الحمد لله Masi ada ust yang cerdas dan tegas dan luas pembahasannya .semoga Alloh subhanahu wataalaa selalu memberikan kesehatan dan kekuatan Aaamiiiin
Luar biasa cerdas , bijak Dan berhati2 dalam mengambil pandangan ... masyaaAllah, beliau dai muda yg cerdas, asset ummat ke depan.. Betul2 menguasai kitab2 para ulama kibari zaman dahulu Dan juga yg kontemporer...👍
Assalamu'alaikum wr wb Semoga orang2 yg belum mengerti ahlulsunnah dan Wahabi dapat mengerti dan diberi hidayah melalui mendengar tausiah ustad ini.aamiin.
@@mahmudarif8007 Eh... Kebalik banget itu coyyyy, gak malu lu, semuaaaa amalan lu gak ada yg bener² berusaha mencontoh Nabi ﷺ, Sahabat, Tabi'in, Tabi'ut tabi'in termasuk imam 4 madzhab...
Subhanallah, Ustadz2 Manhaj Salaf, bukan hanya cerdas cerdas, argumentasinya logis dan rasional, tetapi juga penjelasannya, mudah diterima dan tidak berbelit Belit, bacaan kitabnya sangat kaya dan ucapannya santun tanpa menghujat....Jazakallah khair Pak Ustadz.
Bukan hanya cerdas, tapi akidahnya dari asas yang benar. Makanya amat mudah difahami kuliahnya. Berbeda dengan asatizah yang akidahnya dari sumber yang asasnya tidak benar, dari akidah ahlul kalam.
@@zulkiflibjmwah hebat,antum bisa menilai bahwa ustadz tidak cerdas, berarti antum pasti lebih cerdas, hmmm ustadz ini banyak menguasai kitab kitab ulama klasik .anda pasti lebih banyak menguasai kitab kitab ulama lebih banyak. Hmmm bagi bagi ilmunya dong.
Masyaallah.. sangat jelas dan mumtaz penjelasan ustadz muhajir, ingin skali mau tinggal di kota banda aceh krn ingin menghadiri di majlis ustadz ustadz salafi
Perkataan Ali tanpa sanad Allah ada tanpa tempat di jadikan hujjah oleh asyairoh tapi hadits sahih Allah di langit ditolak dengan alasan hadits ahad. Super sekali ya.... 😅
Addien itu periwayatan dng literatur yg sangat jelas , terbukalah utk dikoreksi , selagi dalil / hujjahnya sangat jelas , bukan ngotot dng jumlah yg besar
Barokallohufika ya ustadz..kami mengambil paedah dari ilmu yg anda sampaikan..bongkar aqidah rusak dan kita bangun aqidah yg kokoh aqidah salaf..aqidah firqotunnajiah..ahlusunnah waljamaah.
@@gibranalfarizi5898 salaflah yang paling tinggi adabnya. Adab paling utama adalah adab terhadap Allaah سبحانه وتعالى dan adab terhadap Rasul صلى الله عليه وسلم utusan Allaah, antaranya ; Menerima dan mengimani segala khabar tentang Allaah سبحانه وتعالى yang dibawa oleh Rasulullaah صلى الله عليه وسلم walaupun bertntangan dgn logika akal. Mentaati perintah Allaah سبحانه وتعالى yang di sampaikan oleh Rasulullaah صلى الله عليه وسلم dan meninggalkan larangannya. Menahan diri dari memasukkan ke dalam agama Islam, sesuatu yang bukan dari agama Islam yang ditinggalkan oleh Rasulullaah صلى الله عليه وسلم dan para sahabat رضي الله عنهم. Karena tindakan itu menunjukkan keraguan terhadap kesempurnaan agama Islam dan keraguan terhadap kesempurnaan Rasulullaah صلى الله عليه وسلم dalam menjalankan tugas beliau.
@@gibranalfarizi5898 ngomong adab tapi ga punya adab terhadap allah dan rasulnya.... Seenaknya sendiri menolak dan memplinter ayat dan hadist nabi dengan suul dzon nya...😂😂😂
Akidah Imam Malik رحمه الله Al Imam Malik bin Anas رحمه (179 H) ketika ditanya tentang makna: الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (Qs. Thoha: 5) berkata, كما وصف نفسه، ولا يقال كيفَ وكَيْفَ عنه مرفوعٌ "Sebagaimana Ia mensifati Dzat-Nya dan tidak boleh dikatakan bagaimana (istiwa'nya), dan kaif (sifat makhluk) itu mustahil bagi Allâh ﷻ." _(Diriwayatkan oleh al Hafidz al Bayhaqi dalam kitab al Asma' wa as Shifat)_ Makna perkataan al Imam Malik bin Anas. رحمه الله adalah: Allah _'ala al Arsy istawa_ sebagaimana Allâh ﷻ mensifati Dzat-Nya. Wajib meyakini bahwa Allâh ﷻ memiliki sifat al Istiwa' 'ala al Arsy, karena ada nashnya dalam al Quran di antaranya dalam Qs Thoha: 5. Namun beliau menjelaskan bahwa al Istiwa' dalam ayat tersebut bukan sifat makhluk seperti duduk dan bersemayam, sehingga tidak boleh dipertanyakan bagaimana Istiwa' Allâh ﷻ? Al Istiwa' yang merupakan sifat makhluk seperti duduk dan bersemayam adalah mustahil bagi Allâh ﷻ. *Catatan:* Riwayat ini adalah riwayat yang tsabit dari Imam Malik bin Anas رحمه الله, diriwayatkan oleh Al Hafidz al Baihaqi dengan sanad Jayyid sebagaimana dijelaskan oleh al Hafidz Ibnu Hajar al Atsqalani dalam kitab Fathul Bari. Sedangkan riwayat yang sering dinukil oleh Sekte Wahhabi bahwa Imam Malik رحمه الله berkata, والكيف مجهول Adalah riwayat yang tidak tsabit dari al Imam Malik رحمه الله. Dengan riwayat ini mereka mena'wilkan, bahwa Allâh ﷻ itu bersemayam tetapi tidak diketahui bagaimana tata caranya. Mereka menetapkan kaifiyah (sifat makhluk), tetapi mereka tidak tahu tata caranya. Al-Imam Qadhi al-Qudlat Nashiruddin Ibnu al Munayyir al-Iskandari al-Maliki dalam _kitab al-Muntaqa Fi Syaraf al-Musthafa_ menjelaskan ketiadaan tempat dan arah bagi Allâh ﷻ: ولهذا أشار مالك رحمه االله تعالى في قوله صلى االله عليه وسلم: "لا تفضلوني على يونس بن متى"، فقال مالك: إنما خص يونس للتنبيه على التنزيه لأنه صلى الله عليه وسلم رفع إلى نسبة واحدة، ولو كان الفضل بالمكان لكان . العرش ويونس عليه السلام هبط إلى قاموس البحر ونسبتهما مع ذلك من حيث الجهة إلى الحقّ جل جلاله ثم أخذ الإمام ناصر الدين يبدي أن الفضل بالمكانة لا بالمكان، Bagi penjelasan penafian tempat dan arah bagi Allâh ﷻ ini, Imam Malik رحمه الله memberikan petunjuk dengan sabda Rasulullah ﷺ: لا تفضلوني على يونس بن متى. (Jangan kalian agung-agungkan aku di atas nabi Yunus). Imam Malik رحمه الله berkata, “Sesungguhnya penyebutan secara khusus dengan Nabi Yunus. عليه السلام adalah untuk memberikan pemahaman kesucian Allâh ﷻ dari tempat, oleh karena Nabi Muhammad ﷺ diangkat ke arah atas hingga ke Arsy, sementara Nabi Yunus diturunkan ke arah bawah hingga ke kedalaman lautan, namun demikian arah keduanya sama saja bagi Allâh ﷻ. Artinya dua arah tersebut salah satunya tidak lebih utama dari lainnya, dan Nabi Muhammad ﷺ Muhammad dan nabi Yunus عليه السلام adalah sama Nabiyullah). Seandainya keutamaan itu semata-mata dengan tempat dan arah maka tentu Nabi ﷺ lebih dekat -dari segi jarak- kepada Allâh ﷻ daripada Nabi Yunus عليه السلام, dan tentunya Rasulullah ﷺ tidak akan melarang melebih-lebihkan beliau dengan Nabi Yunus. Kemudian al-Imam Nashiruddin menjelaskan bahwa keutamaan itu adalah dengan derajat, bukan dengan tempat." _(Ithaf sadah juz 2 hal. 171)_ *** Rasulullah ﷺ bersabda, يُوشِكُ أَنْ يَضْرِبَ النَّاسُ أَكْبَادَ الإِبِلِ يَطْلُبُونَ الْعِلْمَ فَلاَ يَجِدُونَ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنْ عَالِمِ الْمَدِينَةِ. Hampir saja orang-orang mengencangkan untanya untuk menuntut ilmu, mereka tidak mendapatkan seorang Alim yang lebih berilmu dari Alim Madinah." (Hr. Tirmdizi dan Ahmad) Berkenaan dengan hadits tersebut, Sufyan bin 'Uyainah رحمه الله dan para ulama menyimpulkan, bahwa yang dimaksud adalah Imam Malik bin Anas رحمه الله, perintis Mazhab Maliki yang juga seorang guru Imam asy-Syafi’i رحمه الله. Sebab hanya Imam Malik رحمه الله di antara empat Imam Mazhab yang menetap di Madinah, sehingga beliau digelari dengan Imam Dar al-Hijrah (Imam Kota Madinah). والله اعام ____________________ *Institut Manajemen Nubuwwah* (ÎMÂN)
Dalam kitab akidah Asy'ariyah sendiri yaitu Jawahirul Kalamiyah dinyatakan : س: مَا الْمُرَادُ بِالْاِسْتِوَاءِ فِيْ قَوْلِهِ سُبْحَانَهُ: الرَّحْمنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوى؟ ج: الْمُرَادُ بِهِ اسْتِوَاءٌ يَلِيْقُ بِجَلَالِ الرَّحْمنِ جَلَّ وَ عَلَا، فَالْاِسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ، وَ الْكَيْفُ مَجْهُوْلٌ، وَ اسْتِوَاؤُهُ عَلَى الْعَرْشِ لَيْسَ كَاسْتِوَاءِ الْإِنْسَان عَلَى السَّفِيْنَةِ أَوْ ظَهْرِ الدَّابَّةِ، أَوِ السَّرِيْرِ مَثَلًا، فَمَنْ تَصَوَّرَ مِثْلَ ذلِكَ فَهُوَ مِمَّنْ غَلَبَ عَلَيْهِ الْوَهْمُ، لِأَنَّهُ شَبَّهَ الْخَالِقَ بِالْمَخْلُوْقَاتِ، مَعَ أَنَّهُ قَدْ ثَبَتَ فِي الْعَقْلِ وَ النَّقْلِ أَنَّهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ فَكَمَا أَنَّ ذَاتَهُ لَا تُشَابِهُ ذَاتَ شَيْءٍ مِنَ الْمَخْلُوْقَاتِ كذلِكَ مَا يُنْسَبُ إِلَيْهِ سُبْحَانَهُ لَا يُشَابِهُ شَيْئًا مِمَّا يُنْسَبُ إِلَيْهَا. Soal: Apakah yang dimaksud dengan perkataan “Istiwā’” dalam firman Allah s.w.t.: “Allah yang Maha Pemurah yang beristiwa di atas ‘Arsy.” (Thāhā: 5). Jawab: Yang dimaksud beristiwanya Allah di atas arsy ialah istawa di atas arsy yang sesuai dengan keagungan Allah yang Maha Pemurah, Maha Tinggi, dan Maha Luhur. Tentang pengertian beristawa itu telah dimaklumi sedangkan bagaimana caranya (al kaifu) tidak dapat diketahui (majhul). Dan beristiwanya Allah di atas ‘Arsy tidaklah seperti bersemayamnya manusia di atas kapal, atau punggung binatang, atau di atas singgasana. Barang siapa yang menggambarkan seperti itu, maka ia termasuk orang yang dikalahkan oleh prasangkanya, karena sesungguhnya ia telah menyamakan Dzāt Pencipta dengan makhluk. Padahal telah pasti menurut pandangan akal dan dalil naqli (al-Qur’ān dan Ḥadīts) bahwa sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang menyamai Allah s.w.t. sebagaimana Dzāt Allah tidak menyerupai dengan dzāt apapun dari makhluk-Nya, maka demikian juga apa yang disandarkan kepada Allah s.w.t. itu tidak menyerupai dengan apa yang disandarkan kepada para makhluk-Nya. س: كَيْفَ نُثْبِتُ شَيْئًا، ثُمَّ نَقُوْلُ الْكَيْفُ فِيْهِ مَجْهُوْلٌ؟ ج: هذَا غَيْرُ مُسْتَغْرَبٍ فَإِنَّا نَعْلَمُ أَنَّ نُفُوْسَنَا مُتَّصِفَةٌ بِصِفَاتٍ كَالْعِلْمِ وَ الْقُدْرَةِ وَ الْإِرَادَةِ، مَعَ أَنَّا لَا نَعْلَمُ كَيْفِيَّةَ قِيَامِ هذِهِ الصِّفَاتِ بِهَا، بَلْ إِنَّا نَسْمَعُ وَ نُبْصِرُ، وَ لَا نَعْلَمُ كَيْفِيَّةَ حُصُوْلِ السَّمْعِ وَ الْأَبْصَارِ، بَلْ أَنَّنَا نَتَكَلَّمُ، وَ لَا نَعْلَمُ كَيْفَ صَدَرَ مِنَّا الْكَلَامُ، فَإِنَّ عِلْمَنَا شَيْئًا مِنْ ذلِكَ فَقَدْ غَابَتْ عَنَّا أَشْيَاءُ، وَ مِثْلُ هذَا لَا يُحْصَى فَإِذَا كَانَ هذَا فِيْمَا يُضَافُ إِلَيْنَا فَكَيْفَ الْحَالُ فِيْمَا يُضَافُ إِلَيْهِ سُبْحَانَهُ. Soal: Bagaimanakah kita menetapkan sifat istawa Allah tersebut, kemudian mengatakan: Adapun mengenai caranya maka kita tidak mengetahui? Jawab: Keadaan seperti ini tidak aneh, karena kita mengetahui sesungguhnya (jika kita ingin memahaminya bahwa) diri kita juga mempunyai beberapa sifat, seperti sifat: mengetahui, kuasa, dan berkehendak. Padahal kita tidak mengetahui bagaimana caranya sifat-sifat itu berada pada diri kita. Bahkan, ketika kita mendengar dan melihat sesungguhnya kita tidak mengetahui bagaimana cara timbulnya pendengaran dan penglihatan itu. Lebih-lebih timbulnya kita berbicara, sesungguhnya tidak kita ketahui bagaimana sampai timbul pembicaraan itu. Kalau hal itu sudah kita ketahui, maka kenyataan lain yang tidak dapat kita ketahui, sungguh tak terhitung banyaknya. Kalau hal ini sudah kita sadari, maka bagaimanakah keadaan yang terdapat pada diri Allah s.w.t.? س: إِلَى مَنْ يُتْسَبُ مَا ذَكَرْتَهُ فِيْ مَعْنَى الْاِسْتِوَاءِ؟ ج: يُنْسَبُ ذلِكَ إِلَى جُمْهُوْرِ السَّلَفِ، وَ أَمَّا الْخَلَفُ فَأَكْثَرُهُمْ يُفَسِّرُوْنَ الْاِسْتِوَاءَ بِالْاِسْتِيْلَاءِ Soal: Yang disebutkan tentang arti “beristawa" itu didasarkan atas pendapat siapa? Jawab: Penyebutan itu didasarkan pada pendapat para ulama Salaf yang shalih (mutaqaddimīn). Adapun ulama Khalaf (muta’akhkhirīn) maka kebanyakan mereka menakwilkan perkataan “beristawa” dengan “berkuasa”. س: أَيُّ الْمَذْهَبَيْنِ أَرْبَعُ؟ ج: مَذْهَبُ السَّلَفِ أَرْجَحُ لِأَنَّهُ أَسْلَمُ وَ أَحْكَمُ Soal: Dari kedua pendapat itu, manakah yang lebih kuat? Jawab: Pendapat ulama Salaf (manhaj Salaf) lebih kuat, karena pendapat ini lebih selamat dan lebih bijaksana.
Akidah Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله Al Imam Al Mujtahid Ahmad bin Hanbal رحمه الله (w. 241 H) berkata, مهما تصورت ببالك فالله بخلاف ذلك "Apapun yang tergambar dalam benakmu (tentang Allâh ﷻ), maka Allâh ﷻ berbeda dengan itu." _(Diriwayatkan dari al Imam Ahmad oleh Abu al Hasan at Tamimi al Hanbali dalam kitab I'tiqod al Imam Al Mubajjal Ahmad ibn Hanbal)_ Al Imam Tsauban bin Ibrahim Dzun Nun al Mishriy رحمه الله (w. 179 H) berkata, ﻣﻬﻤﺎ ﺗﺼﻮّﺭ ﻓِﻲ ﻭﻫْﻤﻚ ﻓﺎﻟﻠﻪ ﺑﺨﻼﻑ ﺫﻟﻚ “Apapun yang tergambar dalam angan-anganmu (tentang Allâh ﷻ), maka Allâh ﷻ berbeda dari itu." _(Diriwayatkan dari Dzun Nun al Mishriy oleh al Hafidz Ibnu Asakir dalam kitab Tarikh Dimasqa cet. Dar Fikr 17/404. Tarikh al Islam adz Dzahabi cet. Dar Kitab Arabiy 18/268. _Siyar A'lam Nubala adz Dzahabi cet. Muassasah ar Risalah 11/535)_ Allâh ﷻ berbeda dengan apa yang tergambar, terpikirkan dan terbayang dalam benak kita. Karena setiap yang tergambar dalam benak kita adalah benda yang disifati dengan sifat benda (bertempat, berarah, memiliki bentuk dan ukuran, memiliki warna dan seterusnya). Akal manusia tidak bisa menjangkau dan mengetahui hakekat Allâh ﷻ. Karena hakekat Allâh ﷻ bukan benda, sementara yang tergambar dan terpikir dalam benak adalah benda. Karena itu ummat Islam dilarang untuk berpikir, membayangkan dan menggambarkan Allâh ﷻ. Rasulullah ﷺ bersabda, لا فِكْرَةَ في الرَّبِّ "Tidak boleh berfikir tentang Tuhan." _(Diriwayatkan al Hafidz as Suyuthi dalam kitab Tafsirnya)_ Ibnu Abbas رضي الله عنهم berkata, تفكروا في كل شىء ولا تفكروا في ذات الله "Berfikirlah tentang tentang segala sesuatu dan jangan berfikir tentang Dzat Allah." _(Diriwayatkan oleh Al Hafidz al Bayhaqi dalam kitab al Asma was Shifat)_ والله أعلمُ بالـصـواب _______________ *Institut Manajemen Nubuwwah* (ÎMÂN)
BENAR saudaraku. Banyak sumber penjelasan aqidah dari generasi salafussholeh, antara lain imam Malik dan imam Hambali. Insya Allah keduanya bersumber dari pemahaman Rasulullah. Kita tinggalkan aqidah yg menyelisihinya.
Dan org2 asy'ary tdklh metakwil sifat2 Alloh kecuali setelah memikirkn, membayangkn n menganalogikan Alloh dg makhluk mkanya mrk mewajibkn takwil untuk menyelamatkn diri dari mujassimah dan musyabbihah krn hakekatnya mrk tlh terjerumus menjadi mujassimah n musysbbihah sblm mentakwil
@@abdwahab1043kalian sering membanggakan sanad. Tolong tunjukkan sanadnya bahwa metode takwil tentang sifat Allah bersambung sampai Rasulullah! Terima kasih.
Kebersamaan Allah dengan mahluknya adalah ilmunya, kuasa nya, bukan Zatnya. Zat Allah terpisah dr mahluknya. (Prof. Dr. Muhammad Muhsin Khan dan Muhammad Taqiuddin Al Hilali: The Noble Qur'an) Keyakinan yg mengatakan Zat Tuhan menyatu dgn mahluknya sesuai dgn teologi yunani kuno, thales, heraklitus dll. Mereka bilang tuhan ada dimana mana. Pendapat Al Asy ari mirip pantheisme). Wallahualam.
Aqidah Asy'ariyah Muthaakhirin menamakan dirinya ASWAJA (Asli Warisan Jahmiyah). Itu tepat sekali karena aqidah keduanya (Asy'ariyah Muthaakhirin dan Jahmiyah) sama² menolak aqidah Allah tinggi diatas arsyNya.
Alhamdulillah terjawab sudah unek2 hati ini akidah Imam safii dan pikihnya di ikuti oleh salafi maka jauh dari berbuat bid, ah yg di lakukan banyak org di jaman sekarang
Akidah Imam Abu Hanifah رحمه الله Al Imam Al Mujtahid Abu Hanifah an Nu'man bin Tsabit رحمه الله (150 H) berkata, وَاللهُ تَعَالى يُرَى فِي الآخِرَة، وَيَرَاهُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَهُمْ فِي الْجَنّةِ بِأعْيُنِ رُؤُوسِهِمْ بلاَ تَشْبِيْهٍ ولا كميّة وَلاَ يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ خَلْقِهِ مَسَافَة. “Dan kelak orang-orang mukmin di surga nanti akan melihat Allah dengan mata kepala mereka sendiri. Mereka melihat-Nya tanpa adanya keserupaan (tasybih), tanpa sifat-sifat benda (Kayfiyyah), tanpa kammiyyah (ukuran), serta tanpa adanya jarak antara Allah dan orang-orang mukmin tersebut (bahwa Allah ada tanpa tempat, tidak di dalam atau di luar surga, tidak di atas, bawah, belakang, depan, samping kanan ataupun samping kiri)." _(Al Fiqh al Akbar)_ Selanjutnya Imam Abu Hanifah رحمه الله berkata, ولقاء الله تعالى لأهل الجنة حق بلا كيف ولا تشبيه ولا جهة “Bertemu dengan Allah bagi penduduk surga adalah kebenaran. Hal itu tanpa dengan Kayfiyyah (tanpa sifat sifat benda), dan tanpa tasybih (tanpa adanya keserupaan dengan makhluk), dan juga tanpa arah.” _(Al-Washiyyah ~ Imam Abu Hanifah)_ Dalam al-Fiqh al-Absath, Imam Abu Hanifah رحمه الله menulis: قُلْتُ: أرَأيْتَ لَوْ قِيْلَ أيْنَ اللهُ؟ يُقَالُ لَهُ: كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلاَ مَكَانَ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ، وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أيْن وَلاَ خَلْقٌ وَلاَ شَىءٌ، وَهُوَ خَالِقُ كُلّ شَىءٍ.“ Aku katakan, :Tahukah engkau jika ada orang berkata; 'Di manakah Allah?' Jawablah: Dia Allâh ﷻ ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada. Allâh ﷻ ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan sebelum segala suatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta segala sesuatu.” Kemudian pada bagian lain dari al-Washiyyah, beliau menuliskan: وَنُقِرّ بِأنّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى مِنْ غَيْرِ أنْ يَكُوْنَ لَهُ حَاجَةٌ إليْهِ وَاسْتِقْرَارٌ عَلَيْهِ، وَهُوَ حَافِظُ العَرْشِ وَغَيْرِ العَرْشِ مِنْ غَبْرِ احْتِيَاجٍ، فَلَوْ كَانَ مُحْتَاجًا لَمَا قَدَرَ عَلَى إيْجَادِ العَالَمِ وَتَدْبِيْرِهِ كَالْمَخْلُوقِيْنَ، وَلَوْ كَانَ مُحْتَاجًا إلَى الجُلُوْسِ وَالقَرَارِ فَقَبْلَ خَلْقِ العَرْشِ أيْنَ كَانَ الله، تَعَالَى اللهُ عَنْ ذَلِكَ عُلُوّا كَبِيْرًا. “Kita menetapkan sifat Istiwa bagi Allah pada arsy, bukan dalam pengertian Dia membutuhkan kepada arsy tersebut, juga bukan dalam pengertian bahwa Dia bertempat atau bersemayam di arsy. Allâh ﷻ yang memelihara Arsy dan memelihara selain Arsy, maka Dia tidak membutuhkan kepada makhluk-makhluk-Nya tersebut. Karena jika Allâh ﷻ membutuhkan kepada makhluk-Nya, maka berarti Dia tidak mampu untuk menciptakan alam ini dan mengaturnya. Dan jika Dia tidak mampu atau lemah maka berarti sama dengan makhluk-Nya sendiri. Dengan demikian jika Allâh ﷻ membutuhkan untuk duduk atau bertempat di atas Arsy, lalu sebelum menciptakan arsy dimanakah Dia? (Jika sebelum menciptakan Arsy Dia tanpa tempat, dan setelah menciptakan arsy Dia berada di atasnya, berarti Dia berubah, sementara perubahan adalah sifat makhluk). Allâh Maha Suci dari pada itu semua dengan kesucian yang agung.” _(al-Washiyyah dalam kumpulan risalah-risalah Imam Abu Hanifah, ditahqiq oleh Muhammad Zahid al-Kautsari juga dikutip oleh Mullah Ali al-Qari dalam Syarh al-Fiqhul Akbar)_ Imam Abu Hanifah رحمه الله yang sempat berguru kepada Sahabat Nabi ﷺ meyakini bahwa Allâh ﷻ ada tanpa tempat tanpa arah. Lalu dari mana asal Aqidah kaum Mujassimah Musyabbih Wahhabi yang meyakini bahwa Allâh ﷻ bertempat? Para kaum sesat tersebut tidak akan mendapatkan pembenaran dalam Islam atas kesesatan mereka. *** Di antara mukjizat Rasulullah ﷺ adalah hal-hal atau peristiwa yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi yang telah disabdakan oleh Rasulullah ﷺ adalah wahyu dari Allâh ﷻ. Maksudnya segala kalimat yang disampaikan bukan semata-mata timbul dari hawa nafsu. Sebagaimana firman Allâh ﷻ: وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلاَّوَحْيٌ يُوحَى (النجم: 3-4) “Dan tidaklah dia Muhammad ﷺ berkata-kata dari hawa nafsunya, sesungguhnya tidak lain kata-katanya tersebut adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (Qs. An-Najm: 3-4) Di antara pemberitaan Rasulullah ﷺ adalah: لَوْ كَانَ الْعِلْمُ مُعَلَّقًا بِالثّريَّا لَتنَالَهُ رِجَالٌ مِنْ أبْنَاءِ فَارِسٍ “Seandainya ilmu itu tergantung di atas bintang-bintang Tsurayya maka benar-benar ia akan diraih oleh orang-orang dari keturunan Persia.” (Al Jama'ah) Para ulama menyimpulkan bahwa yang dimaksud oleh hadits tersebut adalah Imam Abu Hanifah رحمه الله, karena hanya beliau di antara Imam mujtahid yang empat yang berasal dari daratan Persia. Imam Abu Hanifah telah belajar langsung kepada tujuh orang sahabat Rasulullah ﷺ dan kepada 93 ulama terkemuka dari kalangan tabi’in. Tujuh orang sahabat Rasulullah ﷺ tersebut adalah; Abu ath-Thufail Amir ibn Watsilah al-Kinani, Anas Ibnu Malik al-Anshari, Harmas Ibnu Ziyad al-Bahili, Mahmud ibn Rabi’ al-Anshari, Mahmud Ibnu Labid al-Asyhali, Abdullah ibn Busyr al-Mazini, dan Abdullah Ibnu Abi al-Awfa al-Aslami رضي الله عنهم. والله اعلم ___________________ *Institut Manajemen Nubuwwah* (ÎMÂN)
Anda menerangkan kalau Asy'ari abad ke 8.ber arti anda ngarang2.abad ke 8 itu ibn taymiah.sedangkan Asy'ari itu abad ke 3.jelas anda fitnah.anda wahabi tapi membahas aqidah Asy'ari.benar2 lucu. Perkataan anda akan anda pertanggung jawab kan di hadapan Allah kelak di akhirat.
ini baru ustadz bermanhaj salaf,,,,,sy sdh nyimak 3 part video perselisihan Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah dgn Asy'ariyah,,,,,ilmiah dan keren,,,,,mantap ustadz,,,,seperti yg sy kutip dari ustadz somad,,,,beliau fiqih imam Syafii,,,Akidah Asy'ariyah Maturudiyah,,,,dan Tarekat Sufi Naqsabandiyah,,,,,hahaha
Dakwah ijma memang bikin pusying, karena kita ga tau tentang yg ghaib, dan sanad aja bercabang-cabang.. Perbaikin sholat aja dulu.. Takut sama Allah Subhanahu wa Ta'ala.. Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui.. Oh ya Ustadz, terimakasih penjelasannya, semoga kita termasuk orang-orang yang di jalan lurus aamiin.. 🤲
Kalau Tidak mau nekoh2 pilih Iman Syafii. Insya Allah kita selamat dunia akhirat. Asyari awal nya dipengaruhi ayahnya yang berpaham Mu'tazila walaupun di akhir hidupnya ikut Iman Syafii
Alhamdulillah ... ustadz.. bgmn kalo tanya jawab tersebut dibukukan, kmdn dijawab dengan referensi kitab2 asy sya'iroh... bab brp .. sukur2 halaman berapa, supaya sodara2 kita yang asy sya'iroh, yang benar2 ingin cari kebenaran , bisa mengecek sendiri. Syukron ustadz, semoga Alloh menjaga ustadz.
Aqidah Imam Syafi'i رحمه الله Imam asy-Syafi’i رحمه الله (204 H) berkata, واعلموا أن الله تعالى لا مكان له، والدليل عليه هو أن الله تعالى كان ولا مكان له فخلق المكان وهو على صفته الأزلية كما كان قبل خلقه المكان. “Ketahuilah bahwa Allâh ﷻ tidak bertempat. Dalil atas ini adalah bahwa Dia ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Setelah menciptakan tempat Dia tetap pada sifat-Nya yang Azali sebelum menciptakan tempat, Allah ada tanpa tempat." _(Kitab al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar)_ Al-Imam Abu Sa’id al-Mutawalli asy-Syafi’i (w 478 H) dalam _kitab al-Ghunyah Fi Ushuliddin_ menulis: والدليل على أنه مستغن عن المحل أنه لوافتقر إلى المحل لزم أن يكون المحل قديمًا لأنه قديم، أو يكون حادثًا كما أن المحلحادث، وكلاهما كفر Dalil akal bahwa Allah Maha Suci dari tempat adalah karena apabila ia membutuhkan kepada tempat, maka berarti tempat tersebut adalah qadim sebagaimana Allah Qadim. Atau sebaliknya, bila Allâh ﷻ membutkan tempat maka berarti Allâh ﷻ baru sebagaimana tempat itu sendiri baru. Dan kedua pendapat semacam ini adalah keyakinan kufur. ________________ *Institut Manajemen Nubuwwah* (ÎMÂN)
oh tak boleh mengatakn Allah subhanawata'la bertempat dan arah ya, trus ketika nabi shalallahu'laihiwassallam bertanya kepada seorang budak di mana Allah Ta'la kemudian budak itu berkata di langit sambil mengarahkn jarinya ke atas kemudian nabi shalallahu'alaihiwassallam mengatakn engkau benar, itu menurutmu gimana? bukankah langit itu tempat bahkan hadist jariyah ini dijadikn imam asyafi'i sebagai dalil syarat apabila ingin membebaskn seorang budak, trus gimana menurutmu perkataan umul mu'minin umu habibah yang mengatakn kepada istri2 nabi shalallahu'laihiwassallam yang lainya kamu semua yang menikakn kamu dngn rosul shalallahu'laihiwassallam adalah bapak2 kamu adapun saya telah dinikahkan langsung oleh Allah ta'ala dari atas langit yang tujuh, bukankah langit yng 7 tempat? dan bagimana pula perkataan abu hanifah yg mengatakn barang siapa yg mengingkari Allah ta'ala di atas langit maka dia kapir?dan bagaiman pula perkataan imam malik istiwak ma'lum/di ketahwi? dan bagaimana dgn perkataan imam asyafi'i aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak di ibadahi melainkan Allah dan nabi Muhammad adalah hamba dan rosul Allah, dan Allah tinggi diatas 'arasyNya diatas langitNya?dan perkataan imam ahmad bin hambal Allah tinggi diatas 'arasyNya adapun 'ilmuNya di setiap tmpat? mereka para salafi tk pernah bilang Allah ta'ala di atas 'arasy di atas langit dgn pengertian menempat kata tempat disini hanya untuk mengetahwi khabar yang datang dari Allah ta'ala dan rosulnya jangn bilang Allah tk boleh dikatakn bertempat qoidah yang Kalian pakai itu bisa memakan diri Kalian sendiri mau buktinya? kalian pernahkn mengatakn Allah itu tmpat cuma kalian sadar atau tidak saja coba kalian perhatikan ketika kalian membaca Alquran surat Al ikhlas ayat dua abila kalian membaca artinya maka kalian akan mengatakn Allah tempat bergantungnya seluruh makhluk disitu kalian mengatan Allah itu tempat padahal tempat adalah makhluk yang baru kenapa kalian mengatakn Allah itu tmpat? satu lagi saya mau nanya kalian dn salafi sama2 mengakui kalau zat Allah adalah yang maha besar tapi Kalian tidak sepakat dgn salafi zat Allah yang maha tinggi, setelah dalil nakli coba kita gunakn dalil akli kalau Allah dikatakn zat yang maha besar trus zat siapa pula yang maha tinggi kalau bukan Allah? sedangkan Allah kita sepakat maha sempurna trus kalau salafi mengatakn Allah maha tinggi zatnya apakah sifat maha tinggi itu sifat kekurangan menurut kalian? kalau maha besar sifat kesempunaan maha tinggi juga adalah sifat kesempunaan tidak ada zat yang layak di katakan maha besar dan maha tinggi melainkan Allah subhanawata'ala waallahua'lam
11:05 kayak bible nih... Liat koh Dondy tan... Ambil yg tahun lama th 1600an, trs ambil yg baru² ini, beda jauh.... 😊 16:31 Allah dulu tidak ada apapun sebelumnya dan Allah masih spt kondisi yg dulu... Kata ibnu hajar, nukilan ini tidak pernah diketahui dari satupun kitab hadits. Buat Asya'iroh... Kita terima teori anda itu... Allah dulu... Tidak ada apapun sebelumnya... ini oke... Trs ... Sekarang setelah Allah ciptakan makhluk, Allah masih spt kondisi yg dulu... oke... Trs dimana posisi makhluk, boleh nggak makhluk dibawah Allah? Kalau boleh berarti selesai, Allah diatas seluruh makhluk. 18:02 Al-Muzani juga pernah menyatakan: لاَ يَصِحُّ لِأَحَدٍ تَوْحِيْدٌ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ اللهَ عَلَى الْعَرْشِ بِصِفَاتِهِ *_"Tidak sah tauhid seseorang hingga ia mengetahui bahwa Allah di atas ‘Arsy dengan Sifat-SifatNya"_* (al-‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar karya adz-Dzahaby (1/186)). 30:26 😮
Akidah As'ariyyah wal maturidiyah merupakan Akidah Ahlus sunnah wa jamaah dan terbesar sedunia,,mari saling menghormati dan menghargai jgn saling menghina dan saling mencela hanya karena perbedaan ,,ikuti ulama dan habaib yg sanad keilmuan nya bersambung kpd Rasulullah saw...
Setuju, saudaraku. Tolong tunjukkan sanad keilmuan metode takwil terkait Istiwa’ Allah di atas Arsy yg bersambung hingga Rasulullah. Terima kasih, saudaraku.
Memang Asya'irah boleh claim sebagai kelompok Ahli sunnah,namun adakah anda yakin diakhirat nanti kelompok inilah yg nabi maksudkan satu Firqah yg masuk syurga.Jika nabi tidak pernah mentakwil ayat quran mengapa ada imam yg mentakwilnya, terlalu banyak perselisihan dalam Asya'irah
Saya tersentak dengan pernyataan Ustadz pada menit 3:35 dipertegas lagi pada menit 10:14 "... akidah al-asya'irah tidak dibangun di atas asas dan metodologi yang kuat". Pernyataan ini wajib dipertanggungjawabkan secara ilmiyah. Sehingga tidak menjadi "beban kedustaan" yang akan Ustadz pikul selamanya dan pada akhirnya akan digugat oleh seluruh Penganut Asyaa'irah di hari pengadilan kelak. Mayoritas ummat Islam Indonesia, NU misalnya, menganut madzhab Asy'ariyah dalam akidah. Mayoritas Pesantren di In donesia, menganut madzhab Asy'ariyah dalam akidah.
Menurut pendapat sebagian ulama akidah asyariya /maturidiyah dan akidah Ibnu Taimiyah dg tri tauhidnya adalah masing2 ada kekurangannya dan kelemahannya. Intinya adalah asma/sifat2 Allah tidak terbatas atau tak terhingga tak boleh dibatasi hanya 99 saja.Walahualam.
*Islam di Antara Kebodohan Guru dan Fanatisme Murid* Salah satu penyakit yang paling sering menyerang pemahaman para juru dakwah dan aktifis Islam adalah mengidentikkan antara pendapat pribadi mereka dengan agama Islam. Dalam pandangan mereka, semua pendapat dan pandangan subjektif yang lahir dari otak mereka adalah Islam. Kemudian, luas agama Islam itu dipenjara sedemikan rupa hanya sebatas apa yang mereka pahami saja. Di luar itu dianggap bukan Islam dan harus diperangi. Kalau baru sampai disitu barangkali masih belum terlalu jadi masalah. Sebab kenyataannya memang banyak sekali umat Islam yang sangat awam dan punya pemikiran seperti itu. Tetapi pemikiran semacam ini menjadi gawat kalau bersemayam di dalam kepala para juru dakwah dan aktifisnya. Sebab mereka punya banyak murid yang biasanya merupakan pengikut fanatik, karakter yang selalu ditumbuhkan adalah mengamini semua yang keluar dari mulut gurunya serta setia selalu membela sang guru. Buat mereka, sama sekali tidak penting lagi apakah gurunya itu benar atau keliru. Dan mereka pun tidak terlalu peduli apakah wawasan dan ruang lingkup keilmuan guru mereka itu bermasalah atau tidak. Yang mereka tahu hanya bagaimana menjadi pembela sang guru. Dan membela sang guru berarti membela agama Islam. Titik. Sayangnya sang guru pun kurang bijaksana. Mereka mendapat dukungan fanatik dari para murid, jadinya malah bersikap besar kepala, sombong dan merasa besar. Ujung-ujungnya seringkali main vonis sendiri seenaknya. Maka tidak sedikit para guru yang sejatinya merupakan juru dakwah dan aktifis yang terlalu mudah bersikap antipati pada pendapat siapa pun yang tidak sejalan dengan pendapatnya. Bahkan pendapat yang tidak disukainya itu dengan mudah dijatuhi vonis sebagai bukan Islam. Lebih jauh lagi, karena punya kekuatan masa, secara masif diajaknya para pendukung fanafik itu untuk memerangi pendapat lain yang tidak disukainya itu. Dan semua diberi legitimasi sebagai bagian dari perjuangan dan dakwah Islam. Padahal duduk masalah yang diributkan sebenarnya bukan perbedaan antara Islam dan bukan Islam. Yang diributkan ternyata sekedar perbedaan pendapat di kalangan ulama yang sudah ada sejak masa lalu. Bahkan ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits nabi pun memberi peluang atas perbedaan itu. Kalau saja mereka sedikit belajar dan memandang lebih luas, maka apa yang selama ini dijadikan komoditas materi dakwah ternyata sekedar ribut-ribut tanpa ilmu yang sama sekali tidak produktif dan hanya menyakiti hati sesama muslim saja. Sayangnya, karena wawasan dan ilmu yang sangat terbatas, yang dia kenal hanya satu versi saja. Versi-versi lain yang tidak dikenalnya selama ini, langsung dicap sebagai bukan Islam. Kalau sudah begini, seringkali aktifitas dakwah dan gerakan-gerakan di dalamnya akan menjadi kurang efektif dan buang-buang energi. Kita jadi sibuk perang pada wilayah yang sebenarnya kurang penting dan tidak prinsipil. Menang tidak menambah pahala dan kalah pun cuma bikin dendam saja. Inilah fenomena paling menyakitkan yang melanda umat Islam saat ini. Kalau dulu Rasulullah SAW dan para shahabat berjihad melawan orang kafir harbi, sekarang kita justru sibuk memerangi umat dan pengikut Nabi Muhammad SAW sendiri. Wal 'Iyadzu billah. Hari ini di hampir semua lini, kita tidak lagi berperang melawan orang kafir yang sesungguhnya, tetapi kita justru sibuk membunuh dan memerangi sesama muslim. Di level dakwah, kita makin asyik menjadikan saudara muslim kita sendiri sebagai musuh. Lalu kita sibuk bertengkar, mencaci, menghujat, memaki, melecehkan, menuduh saudara kita sendiri, yang nota bene sama-sama mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Konten dakwah kita berubah dari mengajak kepada Islam menjadi senjata untuk menghabisi kehormatan sesama muslim. Materi dakwah bukan lagi mengajak kita mendalami Islam, tetapi sekedar menjadi bumbu-bumbu penyedap untuk mengunyah daging saudara kita sendiri dengan lahap.
Nun di kejauhan sana, orang-orang kafir lagi asyik menonton kita, umat Rasulullah SAW, yang lagi sibuk saling memukul, saling menggebuk, saling balas dendam dan mewariskan dendam kesumat untuk saling berperang dengan sesamanya. Orang-orang kafir itu sekarang bisa duduk santai, tidak perlu kerja keras lagi. Toh, lawan-lawannya sedang sibuk perang sendiri-sendiri. Islam di antara kebodohan guru dan fanatisme murid.✍🏽💊
Masya Allah, kajiannya daging semua.
Barokallahu fiikum ustadz.
Semoga Allah menjaga anda dan kita diatas akidah ahli hadits...
MasyaALLAH tabarokALLAH... Allah titipkan ilmu kepada ustadz ini..
Semoga ALLAH subhanahuwata'ala Merahmati
Semoga ummat muslim dinegara ini semakin jelas yang mana ahlusunnah yg sesungguhnya.
Semoga para ust. Selalu dalam lindungan Allah.
Aamiin ya Allah.
Fiqh mengikuti albani generasi Khalaf, aqidah mengikuti wahhabiyah najdiyah generasi Khalaf😂😂😂 mana salafnya?? 😂😂
Alhamdullilah. Terima kasih ilmunya ustadz. Jazakallahu fiik.
Alhamdulillah semoga Allah menjaga ustatz ustatz yang istiqamah diatas Sunnah...Aamiin..
Masya'allah . Subhanallah . Uztad sangat bagus literatur nya . Insya Allah jama'ah mendapat Rahmat Allah . Amin .
MasyaAllah... Semoga Allah memberkahi ilmunya UstaZ
الحمد لله Masi ada ust yang cerdas dan tegas dan luas pembahasannya .semoga Alloh subhanahu wataalaa selalu memberikan kesehatan dan kekuatan Aaamiiiin
Luar biasa cerdas , bijak Dan berhati2 dalam mengambil pandangan ...
masyaaAllah, beliau dai muda yg cerdas, asset ummat ke depan..
Betul2 menguasai kitab2 para ulama kibari zaman dahulu Dan juga yg kontemporer...👍
Hebat argument dan penjelasan Ustad...baru kali ini sy dengar penjelasan yg rinci tentang Asharyah...
Semoga Allah swt memberkati ustaz muhajir
subhanallah... semoga berkah ilmunya...
Assalamu'alaikum wr wb
Semoga orang2 yg belum mengerti ahlulsunnah dan Wahabi dapat mengerti dan diberi hidayah melalui mendengar tausiah ustad ini.aamiin.
wahabi.....hati2 aliran bi'd ah
@@mahmudarif8007
Eh... Kebalik banget itu coyyyy, gak malu lu, semuaaaa amalan lu gak ada yg bener² berusaha mencontoh Nabi ﷺ, Sahabat, Tabi'in, Tabi'ut tabi'in termasuk imam 4 madzhab...
Anda nonton ustadz kok menilai ustadz ? Lucu
Smg Allohu Ta'ala merahmati ustadz aamiin ya Robb
Masya Alloh dlm menjelaskan secara ilmiah, agar umat faham mana yg haq dan yg batil..
Subhanallah, Ustadz2 Manhaj Salaf, bukan hanya cerdas cerdas, argumentasinya logis dan rasional, tetapi juga penjelasannya, mudah diterima dan tidak berbelit Belit, bacaan kitabnya sangat kaya dan ucapannya santun tanpa menghujat....Jazakallah khair Pak Ustadz.
Top uztad . Ini perlu 'harus didengungkan secara terus menerus utk bangsa ini baik bagi ummat pengusaan liratur uztad yg sangat kuat sangat baik .
Mantab ustadz" 👍
Smg ustadz ini mendapat ampunan dan Rahmat di hari akhirat Kelak🤲
Ust ini menurut saya sangat cerdas, semoga Allah melimpahkan rahmatNya kpd ust ini dan kepada kita semua, amiin.
Bukan hanya cerdas, tapi akidahnya dari asas yang benar. Makanya amat mudah difahami kuliahnya. Berbeda dengan asatizah yang akidahnya dari sumber yang asasnya tidak benar, dari akidah ahlul kalam.
Didak ada daging tidak ada cerdasnya yang ada hanya tipu daya dengan jargon yang mengadu2 antara ah llus sunnah dan asyarlll
@@zulkiflibjm tim mahluk halu muncul
@@SamsuriAW ml
@@zulkiflibjmwah hebat,antum bisa menilai bahwa ustadz tidak cerdas, berarti antum pasti lebih cerdas, hmmm ustadz ini banyak menguasai kitab kitab ulama klasik .anda pasti lebih banyak menguasai kitab kitab ulama lebih banyak. Hmmm bagi bagi ilmunya dong.
Ya Allah istiqomahkan ust. Muhajir di atas aqidah yg lurus.......amin
Semoga dilindungi oleh Allah,dan selalu tegak selalu dengan ilmunya,dan aqidahnya yg lurus
Aamiin
Aamiin ya rabbal'alamin
Assyairah muktahirin tidak mengikuti aqidahnya Imam Abu Hassan Assyaari...tetapi mengikuti aqidahnya Ar Razi..
aamiin
Sejuknya dengar cerama ini tidak ad kebencian tidak ad saling mnjelekkan satu sama lain
Trimksih ustaz penjelasanya sangat bermanfaat..dn ilmiah..
MASHAALLAH lengkap dan jelas sekali perkataan ustad ini, ilmiah dan halus bahasanya. gk liat gagap sedkitpun
Masaallah pandangan ust luas sekali semoga allah menjaga anda dan menambahkan ilmunua
Barakallahu fiik... Ustadz Muhajir. Insyaa Allah ilmunya sangat bermanfaat bagi kami yang awam ini.
Baru dapat vidio ini, belum pernah saya dengar dan liat ust ini sebelumnya tp sy langsung tertarik dgn cara penyampaian.. hafidzakallah ust..
Masyaallah.. sangat jelas dan mumtaz penjelasan ustadz muhajir, ingin skali mau tinggal di kota banda aceh krn ingin menghadiri di majlis ustadz ustadz salafi
Makasih perkongsian ilmu yg adil...
maasya allah...
semoga ilmu ustadz muhajir berkah
Semoga ustadz selalu sehat dan Terima kasih atas ilmunya
Semoga ustadz Allah mampukan untuk belajar lebih banyak lagi sehingga ustadz akan menemukan kebenaran 🤲
barakallahu fiik pak ustadz....
Alhaduliillah tausiah sangat mentes
Perkataan Ali tanpa sanad Allah ada tanpa tempat di jadikan hujjah oleh asyairoh tapi hadits sahih Allah di langit ditolak dengan alasan hadits ahad.
Super sekali ya.... 😅
Addien itu periwayatan dng literatur yg sangat jelas , terbukalah utk dikoreksi , selagi dalil / hujjahnya sangat jelas , bukan ngotot dng jumlah yg besar
Allahu Akbar cerdas ustadz semoga Allah sllu menjgamu Aamiin Yaa Robb
Barokallohufika ya ustadz..kami mengambil paedah dari ilmu yg anda sampaikan..bongkar aqidah rusak dan kita bangun aqidah yg kokoh aqidah salaf..aqidah firqotunnajiah..ahlusunnah waljamaah.
🙈🙈🙈🤪🤪🤪😭😭😭salaf konon tapi Ilmu Adabnya nihil
@@gibranalfarizi5898 salaflah yang paling tinggi adabnya. Adab paling utama adalah adab terhadap Allaah سبحانه وتعالى dan adab terhadap Rasul صلى الله عليه وسلم utusan Allaah, antaranya ;
Menerima dan mengimani segala khabar tentang Allaah سبحانه وتعالى yang dibawa oleh Rasulullaah صلى الله عليه وسلم walaupun bertntangan dgn logika akal.
Mentaati perintah Allaah سبحانه وتعالى yang di sampaikan oleh Rasulullaah صلى الله عليه وسلم dan meninggalkan larangannya.
Menahan diri dari memasukkan ke dalam agama Islam, sesuatu yang bukan dari agama Islam yang ditinggalkan oleh Rasulullaah صلى الله عليه وسلم dan para sahabat رضي الله عنهم. Karena tindakan itu menunjukkan keraguan terhadap kesempurnaan agama Islam dan keraguan terhadap kesempurnaan Rasulullaah صلى الله عليه وسلم dalam menjalankan tugas beliau.
@@gibranalfarizi5898 ngomong adab tapi ga punya adab terhadap allah dan rasulnya....
Seenaknya sendiri menolak dan memplinter ayat dan hadist nabi dengan suul dzon nya...😂😂😂
Lagi kritikan aqidah sifat20 ua-cam.com/video/HnbbzvnhEWQ/v-deo.html
Lagi kritikan aqidah sifat20 ua-cam.com/video/HnbbzvnhEWQ/v-deo.html
Alhamdulillah jd paham Jazakallahu khoir ustadz
Jazakallah khoir ustadz
الله يحفظك يا استاذ الكريم و زادك الله علما و نفع بكم و المسلمين
MasyaAllah lugas dan gampang dipahami
Makasih byk ustaz...
Masyaalloh tabarokalloh ustad Muhajir menarik sekali, coba lebih baik berdiskusi dg ustad Idrus Ramli biar kami sbg jamaah jd faham
Masya Allah, mencerahkan sekali paparannya ustadz.
Akidah Imam Malik رحمه الله
Al Imam Malik bin Anas رحمه (179 H) ketika ditanya tentang makna: الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (Qs. Thoha: 5) berkata,
كما وصف نفسه، ولا يقال كيفَ وكَيْفَ عنه مرفوعٌ
"Sebagaimana Ia mensifati Dzat-Nya dan tidak boleh dikatakan bagaimana (istiwa'nya), dan kaif (sifat makhluk) itu mustahil bagi Allâh ﷻ." _(Diriwayatkan oleh al Hafidz al Bayhaqi dalam kitab al Asma' wa as Shifat)_
Makna perkataan al Imam Malik bin Anas. رحمه الله adalah:
Allah _'ala al Arsy istawa_ sebagaimana Allâh ﷻ mensifati Dzat-Nya.
Wajib meyakini bahwa Allâh ﷻ memiliki sifat al Istiwa' 'ala al Arsy, karena ada nashnya dalam al Quran di antaranya dalam Qs Thoha: 5.
Namun beliau menjelaskan bahwa al Istiwa' dalam ayat tersebut bukan sifat makhluk seperti duduk dan bersemayam, sehingga tidak boleh dipertanyakan bagaimana Istiwa' Allâh ﷻ?
Al Istiwa' yang merupakan sifat makhluk seperti duduk dan bersemayam adalah mustahil bagi Allâh ﷻ.
*Catatan:*
Riwayat ini adalah riwayat yang tsabit dari Imam Malik bin Anas رحمه الله, diriwayatkan oleh Al Hafidz al Baihaqi dengan sanad Jayyid sebagaimana dijelaskan oleh al Hafidz Ibnu Hajar al Atsqalani dalam kitab Fathul Bari.
Sedangkan riwayat yang sering dinukil oleh Sekte Wahhabi bahwa Imam Malik رحمه الله berkata,
والكيف مجهول
Adalah riwayat yang tidak tsabit dari al Imam Malik رحمه الله.
Dengan riwayat ini mereka mena'wilkan, bahwa Allâh ﷻ itu bersemayam tetapi tidak diketahui bagaimana tata caranya. Mereka menetapkan kaifiyah (sifat makhluk), tetapi mereka tidak tahu tata caranya.
Al-Imam Qadhi al-Qudlat Nashiruddin Ibnu al Munayyir al-Iskandari al-Maliki dalam _kitab al-Muntaqa Fi Syaraf al-Musthafa_ menjelaskan ketiadaan tempat dan arah bagi Allâh ﷻ:
ولهذا أشار مالك رحمه االله تعالى في قوله صلى االله عليه وسلم: "لا تفضلوني على يونس بن متى"،
فقال مالك: إنما خص يونس للتنبيه على التنزيه لأنه صلى الله عليه وسلم رفع إلى نسبة واحدة، ولو كان الفضل بالمكان لكان . العرش ويونس عليه السلام هبط إلى قاموس البحر ونسبتهما مع ذلك من حيث الجهة إلى الحقّ جل جلاله ثم أخذ الإمام ناصر الدين يبدي أن الفضل بالمكانة لا بالمكان،
Bagi penjelasan penafian tempat dan arah bagi Allâh ﷻ ini, Imam Malik رحمه الله memberikan petunjuk dengan sabda Rasulullah ﷺ:
لا تفضلوني على يونس بن متى.
(Jangan kalian agung-agungkan aku di atas nabi Yunus).
Imam Malik رحمه الله berkata, “Sesungguhnya penyebutan secara khusus dengan Nabi Yunus. عليه السلام adalah untuk memberikan pemahaman kesucian Allâh ﷻ dari tempat,
oleh karena Nabi Muhammad ﷺ diangkat ke arah atas hingga ke Arsy, sementara Nabi Yunus diturunkan ke arah bawah hingga ke kedalaman lautan, namun demikian arah keduanya sama saja bagi Allâh ﷻ. Artinya dua arah tersebut salah satunya tidak lebih utama dari lainnya, dan Nabi Muhammad ﷺ Muhammad dan nabi Yunus عليه السلام adalah sama Nabiyullah).
Seandainya keutamaan itu semata-mata dengan tempat dan arah maka tentu Nabi ﷺ lebih dekat -dari segi jarak- kepada Allâh ﷻ daripada Nabi Yunus عليه السلام, dan tentunya Rasulullah ﷺ tidak akan melarang melebih-lebihkan beliau dengan Nabi Yunus.
Kemudian al-Imam Nashiruddin
menjelaskan bahwa keutamaan itu adalah dengan derajat, bukan dengan tempat." _(Ithaf sadah juz 2 hal. 171)_
***
Rasulullah ﷺ bersabda,
يُوشِكُ أَنْ يَضْرِبَ النَّاسُ أَكْبَادَ الإِبِلِ يَطْلُبُونَ الْعِلْمَ فَلاَ يَجِدُونَ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنْ عَالِمِ الْمَدِينَةِ.
Hampir saja orang-orang mengencangkan untanya untuk menuntut ilmu, mereka tidak mendapatkan seorang Alim yang lebih berilmu dari Alim Madinah." (Hr. Tirmdizi dan Ahmad)
Berkenaan dengan hadits tersebut, Sufyan bin 'Uyainah رحمه الله dan para ulama menyimpulkan, bahwa yang dimaksud adalah Imam Malik bin Anas رحمه الله, perintis Mazhab Maliki yang juga seorang guru Imam asy-Syafi’i رحمه الله.
Sebab hanya Imam Malik رحمه الله di antara empat Imam Mazhab yang menetap di Madinah, sehingga beliau digelari dengan Imam Dar al-Hijrah (Imam Kota Madinah).
والله اعام
____________________
*Institut Manajemen Nubuwwah* (ÎMÂN)
Kajian ilmu
Dalam kitab akidah Asy'ariyah sendiri yaitu Jawahirul Kalamiyah dinyatakan :
س: مَا الْمُرَادُ بِالْاِسْتِوَاءِ فِيْ قَوْلِهِ سُبْحَانَهُ: الرَّحْمنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوى؟
ج: الْمُرَادُ بِهِ اسْتِوَاءٌ يَلِيْقُ بِجَلَالِ الرَّحْمنِ جَلَّ وَ عَلَا، فَالْاِسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ، وَ الْكَيْفُ مَجْهُوْلٌ، وَ اسْتِوَاؤُهُ عَلَى الْعَرْشِ لَيْسَ كَاسْتِوَاءِ الْإِنْسَان عَلَى السَّفِيْنَةِ أَوْ ظَهْرِ الدَّابَّةِ، أَوِ السَّرِيْرِ مَثَلًا، فَمَنْ تَصَوَّرَ مِثْلَ ذلِكَ فَهُوَ مِمَّنْ غَلَبَ عَلَيْهِ الْوَهْمُ، لِأَنَّهُ شَبَّهَ الْخَالِقَ بِالْمَخْلُوْقَاتِ، مَعَ أَنَّهُ قَدْ ثَبَتَ فِي الْعَقْلِ وَ النَّقْلِ أَنَّهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ فَكَمَا أَنَّ ذَاتَهُ لَا تُشَابِهُ ذَاتَ شَيْءٍ مِنَ الْمَخْلُوْقَاتِ كذلِكَ مَا يُنْسَبُ إِلَيْهِ سُبْحَانَهُ لَا يُشَابِهُ شَيْئًا مِمَّا يُنْسَبُ إِلَيْهَا.
Soal: Apakah yang dimaksud dengan perkataan “Istiwā’” dalam firman Allah s.w.t.: “Allah yang Maha Pemurah yang beristiwa di atas ‘Arsy.” (Thāhā: 5).
Jawab: Yang dimaksud beristiwanya Allah di atas arsy ialah istawa di atas arsy yang sesuai dengan keagungan Allah yang Maha Pemurah, Maha Tinggi, dan Maha Luhur.
Tentang pengertian beristawa itu telah dimaklumi sedangkan bagaimana caranya (al kaifu) tidak dapat diketahui (majhul).
Dan beristiwanya Allah di atas ‘Arsy tidaklah seperti bersemayamnya manusia di atas kapal, atau punggung binatang, atau di atas singgasana.
Barang siapa yang menggambarkan seperti itu, maka ia termasuk orang yang dikalahkan oleh prasangkanya, karena sesungguhnya ia telah menyamakan Dzāt Pencipta dengan makhluk.
Padahal telah pasti menurut pandangan akal dan dalil naqli (al-Qur’ān dan Ḥadīts) bahwa sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang menyamai Allah s.w.t. sebagaimana Dzāt Allah tidak menyerupai dengan dzāt apapun dari makhluk-Nya, maka demikian juga apa yang disandarkan kepada Allah s.w.t. itu tidak menyerupai dengan apa yang disandarkan kepada para makhluk-Nya.
س: كَيْفَ نُثْبِتُ شَيْئًا، ثُمَّ نَقُوْلُ الْكَيْفُ فِيْهِ مَجْهُوْلٌ؟
ج: هذَا غَيْرُ مُسْتَغْرَبٍ فَإِنَّا نَعْلَمُ أَنَّ نُفُوْسَنَا مُتَّصِفَةٌ بِصِفَاتٍ كَالْعِلْمِ وَ الْقُدْرَةِ وَ الْإِرَادَةِ، مَعَ أَنَّا لَا نَعْلَمُ كَيْفِيَّةَ قِيَامِ هذِهِ الصِّفَاتِ بِهَا، بَلْ إِنَّا نَسْمَعُ وَ نُبْصِرُ، وَ لَا نَعْلَمُ كَيْفِيَّةَ حُصُوْلِ السَّمْعِ وَ الْأَبْصَارِ، بَلْ أَنَّنَا نَتَكَلَّمُ، وَ لَا نَعْلَمُ كَيْفَ صَدَرَ مِنَّا الْكَلَامُ، فَإِنَّ عِلْمَنَا شَيْئًا مِنْ ذلِكَ فَقَدْ غَابَتْ عَنَّا أَشْيَاءُ، وَ مِثْلُ هذَا لَا يُحْصَى فَإِذَا كَانَ هذَا فِيْمَا يُضَافُ إِلَيْنَا فَكَيْفَ الْحَالُ فِيْمَا يُضَافُ إِلَيْهِ سُبْحَانَهُ.
Soal: Bagaimanakah kita menetapkan sifat istawa Allah tersebut, kemudian mengatakan: Adapun mengenai caranya maka kita tidak mengetahui?
Jawab: Keadaan seperti ini tidak aneh, karena kita mengetahui sesungguhnya (jika kita ingin memahaminya bahwa) diri kita juga mempunyai beberapa sifat, seperti sifat: mengetahui, kuasa, dan berkehendak. Padahal kita tidak mengetahui bagaimana caranya sifat-sifat itu berada pada diri kita. Bahkan, ketika kita mendengar dan melihat sesungguhnya kita tidak mengetahui bagaimana cara timbulnya pendengaran dan penglihatan itu. Lebih-lebih timbulnya kita berbicara, sesungguhnya tidak kita ketahui bagaimana sampai timbul pembicaraan itu.
Kalau hal itu sudah kita ketahui, maka kenyataan lain yang tidak dapat kita ketahui, sungguh tak terhitung banyaknya.
Kalau hal ini sudah kita sadari, maka bagaimanakah keadaan yang terdapat pada diri Allah s.w.t.?
س: إِلَى مَنْ يُتْسَبُ مَا ذَكَرْتَهُ فِيْ مَعْنَى الْاِسْتِوَاءِ؟
ج: يُنْسَبُ ذلِكَ إِلَى جُمْهُوْرِ السَّلَفِ، وَ أَمَّا الْخَلَفُ فَأَكْثَرُهُمْ يُفَسِّرُوْنَ الْاِسْتِوَاءَ بِالْاِسْتِيْلَاءِ
Soal: Yang disebutkan tentang arti “beristawa" itu didasarkan atas pendapat siapa?
Jawab: Penyebutan itu didasarkan pada pendapat para ulama Salaf yang shalih
(mutaqaddimīn).
Adapun ulama Khalaf (muta’akhkhirīn) maka kebanyakan mereka menakwilkan perkataan “beristawa” dengan “berkuasa”.
س: أَيُّ الْمَذْهَبَيْنِ أَرْبَعُ؟
ج: مَذْهَبُ السَّلَفِ أَرْجَحُ لِأَنَّهُ أَسْلَمُ وَ أَحْكَمُ
Soal: Dari kedua pendapat itu, manakah yang lebih kuat?
Jawab: Pendapat ulama Salaf (manhaj Salaf) lebih kuat, karena pendapat ini lebih selamat dan lebih bijaksana.
Barakallahu fiik ustadz
admin... boleh dishare kajian2 beliau yang lainnya terkait asyariyah?
Terimakasih atas wala' wal Bara'
Bendera wala' wal Bara' tetap berkibar
barakallahu fiik ustadz
Akidah Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله
Al Imam Al Mujtahid Ahmad bin Hanbal رحمه الله (w. 241 H) berkata,
مهما تصورت ببالك فالله بخلاف ذلك
"Apapun yang tergambar dalam benakmu (tentang Allâh ﷻ), maka Allâh ﷻ berbeda dengan itu."
_(Diriwayatkan dari al Imam Ahmad oleh Abu al Hasan at Tamimi al Hanbali dalam kitab I'tiqod al Imam Al Mubajjal Ahmad ibn Hanbal)_
Al Imam Tsauban bin Ibrahim Dzun Nun al Mishriy رحمه الله (w. 179 H) berkata,
ﻣﻬﻤﺎ ﺗﺼﻮّﺭ ﻓِﻲ ﻭﻫْﻤﻚ ﻓﺎﻟﻠﻪ ﺑﺨﻼﻑ ﺫﻟﻚ
“Apapun yang tergambar dalam angan-anganmu (tentang Allâh ﷻ), maka Allâh ﷻ berbeda dari itu."
_(Diriwayatkan dari Dzun Nun al Mishriy oleh al Hafidz Ibnu Asakir dalam kitab Tarikh Dimasqa cet. Dar Fikr 17/404. Tarikh al Islam adz Dzahabi cet. Dar Kitab Arabiy 18/268. _Siyar A'lam Nubala adz Dzahabi cet. Muassasah ar Risalah 11/535)_
Allâh ﷻ berbeda dengan apa yang tergambar, terpikirkan dan terbayang dalam benak kita. Karena setiap yang tergambar dalam benak kita adalah benda yang disifati dengan sifat benda (bertempat, berarah, memiliki bentuk dan ukuran, memiliki warna dan seterusnya).
Akal manusia tidak bisa menjangkau dan mengetahui hakekat Allâh ﷻ. Karena hakekat Allâh ﷻ bukan benda, sementara yang tergambar dan terpikir dalam benak adalah benda.
Karena itu ummat Islam dilarang untuk berpikir, membayangkan dan menggambarkan Allâh ﷻ.
Rasulullah ﷺ bersabda,
لا فِكْرَةَ في الرَّبِّ
"Tidak boleh berfikir tentang Tuhan."
_(Diriwayatkan al Hafidz as Suyuthi dalam kitab Tafsirnya)_
Ibnu Abbas رضي الله عنهم berkata,
تفكروا في كل شىء ولا تفكروا في ذات الله
"Berfikirlah tentang tentang segala sesuatu dan jangan berfikir tentang Dzat Allah."
_(Diriwayatkan oleh Al Hafidz al Bayhaqi dalam kitab al Asma was Shifat)_
والله أعلمُ بالـصـواب
_______________
*Institut Manajemen Nubuwwah* (ÎMÂN)
BENAR saudaraku. Banyak sumber penjelasan aqidah dari generasi salafussholeh, antara lain imam Malik dan imam Hambali. Insya Allah keduanya bersumber dari pemahaman Rasulullah. Kita tinggalkan aqidah yg menyelisihinya.
Dan org2 asy'ary tdklh metakwil sifat2 Alloh kecuali setelah memikirkn, membayangkn n menganalogikan Alloh dg makhluk mkanya mrk mewajibkn takwil untuk menyelamatkn diri dari mujassimah dan musyabbihah krn hakekatnya mrk tlh terjerumus menjadi mujassimah n musysbbihah sblm mentakwil
@@naturalchannel2827 boong lu,allahumma faqqihu fi din wa 'alim hu ta'wil
@@abdwahab1043kalian sering membanggakan sanad. Tolong tunjukkan sanadnya bahwa metode takwil tentang sifat Allah bersambung sampai Rasulullah! Terima kasih.
@@PelajarIslam-un4ck wkwkwk ente pernah dengar gak hadits nabi allahumma faqihhu fiddin wa 'alimhu ta'wil?
Ente minta sanad apa lagi 😂
Kebersamaan Allah dengan mahluknya adalah ilmunya, kuasa nya, bukan Zatnya. Zat Allah terpisah dr mahluknya. (Prof. Dr. Muhammad Muhsin Khan dan Muhammad Taqiuddin Al Hilali: The Noble Qur'an)
Keyakinan yg mengatakan Zat Tuhan menyatu dgn mahluknya sesuai dgn teologi yunani kuno, thales, heraklitus dll. Mereka bilang tuhan ada dimana mana. Pendapat Al Asy ari mirip pantheisme).
Wallahualam.
Aqidah Asy'ariyah Muthaakhirin menamakan dirinya ASWAJA (Asli Warisan Jahmiyah). Itu tepat sekali karena aqidah keduanya (Asy'ariyah Muthaakhirin dan Jahmiyah) sama² menolak aqidah Allah tinggi diatas arsyNya.
Ah, sok tahu ente. Ngomongnya nyaring, tpi kosong...
@@kangprabu84 ya nanti omongan ente jadi hujah di yaumil hisab...
Alhamdulillah terjawab sudah unek2 hati ini akidah Imam safii dan pikihnya di ikuti oleh salafi maka jauh dari berbuat bid, ah yg di lakukan banyak org di jaman sekarang
Akidah Imam Abu Hanifah رحمه الله
Al Imam Al Mujtahid Abu Hanifah an Nu'man bin Tsabit رحمه الله (150 H) berkata,
وَاللهُ تَعَالى يُرَى فِي الآخِرَة، وَيَرَاهُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَهُمْ فِي الْجَنّةِ بِأعْيُنِ رُؤُوسِهِمْ بلاَ تَشْبِيْهٍ ولا كميّة وَلاَ يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ خَلْقِهِ مَسَافَة.
“Dan kelak orang-orang mukmin di surga nanti akan melihat Allah dengan mata kepala mereka sendiri. Mereka melihat-Nya tanpa adanya keserupaan (tasybih), tanpa sifat-sifat benda (Kayfiyyah), tanpa kammiyyah (ukuran), serta tanpa adanya jarak antara Allah dan orang-orang mukmin tersebut (bahwa Allah ada tanpa tempat, tidak di dalam atau di luar surga, tidak di atas, bawah, belakang, depan, samping kanan ataupun samping kiri)." _(Al Fiqh al Akbar)_
Selanjutnya Imam Abu Hanifah رحمه الله berkata,
ولقاء الله تعالى لأهل الجنة حق بلا كيف ولا تشبيه ولا جهة
“Bertemu dengan Allah bagi penduduk surga adalah kebenaran. Hal itu tanpa dengan Kayfiyyah (tanpa sifat sifat benda), dan tanpa tasybih (tanpa adanya keserupaan dengan makhluk), dan juga tanpa arah.” _(Al-Washiyyah ~ Imam Abu Hanifah)_
Dalam al-Fiqh al-Absath, Imam Abu Hanifah رحمه الله menulis:
قُلْتُ: أرَأيْتَ لَوْ قِيْلَ أيْنَ اللهُ؟ يُقَالُ لَهُ: كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلاَ مَكَانَ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ، وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أيْن وَلاَ خَلْقٌ وَلاَ شَىءٌ، وَهُوَ خَالِقُ كُلّ شَىءٍ.“
Aku katakan, :Tahukah engkau jika ada orang berkata; 'Di manakah Allah?'
Jawablah: Dia Allâh ﷻ ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada.
Allâh ﷻ ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan sebelum segala suatu apapun.
Dan Dia adalah Pencipta segala sesuatu.”
Kemudian pada bagian lain dari al-Washiyyah, beliau menuliskan:
وَنُقِرّ بِأنّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى مِنْ غَيْرِ أنْ يَكُوْنَ لَهُ حَاجَةٌ إليْهِ وَاسْتِقْرَارٌ عَلَيْهِ، وَهُوَ حَافِظُ العَرْشِ وَغَيْرِ العَرْشِ مِنْ غَبْرِ احْتِيَاجٍ، فَلَوْ كَانَ مُحْتَاجًا لَمَا قَدَرَ عَلَى إيْجَادِ العَالَمِ وَتَدْبِيْرِهِ كَالْمَخْلُوقِيْنَ، وَلَوْ كَانَ مُحْتَاجًا إلَى الجُلُوْسِ وَالقَرَارِ فَقَبْلَ خَلْقِ العَرْشِ أيْنَ كَانَ الله، تَعَالَى اللهُ عَنْ ذَلِكَ عُلُوّا كَبِيْرًا.
“Kita menetapkan sifat Istiwa bagi Allah pada arsy, bukan dalam pengertian Dia membutuhkan kepada arsy tersebut, juga bukan dalam pengertian bahwa Dia bertempat atau bersemayam di arsy.
Allâh ﷻ yang memelihara Arsy dan memelihara selain Arsy, maka Dia tidak membutuhkan kepada makhluk-makhluk-Nya tersebut.
Karena jika Allâh ﷻ membutuhkan kepada makhluk-Nya, maka berarti Dia tidak mampu untuk menciptakan alam ini dan mengaturnya.
Dan jika Dia tidak mampu atau lemah maka berarti sama dengan makhluk-Nya sendiri.
Dengan demikian jika Allâh ﷻ membutuhkan untuk duduk atau bertempat di atas Arsy, lalu sebelum menciptakan arsy dimanakah Dia? (Jika sebelum menciptakan Arsy Dia tanpa tempat, dan setelah menciptakan arsy Dia berada di atasnya, berarti Dia berubah, sementara perubahan adalah sifat makhluk).
Allâh Maha Suci dari pada itu semua dengan kesucian yang agung.”
_(al-Washiyyah dalam kumpulan risalah-risalah Imam Abu Hanifah, ditahqiq oleh Muhammad Zahid al-Kautsari juga dikutip oleh Mullah Ali al-Qari dalam Syarh al-Fiqhul Akbar)_
Imam Abu Hanifah رحمه الله yang sempat berguru kepada Sahabat Nabi ﷺ meyakini bahwa Allâh ﷻ ada tanpa tempat tanpa arah.
Lalu dari mana asal Aqidah kaum Mujassimah Musyabbih Wahhabi yang meyakini bahwa Allâh ﷻ bertempat?
Para kaum sesat tersebut tidak akan mendapatkan pembenaran dalam Islam atas kesesatan mereka.
***
Di antara mukjizat Rasulullah ﷺ adalah hal-hal atau peristiwa yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi yang telah disabdakan oleh Rasulullah ﷺ adalah wahyu dari Allâh ﷻ. Maksudnya segala kalimat yang disampaikan bukan semata-mata timbul dari hawa nafsu.
Sebagaimana firman Allâh ﷻ:
وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلاَّوَحْيٌ يُوحَى (النجم: 3-4)
“Dan tidaklah dia Muhammad ﷺ berkata-kata dari hawa nafsunya, sesungguhnya tidak lain kata-katanya tersebut adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (Qs. An-Najm: 3-4)
Di antara pemberitaan Rasulullah ﷺ adalah:
لَوْ كَانَ الْعِلْمُ مُعَلَّقًا بِالثّريَّا لَتنَالَهُ رِجَالٌ مِنْ أبْنَاءِ فَارِسٍ
“Seandainya ilmu itu tergantung di atas bintang-bintang Tsurayya maka benar-benar ia akan diraih oleh orang-orang dari keturunan Persia.”
(Al Jama'ah)
Para ulama menyimpulkan bahwa yang dimaksud oleh hadits tersebut adalah Imam Abu Hanifah رحمه الله, karena hanya beliau di antara Imam mujtahid yang empat yang berasal dari daratan Persia.
Imam Abu Hanifah telah belajar langsung kepada tujuh orang sahabat Rasulullah ﷺ dan kepada 93 ulama terkemuka dari kalangan tabi’in.
Tujuh orang sahabat Rasulullah ﷺ tersebut adalah; Abu ath-Thufail Amir ibn Watsilah al-Kinani, Anas Ibnu Malik al-Anshari, Harmas Ibnu Ziyad al-Bahili, Mahmud ibn Rabi’ al-Anshari, Mahmud Ibnu Labid al-Asyhali, Abdullah ibn Busyr al-Mazini, dan Abdullah Ibnu Abi al-Awfa al-Aslami رضي الله عنهم.
والله اعلم
___________________
*Institut Manajemen Nubuwwah* (ÎMÂN)
Anda menerangkan kalau Asy'ari abad ke 8.ber arti anda ngarang2.abad ke 8 itu ibn taymiah.sedangkan Asy'ari itu abad ke 3.jelas anda fitnah.anda wahabi tapi membahas aqidah Asy'ari.benar2 lucu. Perkataan anda akan anda pertanggung jawab kan di hadapan Allah kelak di akhirat.
ini baru ustadz bermanhaj salaf,,,,,sy sdh nyimak 3 part video perselisihan Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah dgn Asy'ariyah,,,,,ilmiah dan keren,,,,,mantap ustadz,,,,seperti yg sy kutip dari ustadz somad,,,,beliau fiqih imam Syafii,,,Akidah Asy'ariyah Maturudiyah,,,,dan Tarekat Sufi Naqsabandiyah,,,,,hahaha
Jazakallahu Khairan
Dakwah ijma memang bikin pusying, karena kita ga tau tentang yg ghaib, dan sanad aja bercabang-cabang.. Perbaikin sholat aja dulu.. Takut sama Allah Subhanahu wa Ta'ala.. Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui.. Oh ya Ustadz, terimakasih penjelasannya, semoga kita termasuk orang-orang yang di jalan lurus aamiin.. 🤲
Kalau Tidak mau nekoh2 pilih Iman Syafii. Insya Allah kita selamat dunia akhirat. Asyari awal nya dipengaruhi ayahnya yang berpaham Mu'tazila walaupun di akhir hidupnya ikut Iman Syafii
Alhamdulillah ...
ustadz.. bgmn kalo tanya jawab tersebut dibukukan, kmdn dijawab dengan referensi kitab2 asy sya'iroh... bab brp .. sukur2 halaman berapa, supaya sodara2 kita yang asy sya'iroh, yang benar2 ingin cari kebenaran , bisa mengecek sendiri.
Syukron ustadz, semoga Alloh menjaga ustadz.
Ijin share ya shadiqiy,
Barakallahu fiik
Maka pendapat idrus ramli, abdul somat, adi hidayah, abu yahya dan yg lainnya terbantahkan .tentang tempat Allah.
Allah subhaanahu wataala tidak bertempat untuk ada.
Masa Allah sehat selalu ustadz
جزاك الله خيرا
Aqidah Imam Syafi'i رحمه الله
Imam asy-Syafi’i رحمه الله (204 H) berkata,
واعلموا أن الله تعالى لا مكان له، والدليل عليه هو أن الله تعالى كان ولا مكان له فخلق المكان وهو على صفته الأزلية كما كان قبل خلقه المكان.
“Ketahuilah bahwa Allâh ﷻ tidak bertempat.
Dalil atas ini adalah bahwa Dia ada tanpa permulaan dan tanpa tempat.
Setelah menciptakan tempat Dia tetap pada sifat-Nya yang Azali sebelum menciptakan tempat, Allah ada tanpa tempat." _(Kitab al-Kaukab al-Azhar Syarh al-Fiqh al-Akbar)_
Al-Imam Abu Sa’id al-Mutawalli asy-Syafi’i (w 478 H) dalam _kitab al-Ghunyah Fi Ushuliddin_ menulis:
والدليل على أنه مستغن عن المحل أنه لوافتقر إلى المحل لزم أن يكون المحل قديمًا لأنه قديم، أو يكون حادثًا كما أن المحلحادث، وكلاهما كفر
Dalil akal bahwa Allah Maha Suci dari tempat adalah karena apabila ia membutuhkan kepada tempat, maka berarti tempat tersebut adalah qadim sebagaimana Allah Qadim. Atau sebaliknya, bila Allâh ﷻ membutkan tempat maka berarti Allâh ﷻ baru sebagaimana tempat itu sendiri baru. Dan kedua pendapat semacam ini adalah keyakinan kufur.
________________
*Institut Manajemen Nubuwwah* (ÎMÂN)
oh tak boleh mengatakn Allah subhanawata'la bertempat dan arah ya, trus ketika nabi shalallahu'laihiwassallam bertanya kepada seorang budak di mana Allah Ta'la kemudian budak itu berkata di langit sambil mengarahkn jarinya ke atas kemudian nabi shalallahu'alaihiwassallam mengatakn engkau benar, itu menurutmu gimana? bukankah langit itu tempat bahkan hadist jariyah ini dijadikn imam asyafi'i sebagai dalil syarat apabila ingin membebaskn seorang budak, trus gimana menurutmu perkataan umul mu'minin umu habibah yang mengatakn kepada istri2 nabi shalallahu'laihiwassallam yang lainya kamu semua yang menikakn kamu dngn rosul shalallahu'laihiwassallam adalah bapak2 kamu adapun saya telah dinikahkan langsung oleh Allah ta'ala dari atas langit yang tujuh, bukankah langit yng 7 tempat? dan bagimana pula perkataan abu hanifah yg mengatakn barang siapa yg mengingkari Allah ta'ala di atas langit maka dia kapir?dan bagaiman pula perkataan imam malik istiwak ma'lum/di ketahwi? dan bagaimana dgn perkataan imam asyafi'i aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak di ibadahi melainkan Allah dan nabi Muhammad adalah hamba dan rosul Allah, dan Allah tinggi diatas 'arasyNya diatas langitNya?dan perkataan imam ahmad bin hambal Allah tinggi diatas 'arasyNya adapun 'ilmuNya di setiap tmpat? mereka para salafi tk pernah bilang Allah ta'ala di atas 'arasy di atas langit dgn pengertian menempat kata tempat disini hanya untuk mengetahwi khabar yang datang dari Allah ta'ala dan rosulnya jangn bilang Allah tk boleh dikatakn bertempat qoidah yang Kalian pakai itu bisa memakan diri Kalian sendiri mau buktinya? kalian pernahkn mengatakn Allah itu tmpat cuma kalian sadar atau tidak saja coba kalian perhatikan ketika kalian membaca Alquran surat Al ikhlas ayat dua abila kalian membaca artinya maka kalian akan mengatakn Allah tempat bergantungnya seluruh makhluk disitu kalian mengatan Allah itu tempat padahal tempat adalah makhluk yang baru kenapa kalian mengatakn Allah itu tmpat? satu lagi saya mau nanya kalian dn salafi sama2 mengakui kalau zat Allah adalah yang maha besar tapi Kalian tidak sepakat dgn salafi zat Allah yang maha tinggi, setelah dalil nakli coba kita gunakn dalil akli kalau Allah dikatakn zat yang maha besar trus zat siapa pula yang maha tinggi kalau bukan Allah? sedangkan Allah kita sepakat maha sempurna trus kalau salafi mengatakn Allah maha tinggi zatnya apakah sifat maha tinggi itu sifat kekurangan menurut kalian? kalau maha besar sifat kesempunaan maha tinggi juga adalah sifat kesempunaan tidak ada zat yang layak di katakan maha besar dan maha tinggi melainkan Allah subhanawata'ala waallahua'lam
❤ ustat muhaji
aneh juga sudah jadi ulama besar tapi tetep mau mengikuti aqidah gado gado asya'rah maturidiyah
ustadz
kami usul ustadz mengeluarkan kitab / buku sehingga ada record yg tersimpan untuk dipegang oleh Ummat dan ummat lebih kokoh pemahaman nya
Alhamdulillah ikut nyimak barokallah fikum Ustadz
Terima kasih ustazd
Cerdas
Bismillah
11:05 kayak bible nih... Liat koh Dondy tan... Ambil yg tahun lama th 1600an, trs ambil yg baru² ini, beda jauh.... 😊
16:31 Allah dulu tidak ada apapun sebelumnya dan Allah masih spt kondisi yg dulu... Kata ibnu hajar, nukilan ini tidak pernah diketahui dari satupun kitab hadits.
Buat Asya'iroh... Kita terima teori anda itu... Allah dulu... Tidak ada apapun sebelumnya... ini oke... Trs ... Sekarang setelah Allah ciptakan makhluk, Allah masih spt kondisi yg dulu... oke... Trs dimana posisi makhluk, boleh nggak makhluk dibawah Allah? Kalau boleh berarti selesai, Allah diatas seluruh makhluk.
18:02 Al-Muzani juga pernah menyatakan:
لاَ يَصِحُّ لِأَحَدٍ تَوْحِيْدٌ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ اللهَ عَلَى الْعَرْشِ بِصِفَاتِهِ
*_"Tidak sah tauhid seseorang hingga ia mengetahui bahwa Allah di atas ‘Arsy dengan Sifat-SifatNya"_* (al-‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar karya adz-Dzahaby (1/186)).
30:26 😮
Barakallah fik
Jangan mengaku ngaku Mazhab imam Syafi'i karna hakekatnya aqidah kalian beda dgnnya. .smoga bertobat dan dpt petunjuk
Maaf Ustadz, untuk video pertemuan sebelumnya apakah diupload di UA-cam?
Barokalloh ustadz 🙏🙏🙏👍👍👍
Imam Asyari dan Imam Maturidi,,Tidak diragukan ke 'Aliman nya,,,Ke dua nya luar biasa Tinggi Ilmunya
Ya betul.
Tapi manhaj akidah para penganutnya justru telah sangat melenceng jauh dari manhaj akidah para imamnya.
@@alfa28021 alhamdulillah an nawawi, Al ghazali, as syatibi, Ibn hajar, dan majoriti ulama adalah asyairah
@@ahmadikmalsaroni2212 4 imam Mazhab tidak beraqidah asyary
@lukman Ali ketahuan mas kalau sampeyan gak paham..
@@saifulariferdem8333 yang g faham itu anda? Skrg saya tanya anda, siapa diantara para sahabat yg takwil istiwa jadi istaula?
Apapun rujukannya persis, ar-irsyad, Muhammadyah, salafi, klo berpedoman PD Al-Qur'an dan hadits shaheh saya ikuti
Ikut pemahaman siapa
Akidah As'ariyyah wal maturidiyah merupakan Akidah Ahlus sunnah wa jamaah dan terbesar sedunia,,mari saling menghormati dan menghargai jgn saling menghina dan saling mencela hanya karena perbedaan ,,ikuti ulama dan habaib yg sanad keilmuan nya bersambung kpd Rasulullah saw...
Setuju, saudaraku. Tolong tunjukkan sanad keilmuan metode takwil terkait Istiwa’ Allah di atas Arsy yg bersambung hingga Rasulullah. Terima kasih, saudaraku.
Masya Allah..
Memang Asya'irah boleh claim sebagai kelompok Ahli sunnah,namun adakah anda yakin diakhirat nanti kelompok inilah yg nabi maksudkan satu Firqah yg masuk syurga.Jika nabi tidak pernah mentakwil ayat quran mengapa ada imam yg mentakwilnya, terlalu banyak perselisihan dalam Asya'irah
Daftar ulama asy'ariyah:
1. UAH
2. UAS
3. Buya Yahya
4. Gus Baha
5. Dll
Gus baha berpemahaman Allah di atas arsy . Coba cari tau
Betul Asya'riyah mayoritas
@@painopaino6272 dan mayoritas bukan tolok ukur kebenaran
Wajib waljamaah...👍👍👍👍
Satu kata cerdas dalam menjawab
Wallahu'alam
mana 7 video sebelumnya? apakah ada? pembahasan asyariyah
Barokallahu fiik ustadz
Alhamdulillah setelah mendengar pengajian ini saya semakin yaqin i'tiqad assya'irah aqidah yang lurus
Afwan, kajian bab2 sebelumnya mengenai aqidah asy'ariyah, judulnya apa ya?
Bgmn kontradiktif fiqih dan aqidah yg di ungkapkan imam safii
Sahih ... 👍
Makasih banyak ustadz
MashaAllah, bukan ust. Kaleng2 ini......
Smg ank sy cerdas sprti ustadz
Saya tersentak dengan pernyataan Ustadz pada menit 3:35 dipertegas lagi pada menit 10:14 "... akidah al-asya'irah tidak dibangun di atas asas dan metodologi yang kuat". Pernyataan ini wajib dipertanggungjawabkan secara ilmiyah. Sehingga tidak menjadi "beban kedustaan" yang akan Ustadz pikul selamanya dan pada akhirnya akan digugat oleh seluruh Penganut Asyaa'irah di hari pengadilan kelak.
Mayoritas ummat Islam Indonesia, NU misalnya, menganut madzhab Asy'ariyah dalam akidah. Mayoritas Pesantren di In
donesia, menganut madzhab Asy'ariyah dalam akidah.
Aqidah asy'ariyah bahkan mayoritas di dunia,, yg kontradiktif brang x pemahaman ustad ini ☝,,,
Buktikan lah ia salah, bukan sekadar dgn pendapat
@@luzunluzun3698 betul, buktikan sesuai konteks. Jgn keluar konteks yg bawa2 jumlah pengikut
Justru ustadz ini tidak membuktikan kesalahan metode Asy'ari kecuali hanya tuduhan saja.
Menurut pendapat sebagian ulama akidah asyariya /maturidiyah dan akidah Ibnu Taimiyah dg tri tauhidnya adalah masing2 ada kekurangannya dan kelemahannya. Intinya adalah asma/sifat2 Allah tidak terbatas atau tak terhingga tak boleh dibatasi hanya 99 saja.Walahualam.
Bahwa ada dalam buku .ulama sejagat menggugat salafi wahabi .hal 323. Pusat Fatwa Mesir dan Al azhar . Pembagian Tauhid Salafi Wahabi Adalah Sesat.
@@birhasanidrs4113ulama sesama sufi yg memutuskan jelas mendukung pemahaman sufi asariyah🤭
Barokallohu fikum
Mentakwil itu arti nya merobah ayat nya semula istiwak dirobah jadi istaula. Apakah ini bukan mengingkari ayat Allah tsb mohon penjelasan nya
Barokallahu fiik ustad
Akidah Asy'ari bikin pusing...ribet..GK masuk akal
*Islam di Antara Kebodohan Guru dan Fanatisme Murid*
Salah satu penyakit yang paling sering menyerang pemahaman para juru dakwah dan aktifis Islam adalah mengidentikkan antara pendapat pribadi mereka dengan agama Islam.
Dalam pandangan mereka, semua pendapat dan pandangan subjektif yang lahir dari otak mereka adalah Islam. Kemudian, luas agama Islam itu dipenjara sedemikan rupa hanya sebatas apa yang mereka pahami saja. Di luar itu dianggap bukan Islam dan harus diperangi.
Kalau baru sampai disitu barangkali masih belum terlalu jadi masalah. Sebab kenyataannya memang banyak sekali umat Islam yang sangat awam dan punya pemikiran seperti itu.
Tetapi pemikiran semacam ini menjadi gawat kalau bersemayam di dalam kepala para juru dakwah dan aktifisnya. Sebab mereka punya banyak murid yang biasanya merupakan pengikut fanatik, karakter yang selalu ditumbuhkan adalah mengamini semua yang keluar dari mulut gurunya serta setia selalu membela sang guru.
Buat mereka, sama sekali tidak penting lagi apakah gurunya itu benar atau keliru. Dan mereka pun tidak terlalu peduli apakah wawasan dan ruang lingkup keilmuan guru mereka itu bermasalah atau tidak. Yang mereka tahu hanya bagaimana menjadi pembela sang guru. Dan membela sang guru berarti membela agama Islam. Titik.
Sayangnya sang guru pun kurang bijaksana. Mereka mendapat dukungan fanatik dari para murid, jadinya malah bersikap besar kepala, sombong dan merasa besar. Ujung-ujungnya seringkali main vonis sendiri seenaknya.
Maka tidak sedikit para guru yang sejatinya merupakan juru dakwah dan aktifis yang terlalu mudah bersikap antipati pada pendapat siapa pun yang tidak sejalan dengan pendapatnya. Bahkan pendapat yang tidak disukainya itu dengan mudah dijatuhi vonis sebagai bukan Islam.
Lebih jauh lagi, karena punya kekuatan masa, secara masif diajaknya para pendukung fanafik itu untuk memerangi pendapat lain yang tidak disukainya itu. Dan semua diberi legitimasi sebagai bagian dari perjuangan dan dakwah Islam.
Padahal duduk masalah yang diributkan sebenarnya bukan perbedaan antara Islam dan bukan Islam. Yang diributkan ternyata sekedar perbedaan pendapat di kalangan ulama yang sudah ada sejak masa lalu. Bahkan ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits nabi pun memberi peluang atas perbedaan itu.
Kalau saja mereka sedikit belajar dan memandang lebih luas, maka apa yang selama ini dijadikan komoditas materi dakwah ternyata sekedar ribut-ribut tanpa ilmu yang sama sekali tidak produktif dan hanya menyakiti hati sesama muslim saja.
Sayangnya, karena wawasan dan ilmu yang sangat terbatas, yang dia kenal hanya satu versi saja. Versi-versi lain yang tidak dikenalnya selama ini, langsung dicap sebagai bukan Islam.
Kalau sudah begini, seringkali aktifitas dakwah dan gerakan-gerakan di dalamnya akan menjadi kurang efektif dan buang-buang energi. Kita jadi sibuk perang pada wilayah yang sebenarnya kurang penting dan tidak prinsipil. Menang tidak menambah pahala dan kalah pun cuma bikin dendam saja.
Inilah fenomena paling menyakitkan yang melanda umat Islam saat ini. Kalau dulu Rasulullah SAW dan para shahabat berjihad melawan orang kafir harbi, sekarang kita justru sibuk memerangi umat dan pengikut Nabi Muhammad SAW sendiri. Wal 'Iyadzu billah.
Hari ini di hampir semua lini, kita tidak lagi berperang melawan orang kafir yang sesungguhnya, tetapi kita justru sibuk membunuh dan memerangi sesama muslim. Di level dakwah, kita makin asyik menjadikan saudara muslim kita sendiri sebagai musuh. Lalu kita sibuk bertengkar, mencaci, menghujat, memaki, melecehkan, menuduh saudara kita sendiri, yang nota bene sama-sama mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW.
Konten dakwah kita berubah dari mengajak kepada Islam menjadi senjata untuk menghabisi kehormatan sesama muslim. Materi dakwah bukan lagi mengajak kita mendalami Islam, tetapi sekedar menjadi bumbu-bumbu penyedap untuk mengunyah daging saudara kita sendiri dengan lahap.
Nun di kejauhan sana, orang-orang kafir lagi asyik menonton kita, umat Rasulullah SAW, yang lagi sibuk saling memukul, saling menggebuk, saling balas dendam dan mewariskan dendam kesumat untuk saling berperang dengan sesamanya.
Orang-orang kafir itu sekarang bisa duduk santai, tidak perlu kerja keras lagi. Toh, lawan-lawannya sedang sibuk perang sendiri-sendiri.
Islam di antara kebodohan guru dan fanatisme murid.✍🏽💊