bikin RC212V stabil, yang ada HRC malah bikin sasisnya terlalu fleksibel - yang berakibat menurunnya stabilitas dan makin banyak "wobble" yang dirasakan rider. Akhirnya, pada seri ketiga musim 2010, Honda lagi-lagi bikin sasis baru buat RCV nya Pedrosa. Beruntung, sasis ini terbukti manjur dan konsepnya tetap dipertahankan buat musim 2011. Ditambah sama teknologi seamless gearbox, plus Casey Stoner yang merapat ke kubu Repsol Honda. Hasilnya ya bisa ditebak. Juara Dunia. Di versi terakhir RC212V musim 2012, Honda sebenernya masih bisa bicara banyak dikelas MotoGP. Sayangnya, karena Stoner cidera, plus Dani Pedrosa jadi salah satu orang paling nggak beruntung di dunia, paduka Jorge Lorenzo lah yang justru keluar sebagai Juara Dunia. Next, datanglah Honda RC213V dan Marc Marquez. Kombo rider dan motor paling sukses dalam 1 dekade terakhir. 2 musim awal kombo RCV dan Marquez balapan jadi titik balik Honda kembali mendominasi MotoGP. Meskipun mengalami penurunan dimusim 2015, sasis bukan satu-satunya factor yang bikin RCV drop secara poin. Perubahan regulasi Unified ECU sama supplier ban baru dari Bridgsetone ke Michelin, kelihatan jadi factor yang lebih berpengaruh soal penurunan ini. Setelah HRC mengakali problem tadi dengan perubahan total konsep mesin, mulai dari Backward Rotating Crankshaft di 2017, Big Bang Engine di 2018 dan upgrade horsepower di 2019, Marc Marquez kembali dominan dimusim 2016-2019. Masalahnya, pengembangan positif tadi Cuma berlaku buat Marc Marquez doang, Sejak 2016, praktis prestasi rider HRC lainnya justru semakin turun. Puncaknya, ketika dedengkot RCV kayak Dani Pedrosa sama Cal Crutchlow pensiun, nggak ada lagi rider Honda lain yang mampu bawa RC213V konsisten ke garis depan. Puncaknya terjadi waktu Marquez cidera patah tulang humerus di awal 2020. Tanpa reference rider, Honda auto kelihatan kayak tim amatir yang baru gabung MotoGP. Berkali-kali ganti setup Banyak yang bilang ini gara-gara pengembangan motor yang "Marquez sentris" dengan gaya balap Marquez yang full rebah elbow down, dan super agresif. Ada yang bilang RCV jadi bobrok semenjak Stoner nggak berkecimpung soal development. Ada yang bilang gara-gara sasis Honda yang bermasalah. Atau mungkin semua komentar tadi memang bener adanya. Sasis memang komponen terpenting disebuah motor balap, selain mesin tentunya. Development bagian ini bukan hal gampang. Setiap rider, khususnya dikelas balap motor premier kayak MotoGP... Punya gaya balap dan preferensi berbeda soal karakter motor masing-masing. Apalagi sekarang factor aerodinamika juga sangat berpengaruh terhadap performa sebuah motor. Dan setelah kita melihat ke belakang, terbukti… Kebijakan "kolot" principal Honda soal ego mereka yang setinggi langit, ketimpangan perlakuan rider utama dan rider pendukung, terkesan lebih mengutamakan pengembangan mesin dibanding sasis, terlalu focus sama part inhouse, dan super lambat memanfaatkan solusi eksternal jadi salah satu penyebab naik-turunnya prestasi tim ini dari jaman RC181 sampai RC213V. Meskipun kita juga nggak boleh lupa, sifat keras kepala tadi juga yang bikin Honda sukses menciptakan motor spektakuler dari dulu sampai sekarang. Menurut Kang Eno, apakah Honda bakal bisa menyelesaikan masalah di RC213V? Harusnya bisa ya. Soalnya bakal nggak lucu kalau tim dengan budget yang paling masif berkutat sama masalah yang itu-itu aja. Sasis Kalex yang dipakai baru-baru ini, sebenernya juga salah satu opsi buat HRC keluar dari masalah tersebut. Meskipun jelas, kalau kita lihat kebelakang, ini sebenernya lebih ke opsi desperate dibanding solusi permanen. Yang jelas, seperti yang sudah terjadi berulang kali sebelumnya. Menyempurnakan RCV yang tertinggal ini membutuhkan waktu. Apalagi kalau kalian jeli, problem di motor Honda sebenarnya bukan semata-mata karena Sasis doang… Dari akselerasi dan topspeed pun HRC jauh ketinggalan dari Ducati, KTM, bahkan Aprilia yang 3 musim kebelakang makin edan pengembanganya. Atau mungkin ditengah riset tadi, HRC malah sukses menemukan rider alien baru buat menghandle RC213V?
Bagian 1 Honda itu sebenernya salah satu atau mungkin manufaktur mesin terbaik sepanjang sejarah balapan Grand Prix. Dari yang gokil, overspek, sampai yang bikin nggak habis thinking, mereka pernah bikin. Dan hampir semuanya sukses. Tapi kalau bahas Honda dan sektor sasis. Nah ini, problemnya jauh lebih kompleks dibanding bobroknya prestasi HRC dalam 4 musim kebelakang. Karena ironisnya, problem sasis Honda yang bikin rider frustasi, selalu terulang lagi, lagi, dan lagi. Permasalahan Sasis Honda yang bikin frustasi rider, sebenernya bukan cuma dialami sama Marquez, Joan Mir atau Luca marini doang... Karena percaya nggak percaya, cerita begini sudah eksis bahkan sejak era Honda pertama kali ikutan balap GrandPrix. Ini adalah Honda RC166, RC174 dan RC181, trio motor balap Honda musim 1966, atau lebih dari setengah abad yang lalu. Ketiganya punya mesin spektakuler yang saya jamin masih relevan buat diteliti di era modern kayak sekarang. Sayangnya, meskipun punya power yang bikin malu kompetitor masing-masing... Ketiganya juga punya problem yang sama. Yaitu karakter handlingnya busuk. Dan ini bukan kata saya, tapi diungkap langsung sama reference rider atau rider utama Honda waktu itu, Mike Hailwood. Buat RC166 dan RC174 dengan bobot keseluruhan yang super enteng, problem ini sedikit banyak bisa diatasi dengan ubahan sasis, plus pinjam shockbreaker bikinan Girling dari Inggris. Hasilnya, Juara Dunia. Tapi buat RC181 yang punya bobot lebih berat sama power yang 50% lebih besar, nah ini PR terbesar buat tim Honda. Dimusim 1966, Jim Redman jadi rider pertama yang harus pensiun dini akibat gagal keganasan motor Honda. Sementara Hailwwod bukan cuma dipaksa melawan kombo Agostini bareng MV Agusta, tapi juga dipaksa melawan RC181 yang seakan nggak mau di-push sampai ke limit. Karena kegagalan tadi, Hailwood langsung meminta Honda Jepang bikin sasis baru buat RC181 versi 1967. Tapi yang bikin Hailwood kaget, hampir nggak ada ubahan yang berarti di sasis GP500 Honda. (Yang ada malah mesinnya yang diupgrade, wkwkwk) Kondisi ini bikin Mike Hailwood frustasi, kemudian menghubungi Colin Lyster yang jadi salah satu ahli sasis asal Inggris. Lyster kemudian menggambar struktur desain frame baru buat RC181, dan menyerahkan proses fabrikasinya ke Belletti Frame di Italia. Setelah ujicoba di Imola dan Brands Hatch, sasis yang nantinya terkenal dengan julukan HRS (Hailwood Racing Special), ternyata mampu menjinakkan power RC181 yang fantastis. Sayangnya, datang masalah berikutnya. Orang yang satu ini. Soichiro Honda, alias founder Honda yang waktu itu masih menjabat sebagai kepala teknikal sekaligus penanggung jawab program GP Honda, menolak sasis HRS dipasang di motornya. Walhasil, Hailwood terpaksa harus menunggangi RC181 Official Honda dengan sasisnya yang bermasalah. Tapi bahkan dengan problem tadi, rider dengan julukan Mike "The Bike" ini nyaris mengalahkan kombo Agostini - MV Agusta, dengan poin total yang sama di akhir klasemen. Gimana caranya? Well, mungkin emang skill alien bawaan dari rider alien. Nah, ngomongin soal sasis bikinan manufaktur lain, RC213V bersasis Kalex bukan motor Honda pertama yang pakai kombo begini. 45 tahun yang lalu, waktu Honda pertama kali comeback ke balapan GrandPrix. Hal yang sama persis juga pernah kejadian. Ini adalah Honda NR500, motor balap yang paling ekstrim, paling eksotik, paling liar, sekaligus yang paling nggak masuk akal dari Honda. Gimana nggak, NR500 ini pakai mesin 4-Tak Oval Piston dengan 8 klep dan 2 busi per silinder, sasis monokok Pressed Alumunium, ditambah material alien kayak Carbon Fiber, Forged Magnesium, Titanium dan campuran Carbon Magnesium. Dimana penguasa GP500 waktu itu masih pakai mesin 2-Tak 500cc, sasis tubular konvensional, sama part alumunium konvensional. Kalian bisa ngelihat dimana problem NR500 tadi? Yap, semuanya! NR500 Honda ini bukan cuma punya problem mesin kronis yang bisa kalian tonton detailnya di video ini... Tapi juga punya problem di sasisnya yang overengineered, sekaligus menyusahkan buat rider dan tim mekanik Honda. Untuk itu, ditahun keduanya, sasis NR500 dirombak total dari yang sebelumnya pakai Alumunium Monokok, jadi pakai Baja Chromoly Tubular kayak motor balap lainnya. Uniknya, Satoru Horiike yang jadi penanggung jawab sasisnya, menyerahkan soal desain dan fabrikasi sasis NR500 versi kedua ini ke Ron Williams, pendiri Maxton Engineering. Bahkan bukan cuma sasisnya doang, shock depan dan belakangnya juga pakai bikinan Maxton. Dan voila, jadilah Honda NR500 gado-gado dengan sasis buatan Maxton. Gimana hasilnya? Well, berhubung problem NR500 waktu itu bukan cuma sasis... Bahkan hampir semua basic spek motor ini bermasalah, akhirnya prestasinya ya tetap aja gagal. Makanya dulu banyak yang plesetin program NR atau New Racing Honda ini sebagai proyek "Never Ready". Kegagalan Honda bikin sasis selanjutnya bisa kita lihat beberapa tahun setelah proyek NR500. Kenalin ini adalah Honda NSR500 NV0A buat musim balap 1985. Atau sosok Honda NSR pertama di dunia. Sekilas kalau dilihat secara kasat mata, nggak ada yang aneh sama sasis NSR ini. Tapi kalau kita buka fairingnya, ciluk baaa, nah itu sasisnya jauh banget dari kata konvensional. Yap, NSR500 NV0A ini pakai sasis Twinspar dengan konstruksi terbalik... Expansion Chamber ditaro dibawah kondom tangki, sementara tangki bensinnya justru ada dibawah mesin. Kombinasikan dengan power mesin V4 All New yang paling sangar dimusim 1984 - seperti yang bisa ditebak - konstruksi sasis yang terinspirasi dari kolaborasi Honda bareng Elf France ini sukses... Sukses bikin rider utama Honda patah kaki maksudnya. Dimusim selanjutnya, konsep gila NSR500 upside down langsung dimuseumkan dan diganti NSR500 NV0B dengan sasis Twinspar alumunium konvensional. Tapi karena waktu development yang terbatas, sasis ini masih belum mampu menghandle ledakan power mesin V4 Single Crankshaft Honda yang terkenal beringas waktu Throttle dibuka. Beruntung, Freddie Spencer mampu membalik prediksi dan jadi Juara Dunia musim 1985. Gimana caranya? Yap, seperti kasus Mike Hailwood sebelumnya... Skill Alien dari rider kelas Alien. Masuk ke akhir era 80-an sampai ke 90-an, problem Honda NSR500 tetap eksis dan tetap menyusahkan rider. Beruntung buat HRC, problem ini bukan cuma dialami mereka doang, tapi hampir semua tim merasakan hal yang sama. Faktor Teknologi sasis, ban, sama elektronik yang ketinggalan dibanding pengembangan mesin V4, diklaim jadi biang kerok kenapa motor GP500 di era ini disebut “The Unrideables". Kombinasikan factor tadi sama lambatnya pengembangan sasis Honda, well, kita bisa lihat gimana terseok-seoknya rider HRC dimusim 1990-1992. Kecuali buat Mick Doohan... Yang ini mah beda lagi ceritanya. Uniknya, Honda jadi pabrikan pertama yang menyelesaikan problem ini. Dan lucunya, bukan lewat sasis inovatif atau teknologi elektronik super canggih, tapi solusi utamanya adalah ini, Big Bang Engine… Yang sekaligus mengawali era NSR500 versi lebih bersahabat buat rider Honda
Justru Honda liar itu sejak Stoner masuk ke Honda dengan membawa dna ducati. Untung Marc mudah mengatasi d tahun pertamanya dengan motor warisan pengembangan era Stoner. Dan dna itu tetap dibawa sampai Marc absen krn cidera. Nah benar2 hancurnya honda itu ya waktu Marc absen. Pengembangan dibawah test rider bradl beserta pol espargaro itu membuat Marc juga tdk bs mengenali rc213v. Jadi drpd membangun ulang terlalu lama dan umurnya semakin tua, jalan satu-satunya ya pindah ke Ducati. Itupun hubungan antara Marc dengan Honda baik2 saja.
Ga juga sih klo menurut sy mereka sejak awal emang karakter motor nya liar sekali bahkan Pedrosa berkali-kali Cedera sebelum Marquez datang, bahkan Stoner pun memilih pensiun setelah cedera patah kaki tahun 2012.
Selama ini Motor Honda di tunjang oleh perangkat elektronik super pintar dan canggih buatan sendiri yg sudah seperti Robot. Bisa mengendalikan sendiri kekuatan motor yg ada. Begitu ini di ganti dengan merek lain jelas tidak akan mampu mengimbangi. Di sini lah awal mula masalah mereka. Dan seperti yg kita tau bukan hanya Honda tapi jg Yamaha mengalami hal yg sama kan.
Betul, karakter luarnya Honda itu hadir sejak Stoner datang dr Ducati. Bahkan marc datang Honda sudah dengan kondisi liar dengan tenaganya meledak ledak.
Bagian 2
Uniknya, meskipun Honda menguasai kelas GP500 selama periode 90 sampai 2000-an, itu bukan semuanya karena teknologi Big Bang lho! Yap, Mick Doohan, yang jadi juara dunia 5 kali berturut-turut dari 1994-1998, justru pakai mesin Screamer Konvensional. Apa rahasianya? Yap, lagi dan lagi... Skill alien, dari rider kelas alien. Sayangnya, hal ini punya efek samping yang buat ridernya. Yap, Mick Doohan harus pensiun dini karena berbagai cidera yang dialami waktu coba menjinakkan NSR500. [Musik] Honda sempat menikmati momen indah bareng salah satu motor the best mereka RC211V. Yes, HRC emang sempet dikemplang sama Rossi waktu pindah ke Yamaha, tapi overall, sampai versi upgrade yang nongol di 2005 dan terakhir dimusim 2006, RC211V bareng Tim Factory atau Satelit sekalipun tetap oke punya. Mendiang Hayden aja bisa konsisten, dan juara dunia pula pakai RCV. Problem utamanya dateng waktu regulasi MotoGP berubah dari 990 ke 800cc. Ketika Honda memperkenalkan RC212V dengan konsep Mass Centralization, plus rider utama yang jauh lebih kecil dibanding saya. Nggak bohong lho, ada fotonya… Semuanya tiba-tiba berubah jadi super kompleks buat kubu HRC. Sepanjang musim 2007 sampai 2010, HRC punya segudang problem yang bikin pengembangan RC212V kelihatan mumet banget. Saya bikinin timeline singkatnya aja ya… Di 2007, HRC mengaku bersalah soal sasis RC212V yang punya konsep Mass Centralization. Efeknya dimusim 2008, mereka bawa RC212V dengan sasis full baru dan upgrade mesin berspek Pneumatic Valve. Musim ini juga ditandai dengan perubahan supplier ban dari Michelin ke Bridgestone, yang jelas butuh waktu lagi buat diriset. 2009, HRC kembali bikin sasis baru buat RC212V. Dimusim ini mereka juga - Akhirnya - pindah supplier suspensi dari Showa ke Ohlins. Lucunya, tim satelit mereka bahkan lebih dulu pindah ke kubu Ohlins. Masuk ke 2010, Honda kembali ngaku kalau mereka bikin kesalahan dalam pengembangan sasis Dani Pedrosa. Alih-alih bikin RC212V stabil, yang ada HRC malah bikin sasisnya terlalu fleksibel - yang berakibat menurunnya stabilitas dan makin banyak "wobble" yang dirasakan rider. Akhirnya, pada seri ketiga musim 2010, Honda lagi-lagi bikin sasis baru buat RCV nya Pedrosa. Beruntung, sasis ini terbukti manjur dan konsepnya tetap dipertahankan buat musim 2011. Ditambah sama teknologi seamless gearbox, plus Casey Stoner yang merapat ke kubu Repsol Honda. Hasilnya ya bisa ditebak. Juara Dunia. Di versi terakhir RC212V musim 2012, Honda sebenernya masih bisa bicara banyak dikelas MotoGP. Sayangnya, karena Stoner cidera, plus Dani Pedrosa jadi salah satu orang paling nggak beruntung di dunia, paduka Jorge Lorenzo lah yang justru keluar sebagai Juara Dunia. Next, datanglah Honda RC213V dan Marc Marquez. Kombo rider dan motor paling sukses dalam 1 dekade terakhir. 2 musim awal kombo RCV dan Marquez balapan jadi titik balik Honda kembali mendominasi MotoGP. Meskipun mengalami penurunan dimusim 2015, sasis bukan satu-satunya factor yang bikin RCV drop secara poin. Perubahan regulasi Unified ECU sama supplier ban baru dari Bridgsetone ke Michelin, kelihatan jadi factor yang lebih berpengaruh soal penurunan ini. Setelah HRC mengakali problem tadi dengan perubahan total konsep mesin, mulai dari Backward Rotating Crankshaft di 2017, Big Bang Engine di 2018 dan upgrade horsepower di 2019, Marc Marquez kembali dominan dimusim 2016-2019. Masalahnya, pengembangan positif tadi Cuma berlaku buat Marc Marquez doang, Sejak 2016, praktis prestasi rider HRC lainnya justru semakin turun. Puncaknya, ketika dedengkot RCV kayak Dani Pedrosa sama Cal Crutchlow pensiun, nggak ada lagi rider Honda lain yang mampu bawa RC213V konsisten ke garis depan. Puncaknya terjadi waktu Marquez cidera patah tulang humerus di awal 2020. Tanpa reference rider, Honda auto kelihatan kayak tim amatir yang baru gabung MotoGP. Berkali-kali ganti setup Banyak yang bilang ini gara-gara pengembangan motor yang "Marquez sentris" dengan gaya balap Marquez yang full rebah elbow down, dan super agresif. Ada yang bilang RCV jadi bobrok semenjak Stoner nggak berkecimpung soal development. Ada yang bilang gara-gara sasis Honda yang bermasalah. Atau mungkin semua komentar tadi memang bener adanya. Sasis memang komponen terpenting disebuah motor balap, selain mesin tentunya. Development bagian ini bukan hal gampang. Setiap rider, khususnya dikelas balap motor premier kayak MotoGP... Punya gaya balap dan preferensi berbeda soal karakter motor masing-masing. Apalagi sekarang factor aerodinamika juga sangat berpengaruh terhadap performa sebuah motor. Dan setelah kita melihat ke belakang, terbukti… Kebijakan "kolot" principal Honda soal ego mereka yang setinggi langit, ketimpangan perlakuan rider utama dan rider pendukung, terkesan lebih mengutamakan pengembangan mesin dibanding sasis, terlalu focus sama part inhouse, dan super lambat memanfaatkan solusi eksternal jadi salah satu penyebab naik-turunnya prestasi tim ini dari jaman RC181 sampai RC213V. Meskipun kita juga nggak boleh lupa, sifat keras kepala tadi juga yang bikin Honda sukses menciptakan motor spektakuler dari dulu sampai sekarang. Menurut Kang Eno, apakah Honda bakal bisa menyelesaikan masalah di RC213V? Harusnya bisa ya. Soalnya bakal nggak lucu kalau tim dengan budget yang paling masif berkutat sama masalah yang itu-itu aja. Sasis Kalex yang dipakai baru-baru ini, sebenernya juga salah satu opsi buat HRC keluar dari masalah tersebut. Meskipun jelas, kalau kita lihat kebelakang, ini sebenernya lebih ke opsi desperate dibanding solusi permanen. Yang jelas, seperti yang sudah terjadi berulang kali sebelumnya. Menyempurnakan RCV yang tertinggal ini membutuhkan waktu. Apalagi kalau kalian jeli, problem di motor Honda sebenarnya bukan semata-mata karena Sasis doang… Dari akselerasi dan topspeed pun HRC jauh ketinggalan dari Ducati, KTM, bahkan Aprilia yang 3 musim kebelakang makin edan pengembanganya. Atau mungkin ditengah riset tadi, HRC malah sukses menemukan rider alien baru buat menghandle RC213V?
Bagian 1
Honda itu sebenernya salah satu atau mungkin manufaktur mesin terbaik sepanjang sejarah balapan Grand Prix. Dari yang gokil, overspek, sampai yang bikin nggak habis thinking, mereka pernah bikin. Dan hampir semuanya sukses. Tapi kalau bahas Honda dan sektor sasis. Nah ini, problemnya jauh lebih kompleks dibanding bobroknya prestasi HRC dalam 4 musim kebelakang. Karena ironisnya, problem sasis Honda yang bikin rider frustasi, selalu terulang lagi, lagi, dan lagi. Permasalahan Sasis Honda yang bikin frustasi rider, sebenernya bukan cuma dialami sama Marquez, Joan Mir atau Luca marini doang... Karena percaya nggak percaya, cerita begini sudah eksis bahkan sejak era Honda pertama kali ikutan balap GrandPrix. Ini adalah Honda RC166, RC174 dan RC181, trio motor balap Honda musim 1966, atau lebih dari setengah abad yang lalu. Ketiganya punya mesin spektakuler yang saya jamin masih relevan buat diteliti di era modern kayak sekarang.
Sayangnya, meskipun punya power yang bikin malu kompetitor masing-masing... Ketiganya juga punya problem yang sama. Yaitu karakter handlingnya busuk. Dan ini bukan kata saya, tapi diungkap langsung sama reference rider atau rider utama Honda waktu itu, Mike Hailwood. Buat RC166 dan RC174 dengan bobot keseluruhan yang super enteng, problem ini sedikit banyak bisa diatasi dengan ubahan sasis, plus pinjam shockbreaker bikinan Girling dari Inggris. Hasilnya, Juara Dunia. Tapi buat RC181 yang punya bobot lebih berat sama power yang 50% lebih besar, nah ini PR terbesar buat tim Honda. Dimusim 1966, Jim Redman jadi rider pertama yang harus pensiun dini akibat gagal keganasan motor Honda. Sementara Hailwwod bukan cuma dipaksa melawan kombo Agostini bareng MV Agusta, tapi juga dipaksa melawan RC181 yang seakan nggak mau di-push sampai ke limit. Karena kegagalan tadi, Hailwood langsung meminta Honda Jepang bikin sasis baru buat RC181 versi 1967. Tapi yang bikin Hailwood kaget, hampir nggak ada ubahan yang berarti di sasis GP500 Honda. (Yang ada malah mesinnya yang diupgrade, wkwkwk) Kondisi ini bikin Mike Hailwood frustasi, kemudian menghubungi Colin Lyster yang jadi salah satu ahli sasis asal Inggris. Lyster kemudian menggambar struktur desain frame baru buat RC181, dan menyerahkan proses fabrikasinya ke Belletti Frame di Italia. Setelah ujicoba di Imola dan Brands Hatch, sasis yang nantinya terkenal dengan julukan HRS (Hailwood Racing Special), ternyata mampu menjinakkan power RC181 yang fantastis. Sayangnya, datang masalah berikutnya. Orang yang satu ini. Soichiro Honda, alias founder Honda yang waktu itu masih menjabat sebagai kepala teknikal sekaligus penanggung jawab program GP Honda, menolak sasis HRS dipasang di motornya. Walhasil, Hailwood terpaksa harus menunggangi RC181 Official Honda dengan sasisnya yang bermasalah. Tapi bahkan dengan problem tadi, rider dengan julukan Mike "The Bike" ini nyaris mengalahkan kombo Agostini - MV Agusta, dengan poin total yang sama di akhir klasemen. Gimana caranya? Well, mungkin emang skill alien bawaan dari rider alien.
Nah, ngomongin soal sasis bikinan manufaktur lain, RC213V bersasis Kalex bukan motor Honda pertama yang pakai kombo begini. 45 tahun yang lalu, waktu Honda pertama kali comeback ke balapan GrandPrix. Hal yang sama persis juga pernah kejadian. Ini adalah Honda NR500, motor balap yang paling ekstrim, paling eksotik, paling liar, sekaligus yang paling nggak masuk akal dari Honda. Gimana nggak, NR500 ini pakai mesin 4-Tak Oval Piston dengan 8 klep dan 2 busi per silinder, sasis monokok Pressed Alumunium, ditambah material alien kayak Carbon Fiber, Forged Magnesium, Titanium dan campuran Carbon Magnesium. Dimana penguasa GP500 waktu itu masih pakai mesin 2-Tak 500cc, sasis tubular konvensional, sama part alumunium konvensional. Kalian bisa ngelihat dimana problem NR500 tadi? Yap, semuanya! NR500 Honda ini bukan cuma punya problem mesin kronis yang bisa kalian tonton detailnya di video ini... Tapi juga punya problem di sasisnya yang overengineered, sekaligus menyusahkan buat rider dan tim mekanik Honda. Untuk itu, ditahun keduanya, sasis NR500 dirombak total dari yang sebelumnya pakai Alumunium Monokok, jadi pakai Baja Chromoly Tubular kayak motor balap lainnya. Uniknya, Satoru Horiike yang jadi penanggung jawab sasisnya, menyerahkan soal desain dan fabrikasi sasis NR500 versi kedua ini ke Ron Williams, pendiri Maxton Engineering.
Bahkan bukan cuma sasisnya doang, shock depan dan belakangnya juga pakai bikinan Maxton. Dan voila, jadilah Honda NR500 gado-gado dengan sasis buatan Maxton. Gimana hasilnya? Well, berhubung problem NR500 waktu itu bukan cuma sasis... Bahkan hampir semua basic spek motor ini bermasalah, akhirnya prestasinya ya tetap aja gagal.
Makanya dulu banyak yang plesetin program NR atau New Racing Honda ini sebagai proyek "Never Ready". Kegagalan Honda bikin sasis selanjutnya bisa kita lihat beberapa tahun setelah proyek NR500. Kenalin ini adalah Honda NSR500 NV0A buat musim balap 1985. Atau sosok Honda NSR pertama di dunia. Sekilas kalau dilihat secara kasat mata, nggak ada yang aneh sama sasis NSR ini. Tapi kalau kita buka fairingnya, ciluk baaa, nah itu sasisnya jauh banget dari kata konvensional. Yap, NSR500 NV0A ini pakai sasis Twinspar dengan konstruksi terbalik... Expansion Chamber ditaro dibawah kondom tangki, sementara tangki bensinnya justru ada dibawah mesin. Kombinasikan dengan power mesin V4 All New yang paling sangar dimusim 1984 - seperti yang bisa ditebak - konstruksi sasis yang terinspirasi dari kolaborasi Honda bareng Elf France ini sukses... Sukses bikin rider utama Honda patah kaki maksudnya. Dimusim selanjutnya, konsep gila NSR500 upside down langsung dimuseumkan dan diganti NSR500 NV0B dengan sasis Twinspar alumunium konvensional. Tapi karena waktu development yang terbatas, sasis ini masih belum mampu menghandle ledakan power mesin V4 Single Crankshaft Honda yang terkenal beringas waktu Throttle dibuka. Beruntung, Freddie Spencer mampu membalik prediksi dan jadi Juara Dunia musim 1985. Gimana caranya? Yap, seperti kasus Mike Hailwood sebelumnya... Skill Alien dari rider kelas Alien.
Masuk ke akhir era 80-an sampai ke 90-an, problem Honda NSR500 tetap eksis dan tetap menyusahkan rider. Beruntung buat HRC, problem ini bukan cuma dialami mereka doang, tapi hampir semua tim merasakan hal yang sama. Faktor Teknologi sasis, ban, sama elektronik yang ketinggalan dibanding pengembangan mesin V4, diklaim jadi biang kerok kenapa motor GP500 di era ini disebut “The Unrideables". Kombinasikan factor tadi sama lambatnya pengembangan sasis Honda, well, kita bisa lihat gimana terseok-seoknya rider HRC dimusim 1990-1992. Kecuali buat Mick Doohan... Yang ini mah beda lagi ceritanya. Uniknya, Honda jadi pabrikan pertama yang menyelesaikan problem ini. Dan lucunya, bukan lewat sasis inovatif atau teknologi elektronik super canggih, tapi solusi utamanya adalah ini, Big Bang Engine… Yang sekaligus mengawali era NSR500 versi lebih bersahabat buat rider Honda
Justru Honda liar itu sejak Stoner masuk ke Honda dengan membawa dna ducati. Untung Marc mudah mengatasi d tahun pertamanya dengan motor warisan pengembangan era Stoner. Dan dna itu tetap dibawa sampai Marc absen krn cidera. Nah benar2 hancurnya honda itu ya waktu Marc absen. Pengembangan dibawah test rider bradl beserta pol espargaro itu membuat Marc juga tdk bs mengenali rc213v. Jadi drpd membangun ulang terlalu lama dan umurnya semakin tua, jalan satu-satunya ya pindah ke Ducati. Itupun hubungan antara Marc dengan Honda baik2 saja.
tapi keuntungan nya honda dapat 7x beruntun jurdun 1 stoner, 6 marquez. di motogp sekarang pun hanya the baby alien yang mampu jurdun 4x beruntun
.jaman sekarang pembenci adalah penguasa Dunia,dalam penilaian orang gila.dan yang pasti moto GP tanpa Repsol Honda bubar.agus 26 😄.