ASY'ARIYAH IS EXPOSED TO GREEK PHILOSOPHY

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 11 вер 2024
  • ASY'ARIYAH IS EXPOSED TO GREEK PHILOSOPHY
    Sources of Study:
    / firandaandirja
    Follow Us !!
    UA-cam: AL HAYYU / alhayyu
    Instagram: @alhayyu.id / alhayyu.id
    Facebook: @petunjukalqurandansunnah petunjuk...
    #alhayyu #firandaandirja

КОМЕНТАРІ • 49

  • @nursusila3979
    @nursusila3979 Рік тому +7

    Mereka tidak punya hujah yang meyakinkan, makanya bisanya hanya marah-marah atau mengumpat, karena akidah mereka dikritisi dengan hujah yang meyakinkan oleh orang yang sesuai dengan jurusan kuliahnya sehingga sangat paham dengan yang diterangkan.

    • @Akuaja-bd1hp
      @Akuaja-bd1hp 8 місяців тому

      iya yaaa..kok rata2 mereka kalau ditanya jamaah tentang itu lngsung marah2, kalau disampaikan kpd mereka pendapat wahabi, lngsung marah🤣

  • @athoillahmustofa2503
    @athoillahmustofa2503 Рік тому +5

    Asa'ariyyah bukan Ahlusunnah, karna asa'ariyyah aqidahnya mengikuti filsafat Yunani, meskipun ulama' kalangan mereka mengaku Ahlusunnah,akan tetapi fakta ilmiahnya mereka bukan Ahlu sunnah

  • @kanjengheti379
    @kanjengheti379 22 дні тому +1

    waspada kaum wahabi yg ingin memecah belah umat muslim NKRI
    waspada pula dgn kaum Syi'ah rofidhoh, ismailiyah, dst..
    yg ingin mengadu domba antara wahabi vs asy'ariyah.

  • @tigerbladesoul5954
    @tigerbladesoul5954 11 місяців тому

    Nambah ilmu, trima kasih

  • @GAZA-t5r
    @GAZA-t5r 2 дні тому

    Kalau Atsariyah, Asy'ariyah, dan Maturidiyah bukan Ahlussunnah wal jamaah maka tidak ada lagi Ahlussunnah wal jamaah di muka bumi. Padahal salafiyah/salafi modern adalah adalah sesuatu yang baru, mirip Atsariyah namun dengan pemahaman baru. Saya sepakat dengan Atsariyah.

  • @masut4158
    @masut4158 Місяць тому

    Biasanya kalo orang kurang ilmu dan ada sifat tinggi hati...jika diingatkan tentang kesalahannya...langsung emosi

  • @dedennepiana8211
    @dedennepiana8211 Місяць тому +1

    Ustadz Firanda pusing sendiri. Membahas 'Asy'ariy dari sudut pandangnya sendiri.

    • @nabylaclaser9106
      @nabylaclaser9106 21 день тому

      Ente kurang faham..udah jelas yg sampikan masi aja nggk faham..

    • @GAZA-t5r
      @GAZA-t5r 2 дні тому

      Kalau Atsariyah, Asy'ariyah, dan Maturidiyah bukan Ahlussunnah wal jamaah maka tidak ada lagi Ahlussunnah wal jamaah di muka bumi. Padahal salafiyah/salafi modern adalah adalah sesuatu yang baru, mirip Atsariyah namun dengan pemahaman baru. Saya sepakat dengan Atsariyah.

  • @iTopology
    @iTopology Місяць тому +1

    BENAR!!! Berpikir tentang Allaah SWT kok antropomorfis. Asy'ariyyah ini memang terlalu berani dan berbahaya!

    • @Abdulaziz-cr8ph
      @Abdulaziz-cr8ph 29 днів тому

      Yang antropomorfis itu mujassimah bukan asyariyyah

    • @iTopology
      @iTopology 29 днів тому +1

      @@Abdulaziz-cr8ph intinya kan selama Anda antropomorfis ya mau mujassimah asy'ariyyah atau apalah tetap aja berpikir Tuhan seperti makhluk. Dengan mengatakan Tuhan tidak boleh diatas, maka sama saja dengan memasukkan Tuhan ke dalam konteks ruang dan waktu walaupun niat awal asy'ariyyah ingin mengeluarkan Tuhan dari konteks manusiawi itu. Namun pikiran manusia terikat dengan konteks ruang dan waktu, tidak akan pernah bisa berpikir diluar itu. JANGAN BERPIKIR TUHAN MERUANG SELAYAKNYA MANUSIA. Sebagai contoh, apakah Anda dapat membayangkan kekosongan murni? Sebagian besar orang akan mengatakan hitam, walau hitam bukanlah warna, tapi ia adalah prakondisi cahaya yang mensyaratkan ruang. Apabila Anda mengatakan Tuhan ada diluar alam semesta untuk menghindari hukum alam, sama saja, Anda berangkat dari logika ruang dan waktu. Tidak perlu dipertanyakan, apalagi di takwil, imani saja. Allaah SWT sendiri yang mengatakan Dia di langit. Sekali lagi; JANGAN BERPIKIR TUHAN MERUANG DAN MEWAKTU SELAYAKNYA MAKHLUK!

  • @gunturprawito6151
    @gunturprawito6151 Рік тому +1

    tidak ngawur karena Ustadz Firanda mengambil dri kitab mereka langsung

  • @tidarasiozoii9573
    @tidarasiozoii9573 5 місяців тому +1

    Alangkah ribetnya pemikiran seperti itu dan tidak juga membuat semakin jelas tapi semakin jelimet, ujung2nya bingung sendiri dan malah bisa melemahkan keimanan akan kebenaran Al Quran dan hadist.

  • @abdullahsalleh9008
    @abdullahsalleh9008 2 місяці тому

    Akidah asyairah nyambung sampey sohabat atau tidak? Kalau nyambung ahlusunnah. Kalau ngak nyambung mau bilang apa?

  • @mhhamzah4765
    @mhhamzah4765 Рік тому

    Dipersilahkan untuk belajar lebih luas dan lebih dalam. Mengapa Kita Harus Belajar Ilmu Aqidah
    ua-cam.com/video/TrgslYyrYmM/v-deo.htmlsi=fj-CTEBSwS0Ee14p

    • @bammahar8817
      @bammahar8817 2 місяці тому

      Menyurung orang belajar aqidah kepada orang yang sudah tamat S1,S2,S3 bidang ilmu aqidah dengan predikat SUMA CUMLAUDE, lulusan Universitas Islam Madinah, dan mengajar ilmu syar'iy di masjid nabawi

  • @harlanfelani3905
    @harlanfelani3905 11 місяців тому

    Orang ngajarin aqidah.menyanggah aqidah asyariyyah,tapi bingung sendiri.Hanya ngomong mondar mandir tak berdasar...

  • @mochamadarif983
    @mochamadarif983 22 дні тому +1

    waspada................khowarij......... mujasimah.

  • @MasjidBaniSolanTV
    @MasjidBaniSolanTV Рік тому

    18:03 padahal sifat bashor menurut asyairoh adalah sifat wajib bagi Alloh, termasuk sifat 20, tidak boleh membodohi ummat ya

  • @jamsheadlight
    @jamsheadlight 6 місяців тому

    Kadang ustadz ini gk sportif juga 😂 menjelaskan sifat fi'liyah kok jd gitu , yg ditakwil it sifat fi'li yg kalau difahami secara tekstual berakibat muncul pemahaman seolah Allah swt itu seperti makhluk , contoh Ayat ayat tentang yadullah, istawa, wajh , mata , betis , dan semisal nya , yg kalau difahami secara tkstual menjadi seolah Allah swt tersusun dari arkan / bagian bagian yg itu semua memerlukan konsekwensi bentuk bentuk yang memerlukan ruang , tolong dong Tadz sportif , kalau beda faham ya sampaikan secara Bijak

  • @HaryantoSMP1PaliyanGK
    @HaryantoSMP1PaliyanGK 3 роки тому

    *Pertama,* sebetulnya ada hadits dari Nabi Saw tentang keutamaan keluarga al-asyariyin dan insya Allah Imam Abu Hasan al-asyari termasuk didalamnya karena keturunan dekatnya (sahabat Abu Musa al-asyari).
    *Kedua,* di kitab Imam Suyuthi yang meriwayatkan tentang mimpi berjumpa Nabi baik dari kalangan para sahabat dan orang-orang shaleh (sudah diterjemahkan) ----- antara lain Imam Abu Hasan Al-Asy’ari disebutkan;
    Pada permulaan bulan Ramadhan, Abu Hasan Al-Asy’ari tidur dan bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. Beliau berkata, “Wahai Al-Asy’ari, tolonglah pendapat-pendapat yang diriwayatkan diriku, karena itu benar.” Setelah terbangun, Abu Hasan Al-Asy’ari merasakan bahwa pesan dalam mimpi itu sangat berat. Di pertengahan bulan Ramadhan, Abu Hasan Al-Asy’ari bermimpi lagi bertemu Nabi Muhammad SAW dan beliau berkata “Apakah sudah melakukan perintahku dulu?” Abu Hasan Al-Asy’ari pun menjawab, “Aku telah memberikan pengertian yang benar terhadap pendapat-pendapat yang diriwayatkan dirimu”. Nabi SAW pun berkata, “Tolonglah, pendapat-pendapat yang diriwayatkan dariku, karena itu benar!”.
    Abu Hasan Al-Asy’ari masih terasa berat untuk mengikuti serta menindaklanjuti mimpinya. Sehingga Abu Hasan Al-Asy’ari berkesimpulan untuk meninggalkan ilmu kalam dan berkonsentrasi kepada hadits dan Al-Qur’an. Di malam ke-27 Ramadhan, Abu Hasan Al-Asy’ari terserang hawa kantuk yang luar biasa. Dia pun tertidur dan bermimpi. Di mimpinya yang ketiga, Abu Hasan Al-Asy’ari bertemu dengan Nabi Muhammad SAW yang ketiga kalinya. Dia pun berkata “Apakah kamu sudah melaksanakan perintahku dulu!.” Abu Hasan Al-Asy’ari pun menjawabnya, “Aku telah meninggalkan ilmu kalam, dan aku berkosentrasi kepada Al-Qur’an dan Hadits.
    Nabi Muhammad SAW berkata, “Aku tidak menyuruhmu untuk meninggalkan ilmu kalam. Tetapi aku hanya memerintahmu untuk menolong pendapat-pendapat yang diriwayatkan dariku, karena itu yang benar”. Abu Hasan Al-Asy’ari pun menjawabnya, “Wahai Rasulullah, bagaimana aku meninggalkan mazhab yang telah aku ketahui masalah-masalah dan dalil-dalilnya sejak tiga puluh tahun yang lalu hanya karena mimpi?”. Nabi Muhammad SAW berkata, “Andaikan aku tahu bahwa Allah SWT akan menolongmu dengan pertolongan-Nya. “
    Setelah bangun dari tidur , Abu Hasan Al-Asy’ari berkata, “Selain kebenaran pasti hanya dengan ru’yah, syafaat dan lain-lain”. Anehnya setelah peristiwa itu, banyak orang yang mengkaji masalah itu.

    • @sallehman107
      @sallehman107 2 роки тому

      Hadis dhoif jidan ka atau dhoif ringan ka hadis shahi ka saudara?

    • @HaryantoSMP1PaliyanGK
      @HaryantoSMP1PaliyanGK 2 роки тому

      @@sallehman107
      Itu dari riwayat Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi ada silahkan dicari sendiri.

    • @HaryantoSMP1PaliyanGK
      @HaryantoSMP1PaliyanGK 2 роки тому +1

      Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ketika turun ayat dari Surat Al-Maidah: 54, Rasulullah memberitakannya sambil menepuk pundak sahabat Abu Musa al-Asy’ari, seraya bersabda: “Mereka (kaum tersebut) adalah kaum orang ini!!”. Dari hadits ini para ulama menyimpulkan bahwa kaum yang dipuji dalam ayat di atas tidak lain adalah kaum Asy’ariyyah, karena sahabat Abu Musa al-Asy’ari adalah moyang dari al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari.
      Dalam penafsiran firman Allah di atas: “Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah....” (QS. Al-Ma’idah: 54), al-Imâm Mujahid berkata: “Mereka adalah kaum dari negeri Saba’ (Yaman)”. Kemudian al-Hâfizh Ibn Asakir dalam Tabyîn Kadzib al-Muftarî menambahkan: “Dan orang-orang Asy’ariyyah adalah kaum yang berasal dari negeri Saba’".
      Penafsiran ayat di atas bahwa kaum yang dicintai Allah dan mencintai Allah tersebut adalah kaum Asy’ariyyah telah dinyatakan pula oleh para ulama terkemuka dari para ahli hadits. Lebih dari cukup bagi kita bahwa hal itu telah dinyatakan oleh orang sekelas al-Imâm al-Hâfizh Ibn Asakir dalam kitab Tabyîn Kadzib al-Muftarî. Beliau adalah seorang ahli hadits terkemuka (Afdlal al-Muhaditsîn) di seluruh daratan Syam pada masanya. Al-Imâm Tajuddin as-Subki dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah menuliskan: “Ibn Asakir adalah termasuk orang-orang pilihan dari umat ini, baik dalam ilmunya, agamanya, maupun dalam hafalannya. Setelah al-Imâm ad-Daraquthni tidak ada lagi orang yang sangat kuat dalam hafalan selain Ibn Asakir. Semua orang sepakat akan hal ini, baik mereka yang sejalan dengan Ibn Asakir sendiri, atau mereka yang memusuhinya”.
      Lebih dari pada itu Ibn Asakir sendiri dalam kitab Tabyîn Kadzib al-Muftarî telah mengutip pernyataan para ulama hadits terkemuka (Huffâzh al-Hadîts) sebelumnya yang telah menafsirkan ayat tersebut demikian, di antaranya ahli hadits terkemuka al-Imâm al-Hâfizh Abu Bakar al-Bayhaqi penulis kitab Sunan al-Bayhaqi dan berbagai karya besar lainnya.
      Al-Hâfizh Ibn Asakir dalam Tabyîn Kadzib al-Muftarî menuliskan pernyataan al-Imâm al-Bayhaqi dengan sanad-nya dari Yahya ibn Fadlillah al-Umari, dari Makky ibn Allan, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami al-Hâfizh Abu al-Qasim ad-Damasyqi, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami Syaikh Abu Abdillah Muhammad ibn al-Fadl al-Furawy, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami al-Hâfizh Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain ibn Ali al-Bayhaqi, bahwa ia (al-Bayhaqi) berkata:
      “Sesungguhnya sebagian para Imam kaum Asy’ariyyah semoga Allah merahmati mereka mengingatkanku dengan sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Iyadl al-Asy’ari, bahwa ketika turun firman Allah: (Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah) QS. Al-Ma’idah: 54, Rasulullah kemudian berisyarat kepada sahabat Abu Musa al-Asy’ari, seraya berkata: “Mereka adalah kaum orang ini”. Dalam hadits ini terdapat isyarat akan keutamaan dan derajat mulia bagi al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari, karena tidak lain beliau adalah berasal dari kaum dan keturunan sahabat Abu Musa al-Asy’ari. Mereka adalah kaum yang beri karunia ilmu dan pemahaman yang benar. Lebih khusus lagi mereka adalah kaum yang memiliki kekuatan dalam membela sunah-sunnah Rasulullah dan memerangi berbagai macam bid’ah. Mereka memiliki dalil-dalil yang kuat dalam memerangi bebagai kebatilan dan kesesatan. Dengan demikian pujian dalam ayat di atas terhadap kaum Asy’ariyyah, bahwa mereka kaum yang dicintai Allah dan mencintai Allah, adalah karena telah terbukti bahwa akidah yang mereka yakini sebagai akidah yang hak, dan bahwa ajaran agama yang mereka bawa sebagai ajaran yang benar, serta terbukti bahwa mereka adalah kaum yang memiliki kayakinan yang sangat kuat. Maka siapapun yang di dalam akidahnya mengikuti ajaran-ajaran mereka, artinya dalam konsep meniadakan keserupaan Allah dengan segala makhluk-Nya, dan dalam metode memegang teguh al-Qur’an dan Sunnah, sesuai dan sejalan dengan faham-faham Asy’ariyyah maka ia berarti termasuk dari golongan mereka”
      Al-Imâm Tajuddin as-Subki dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah mengomentari pernyataan al-Imâm al-Bayhaqi di atas, berkata:
      “Kita katakan; -tanpa kita memastikan bahwa ini benar-benar maksud Rasulullah-, bahwa ketika Rasulullah menepuk punggung sahabat Abu Musa al-Asy’ari, sebagaimana dalam hadits di atas, seakan beliau sudah mengisyaratkan akan adanya kabar gembira bahwa kelak akan lahir dari keturunannya yang ke sembilan al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari. Sesungguhnya Rasulullah itu dalam setiap ucapannya terdapat berbagai isyarat yang tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang yang mendapat karunia petunjuk Allah. Dan mereka itu adalah orang yang kuat dalam ilmu (ar-Râsikhûn Fi al-‘Ilm) dan memiliki mata hati yang cerah. Firman Allah: “Seorang yang oleh Allah tidak dijadikan petunjuk baginya, maka sama sekali ia tidak akan mendapatkan petunjuk” (QS. An-Nur: 40)”

    • @HaryantoSMP1PaliyanGK
      @HaryantoSMP1PaliyanGK 2 роки тому +2

      @@sallehman107
      Tentang _hadits dhoif_ sebetulnya tidak seharusnya kita selalu berprasangka jelek. Jangan alergi dengan _hadits dhoif_ kawan. Ulama-ulama generasi _salaf_ terdahulu bahkan tidak membeda-mbedakan derajat hadits dan tetap berprasangka baik _(husnudzan)_ bahwa _hadits shahih, hasan,_ dan _dhoif_ adalah perkataan Nabi Muhammad SAW. Ini adab ulama-ulama salaf. Bahkan *Imam Bukhari* sendiri juga mengamalkan _hadits dhoif._ Yang penting bukan _hadits maudlu_ (palsu).
      Penting untuk diketahui, derajat _hadits dhoif_ itu masih lebih tinggi daripada _qiyas_ atau pendapat para ulama. Dengan kata lain derajat _hadits dhoif,_ masih lebih tinggi daripada pendapatnya Imam Syafii, Imam Ghazali, apalagi pendapatnya Albani, Bin Baz dan semisalnya --- masih lebih tinggi _hadits dhoif_ kedudukannya dalam hukum agama.
      *Imam Bukhari* banyak mencantumkan _hadits dhaif,_ di kitabnya yang lain _(Kitab Adabul Mufrad),_ sementara ulama-ulama zaman sekarang apa-apa serba _shahih_ saja yang dicantumkan, alasannya lebih ilmiah _(valid, shahih),_ setelah dunia Arab diperkenalkan metodologi ilmiah dari Barat pada masa penjajahan.
      Padahal ulama-ulama _salaf_ terdahulu dan _jumhur ulama_ (mayoritas Ulama Islam) menganjurkan untuk mengamalkan juga _hadits dhoif_ selama hadits tersebut berisi nasehat dan ajakan-ajakan kebaikan _(Fadhilah Amal)._
      Diantaranya yang terkenal tegas menyatakan hal ini adalah *Imam Nawawi,* kitab-kitab beliau juga sangat populer di dunia Islam khususnya di tanah air kita seperti _Riyadhus Sholihin, Arba'in Nawawiyah dan Al-Adzkar_
      Imam *Bukhari* pengarang _Shahih Al-Bhukari_ bahkan tak segan-segan mencantumkan lebih dari 200 _hadits dhoif_ di dalam kitabnya yang lain yang berjudul _Adabul Mufrad_ --- ini kitab yang berisikan adab keseharian seorang muslim dalam mengarungi kehidupan dunia. Ini menunjukkan bahwa Imam Bukhari yang sangat mengerti mana _shahih_ dan mana _dhoif,_ beliau justru tidak alergi kepada _hadits dhoif._
      *Ibnu Katsir,* seorang pakar hadits dan sekaligus ahli tafsir AlQuran dalam tafsirnya yang sangat terkenal, bahkan juga mencantumkan begitu banyak _hadits dhoif_ untuk memperkuat argumennya dalam menafsirkan sebuah ayat.
      *Imam Ahmad bin Hambal,* pemuka Madzhab Hambali yang menghapal satu juta hadits bahkan menyatakan, “Hadits dhaif itu lebih baik daripada qiyas.” Beliau bahkan menjadikan _hadits dhoif_ sebagai landasan untuk menentukan sebuah ketentuan hukum saat tidak ditemukan _hadits shahih_ yang menjelaskannya.
      Kesimpulannya, _hadits dhoif_ adalah ucapan Nabi, bukan hadits palsu, dan sehubungan dengan anjuran kebajikan dan arahan untuk beramal saleh, mayoritas ulama _(jumhur ulama)_ sepakat agar umat Islam jangan alergi atau _suudzan_ dengan ucapan Nabi, walaupun _dhoif,_ yang penting bukan _hadits maudlu_ (palsu)..

    • @sallehman107
      @sallehman107 2 роки тому

      @@HaryantoSMP1PaliyanGK setahu saya dhoif ringan memang sepakat boleh amal sebagai langkah berhati hati tetapi dhoif jidan spt dhoif mungkar setahu sya memang ditinggalkan dan tak boleh beramal dgn nya... Dhoif jidan memang tak boleh sandarkan pada nabi... Cuba antum rujuk lagi...

  • @mdsulaimanerman1974
    @mdsulaimanerman1974 10 місяців тому

    Lungsuri lah video KH M Idrus Ramli untuk memahami kebenaran Aqidah Asyariah yg sebenar nya. Tolak fahaman wahabi salafi

  • @nizamchannel190
    @nizamchannel190 Рік тому

    Khawarij

  • @Isa-vr3qg
    @Isa-vr3qg 10 місяців тому

    baca google? ulama itu ilmunya ada dalam hati dan otak

  • @abdurrachman_asySyafiiy
    @abdurrachman_asySyafiiy 2 роки тому +2

    Penjelasan ngawur ..

    • @smda3705
      @smda3705 Рік тому

      🤣😂😂 itu kitabnya Asy-ariyyah yang mensifatkan tuhan sebagaimana benda mati.

    • @tsalabahabah
      @tsalabahabah Рік тому

      Lu sok tau,

    • @ulvahusna5220
      @ulvahusna5220 9 місяців тому

      Memang mbak. Yg dibaca ustadz firanda itu kitabnya kaum Asy'ari. Memang ngawur kitabnya.

  • @user-iw2gg7pl9b
    @user-iw2gg7pl9b Рік тому

    Ora masuk akal