Tanggapan Habib Taufiq Allah Bersemayam di Ars

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 27 гру 2024

КОМЕНТАРІ • 957

  • @zulfikarahmad2691
    @zulfikarahmad2691 5 років тому +31

    Mudah mudahan yg menyimak mendapatkan barokah dari Allah swt didunia akhirat.amin ya robbal alamin

  • @abdullah5975
    @abdullah5975 4 роки тому +36

    Salam ukhuwah islamiah dari kami Pengajian Salafi.
    Semoga kita semua selalu mendapatkan bimbingan Allah untuk selalu kokoh dan istiqamah di atas Jalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat.
    Jalan Ahlussunah wal Jamaah yang sebenarnya.
    Baaraka llaahu fiikum.
    Was salaamu 'alaikum wa rohmatu llaahi wa barakaatuh.

    • @tantripala5030
      @tantripala5030 4 роки тому +2

      Betul , ahlus sunah wal jama'ah
      Yang artinya mengikuti ajaran Nabi dan ajaran para sahabat , tabi'in , tabi'it tabi'in

    • @zulkarnainalatsari684
      @zulkarnainalatsari684 4 роки тому +3

      @@tantripala5030
      Betul.
      Baaraka llaahu fiikum.

    • @saptahariadji1835
      @saptahariadji1835 4 роки тому +1

      @@zulkarnainalatsari684 ia mas bro namun Harus ada SANAD guru mas bro ..kalo enggak ada..IBLIS lah ujungnya

    • @zulkarnainalatsari684
      @zulkarnainalatsari684 4 роки тому +3

      @@saptahariadji1835
      Alhamdulillah.
      Para ustadz kami memiliki banyak sanad.
      Alhamdulillah saya tidak pernah mendapatkan ijazah sanad kitab.
      Maklum...

    • @saptahariadji1835
      @saptahariadji1835 4 роки тому

      @@zulkarnainalatsari684 sanad guru mas bro bukan sanad hadits.
      di dunia ini aliran2 menyimpang seperti syiah , wahabi/salapi tidak ada sanad guru.
      paham ya..jangan menipu umat islam. sudah masyhur wahabi /salapi hanya mentok di perpustakaan tidak sampai ilmu dan pemahamannya kepada sayyidina Muhammad shalallahu alaihi wasallam

  • @aguspurnama6761
    @aguspurnama6761 4 роки тому +34

    Pertanyaan salah satu jama'ah di vidio itu perlu diluruskan.
    Alloh di atas Al 'arsy, bukan betempat di Al 'arsy,
    Tapi Alloh beristiwa' di atas Al 'arsy.
    ISTIWA' artinya tinggi dan meninggi.
    Alloh tidak bersatu dengan makhluqNya
    Lalu karena ustadznya mempunyai pemahaman mutasyabbih (memahami shifat Alloh seperti shifat makhluq) lalu ustadznya mentakwil shifat Alloh, seperti turunnya Alloh ke langit dunia berarti Alloh lebih mengijabahi
    Dan seperti itulah awal dari pemahaman takwil terhadap shifat Alloh, awalnya mereka memahami shifat Alloh sama dengan shifat makhluq, sehinggga mereka menolak shifat2 Alloh dengan cara mentakwil.
    Seperti istiwa' Alloh berarti menguasai al arsy, tangan Allah artinya kekuasaan/kekuatan Alloh,
    Padahal ahlus Sunnah sejak masa shohabat meyakini shifat2 Alloh sesuai dengan apa yang dikatakan Alloh dan Rosululloh, tidak sama dengan makhluk, tidak mempertanyakan kaifiyyah shifat2 Alloh.
    Wallahu a'lam

    • @saptahariadji1835
      @saptahariadji1835 4 роки тому +2

      jangan ngibul bos..mengatasnamakan sahabat. Sahabat albani barangkali..atauy sahabat an najdy...

    • @abiamirul4425
      @abiamirul4425 4 роки тому

      @@saptahariadji1835 jgn ngibul bos.. pasti jemaat bidngah

    • @saptahariadji1835
      @saptahariadji1835 4 роки тому +1

      @@abiamirul4425 iye mat arip...aye bersama kekasih aye dan para pecinta SAYYIDINA MUHAMMAD shalallahu alaihi wasallam ampe kiamat adalah jemaat bidngah
      aye bukan nabi soal ngibul barangkali pernah namun kalau soal syariat kekasihku SAYYIDINA Muhammad shalallahu alaihi wasallam aye ikut akhlak pewaris nabi dan takut berdusta atas Sayyidina Muhammad shalallahu alaihi wasallam
      oh iye jemaat wahabi asal gurun najd pegimane udah sowan ke pendirinye? MBAW yg KONON tanah pekuburannye di ambil oleh pengikutnye buat katenye sih di kucek2 ke matenye ..ehh bukan barokah yg di dapet malah matenye pada buta . liat bin baz dll

    • @pmlandbngbonsai225
      @pmlandbngbonsai225 4 роки тому +1

      masyaAllah betul pak.. ustadnya udah mulai mentakwil..Alloh subhanahuwataala sendiri yg berfirman ko dan harusnya dia baca ayatnya sampai maha melihat dan maha mendengar,bukannya sepotong doang..wa Allahualam

    • @saptahariadji1835
      @saptahariadji1835 4 роки тому +1

      @@pmlandbngbonsai225 hb taufiq itu ulama mas bro..seorang yg sudah sangat banyak memberikan manfaat buat umat islam. dan seorang yg mengerti tauhid yg lurus yg di bawa oleh datuk nya/kakeknya sayyidina muhammad shalallahu alaihi wasallam
      coba anda bandingkan dengan satu org saja wahabi/salapi sudah berapa banyak yg telah di kafirkan?

  • @jidetasu9666
    @jidetasu9666 3 роки тому +3

    Gara" perdepatan sengit allah diatas langit..saya sampai jarang tidur membela mazab syafii yang selalu dihina..karena ulamaknya gak bisa menjawab pertanyaan ,,allah dimana,,sedangkan ulama ulama salafi dengan mudahnya sambil tiduran menjawab allah diatas langit.

  • @buditriwidodo1767
    @buditriwidodo1767 3 роки тому +11

    Imani saja seperti yang difirmankankan Allah dalam Al Qur'an , bahwa Allah bersemayam di atas Arsy ,

    • @pongki1892
      @pongki1892 3 роки тому +2

      Semua umat mengimani. Tapi maknanya yg perlu dibahas karena dalil tidak hanya 1 baca semua al qur'an baru ketemu.

    • @soniboy8913
      @soniboy8913 2 роки тому +1

      Sama hal nya menyamakan Allah dengan mahluk itu namanya, sama hal nya menyamakan Allah dengan penyembah berhala karna bertempat. Sedanngkan Allah pencipta alam semesta, langitdan bumi beserta isinya.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 2 роки тому

      Tahqiq Persamaan dan Perbedaan Ungkapan Tentang Allah
      Secara hakikat, Allah wujud di luar realitas yang kita pahami sehingga tidak terjangkau secara fisik dan juga tidak bisa dibayangkan sama sekali oleh akal. Kondisi wujud yang sangat misterius ini diungkapkan dengan berbagai redaksi yang berbeda oleh Ahlussunnah tetapi merujuk pada makna yang sama, seperti:
      - Allah wujud tanpa tempat (dengan maksud bahwa tempat adalah realitas yang khusus menampung makhluk)
      - Allah di atas Arasy (dengan maksud bahwa arasy adalah batas tempat dan batas pengetahuan manusia)
      - Allah di langit (dengan maksud bahwa langit adalah sesuatu yang misterius yang tidak dipahami manusia)
      - Allah terpisah/berbeda dari makhluk (dengan maksud bahwa Allah di luar realitas makhluk dan tidak menyatu dengan semesta makhluk)
      Orang Kapitayan menyebut kondisi tersebut dengan istilah "tan kena kinaya ngapa". Orang Hindu menyebutnya dengan istilah "Acintya". Apapun ungkapan yang dipakai, selama maksudnya sama seperti makna hakikat di atas, maka itu adalah akidah yang benar menurut Ahlussunnah Wal Jamaah.
      Adapun bila diyakini bahwa secara hakikat Allah itu berupa fisik yang besar yang duduk menempel di atasnya makhluk bernama Arasy (pendapat sebagian Karramiyah), atau mengambang di arah sebelah atasnya Arasy (juga pendapat sebagian Karramiyah), tidak punya batasan fisik ke segala arah kecuali arah bawah (pendapat Abu Ya'la al-Hanbali), menempati Arasy kecuali empat jengkal (pendapat Utsman ad-Darimi), menempati seluruh bagian Arasy tanpa sisa sejengkal pun (pendapat Ibnu Taymiyah), dan khayalan serba fisikal lainnya, maka ini bukan pendapat Ahlussunnah tetapi pendapat Mujassimah.
      Ungkapan apa pun yang digunakan oleh mujassim untuk merujuk pada makna hakikat yang mereka yakini itu adalah ungkapan yang salah. Baik itu ungkapan yang mereka karang sendiri seperti di atas atau ungkapan yang meniru istilah Ahlussunnah, seperti:
      - Allah di atas Arasy
      - Allah di langit
      - Allah terpisah dari makhluk
      dan sebagainya adalah ungkapan yang salah bila maksudnya seperti hakikat ala mujassimah seperti di atas. Bahkan ungkapan umum seperti "Allah wujud" atau "Allah punya dzat" pun menjadi salah bila yang dimaksud adalah wujud jismiy atau dzat jismiyah.
      Jadi, yang diperhitungkan dalam akidah bukan ungkapan atau istilahnya tetapi maksud yang ada dalam hati. Akidah adalah tentang isi hati, bukan tentang suara mulut atau tulisan jari.
      Satu ungkapan yang sama bisa berarti benar bila yang mengatakan adalah ahlut tanzih (orang yang menyucikan Allah) dan bisa berarti salah bila yang mengucapkan adalah ahlut tajsim (orang yang menjisimkan Allah). Sama seperti ungkapan "saya suka anak kecil" adalah ungkapan positif bila yang mengucapkan adalah orang waras tetapi menjadi ungkapan negatif yang membuat kita marah ketika yang mengucapkan adalah seorang pedofil. Bila anda memahami ini, maka anda akan memahami titik temu dan titik pisah antara ahlussunnah wal jamaah dan para Taymiyun (wahabi) di era ini.

    • @HAN-lj3rj
      @HAN-lj3rj 2 роки тому

      @@pongki1892 Allah beristiwa di atas arsy, bagaimana Allah beristiwa hanya Allah yang tau, menurut KBBI istiwa itu duduk, menempat, bersila, menungang, jika ada yang bilang/membayangkan Allah duduk, Allah menempat, sebagaimana arti istiwa menurut KBBI maka itu salah...!!!
      Karena arti istiwa menurut bahasa arab & KBBI itu beda...

    • @firdaussh5038
      @firdaussh5038 Рік тому +3

      * * * * *
      WASPADA DOKTRIN WAHABIYAH
      Sebagaimana halnya Pemerintah Maroko yg sejak lama hingga saat ini telah melarang keras penyebaran ajaran/paham Wahabiyah di negara nya, maka demikian pula dengan Pemerintah Indonesia seharusnya bisa melarang keras terhadap dakwah ajaran Wahabi Salafi/Khalafi Talafi tersebut, agar firqoh/golongan Wahabiyah tidak tumbuh dan berkembang di Negeri ini.
      Pemerintah Indonesia semestinya juga tanggap dan tegas untuk menjaga Rakyatnya/Ummat Islam Indonesia agar tetap berada pada jalur Aqidah yang lurus yaitu jalan Salafiyah Sejati yg sebenarnya, yg sesuai pemahaman Aqidahnya dengan Asy'ariyah dan Maturidiyah, dengan Fiqih 4 Imam Mazhab, dan Tasawuf Imam Junaidi Al-Bagdadi & Imam Al-Ghozali.
      Mereka itulah Para Imam Ahlus Sunnah Waljama'ah yg mu'tabar, yg diikuti oleh mayoritas umat Islam di dunia, dimana dari jumlah sekitar 1,8 milyar populasi muslim dunia saat ini adalah 1,5 milyar lebih pengikutnya Ahlus Sunnah Waljama'ah (lebih dari 85%), bukan pengikut Syi'ah maupun Wahabiyah.
      Mereka para 'Alim Ulama yg dalam menentukan hukum & syariat Islam memegang teguh Al-Qur'an, Hadits, Qiyas dan Ijma', dengan memperhatikan Asbabun Nuzul nya (Al-Qur'an) dan Asbabul Wurud nya (Hadits), serta dalam menafsirkan dalil/nash Al-Qur'an dan Hadits dengan menggunakan/mendalami ilmu Nahwu, Shorof, Balaghoh, Bayan dan Mantiq, bukan hanya secara zhahir/tekstual/Literal saja, baik dalam menafsirkan makna dari ayat² Muhkamat dan ayat² Mutasyabihat, serta menggunakan metode Takwil dan Tafwidh khususnya pada ayat² Mutasyabihat yg bersifat Khabariyah tentang hal² yg ghaib, tentang Dzat Allah yg Maha Suci (Allah Ada tanpa tempat, tanpa arah dan tanpa waktu) serta sifat Azali-Nya (Allah Ada awal tanpa permulaan dan tanpa akhir/penghabisan).
      Itulah Ushuluddin/Prinsip Dasar Aqidah Islam Salafiyah (Manhaj Salaf) sebenarnya yg lurus dan hakiki.
      Dalam hal Aqidah/Ushul, para Ulama/Imam² pada masa Salaf (3 abad awal Hijriah) tidak ada ikhtilaf/perbedaan yg mendasar, mereka semua mempunyai Pemahaman Aqidah yg sama, baik dari ke 4 Imam Mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) maupun dari Imam Asy'ari dan Imam Maturidi.
      Khilafiyah/perbedaan yg terjadi diantara mereka hanyalah dalam hal Furu'iyah/cabang² Fiqih yg terkait dgn amalan ibadah dan muamalah saja, yang tidak menyimpang/melanggar dari hukum² yg utama/Prinsip, seperti rukun islam, rukun iman, rukun² ibadah, dan aturan²/syariat Islam dalam bermuamalah (berniaga/berdagang dan bersosialisasi/bermasyarakat) sehingga mereka dapat saling memakluminya dan saling menghormatinya, serta tetap menjaga persaudaraan dan Ukhuwah Islamiyah.
      Sehingga umat Islam/muslim Ahlus Sunnah Waljama'ah terjaga/terhindar dari pemahaman² menyimpang seperti Tajssim dan Tasybbih atau lebih dikenal dgn paham Mujassimah dan Musyabbihah, sebagaimana pemahaman yg terdapat pada firqoh/golongan Wahabiyah, yang diajarkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dgn dukungan Muhammad Ibnu Saud (Penguasa) pada abad ke 12 H (bukan pada masa Salaf/terdahulu 3 abad awal Hijriah) yang tumbuh dan berkembang di Najd/Riyadh, Makkah, Madinah (Arab Saudi dan sekitarnya) yg telah dikuasai oleh Dinasti Ibnu Saud sejak abad ke 12H/19M setelah memberontak/memisahkan diri dari Kekhilafahan Islam Utsmaniyah Turki, dengan dukungan sekutu/konspirasi bersama Yahudi dan Nasrani (Inggris).
      Atas dasar pemahaman Aqidah Trilogi Tauhid dari Syaikh Ibnu Taimiyah (Ulama Kontroversial yg pemahamannya banyak ditentang oleh Ulama² Ahlus Sunnah Waljama'ah pada masa Khalaf saat itu abad 7H~8H) yang diikuti/dianut oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bersama Penguasa Ibnu Saud, khususnya pada Tauhid Rububiyah yg oleh mereka dianggap/diakui bahwa Yahudi dan Nasrani itu juga bertauhid Rububiyah walaupun tidak bertauhid Uluhiyah.
      Atas dasar itulah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan Ibnu Saud telah menghalalkan/melegalkan/melegitimasi Persekutuan/Persekongkolan dengan Barat/Kafir Yahudi dan Nasrani hingga melakukan Pengkhianatan terhadap Kekhilafahan Islam Utsmaniyah Turki, serta pada akhirnya demi Kekayaan dan Kekuasaan di Jazirah Arab, mereka rela memerangi saudaranya seiman umat Islam Ahlus Sunnah Waljama'ah yang mayoritas dan sejak lama ada di Jazirah Arab dari zaman Rasulullah SAW, zaman sahabat, zaman Salaf dan zaman Khalaf/zaman Kekhilafahan Islam Utsmaniyah Turki.
      Padahal Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah itu pada hakikatnya adalah Sama dan Satu kesatuan yg mengikat dan tidak dapat dipisahkan.
      Seseorang tidak dapat dinyatakan bertauhid/ber-Islam/muslim jika dia hanya sekedar mengakui adanya Tuhan/Allah pencipta alam semesta, tanpa menyatakannya dengan sumpah/janji/ikrar Syahadat dan meyakini dgn hatinya dan segenap jiwa raganya serta mewujudkannya dgn beribadah menyembah kepada-Nya Allah SWT, juga tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan tanpa menyerupakan/menyetarakan Allah SWT dengan makhluk-Nya baik dalam hal Dzat-Nya maupun dalam hal Sifat-sifat-Nya.
      Tidak ada satupun Ulama/Imam² pada masa Salaf yang membagi/memisahkan Tauhid menjadi 3 seperti halnya Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma wa Sifat, sebagaimana Tauhid yang diajarkan oleh Wahabiyah.
      Bagaimana bisa mereka Wahabiyah mengklaim firqoh/golongannya adalah Salafi yang bermanhaj Salaf yg asli ???
      Demikian juga Allah SWT didalam Al-Qur'an dengan jelas dan tegas telah melarang kita Umat Islam untuk bersekutu/menjadikan Pemimpin/Pelindung/Wali/Teman Setia dari orang-orang Kafir Yahudi dan Nasrani.
      Apakah patut/layak bagi kita mengikuti Ulama Murjiah (Penjilat Penguasa dan Pengkhianat Agama) yang bersama Penguasa mengembangkan pahamnya dengan cara-cara yang Bathil ???
      Sebaik apapun kita dan sebanyak apapun amal ibadah kita, jika kita keliru/salah dalam memahami Prinsip² Aqidah Islam hingga tanpa disadari kita telah tergelincir/terjerumus kedalam jurang kesesatan, maka kita akan termasuk kedalam 72 golongan yang akan berada di Neraka. Na'udzubillahi min dzalik..!!!
      Hati-hatilah dan lebih teliti lagi dalam mencari/belajar ilmu agama, wahai sahabat dan saudaraku... ❤️🤝🏻
      Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. 🤲🏻🙏🏻

  • @abdullah5975
    @abdullah5975 4 роки тому +4

    📚 *FAIDAH TAFSIR IBNU KATSIR di dalam MENGIMANI ISTAWA (berada tinggi)-nya ALLAH di atas ARSY*
    =========°
    🌷 Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir di tafsir:
    a. QS Al A'raf 54 (ثم استوى على العرش)
    _"Kemudian Dia istawa (berada tinggi) di atas Arsy."_ dan
    b. QS Thoha 5 (الرحمن على العرش استوى).
    _"Yang Maha Rahman, di atas Arsy, Dia istawa (berada tinggi)."_
    Dan juga penjelasan para ulama lainnya, maka kita wajib mengimani Sifat-sifat Allah sebagaimana *METODE para SALAF,* yaitu dengan:
    1. *MEMBIARKAN sebagaimana datangnya* kabar tentang *[ISTAWA (Keberadaan Tinggi)-nya ALLAH]* tersebut, yang telah dikabarkan dari Al Qur'an dan As Sunnah
    (امرارها كما جاءت من الكتاب و السنة)
    2. *MENETAPKAN SIFAT [ISTAWA (Keberadaan Tinggi)-nya ALLAH]* tersebut, *sesuai dengan KEAGUNGAN-NYA,* dan *MENAFIKAN adanya KEKURANGAN* pada SIFAT ALLAH tersebut.
    (الإثبات على الوجه الذي يليق بجلاله و نفى عن الله النقائص)
    3. *TIDAK MENTAKYIF* (merinci/membayangkan bagaimananya)
    (من غير تكييف),
    Yaitu:
    TIDAK BERTANYA, tidak MEMBAYANGKAN dan tidak MERINCI BAGAIMANA CARANYA Allah istawa (berada tinggi) di atas Arsy.
    4. *TIDAK MENTASYBIH* (menyerupakan dengan makhluk-Nya)
    (و لا تشبيه),
    Yaitu:
    TIDAK MENYERUPAKAN istawa (berada tinggi)-nya Allah dengan keberadaan makhluk-Nya.
    5. *TIDAK MENTHA'THIL* (menghilangkan/ menafikan/ menolak)
    (و لا تعطيل),
    Yaitu:
    TIDAK MENOLAK istawa (berada tinggi)-nya Allah di atas Arsy.
    6. *TIDAK MENTAHRIF,* tahrif lafazh maupun tahrif makna/ mentakwil batil (merubah dari arti asalnya tanpa dalil dan contohnya dari para Salaf).
    (ولا تحريف).
    Yaitu:
    TIDAK MERUBAH ARTI kata istawa (berada tinggi di atas) kepada arti yang lainnya tanpa dalil yang shahih dan penjelasan yang shahih dari para ulama salaf.
    Seperti yang dilakukan oleh kaum MU'TAZILAH yang merubah kata ISTAWA (berada tinggi di atas) menjadi kata ISTAULA (menguasai).
    🌷 *Inti dari MENGIMANI Sifat-sifat Allah adalah: MENETAPKAN (tidak menolak) dan MENSUCIKAN (tidak menyerupakan)*
    Masih penjelasan Imam Ibnu Katsir di kitab beliau tersebut, beliau menukil ucapan para ulama salaf:
    _"Barang siapa _*_MENYERUPAKAN_*_ Sifat-sifat Allah, maka dia telah KAFIR."_
    (من شبه الله بخلقه كفر),
    _"Dan juga barang siapa _*_MENOLAK_*_ Sifat-sifat Allah, maka juga KAFIR."_
    (و من جحد ما وصف الله به نفسه فقد كفر).
    Inilah METODE para SALAF di dalam Mengimani Sifat-sifat Allah:
    a. *_MENETAPKAN_*_ (الإثبات) tanpa MENYERUPAKAN (التشبيه)._
    b. *_MENSUCIKAN_*_ (التنزيه) dari keserupaan dengan makhluk-Nya, tanpa MENOLAK/MENAFIKAN (التعطيل)._
    🌷 *MENETAPKAN Sifat-sifat Allah sesuai dengan keagungan-Nya, BUKANLAH termasuk bentuk TASYBIH, TAMTSIL, TAJSIM, sebagaimana yang disangka oleh kaum MU'ATHILAH (penolak Sifat-sifat Allah)*
    Masih ucapan Imam Ibnu Katsir di dalam kitab kitab tafsir beliau:
    و ليس فيما وصف الله به نفسه ولا رسوله تشبيه
    _"Dan di dalam pensifatan Allah kepada Diri-Nya, juga pensifatan Rasul-Nya itu _*_BUKANLAH bentuk PENYERUPAAN_*_ Allah dengan makhluk-Nya."_
    Dan ada juga penjelasan Imam At Tirmidzi tentang hal ini, di kitab Sunan At Tirmidzi. Beliau juga menukilkan ucapan Imam Ibnu Rahuyah.
    🌷 Demikian.
    Semoga bermanfaat.
    💦🌸💦🌸💦

  • @abdurahman-6515
    @abdurahman-6515 3 роки тому +7

    سبحان الله sedap bila ceramah didasari al quran,hadist,ijma ullama dan qias.

  • @wahyudinboncel2330
    @wahyudinboncel2330 3 роки тому +2

    Teruskanlah dan kumandangkanlah bahwa ALLAH itu tidak bertempat..
    Karena sesungguhnya ALLAH itu maha besar dan maha segalanya!

  • @suryadinadifa7450
    @suryadinadifa7450 4 роки тому +8

    Ini baru habib yg santun dan berilmu

    • @dukuncabul5265
      @dukuncabul5265 3 роки тому

      Emang ada yg kurangajar dan bodoh?
      Kok bilang ( ini baru )

    • @Toni-te8qi
      @Toni-te8qi Рік тому

      Biasa aja

  • @rukiyahpulungan4302
    @rukiyahpulungan4302 3 роки тому

    alhamdulillah.....terima kasih yaa habib...semoga habib dan semua yg dengar simak di redhi allah dan mendapat hikmah

  • @marlonuzchanel6794
    @marlonuzchanel6794 4 роки тому +15

    Mahluk mempelajari pencipta.. diluar kemampuan,,, dan itulah bukti bahwa Allah maha besar.. karena kita tidak mampu mencapai nya... 🙏🙏🙏

    • @lekran2647
      @lekran2647 3 роки тому

      Perlu banyak belajar luurrr

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 2 роки тому +1

      Tahqiq Persamaan dan Perbedaan Ungkapan Tentang Allah
      Secara hakikat, Allah wujud di luar realitas yang kita pahami sehingga tidak terjangkau secara fisik dan juga tidak bisa dibayangkan sama sekali oleh akal. Kondisi wujud yang sangat misterius ini diungkapkan dengan berbagai redaksi yang berbeda oleh Ahlussunnah tetapi merujuk pada makna yang sama, seperti:
      - Allah wujud tanpa tempat (dengan maksud bahwa tempat adalah realitas yang khusus menampung makhluk)
      - Allah di atas Arasy (dengan maksud bahwa arasy adalah batas tempat dan batas pengetahuan manusia)
      - Allah di langit (dengan maksud bahwa langit adalah sesuatu yang misterius yang tidak dipahami manusia)
      - Allah terpisah/berbeda dari makhluk (dengan maksud bahwa Allah di luar realitas makhluk dan tidak menyatu dengan semesta makhluk)
      Orang Kapitayan menyebut kondisi tersebut dengan istilah "tan kena kinaya ngapa". Orang Hindu menyebutnya dengan istilah "Acintya". Apapun ungkapan yang dipakai, selama maksudnya sama seperti makna hakikat di atas, maka itu adalah akidah yang benar menurut Ahlussunnah Wal Jamaah.
      Adapun bila diyakini bahwa secara hakikat Allah itu berupa fisik yang besar yang duduk menempel di atasnya makhluk bernama Arasy (pendapat sebagian Karramiyah), atau mengambang di arah sebelah atasnya Arasy (juga pendapat sebagian Karramiyah), tidak punya batasan fisik ke segala arah kecuali arah bawah (pendapat Abu Ya'la al-Hanbali), menempati Arasy kecuali empat jengkal (pendapat Utsman ad-Darimi), menempati seluruh bagian Arasy tanpa sisa sejengkal pun (pendapat Ibnu Taymiyah), dan khayalan serba fisikal lainnya, maka ini bukan pendapat Ahlussunnah tetapi pendapat Mujassimah.
      Ungkapan apa pun yang digunakan oleh mujassim untuk merujuk pada makna hakikat yang mereka yakini itu adalah ungkapan yang salah. Baik itu ungkapan yang mereka karang sendiri seperti di atas atau ungkapan yang meniru istilah Ahlussunnah, seperti:
      - Allah di atas Arasy
      - Allah di langit
      - Allah terpisah dari makhluk
      dan sebagainya adalah ungkapan yang salah bila maksudnya seperti hakikat ala mujassimah seperti di atas. Bahkan ungkapan umum seperti "Allah wujud" atau "Allah punya dzat" pun menjadi salah bila yang dimaksud adalah wujud jismiy atau dzat jismiyah.
      Jadi, yang diperhitungkan dalam akidah bukan ungkapan atau istilahnya tetapi maksud yang ada dalam hati. Akidah adalah tentang isi hati, bukan tentang suara mulut atau tulisan jari.
      Satu ungkapan yang sama bisa berarti benar bila yang mengatakan adalah ahlut tanzih (orang yang menyucikan Allah) dan bisa berarti salah bila yang mengucapkan adalah ahlut tajsim (orang yang menjisimkan Allah). Sama seperti ungkapan "saya suka anak kecil" adalah ungkapan positif bila yang mengucapkan adalah orang waras tetapi menjadi ungkapan negatif yang membuat kita marah ketika yang mengucapkan adalah seorang pedofil. Bila anda memahami ini, maka anda akan memahami titik temu dan titik pisah antara ahlussunnah wal jamaah dan para Taymiyun (wahabi) di era ini.

    • @RaRa-nz1zg
      @RaRa-nz1zg 2 роки тому

      @@LingkungSeniSantriKalijaga Bila bahasan islam janganlah nyebut agama lain krn itu diluar kontek ato diluar akidah jd gk sambung....

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 2 роки тому

      @@RaRa-nz1zg maaf saya lupa menambahkan kalimat berikut ini ;
      "Kesalahan orang kapitayan dan Hindu adalah walaupun mereka menyataknaa bahwa Tuhan adalah wujud yg tdk terpikirkan oleh makhluk, tapi mereka memanifestasikan kuasa Tuhan pada benda, tempat dsb lalu dikeramatkan dan dipuja (kapitayan). Pun begitu hindu yang menyatakan bahwa wujud Brahman (Tuhan) itu tak terfikirkan oleh makhluk namun memanifestasikan Brahman itu dalam wujud dewa dewi yang bahkan ratusan jumlahnya, lalu dipuja dan disembah layaknya Tuhan. Srmentara kita, kaum muslimin ahlussunnah waljama'ah hanya berkeyakinan bahwa Allah tidak bertempat, wujud-Nya tak terpikirkan oleh kita, berbeda dengan makhluk-Nya, tidak mungkin bermanifestasi menjadi wujud makhluk apalagi bersatu wujud dengan makhluk."

  • @penuntut_ilmu.71
    @penuntut_ilmu.71 3 роки тому +1

    Cukuplah mengimani Allah SWT di atas Arsy sesuai nasnya Al quran, tdk perlu dipersepsikan dg mahluk ciptaanya, karena melihatnya Allah tdk akan sama dg melihatnya manusia. Bersemayam nya Allah tdk sama dg mahluknya,

  • @semesta2276
    @semesta2276 4 роки тому +16

    Yang nanya mau jebak tuh, berharap habib taufiq mau jelek2in golongan lain soal Allah beristiwa di atas ars'y.
    Cakep banget nih habib memang, gak kaya habib abal2 yg lain. Ini habib lebih berilmu 👍
    Sehat terus habib taufiq

    • @AbdulHamid-so5wo
      @AbdulHamid-so5wo 4 роки тому

      Berarti habib banyak juga yg abal-abal yaa

    • @semesta2276
      @semesta2276 4 роки тому

      @@AbdulHamid-so5wo banyak mas, diindonesia tuh banyak orang2 yg dengan gampangnya manggil org dengan sebutan habib dan ustadz tanpa tahu keilmuannya...tukang sate dimadura pake gamis putih memang dia ada keturunan yaman pake peci sm gamis aja dipanggil habib...kan pea.
      Habib tuh dilihat ilmu agamanya, cara dia berdakwah yg santun juga selalu berpikir keras bagaimana menyampaikan yg haq tanpa harus menyinggung perasaan org yg akan dia dakwahi, tawadhu, berakhlaq, cara dia berbicara selalu baik...masa iya habib mulutnya kotor, suka jelek2in orang padahal seakidah.

    • @saptahariadji1835
      @saptahariadji1835 4 роки тому

      @@semesta2276 berarti kalao begitu iman ente CACAT mas bro....
      kalao ada hb sesuai selera ente baru namanya habib
      kalau ada habib tidak sesuai selera ente maka bukan habib..
      iman ente CACAT mas bro..tobtalah dan perbaiki diri serta bersihkan hati

    • @salafi1911
      @salafi1911 3 роки тому

      @@saptahariadji1835 Antum tuhan? Tau dari mana keimanan seseorang cacat? Cukup nasehati dengan kata2 yg baik dan doakan saja sudah cukup

    • @saptahariadji1835
      @saptahariadji1835 3 роки тому

      @@salafi1911 tau dari hadits nabi mas bro..nabi bersabda BELUM SEMPURNA IMAN SESEORANG..ila akhiril hadits....elu fahamin ndiri kalao kagak fahjam jedodin pala elu ke tembok.heheh.sory janagn ambekan ..nanya ke ulama

  • @nirwanaarumi6941
    @nirwanaarumi6941 Рік тому

    penjelasan ilmiah ❤❤

  • @reece3327
    @reece3327 5 років тому +7

    penjelasan simple dan mudah dimengerti, baru 3 bulan ini ana sering denger ceremah para habib2 indonesia, dulu2 kagak pernah tertarik mendengar ceramah para habib, karena tertarik dgn ceramah2 ustad ustad sunnah yang memang juga simple dan jelas, masya allah ternyata memang pemahaman dalam islam itu sungguh menakjubkan, ada tauhid uluhiyah, rububiyah, asma wasifat dan ada sifat wajib bagi allah yang dijabarkan oleh ustad2 asiriyah, sya akui butuh konsentrasi tinggat tinggi untuk memahami penjelasan tentang sifat 20 yang penuh dengan filsaat dan makna, wajar jika ada yang salah dikit bisa tersesat, masya allah salut lah sama ustad asiriyah bisa menjelaskan filsafat dan hakikat ilmu tauhid, klo mau aman betul kata habib jgn ditakwil bagi yang tidak punya ilmu tinggi, cukup imani dan yakini sesuai dengan bunyi ayatnya tanpa dibayangkan.. syukron habib

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 4 роки тому

      Barakallahu! Izin.menambahkan ;
      BENARKAH AQIDAH IMAM ASY’ARI BERBEDA DENGAN ASYAIRAH
      Poin penting :
      1. Asy’ariyah adalah pengikut sistem pengajaran aqidah Imam Abul Hasan Al-Asy’ari secara perseorangan. Bila banyak (jamak) disebut Asyairah
      2. Dua kitab Al-ibanah karya Imam Abul Hasan Al-Asy’ari yang ditahqiq. Tahqiq kalau dalam bahasa Indonesia disebut edit, tapi kalau dalam bahasa Arab lebih dari itu, melainkan edit dengan edisi kritis. Beberapa teks digabung lalu dikritisi oleh pentahqiq
      3. Dua kitab Al-Ibanah yang kali ini dibahas adalah cetakan dari darul Fadhilah, Mesir dan Darul Abshar, Saudi. Isi keduanya ada perbedaan. Dalam cetakan Saudi, pentahqiqnya membuat komentar tentang perkataan Imam Asy’ari yang komentar itu jauh melenceng dari perkataan Imam Asy’ari sendiri, sedangkan yang cetakan Mesir, ditulis seobjektif mungkin melihat perbedaan teks.
      4. Kitab jaman dulu tak ada yang dicetak, tapi disalin dengan cara didikte dan diijazahkan oleh guru pada muridnya. Ijazah itulah yang menjamin keabsahan kitab tersebut.
      5. Pertama kali naskah kitab Al-Ibanah dicetak di India, tapi isi teksnya tidak sahih. Di cetakan India tersebut tertulis Imam Asy’ari berkata, “yasakinassama’” artinya, “Wahai yang tinggal di atas langit…” Ini jelas tidak mungkin karena Imam Asy’ari punya sanad keilmuan ke Imam Saji dan Imam Saji punya sanad keilmuan ke Imam Ahmad bin Hanbal. Di cetakan Darul Abshar hal 426 malah bukan “Ya Sakinassama’” tapi “Yasakinal ‘Arsy”, artinya, “Wahai Yang Tinggal di Arsy”.
      6. Hal 21 cetakan Darul Fadhillah, Imam Asy’ari berkata, “Allah Istiwa di Arsy sesuai dengan apa yang Dia maksud. Makna ini mengunci kita untuk tidak membayangkan Istawa Allah seperti apa. Dilanjutkan, “Allah Istawa dengan makna yang Dia maksud, bukan makna yang kita maksud. Kalau bagi kita,Istawa bermakna menempati, tapi bagi Allah bukan.”
      7. Istiwa Allah suci dari ‘mumassah’ (persentuhan) Istiwa Allah tidak mengalami persentuhan, tidak pula Istiqrar (menempati), tidak ‘tamakkun’ (menjadikannya tempat), tidak ‘hulul’ (memasukinya), tidak Intiqal (berpindah, artinya Allah berpindah ke Arsy setelah Allah menciptakan Arsy. Tidak demikian!)
      8. Allah tidak duduk di atas Arsy dipikul oleh 8 malaikat pemikul Arsy. Sebaliknya mereka dikuasai oleh Allah SWT.
      9. Allah di atas Arsy bahkan di atas segala sesuatu sampai ke dasar bumi (meliputi segala sesuatu)
      10. Atas bagi Allah itu bukan atas dalam arti arah
      11. Allah ada sebelum segala sesuatu ada
      12. Jisim / benda punya aradh (sifat / kondisi), yaitu, berarah dan bertempat. Allah tak serupa dengan apa dan siapa pun (Q.S. 42 : 11). Ini menafikkan sifat jisim / benda pada Allah, maka tidak berlaku hukum atas dan bawah untuk jisim / benda / material bagi Allah. Kedekatan Allah kepada seluruh penduduk alam semesta itu sama. Bukan Allah ada di mana-mana tapi kedekatannya tak dapat digambarkan.
      13. Betul Allah punya wajah, tangan, turun ke dunia tiap sepertiga malam, Istawa di Arsy tapi, ‘Bila Kaif’ yakni caranya bukan seperti yang terbayang dalam benak kita.
      14. Berkata Ahlussunnah dan Ahli Hadits, “Laisa bi jismin”, Allah bukan jisim, tiada apa pun yang menyerupai-Nya.
      15. Imam Malik berkata, “Istiwa bukan sesuatu yang tidak diketahui, melainkan diketahui dalam Quran bahwa ada lebih dari 7 ayat yang menyebutkan tentang Istiwa misal Allah berfirman,
      قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
      Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar: 9) Di situ pakai kalimat قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ. "yastawilladzina...." itudasar katanya dari 'Istawa'. Istawa di situ bermakna lebih tinggi bukan tinggi dalam arti tempat. Apalagi Istawa Allah, sudah tentu bukan dalam arti bertempat

    • @putrahadiono3953
      @putrahadiono3953 4 роки тому +2

      Tauhid itu tidak terbagi menjadi 3 seperti yg ente bilang

    • @sipor5709
      @sipor5709 4 роки тому

      👍👍👍
      Soal asy'ary Sama persis dengan penjelasan Dr. Arrazy...ahli bidang Hadits salah satu murid dari Prof. Mustofa Ali ya'qub Allahu yarhamhu

    • @sodiqnabawi1919
      @sodiqnabawi1919 4 роки тому

      @@LingkungSeniSantriKalijaga kitab kitab yg sudah beredar dan konteknya berubah,itukitab apa saja ya akhi?jangan 2 nanti alqu,anpun bisa dirubahdikitdemi sedikit.dan yg masih asli itu kitab cetakan mana saja?

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 4 роки тому

      @@sodiqnabawi1919 yang rentan dirubah, diselewengkan, didistorsi ya kitab2 tulisan dan syarahan para ulama. Kalau quran ya ga mungkinlah. Kan sdh dijamin oleh Allah bakal terjaga keasliannya sampai kiamat. Dan kalau kitab tulisan ulama yg saya ketahui banyak diedit pihak tak bertanggung jawab adalah al ibanah karya imam asy'ari ini. Yang lain saya kurang tau

  • @droneracing6051
    @droneracing6051 3 роки тому +1

    Cukup imani Alquran saja,! diatas arsy sudah TITIK tidak usah dibayangkan wallahuaklam

  • @nyspirit6397
    @nyspirit6397 3 роки тому +5

    Pahami apa adanya spt firman Allah dan ga usah ditanyakan sebab bila ditanyakan jawabannya bisa ke arah takwil atau menyerupakan dg mahluk. Wallahu aklam bissawab

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 2 роки тому

      Tahqiq Persamaan dan Perbedaan Ungkapan Tentang Allah
      Secara hakikat, Allah wujud di luar realitas yang kita pahami sehingga tidak terjangkau secara fisik dan juga tidak bisa dibayangkan sama sekali oleh akal. Kondisi wujud yang sangat misterius ini diungkapkan dengan berbagai redaksi yang berbeda oleh Ahlussunnah tetapi merujuk pada makna yang sama, seperti:
      - Allah wujud tanpa tempat (dengan maksud bahwa tempat adalah realitas yang khusus menampung makhluk)
      - Allah di atas Arasy (dengan maksud bahwa arasy adalah batas tempat dan batas pengetahuan manusia)
      - Allah di langit (dengan maksud bahwa langit adalah sesuatu yang misterius yang tidak dipahami manusia)
      - Allah terpisah/berbeda dari makhluk (dengan maksud bahwa Allah di luar realitas makhluk dan tidak menyatu dengan semesta makhluk)
      Orang Kapitayan menyebut kondisi tersebut dengan istilah "tan kena kinaya ngapa". Orang Hindu menyebutnya dengan istilah "Acintya". Apapun ungkapan yang dipakai, selama maksudnya sama seperti makna hakikat di atas, maka itu adalah akidah yang benar menurut Ahlussunnah Wal Jamaah.
      Adapun bila diyakini bahwa secara hakikat Allah itu berupa fisik yang besar yang duduk menempel di atasnya makhluk bernama Arasy (pendapat sebagian Karramiyah), atau mengambang di arah sebelah atasnya Arasy (juga pendapat sebagian Karramiyah), tidak punya batasan fisik ke segala arah kecuali arah bawah (pendapat Abu Ya'la al-Hanbali), menempati Arasy kecuali empat jengkal (pendapat Utsman ad-Darimi), menempati seluruh bagian Arasy tanpa sisa sejengkal pun (pendapat Ibnu Taymiyah), dan khayalan serba fisikal lainnya, maka ini bukan pendapat Ahlussunnah tetapi pendapat Mujassimah.
      Ungkapan apa pun yang digunakan oleh mujassim untuk merujuk pada makna hakikat yang mereka yakini itu adalah ungkapan yang salah. Baik itu ungkapan yang mereka karang sendiri seperti di atas atau ungkapan yang meniru istilah Ahlussunnah, seperti:
      - Allah di atas Arasy
      - Allah di langit
      - Allah terpisah dari makhluk
      dan sebagainya adalah ungkapan yang salah bila maksudnya seperti hakikat ala mujassimah seperti di atas. Bahkan ungkapan umum seperti "Allah wujud" atau "Allah punya dzat" pun menjadi salah bila yang dimaksud adalah wujud jismiy atau dzat jismiyah.
      Jadi, yang diperhitungkan dalam akidah bukan ungkapan atau istilahnya tetapi maksud yang ada dalam hati. Akidah adalah tentang isi hati, bukan tentang suara mulut atau tulisan jari.
      Satu ungkapan yang sama bisa berarti benar bila yang mengatakan adalah ahlut tanzih (orang yang menyucikan Allah) dan bisa berarti salah bila yang mengucapkan adalah ahlut tajsim (orang yang menjisimkan Allah). Sama seperti ungkapan "saya suka anak kecil" adalah ungkapan positif bila yang mengucapkan adalah orang waras tetapi menjadi ungkapan negatif yang membuat kita marah ketika yang mengucapkan adalah seorang pedofil. Bila anda memahami ini, maka anda akan memahami titik temu dan titik pisah antara ahlussunnah wal jamaah dan para Taymiyun (wahabi) di era ini.

  • @nonaapri
    @nonaapri 2 роки тому

    Akhirnya jelas sudah aku mngerti.....dt tdi aku liat ustad2 pada adu argumen soal allah di arash...baru akhirnya ngrti
    Mkasi habib

  • @badrattamam8520
    @badrattamam8520 5 років тому +11

    Ifadah: Barangkali bisa juga dialihkan supaya dia sadar betul kalau dia dan kita ini memang lemah dan tak tau apa2,misal dgn menanya balik kepadanya, anda punya ruh? Di mana ruh itu? Berbentuk apa? Terbuat dr apa? Pernah ketemu? Berwarna apa? Dst.. Jika dia gak bisa jawab dan pasti gak bisa,maka tenggelamkan dia dalam kesadaran kalau kita ini,sehebat apapun ilmu dan akal kita,kita hanyalah makhluk yg bodoh tak tau apa2,lha wong ruh yg ada di diri kita aja kita gak faham,kok sok2an mempertanyakan Tuhan?! Itu baru contoh ciptaan Tuhan,kita aja gak bisa nembus,gimana lg dgn Sang Maha Pencipta Yang Maha Suci itu?! Jadi sibuklah beribadah mengabdi padaNya,anda akan merasakan HadirNya di hati dan jiwa anda. Itu lebih aman..🙏

    • @achmada9338
      @achmada9338 5 років тому +1

      Ajiiiiiiiiib penjelasan pian mas. Josss mabruk Allah yubarik wa rasuluhu

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      Sepakat! Dalam hal ini ada rumus penjelasan baku. Begini ;
      Benarkah Allah .......?" Kita jawab, "Allah.......... sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), .................. adalah .................., maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari ............-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat ........., kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana ......... Allah."
      titik2 itu tinggal diisi oleh Nuzul, Yad, atau Wajh sesuai kebutuhan. Langsung saja praktekkan
      1. Perihal Istawa
      Benarkah Allah Istawa?" Kita jawab, "Allah Istawa sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), istawa adalah bersemayam, mendiami, menempati suatu tempat, ruang atau wadah maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Istawa.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Istawa, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Istawa Allah."
      2. Perihal Nuzul
      Benarkah Allah Nuzul?" Kita jawab, "Allah Nuzul sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Nuzul adalah turun berupa pergerakan berpindah posisi dari atas ke bawah, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Nuzul.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Nuzul, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Nuzul Allah."
      3. Perkara Yad (tangan)
      Benarkah Allah memiliki tangan?" Kita jawab, "Allah memiliki tangan sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), tangan adalah organ peraba yang terdiri dari jari-jemari, punggung, telapak, pergelangan tangan, lengan, siku, bahu dsb maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Yad-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Yad, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Yad Allah."
      4. Perkara Wajh
      Benarkah Allah berwajah?" Kita jawab, "Allah memiliki wajah sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Wajah adalah muka yang terdiri atas anggota jidat, pelipis, pipi, dagu, mulut, hidung, mata dan bulunya, alis dsb, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Wajah-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Wajah, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Wajah Allah."
      Seterusnya sama demikian. Asalkan ungkapan2 yg diisi di titik2 itu terdapat pada dalil2 sohih, bukan khayalan mujassimah. Karena itu kita tak bisa mengisikan kata2 di bawah ini pada titik2 di atas ;
      Menduduki Arsy, berpijak, berarah fisik, melayang, menyentuh Adam dengan tangan-Nya, mengeluarkan suara dari kerongkongan, berukuran tinggi berat sekian2, beranggota badan, dan hal2 lainnya yg tdk terdapat dalam dalil2 sahih. Hanya ada dalam khayalan para mujassimah saja, yang selalu mengkhayalkan bahwa Tuhan adalah sosok raksasa super besar yg berbeda dari apa pun selain-Nya

  • @afinisomawijaya3636
    @afinisomawijaya3636 3 роки тому +1

    Barokalloh fiikum ustadz , jazaakalloh khoir ilmu yg bermanfaat

  • @DinoSham
    @DinoSham 4 роки тому +27

    Di akhirat nanti bila Allah bertanya kanapa kamu kata aku berisiwa di arasy? Hamba menjawab.. Aku katakan seperti yg engkau khabarkan..

    • @adiis2009
      @adiis2009 4 роки тому

      kalau nabi muhammad saja kita tak pernah menyebut nya dengan ENGKAU.... lantas allah itu boleh di sebut dengan kata pengganti ENGKAU ...?
      mungkin lebih sopan dengan panggilan YOU saja deh.

    • @fadhil631
      @fadhil631 4 роки тому

      @@adiis2009 doa nabi yunus??

    • @eddymargono7654
      @eddymargono7654 4 роки тому +2

      @@adiis2009 Iyyaka na'budu wa Iyyaka nasta'iin. Terjemahannya bgmn?.

    • @bahrululum9367
      @bahrululum9367 4 роки тому

      @@eddymargono7654 iyyaka itu mafful muqoddam? Pa faidahnya?

    • @kasimlau365
      @kasimlau365 4 роки тому +1

      Arays itu di mknaiinn kekuasaan ..bukan tmpat ...mka nya jngan kutib satu ayat sja ...

  • @bowocatur
    @bowocatur 3 роки тому +2

    Sampean sendiri bib yg menyamakan Allah SWT serupa dengan mahluk.. Menyamakan kursi Allah sama dengan kursi mahluk.. Membayangkan turun nya Allah dengan mahluk

  • @surotoroto1777
    @surotoroto1777 3 роки тому +3

    Kekuasaan allah swt maha luas tak tergantung tidak setara dengan mahluk nya.AMIN

  • @fadjarudinbinsaidsumarno5173
    @fadjarudinbinsaidsumarno5173 5 років тому +3

    Alangkah bagus jawaban Imam Malik Rahimahumullah ketika ditanya,"Bagaimana cara Allah istiwa di atas 'Arsy? Beliau menjawab. "Istiwa itu bukanlah sesuatu yg tidak dikenal (yakni telah kita maklum artinya). Tetapi bagaimana caranya (Allah beristiwa) tidaklah dpt dimengerti, sedangkan iman dengannya (bahwa Allah Istiwa) wajib, sementara bertanya tentangnya (bagaimana caranya) adalah bid'ah. (Baca: Fatwa Hamawiyyah Kubra, hlm. 45-46)

    • @AliAli-nm1le
      @AliAli-nm1le 4 роки тому

      Sudahlah, dari aqlak kalian kami sudah tahu, kalian golongan yang mendapat Rahman atau tidak. Bahkan golongan yang mengaku paling benar dan mulai pertama iblis, lalu Yahudi dan Nasrani, dan setelahnya muncul kalian.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 4 роки тому +1

      BENARKAH AQIDAH IMAM ASY’ARI BERBEDA DENGAN ASYAIRAH
      Poin penting :
      1. Asy’ariyah adalah pengikut sistem pengajaran aqidah Imam Abul Hasan Al-Asy’ari secara perseorangan. Bila banyak (jamak) disebut Asyairah
      2. Dua kitab Al-ibanah karya Imam Abul Hasan Al-Asy’ari yang ditahqiq. Tahqiq kalau dalam bahasa Indonesia disebut edit, tapi kalau dalam bahasa Arab lebih dari itu, melainkan edit dengan edisi kritis. Beberapa teks digabung lalu dikritisi oleh pentahqiq
      3. Dua kitab Al-Ibanah yang kali ini dibahas adalah cetakan dari darul Fadhilah, Mesir dan Darul Abshar, Saudi. Isi keduanya ada perbedaan. Dalam cetakan Saudi, pentahqiqnya membuat komentar tentang perkataan Imam Asy’ari yang komentar itu jauh melenceng dari perkataan Imam Asy’ari sendiri, sedangkan yang cetakan Mesir, ditulis seobjektif mungkin melihat perbedaan teks.
      4. Kitab jaman dulu tak ada yang dicetak, tapi disalin dengan cara didikte dan diijazahkan oleh guru pada muridnya. Ijazah itulah yang menjamin keabsahan kitab tersebut.
      5. Pertama kali naskah kitab Al-Ibanah dicetak di India, tapi isi teksnya tidak sahih. Di cetakan India tersebut tertulis Imam Asy’ari berkata, “yasakinassama’” artinya, “Wahai yang tinggal di atas langit…” Ini jelas tidak mungkin karena Imam Asy’ari punya sanad keilmuan ke Imam Saji dan Imam Saji punya sanad keilmuan ke Imam Ahmad bin Hanbal. Di cetakan Darul Abshar hal 426 malah bukan “Ya Sakinassama’” tapi “Yasakinal ‘Arsy”, artinya, “Wahai Yang Tinggal di Arsy”.
      6. Hal 21 cetakan Darul Fadhillah, Imam Asy’ari berkata, “Allah Istiwa di Arsy sesuai dengan apa yang Dia maksud. Makna ini mengunci kita untuk tidak membayangkan Istawa Allah seperti apa. Dilanjutkan, “Allah Istawa dengan makna yang Dia maksud, bukan makna yang kita maksud. Kalau bagi kita,Istawa bermakna menempati, tapi bagi Allah bukan.”
      7. Istiwa Allah suci dari ‘mumassah’ (persentuhan) Istiwa Allah tidak mengalami persentuhan, tidak pula Istiqrar (menempati), tidak ‘tamakkun’ (menjadikannya tempat), tidak ‘hulul’ (memasukinya), tidak Intiqal (berpindah, artinya Allah berpindah ke Arsy setelah Allah menciptakan Arsy. Tidak demikian!)
      8. Allah tidak duduk di atas Arsy dipikul oleh 8 malaikat pemikul Arsy. Sebaliknya mereka dikuasai oleh Allah SWT.
      9. Allah di atas Arsy bahkan di atas segala sesuatu sampai ke dasar bumi (meliputi segala sesuatu)
      10. Atas bagi Allah itu bukan atas dalam arti arah
      11. Allah ada sebelum segala sesuatu ada
      12. Jisim / benda punya aradh (sifat / kondisi), yaitu, berarah dan bertempat. Allah tak serupa dengan apa dan siapa pun (Q.S. 42 : 11). Ini menafikkan sifat jisim / benda pada Allah, maka tidak berlaku hukum atas dan bawah untuk jisim / benda / material bagi Allah. Kedekatan Allah kepada seluruh penduduk alam semesta itu sama. Bukan Allah ada di mana-mana tapi kedekatannya tak dapat digambarkan.
      13. Betul Allah punya wajah, tangan, turun ke dunia tiap sepertiga malam, Istawa di Arsy tapi, ‘Bila Kaif’ yakni caranya bukan seperti yang terbayang dalam benak kita.
      14. Berkata Ahlussunnah dan Ahli Hadits, “Laisa bi jismin”, Allah bukan jisim, tiada apa pun yang menyerupai-Nya.
      15. Imam Malik berkata, “Istiwa bukan sesuatu yang tidak diketahui, melainkan diketahui dalam Quran bahwa ada lebih dari 7 ayat yang menyebutkan tentang Istiwa misal Allah berfirman,
      قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
      Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar: 9) Di situ pakai kalimat قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ. "yastawilladzina...." itudasar katanya dari 'Istawa'. Istawa di situ bermakna lebih tinggi bukan tinggi dalam arti tempat. Apalagi Istawa Allah, sudah tentu bukan dalam arti bertempat

    • @ariyasamcr6357
      @ariyasamcr6357 4 роки тому

      @@AliAli-nm1le akal itu mengikuti wahyu kang
      bukan wahyu yg mengikuti akal

  • @hamidhamdani27
    @hamidhamdani27 4 роки тому +7

    Masyaaa Allah❤️❤️❤️❤️❤️
    Semoga barokah
    Dan semoga yg mendengar bisa paham

  • @ajad78
    @ajad78 3 роки тому +1

    ALLOH. ITU,,,TIDAK,,BERTEMPAT,,,,TAPI ALLOH YG MEMBUAT. TEMPAT,,,,,BAGUS,,,BETUL,,,USTAD

  • @haidarytpetualang
    @haidarytpetualang 4 роки тому +3

    Penjelasan yg sangat dipahami salam ta'dzim bib 🙏🙏🙏

  • @hasbani4744
    @hasbani4744 4 роки тому +2

    Kita. Imani semua firman Alloh dg didasari firman Alloh juga: t TIDAK ADA SESUATU APAPUN YG MENYAMAI MYA

  • @LingkungSeniSantriKalijaga
    @LingkungSeniSantriKalijaga 5 років тому +7

    Telah maklum dalam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa Allah bukanlah jisimatau eksistensi fisikal yang mempunyai volume. Tak dapat dihitung jumlah ulama yang memustahilkan makna fisikal (jismiyah) dari Allah, salah satunya adalah Imam Ahmad bin Hanbal yang dengan tegas berkata: إِنَّ الأَسْمَاءَ مَأْخُوذَةٌ مِنَ الشَّرِيعَةِ وَاللُّغَةِ، وَأَهْلُ اللُّغَةِ وَضَعُوا هَذَا الاسْمَ - أَيِ الْجِسْمَ - عَلَى ذِي طِولٍ وَعَرْضٍ وَسَمْكٍ وَتَرْكِيبٍ وَصُورَةٍ وَتَأْلِيفٍ، وَاللهُ خَارِجٌ عَنْ ذَلِكَ كُلِّهِ - أي مُنزَّهٌ عَنْه - فَلَمْ يَجُزْ أَنْ يُسمَّى جِسْمًا لِخروجِهِ عَنْ مَعْنَى الْجِسْمِيّةِ، وَلَمْ يَجِىءْ في الشَّرِيعَةِ ذَلِكَ فَبَطلَ "Sesungguhnya istilah-istilah itu diambil dari peristilahan syariah dan peristilahan bahasa sedangkan ahli bahasa menetapkan istilah ini (jisim) untuk sesuatu yang punya panjang, lebar, tebal, susunan, bentuk dan rangkaian, sedangkan Allah berbeda dari itu semua. Maka dari itu, tidak boleh mengatakan bahwa Allah adalah jisim sebab Allah tak punya makna jismiyah. Dan, istilah itu juga tidak ada dalam istilah syariat, maka batal menyifati Allah demikian". (Abu al-Fadl at-Tamimy, I’tiqâd al-Imam al-Munabbal Ahmad bin Hanbal, 45). Lalu bagaimana dengan suatu ungkapan yang terbilang lumrah di telinga penduduk Indonesia bahwa Allah bersemayam di atas Arasy? Bolehkah mengatakan Allah bersemayam meskipun bersemayam adalah sebuah tindakan fisikal yang hanya bisa dilakukan oleh jism (materi)? Apabila kita membaca Al-Qur’an terjemahan Kementerian Agama dari surat at-Taha ayat 5 berikut: الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ Maka akan kita dapati terjemahannya adalah: “Tuhan yang Mahapemurah yang bersemayam di atas ‘Arasy”. Terjemahan ini diberi catatan sebagai berikut: “Bersemayam di atas ‘Arasy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya”. (Lihat: Al Qur’an dan Terjemahnya terbitan Kementerian Agama) Bila kita terima begitu saja terjemahan tersebut berarti jawabannya sudah jelas: Ya, Allah bersemayam. Tetapi masalahnya tak sesederhana ini. Kita tak boleh membahas masalah aqidah hanya berdasarkan pada terjemahan saja sebab bisa jadi terjemahannya tidak tepat. Dan, tentu saja cara seseorang menerjemah tergantung pada mazhab yang ia anut sehingga terjemahan satu orang bisa berbeda dengan lainnya, apalagi ini terkait dengan ayat Al-Qur’an yang memang kaya makna. Ayat tersebut menggunakan redaksi istawayang diterjemahkan sebagai “bersemayam”. Bila kita melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bersemayam berarti: duduk, berkediaman, tinggal atau bila konteksnya adalah bersemayam dalam hati, maka maknanya adalah terpatri dalam hati. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam peristilahan bahasa Indonesia, kalimat “bersemayam di atas ‘Arasy” artinya adalah duduk, berdiam atau tinggal di atas Arasy. Kesemua makna ini tanpa diragukan adalah makna jismiyah yang seharusnya dibuang jauh-jauh dari Allah sebab tak layak bagi kesucian-Nya. Makna duduk sendiri secara tegas dikecam sangat keras oleh Imam Syafi’i, bahkan hingga level dianggap kafir. Imam Syafi’i sebagaimana diriwayatkan oleh Qadli Husain menjelaskan bahwa di antara yang dianggap kafir adalah sebagai berikut: ومن كفرناه من أهل القبلة: كالقائلين بخلق القرآن، وبأنه لا يعلم المعدومات قبل وجودها، ومن لا يؤمن بالقدر، وكذا من يعتقد أن الله جالس على العرش؛ كما حكاه القاضي الحسين هنا عن نص الشافعي. “Orang yang kami kafirkan dari kalangan orang yang shalat adalah: mereka yang berkata bahwa al-Qur’an adalah makhluk, bahwa Allah tak mengetahui sesuatu sebelum terjadinya, juga orang yang tak percaya takdir, demikian juga orang yang mengatakan bahwa Allah duduk di atas Arasy. Seperti diriwayatkan oleh Qadli Husain dari penjelasan literal Imam Syafi’i.” (Ibnu ar-Rif’ah, Kifâyat al-Nabîh fî Syarh at-Tanbîh, juz IV, halaman 23). Tentang vonis kafir terhadap aliran sesat di atas sebenarnya bukanlah hal yang disepakati di kalangan ulama, namun setidaknya semua sepakat bahwa pendapat seperti di atas adalah sesat. Bagaimana tidak sesat, mengatakan Allah duduk di Arasy sama saja dengan mengatakan bahwa Allah punya pantat yang menempel di atas Arasy; mengatakan Allah tinggal atau berdiam di Arasy sama saja dengan mengatakan bahwa Allah punya volume dan ukuran fisik sehingga pasti Allah juga makhluk. Kesemuanya sama sekali mustahil bagi Allah dan Maha Suci Allah dari semua itu. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa mengatakan Allah bersemayam di atas Arasy adalah ungkapan yang tidak tepat. Tim penerjemah dari Kementerian Agama tampaknya sadar akan celah ini sehingga mereka memberi catatan “Bersemayam di atas ‘Arasy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya” seolah mau menjelaskan bahwa bersemayam yang mereka maksud bukanlah bersemayam dalam arti duduk, tinggal atau berdiam yang kesemuanya tidak layak bagi kebesaran dan kesucian Allah, tetapi makna lain yang layak bagi-Nya. Namun bagaimanapun harus diakui bahwa diksi yang dipilih oleh tim penerjemah Kementerian Agama tersebut kurang tepat sebab kata bersemayam tak punya arti lain dalam kamus bahasa Indonesia selain makna jismiyah tersebut. Diksi yang kurang tepat ini rawan menimbulkan salah paham bagi orang awam. Padahal, dalam bahasa Arab kata istawa tak selalu bermakna jismiyah, namun bisa diartikan bermacam-macam sesuai konteksnya. Hal ini berbeda kasusnya dengan kata “yad” yang oleh Kementerian Agama diterjemah sebagai “tangan”. Meskipun kata “tangan” juga berkonotasi jismiyah, namun dalam KBBI kata ini tak hanya bermakna tangan sebagai organ tubuh tetapi bisa juga bermakna non-jismiyah seperti makna kekuasaan, perintah dan sebagainya sehingga penerjemahan kata “yad” menjadi “tangan” lebih bisa dimaklumi. Yang justru paling aman adalah tidak menerjemah kata-kata berupa sifat khabariyah ini tetapi membiarkannya apa adanya lalu diberi catatan berbagai kemungkinan makna yang layak bagi Allah.Wallahua’lam.

  • @ekowalang9731
    @ekowalang9731 4 роки тому +1

    Mohon do'anya habib, anak sy sedang menuntut ilmu di pesantren semoga tercapai cita-citanya.

    • @faturadelard5473
      @faturadelard5473 4 роки тому

      Awas kena Riya, bukan minta doa yg ada sombong.

  • @abdullah5975
    @abdullah5975 4 роки тому +8

    📚 *PARA ULAMA SALAF SEPAKAT bahwa ALLAH ISTAWA (berada tinggi) DI ATAS ARSY*
    =========°
    🌷Abu Bakr Al-Khollal mengatakan, telah mengabarkan kepada kami Al-Maruzi. Beliau katakan, telah mengabarkan pada kami Muhammad bin Shobah An-Naisaburi. Beliau katakan, telah mengabarkan pada kami Abu Daud Al-Khonaf Sulaiman bin Daud. Beliau katakana, Ishaq bin Rohuwyah berkata:
    _"Allah Ta’ala berfirman,_
    الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
    _“Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy”._
    _"Para ulama _*_sepakat (berijmak)_*_ bahwa Allah berada di atas ‘Arsy dan beristiwa’ (menetap tinggi) di atasnya. Namun Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang terjadi di bawah-Nya, sampai di bawah lapis bumi yang ketujuh."_
    🌷Imam Adz-Dzahabi rahimahullah ketika membawakan perkataan Ishaq di atas, beliau rahimahullah mengatakan:
    _“Dengarkanlah perkataan Imam yang satu ini._ _Lihatlah bagaimana beliau menukil adanya _*_ijmak (kesepakatan ulama)_*_ mengenai masalah ini._ _Sebagaimana pula ijmak ini dinukil oleh Qutaibah di masanya.”_
    Lihat Al-‘Uluw li Al-‘Aliy Al-Ghaffar, hlm. 179. Lihat Mukhtashar Al-‘Uluw, hlm. 194.
    💦🌸💦🌸💦

    • @maspuryadi9900
      @maspuryadi9900 4 роки тому +1

      Jazakallahu khairan

    • @abdullah5975
      @abdullah5975 4 роки тому +1

      @@maspuryadi9900
      Wa jazaakumu llaahu khairaa.
      Wa Baaraka llaahu fiikum.

    • @bimbimganteng2165
      @bimbimganteng2165 4 роки тому +1

      Jazakallahu khoiron

    • @abdullah5975
      @abdullah5975 4 роки тому +1

      @@bimbimganteng2165
      Wa jazaakumu llaahu khairaa.
      Wa Baaraka llaahu fiikum.

    • @saptahariadji1835
      @saptahariadji1835 4 роки тому

      @@abdullah5975 seturuan aja mas bro..ini lapak org mas bro..mending di lapak para badui najd

  • @Apasajayatv
    @Apasajayatv 2 роки тому

    Semoga allah selalu merahmati kita, dan semua yang mengaku lailaahaillallah

  • @ruhinmustofa3159
    @ruhinmustofa3159 4 роки тому +3

    SUBHANALLAH
    Jelas sekali jika yang menerangkan orang A'lamah

  • @ilhamharman
    @ilhamharman Рік тому +1

    Alhamdulillah masih ada Habaib yg beriman bahwa Allah di Arsy. Tidak sama dengan ustad2 yg terkenal yg tidak meyakini Allah di Arsy. Dan memang mereka membagaimanakan Allah itu seperti makhluk. Padahal Allah dengan makhluk itu berbeda. Allah maha mendengar,makhluk mendengar. Tapi mendengarnya Allah dengan makhluk tidak sama

  • @Asyrafuddin751
    @Asyrafuddin751 4 роки тому +9

    Allah sendiri yang mengatakan diatas.
    Allah sendiri yang mengatakan tidak sama dengan makhluk-Nya.
    Allah diatas tidak sama dengan makhluk-Nya

    • @fadhil631
      @fadhil631 4 роки тому

      Diatas itu terjemahan indo...
      Beda dengan bahasa Al-Qur'an itu sendiri

    • @mujahidin7733
      @mujahidin7733 4 роки тому

      Jangan salah tafsir bang,
      Sesungguhnya Allah SWT itu ada tapi tidak dimana mana itu sih yang dikasih tau guru di pondok dulu mohon maaf 🙏

    • @zulkarnainalatsari684
      @zulkarnainalatsari684 4 роки тому +2

      Alhamdulillah.
      Aqidah Ahlussunah wal Jamaah di masa Salaf adalah tegas, jelas, sederhana, mudah difahami, dan tidak membingungkan:
      - Dzat Allah berada di atas,
      - Di atas langit ketujuh,
      - ISTAWA (menetap tinggi) di atas Arsy (Dipan Singgasana)-Nya.
      - Dan hanya Allah yang tahu, bagaimana caranya Dia berada di atas Arsy-Nya.

    • @saptahariadji1835
      @saptahariadji1835 4 роки тому

      @@zulkarnainalatsari684 aqidah wahabi keles....jnagn sering ngibulin umat islam mas bro...

    • @zulkarnainalatsari684
      @zulkarnainalatsari684 4 роки тому +2

      @@saptahariadji1835
      Fitnah itu, Mas.
      Tak kenal maka tak sayang.

  • @ruslanrj4626
    @ruslanrj4626 3 роки тому +2

    Rasulullah s.a.w telah bersabda yang bermaksud :
    [Setelah dicabut roh orang beriman itu], malaikat-malaikat akan membawa roh yang berbau wangi itu naik ke langit. Maka setiap kali berjumpa dengan sekumpulan malaikat, mereka akan bertanya, Siapakah roh yang amat baik keadaannya ini ? Malaikat-malaikat yang membawa roh itu menjawab, Roh si pulan bin pulan. Dengan menyebut nama yang paling baik yang diberikan kepadanya di atas muka dunia. Sehinggalah sampai di langit dunia, para malaikat yang membawanya itu meminta supaya dibukakan pintu langit untuknya, lalu dibukakan untuk mereka (melaluinya). Di setiap pintu langit, roh orang mukmin itu diiringi oleh malaikat penjaga langit untuk naik ke langit berikutnya hinggalah ia sampai ke langit ketujuh. Maka datanglah firman Allah kepadanya, tulislah ketentuan hambaku di dalam Illiyin (tempat orang-orang mulia di dalam syurga) dan bawalah ia kembali ke bumi kepada tubuhnya kerana sesungguhnya darinya Aku menjadikan mereka, kepadanyalah Aku akan kembalikan mereka dan daripadanya juga Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi (apabila berlakunya kiamat). Maka dikembalikanlah roh itu kepada jasadnya. [Riwayat Ahmad].

  • @misbahulmunir130
    @misbahulmunir130 5 років тому +3

    Seorang sahabat Rasulullah yang sangat agung, al-Khalifah ar-Râsyid, al-Imam Ali ibn Abi Thalib (w 40 H) berkata: “Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, dan Dia Allah sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap sebagaimana pada sifat-Nya yang Azali ada tanpa tempat”. Beliau juga berkata: ' “Sesungguhnya Allah menciptakan arsy (makhluk Allah yang paling besar bentuknya) untuk menampakan kekuasaan-Nya bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya”.
    Juga berkata “Barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan kita (Allah) memiliki bentuk dan ukuran maka ia tidak mengetahui Tuhan yang wajib disembah (belum beriman kepada-Nya) "Abu Manshur al-Baghdadi, al-Farq Bayn al Firaq, h. 333 121 Ibâd. 12 Abu Nu'aim, Hilyah al-Amliyā', j. 1, h. 73 dalam benyebutan biografi Ali ibn Abi Thalib.
    Seorang tabi'in yang agung, al-Imam as-Sajâd Zainal Abidin; Ali ibn al-Husain ibn Ali ibn Abi Thalib (w 94 H) berkata: - - “Engkau wahai Allah yang tidak diliputi oleh tempat
    Imam Ali zainal abidin : "Engkau wahai Allah yang tidak dibatasi hingga engkau memiliki bentuk (artinya Allah maha suci dari segala bentuk dan ukuran)”.
    Imām Ja'far as-Shadiq ibn Muhammad al-Baqir ibn ibn Zainal Abidin Ali ibn al-Husain (w 148 H) berkata: “Barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah berada di dalam sesuatu, atau dari sesuatu, atau di atas sesuatu maka ia adalah seorang yang musyrik. Karena jika Allah berada di atas sesuatu maka berarti Dia diangkat, dan bila berada di dalam sesuatu berarti Dia terbatas, dan bila Dia dari sesuatu maka berarti Dia baharu (makhluk)”
    -Imām al-Mujtahid Abu Hanifah an-Nu'man ibn Tsabit (w 150 H), salah seorang ulama Salaf terkemuka perintis madzhab Hanafi, berkata: “Allah di akhirat kelak akan dilihat. Orang-orang mukmin akan melihat-Nya ketika mereka di surga dengan mata kepala mereka masing-masing dengan tanpa adanya keserupaan bagi-Nya, bukan sebagai bentuk yang berukuran, dan tidak ada jarak antara mereka dengan Allah (artinya bahwa Allah ada tanpa tempat, tidak di dalam atau di luar surga, tidak di atas, bawah, belakang, depan, samping kanan ataupun samping kiri)” Beliau juga berkata dalam kitabnya al-Washiyyah: “Penduduk surga kelak akan melihat Allah dengan tanpa adanya keserupaan dan tanpa adanya arah bagi-Nya. Dan ini adalah suatu yang haq ,
    Juga berkata:
    Aku katakan: Tahukah engkau jika ada orang berkata: Di manakah Allah? Jawab: Dia Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada. Allah ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan sebelum segala suatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta segala sesuatu.

    • @gerrygeraldo9172
      @gerrygeraldo9172 4 роки тому

      Ilmu nya di beberin di sini wkwkwk.. Terimakasih ya

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 4 роки тому

      Izin menambahkan ;
      jangan menilai Allah dengan cara penilaian terhadap Dzat bersifat materi. Sesuatu disebut materi apabila menempati ruang dan mempunyai massa (bentuk dan ukuran). Karena itu tidaklah srsuatu disebut materi, kecuali dia tersusun oleh susunan atom, sel dari yg terkecil sampai terbesar sampai mencapai batas bentuknya. Ketika materi itu sudah mencapai batas bentuknya, maka otomatis perlu wadah untuk menampung wujud material tersebut, wadah tersebut adalah tempat.
      Karakter dzat Allah disebutkan dalam dua ayat ; Q.S. Asy-Syura (42): 11 ; Laisakamitslihi syai ; tiada satu pun yang serupa dengan-Nya.... dan surat Al-Ikhlas (112) : 4 ; walamyakunlahu kufuwan ahad ; tiada satu pun yang sebanding dengan-Nya.
      Sedangkan dzat bersifat materi, sangat banyak bandingannya dan sangat banyak yg saling menyerupai satu sama lain. Kan Dzat Allah tidak serupa dan tdk sebanding dengan apa pun. Maka jelas dzat Allah bukan materi!
      Karena itu dalam penjelasan saya sering berkata, "Janganlah anda menilai dzat Allah dengan pemahaman terhadap materi!" Balik lagi ke syarat materi yaitu harus mempunyai massa dan menempati ruang. Berdasarkan dua ayat tadi,Allah tidaklah demikian!
      Maka bila ada ayat yg menyebut, 'Arrahmanu'alal 'arsyistawa...' bukan bermakna Allah menempati Arsy nongkrong di sana apalagi duduk seperti raja duduk di singgasana!
      Bila ada ayat berbunyi, "wahuama'akum ainama kuntum ; Dia bersamamu di manapun kamu berada," Bukan bermakna Allah ngikut kita ke mana kita pergi, merangkul kita kaya rangkulan sobat kita. Tapi itu semua hanyalah perbuatan-Nya, kehendak-Nya yang kita takkan pernah tau bagaimana caranya.
      Dan lagi Kita kebanyakan luput memperhatikan bahwa redaksi kalimat di surat Toha ayat 5 itu, "Arrahmanu'alal'arsyistawa...." Bukan "Allahu'alal'arsyistawa....." . Lalu di ayat2 selanjutnya ada kalimat, "Allahu lailaha illa ana...." (Allah, tiada tuhan selain Aku). Itu eksplisit pake kata Allah lo. Kalau yg ayat 5, bukan Allah langsung, tapi Arrahman. Jadi yang istawa 'alal'arsy itu siapa? Allah atau Arrahman.
      Kalau anda bilang Allah bertempat tapi tempat-Nya tdk sama dengan tempat makhluk maka sama halnya anda bilang "Dzat Allah adalah materi tapi materi-Nya tdk sama dengan materi makhluk...". Tahukah anda bila anda bilang demikian maka konsekuensinya ;
      1. Anda adalah golongan mujassimah. Karena Mujassimah berkata Dzat Allah itu adalah jism (materi) tapi tdk sama dengan jism makhluk. Apa anda tdk tahu bahwa seluruh ulama baik salaf maupun khalaf sepakat bahwa Mujassimah adalah aliran sesat?
      2. Anda membenarkan aqidah Nasrani, bahwa Allah beranak tapi tdk sama dengan beranaknya makhluk. Beranak adalah salah satu ciri khas materi, selain bertempat. Anak itu lahir dari gabungan sel yang mana sel adalah penyusun materi.
      Awas hati2!
      Betul tdk apa yg saya sampaikan?

    • @coplerthole9272
      @coplerthole9272 4 роки тому

      Trimakasi ilmunya Dolor,,,,🏆 komentar.

  • @nonaapri
    @nonaapri 2 роки тому

    Aku tu suka sama ustad2 atau habib habib yg santun lembut ngejelasinnya...akhlak nya tu kntara patut ditiru kya habib ini...cuman hri gini bnyak yg memojok2n mnggebu2 marah2..gak enak di dnger lah..

  • @jamaljepara8511
    @jamaljepara8511 4 роки тому +7

    Maashaallah luar biasa dan bijaksana sekali habib dalam menjelaskan, semoga Allah melimpahkan rahmat atas mu ya habib.

    • @qertyalan1116
      @qertyalan1116 Рік тому

      Rahmat turun karna Alloh kenapa ada hujan anda lari berteduh.
      Tes DNA jual nasab palsu

  • @robygunawan232
    @robygunawan232 3 роки тому

    Izin menyimak dan menyampaikan ❤️🙏

  • @Assamar
    @Assamar 4 роки тому +4

    Bagi mereka istawa itu selalu dan selalu dianggap menyerupakan dgn makhluk, dan mereka pun lari darinya dan mengambil kata istaula (menguasai) tapi mereka lupa bukankah kata menguasai juga ada di sifat makhluk? Jadi sama aja dong dgn menyerupakan kepada makhluk?
    Mereka seakan menghindari lubang namun terjatuh di lubang yg lain.
    Mereka pada dasarnya hanya menggunakan akal mereka dalam memahami sifat Allah, bukan dgn keimanan...
    Semoga Allah senantiasa memberikan kita hidayah-Nya, aamiin

    • @kitaadalahmurid5981
      @kitaadalahmurid5981 4 роки тому

      Ngomong apa toh

    • @ariyasamcr6357
      @ariyasamcr6357 4 роки тому

      betull kang
      akal harusnya mengikuti wahyu
      bukan wahyu yg mengikuti akal

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      ada rumus penjelasan baku. Begini ;
      Benarkah Allah .......?" Kita jawab, "Allah.......... sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), .................. adalah .................., maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari ............-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat ........., kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana ......... Allah."
      titik2 itu tinggal diisi oleh Nuzul, Yad, atau Wajh sesuai kebutuhan. Langsung saja praktekkan
      1. Perihal Istawa
      Benarkah Allah Istawa?" Kita jawab, "Allah Istawa sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), istawa adalah bersemayam, mendiami, menempati suatu tempat, ruang atau wadah maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Istawa.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Istawa, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Istawa Allah."
      2. Perihal Nuzul
      Benarkah Allah Nuzul?" Kita jawab, "Allah Nuzul sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Nuzul adalah turun berupa pergerakan berpindah posisi dari atas ke bawah, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Nuzul.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Nuzul, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Nuzul Allah."
      3. Perkara Yad (tangan)
      Benarkah Allah memiliki tangan?" Kita jawab, "Allah memiliki tangan sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), tangan adalah organ peraba yang terdiri dari jari-jemari, punggung, telapak, pergelangan tangan, lengan, siku, bahu dsb maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Yad-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Yad, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Yad Allah."
      4. Perkara Wajh
      Benarkah Allah berwajah?" Kita jawab, "Allah memiliki wajah sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Wajah adalah muka yang terdiri atas anggota jidat, pelipis, pipi, dagu, mulut, hidung, mata dan bulunya, alis dsb, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Wajah-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Wajah, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Wajah Allah."
      Seterusnya sama demikian. Asalkan ungkapan2 yg diisi di titik2 itu terdapat pada dalil2 sohih, bukan khayalan mujassimah. Karena itu kita tak bisa mengisikan kata2 di bawah ini pada titik2 di atas ;
      Menduduki Arsy, berpijak, berarah fisik, melayang, menyentuh Adam dengan tangan-Nya, mengeluarkan suara dari kerongkongan, berukuran tinggi berat sekian2, beranggota badan, dan hal2 lainnya yg tdk terdapat dalam dalil2 sahih. Hanya ada dalam khayalan para mujassimah saja, yang selalu mengkhayalkan bahwa Tuhan adalah sosok raksasa super besar yg berbeda dari apa pun selain-Nya

    • @latifafkar4360
      @latifafkar4360 3 роки тому

      Kaedah siapa ini "jika ditanya dimana Allah,,maka dijawab bersemayam diatas arsy.."

  • @hanafisupartosaad427
    @hanafisupartosaad427 3 роки тому +1

    Justru kalian yg sok berani, jelas2 di Alqur'an: "Tangan Allah". Kok dianggap tidak tahu arti tangan???? Makna bahasa "tangan" kan org2 Arab paham bahasa Arab. Kok kalian berdusta tidak paham arti tangan. Imam Malik itu jujur, dgn mengatakan: "beriman kepadanya WAJIB, maknanya (arti bahasa) MA'LUM (diketahui), Kaifiatnya (sifat bagaimananya seperti apa) MAJHUL (tidak diketahui), bertanya tentang kaifiatnya BID'AH. Sok berani mengingkari = berbahaya. Tetapi kalau Tangan disandarkan kpd Allah, menjadi Tangan Allah, maka sifat kaifiatnya yg kita majhul (tidak diketahui) karena Allah tidak serupa dgn makhlukNya. Tetapi makna bahasanya....ya mengerti lah. بارك الله فيكم

  • @nengfitri7730
    @nengfitri7730 5 років тому +8

    MasyaAllah jazakillah ya habib atas penjelasannya ...

    • @tsabitabita3314
      @tsabitabita3314 5 років тому +1

      Neng Fitri:
      Ngapunten, kalimat "jazaakillah" niku untuk perempuan. Klw untuk laki-laki "Jazaakalloh".
      Ngapunten, kata guru saya klw kita ingin mengucapkan terimakasih (atas kebaikan seseorang) dengan kalimat "Jazaakalloh / jazaakillah, sebaiknya di belakangnya di tambah kata "Khair".
      Ngapunten....🙏🙏🙏☺

    • @nengfitri7730
      @nengfitri7730 5 років тому

      Ohh njiiihh maturnuwuuunn koreksinya .. jazakalloh khair ..

    • @tsabitabita3314
      @tsabitabita3314 5 років тому

      Neng Fitri
      Sami²...🙏😃🌷

  • @yuliarakhmafitriani7792
    @yuliarakhmafitriani7792 2 роки тому +1

    Sungguh bijaksana penjelasannya habib, mudah2an sehat bib,

  • @fadjarudinbinsaidsumarno5173
    @fadjarudinbinsaidsumarno5173 5 років тому +4

    Ar-Rahman di atas 'Arsy Dia beristiwa'. (QS. Thaha/20:5)

    • @gamingrian5137
      @gamingrian5137 5 років тому

      Itu butuh penafsiran

    • @fadjarudinbinsaidsumarno5173
      @fadjarudinbinsaidsumarno5173 5 років тому +1

      @@gamingrian5137 Rasullullah dan para Sahabat serta Tabi'in, dan Tabi'ut Tabi'in ..3 generasi terbaik umat ini..ndak ada yg berani menafsirkan..terus antum mau ikut ulama yg mana..?

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 5 років тому

      @@fadjarudinbinsaidsumarno5173 udah dijelaskan kok sama habib di atas. Yang penting anda jangan coba2 memahami dalil Quran Hadits secara tekstual. Bisa begini nantinya,
      "Apa bahasa inggrisnya, 'saya gak enak badan?'"
      "I'm not delicious body!"
      Secara tekstual, enak itu delicious, badan ya body, tapi kalau diartikan secara tekstual begitu kaaacau sudah! Itu ilmu dunia, apatah lagi Ayat Suci Firman Allah, lebih ga bisa tekstual lagi memahaminya!

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 4 роки тому +1

      jangan menilai Allah dengan cara penilaian terhadap Dzat bersifat materi. Sesuatu disebut materi apabila menempati ruang dan mempunyai massa (bentuk dan ukuran). Karena itu tidaklah srsuatu disebut materi, kecuali dia tersusun oleh susunan atom, sel dari yg terkecil sampai terbesar sampai mencapai batas bentuknya. Ketika materi itu sudah mencapai batas bentuknya, maka otomatis perlu wadah untuk menampung wujud material tersebut, wadah tersebut adalah tempat.
      Karakter dzat Allah disebutkan dalam dua ayat ; Q.S. Asy-Syura (42): 11 ; Laisakamitslihi syai ; tiada satu pun yang serupa dengan-Nya.... dan surat Al-Ikhlas (112) : 4 ; walamyakunlahu kufuwan ahad ; tiada satu pun yang sebanding dengan-Nya.
      Sedangkan dzat bersifat materi, sangat banyak bandingannya dan sangat banyak yg saling menyerupai satu sama lain. Kan Dzat Allah tidak serupa dan tdk sebanding dengan apa pun. Maka jelas dzat Allah bukan materi!
      Karena itu dalam penjelasan saya sering berkata, "Janganlah anda menilai dzat Allah dengan pemahaman terhadap materi!" Balik lagi ke syarat materi yaitu harus mempunyai massa dan menempati ruang. Berdasarkan dua ayat tadi,Allah tidaklah demikian!
      Maka bila ada ayat yg menyebut, 'Arrahmanu'alal 'arsyistawa...' bukan bermakna Allah menempati Arsy nongkrong di sana apalagi duduk seperti raja duduk di singgasana!
      Bila ada ayat berbunyi, "wahuama'akum ainama kuntum ; Dia bersamamu di manapun kamu berada," Bukan bermakna Allah ngikut kita ke mana kita pergi, merangkul kita kaya rangkulan sobat kita. Tapi itu semua hanyalah perbuatan-Nya, kehendak-Nya yang kita takkan pernah tau bagaimana caranya.
      Dan lagi Kita kebanyakan luput memperhatikan bahwa redaksi kalimat di surat Toha ayat 5 itu, "Arrahmanu'alal'arsyistawa...." Bukan "Allahu'alal'arsyistawa....." . Lalu di ayat2 selanjutnya ada kalimat, "Allahu lailaha illa ana...." (Allah, tiada tuhan selain Aku). Itu eksplisit pake kata Allah lo. Kalau yg ayat 5, bukan Allah langsung, tapi Arrahman. Jadi yang istawa 'alal'arsy itu siapa? Allah atau Arrahman.
      Kalau anda bilang Allah bertempat tapi tempat-Nya tdk sama dengan tempat makhluk maka sama halnya anda bilang "Dzat Allah adalah materi tapi materi-Nya tdk sama dengan materi makhluk...". Tahukah anda bila anda bilang demikian maka konsekuensinya ;
      1. Anda adalah golongan mujassimah. Karena Mujassimah berkata Dzat Allah itu adalah jism (materi) tapi tdk sama dengan jism makhluk. Apa anda tdk tahu bahwa seluruh ulama baik salaf maupun khalaf sepakat bahwa Mujassimah adalah aliran sesat?
      2. Anda membenarkan aqidah Nasrani, bahwa Allah beranak tapi tdk sama dengan beranaknya makhluk. Beranak adalah salah satu ciri khas materi, selain bertempat. Anak itu lahir dari gabungan sel yang mana sel adalah penyusun materi.
      Awas hati2!

    • @naswafotocopy9222
      @naswafotocopy9222 4 роки тому

      maksud beristiwa apa?

  • @pepatahbijakdunia6872
    @pepatahbijakdunia6872 3 роки тому +1

    Udh,kalian2 yg org awam agama ga usah brdebat,,biarin aja ustad2 diatas yg brtanggung jawab diakhirat atas hujjah mreka,,pndapat satu bilang Yg mngatakan Allah di arsy itu Allah sndiri, kami hanya mngimani sesuai yg Allah mksd krna ilmu manusia ga bkalan sma dbgan ilmu Allah,,pndapat kdua bilang Allah bukan di arsy tpi dtkwilkan klw Allah ada dimana2 dan mksd nya diatas artinya Allah maha kuasa..trserah klian mw ikut yg mana,,klw lbih aman ikut pndapat satu aja,,krna klw.dtanya Allah nanti knpa kalian bertikai ? Jwab pndapat prtama krna ak mngimani ttg Apa yg Engkau smpaikan di alquran ya Allah,,tnpa mntakwilkan sesuai akal manusia,,klw pndapat kdua dtanya Allah knpa kalian mntakwilkan ayat kla Aku di arsy,,nah tu jwab lah sndiri dngan akal logika sndiri,,mudah2an akal dan logika yg dgunakan untuk mnjwab Allah bsa dtrima Allah,klw ga dtrima Allah ya trima sajalah hukuman,krna ga da crta ny lagi diakhirat mnta maaf

  • @roberttya1079
    @roberttya1079 4 роки тому +3

    Kami dengar dan kami taat... terima kasih

  • @permanacenel6613
    @permanacenel6613 3 роки тому +1

    Yg bilang allah diaras itu allah sendiri kita harus nyeyakini ,kalo gk percaya berarti mengingkari pirman allah,
    Dan alloh turun kelangit dun ya ya hadis (nabi) kalo kita tida menyakini allah turun kelangit dun berarti mengingkari hadi
    Kalo ada yg nanya kalo allah diaras berarti allha butuh tempat berarti antum menyamakan allah dg mahluk ,bersemayam allah dg mahlul tentu berbeda
    Allah juga punya sipat melihat
    Mahluk punya sipat melihat
    Apakah sama temtu beda
    Melihat allah dg mahluk
    Itu kata ustad lain
    Dan menurut saya lebih ilmiah masuk akal

  • @hadimotor1826
    @hadimotor1826 5 років тому +4

    Suwun habib ,usul habib bikin buku saku akidah ,Krn bnyk sekali umat yg blm paham

  • @3momo161
    @3momo161 3 роки тому +1

    Langit di atas bumi namun langit tidak butuh kepada bumi,dan langit lebih besar dr pada bumi.

  • @yosowiyono3820
    @yosowiyono3820 5 років тому +7

    Alhamdulillah habib

    • @irmahadisiswardi6079
      @irmahadisiswardi6079 4 роки тому

      Ust ini A syairoh. Ketahuan dr bicara nya. Justru nabi. Sahabat
      Tabiin dan imam yg empat tidak demikian baca sejarah dulu baru bisa ngomong. a syairoh itu kemasukam filsafat Yunani coba telaah dulu

  • @d4nddand399
    @d4nddand399 4 роки тому +1

    Jazakallah.. mudah2an ust al habib diberi kesehatan dan keselamatan...

  • @irmahadisiswardi6079
    @irmahadisiswardi6079 4 роки тому +3

    Janganlah membahas keberadaan Alloh
    Kecuali yg ditetapkan Allah sendiri.surat Taha.ayat 5.

    • @abdulazizaziz8517
      @abdulazizaziz8517 4 роки тому

      Saya kira gak ada yang melarang membahas tentang ayat-ayat Mutasyabihat. Justru kalau gak dibahas/dijelaskan kita gak akan pernah tahu makna ayat-ayat Mutasyabihat, dan tentu yang menjelaskan adalah para ulama yang kompeten bisa dari para Habaib, Kyai, Tuan Guru, atau Ustaz-Ustaz yang keilmuannya mumpuni. Bukan kita orang-orang awam. Kita butuh penjelasan ulama supaya paham/ngerti.....

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      "Benarkah Allah Istawa?" Kita jawab, "Allah Istawa sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Istawa adalah menempati suatu tempat, ruang, atau wadah, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Istawa-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Istawa, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana istawa Allah."

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      Yang gamblang membahas keberadaan Allah itu di surat Al-Baqarah : 186

  • @DarkWalken
    @DarkWalken 3 роки тому

    Alhamdulillah.

  • @muhammadammaryahya7895
    @muhammadammaryahya7895 5 років тому +5

    Alhamdulillah penjelasannya bib

  • @sydtnaltfh6480
    @sydtnaltfh6480 2 роки тому

    Masya allah ini baru penjelasan yg luaanr biasa,, mudah2an mereka yg berebut allah di mana?? Pada paham semua

  • @cz5770
    @cz5770 4 роки тому +3

    Tafwidh mengimani ayat tanpa menanyakan bagaimana/seperti apa
    Sebagaimana kata imam Malik ketika ditanya arti istawa beliau mengatakan wajib Beran kepada ayat istawa dan bertanya bagaimana Alloh istawa adalah bid'ah

  • @ishaksugong8903
    @ishaksugong8903 Рік тому

    MasyaAllah..bnar dan tepat bahawasa nya Allah sesungguhnya Esa..tiada mahluk yg dpt mengetahui apa yg Allah ketahui atas segala urusan Nya.

  • @misbahulmunir130
    @misbahulmunir130 5 років тому +8

    Aqidahnya Rosulullah Saw, seluruh nabi & rosul, para sahabat, tabi'in imam 4 madzhab dan salafunah soleh atau Ahlussunnah waljamaah yaitu:
    Meyakini Allah SWT Ada tanpa tempat dan arah. Dan Dia tidak terikat oleh waktu.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 5 років тому +2

      Waktu, tempat dan arah adalah batasan. Dan Allah Maha Suci dari batasan

    • @sastrohadip1154
      @sastrohadip1154 4 роки тому +3

      “Allah sudah ada dan tak ada apa pun selain Dia.” (HR. Bukhari)
      hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu. Di dalamnya terdapat sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
      وأنت الظاهر فليس فوقك شيء، وأنت الباطن فليس دونك شيء
      (رواه مسلم)
      "Engkau adalah Az-Zahir, tidak ada sesuatupun di atas-Mu, Engkau adalah Al-Batin, tidak ada sesuatupun yang berada di bawah-Mu." (HR. Muslim)

    • @adrivgts-7734
      @adrivgts-7734 4 роки тому

      YANG BENAR ITU : ALLOH SWT. BERADA DIMANAPUN YANG DIA KEHENDAKI... 👍

    • @dalilhujjah2736
      @dalilhujjah2736 4 роки тому

      @@adrivgts-7734
      Itu lhu yg bilang, apa Allah yg bilang?

    • @dalilhujjah2736
      @dalilhujjah2736 4 роки тому

      @@LingkungSeniSantriKalijaga
      Lhu yakin bisa lihat Allah besok di akhirat ga?
      Serius...ini nanya ya bro

  • @arafahmantang2273
    @arafahmantang2273 3 роки тому +1

    Alquran diturunkan kepada manusia dengan bahasa yg dimengerti oleh manusia, jadi apa menurut pemahaman nabi dan sahabatnya, maka itulah yg harus diikuti. Bukan menurut habib, kyai, ustads blaa blaa....

  • @fadjarudinbinsaidsumarno5173
    @fadjarudinbinsaidsumarno5173 5 років тому +3

    Bagaimana dengan Hadist tentang pertanyaan Rasullullah kepada budak perempuan..dimanakah Allah? Budak perempuan tsb menjawab,"Di atas langit" dst...sampai Rasullullah membebaskan budak tsb

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 5 років тому

      Wahabi memahami Allah di langit hanya berdasar satu hadits; Hadits Jariyah (pembantu). Dikisahkan dalam hadits itu ada seorang budak wanita yang bekerja menggembala, dan pekerjaannya tidak beres, hingga terancam disiksa majikannya. Tapi kemudian kejadian tsb dilaporkan pada Rasulullah. Ditanyalah soalan ini itu, dan pada bagian akhir Rasulullah bertanya, "Di mana Allah?" Budak tersebut menunjuk2 ke langit. Inilah yang menjadi dasar pemikiran Wahabi bahwa Allah di langit. Maka, janganlah mensifati Allah dengan sifat benda, karena Dia bukan benda. Dzat-Nya beda dengan dzat makhluk. Dan lagi, Jariyah atau pembantu yg dibilang di hadits itu, adalah orang berpengetahuan rendah, yang hanya tau apa yg kelihatan oleh dia saja. Karena itu pertanyaan 'di mana Allah' dan jawaban si Jariyah, 'di langit' yang dibenarkan Nabi dimaksudkan oleh Nabi agar tidak berpanjang kata menjelaskan pada orang yang berpengetahuan rendah yg pasti susah paham. Bagi Nabi yg penting si jariyah menolak Tuhan Bumi (berhala). Tapi coba antum cek, pernahkah Nabi bertanya pada sahabat2 apalagi yg maqam ilmunya sudah tinggi, "Di Mana Allah?" "Ya Abu Bakar, di mana Allah?", "Ya 'Umar, di mana Allah?" Kalau ada dalil yang berbunyi demikian tolong tunjukkan pada saya! Malah dalam riwayat lain, Rasul berkata pada Abu Bakar, "Jangan sedih, Allah bersama kita!" Tuh, "bersama kita..." bukan "di langit!"
      Intinya, dalam agama kita ini gak bisa ada dalil beres perkara begitu saja. Kunci memahami dalil kita juga harus tau, asbabunnuzul asbabul wurudz dalil harus tau, sejarah diturunkan dalil juga harus tau! Kalau nggak bakal keliru memahaminya. Ga sanggup? Tinggal ittiba' atau setidaknya taklid sama ustadz yg antum percaya, daaan... jangan sekali2 menyalahkan orang lain yg berbeda pendapat dengan anda, sementara pemahaman anda cetek sebatas hasil taklid.
      Dan saya ulangi dan tegaskan lagi, jangan mensifati Allah dengan sifat Benda, karena dia bukan benda. Kalau pun yang dibilang mereka benar bahwa Allah di langit, maka tidk sama dengan posisi manusia atau makhluk apa pun. Bagaimana cara-Nya Dia di sana, itu bukan kapasitas kita untuk mengetahuinya.
      Dan lagi, sebaiknya memang janganlah dibilang tentang posisi Allah. Pertama dengan mengetahui di manaposisi Allah apa faedahnya buat antum? Tidak ada! Yg ada ribut memperebutkan pepesan kosong. Kedua, dengan disebutkan posisi Allah di langit, di Arsy, dsb akan membuat orang yang awam seawam2nya terjebak dalam faham mujassimah, menyerupakan Allah dengan makhluk. Awam jenis ini tidak cukup diterangkan Allah itu laisakamitslihisyai', Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya. Itu tak cukup! Begitu disebutkan, "Allah di langit..." segeralah orang2 macam ini timbul khayalan Allah melayang2 di udara. Ini bahayanya!

    • @fadjarudinbinsaidsumarno5173
      @fadjarudinbinsaidsumarno5173 5 років тому

      @@LingkungSeniSantriKalijaga anda salah besar kalo wahabi hanya mengandalkan 1 hadist saja dlm memahami Allah ada diatas. Coba sekali kali dengarkan ceramah Ustadz2 salafi Tentang Allah ada diatas. Dan disini akan saya tuliskan perkataan para Imam dan Ulama2 Salaf :
      1. Imam Abu Hanifah Rahimahullah mengatakan, " Barangsiapa yg mengingkari bahwa Allah berada di atas langit, maka sesungguhnya ia telah kafir."
      Imam Malik bin Anas Rahimahullah mengatakan, "Allah berada di atas langit sedangkan ilmu-Nya di setiap tempat, tidak ada sesuatupun yg tersembunyi dari-Nya."
      Imam Safi'ie Rahimahullah mengatakan, "Dan sesungguhnya Allah di atas Arsy-Nya di atas langit-Nya."
      Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah juga mengatakan hal yg sama dengan Imam Syafi'ie,
      Demikian juga Imam Ali bin Madini , Imam Tirmidzi dan Imam Ahlus Sunnah lainnya sepakat bahwa Allah berada diatas langit.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 5 років тому

      @@fadjarudinbinsaidsumarno5173 boleh saja banyak. Tapi harus diingat, semua dalil atau oerkataan para imam itu tak ada yang bermakna 'Allah menempat atau bertempat'. Tak ada! Anda jangan memahami Allah menggunakan pemahaman terhadap benda, karena benda itu mempunyai batasan.

    • @fadjarudinbinsaidsumarno5173
      @fadjarudinbinsaidsumarno5173 5 років тому +1

      @@LingkungSeniSantriKalijaga Tidak ada sesuatupun yg sama dengan-Nya, dan Dia-lah yg Maha Mendengar (dan) Maha Melihat.
      Alangkah bagus jawaban Imam Malik Rahimahullah ketika ditanya, "Bagaimana cara Allah Istiwa di atas Arsy? Beliau menjawab, "Istiwa itu bukanlah sesuatu yg tidak dikenal (yakni telah kita maklum artinya) tetapi bagaimana caranya (Allah beristiwa) tidaklah dapat dimengerti, sedangkan iman dengannya (bahwa Allah istiwa) wajib, sementara bertanya tentangnya (bagaimana caranya) adalah bid'ah."
      Bahkan Imam Abul Hasan al-Asy'ary sendiri mengimani bahwa Allah ada di atas Arsy.
      Tentang taubatnya Imam Abul Hasan Asy'ary, silahkan dengar kajian Ustadz Zulkarnain M. Sunusi. (kalo ndak salah)

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 5 років тому

      @@fadjarudinbinsaidsumarno5173 hal ini juga sudah dibahas oleh habib dalam video ini. Bila anda lebih memilih mendengarkan Ustadz Zulkarnain Sunusi monggo silakan

  • @muslim-hl6dr
    @muslim-hl6dr 4 роки тому +1

    Allah sendiri yang mengatakan Dia bersemayam di atas Arash.. terima dan beriman dengan hal ini wajib tanpa menukarkan maknanya.. bagaimana istiwanya Allah serah kepada Allah.
    Nabi saw yang mengatakn Allah turun ke langit dunia.. org beriman imani tanpa takwil dan ubah kepada makna yg lain. jangan dibayangkan turun bagaimana, kerana kita sendiri x tahu Allah itu bagaimana.. tp bila Nabi yg sebutkan begitu, terima dan imani..
    Padahal orang yang menolak Allah yang turun ke langit dunia sebagaimana yang Nabi saw sabdakan ini terbantah di dalam hadis yg sama..
    يقول النبي ﷺ: ينزل ربنا إلى سماء الدنيا كل ليلة، حين يبقى ثلث الليل الآخر، فينادي، فيقول: من يدعوني فأستجيب له، من يسألني فأعطيه، من يستغفرني فأغفر له.
    Sabda Nabi saw " ”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Lalu Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808).
    Orang yang tidak menerima Allah turun ke langit dunia mengubah kepada makna lain seperti katanya, yg turun ke langit dunia ni bukan Allah tapi rahmatnya.. baik jika Rahmatnya yg turun, bagaimana di dalam Hadis yang sama Allah berfirman : Lalu Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni."
    Kerna itu, orang beriman tidak mungkin menolak dan mengubah apa2 makna yg telah disebutkan di dalam Quran dan Hadis.. imani shja apa yg Allah dan Rasulnya sampaikan..

    • @batlegaming133
      @batlegaming133 4 роки тому +1

      Bagaimana dengan Nabi yang mengatakan Allah diatas langit
      أَلاَ تَأْمَنُوْنِي وَ أَنَا أَمِيْنُ مَنْ فِي السَّمَاءِ “
      Tidakkah kalian mau percaya kepadaku padahal aku adalah kepercayaan dari Tuhan yang ada di langit“. [Bukhari no.4351 Kitabul Maghazi ; Muslim no.1064 Kitabuz Zakat]

    • @muslim-hl6dr
      @muslim-hl6dr 4 роки тому

      @@batlegaming133 benar sekali saudaraku.. kita beriman apa yg disebutkan tanpa menukar atau mentakwil kepada makna yg lain

  • @aldybh9637
    @aldybh9637 4 роки тому +4

    Alloh ber ishtiwa di arsy,,menurut kabar dr alloh sendiri,,bukan menurut kita.
    beda dgn ustadz kondang gk percaya dgn kitabulloh+ alqur,an...

    • @rahmansyahsyah3990
      @rahmansyahsyah3990 4 роки тому

      Dan udah di jelasin juga ALLAH ISTIWA DI ATAS ARSY YA DGN YG DI MAKSUD ALLAH..bkn dgn yg di maksud manusia dgn mngatakan istaqorro..menetap di atas arsy

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      @@rahmansyahsyah3990 sepakat! "Benarkah Allah Istawa?" Kita jawab, "Allah Istawa sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Istawa adalah menempati suatu tempat, ruang, atau wadah, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Istawa-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Istawa, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana istawa Allah."

    • @rahmansyahsyah3990
      @rahmansyahsyah3990 3 роки тому

      @@LingkungSeniSantriKalijaga malangnya salafi wahabi mlh mbahas istiwanyaALLAH..mngatakan menetap tinggi di satu arah atas ...j

    • @rahmansyahsyah3990
      @rahmansyahsyah3990 3 роки тому

      @@LingkungSeniSantriKalijaga justru krn bnyak paham seprti itulah mknya orang berilmu mentakwil agar umat islam awam tidak terjerumus pada paham mujassim dan musyabbih...dgn takwil yg sesuai dgn keagunganNYA

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому +1

      @@rahmansyahsyah3990 betul! Sepakat!

  • @Jhon_Moorty_Channel
    @Jhon_Moorty_Channel 4 роки тому +1

    Subhanallah...

  • @naifahash2726
    @naifahash2726 2 роки тому

    Dalam hadits Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami radhiallahu anhu, ia mengatakan,
    Aku memiliki seorang budak wanita yang menggembalakan kambingku di daerah Uhud dan al-Jawaniyah. Pada suatu hari, aku melihat seekor serigala telah membawa seekor kambing yang digembalanya. Aku adalah seorang manusia dari bani Adam, yang bisa marah sebagaimana orang-orang marah. Aku pun menamparnya satu kali.
    Lalu aku datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau menilainya sebagai suatu perkara besar atasku. Aku lalu mengatakan, “Tidakkah kubebaskan saja dia?”
    Beliau menjawab, “Bawa dia kemari.”
    Aku pun membawanya kepada beliau. Beliau lalu bertanya kepadanya, “Di manakah Allah?”
    “Di atas langit,” jawabnya.
    “Siapakah aku?” tanya Rasulullah.
    “Engkau adalah Rasulullah,” jawabnya.
    Lantas beliau mengatakan, “Bebaskan dia. Sebab, sesungguhnya dia adalah wanita mukminah.” (HR. Muslim, Abu Dawud, an-Nasai, dan yang lain.)
    Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Abu Said al-Khudri radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
    مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَأَلَا تَأْمَنُونِي وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِي السَّمَاءِ، يَأْتِينِي خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً
    “Tidakkah kalian percaya kepadaku, sementara aku adalah kepercayaan Yang di atas langit? Datang kepadaku berita langit pada pagi dan petang hari.”
    Kedua, barang siapa meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berada di mana-mana, dia tergolong aliran Hululiyah (yang meyakini bahwa Allah bersatu dengan makhluk-Nya, -red.).
    Orang yang seperti itu dibantah dengan dalil-dalil yang telah disebutkan, yang menunjukkan bahwa Allah berada pada ketinggian dan berada di atas Arsy-Nya, terpisah dari makhluk-Nya. Kalau dia tunduk kepada apa yang telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijmak, (itu yang seharusnya, -red.). Kalau tidak tunduk, dia kafir, murtad dari agama Islam.
    Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala,
    وَهُوَ مَعَكُمۡ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡۚ
    “Dan dia bersama kalian di mana pun kalian berada.” (al-Hadid: 4)
    Menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah, maknanya ialah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala bersama mereka dengan ilmu-Nya, Dia mengetahui keadaan mereka.
    Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala,
    وَهُوَ ٱللَّهُ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَفِي ٱلۡأَرۡضِ يَعۡلَمُ سِرَّكُمۡ وَجَهۡرَكُمۡ وَيَعۡلَمُ مَا تَكۡسِبُونَ
    “Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” (al-An’am: 3)
    Maknanya, Allah subhanahu wa ta’ala adalah Dzat yang diibadahi oleh penghuni langit dan bumi.
    Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala,
    وَهُوَ ٱلَّذِي فِي ٱلسَّمَآءِ إِلَٰهٌ وَفِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَٰهٌۚ وَهُوَ ٱلۡحَكِيمُ ٱلۡعَلِيمُ
    “Dan Dia-lah Ilah (Yang disembah) di langit dan Ilah (Yang disembah) di bumi dan Dia-lah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.” (az-Zukhruf: 84)
    Maknanya, Allah subhanahu wa ta’ala adalah sembahan penduduk langit dan penduduk bumi. Tiada yang diibadahi dengan benar selain Dia.
    Demikianlah penggabungan antara ayat-ayat dan hadits-hadits dalam masalah ini, menurut pemeluk kebenaran.
    Wa billahit taufiq, washallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad, wa alihi wa shahbihi wa sallam.

  • @dinikayusi6115
    @dinikayusi6115 3 роки тому +2

    Rusaknya kaum muslimin jika belajar aqidah dari orang seperti ini, dia sendiri menyatakan Allah tak sama dgn makhluk ttp setiap dia berbicara ttg sifat Allah, dia selalu menyamakan Allah dgn makhluk...termasuk ketika mentakwil sifat Allah, Dia sepertinya lebih tau ttg sifat Allah dari Allah sendiri, dia pula yg menentukan sifat yg layak bagi Allah, padahal untuk apa agama ini di turunkan jika firman Allah itu tidak di fahami maknanya... Allahu Akbar saja dia ngg mengerti maknanya... Dan dia mengatakan Allah tidak berjism, jika Allah tidak berjism, nanti orang mukmin yg masuk surga akan melihat Allah seperti melihat bulan purnama, kata Rasulullah, jadi kalau ngg ada jism apa mungkin Allah bisa di lihat nanti di surga...??

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      Salah satu propaganda untuk menolak takwil atau tafwîdl yang notabene pilihan ulama Aswaja adalah dengan mengatakan bahwa pelaku takwil dan tafwîdl sejatinya adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk). (Takwil merupakan cara memaknai kata dengan makna di luar bunyi tersuratnya, sementara tafwidl merupakan cara memaknai kata dengan memasrahkan makna hakikatnya pada Allah, red). Alasannya sebab awalnya dia membayangkan sifat Allah sama dengan manusia kemudian dia tolak bayangan itu dengan cara takwil atau tafwîdl. Andai sedari awal dia tak membayangkan adanya kesamaan sama sekali antara keduanya, maka dia tak perlu lari pada takwil atau tafwîdl. Dari situ kemudian disimpulkan bahwa Asy'ariyah adalah musyabbih sebab Asy'ariyah memilih jalan tafwîdl atau takwil. Banyak tokoh pemikir yang berargumentasi seperti ini hingga mereka mengarang kaidah semacam ini:
      كل مشبه معطل، وكل معطل مشبه
      “Setiap musyabbih adalah mu’atthil (orang yang menolak keberadaan sifat) dan setiap mu’atthil adalah musyabbih”. Seorang pendaku Salafi mengatakan alasan kaidah seperti itu adalah:
      لأنَّ من يعطل صفة الله إنما عطلها فراراً من التشبيه الذي قام في نفسه
      “Sebab sesungguhnya orang yang menolak sifat Allah sebenarnya tak lain melakukannya karena lari dari tasybih yang ada dalam dirinya” (Abdurrazaq bin Abdil Muhsin al-Badr, Tadzkirah al-Mu’tasi Syarh Aqîdah al-Hâfidz Abd al-Ghany al-Maqdisi, hal. 133).
      Sepintas penalaran di atas berikut kaidah yang mereka buat terlihat benar tetapi sejatinya jauh dari kebenaran sebab tak sesuai dengan proses penalaran yang benar. Kesalahan pernyataan seperti di atas dapat diketahui bila proses terjadinya sebuah penalaran diurai secara mendetail sebagai di bawah ini. Bahasan ini sebetulnya adalah bahasan dasar dalam ilmu manthiq. Penulis berusaha menyajikan bahasan ini dengan bahasa semudah mungkin. Berikut ini uraiannya:
      1. Setiap orang berakal tatkala mendengar suatu kata, maka akan terbayang di benaknya arti kata itu. Kalau mendengar kata "kursi", maka akan terbayang benda yang biasa dijadikan tempat duduk itu. Bayangan di benak ini disebut para ulama sebagai tashawwur. Keberadaan tashawwur ini adalah proses otomatis yang pasti terjadi (dlarûry) pada diri semua orang berakal. Bila tak muncul tashawwur sama sekali ketika mendengar satu kata yang sudah dikenal, itu artinya akalnya rusak sehingga tak mungkin memahami apa pun. Ini berarti dia lepas dari taklif (tanggung jawab agama) sebab gila. Adapun bila suatu kata yang didengar tak dikenal, maka memang tak bisa timbul tashawwur sama sekali semisal mendengar kata "Zaqwikut" yang memang tak ada artinya. Ketiadaan tashawwur dalam hal ini disebut ketidaktahuan.
      2. Karena tashawwur adalah proses otomatis dalam kegiatan menalar, maka proses ini tak bisa dihindari dan bukan merupakan suatu tindakan yang disengaja sehingga ia berada di luar wilayah taklifi. Yang berada dalam wilayah taklifi di mana seorang berakal terikat dengan hukum halal atau haram adalah tindakan selanjutnya yang dilakukan secara sengaja. Membayangkan bentuk, cara, dan sifat-sifat suatu objek yang didengar adalah kegiatan yang disengaja yang terjadi setelah proses tashawwur yang otomatis itu. Misalnya tatkala mendengar kata "kursi", ia tashawur tentang makna kursi sebagai tempat duduk. Sampai poin ini hanya ada makna tapi kosong dari detail. Lalu ketika ia membayangkan kira-kira bentuk kursinya kotak, bahannya kayu jati, ukurannya tingginya 50 cm, warnanya coklat, dan seterusnya, maka bayangan inilah yang disengaja di mana ia memilih salah satu ciri dari berbagai kemungkinan yang ada. Dengan demikian, kegiatan membayangkan secara sadar dan disengaja itu selalu muncul setelah tashawwur. Bila tak ada tashawwur, maka tak mungkin bisa membayangkan.
      3. Ketika ada dua kata yang dikenal dan bisa ditashawwurkan bila sendiri-sendiri, tetapi tak bisa ditashawwurkan bila digabung atau dinisbatkan, maka tashawwur makna yang asal menjadi buyar dan gabungan itu menjadi susunan kata yang tak bisa dipahami. Misalnya kita kenal kata "leher" dan bisa men-tashawwur-kannya sebagai anggota tubuh yang menghubungkan kepala dan badan. Kita juga kenal kata "bola" sebagai benda yang bulat itu. Namun ketika kita mendengar kata "lehernya bola", maka kita tak mampu men-tashawwur-kannya sebab bola yang dapat kita pahami itu tak punya leher. Ketika tak bisa men-tashawwur-kannya, maka otomatis mustahil kita membayangkannya.
      4. Dalam konteks sifat khabariyah Allah yang tergolong mutasyabihat, maka proses yang sama juga terjadi. Ketika kita mendengar kata "tangan", maka kita bisa memahaminya dan timbul tashawwur sebagai organ tubuh dari bahu hingga ujung jari. Ini adalah proses otomatis yang mau tak mau akan terjadi pada siapa pun yang berakal. Namun ketika kata "tangan" itu digabung dengan kata "Allah" sehingga menjadi "tangan Allah", maka sampai di sinilah orang-orang berbeda. Sebagian pihak merasa masih bisa men-tashawwur-kannya sebagai tangannya Allah dalam arti sebagai organ tubuh Allah. Mereka inilah yang disebut mujassimah dan musyabbihah. Disebut mujassimah karena menganggap Allah adalah jism (sosok yang bervolume), dan disebut musyabbih sebab men-tashawwur-kan sifat Allah sesuai standar yang berlaku pada manusia. Semua mujassimah dan musyabbihah sepakat bahwa jism Allah tak sama dengan jism makhluk, namun demikian tetaplah mereka disebut sebagai mujassimah atau musyabbihah. Mereka ini berbeda-beda levelnya; ada yang berhenti di tashawwur saja tanpa lanjut pada level membayangkannya, dan ada juga yang hingga taraf membayangkan sehingga mengatakan Dzat Allah memenuhi Arasy kecuali empat jengkal saja, memenuhi seluruh Arasy tanpa menyisakan sejengkal pun, menyentuh Adam dengan tangan-Nya, mempunyai berat badan, bergerak ke sana ke mari, mempunyai lidah, darah, daging, rambut, dan seterusnya yang tak didukung satu hadis sahih pun sebab hanya berdasar bayangan yang mereka buat sendiri di benaknya. Sedangkan Ahlussunnah waljama'ah (Aswaja / Ady'ariyah-Maturidiyah) mengaku sama sekali tak bisa men-tashawwur-kan apa maksud "tangan Allah", sama seperti ketika mereka mendengar kata "leher bola" di atas. Bagi mereka tak masuk akal kata tangan dalam arti organ itu disandingkan dengan kata Allah yang mustahil berupa jism. Dari sinilah kemudian tak ada tashawwur sama sekali sehingga tak mungkin timbul kegiatan yang bernama "membayangkan" apalagi "menyerupakan". Karena tidak ada tashawwur di benak Aswaja, maka berarti mereka mengaku tak mengerti sama sekali tentang Dzat Allah. Inilah makna perkataan mereka bahwa puncak pengetahuan tentang Allah adalah ketidaktahuan.
      5. Untuk menyikapi jalan buntu ketiadaan tashawwur di atas, Ahlussunnah wal Jama'ah kemudian terbagi menjadi dua; Sebagian memilih jalan tafwîdl dengan cara tetap membiarkan ketiadaan tashawwur makna itu dan membiarkan pengetahuan tentangnya cukup diketahui Allah saja. Sebagian lainnya memilih mencari makna yang lebih sesuai yang dapat dipahami dari teks sifat yang didengar itu. Langkah terakhir inilah yang disebut takwil.
      6. Baik tafwîdl atau takwil, keduanya sama sekali tak muncul akibat proses membayangkan, apalagi menyerupakan. Keduanya muncul akibat ketidak tahuan murni akan Dzat Allah sebab ketidakmungkinan adanya tashawwur itu tadi. Dengan demikian, tuduhan bahwa pelaku takwil dan tafwîdl sejatinya adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk) adalah tuduhan tak berdasar sama sekali. Bagaimana bisa menyerupakan sesuatu bila membayangkannya, bahkan memahaminya saja tidak? Adalah tak mungkin secara logika sesuatu yang tak dapat ditashawwurkan kemudian disamakan dengan sesuatu lainnya. Tuduhan semacam ini hanyalah logical fallacy yang parah. Wallahu a'lam.

  • @bagustsyamsuri2023
    @bagustsyamsuri2023 5 років тому +2

    Semoga allah swt selalu mencurahkan rahmat pada para ulama"nya...
    Tdk ada seorangpun yg tahu di mana tempatnya allah swt...
    ...amin3x...

    • @dalilhujjah2736
      @dalilhujjah2736 4 роки тому

      Kalo ga ada yg tahu Allah dimana...lalu selama ini lhu nyembah apa Bro?

  • @haerudinh4erudien597
    @haerudinh4erudien597 4 роки тому +2

    Kami mengimani bahwa *Allah istiwa(bersemayam) di atas Arasy*
    Bukan *di Arasy*
    Bukan *duduk di Arasy*
    Bukan *bertempat di Arasy*
    Sebagaimana fitnah dan tuduhan yang disebarkan oleh kyai-kyai yang takut kehilangan penggemar.
    Pada ⅓ malam terakhir *Allah turun ke langit dunia*
    Turunnya Allah tidak seperti turunnya makhluk,
    Turunnya Allah tidak seperti yang di gambarkan oleh kyai-kyai Asy'ariyah yang telah menyerupakan *turunnya Allah* dengan turunnya makhluk kemudian di jadikan bahan guyonan.

    • @cowondeso
      @cowondeso 4 роки тому

      ممتاز يا حبيبي الغالي

    • @zulkarnainalatsari684
      @zulkarnainalatsari684 4 роки тому +1

      Ya betul.
      Allah ISTAWA (menetap tinggi) di atas Arsy (Dipan Singgasana)-Nya.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      ada rumus penjelasan baku. Begini ;
      Benarkah Allah .......?" Kita jawab, "Allah.......... sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), .................. adalah .................., maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari ............-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat ........., kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana ......... Allah."
      titik2 itu tinggal diisi oleh Nuzul, Yad, atau Wajh sesuai kebutuhan. Langsung saja praktekkan
      1. Perihal Istawa
      Benarkah Allah Istawa?" Kita jawab, "Allah Istawa sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), istawa adalah bersemayam, mendiami, menempati suatu tempat, ruang atau wadah maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Istawa.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Istawa, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Istawa Allah."
      2. Perihal Nuzul
      Benarkah Allah Nuzul?" Kita jawab, "Allah Nuzul sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Nuzul adalah turun berupa pergerakan berpindah posisi dari atas ke bawah, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Nuzul.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Nuzul, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Nuzul Allah."
      3. Perkara Yad (tangan)
      Benarkah Allah memiliki tangan?" Kita jawab, "Allah memiliki tangan sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), tangan adalah organ peraba yang terdiri dari jari-jemari, punggung, telapak, pergelangan tangan, lengan, siku, bahu dsb maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Yad-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Yad, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Yad Allah."
      4. Perkara Wajh
      Benarkah Allah berwajah?" Kita jawab, "Allah memiliki wajah sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Wajah adalah muka yang terdiri atas anggota jidat, pelipis, pipi, dagu, mulut, hidung, mata dan bulunya, alis dsb, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Wajah-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Wajah, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Wajah Allah."
      Seterusnya sama demikian. Asalkan ungkapan2 yg diisi di titik2 itu terdapat pada dalil2 sohih, bukan khayalan mujassimah. Karena itu kita tak bisa mengisikan kata2 di bawah ini pada titik2 di atas ;
      Menduduki Arsy, berpijak, berarah fisik, melayang, menyentuh Adam dengan tangan-Nya, mengeluarkan suara dari kerongkongan, berukuran tinggi berat sekian2, beranggota badan, dan hal2 lainnya yg tdk terdapat dalam dalil2 sahih. Hanya ada dalam khayalan para mujassimah saja, yang selalu mengkhayalkan bahwa Tuhan adalah sosok raksasa super besar yg berbeda dari apa pun selain-Nya

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 2 роки тому

      Tahqiq Persamaan dan Perbedaan Ungkapan Tentang Allah
      Secara hakikat, Allah wujud di luar realitas yang kita pahami sehingga tidak terjangkau secara fisik dan juga tidak bisa dibayangkan sama sekali oleh akal. Kondisi wujud yang sangat misterius ini diungkapkan dengan berbagai redaksi yang berbeda oleh Ahlussunnah tetapi merujuk pada makna yang sama, seperti:
      - Allah wujud tanpa tempat (dengan maksud bahwa tempat adalah realitas yang khusus menampung makhluk)
      - Allah di atas Arasy (dengan maksud bahwa arasy adalah batas tempat dan batas pengetahuan manusia)
      - Allah di langit (dengan maksud bahwa langit adalah sesuatu yang misterius yang tidak dipahami manusia)
      - Allah terpisah/berbeda dari makhluk (dengan maksud bahwa Allah di luar realitas makhluk dan tidak menyatu dengan semesta makhluk)
      Orang Kapitayan menyebut kondisi tersebut dengan istilah "tan kena kinaya ngapa". Orang Hindu menyebutnya dengan istilah "Acintya". Apapun ungkapan yang dipakai, selama maksudnya sama seperti makna hakikat di atas, maka itu adalah akidah yang benar menurut Ahlussunnah Wal Jamaah.
      Adapun bila diyakini bahwa secara hakikat Allah itu berupa fisik yang besar yang duduk menempel di atasnya makhluk bernama Arasy (pendapat sebagian Karramiyah), atau mengambang di arah sebelah atasnya Arasy (juga pendapat sebagian Karramiyah), tidak punya batasan fisik ke segala arah kecuali arah bawah (pendapat Abu Ya'la al-Hanbali), menempati Arasy kecuali empat jengkal (pendapat Utsman ad-Darimi), menempati seluruh bagian Arasy tanpa sisa sejengkal pun (pendapat Ibnu Taymiyah), dan khayalan serba fisikal lainnya, maka ini bukan pendapat Ahlussunnah tetapi pendapat Mujassimah.
      Ungkapan apa pun yang digunakan oleh mujassim untuk merujuk pada makna hakikat yang mereka yakini itu adalah ungkapan yang salah. Baik itu ungkapan yang mereka karang sendiri seperti di atas atau ungkapan yang meniru istilah Ahlussunnah, seperti:
      - Allah di atas Arasy
      - Allah di langit
      - Allah terpisah dari makhluk
      dan sebagainya adalah ungkapan yang salah bila maksudnya seperti hakikat ala mujassimah seperti di atas. Bahkan ungkapan umum seperti "Allah wujud" atau "Allah punya dzat" pun menjadi salah bila yang dimaksud adalah wujud jismiy atau dzat jismiyah.
      Jadi, yang diperhitungkan dalam akidah bukan ungkapan atau istilahnya tetapi maksud yang ada dalam hati. Akidah adalah tentang isi hati, bukan tentang suara mulut atau tulisan jari.
      Satu ungkapan yang sama bisa berarti benar bila yang mengatakan adalah ahlut tanzih (orang yang menyucikan Allah) dan bisa berarti salah bila yang mengucapkan adalah ahlut tajsim (orang yang menjisimkan Allah). Sama seperti ungkapan "saya suka anak kecil" adalah ungkapan positif bila yang mengucapkan adalah orang waras tetapi menjadi ungkapan negatif yang membuat kita marah ketika yang mengucapkan adalah seorang pedofil. Bila anda memahami ini, maka anda akan memahami titik temu dan titik pisah antara ahlussunnah wal jamaah dan para Taymiyun (wahabi) di era ini.

  • @arfian-ok9mm
    @arfian-ok9mm 4 роки тому +1

    ALLAHUAKBAR

  • @benroeslan7504
    @benroeslan7504 2 роки тому

    عقيدة السلف : إثبات بلا تشبيه، تنزيه بلا تعطيل

  • @ariyantobinedilsalimanbism7433
    @ariyantobinedilsalimanbism7433 4 роки тому +2

    ALLAHUMMA SOLLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA'ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMAD

  • @hanivabdurrahman522
    @hanivabdurrahman522 4 роки тому +1

    Perkataan Jisim dan Jawhar adalah perkataan Bid'ah yang diada2kan kaum Ahlul Kalam dari kalangan Jahmiyyah dan Mu'tazilah kemudian diserap oleh Asyariah n maturidiyah, Sifati Allah sesuai yang dia sifati pada dirinya tanpa menyerupakan dengan Makhluq.. sifati Istiwa Allah, tangan, wajah dll sesuai yang telah dia tetapkan dalam Alquran dan Sunnah tanpa diTolak dan TANPA Diserupakan dengan makhluq. Karena maknanya sudah diketahui sedangkan Hakikat bagaimananya tidak ada yg tau, beriman Kpda sifat Allah hukumnya Wajib, banyak bertanya apalagi sampai menolak sifatnya maka namanya kebidahan bahkan bisa sampai kpda kekufuran.

  • @djokowardono4607
    @djokowardono4607 3 роки тому +1

    Jadi Allah gak punya tangan ya ...masuk akalkah jika dzat yg maha sempurna gak punya tangan seperti cacing ular kuda sapi dll.

  • @mizwaramour6603
    @mizwaramour6603 3 роки тому +1

    Dalilnya jelas di Al Qur'an. Tidak perlu ditakwil, hanya saja jangan samakan dengan makhluk. Allah SWT yg lebih tau, pikiran kita tidak sampai. Kita wajib meyakini ayat Alqur'an yang mengatakan Allah SWT di Arasy.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      ada rumus penjelasan baku. Begini ;
      Benarkah Allah .......?" Kita jawab, "Allah.......... sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), .................. adalah .................., maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari ............-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat ........., kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana ......... Allah."
      titik2 itu tinggal diisi oleh Nuzul, Yad, atau Wajh sesuai kebutuhan. Langsung saja praktekkan
      1. Perihal Istawa
      Benarkah Allah Istawa?" Kita jawab, "Allah Istawa sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), istawa adalah bersemayam, mendiami, menempati suatu tempat, ruang atau wadah maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Istawa.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Istawa, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Istawa Allah."
      2. Perihal Nuzul
      Benarkah Allah Nuzul?" Kita jawab, "Allah Nuzul sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Nuzul adalah turun berupa pergerakan berpindah posisi dari atas ke bawah, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Nuzul.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Nuzul, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Nuzul Allah."
      3. Perkara Yad (tangan)
      Benarkah Allah memiliki tangan?" Kita jawab, "Allah memiliki tangan sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), tangan adalah organ peraba yang terdiri dari jari-jemari, punggung, telapak, pergelangan tangan, lengan, siku, bahu dsb maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Yad-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Yad, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Yad Allah."
      4. Perkara Wajh
      Benarkah Allah berwajah?" Kita jawab, "Allah memiliki wajah sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Wajah adalah muka yang terdiri atas anggota jidat, pelipis, pipi, dagu, mulut, hidung, mata dan bulunya, alis dsb, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Wajah-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Wajah, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Wajah Allah."
      Seterusnya sama demikian. Asalkan ungkapan2 yg diisi di titik2 itu terdapat pada dalil2 sohih, bukan khayalan mujassimah. Karena itu kita tak bisa mengisikan kata2 di bawah ini pada titik2 di atas ;
      Menduduki Arsy, berpijak, berarah fisik, melayang, menyentuh Adam dengan tangan-Nya, mengeluarkan suara dari kerongkongan, berukuran tinggi berat sekian2, beranggota badan, dan hal2 lainnya yg tdk terdapat dalam dalil2 sahih. Hanya ada dalam khayalan para mujassimah saja, yang selalu mengkhayalkan bahwa Tuhan adalah sosok raksasa super besar yg berbeda dari apa pun selain-Nya

  • @daniirawan8995
    @daniirawan8995 4 роки тому

    Subhanallah sangat jelas sekali bib penjelasan nya,semoga menjadi ilmu yg bermanfaat

  • @juandatiptop7622
    @juandatiptop7622 3 роки тому +1

    Penjelasan yg luar biasa. Subhanallah. Kita beriman kpd allah akal manusia tk mampu menjakau kuasa allah ....

  • @TEKNOBIZ
    @TEKNOBIZ 2 роки тому

    Nah ini baru habib lurus
    Menjelaskan dengan ilmu tidak kaya habib2 lainya hanya menjelaskan dengan hawa nafsu..
    Saya mengikuti kajian Salaf mereka juga bilang Allah Bersemanyam bukan berarti bertempat dan Allah turun tapi bukan seperti mahluk

  • @LingkungSeniSantriKalijaga
    @LingkungSeniSantriKalijaga 2 роки тому

    Tahqiq Persamaan dan Perbedaan Ungkapan Tentang Allah
    Secara hakikat, Allah wujud di luar realitas yang kita pahami sehingga tidak terjangkau secara fisik dan juga tidak bisa dibayangkan sama sekali oleh akal. Kondisi wujud yang sangat misterius ini diungkapkan dengan berbagai redaksi yang berbeda oleh Ahlussunnah tetapi merujuk pada makna yang sama, seperti:
    - Allah wujud tanpa tempat (dengan maksud bahwa tempat adalah realitas yang khusus menampung makhluk)
    - Allah di atas Arasy (dengan maksud bahwa arasy adalah batas tempat dan batas pengetahuan manusia)
    - Allah di langit (dengan maksud bahwa langit adalah sesuatu yang misterius yang tidak dipahami manusia)
    - Allah terpisah/berbeda dari makhluk (dengan maksud bahwa Allah di luar realitas makhluk dan tidak menyatu dengan semesta makhluk)
    Orang Kapitayan menyebut kondisi tersebut dengan istilah "tan kena kinaya ngapa". Orang Hindu menyebutnya dengan istilah "Acintya". Apapun ungkapan yang dipakai, selama maksudnya sama seperti makna hakikat di atas, maka itu adalah akidah yang benar menurut Ahlussunnah Wal Jamaah.
    Adapun bila diyakini bahwa secara hakikat Allah itu berupa fisik yang besar yang duduk menempel di atasnya makhluk bernama Arasy (pendapat sebagian Karramiyah), atau mengambang di arah sebelah atasnya Arasy (juga pendapat sebagian Karramiyah), tidak punya batasan fisik ke segala arah kecuali arah bawah (pendapat Abu Ya'la al-Hanbali), menempati Arasy kecuali empat jengkal (pendapat Utsman ad-Darimi), menempati seluruh bagian Arasy tanpa sisa sejengkal pun (pendapat Ibnu Taymiyah), dan khayalan serba fisikal lainnya, maka ini bukan pendapat Ahlussunnah tetapi pendapat Mujassimah.
    Ungkapan apa pun yang digunakan oleh mujassim untuk merujuk pada makna hakikat yang mereka yakini itu adalah ungkapan yang salah. Baik itu ungkapan yang mereka karang sendiri seperti di atas atau ungkapan yang meniru istilah Ahlussunnah, seperti:
    - Allah di atas Arasy
    - Allah di langit
    - Allah terpisah dari makhluk
    dan sebagainya adalah ungkapan yang salah bila maksudnya seperti hakikat ala mujassimah seperti di atas. Bahkan ungkapan umum seperti "Allah wujud" atau "Allah punya dzat" pun menjadi salah bila yang dimaksud adalah wujud jismiy atau dzat jismiyah.
    Jadi, yang diperhitungkan dalam akidah bukan ungkapan atau istilahnya tetapi maksud yang ada dalam hati. Akidah adalah tentang isi hati, bukan tentang suara mulut atau tulisan jari.
    Satu ungkapan yang sama bisa berarti benar bila yang mengatakan adalah ahlut tanzih (orang yang menyucikan Allah) dan bisa berarti salah bila yang mengucapkan adalah ahlut tajsim (orang yang menjisimkan Allah). Sama seperti ungkapan "saya suka anak kecil" adalah ungkapan positif bila yang mengucapkan adalah orang waras tetapi menjadi ungkapan negatif yang membuat kita marah ketika yang mengucapkan adalah seorang pedofil. Bila anda memahami ini, maka anda akan memahami titik temu dan titik pisah antara ahlussunnah wal jamaah dan para Taymiyun (wahabi) di era ini.

  • @hamidhamdani27
    @hamidhamdani27 4 роки тому

    izin untuk di download🙏🙏 dan di share
    ❤️❤️❤️❤️❤️

  • @gennn3054
    @gennn3054 Рік тому

    hanya cuma allah yang tahu itu seperti alif lam mim itu baru cuma allah yang tahu, nah yang lain masih bisa di artikan dan kita mengerti itulah allah brikan kita otak dan akal 😊

  • @Asyrafuddin751
    @Asyrafuddin751 4 роки тому +1

    Orang yang mengatakan bahwa Allah tidak dimana-mana berarti telah menghina Allah , menolak ratusan dalil dan menyerupakan Allah dengan sesuatu yang tidakada .
    Maha suci Allah terhadap apa yang mereka katakan

    • @DcrosSafariDcross
      @DcrosSafariDcross 4 роки тому

      Mana dalillnya,???

    • @Asyrafuddin751
      @Asyrafuddin751 4 роки тому

      @@DcrosSafariDcross apakah anda berpendapat bahwa Allah berada dimana-mana ???????

    • @DcrosSafariDcross
      @DcrosSafariDcross 4 роки тому +1

      @@Asyrafuddin751 Allah bersemayam di atas arsy,sperti Yg di firmankannya bagaimananya Hanya Allah yg tau,,, sya termasuk org Yg tidak mentakwil, dan ilmunya Yg di mana2 ,,

    • @Asyrafuddin751
      @Asyrafuddin751 4 роки тому

      @@DcrosSafariDcross
      أحسنت بارك الله فيك

  • @faridginanjar2562
    @faridginanjar2562 3 роки тому

    Percuma tahu dimana Alloh kalo ga berusaha untuk menggapaiNya.
    Yang berkeyakinan Alloh SWT ada tanpa arah dan tanpa tempat silahkan menggapaiNya dengan bertakwa kepadaNya.
    Yang berkeyakinan Alloh bersemayam diatas langit/Arsy silahkan membuat pesawat yang bisa menggapaiNya.

  • @primaxin3132
    @primaxin3132 4 роки тому +2

    Allah beristiwa di atas Arsh. Itu yang saya yakini. Allah sendiri yang mengabarkan.
    Jika saya dituduh menyamakan Allah dg mahluk maka buktikanlah. Tunjukkan atau sebutkan satu mahluk saja yang mempunyai arsh di atas langit dan beristiwa di atasnya.
    Buktikanlah.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      ada rumus penjelasan baku. Begini ;
      Benarkah Allah .......?" Kita jawab, "Allah.......... sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), .................. adalah .................., maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari ............-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat ........., kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana ......... Allah."
      titik2 itu tinggal diisi oleh Nuzul, Yad, atau Wajh sesuai kebutuhan. Langsung saja praktekkan
      1. Perihal Istawa
      Benarkah Allah Istawa?" Kita jawab, "Allah Istawa sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), istawa adalah bersemayam, mendiami, menempati suatu tempat, ruang atau wadah maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Istawa.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Istawa, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Istawa Allah."
      2. Perihal Nuzul
      Benarkah Allah Nuzul?" Kita jawab, "Allah Nuzul sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Nuzul adalah turun berupa pergerakan berpindah posisi dari atas ke bawah, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Nuzul.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Nuzul, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Nuzul Allah."
      3. Perkara Yad (tangan)
      Benarkah Allah memiliki tangan?" Kita jawab, "Allah memiliki tangan sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), tangan adalah organ peraba yang terdiri dari jari-jemari, punggung, telapak, pergelangan tangan, lengan, siku, bahu dsb maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Yad-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Yad, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Yad Allah."
      4. Perkara Wajh
      Benarkah Allah berwajah?" Kita jawab, "Allah memiliki wajah sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Wajah adalah muka yang terdiri atas anggota jidat, pelipis, pipi, dagu, mulut, hidung, mata dan bulunya, alis dsb, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Wajah-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Wajah, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Wajah Allah."
      Seterusnya sama demikian. Asalkan ungkapan2 yg diisi di titik2 itu terdapat pada dalil2 sohih, bukan khayalan mujassimah. Karena itu kita tak bisa mengisikan kata2 di bawah ini pada titik2 di atas ;
      Menduduki Arsy, berpijak, berarah fisik, melayang, menyentuh Adam dengan tangan-Nya, mengeluarkan suara dari kerongkongan, berukuran tinggi berat sekian2, beranggota badan, dan hal2 lainnya yg tdk terdapat dalam dalil2 sahih. Hanya ada dalam khayalan para mujassimah saja, yang selalu mengkhayalkan bahwa Tuhan adalah sosok raksasa super besar yg berbeda dari apa pun selain-Nya

  • @agusaja2836
    @agusaja2836 3 роки тому +1

    Di surga nanti manusia bisa melihat Allah.
    Manusia mendengar, melihat. Allah juga mendengar dan melihat.
    Kesamaan istilah bukan berarti menyamakan Allah dgn makhluk.
    Katanya mutasyabihat, cuma Allah yg tahu maknanya, tp kok boleh Takwil. Parah nih logika mikirnya, gak konsisten.

  • @amanatrahmat3965
    @amanatrahmat3965 4 роки тому +2

    Seneng banget mendengarnya..
    Tentang Allah, serahkan maknanya sama Allah.
    Biarkan apa adanya, karena hanya Allah yang tau, sebab aqal manusia itu terbatas, tidak usah di akal akali.
    Dengan ayat itu ada yang mendapat petunjuk dan ada juga hang jadi sesat.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      ada rumus penjelasan baku. Begini ;
      Benarkah Allah .......?" Kita jawab, "Allah.......... sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), .................. adalah .................., maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari ............-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat ........., kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana ......... Allah."
      titik2 itu tinggal diisi oleh Nuzul, Yad, atau Wajh sesuai kebutuhan. Langsung saja praktekkan
      1. Perihal Istawa
      Benarkah Allah Istawa?" Kita jawab, "Allah Istawa sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), istawa adalah bersemayam, mendiami, menempati suatu tempat, ruang atau wadah maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Istawa.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Istawa, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Istawa Allah."
      2. Perihal Nuzul
      Benarkah Allah Nuzul?" Kita jawab, "Allah Nuzul sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Nuzul adalah turun berupa pergerakan berpindah posisi dari atas ke bawah, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Nuzul.-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Nuzul, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Nuzul Allah."
      3. Perkara Yad (tangan)
      Benarkah Allah memiliki tangan?" Kita jawab, "Allah memiliki tangan sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), tangan adalah organ peraba yang terdiri dari jari-jemari, punggung, telapak, pergelangan tangan, lengan, siku, bahu dsb maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Yad-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Yad, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Yad Allah."
      4. Perkara Wajh
      Benarkah Allah berwajah?" Kita jawab, "Allah memiliki wajah sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Wajah adalah muka yang terdiri atas anggota jidat, pelipis, pipi, dagu, mulut, hidung, mata dan bulunya, alis dsb, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Wajah-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Wajah, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana Wajah Allah."
      Seterusnya sama demikian. Asalkan ungkapan2 yg diisi di titik2 itu terdapat pada dalil2 sohih, bukan khayalan mujassimah. Karena itu kita tak bisa mengisikan kata2 di bawah ini pada titik2 di atas ;
      Menduduki Arsy, berpijak, berarah fisik, melayang, menyentuh Adam dengan tangan-Nya, mengeluarkan suara dari kerongkongan, berukuran tinggi berat sekian2, beranggota badan, dan hal2 lainnya yg tdk terdapat dalam dalil2 sahih. Hanya ada dalam khayalan para mujassimah saja, yang selalu mengkhayalkan bahwa Tuhan adalah sosok raksasa super besar yg berbeda dari apa pun selain-Nya

    • @amanatrahmat3965
      @amanatrahmat3965 3 роки тому

      @@LingkungSeniSantriKalijaga Terima kasih banyak akhi ilmunya. Insya Allah sangat bermanfaat. Menambah keyakinanan

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      @@amanatrahmat3965 sama2. Semoga Allah tetap menjaga aqidah kita ini

    • @amanatrahmat3965
      @amanatrahmat3965 3 роки тому

      @@LingkungSeniSantriKalijaga Aamiin

  • @adrivgts-7734
    @adrivgts-7734 4 роки тому +2

    YANG BENAR ITU : ALLOH SWT. BERADA DIMANAPUN YANG DIA KEHENDAKI... 👍

    • @dedytriputra1569
      @dedytriputra1569 4 роки тому +2

      Salah total broo. Kata 'dimana' itu menunjukkan tempat. Cukup meyakini Allah ada dan maha suci dari sifat makhluk..Selesai

    • @adrivgts-7734
      @adrivgts-7734 4 роки тому +1

      @@dedytriputra1569 :
      IYA BETUL SEKALI... TAPI UNTUK MEMBAHAS KATA DIMANA INI APAKAH TIDAK SAMA DENGAN MEMBAHAS KALIMAT DIATAS ARSY ??? BAHKAN DENGAN JELAS MENUNJUKAN TEMPAT... (SEBAB KATA DIATAS INI MALAH MENUNJUKAN KEPASTIAN DIMANANYA).

  • @Suk4Ngopi
    @Suk4Ngopi 3 роки тому

    Sya suka yg pke kacamata,,spertinya beliau lgi benar2 mncari ilmu yg benar..semoga lekas ktemu ya pa..

  • @BuangSamsuddin
    @BuangSamsuddin Рік тому

    Imani Al quran dan hadis nabi saw.tanpa ragu.inilah iman yg sebenar.ilmu manusia terlalu sedikit.makin byk takwil makin jauh tersasar

  • @Jalansetapak4100
    @Jalansetapak4100 3 роки тому

    Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
    هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرّٰسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَاۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
    "Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal."
    QS. Ali 'Imran[3]:7

  • @bangalimotor
    @bangalimotor 4 роки тому

    Pondok pesantren TAJUL ALAWIYYIN milik Habib bahar bin smith yg berlokasi di kampung pabuaran kaler,kec.kemang kab Bogor sedang dilakukan pembangun.
    Untuk para mujahid dan mujahidah yg ingin membantu proses pembangunan silahkan mengirimkan donasinya ke :
    Bank BCA
    No rek : 700-5368-057 a/n ZAIN BIN SMITH
    atau konfirmasi donasi
    Habib shaleh AL ATTHOS (087830226088)
    PONPES TAJUL ALAWIYYIN
    MENCETAK GENERASI YG KUAT AMAL MA'RUF NAHI MUNGKAR

  • @quranandsoothingadvicenase3617
    @quranandsoothingadvicenase3617 3 роки тому

    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada seorang budak,
    أَيْنَ اللَّهُ
    “Di manakah Allah?”
    Lalu budak tersebut menjawab,
    فِى السَّمَاءِ
    “Di atas langit”
    Perhatikan teks lengkap haditsnya berikut,
    ﻋَﻦْ ﻣُﻌَﺎﻭِﻳَﺔَ ﺑْﻦِ ﺍْﻟﺤَﻜَﻢِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﻤَّﺎ ﺟَﺎﺀَ ﺑِﺘِﻠْﻚَ ﺍْﻟﺠَﺎﺭِﻳَﺔِ ﺍﻟﺴَّﻮْﺩَﺍﺀَ ﻗﺎَﻝَ ﻟَﻬَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻳْﻦَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﻦْ ﺃَﻧَﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻋْﺘِﻘْﻬَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٌ
    “Dari Mu’awiyah bin al-Hakam bahwasanya dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa seorang budak wanita hitam. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya pada budak wanita tersebut: ’Di mana Allah?’ Budak itu menjawab, ’Di atas langit’. Rasul bertanya lagi, ’Siapakah aku?’ Budak itu menjawab, ’Engkau adalah utusan Allah’. Maka Rasul berkata: ’Merdekakanlah ia karena ia adalah mukminah (wanita beriman)’”
    Firman Allah al-Aziiz: الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ “(Yaitu) Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy.” [Thaahaa: 5] Ketika Imam Malik (wafat th. 179 H) rahimahullah ditanya tentang istiwa’ Allah, maka beliau menjawab: َاْلإِسْتِوَاءُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ، وَالْكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ، وَاْلإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ، وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ، وَمَا أَرَاكَ إِلاَّ ضَالاًّ. “Istiwa’-nya Allah ma’lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyatnya tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid’ah, dan aku tidak melihatmu kecuali da-lam kesesatan.” Kemudian Imam Malik rahimahullah menyuruh orang tersebut pergi dari majelisnya.
    Untuk masalah ini jawabannya sederhana kok, tdak perlu panjang lebar, cukup kita ikuti saja jawaban yang telah direkomendasi oleh Rasulullahﷺ

  • @baarokalloh
    @baarokalloh 3 роки тому

    Allah jangan di serupakan deng makhluk walaupun dia di atas arsy tapi di tak terhingga
    Kekuasaan nya tak lenyap dari satu tempat pun
    Ilmunya tak lenyap dari satu tempat pun
    Nabi isro' miroj ke langit
    Jibril dpt wahyu naik turun dari langit
    Walau ALLAH
    di atas jangan kau serupakan dengan makhluk
    Dia tak boleh di serupakan dengan apa sj
    Dia yg punya segalanya tapi dia tdk boleh di serupakan dengan apa sj

  • @de-bakmainchannel6216
    @de-bakmainchannel6216 3 роки тому +1

    Proses belajar apakah bisa dikatakan murtad Habib? Karena namanya pemahaman dan pengetahuan itu sifatnya update...
    Mungkin dulu ada yg berpikir sederhana... Bahwa Allah SWT memberi bahasa mudah dimengerti bagi makhluk2Nya...
    Allah SWT katakan sendiri bahwa beliau berada di Ars... Maka ya itu yg diyakini... Ars adalah tempat (Singgasana) Allah SWT, tapi kita tidak bisa menjangkau bagaimana2nya...
    Apakah murtad??? Gampang bener ya murtad???

    • @de-bakmainchannel6216
      @de-bakmainchannel6216 3 роки тому

      Jadi ingat ayat kursi... Kursi(Kekuasaan/Singgasana) Allah SWT meliputi seluruh langit dan bumi

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 2 роки тому

      Tahqiq Persamaan dan Perbedaan Ungkapan Tentang Allah
      Secara hakikat, Allah wujud di luar realitas yang kita pahami sehingga tidak terjangkau secara fisik dan juga tidak bisa dibayangkan sama sekali oleh akal. Kondisi wujud yang sangat misterius ini diungkapkan dengan berbagai redaksi yang berbeda oleh Ahlussunnah tetapi merujuk pada makna yang sama, seperti:
      - Allah wujud tanpa tempat (dengan maksud bahwa tempat adalah realitas yang khusus menampung makhluk)
      - Allah di atas Arasy (dengan maksud bahwa arasy adalah batas tempat dan batas pengetahuan manusia)
      - Allah di langit (dengan maksud bahwa langit adalah sesuatu yang misterius yang tidak dipahami manusia)
      - Allah terpisah/berbeda dari makhluk (dengan maksud bahwa Allah di luar realitas makhluk dan tidak menyatu dengan semesta makhluk)
      Orang Kapitayan menyebut kondisi tersebut dengan istilah "tan kena kinaya ngapa". Orang Hindu menyebutnya dengan istilah "Acintya". Apapun ungkapan yang dipakai, selama maksudnya sama seperti makna hakikat di atas, maka itu adalah akidah yang benar menurut Ahlussunnah Wal Jamaah.
      Adapun bila diyakini bahwa secara hakikat Allah itu berupa fisik yang besar yang duduk menempel di atasnya makhluk bernama Arasy (pendapat sebagian Karramiyah), atau mengambang di arah sebelah atasnya Arasy (juga pendapat sebagian Karramiyah), tidak punya batasan fisik ke segala arah kecuali arah bawah (pendapat Abu Ya'la al-Hanbali), menempati Arasy kecuali empat jengkal (pendapat Utsman ad-Darimi), menempati seluruh bagian Arasy tanpa sisa sejengkal pun (pendapat Ibnu Taymiyah), dan khayalan serba fisikal lainnya, maka ini bukan pendapat Ahlussunnah tetapi pendapat Mujassimah.
      Ungkapan apa pun yang digunakan oleh mujassim untuk merujuk pada makna hakikat yang mereka yakini itu adalah ungkapan yang salah. Baik itu ungkapan yang mereka karang sendiri seperti di atas atau ungkapan yang meniru istilah Ahlussunnah, seperti:
      - Allah di atas Arasy
      - Allah di langit
      - Allah terpisah dari makhluk
      dan sebagainya adalah ungkapan yang salah bila maksudnya seperti hakikat ala mujassimah seperti di atas. Bahkan ungkapan umum seperti "Allah wujud" atau "Allah punya dzat" pun menjadi salah bila yang dimaksud adalah wujud jismiy atau dzat jismiyah.
      Jadi, yang diperhitungkan dalam akidah bukan ungkapan atau istilahnya tetapi maksud yang ada dalam hati. Akidah adalah tentang isi hati, bukan tentang suara mulut atau tulisan jari.
      Satu ungkapan yang sama bisa berarti benar bila yang mengatakan adalah ahlut tanzih (orang yang menyucikan Allah) dan bisa berarti salah bila yang mengucapkan adalah ahlut tajsim (orang yang menjisimkan Allah). Sama seperti ungkapan "saya suka anak kecil" adalah ungkapan positif bila yang mengucapkan adalah orang waras tetapi menjadi ungkapan negatif yang membuat kita marah ketika yang mengucapkan adalah seorang pedofil. Bila anda memahami ini, maka anda akan memahami titik temu dan titik pisah antara ahlussunnah wal jamaah dan para Taymiyun (wahabi) di era ini.

  • @abuhafidzabdurrahim8221
    @abuhafidzabdurrahim8221 4 роки тому +2

    Bila kita berada di suatu tempat, siapa yang paling Tahu tentang keberadaan kita? ...
    Jawabannya pasti kita lah yang paling tahu .
    Begitu pula Allah, siapa yang paling tahu tentang keberadaan Nya, ya Allah sendiri yang paling tahu, Kita tahu di mana Allah berdasarkan informasi dari Allah, Allah memberi tahunya di kitab sucinya Al Quran, karena kita orang beriman, kita beriman kepada kitab-kitab Allah, Allah mengabarkan keberadaan Nya di Banyak surat di dalam Al Quran, diantaranya disurat Thoha ayat 5 , "Arrahman bersemayam di atas Arsy" Nabi dan para Sahabatnya beraqidah seperti ini,bahwa Allah berada di tempat yang paling tinggi, Allah bersemayam di atas Arsy, mengenai bagaimana bersemayamnya , tidak sama bersemayam nya Allah dengan bersemayam nya makhluk, karena Allah berbeda dengan makhlukNYA, apa yang ada dalam ayat tersebut sebagai orang beriman cukup yakini saja bahwa Allah bersemayam di atas Arsy, Rosululloh dan para Sahabatnya , tabi'in dan tabiut tabi'in pun tidak mempertanyakan atau membahas bagaimana cara Allah bersemayam, atau merubah makna/pemahaman Istiwa (bersemayam),di rubah jadi istaula (menguasai) tidak ada perkataan dari para sahabat Rasulullah Istiwa berarti istaula , yang berkata Istiwa maknanya istaula tolong tanyakan dalilnya dari Rosululloh maupun dari para sahabat Rasulullah ! Rosululloh dan para Sahabatnya orang Arab asli mereka tahu makna Istiwa ya Istiwa (bersemayam) tidak di perdebatkan lagi. Yang menuduh orang yang berkeyakinan Allah ada di atas Arsy dengan tuduhan mujassimah, justru mereka yang menggunakan akal menyamakan Allah dengan makhlukNYA ketika menjelaskan Allah bersemayam di atas Arsy, mereka berandai andai sendiri kalau Allah begini jadinya begitu..dst.. trus mereka lemparkan/tuduhkan pemahaman akal mereka kepada orang yang berkeyakinan bahwa Allah di atas Arsy berpaham seperti andai andai mereka kemudian mereka vonis sesat dan kafir ...nah ini ni.. jadi siapa yang suka memvonis sesat dan mengkafirkan.. ini sebuah kedustaan dan kedzaliman , ujung ujungnya orang yang berkeyakinan bahwa Allah di atas Arsy di tuduh Wahabi..
    Muncullah pemikiran. Bahwa Wahabi sesat kafir...laailahaillallah...Allahul musta'aan..
    Saudara saudariku yang beriman yang saya cintai karena Allah, mari kita kembali memahami Islam ini dengan benar sesuai pemahaman para sahabat Nabi, tabi'in dan tabiut tabi'in dan orang orang shaleh terdahulu, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua aamiin Allahumma Aamiin.
    Baarakallahu fiikum

    • @cowondeso
      @cowondeso 4 роки тому

      ما شاء الله تبارك الله، صدقت يا اخي الكريم. و الله الموافق. وفقك الله

    • @TEKNOBIZ
      @TEKNOBIZ 2 роки тому

      Maksud ana juga begitu, yang menuduh itulah yang sebenernya dalam benaknya menyamakan dengan mahlukn, atau memisalkan dengan mahluk

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 2 роки тому

      Tahqiq Persamaan dan Perbedaan Ungkapan Tentang Allah
      Secara hakikat, Allah wujud di luar realitas yang kita pahami sehingga tidak terjangkau secara fisik dan juga tidak bisa dibayangkan sama sekali oleh akal. Kondisi wujud yang sangat misterius ini diungkapkan dengan berbagai redaksi yang berbeda oleh Ahlussunnah tetapi merujuk pada makna yang sama, seperti:
      - Allah wujud tanpa tempat (dengan maksud bahwa tempat adalah realitas yang khusus menampung makhluk)
      - Allah di atas Arasy (dengan maksud bahwa arasy adalah batas tempat dan batas pengetahuan manusia)
      - Allah di langit (dengan maksud bahwa langit adalah sesuatu yang misterius yang tidak dipahami manusia)
      - Allah terpisah/berbeda dari makhluk (dengan maksud bahwa Allah di luar realitas makhluk dan tidak menyatu dengan semesta makhluk)
      Orang Kapitayan menyebut kondisi tersebut dengan istilah "tan kena kinaya ngapa". Orang Hindu menyebutnya dengan istilah "Acintya". Apapun ungkapan yang dipakai, selama maksudnya sama seperti makna hakikat di atas, maka itu adalah akidah yang benar menurut Ahlussunnah Wal Jamaah.
      Adapun bila diyakini bahwa secara hakikat Allah itu berupa fisik yang besar yang duduk menempel di atasnya makhluk bernama Arasy (pendapat sebagian Karramiyah), atau mengambang di arah sebelah atasnya Arasy (juga pendapat sebagian Karramiyah), tidak punya batasan fisik ke segala arah kecuali arah bawah (pendapat Abu Ya'la al-Hanbali), menempati Arasy kecuali empat jengkal (pendapat Utsman ad-Darimi), menempati seluruh bagian Arasy tanpa sisa sejengkal pun (pendapat Ibnu Taymiyah), dan khayalan serba fisikal lainnya, maka ini bukan pendapat Ahlussunnah tetapi pendapat Mujassimah.
      Ungkapan apa pun yang digunakan oleh mujassim untuk merujuk pada makna hakikat yang mereka yakini itu adalah ungkapan yang salah. Baik itu ungkapan yang mereka karang sendiri seperti di atas atau ungkapan yang meniru istilah Ahlussunnah, seperti:
      - Allah di atas Arasy
      - Allah di langit
      - Allah terpisah dari makhluk
      dan sebagainya adalah ungkapan yang salah bila maksudnya seperti hakikat ala mujassimah seperti di atas. Bahkan ungkapan umum seperti "Allah wujud" atau "Allah punya dzat" pun menjadi salah bila yang dimaksud adalah wujud jismiy atau dzat jismiyah.
      Jadi, yang diperhitungkan dalam akidah bukan ungkapan atau istilahnya tetapi maksud yang ada dalam hati. Akidah adalah tentang isi hati, bukan tentang suara mulut atau tulisan jari.
      Satu ungkapan yang sama bisa berarti benar bila yang mengatakan adalah ahlut tanzih (orang yang menyucikan Allah) dan bisa berarti salah bila yang mengucapkan adalah ahlut tajsim (orang yang menjisimkan Allah). Sama seperti ungkapan "saya suka anak kecil" adalah ungkapan positif bila yang mengucapkan adalah orang waras tetapi menjadi ungkapan negatif yang membuat kita marah ketika yang mengucapkan adalah seorang pedofil. Bila anda memahami ini, maka anda akan memahami titik temu dan titik pisah antara ahlussunnah wal jamaah dan para Taymiyun (wahabi) di era ini.

  • @raka5333
    @raka5333 4 роки тому +2

    Juga Al-Imam Abu Bakr bin Al-‘Arabiy rahimahullah dengan lafadh :
    وقال مالك أنه لم يتأول. ومذهب مالك رحمه الله أن كل حديث منها معلوم المعنى ولذلك قال للذي سأله : الاستواء معلوم والكيفية مجهولة
    “Dan telah Malik bahwasannya ia tidak men-ta’wil-kannya. Madzhab Malik rahimahullah mengatakan bahwa semua hadits tentang sifat adalah diketahuinya maknanya. Oleh karena itu beliau berkata kepada orang yang bertanya kepadanya : ‘Al-Istiwaa’ diketahui (ma’luum), kaifiyyah-nya tidak diketahui (majhuul)” [‘Aaridlatul-Ahwadziy, 3/166; Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah.
    Jadi TAFWIDL dan TA'WIL bukanlah metoda ulama salaf dalam menetapkan sifat Allah.
    Wallahua'lam

    • @cowondeso
      @cowondeso 4 роки тому

      و سؤال عنه بدعة، و إيمان به واجب. إنتهى الأمر

  • @alexring7580
    @alexring7580 4 роки тому +1

    Jk ada yg mempertanyakan/menolak atau mentakwil ayat bahwa Allah ber istiwa di atas Arsy sesuai dg keagungan dan kemuliaan Nya,mk jelaslah mrk lah yg menyamakan Allah dg mahluknya.

    • @LingkungSeniSantriKalijaga
      @LingkungSeniSantriKalijaga 3 роки тому

      "Benarkah Allah Istawa?" Kita jawab, "Allah Istawa sesuai dengan yang Dia katakan (firmankan) bukan menurut kita. Kalau menurut kita (makhluk), Istawa adalah menempati suatu tempat, ruang, atau wadah, maka bagi Allah ya bukan. Lantas apa? Di sinilah kita bilang Wallahu a'lam! Allahlah yang mengetahui detail dari Istawa-Nya, Dia tak pernah jelaskan dengan detail. Dia hanya mengatakan bahwa diri-Nya memiliki sifat Istawa, kita hanya disuruh meyakini bukan mendetailkan bagaimana istawa Allah."

  • @syamsurizasuhaimi3420
    @syamsurizasuhaimi3420 4 роки тому +1

    Allah ada dimana? Al Baqarah
    144. Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. ... Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka.

  • @pendisuhendi8678
    @pendisuhendi8678 4 роки тому +1

    Janganlah mengurusi Alloh sang maha pencipta,tapi tapakurilah mahluknya itu lebih baik.

  • @afiqamirul
    @afiqamirul 8 місяців тому

    Salam semua. Berkenaan ayat Quran Allah beristiwa di atas arasy, Allah mencipta Adam dgn kedua tangan-Nya dan ayat2 lain yg seumpama.Jawapan nya di Surah Al Furqan ayat 59. Jgn capek Mentakwil..😂😂😂

  • @ayidarmana5795
    @ayidarmana5795 3 роки тому +1

    Allah berada di atas Arasy wajib di imani, tetapi tidak dimaknai bertempat. sepertinya sudah final