Terima kasih atas penjelasannya. Izin bertanya bu, apakah ada perbedaan motivasi dan afeksi antara pelanggan baru dan juga pelanggan setia bu? dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi pendekatan pemasaran yang sudah marketer tetapkan. Terimakasih bu🙏
Thx Ara atas peretanyaanya. Jadi memang pasti ada perbedaan perilaku pemasar ya bagaimana motivasi dan afeksi dapat memengaruhi perilaku konsumen. Misal nih, kalau motivasi dan afeksi ya, kalau pelanggan baru mungkin membeli suatu produk karena mereka butuh atau karena terpapar oleh penawaran khusus dan kampanye iklan yang kuat. sedangkan kalau pelanggan lama, mereka mengkonsumsi suatu produk karena kesetiaanya trhdp brand tsb, bukan semata-mata karna butuh dan mereka ini memiliki ikatan emosi yang kuat karena sudah ada koneksi satu sma lain, yg perlu pemasar lakukan hanyalah mempertahankan kualitas dr awal hingga akhir, minimal, maskimalnya ya ditingkatkan terus. kurang lebih begitu
Malam ibu, izin bertanya. Bagaimana jika harapan konsumen (expectation) memiliki gap dengan apa yang diterima setelah melakukan keputusan pembelian, bagaimana kita sebagai marketer jika mengetahui respon konsumen tersebut dan sikap bijaksana yang seperti apa yang harus dilakukan untuk menanggapi hal itu ibu? Terima kasih ibu Meta🙏🏼
thx Renan atas pertanyaanya. jadi kalau ada gap antar keduanya, dilihat dlu gap nya, kalau gap nya dibawah (harapan lebih tinggi dibanding apa yg diterima) maka konsumen tsb merasa kecewa, apabila sebaliknya maka akan puas. lalu bagaimana kalau konsumen kecewa, ya kita harus memberikan kompensasi atas kekecwaannya tsb, bisa dg berkomunikasi, memberikan reward dll
Selamat sore ibu meta, terima kasih atas pemaparan materinya ibu. Saya izin bertanya, untuk bagian teori abraham maslow's kan disebutkan 7 steps dalam bentuk pyramid hierarki. Dalam mengimplementasikan brand kita ke hal tersebut. Brand kita harus mencakup 7 steps tersebut atau kita hanya menentukan brand kita sedang di steps mana ya bu? Terima kasih Bu meta 🙏
Halo ibu, saya izin bertanya bu, ketika seorang pelanggan membeli smartphone, apakah afeksi berpengaruh dalam loyalitas pelanggan, terutama dalam hal repurchasing? Sebelumnya terima kasih untuk materinya yang bermanfaat ya, Bu😊
Halo vera, izin menanggapi yaa.. Menurut saya, benar, afeksi dapat memengaruhi loyalitas pelanggan, termasuk dalam konteks repurchace suatu smartphone. Afeksi ini kan mengacu pada perasaan positif dan ikatan emosional yang dimiliki pelanggan terhadap merek atau produk tertentu. Saat pelanggan tersebut merasa terhubung secara emosional atau memiliki pengalaman positif dengan sebuah merek smartphone, maka mereka akan cenderung untuk tetap loyal terhadap brand smartphone tersebut. Afeksi ini juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat mereka merasa diperhatikan, dan menciptakan hubungan yang lebih erat dengan merek, yang kemudian akan mempengaruhj pada keputusan repurchasing dari customer itu. Mohon koreksinya Bu Meta🙏🙏
Terima kasih atas penjelasannya. Izin bertanya bu, apakah ada perbedaan motivasi dan afeksi antara pelanggan baru dan juga pelanggan setia bu? dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi pendekatan pemasaran yang sudah marketer tetapkan. Terimakasih bu🙏
Thx Ara atas peretanyaanya. Jadi memang pasti ada perbedaan perilaku pemasar ya bagaimana motivasi dan afeksi dapat memengaruhi perilaku konsumen. Misal nih, kalau motivasi dan afeksi ya, kalau pelanggan baru mungkin membeli suatu produk karena mereka butuh atau karena terpapar oleh penawaran khusus dan kampanye iklan yang kuat.
sedangkan kalau pelanggan lama, mereka mengkonsumsi suatu produk karena kesetiaanya trhdp brand tsb, bukan semata-mata karna butuh dan mereka ini memiliki ikatan emosi yang kuat karena sudah ada koneksi satu sma lain, yg perlu pemasar lakukan hanyalah mempertahankan kualitas dr awal hingga akhir, minimal, maskimalnya ya ditingkatkan terus. kurang lebih begitu
Malam ibu, izin bertanya.
Bagaimana jika harapan konsumen (expectation) memiliki gap dengan apa yang diterima setelah melakukan keputusan pembelian, bagaimana kita sebagai marketer jika mengetahui respon konsumen tersebut dan sikap bijaksana yang seperti apa yang harus dilakukan untuk menanggapi hal itu ibu?
Terima kasih ibu Meta🙏🏼
thx Renan atas pertanyaanya.
jadi kalau ada gap antar keduanya, dilihat dlu gap nya, kalau gap nya dibawah (harapan lebih tinggi dibanding apa yg diterima) maka konsumen tsb merasa kecewa, apabila sebaliknya maka akan puas.
lalu bagaimana kalau konsumen kecewa, ya kita harus memberikan kompensasi atas kekecwaannya tsb, bisa dg berkomunikasi, memberikan reward dll
Selamat sore ibu meta, terima kasih atas pemaparan materinya ibu. Saya izin bertanya, untuk bagian teori abraham maslow's kan disebutkan 7 steps dalam bentuk pyramid hierarki. Dalam mengimplementasikan brand kita ke hal tersebut. Brand kita harus mencakup 7 steps tersebut atau kita hanya menentukan brand kita sedang di steps mana ya bu?
Terima kasih Bu meta 🙏
Halo ibu, saya izin bertanya bu, ketika seorang pelanggan membeli smartphone, apakah afeksi berpengaruh dalam loyalitas pelanggan, terutama dalam hal repurchasing? Sebelumnya terima kasih untuk materinya yang bermanfaat ya, Bu😊
Halo vera, izin menanggapi yaa..
Menurut saya, benar, afeksi dapat memengaruhi loyalitas pelanggan, termasuk dalam konteks repurchace suatu smartphone. Afeksi ini kan mengacu pada perasaan positif dan ikatan emosional yang dimiliki pelanggan terhadap merek atau produk tertentu. Saat pelanggan tersebut merasa terhubung secara emosional atau memiliki pengalaman positif dengan sebuah merek smartphone, maka mereka akan cenderung untuk tetap loyal terhadap brand smartphone tersebut. Afeksi ini juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat mereka merasa diperhatikan, dan menciptakan hubungan yang lebih erat dengan merek, yang kemudian akan mempengaruhj pada keputusan repurchasing dari customer itu.
Mohon koreksinya Bu Meta🙏🙏
oke terimaksih atas tanggapannya, sudah benar ya yang diampaikan oleh Nazwa @Vira