Menarik sekali. Kalau Bu Elis berkenan, saya sangat ingin mempelajari teknik2 dalam mengajar bahasa L2/L3 menggunakan metode langsung ini. Terima kasih.
Hi Mbak Ellis, videonya bagus banget! Informasi tentang metodenya terperinci, menunjukkan kalau Mbak Ellis memang tahu banyak tentang metode yang diajarkan. Saya paling suka bagian contoh mengajar memakai metode itu. Kalau boleh menyarankan ya, Mbak, ada beberapa yang bisa ditingkatkan tuh: 1. Menurut saya, kalau untuk pertemuan awal, kita tak perlu memakai ungkapan 'Kenalkan...' atau 'Perkenalkan...'. Saya tahu banyak buku ajar (textbook) yang mengajarkannya seperti itu. Namun, kalau menurut saya ketika mengajar di kelas, apalagi untuk pertemuan pertama, sebaiknya tidak usah disertakan. Ada 2 alasannya. Pertama, sebenarnya dalam kehidupan nyata, kita orang Indonesia tidak berkenalan seperti itu kan? Jadi, ini sebenarnya tidak alami. Mungkin ada dosen yang akan berkilah dan bilang, "Itu kan Masnya. Kalau saya, seperti itu!" Tapi, sepengetahuan saya, tidak ada deh sesama orang Indo yang bicaranya begitu ketika pertama kali berkenalan. Alasan kedua, itu akan membingungkan pemelajar. Pemelajar umumnya akan membandingkan informasi baru yang mereka terima dengan kebiasaan mereka, kan? Jadi, di pikiran pemelajar bahasa Inggris, mereka mungkin menduga-duga apakah 'Kenalkan/Perkenalkan...' ini sama dengan 'Hello' atau yang lain. Jadi, malah bikin bingung. 2. Menurut pengalaman saya, salah satu hal yang perlu kita perhatikan baik-baik ketika memakai metode langsung itu adalah memastikan instruksi-instruksi kita efektif dan efisien. Maksudnya, kita jangan sampai bilang suatu input yang tidak disertai petunjuk, atau bilang input B, padahal belum didahului oleh A. Jadi, contoh dari video, misalnya, ketika Mbak Ellis bilang 'Bagus!', mungkin lebih baik kalau dari awal sudah disertai dengan tanda jempol. Saya pikir tanda jempol artinya cukup universal (apalagi dengan adanya dan maraknya Facebook, UA-cam dan medsos2 lain sekarang). Jadi, pemelajar bisa setidaknya menduga bahwa 'Bagus!' itu artinya sesuatu positif. Contoh yang kedua misalnya ketika membedakan 'saya' dan 'Anda'. Mungkin lebih baik kalau dari awal ketika kita bilang 'nama saya...' kita sudah menepuk dada atau menunjuk diri untuk menandakan bahwa 'saya' itu diri kita sendiri. Di video, pembedaan pronominanya sedikit terlambat, sehingga pemelajar bisa bingung dulu sebentar. Lalu, ketika Mbak Ellis bilang 'tanya', mungkin bisa menggambar tanda tanya di papan tulis, bukan hanya dengan gerakan tangan. Kadang tanda-tanya yang kecil begitu pengaruhnya bisa besar untuk memberi petunjuk ke pemelajar, menurut saya. Ini sekadar saran-saran saja sih Mbak. Kalau Mbak Ellis tidak setuju, tidak masalah juga. Semoga berkenan ☺️🙏🏻
Hai, Mas Henry! 🙋🏻♀️ Waah.., seneng banget dapat masukan beginii.. Saya setuju banget untuk poin-poin yg Mas Henry sampaikan. Utk poin 1, saya pun sejak dulu berpikir bahwa penggunaan "perkenalkan/kenalkan" itu tidak/kurang natural. Kita sbg orang Indonesia jarang pakai ungkapan tsb, apalagi dlm situasi informal. Tapi, iya, dlm banyak buku teks BIPA penggunaan itu diajarkan sehingga menjadi pertimbangan sy utk menggunakan di contoh dlm video ini. Sepertinya kita mmg harus mempertimbangkan lagi penyantumannya dlm buku-buku BIPA ya, Mas. Utk poin 2, saya juga setuju. Instruksi yg jelas dan konsisten sangat membantu siswa utk lebih cepat paham, apalagi siswa di level nol. Dan, iya, penggunaan gestur yg universal juga sebetulnya sudah cukup efektif sehingga guru tdk perlu menambahkan banyak informasi ttg sebuah kata baru. Makasih banyak ya, Mas Henry! 😀 Saya pun jadi belajar dr Mas. Nah, utk rekan-rekan yg kebetulan membaca komentar Mas Henry ini, silakan diperhatikan juga ya masukan ini. Sbg pengajar kt memang harus detail mempertimbangkan efektivitas setiap aspek dlm proses pengajaran, seperti yg Mas Henry sampaikan tsb. Belajar sama-sama, yuuk..🧡💛💚
@@ellis_artyana Kapan ya bisa ngobrol2 langsung sama Mbak Ellis? Sudah lama pengen tukar pikiran soal BIPA dan ngajar tapi sayangnya belum ada kesempatan. Video-video yang berikutnya saya tunggu lho Mbak! 😃👍🏼
Wah, makasih, Mas! 😀 Dan saya jg tertarik banget utk diskusi dgn Mas@@HenryWijayattg seputar BIPA ini. Saya perlu banget belajar lagi dan nyimak pengalaman dr Mas dan teman2 pengajar BIPA yg lain. Tempo hari, teman sesama pengajar BIPA jg ngajak diskusi. Apa kita diskusi bareng2 aja sekalian, ya? Nanti kita agendakan ya, Mas. 😀
Terima kasih banyak Kak Ellis Artyana mengenai pembahasannya, mudah dipahami dan sangat membantu saya dalam mengajarkan bahasa Jepang menggunakan direct method. 本当にありがとうございました🙏🏻。
![Дон ДОН, Алаудинов и СБЕЖАВШИЕ из под Курска ахматовцы 😁 [Пародия]](http://i.ytimg.com/vi/dEfCf5IK26Q/mqdefault.jpg)
Untuk video selanjutnya, metode apa yang ingin teman-teman pelajari?
Silakan tulis di kolom komentar, ya. :)
Menarik sekali. Kalau Bu Elis berkenan, saya sangat ingin mempelajari teknik2 dalam mengajar bahasa L2/L3 menggunakan metode langsung ini. Terima kasih.
Senang sekali metode yang baik ini
Mantap sekali, mbak. Terima kasih ilmunya.
Terimakasih ilmunya, penyampaiannya juga mudah dipahami. Sangat membantu saya dalam melakukan penelitian
Nice video sharing 😊😊😊
Mantap !
Danke, Kakaak...😁
Keren Mba 👍
Jadi ingat pas kuliah Linguistik Lanjut
Ajari aku, Senpaaai...😲
Hi Mbak Ellis, videonya bagus banget! Informasi tentang metodenya terperinci, menunjukkan kalau Mbak Ellis memang tahu banyak tentang metode yang diajarkan. Saya paling suka bagian contoh mengajar memakai metode itu. Kalau boleh menyarankan ya, Mbak, ada beberapa yang bisa ditingkatkan tuh:
1. Menurut saya, kalau untuk pertemuan awal, kita tak perlu memakai ungkapan 'Kenalkan...' atau 'Perkenalkan...'. Saya tahu banyak buku ajar (textbook) yang mengajarkannya seperti itu. Namun, kalau menurut saya ketika mengajar di kelas, apalagi untuk pertemuan pertama, sebaiknya tidak usah disertakan. Ada 2 alasannya. Pertama, sebenarnya dalam kehidupan nyata, kita orang Indonesia tidak berkenalan seperti itu kan? Jadi, ini sebenarnya tidak alami. Mungkin ada dosen yang akan berkilah dan bilang, "Itu kan Masnya. Kalau saya, seperti itu!" Tapi, sepengetahuan saya, tidak ada deh sesama orang Indo yang bicaranya begitu ketika pertama kali berkenalan. Alasan kedua, itu akan membingungkan pemelajar. Pemelajar umumnya akan membandingkan informasi baru yang mereka terima dengan kebiasaan mereka, kan? Jadi, di pikiran pemelajar bahasa Inggris, mereka mungkin menduga-duga apakah 'Kenalkan/Perkenalkan...' ini sama dengan 'Hello' atau yang lain. Jadi, malah bikin bingung.
2. Menurut pengalaman saya, salah satu hal yang perlu kita perhatikan baik-baik ketika memakai metode langsung itu adalah memastikan instruksi-instruksi kita efektif dan efisien. Maksudnya, kita jangan sampai bilang suatu input yang tidak disertai petunjuk, atau bilang input B, padahal belum didahului oleh A.
Jadi, contoh dari video, misalnya, ketika Mbak Ellis bilang 'Bagus!', mungkin lebih baik kalau dari awal sudah disertai dengan tanda jempol. Saya pikir tanda jempol artinya cukup universal (apalagi dengan adanya dan maraknya Facebook, UA-cam dan medsos2 lain sekarang). Jadi, pemelajar bisa setidaknya menduga bahwa 'Bagus!' itu artinya sesuatu positif. Contoh yang kedua misalnya ketika membedakan 'saya' dan 'Anda'. Mungkin lebih baik kalau dari awal ketika kita bilang 'nama saya...' kita sudah menepuk dada atau menunjuk diri untuk menandakan bahwa 'saya' itu diri kita sendiri. Di video, pembedaan pronominanya sedikit terlambat, sehingga pemelajar bisa bingung dulu sebentar. Lalu, ketika Mbak Ellis bilang 'tanya', mungkin bisa menggambar tanda tanya di papan tulis, bukan hanya dengan gerakan tangan. Kadang tanda-tanya yang kecil begitu pengaruhnya bisa besar untuk memberi petunjuk ke pemelajar, menurut saya.
Ini sekadar saran-saran saja sih Mbak. Kalau Mbak Ellis tidak setuju, tidak masalah juga. Semoga berkenan ☺️🙏🏻
Hai, Mas Henry! 🙋🏻♀️
Waah.., seneng banget dapat masukan beginii..
Saya setuju banget untuk poin-poin yg Mas Henry sampaikan.
Utk poin 1, saya pun sejak dulu berpikir bahwa penggunaan "perkenalkan/kenalkan" itu tidak/kurang natural. Kita sbg orang Indonesia jarang pakai ungkapan tsb, apalagi dlm situasi informal. Tapi, iya, dlm banyak buku teks BIPA penggunaan itu diajarkan sehingga menjadi pertimbangan sy utk menggunakan di contoh dlm video ini. Sepertinya kita mmg harus mempertimbangkan lagi penyantumannya dlm buku-buku BIPA ya, Mas.
Utk poin 2, saya juga setuju. Instruksi yg jelas dan konsisten sangat membantu siswa utk lebih cepat paham, apalagi siswa di level nol.
Dan, iya, penggunaan gestur yg universal juga sebetulnya sudah cukup efektif sehingga guru tdk perlu menambahkan banyak informasi ttg sebuah kata baru.
Makasih banyak ya, Mas Henry! 😀
Saya pun jadi belajar dr Mas.
Nah, utk rekan-rekan yg kebetulan membaca komentar Mas Henry ini, silakan diperhatikan juga ya masukan ini. Sbg pengajar kt memang harus detail mempertimbangkan efektivitas setiap aspek dlm proses pengajaran, seperti yg Mas Henry sampaikan tsb. Belajar sama-sama, yuuk..🧡💛💚
@@ellis_artyana Kapan ya bisa ngobrol2 langsung sama Mbak Ellis? Sudah lama pengen tukar pikiran soal BIPA dan ngajar tapi sayangnya belum ada kesempatan.
Video-video yang berikutnya saya tunggu lho Mbak! 😃👍🏼
Wah, makasih, Mas! 😀
Dan saya jg tertarik banget utk diskusi dgn Mas@@HenryWijayattg seputar BIPA ini. Saya perlu banget belajar lagi dan nyimak pengalaman dr Mas dan teman2 pengajar BIPA yg lain. Tempo hari, teman sesama pengajar BIPA jg ngajak diskusi. Apa kita diskusi bareng2 aja sekalian, ya? Nanti kita agendakan ya, Mas. 😀
Terima kasih banyak Kak Ellis Artyana mengenai pembahasannya, mudah dipahami dan sangat membantu saya dalam mengajarkan bahasa Jepang menggunakan direct method. 本当にありがとうございました🙏🏻。
Sama-sama. :)
Terima kasih sudah menyimak, ya. Semoga selalu sukses dan selalu menikmati kegiatan belajar mengajar di kelas. :)
gosh this helps me a lot. muchas gracias ~
👍👍👍👍👍
Spill nama buku dari Maximilian D. Berlitz yg tentang direct method dong kak
mbak mau tanya apa perbedaan metode berlitz dn metode langsung?
Lis no hape nya udh ganti kah..
Kemarin2 sempat eror..😑