Contoh pada kasus viral, Ust Nuruddin itu, kesalahannya merasa bahwa dirinya menang dan guru gembul kalah, bahkan sampai mengeluarkan statement merujak2 dsb, padahal ada jutaan sudut pandang di dunia ini. Akhirnya bikin orang2 *hilang respect* atas ilmunya
@@amrullahsayf6688 Ya Memang Google Dan Perpustakaan Itu Cuma Wacana Penunjang Sedang Belajar Utamakan lah Guru Sebagai Pembimbing Kalo Gak Ngapain Pak Gembul Jadi Guru ??
Dulu saya salah satu orang yg menyalahkan google "map" Atas setiap salah lokasi atau jalan, sampai saya sadar sebenarnya yg salah adalah koneksi internet saya.
bukan itu aj map itu adalah unduhan perjlanan dri orang lain jdi bisa saja salah titik kordinatnya,tpi itu jadi revolusioner krn dgn itu bnyak yg terbantu
@@GinArgent aku prnh COD an ps mau bli PC, pdhl inet knceng dan lokasinya jg msh di kota. Ttp ae nyasar koordinat yg dikasih G MAPS. untung ada tmn yg lbh faham lokasi skitar jd ditelpon pnjualnya baru kita smpe ke rumahnya.
Betul, banyak sekali pengetahuan yang dibagikan gratis oleh orang luar negeri. Bahkan hal sederhana seperti cara mencuci piring yang efisien. Tapi di tempat kita kurang, tapi semoga bertambah kedepannya.
Sekarang itu mau ngaji KH Anwar Zaid, Gus Baha, ustad abdul somad, ustad basamalah, ustad Adi Hidayat, Gus Mus, Gus Muwafiq, ngaji NU, Muhammaddiyah ,wahabi, Salafi semua ada chanel resminya tinggal dipilih dan disaring mana yang baik? Diambil yang dirasa tak baik ditinggalkan.
Yang sering bilang "belajar kok dari google" tapi menelan mentah-mentah informasi dari UA-cam (anaknya google), Twitter, Facebook, tanpa filter asal yang ngomong satu kolam 😅😅🎉🎉
Smpe ustad² yg lu sebut disitu diantaranya adalah babu para Habibul, biar ustadz itu bs diajak 70x miraj, makanya jd pengikut Habibul 😂😂😂😂 Emg Mukibul itu kaum dogmatism yg Goblo g ada 10 nya
Mungkin maksudnya banyak orang yang ngasal aja cari referensi di google tanpa verifikasi informasi tersebut hoax atau fakta. Jadi masalahnya di manusia Indonesianya aja yang buat google kurang terpercaya😂
Setuju, Pak Guru. Saya suka dengan logika Pak Guru: "Kita bukan belajar ke Google, tapi kita belajar ke orang lain melalui Google." Contohnya, saya belajar Islam ke NU Online yang saya temui melalui Google. Artinya, bukan saya belajar Islam ke Google. 😅
@@fikriyanda banyak belajar dr google tanpa guru ya akhirnya spt mas gembul,,,keblinger sendiri,,giliran debat ga punya referensi,,,gurunya google sih😃
@@danisetiawan6762 aku belajar banyak dari google dan autodidak gak pakai guru , tapi nyatanya aku bisa , sempat di uji oleh seseorang yang ahli pun kata beliau apa yang saya pelajari di google itu benar . Contoh saya belajar baca iqro baca alquran saat di uji bacaanya benar hanya panjang pendeknya saja yang kurang . Baca doa doa shalat doa doa aktifitas keseharian saat di uji pun kata pengujinya benar . Masih banyak lagi yang saya pelajari termasuk ilmu di luar agama islam . Itu artinya belajar dari google tanpa guru dan autodidak pun bisa . Kecuali kalau kita mau jadi seorang ahli atau doktor atau profesor dalam bidang tertentu harus belajar langsung ke orang .
@@danisetiawan6762 ini logical fallacy... Metode mempelajari sesuatu itu ga cuman satu jalur, GG mengajarkan masyarakat memanfaatkan teknologi dalam mempelajari sesuatu, termasuk AI Jangan kek Nuruddin, keminter filsafat sampe bilang google ga punya metodologi, giliran nasab ba'alawi bilang ikut ijma', data empiris ga mau pake, alias mental block. Bikin tombol material design aja google rekrut ahli filsafat desain Jepang jeh.😂
@@mohammadirmansyah9913 nama aja lu muhammad tp pemikiran liberal,,,belajar itu sama org yg jelas keilmuannya tau,,,kl cuma referensi dr google buat apa sekolah agama tinggi2 mikir donk yg bener pake otak jg pake dengkul... lu mau ikut pemikiran org org yg cuma dapwt referensi dr google...sakit! belajar mikir dl ah sebelum komen...malah mau ngomong nasaab,,,ngarti kagak tp ngomong,,,mentah
Intinya kalau memang bukan dibidangnya ya jangan sembarang menyimpulkan pak. "Belajar kok dari google?" terkait agama islam, gak boleh sembarang belajar dari google & yang jadi masalah anda sendiri dengan yakin dengan referensi itu, bahkan Apakah anda paham Bahasa Arab? Beda halnya jika anda belajar keahlian khusus/ilmu pasti semacam iT, desain, dst. "Belajar kok dari google" nah ini gak masalah.
Hinaan yang paling sering dilontarkan kepada Guru Gembul: "Ngaji dari google, cari referensi dari google " Lah orang yang ngomong gini cari referensi pun enggak 😅 Kan kocak
mau apapun referensinya itu tidak kebal kritik kecuali referensinya dari Kalamullah. hanya saja ada yang bangga karena punya referensi padahal referensi juga hanya pendapat dan buah pikiran manusia lain sedangkan yang miskin referensi dan hanya keluar dari pemikirannya sendiri dihujat habis-habisan. menurutku agak laen sih kalo gitu sikap yang diambil...
@@LalaLilidismonetiya, saya juga mikir kenapa orang-orang sangat mengagungkan referensi dari buku, padahal ada buku lainnya yang bertentangan dengan buku tersebut. Dan buku-buku itu disusun atas pemikiran si pembuat buku yang mana pemikirannya dianggap benar karena dia punya nama. Lalu ketika kita yang tidak punya nama punya pemikiran dianggap sesat.
kalaupun sesat cukup tidak mengikuti nya saja tanpa harus menjatuhkan dan malah membunuh karakter seseorang. karena sangat lucu kalo yang dihujat malah orangnya (apalagi kalo ampe doxing) bukan konteks bicaranya, ajarannya, atau amalannya.
@@sutanmudo88 kalau mau kontribusi buat google jadi karyawanya pak. Google itu lebih ke search engine dan banyak search engine di dunia digital, kaya duckduck go, bing, dll
Kontributor buat bahasa Indonesia masih sedikit, kalo Wikipedia bahasa Inggris bakal banyak kontributor nya ya karena emang bahasa internasional yang banyak dipake ya bahasa inggris, kemungkinan kontributor bahasa Inggris bukan cuma dari US atau UK aja
Gini bro, kalau lu pernah kuliah, wikipedia merupakah salah satu referensi yang harus di hindarin. Dituntut untuk ambil referensi yang dapat dipercaya, sumbernya dari mana, apa itu bukunya, dll. Gw yakin, cari aja atau tanya deh anak kuliahan pasti mereka menghindari referensi dari wikipedia. Atau engga coba baca jurnal-jurnal internasional. Gk ada yang men "catut" referensi dari wikipedia
"Belajar ko ke gogle"komen Ini banyak datang dari tokoh agama islam, istilah silsilah ilmu/ silsilah guru sangat di sakral kan sekali di agama islam, selimut industri pengetahuan agama........
@@kusmadikusmadi7418 bagi yang pernah kuliah S1 sih, memang sumber dari google itu banyak yang kurang terpercaya, tidak lengkap, kurang mendalam dan bahkan hoax. Ada sih beberapa yang terpercaya, biasanya dalam bentuk jurnal online, dan itupun tidak terlalu banyak dan ada berbayar jga. Referensi paling tepat itu adalah dari buku akademik/riset. Sayangnya, buku2 tersebut tidak bisa di akses lewat google. Tapi harus beli dulu, atau bisa pinjam di perpustakaan daerah/kampus. Ya memang wajar sih soalnya ilmu pengetahuan/riset itu mahal. Mari kita hargai para author buku tsb.
Terjadi otoritarianisme epistemik dihampir seluruh segmentasi masyarakat. Jikapun membuka google, yang dicari adalah informasi yang mendukung ego emosionalnya. Orang orang kritis, skeptis dan open mind malah dihina jika perlu disingkirkan.. ya contohnya adalah pak guru sendiri🙏
Gw gak setuju banget sama kenyataan ini, soalnya di medsos, terutama UA-cam, banyak banget konten dari Indonesia sampai orang-orang di Asia udah banyak yang tau tentang Indonesia lewat UA-cam. Gue sebagai orang Malaysia juga dapet banyak info dan pengetahuan dari channel-channel Indonesia kayak channel Guru Gembul. Walaupun ada konten-konten HOAX, tapi masih banyak juga channel yang berkualitas. Kalo dibandingin kontribusi negara gue ke konten-konten di medsos, emang gak sebanyak Indonesia.
Sebelum kabinet merah putih terbentuk aku pikir BPK ini paling cerdas...ternyata masih banyak anak bangsa yg cerdas dan siap berkontribusi untuk kemajuan bangsa ini
Awal kita belajar membaca dan menulis adalah dari guru, walaupun nantinya google pun bisa di desain mampu melakukannya. Awal kita di didik sopan santun dr orang tua, kemudian muncul filter2 di google, intinya google di desain mengikuti trend atau panutan komunitasnya, jd google perlu ada koreksinya, cmiiw
org yg kutu buku dan dikamarnya punya penuh rak buku biasanya dpt predikat rajin, pinter, cerdas, tau banyak hal. tapi itu duluu. jaman kan udh modern, gaperlu punya rak penuh buku, semua diringkas jadi satu kotak dan bisa dicari dengan mudah. itulah handphone. pada akhirnya buku di jaman sekarang fungsinya cuma jadi barang antik, barang pameran, karna mau buku apapun isinya udh ada semua di google. Kalo ada yg bilang indonesia darurat membaca, kata siapa ? membaca kan ga harus dari buku, dari hp yg buka google kan juga bisa😂 apalagi udh ada youtube, gaperlu membaca, cukup org lain ngomong, entah edukasi, entah sejarah, dan kita mendengarkan sambil merem. lebih mudah masuk ke otak daripada baca sendiri kan ?
menurut saya sih sebabnya banyak, diantaranya : 1. pola fikir kuno yang tidak fleksibel 2. keterbatasan daya fikir di era digital 3. pengkultusan terhadap suatu tokoh baik itu guru atau perguruan atau kelompok dan sebagainya 4. malas dalam melakukan verifikasi 5. sentimen anti semit, karena google dan sebagaian besar teknologi adalah buatan orang yahudi
Berkat mbah gugel, saya terbantu bgt buat bikin karangan fiksi sejarah. Banyak jurnal dan artikel yg bisa dijadikan rujukan, tapi itu aja gak cukup. Tetep harus ada acuan dari judul buku tertentu buat nambah referensi
@@gurugembul betul sekali pak, tapi sayang kadang cuma judulnya aja yg diliatin, bukunya harus cari sendiri di situs lain atau beli fisiknya🥲. Apapun itu browsing gugel sebenernya banyak faedahnya termasuk buat belajar agama juga. Yang merusak semuanya entah jamaan al gugliyah atau santri beneran ya taklid buta ke pendapat atau ulama tertentu🙏
@@gurugembul kalau buku akademik fullnya jarang sih pak gembul tersedia di google. Harus beli dulu minimal atau biasanya tersedia di perpustakaan kampus/daerah.
sebenarnya saya males ngomong nya tapi ini juga salahnya pak guru. Sebab kemauan debat ustadz Nurudin itu buku lawan buku dengan alesan biar lebih meyakinkan ilmu nya pak guru. Bukan berarti dia merasa terganggu. Jujur pak guru sudah menang tapi salah nya tidak membawa persiapan dan menyepelekan. Harapan saya pak guru bisa muhasabah diri lagi ❤
Beliau menyepelekan audiens di sana , coba bandingkan dengan audiens di RA , lebih beradab mana ? Lebih tenang mana ? Di RA audiens nya tidak memihak alias netral tidak ada sorakan atau tepuk tangan sebagai bentuk itimindasi , tapi di universitas terssbut justru audiens nya berpihak , brisik , tidak beradab , malah terkesan mengitimindasi . Padahal universitas loh , masa kalah sama audiens RA .
kalau maunya seperti itu harusnya konfirmasi ke yang bersangkutan dulu. di awal aja gak ada kesepakatan dan penjelasan batasan definisi yang didebatkan. kalo ujung-ujungnya mau menjatuhkan martabat seseorang ya begitu itu. tapi tetap aja dari debat tersebut konklusinya tidak berdampak apa-apa bagi terciptanya kesejahteraan umat. kalau kesejahteraan si "agen" sih lain cerita itu....
Guru gembul sebelumnya sok paling pintar, sok bisa pilsapat, Pas debat sama ustad Nuruddin keok 😅😅, Belum lagi jawaban si gembul ini , muter muter 7 keliling Malu woy gembul, taro aja itu muka di dengkul😂😂😂
@@Reyhan.DIPA.NUSANTARAlebih bersiap? tema diskusi aka debat aja itu melenceng. yang diributkn kan mengilmiahkan tuhan.. lah pas diskusi aka debat kemeren soal akidah.. apakah ini ada konpirasi..? dan audiens plus moderator tidak bersikap netral malah seakan akan berfihak.. kalo loe di posisi guru gembul kemren kaya lebih parah dari pada guru gembul kemrn deh😅
Emang yutub Ngasih Edukasi, tapi harus Bijak juga untuk memilah informasi, mana yg fakta, mana Hoax, kan udah terbukti, Zaman sekarang yang Viral² kebanyakan Hoax ketimbang yg faktanya
Biasanya yg bilang seperti itu tidak mau menerima ada informasi yg baru dan yg bermanfaat, dan mengingkarinya bahwa untuk saat ini info tercepat adalah dari google tapi tergantung dari pemakainya juga balik lagi itu mah 🙏
Pak guru, skali" bikin shortnya sambil jalan santai/pagi/sore dong , aku ngebayangin ny kek unik gitu klo sambil jalan sehat selain itu bagus buat kesehatan pak guru juga hehe
Belajar dari google wawasan jd meluas tp biasanya kurang mendalam, pemahaman lbh global tp kurang terperinci, mk muncullah istilah itu dr orang yg merasa terkikis otoritas keilmuannya.
Mungkin lebih ke iri x ya?? Mereka sekolah tinggi2 dengan biaya yang tidak sedikit. Tetapi merasa tersaingi dengan orang2 yang belajar di internet. Lebih tepatnya meremehkan. Kalau baca buku juga sebetulnya sama aja , yang ga sama itu orang yang malas belajar
Anak saya bocil paud juga,kalo nanya yang berat berat ke saya.. langsung suruh nanya ke google.. di situ ada semua.. kita tinggal nambahin sama ngurangin yang positif dan negatifnya..
Salah satu Kebanggaan Indonesia di dunia digital saat ini adalah kemajuan dalam bermain Mobile Legends karena Indonesia banyak menghasilkan pemain berbakat Mobile Legends. Semoga Indonesia bisa menularkan pengaruhnya di bidang Mobile Legends ke seluruh dunia misalnya ke Myanmar yang punya reputasi pemula di Mobile Legends. Ibaratkan negara Brasil yang banyak menghasilkan pemain sepakbola berbakat dan mempengaruhi dunia sepak bola dunia.
Ml itu cuma terkenal di sea doank. Karna dinegara lain mainnya game console dan pc. Jadi, ml Indonesia cuma dikenal filipina, myanmar dan sedikit tambahan beberapa negara sea lain. Jadi kontribusi ml ya cuma sampe disana
Tapi perlu diingat pak guru, jika hanya menggunakan kata google statemen masyarakat bisa aja blog abal2 dan website seperti tribun. Sedangkan dosan saya aja pernah bilang harus pake jurnal ilmiah, dan kalo websitr cantumin linknya ngak boleh blog. Jadi daripada cuma menyebut google doank, lebih baik di perinci lagi supaya bisa lebih dianggap kredibel.
@@gurugembul tapi kalo ngga ada yg bimbing/guru kalau asal comot bisa bahaya kalo belajar digoogle apalagi urusan agama timbulnya jadi sesat...contoh anak saya sendiri yg dibaca salah sumber salah tangkap maksud dan tujuan penulis sehingga saya harus menjelaskan dari awal
@@arkanfairuz2060itu masalahnya mbak di indo, kenapa Eropa lebih superior otaknya dibanding indo ya karena kemampuan analisis informasi mana yang hoax dan mana yang bener, mana yang ilmiah mana yang doktrin di indo kurang bisa bedain, akarnya mungkin karena pendidikan yang berbasis doktrin inilah yang menjadi akar masalah kenapa anak2 indo menjadi seperti ini
Mungkin yang dimaksudkan bukan semata tentang cari sumber dari google. Silahkan saja cari sumber dari google, tapi juga kita juga harus memiliki sanad/silsilah pengajaran yg jelas, agar apa yang kita baca dari google dapat menjadikan pemikiran kita lebih kritis dan bukan malah membuat kita salah jalan. Terima kasih, Silahkan ditanggapi 🙏
lost in translation. mungkin saking 'santai'nya indonesia dalam hal digital (mungkin cermin bisa 'alhamdulillah' saat diretas adalah versi tingkat bersyukur yang membuat islamophobia makin digemari, baik negara yg dikatakan 'sekuler' maupun yg msh dianggap 'religius')
Guru saya dulu SMA jg begini, bukannya ngajarin gimana cara mencari dan memvalidasi informasi yg didapat itu hoax atau valid, langsung nolak dr google, harus buku atau teori yg diajarinnya, sempit kali. Padahal buku-buku paket itu isinya kumpulan informasi dari penulis lain yang mungkin saja diakses dari google, tidak melalui buku/artikel fisiknya. Tapi siswa g diberkenankan memberi pendapat atau argumen, karena dianggap melawan
mungkin krn google gak punya alat untuk memilah mana yg benar dan salah, sedangkan kebiasaan orang2 indo hanya bs nerima tanpa mencari tau kebenarannya.
betul, tak haram belajar dari google, hanya saja perlu ketelitian tinggi untuk menyusun puzzle yg disediakan, karena sangat mungkin pengetahuannya akan loncat loncat ntah mana yg dasar mana yg expert
Masalahnya butuh pengetahuan lanjutan untuk mengetahui "tulisan" mana yang benar atau salah dari hasil pencarian Google, sedangkan semua orang Awam bisa mengaksesnya. Dan tidak semua pengajaran didigitalisasi
Kalau seseorang yang gila Hormat dan Harta, pasti ketar ketir dengan kemajuan teknologi yang membuat seseorang belajar secara otodidak. Apalagi Tokoh Agama yang jualan Agama 😂😂😂 mereka yang paling dirugikan dari kemajuan teknologi.
Saya butuh guru yg nyata,, dan butuh juga ggl sangat berguna buat Saya ada ilmu nya,,,Tinggal kita memilih aja,,,yg berguna Saya buka,,yg ga berguna Saya Tinggal kan paksa kan otak kita klo memang itu ga berguna Tinggal kan klo menurut saya,,,
Justru dari google itulah kita bisa membandingkan teori 1 dan teori 2 Tapi kalo kita di blok oleh 1 guru di doktrin menurut apa yang dia mau, Guru matematika bisa saja menyalahkan kita tentang rumus aljabar tapi guru matematika belum tentu bisa menggambar se jago kita Guru bahasa indonesia belum tentu bisa main bola sejago kita maka dari itu explorasi dunia dan jangan fanatik
Kebanyaka netizen indo itu hanya ASAL APA YANG DIDENGAR MAKA ITU YANG AKAN DIA LONTARKAN,, 😂,, padahalkan minimal harusnya banyakin dulu informasi, analisa dan lalu filter baru komentar. mereka menyalahkan google untuk menutupi keterbatasan ilmunya.
gimana ga maju. Contoh ada petani kreatif anti mainstream pasti dihujat diketawain aneh dll. syukur kalau petani itu sukses paling cuman diem dan dengki. iri, ghibah. kalau petani tadi gagal hancur sudah. dihujat disukurin diketawain. padahal tidak merugikan hidup mereka. masyarakat kita tidak bisa menghargai proses.
Sama halnya dengan apa-apa harus bersanad tentang ilmu ini dan itu. Padahal dibalik pernyataan itu ada keinginan untuk menghegemoni, memonopoli melalui ilmu, yang ujung-ujungnya juga ada kepentingan ekonomi dan kekuasaan atas kelompok tertentu. Selain itu juga menunjukkan kurangnya minat mengikuti perkembangan zaman khususnya teknologi yang mengakibatkan mundur dan terbelakangnya sebagian umat Islam.
"Belajar kok dari google", informasi dari perpustakaan atau bahkan dari seorang gurupun, nggak akan seluas yang data yang dimiliki oleh google (tinggal cari aja, aksesnya mudah + gratis juga, tinggal saring informasi yang bisa dipercaya dan tidak itu gimana).
Susah pak guru. Sama kayak wikipedia, aslinya kan ada catatan kaki disana. Tapi karena masyarakat kita ngak bisa cara ngutip yang bener gimana, malah yang dikutip webnya, ya jadi ngak bisa dijadikan rujukan. Padahal aslinya informasi di wikipedia kan informasi konensus atau yang umum digunakan.
Karena google itu tidak bisa diverifikasi kebenarannya, dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Maka dari itu jika ada karya tulis ilmiah yang semua referensinya berasal dari google maka pasti ditolak. Beda halnya kalo referensinya itu buku, yang sudah pasti bisa diverifikasi dan dipertanggung jawabkan. As simple as that.
@@ismailsholeh128Lo sendiri ngakuin kan klo di google terdapat jurnal atau karya ilmiah yg di post... Jdi apakah itu ga bisa di uji validasinya? jdi apa data di google ga bisa di uji kebenaran nya? Jika gw nanya ke google "1+1 brp? Google memberi jawaban 2... apakah jawaban Itu hoax?? salah?
@@citraputri3634 tidak sesimpel itu. Google itu tidak bisa menyaring mana karya ilmiah dan mana karya yang asal2an. Jika hari ini saya bikin website abal2 dan saya masukkan tulisan2 saya tentang berbagai hal, dan saya konsep tulisan saya itu layaknya karya ilmiah (padahal hanya make logika) maka semua orang tanpa terkecuali bisa mengakses tulisan saya, Karena google tidak bisa memfilter hal itu. Dan bisa saja orang yang membacanya menggap bahwa tulisan itu benar kemudian terpengaruh, dan faktanya memang banyak yang demikian. Makanya referensi dari google itu tidak kuat jika dijadikan rujukan karya tulis ilmiah.
Yang lebih lucu adalah orang-orang yang ngehina itu mereka juga nonton ceramah melalui youtube, yang mana sangat kontradiktif dengan pernyataan mereka yang melarang belajar melalui google.
Kalo begitu ngga usah ada sekolah,kampus dll...tinggal liat di google beres ,ijazah tinggal cetak beres ...kan udah canggih semua bisa belajar dan dikerjakan sendiri...bukan seperti itu maksud pemikirannya bpk gugem
Kalau anda pernah kuliah S1 sih, memang sumber dari google itu banyak yang kurang terpercaya, tidak lengkap, kurang mendalam dan bahkan hoax. Ada sih beberapa yang terpercaya, biasanya dalam bentuk jurnal online, dan itupun tidak terlalu banyak dan ada berbayar jga. Referensi paling tepat itu adalah dari buku akademik/riset. Sayangnya, buku2 tersebut tidak bisa di akses lewat google. Tapi harus beli dulu, atau bisa pinjam di perpustakaan daerah/kampus. Ya memang wajar sih soalnya ilmu pengetahuan/riset itu mahal. Mari kita hargai para author buku tsb.
udh jadi stereotipe org2 tua, kalo anak ato org buka internet, pasti buat main game. yg akhirnya melahirkan pola pikir seperti itu. liat aja org2 jaman dulu, mereka kalo ada yg pinter, bukan karna google, tapi karna baca buku. dan mereka ingin kita mengikuti cara mereka. sulit sekali memberi paham ke org tua tentang hal semacam itu. apalagi ttg google.
- gak tau kata kunci pencarian yang spesifik - terbatas di bahasa indo - terbatas 'safe search filter' - Reddit dibatasi internet positif padahal banyak info positif langka di Reddit yang gak nemu di google, walaupun reddit banyak negatifnya juga
Karna waktu debat itu bukanlah debat tapi penghakiman kepada guru gembul . Kalau debat itu tenang gak ada keberpihakan dan netral , tapi coba simak lagi debat nya , para audiens malah bersorak tepuk tangan brisik terkesan mengitimindasi , padahal universitas besar tapi kelakuanya sangat berbanding terbalik .
nurrudin itu yang ngomong metafisika itu bagian dari ilmiah kah? wkwkwk kalo metafisika ilmiah berarti hantu, zodiak, alien ilmiah dong. 7 tahun di mesir ga ngapa2in😂
@@KotakKuning yaa karna gk bisa belajar agama hanya dari google. Itu menimbulkan penafsiran pribadi yang buruknya menimbulkan kesimpulan yang sesat. Belajar agama emang harus ada sanadnya, gk bisa menurut pribadi.
gimana kalau, bisa aja penulis yang kredibel itu difitnah, misal di kitab yang dikarangnya ternyata diselipin ajaran lain oleh orang yang tidak bertanggung jawab. masak iya pembacanya mau mau an aja semua untuk setuju dengan pernyataan si pengarang tanpa mempertimbangkan nurani dan pikirannya buat nyari pembanding keabsahan buah pikiran dari karangannya itu.
Menurut saya yang dimaksud "dari Google" itu sendiri lebih tepatnya adalah "dari situs web yang kurang bisa dipercaya kredibilitasnya yang ditemukan melalui Google" 🤔. Ya maklum kan kita semua memang ingin dapat sesuatu yang langsung 100% pasti, karena kalau disuruh untuk memvalidasi sendiri, misalnya dengan cara melihat berbagai sumber lainnya dan membandingkannya dengan sumber tersebut, kan lebih membutuhkan banyak waktu dan tenaga :v 🥴. Google sendiri ya jelas adalah mesin pencari. Google Scholar yang memuat berbagai jurnal ilmiah pun kan produknya Google hehe.
ketika orang luar dapat akses internet untuk bermain game, mereka membuat user generated content di dalam game berupa modifikasi dan custom maps. sedangkan kebanyakan kita hanya bisa main aja sambil push rank 😂
Kalau bagi saya untuk ilmu dunia gapapa belajar di google, Bing, search engine dll.. Tapi kalau untuk ilmu agama lebih baik ada guru. Qur'an dan Hadits tentang Aqidah, Fiqih, dll itu harus ditafsirkan terlebih dahulu. karna kalau baca dan menafsirkan sendiri tanpa faham ilmu tafsirnya maka kata rosul, falyatabawwa maqadahu minannaar. Nanti orang yg sperti itu akan ditempatkan di neraka. Kalau belajar sendiri ga ada yang ngarahin nanti pemahamannya berdasarkan nafsu. Makanya harus punya guru belajar dengan sanad yang baik dan jelas supaya terarah. Tapi kalau pala batu ya silahkan, mau jadi mujtahid sendiri ngarang sana sini, mengajak orang ikut pendapat ente yang belajar agama otodidak nanti ente tanggung sendiri di akhirat.. Wallahu a'lam
kalau dari gugle kita biss menemukan 1000 ulama bersanad dan bisa saling mengkomparasikan pendapat kalau satu pembimbing otoritatif, darimana kita bisa tahu dia bnar atau tidak?
@@gurugembul Betul pak Guru memang banyak referensi di google. tapi untuk memahami ribuan referensi tentang agama itu tidak bisa menyimpulkan sendiri. ditakutkan kesimpulan itu datang dari hawa nafsu dan syaithon, hanya mau mengambil pendapat-pendapat yang sesuai nafsu kita. Disitulah petunjuk guru dibutuhkan, bagaimana memahami yang baik, sesuai dengan manhaj yang anda pilih. Cari guru jangan satu orang, ulama ulama dahulu pun gurunya tidak satu, tapi banyak ada yang puluhan. Belajarnya bukan hanya baca tapi harus talaqi dengan guru yang ahli di bidangnya. Para Ulama Besar semuanya berguru, Tabiin Berguru, sahabat juga berguru bahkan nabi pun berguru pada malaikat. Bukan berarti zaman ulama dulu ga ada referensi tapi memang itu yang diajarkan. Antum siapa? bukan nabi, bukan sahabat mau belajar agama otodidak menyimpulkan sendiri dan menularkan pemahaman bahwa mencari ilmu agama itu cukup dengan google (tanpa guru, cukup baca referensi sendiri dan simpulkan sendiri). Semoga Allah kasih hidayah
@@gurugembul mental block menarik, saya kira pak guru paham knp mereka begitu, Ilmu pengetahuan bisa di dapatkan dari mana saja dan kapan saja, namun soal buku, guru itu sudah melebar kemana, bisa melebar ke bisnis buku turun, guru tidak dibutuhkan lagi dsb knp mereka butuh guru dalam mencari ilmu? yaa mereka tidak mandiri pak, ketergantungan sosial, mereka mencari ilmu sekaligus mencontoh prilaku guru
Mereka pikir buku fisik itu isinya otomatis valid, padahal semuanya juga tergantung pada isi bukunya. Terkadang isi buku bisa outdated, meski sumbernya bagus, kalo ilmunya itu ketinggalan beberapa dekade, otomatis bakal tersesat juga kalo menelan semua isi buku secara mentah-mentah.
mungkinkah ada ajarannya kalau kitab yang ditulis pake huruf arab apalagi tanpa syakal itu semacam tulisan tulisan suci seperti halnya tulisan kitab suci? seperti di pakistan kalo orang yang nulis didinding "dilarang kencing disini" pake tulisan arab maka orang orang yang membacanya pun bakal nurut.
@@LalaLilidismonetkalo ajarannya ada atau gak ada, aku kurang tau. tapi mungkin karna agama major kita berbahasa Arab, apapun yg ditulis bahasa Arab seakan jadi sakral gitu. soalnya aku pernah liat ada orang Arab yg ngobrol biasa, tapi diaminin😂. aku juga pernah nulis puisi tapi pake bahasa Arab, malah dikira punya wafak😅. aneh yaa..
yang jadi masalah adalah bukan google, atau mesin pencariannya, smartphone belum cocok untuk jadi pegangan belajar anak di Indonesia, utamanya untuk anak sekolah dasar
@@gurugembulmaaf pak kalo komen saya beberapa hari ini nyeleneh, soalnya udah males sama beberapa orang yang ga nangkap poin pak guru sampaikan.. Mereka menganggap pak guru tau segala.. Padahal chanel ini dibuat bukan untuk ngajarin orang sok tau tapi sebagai wadah diskusi kalopun salah itu wajar dan bisa saling belajar kritis dan bernalar..
@@FlorafaunaFacts28 ya kalo dibuat untuk diskusi harusnya logika yang keluar, bukan sentimen. Faktanya di komentar yang keluar lebih banyak cuma sentimen kepada lawan debat kemaren. Gw akui sikap legowo mengaku kalah debat itu berjiwa besar sekali, tapi selanjutnya counter dari asumsi yang berkembang cuma dibantah dengan sikap yang sangat pecundang sekali
iya pak guru saya setuju, belajar melalui google emang membantu, tp jika menyangkut ilmu agama secara moral harusnya melalui guru yg valid, soalnya agama islam menjunjung tinggi sanad ilmu yg jelas, itulah yg mmbedakan islam dg agama lain. tolonglah pak guru jgn mengubah paradigma ini, ulama juga mmiliki tngung jawab menjaga agama
yg baraya maksud itu NU setahu saya. dalam islam ilmu agama itu di dapat dari quran dan sunnah dan penjelasannya ambil dari banyak ulama yg mumpuni dalam iman dan pengetahuan
@@gurugembul mayoritas ahlussunah waljamaah prinsipnya spt itu. cuba sampean liat ulama² jebolan timteng, pst yg ditekankan sanad. apalagi stlh muncul aliran baru spt salafy yg tdk menghargai sanad keilmuan. bayangin ngaji digoogle yg nulis ternyata snouck Hurgronje, bisa rusak pak agama ini
Cek Google server negara lain. Prediksi pertama tentang Indonesia. Indonesia (Bagian Utara Australia). Indonesia (dimana tionghoa kaya). Indonesia (sepakbola raja) Indonesia (netizen (kecanduan hp dan medsos) ).
Banyak dr rakyat indonesia yg Tk intellegensinya terpuruk, mrk tdk bisa berpikir kritis atau mau mengerti apa itu Google dan fungsinya. Mrk hanya sp tk “user” u fungsi dasar saja dr digital/internet/google. Jd maklumin saja deh pak Gugem👍💐
Google adalah mesin pencari referensi. Kita bisa belajar otodidak lewat google, tapi otodidak itu memakan waktu dan tenaga, bisa salah arah dan jalan, karena belajarnya tanpa ada sistem dan pembimbing. Dalam agama Islam, kita percaya adanya Iblis dan bala tentaranya senantiasi menjerumuskan manusia dari jalan yang benar. Tanpa adanya seorang guru yang sudah diakui kesholehannya, ada kemungkinan besar iblis akan membimbing untuk menyimpang dari jalan yang benar.
Pak Guru jg aneh, kok bisa²nya masih heran dg orang Indonesia. 🤣 Tp tolong tetap lanjutkan usaha mencerdaskan kehidupan bangsa-nya Pak, jangan stop, biar makin dikit orang² seperti yg Pak Guru bilang tadi. 😁🙏🏻
Satu lagi gue mau kasih tau ke baraya pak Gembul, mending lu kurangin emosian deh kalo lagi debat sama orang yang beda pendapat. Soalnya mungkin cara mikir mereka beda sama kita. Kalo pak kebawa emosi, lawan debat malah gak fokus sama apa yang mau kita sampein, kecuali mereka juga ikutan kebawa emosi. Jadinya debat itu gak ilmiah lagi, karena semua orang cuma mau nunjukin egonya masing-masing.
BUKAN ANTI DIGITAL PAK GURU, TAPI ORANG-ORANG MUNAFIK.. SAYA BELAJAR DARI GOOGLE, KEMUDIAN USAHA DARI GOOGLE (tanpa kios atau toko). ALHAMDULILLAH SEKARANG SUDAH BISA KE BELI RUMAH CLUSTER... TERIMAKASIH GOOGLE.
Itulah efek dari pendidikan berbasis doktrin, bukan berbasis logika dasar. Padahal google, yandex, bing dsb itu adalah "MESIN PENCARI" bukan sumber informasi. Mesin: alat untuk membantu pekerjaan/tugas manusia. Hal basic aja gak paham 😂😂😂
Menurut saya ada 2 ilmu yang tidak bisa di pelajari dari google. 1. Agama. Karena benar tidaknya baru bisa di ketahui di Akhirat yaitu surga da neraka. 2. Kesehatan. Kalau saja keliru bisa saja mati
Google = perpustakaan terbesar di dunia
Isinya dari yg paling hoax sampai yg paling real/valid, ada semua...
Bokeh ada??
Dan ada orang dari antah berantah bilang, kalo belajar wajib hukumnya ada guru 😂😂😂😂
@@amrullahsayf6688 Gurunya pun harus yg punya Sanad.
Contoh pada kasus viral, Ust Nuruddin itu, kesalahannya merasa bahwa dirinya menang dan guru gembul kalah, bahkan sampai mengeluarkan statement merujak2 dsb, padahal ada jutaan sudut pandang di dunia ini. Akhirnya bikin orang2 *hilang respect* atas ilmunya
@@amrullahsayf6688 Ya Memang Google Dan Perpustakaan Itu Cuma Wacana Penunjang Sedang Belajar Utamakan lah Guru Sebagai Pembimbing Kalo Gak Ngapain Pak Gembul Jadi Guru ??
Dulu saya salah satu orang yg menyalahkan google "map" Atas setiap salah lokasi atau jalan, sampai saya sadar sebenarnya yg salah adalah koneksi internet saya.
bukan itu aj map itu adalah unduhan perjlanan dri orang lain jdi bisa saja salah titik kordinatnya,tpi itu jadi revolusioner krn dgn itu bnyak yg terbantu
Dan masih ada yang bertanya "Internet cepat untuk apa?" 🤣🤣🤣
@@GinArgent aku prnh COD an ps mau bli PC, pdhl inet knceng dan lokasinya jg msh di kota. Ttp ae nyasar koordinat yg dikasih G MAPS. untung ada tmn yg lbh faham lokasi skitar jd ditelpon pnjualnya baru kita smpe ke rumahnya.
@@mr.ag1-g9stower aja di korupsi..malah pengen internet cepat buat apa??..SDM rendah gak usah neko",perbaiki dulu SDM
Internet cepat buat apa
Betul, banyak sekali pengetahuan yang dibagikan gratis oleh orang luar negeri. Bahkan hal sederhana seperti cara mencuci piring yang efisien. Tapi di tempat kita kurang, tapi semoga bertambah kedepannya.
Iya klo searcing pake bahasa ingris bayak yg keluar , tapi klo pakai bahasa Indo. Minim .
@@abn5185klo di indo algoritmanya pasti yg keluar video tutorial cara bernafas dan gk ngapa²in selama 2 jam
Sekarang itu mau ngaji KH Anwar Zaid, Gus Baha, ustad abdul somad, ustad basamalah, ustad Adi Hidayat, Gus Mus, Gus Muwafiq, ngaji NU, Muhammaddiyah ,wahabi, Salafi semua ada chanel resminya tinggal dipilih dan disaring mana yang baik? Diambil yang dirasa tak baik ditinggalkan.
Yang sering bilang "belajar kok dari google" tapi menelan mentah-mentah informasi dari UA-cam (anaknya google), Twitter, Facebook, tanpa filter asal yang ngomong satu kolam 😅😅🎉🎉
Sampai ceramah karomah habib pun ada,,bahkan tulisan tentang indonesia merdeka berkat habib pun ada.
Smpe ustad² yg lu sebut disitu diantaranya adalah babu para Habibul, biar ustadz itu bs diajak 70x miraj, makanya jd pengikut Habibul 😂😂😂😂
Emg Mukibul itu kaum dogmatism yg Goblo g ada 10 nya
Dan itu didunia digital
Informasi politik dan hukum aja banyak yang ngambil dari google buat debat , jarang yang nyari dari buku. Kan anjing munafiknya
Kita bukan belajar ke google nya tapi kita belajar Dari para penulis nya yg google tampilkan di mesin pencarinya ❤
🗣"Belajar kok dari Google" Komen di UA-cam , padahal UA-cam punyanya Google 🤪
Padahal sumber informasi bukan dari Google, google kan sebuah mesin pencari
@@SDMRendaahha??
Mungkin maksudnya banyak orang yang ngasal aja cari referensi di google tanpa verifikasi informasi tersebut hoax atau fakta. Jadi masalahnya di manusia Indonesianya aja yang buat google kurang terpercaya😂
@@opprahh0:48
@@SDMRendaahsumber wahyu hanya dari kitab genderuwo.. Yang sangat ilmiah secara rasio😂😂
Setuju, Pak Guru. Saya suka dengan logika Pak Guru: "Kita bukan belajar ke Google, tapi kita belajar ke orang lain melalui Google." Contohnya, saya belajar Islam ke NU Online yang saya temui melalui Google. Artinya, bukan saya belajar Islam ke Google. 😅
Cerdas.
@@fikriyanda banyak belajar dr google tanpa guru ya akhirnya spt mas gembul,,,keblinger sendiri,,giliran debat ga punya referensi,,,gurunya google sih😃
@@danisetiawan6762 aku belajar banyak dari google dan autodidak gak pakai guru , tapi nyatanya aku bisa , sempat di uji oleh seseorang yang ahli pun kata beliau apa yang saya pelajari di google itu benar .
Contoh saya belajar baca iqro baca alquran saat di uji bacaanya benar hanya panjang pendeknya saja yang kurang .
Baca doa doa shalat doa doa aktifitas keseharian saat di uji pun kata pengujinya benar .
Masih banyak lagi yang saya pelajari termasuk ilmu di luar agama islam .
Itu artinya belajar dari google tanpa guru dan autodidak pun bisa .
Kecuali kalau kita mau jadi seorang ahli atau doktor atau profesor dalam bidang tertentu harus belajar langsung ke orang .
@@danisetiawan6762 ini logical fallacy... Metode mempelajari sesuatu itu ga cuman satu jalur, GG mengajarkan masyarakat memanfaatkan teknologi dalam mempelajari sesuatu, termasuk AI Jangan kek Nuruddin, keminter filsafat sampe bilang google ga punya metodologi, giliran nasab ba'alawi bilang ikut ijma', data empiris ga mau pake, alias mental block. Bikin tombol material design aja google rekrut ahli filsafat desain Jepang jeh.😂
@@mohammadirmansyah9913 nama aja lu muhammad tp pemikiran liberal,,,belajar itu sama org yg jelas keilmuannya tau,,,kl cuma referensi dr google buat apa sekolah agama tinggi2
mikir donk yg bener pake otak jg pake dengkul...
lu mau ikut pemikiran org org yg cuma dapwt referensi dr google...sakit!
belajar mikir dl ah sebelum komen...malah mau ngomong nasaab,,,ngarti kagak tp ngomong,,,mentah
Yang mengatakan "Belajar kok dari Google" dilarang mengakses Google. Biarkan mereka membaca buku dan koran saja.
belajar kox dari google, suruh baca di google gak mau
tapi konsumsi hoax video tiktok facebook, x twitter, langsung percaya wkwkwkw
@@ibnuhaytham2229 dilarang buka UA-cam Juga , UA-cam kan Punya Google 🤭 , jangan Download App apapun di Play Store , Play Store juga punya Google 🤗
@@FahmiAbdillah95kwkw iya lagi
Isinya dari google juga wkwkwk😂
@@laudergaming di google ada 2 sumber , sumber asli dan hoax. paham?
Intinya kalau memang bukan dibidangnya ya jangan sembarang menyimpulkan pak.
"Belajar kok dari google?" terkait agama islam, gak boleh sembarang belajar dari google & yang jadi masalah anda sendiri dengan yakin dengan referensi itu, bahkan Apakah anda paham Bahasa Arab?
Beda halnya jika anda belajar keahlian khusus/ilmu pasti semacam iT, desain, dst.
"Belajar kok dari google" nah ini gak masalah.
Hinaan yang paling sering dilontarkan kepada Guru Gembul:
"Ngaji dari google, cari referensi dari google "
Lah orang yang ngomong gini cari referensi pun enggak 😅
Kan kocak
taqlid buta yg kek gni
mau apapun referensinya itu tidak kebal kritik kecuali referensinya dari Kalamullah. hanya saja ada yang bangga karena punya referensi padahal referensi juga hanya pendapat dan buah pikiran manusia lain sedangkan yang miskin referensi dan hanya keluar dari pemikirannya sendiri dihujat habis-habisan. menurutku agak laen sih kalo gitu sikap yang diambil...
Susah klo debat sama manusia purba 😂😂😂
Jaman gini msh maksain mode KERA, gmna nti jaman robot?
@@LalaLilidismonetiya, saya juga mikir kenapa orang-orang sangat mengagungkan referensi dari buku, padahal ada buku lainnya yang bertentangan dengan buku tersebut.
Dan buku-buku itu disusun atas pemikiran si pembuat buku yang mana pemikirannya dianggap benar karena dia punya nama.
Lalu ketika kita yang tidak punya nama punya pemikiran dianggap sesat.
Sebenarnya mental " gila hormat" sebelum ada google juga ada kalimat " belajar tanpa guru, gurunya setan" jadi orang ga boleh belajar otodidak.
belajar pada sanadnya klau ngga gila dan sesat,padahal.dia mah ngga belajar cuma di doktrin krn ngga ad adu pemikiran disitu
kalaupun sesat cukup tidak mengikuti nya saja tanpa harus menjatuhkan dan malah membunuh karakter seseorang. karena sangat lucu kalo yang dihujat malah orangnya (apalagi kalo ampe doxing) bukan konteks bicaranya, ajarannya, atau amalannya.
@@triyosusilo5115 ini lah yang bikin indonesia tertinggal dan tidak kreatif.
Berarti belajar tanpa guru, guru nya setan sudah ga relevan lg ya sekarang
nah ini,
mental yg kedua adl ...mental gratisan, krn pengennya yg gratisan jd "kontribusi" terhadap.google nya sedikit 😅
@@sutanmudo88 kalau mau kontribusi buat google jadi karyawanya pak. Google itu lebih ke search engine dan banyak search engine di dunia digital, kaya duckduck go, bing, dll
Pernyataan guru gembul salah satu bukti yg bisa didukung ialah wikipedia. Laman wikipedia B. inggris selalu lebih lengkap drpd b. indo
iya karena kontribusi org indo sedikit dan juga siapa yg mau baca artikelnya sampe abis apalagi referensinya 😂
makanya gw cari apa2 pake bhs inggris
@@procraft1597Tihati ntar ada yg bilang "ihh sumbernya dari barat"😂😂
Gw malah ke wikipedia buat baca referensinya
Kontributor buat bahasa Indonesia masih sedikit, kalo Wikipedia bahasa Inggris bakal banyak kontributor nya ya karena emang bahasa internasional yang banyak dipake ya bahasa inggris, kemungkinan kontributor bahasa Inggris bukan cuma dari US atau UK aja
Gini bro, kalau lu pernah kuliah, wikipedia merupakah salah satu referensi yang harus di hindarin. Dituntut untuk ambil referensi yang dapat dipercaya, sumbernya dari mana, apa itu bukunya, dll. Gw yakin, cari aja atau tanya deh anak kuliahan pasti mereka menghindari referensi dari wikipedia. Atau engga coba baca jurnal-jurnal internasional. Gk ada yang men "catut" referensi dari wikipedia
"Belajar ko ke gogle"komen Ini banyak datang dari tokoh agama islam, istilah silsilah ilmu/ silsilah guru sangat di sakral kan sekali di agama islam, selimut industri pengetahuan agama........
@@kusmadikusmadi7418 bagi yang pernah kuliah S1 sih, memang sumber dari google itu banyak yang kurang terpercaya, tidak lengkap, kurang mendalam dan bahkan hoax. Ada sih beberapa yang terpercaya, biasanya dalam bentuk jurnal online, dan itupun tidak terlalu banyak dan ada berbayar jga.
Referensi paling tepat itu adalah dari buku akademik/riset. Sayangnya, buku2 tersebut tidak bisa di akses lewat google. Tapi harus beli dulu, atau bisa pinjam di perpustakaan daerah/kampus. Ya memang wajar sih soalnya ilmu pengetahuan/riset itu mahal. Mari kita hargai para author buku tsb.
Terjadi otoritarianisme epistemik dihampir seluruh segmentasi masyarakat. Jikapun membuka google, yang dicari adalah informasi yang mendukung ego emosionalnya. Orang orang kritis, skeptis dan open mind malah dihina jika perlu disingkirkan.. ya contohnya adalah pak guru sendiri🙏
Riil
Di sosmed tiktod, postingan fyp orang luar negeri selalu banyak banget komentar dr orang Indonesia.
Gw gak setuju banget sama kenyataan ini, soalnya di medsos, terutama UA-cam, banyak banget konten dari Indonesia sampai orang-orang di Asia udah banyak yang tau tentang Indonesia lewat UA-cam. Gue sebagai orang Malaysia juga dapet banyak info dan pengetahuan dari channel-channel Indonesia kayak channel Guru Gembul. Walaupun ada konten-konten HOAX, tapi masih banyak juga channel yang berkualitas. Kalo dibandingin kontribusi negara gue ke konten-konten di medsos, emang gak sebanyak Indonesia.
Sebelum kabinet merah putih terbentuk aku pikir BPK ini paling cerdas...ternyata masih banyak anak bangsa yg cerdas dan siap berkontribusi untuk kemajuan bangsa ini
Awal kita belajar membaca dan menulis adalah dari guru, walaupun nantinya google pun bisa di desain mampu melakukannya. Awal kita di didik sopan santun dr orang tua, kemudian muncul filter2 di google, intinya google di desain mengikuti trend atau panutan komunitasnya, jd google perlu ada koreksinya, cmiiw
org yg kutu buku dan dikamarnya punya penuh rak buku biasanya dpt predikat rajin, pinter, cerdas, tau banyak hal.
tapi itu duluu.
jaman kan udh modern, gaperlu punya rak penuh buku, semua diringkas jadi satu kotak dan bisa dicari dengan mudah.
itulah handphone.
pada akhirnya buku di jaman sekarang fungsinya cuma jadi barang antik, barang pameran, karna mau buku apapun isinya udh ada semua di google.
Kalo ada yg bilang indonesia darurat membaca, kata siapa ?
membaca kan ga harus dari buku, dari hp yg buka google kan juga bisa😂
apalagi udh ada youtube, gaperlu membaca, cukup org lain ngomong, entah edukasi, entah sejarah, dan kita mendengarkan sambil merem.
lebih mudah masuk ke otak daripada baca sendiri kan ?
menurut saya sih sebabnya banyak, diantaranya :
1. pola fikir kuno yang tidak fleksibel
2. keterbatasan daya fikir di era digital
3. pengkultusan terhadap suatu tokoh baik itu guru atau perguruan atau kelompok dan sebagainya
4. malas dalam melakukan verifikasi
5. sentimen anti semit, karena google dan sebagaian besar teknologi adalah buatan orang yahudi
Salah , kita justru sangat berperan paling aktif berkontribusi di dunia digital , contoh nya tiktod yg tiap hari ada aja yg upload joget tobrut 😂😂😂
@@botakbiadap39 itu mah cari duid buat dpt singa sma paus,saking bnyak pengangguran jdi semua bekerja apa saja
😅jualan gumpalan lemak boing boing😅
Beras, abis? Li... Pe... Solusinya...
Berkat mbah gugel, saya terbantu bgt buat bikin karangan fiksi sejarah. Banyak jurnal dan artikel yg bisa dijadikan rujukan, tapi itu aja gak cukup. Tetep harus ada acuan dari judul buku tertentu buat nambah referensi
judul bukunya ada d guugle. demikian dngan bukunya
@@gurugembul betul sekali pak, tapi sayang kadang cuma judulnya aja yg diliatin, bukunya harus cari sendiri di situs lain atau beli fisiknya🥲. Apapun itu browsing gugel sebenernya banyak faedahnya termasuk buat belajar agama juga. Yang merusak semuanya entah jamaan al gugliyah atau santri beneran ya taklid buta ke pendapat atau ulama tertentu🙏
@@gurugembul kalau buku akademik fullnya jarang sih pak gembul tersedia di google. Harus beli dulu minimal atau biasanya tersedia di perpustakaan kampus/daerah.
sebenarnya saya males ngomong nya tapi ini juga salahnya pak guru. Sebab kemauan debat ustadz Nurudin itu buku lawan buku dengan alesan biar lebih meyakinkan ilmu nya pak guru. Bukan berarti dia merasa terganggu. Jujur pak guru sudah menang tapi salah nya tidak membawa persiapan dan menyepelekan. Harapan saya pak guru bisa muhasabah diri lagi ❤
Beliau menyepelekan audiens di sana , coba bandingkan dengan audiens di RA , lebih beradab mana ? Lebih tenang mana ?
Di RA audiens nya tidak memihak alias netral tidak ada sorakan atau tepuk tangan sebagai bentuk itimindasi , tapi di universitas terssbut justru audiens nya berpihak , brisik , tidak beradab , malah terkesan mengitimindasi .
Padahal universitas loh , masa kalah sama audiens RA .
kalau maunya seperti itu harusnya konfirmasi ke yang bersangkutan dulu. di awal aja gak ada kesepakatan dan penjelasan batasan definisi yang didebatkan. kalo ujung-ujungnya mau menjatuhkan martabat seseorang ya begitu itu. tapi tetap aja dari debat tersebut konklusinya tidak berdampak apa-apa bagi terciptanya kesejahteraan umat. kalau kesejahteraan si "agen" sih lain cerita itu....
Muhasabah diri yang dimaksud gw itu lebih condong nyuruh pak guru biar lebih bersedia lagi
Guru gembul sebelumnya sok paling pintar, sok bisa pilsapat,
Pas debat sama ustad Nuruddin keok 😅😅,
Belum lagi jawaban si gembul ini , muter muter 7 keliling
Malu woy gembul, taro aja itu muka di dengkul😂😂😂
@@Reyhan.DIPA.NUSANTARAlebih bersiap? tema diskusi aka debat aja itu melenceng. yang diributkn kan mengilmiahkan tuhan.. lah pas diskusi aka debat kemeren soal akidah.. apakah ini ada konpirasi..? dan audiens plus moderator tidak bersikap netral malah seakan akan berfihak.. kalo loe di posisi guru gembul kemren kaya lebih parah dari pada guru gembul kemrn deh😅
Sama juga yg blg belajar kok dari youtube.. pdhl di youtube bhkn ngasih edukasi lebih bagus dr pada di sekolah
nah ini, ibarat guru yg ngasih kata kunci, kata kunci untuk mencari dimesin pencari
Emang yutub Ngasih Edukasi, tapi harus Bijak juga untuk memilah informasi, mana yg fakta, mana Hoax, kan udah terbukti, Zaman sekarang yang Viral² kebanyakan Hoax ketimbang yg faktanya
Biasanya yg bilang seperti itu tidak mau menerima ada informasi yg baru dan yg bermanfaat, dan mengingkarinya bahwa untuk saat ini info tercepat adalah dari google tapi tergantung dari pemakainya juga balik lagi itu mah 🙏
Pak guru, skali" bikin shortnya sambil jalan santai/pagi/sore dong , aku ngebayangin ny kek unik gitu klo sambil jalan sehat selain itu bagus buat kesehatan pak guru juga hehe
nanti kalau langsing nama channel ikut diganti
Belajar dari google wawasan jd meluas tp biasanya kurang mendalam, pemahaman lbh global tp kurang terperinci, mk muncullah istilah itu dr orang yg merasa terkikis otoritas keilmuannya.
Mungkin lebih ke iri x ya?? Mereka sekolah tinggi2 dengan biaya yang tidak sedikit. Tetapi merasa tersaingi dengan orang2 yang belajar di internet. Lebih tepatnya meremehkan. Kalau baca buku juga sebetulnya sama aja , yang ga sama itu orang yang malas belajar
Anak saya bocil paud juga,kalo nanya yang berat berat ke saya.. langsung suruh nanya ke google.. di situ ada semua.. kita tinggal nambahin sama ngurangin yang positif dan negatifnya..
Yg ngomong gitu biasanya orang yg gak ngerti sama sekali google itu apa. Sekarang jurnal-jurnal aja muncul paling pertama kok di google.
Benar kata org malaysia, klo rakyat kita katanya seperti katak dlm tempurung
Google adalah salah satu tambahan indra external pada manusia di bidang informasi.
Salah satu Kebanggaan Indonesia di dunia digital saat ini adalah kemajuan dalam bermain Mobile Legends karena Indonesia banyak menghasilkan pemain berbakat Mobile Legends.
Semoga Indonesia bisa menularkan pengaruhnya di bidang Mobile Legends ke seluruh dunia misalnya ke Myanmar yang punya reputasi pemula di Mobile Legends. Ibaratkan negara Brasil yang banyak menghasilkan pemain sepakbola berbakat dan mempengaruhi dunia sepak bola dunia.
Ya, bisa. orang indo juga rata2 aktif main game online, itu juga bisa berpotensi buat mendunia apalagi esport
Ml itu cuma terkenal di sea doank. Karna dinegara lain mainnya game console dan pc. Jadi, ml Indonesia cuma dikenal filipina, myanmar dan sedikit tambahan beberapa negara sea lain. Jadi kontribusi ml ya cuma sampe disana
Kalau kata orang luar negeri. Selera gaming Indonesia itu jelek. Dikasih game story based langsung tidur. Maunya game compe, pingin ada ranknya. 😂
Tapi perlu diingat pak guru, jika hanya menggunakan kata google statemen masyarakat bisa aja blog abal2 dan website seperti tribun. Sedangkan dosan saya aja pernah bilang harus pake jurnal ilmiah, dan kalo websitr cantumin linknya ngak boleh blog. Jadi daripada cuma menyebut google doank, lebih baik di perinci lagi supaya bisa lebih dianggap kredibel.
kita g bahas itu. kita bahas google sebsgai perpustakaan ysng menyefiskan buku terjelek sampai terbagus
@@gurugembul tapi kalo ngga ada yg bimbing/guru kalau asal comot bisa bahaya kalo belajar digoogle apalagi urusan agama timbulnya jadi sesat...contoh anak saya sendiri yg dibaca salah sumber salah tangkap maksud dan tujuan penulis sehingga saya harus menjelaskan dari awal
Klo masih anak2 oklah, tpi klo dah gede biasanya baca buku ga dri 1 artikel/web.
Yg saya kasih contoh anak saya yg saya maksud bukan hanya sekedar anak kecil...org dewasa yg minim ilmu anggaplah seperti anak kecil
@@arkanfairuz2060itu masalahnya mbak di indo, kenapa Eropa lebih superior otaknya dibanding indo ya karena kemampuan analisis informasi mana yang hoax dan mana yang bener, mana yang ilmiah mana yang doktrin di indo kurang bisa bedain, akarnya mungkin karena pendidikan yang berbasis doktrin inilah yang menjadi akar masalah kenapa anak2 indo menjadi seperti ini
Mungkin yang dimaksudkan bukan semata tentang cari sumber dari google.
Silahkan saja cari sumber dari google, tapi juga kita juga harus memiliki sanad/silsilah pengajaran yg jelas, agar apa yang kita baca dari google dapat menjadikan pemikiran kita lebih kritis dan bukan malah membuat kita salah jalan.
Terima kasih, Silahkan ditanggapi 🙏
lost in translation. mungkin saking 'santai'nya indonesia dalam hal digital (mungkin cermin bisa 'alhamdulillah' saat diretas adalah versi tingkat bersyukur yang membuat islamophobia makin digemari, baik negara yg dikatakan 'sekuler' maupun yg msh dianggap 'religius')
Tinggalkan lah itu ,dunia itu semua.
Ucap seorang yg di rumahnya ada mobil dan istrinya cantik cantik
Guru saya dulu SMA jg begini, bukannya ngajarin gimana cara mencari dan memvalidasi informasi yg didapat itu hoax atau valid, langsung nolak dr google, harus buku atau teori yg diajarinnya, sempit kali. Padahal buku-buku paket itu isinya kumpulan informasi dari penulis lain yang mungkin saja diakses dari google, tidak melalui buku/artikel fisiknya. Tapi siswa g diberkenankan memberi pendapat atau argumen, karena dianggap melawan
itu belum selesai ngomong pak guru, jadi harusnya "belajar kok dari Google? yaa pake chat gpt lah kalo jaman sekarang" gitu pak lengkapnya. 🗿
google itu bisa di atur batasannya, jd tidak semua yg di tampilkan google search itu yg paling betul, ada filter2 nya di masing2 negara.
mungkin krn google gak punya alat untuk memilah mana yg benar dan salah, sedangkan kebiasaan orang2 indo hanya bs nerima tanpa mencari tau kebenarannya.
karena mereka pikir scroll tiktok itu jauh lebih menambah wawasan daripada search setiap topik satu persatu di google pa guru 🙌
nah, bener ini
betul, tak haram belajar dari google, hanya saja perlu ketelitian tinggi untuk menyusun puzzle yg disediakan, karena sangat mungkin pengetahuannya akan loncat loncat ntah mana yg dasar mana yg expert
Masalahnya butuh pengetahuan lanjutan untuk mengetahui "tulisan" mana yang benar atau salah dari hasil pencarian Google, sedangkan semua orang Awam bisa mengaksesnya. Dan tidak semua pengajaran didigitalisasi
Kalau seseorang yang gila Hormat dan Harta, pasti ketar ketir dengan kemajuan teknologi yang membuat seseorang belajar secara otodidak.
Apalagi Tokoh Agama yang jualan Agama 😂😂😂 mereka yang paling dirugikan dari kemajuan teknologi.
Saya butuh guru yg nyata,, dan butuh juga ggl sangat berguna buat Saya ada ilmu nya,,,Tinggal kita memilih aja,,,yg berguna Saya buka,,yg ga berguna Saya Tinggal kan paksa kan otak kita klo memang itu ga berguna Tinggal kan klo menurut saya,,,
Saya mah jg berhutang byk Dr internet dn google. Klo ngikutin kedunguan nuruddin mah msh terjebak jd kacung UMR..bahkan lebih rendah..boro2 bahagia
Justru dari google itulah kita bisa membandingkan teori 1 dan teori 2
Tapi kalo kita di blok oleh 1 guru di doktrin menurut apa yang dia mau,
Guru matematika bisa saja menyalahkan kita tentang rumus aljabar tapi guru matematika belum tentu bisa menggambar se jago kita
Guru bahasa indonesia belum tentu bisa main bola sejago kita maka dari itu explorasi dunia dan jangan fanatik
Kebanyaka netizen indo itu hanya ASAL APA YANG DIDENGAR MAKA ITU YANG AKAN DIA LONTARKAN,, 😂,, padahalkan minimal harusnya banyakin dulu informasi, analisa dan lalu filter baru komentar. mereka menyalahkan google untuk menutupi keterbatasan ilmunya.
Yang jelas itu Warga Konoha adalah penikmat kemajuan teknologi Dunia dari negara lain.. 😆😁🤭
Tapi justru mereka berdusta dan munafik 😂
gimana ga maju.
Contoh ada petani kreatif anti mainstream pasti dihujat diketawain aneh dll.
syukur kalau petani itu sukses paling cuman diem dan dengki. iri, ghibah.
kalau petani tadi gagal hancur sudah. dihujat disukurin diketawain. padahal tidak merugikan hidup mereka.
masyarakat kita tidak bisa menghargai proses.
Sama halnya dengan apa-apa harus bersanad tentang ilmu ini dan itu. Padahal dibalik pernyataan itu ada keinginan untuk menghegemoni, memonopoli melalui ilmu, yang ujung-ujungnya juga ada kepentingan ekonomi dan kekuasaan atas kelompok tertentu.
Selain itu juga menunjukkan kurangnya minat mengikuti perkembangan zaman khususnya teknologi yang mengakibatkan mundur dan terbelakangnya sebagian umat Islam.
"Belajar kok dari google", informasi dari perpustakaan atau bahkan dari seorang gurupun, nggak akan seluas yang data yang dimiliki oleh google (tinggal cari aja, aksesnya mudah + gratis juga, tinggal saring informasi yang bisa dipercaya dan tidak itu gimana).
Coba jelaskan MBTI sampai fungsi kognitif nya pak guru
Susah pak guru. Sama kayak wikipedia, aslinya kan ada catatan kaki disana. Tapi karena masyarakat kita ngak bisa cara ngutip yang bener gimana, malah yang dikutip webnya, ya jadi ngak bisa dijadikan rujukan. Padahal aslinya informasi di wikipedia kan informasi konensus atau yang umum digunakan.
Karena google itu tidak bisa diverifikasi kebenarannya, dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Maka dari itu jika ada karya tulis ilmiah yang semua referensinya berasal dari google maka pasti ditolak. Beda halnya kalo referensinya itu buku, yang sudah pasti bisa diverifikasi dan dipertanggung jawabkan. As simple as that.
zzzz kebalik barayaaaa. semua jurnal ilmiah yg sudah lulus verifikasi semua ada d guugle
@@gurugembul tapi gak semua yang ada di google itu ilmiah, dan gak semua karya ilmiah itu ada di google.
@@ismailsholeh128Lo sendiri ngakuin kan klo di google terdapat jurnal atau karya ilmiah yg di post...
Jdi apakah itu ga bisa di uji validasinya? jdi apa data di google ga bisa di uji kebenaran nya?
Jika gw nanya ke google "1+1 brp? Google memberi jawaban 2...
apakah jawaban Itu hoax?? salah?
@@citraputri3634 tidak sesimpel itu. Google itu tidak bisa menyaring mana karya ilmiah dan mana karya yang asal2an. Jika hari ini saya bikin website abal2 dan saya masukkan tulisan2 saya tentang berbagai hal, dan saya konsep tulisan saya itu layaknya karya ilmiah (padahal hanya make logika) maka semua orang tanpa terkecuali bisa mengakses tulisan saya, Karena google tidak bisa memfilter hal itu. Dan bisa saja orang yang membacanya menggap bahwa tulisan itu benar kemudian terpengaruh, dan faktanya memang banyak yang demikian. Makanya referensi dari google itu tidak kuat jika dijadikan rujukan karya tulis ilmiah.
@@ismailsholeh128 terimakasih ilmunya om, harus disepakati bersama bahwa intinya butuh lebih dari sekedar gugel untuk mendalami suatu ilmu.
Alhamdulillah saya ngeliat komenya disini banyak yang waras... Ga baperan..😂😂😂
Mental validasi (gila hormat).
Yang lebih lucu adalah orang-orang yang ngehina itu mereka juga nonton ceramah melalui youtube, yang mana sangat kontradiktif dengan pernyataan mereka yang melarang belajar melalui google.
Lah
Dulu juga layanan gofood dan grabfood dibilang haram.
Kayaknya Umat yg tanya dan Guru yg menjawab sama2 belum pernah pakai layanan itu
@@SatrioPrasetyo-e9v haram kalo belum di kasih cap halal chakkk.. Wkwk
@@FlorafaunaFacts28waduh halal kok cuman sebatas stempel? 😢
Pak guru bahas tentang apa itu rejeki, jangan sampai korup itu rejeki, kayaknya ini banyak salah kaprah.
Kalo begitu ngga usah ada sekolah,kampus dll...tinggal liat di google beres ,ijazah tinggal cetak beres ...kan udah canggih semua bisa belajar dan dikerjakan sendiri...bukan seperti itu maksud pemikirannya bpk gugem
apa bedanya pendidikan dan pembelajaran??
Ya kan emng bisa homeschool, tpi klo ujian ya harus ikut skolah.
Kalau anda pernah kuliah S1 sih, memang sumber dari google itu banyak yang kurang terpercaya, tidak lengkap, kurang mendalam dan bahkan hoax. Ada sih beberapa yang terpercaya, biasanya dalam bentuk jurnal online, dan itupun tidak terlalu banyak dan ada berbayar jga.
Referensi paling tepat itu adalah dari buku akademik/riset. Sayangnya, buku2 tersebut tidak bisa di akses lewat google. Tapi harus beli dulu, atau bisa pinjam di perpustakaan daerah/kampus. Ya memang wajar sih soalnya ilmu pengetahuan/riset itu mahal. Mari kita hargai para author buku tsb.
Padahal enak sekali kalo mau merenungkan, google banyak wawasan, tapi belum tentu punya metodologi untuk menyaring, gituh lo pak guru 😊
Pak guru apakah salah satu cara untuk memajukan bangsa ini adalah dengan menjadi Oligarki juga?
Oligarki brrti kita bagian dr 5% menguasai seluruh Indonesia, tp mustahil masuk dlm bagian itu,klo kita g ad circle disana
Hanya saja harus dipilah pilah informasi yg bertebaran di internet. Tidak semuanya objektif. Wikipedia saja bisa di-edit
udh jadi stereotipe org2 tua, kalo anak ato org buka internet, pasti buat main game.
yg akhirnya melahirkan pola pikir seperti itu.
liat aja org2 jaman dulu, mereka kalo ada yg pinter, bukan karna google, tapi karna baca buku.
dan mereka ingin kita mengikuti cara mereka.
sulit sekali memberi paham ke org tua tentang hal semacam itu. apalagi ttg google.
- gak tau kata kunci pencarian yang spesifik
- terbatas di bahasa indo
- terbatas 'safe search filter'
- Reddit dibatasi internet positif padahal banyak info positif langka di Reddit yang gak nemu di google, walaupun reddit banyak negatifnya juga
Padahal di Google banyak artikel yang bagus, bahkan kalo mau kita bisa cari jurnal dengan mudah di sana.
Ya itu kelompoknya Nuruddin kemaren waktu debat, pas pak guru gembul ngecek sumber dari google audiens nya langsung pada rewel
Karna waktu debat itu bukanlah debat tapi penghakiman kepada guru gembul . Kalau debat itu tenang gak ada keberpihakan dan netral , tapi coba simak lagi debat nya , para audiens malah bersorak tepuk tangan brisik terkesan mengitimindasi , padahal universitas besar tapi kelakuanya sangat berbanding terbalik .
nurrudin itu yang ngomong metafisika itu bagian dari ilmiah kah? wkwkwk kalo metafisika ilmiah berarti hantu, zodiak, alien ilmiah dong. 7 tahun di mesir ga ngapa2in😂
the real me vs everybody tuh diskusi aka debat kemren ma ustad nurudin loh bukan pas di R.A😅
@@juandahiosi4024lu ga tau daerah sana ga bener2 murni mahasiswa yang hadir, inget daerah sana terkenal dengan kelompok apa
@@KotakKuning yaa karna gk bisa belajar agama hanya dari google. Itu menimbulkan penafsiran pribadi yang buruknya menimbulkan kesimpulan yang sesat. Belajar agama emang harus ada sanadnya, gk bisa menurut pribadi.
sy sdh lama mengikuti pencerahan dri pak Guru, jdi apapun yg pak guru sampaikan pokonya benar gk ada salahnya deh, karna pak guru tetanggaan sm tuhan.
tuhan itu apa, sejenis tumbuhan kah?
Permasalahannya penulis nya kredibel apa gak 😂
Yah makanya sering-sering baca jurnal ilmiah dari berbagai sumber biar ada bahan pembanding. Terus masuk ke forum diskusi biar saling share.
@@rollersoze jarang orang cari informasi dr Jurnal Ilmiah 😂
gimana kalau, bisa aja penulis yang kredibel itu difitnah, misal di kitab yang dikarangnya ternyata diselipin ajaran lain oleh orang yang tidak bertanggung jawab. masak iya pembacanya mau mau an aja semua untuk setuju dengan pernyataan si pengarang tanpa mempertimbangkan nurani dan pikirannya buat nyari pembanding keabsahan buah pikiran dari karangannya itu.
@@LalaLilidismonet lah kalau kitab asli pasti yang dicetak sama penerbit ternama pasti ada QC nya om 😂 kecuali bajakan yg kertasnya seperti kopian 😂
Menurut saya yang dimaksud "dari Google" itu sendiri lebih tepatnya adalah "dari situs web yang kurang bisa dipercaya kredibilitasnya yang ditemukan melalui Google" 🤔. Ya maklum kan kita semua memang ingin dapat sesuatu yang langsung 100% pasti, karena kalau disuruh untuk memvalidasi sendiri, misalnya dengan cara melihat berbagai sumber lainnya dan membandingkannya dengan sumber tersebut, kan lebih membutuhkan banyak waktu dan tenaga :v 🥴.
Google sendiri ya jelas adalah mesin pencari. Google Scholar yang memuat berbagai jurnal ilmiah pun kan produknya Google hehe.
Saya kuliah sudah hampir 100% pakai Laptop, google dan AI disuruh dosen. Tanpa buku fisik sama sekali
ketika orang luar dapat akses internet untuk bermain game, mereka membuat user generated content di dalam game berupa modifikasi dan custom maps. sedangkan kebanyakan kita hanya bisa main aja sambil push rank 😂
Kalo ada yg sulit, susah, sukar ngapain pake yg mudah.
Kalau bagi saya untuk ilmu dunia gapapa belajar di google, Bing, search engine dll..
Tapi kalau untuk ilmu agama lebih baik ada guru. Qur'an dan Hadits tentang Aqidah, Fiqih, dll itu harus ditafsirkan terlebih dahulu.
karna kalau baca dan menafsirkan sendiri tanpa faham ilmu tafsirnya maka kata rosul, falyatabawwa maqadahu minannaar. Nanti orang yg sperti itu akan ditempatkan di neraka.
Kalau belajar sendiri ga ada yang ngarahin nanti pemahamannya berdasarkan nafsu. Makanya harus punya guru belajar dengan sanad yang baik dan jelas supaya terarah.
Tapi kalau pala batu ya silahkan, mau jadi mujtahid sendiri ngarang sana sini, mengajak orang ikut pendapat ente yang belajar agama otodidak nanti ente tanggung sendiri di akhirat..
Wallahu a'lam
kalau dari gugle kita biss menemukan 1000 ulama bersanad dan bisa saling mengkomparasikan pendapat
kalau satu pembimbing otoritatif, darimana kita bisa tahu dia bnar atau tidak?
@@gurugembul
Betul pak Guru memang banyak referensi di google. tapi untuk memahami ribuan referensi tentang agama itu tidak bisa menyimpulkan sendiri.
ditakutkan kesimpulan itu datang dari hawa nafsu dan syaithon, hanya mau mengambil pendapat-pendapat yang sesuai nafsu kita.
Disitulah petunjuk guru dibutuhkan, bagaimana memahami yang baik, sesuai dengan manhaj yang anda pilih. Cari guru jangan satu orang, ulama ulama dahulu pun gurunya tidak satu, tapi banyak ada yang puluhan. Belajarnya bukan hanya baca tapi harus talaqi dengan guru yang ahli di bidangnya.
Para Ulama Besar semuanya berguru, Tabiin Berguru, sahabat juga berguru bahkan nabi pun berguru pada malaikat. Bukan berarti zaman ulama dulu ga ada referensi tapi memang itu yang diajarkan.
Antum siapa? bukan nabi, bukan sahabat mau belajar agama otodidak menyimpulkan sendiri dan menularkan pemahaman bahwa mencari ilmu agama itu cukup dengan google (tanpa guru, cukup baca referensi sendiri dan simpulkan sendiri).
Semoga Allah kasih hidayah
@@gurugembul mental block menarik,
saya kira pak guru paham knp mereka begitu, Ilmu pengetahuan bisa di dapatkan dari mana saja dan kapan saja, namun soal buku, guru itu sudah melebar kemana, bisa melebar ke bisnis buku turun, guru tidak dibutuhkan lagi dsb
knp mereka butuh guru dalam mencari ilmu? yaa mereka tidak mandiri pak, ketergantungan sosial, mereka mencari ilmu sekaligus mencontoh prilaku guru
Mereka menolak belajar tanpa guru dengan sanad keilmuan yang jelas. Padahal itu bisa, contohnya Bambang Ekalaya yang lebih sakti dari Arjuna.
Mereka pikir buku fisik itu isinya otomatis valid, padahal semuanya juga tergantung pada isi bukunya. Terkadang isi buku bisa outdated, meski sumbernya bagus, kalo ilmunya itu ketinggalan beberapa dekade, otomatis bakal tersesat juga kalo menelan semua isi buku secara mentah-mentah.
mungkinkah ada ajarannya kalau kitab yang ditulis pake huruf arab apalagi tanpa syakal itu semacam tulisan tulisan suci seperti halnya tulisan kitab suci? seperti di pakistan kalo orang yang nulis didinding "dilarang kencing disini" pake tulisan arab maka orang orang yang membacanya pun bakal nurut.
@@LalaLilidismonetkalo ajarannya ada atau gak ada, aku kurang tau. tapi mungkin karna agama major kita berbahasa Arab, apapun yg ditulis bahasa Arab seakan jadi sakral gitu. soalnya aku pernah liat ada orang Arab yg ngobrol biasa, tapi diaminin😂. aku juga pernah nulis puisi tapi pake bahasa Arab, malah dikira punya wafak😅. aneh yaa..
@@LalaLilidismonet Gak ada.
Kaum rebahan di kamar sambil nonton hp.. wah itu nyaman banget sih.. 😅😅😅
yang jadi masalah adalah bukan google, atau mesin pencariannya, smartphone belum cocok untuk jadi pegangan belajar anak di Indonesia, utamanya untuk anak sekolah dasar
Terkadang sumber Intenet itu harus di uji dulu secara empiris pak guru😂
ya iyalah. dan mengujinya komparasi sumber juga bs di internet sendiri
beda kalau pada satu guru. kita g tau guru ini bnr atau salah tanpa pembanding
@@gurugembulmaaf pak kalo komen saya beberapa hari ini nyeleneh, soalnya udah males sama beberapa orang yang ga nangkap poin pak guru sampaikan.. Mereka menganggap pak guru tau segala.. Padahal chanel ini dibuat bukan untuk ngajarin orang sok tau tapi sebagai wadah diskusi kalopun salah itu wajar dan bisa saling belajar kritis dan bernalar..
Ayo debat@@gurugembul
@@gurugembul nanti kalau di bilang salah Trauma 😂😂 kena mental terus pura pura mau tutup akun 😂😂😂😂 lucu gak sih
@@FlorafaunaFacts28 ya kalo dibuat untuk diskusi harusnya logika yang keluar, bukan sentimen. Faktanya di komentar yang keluar lebih banyak cuma sentimen kepada lawan debat kemaren. Gw akui sikap legowo mengaku kalah debat itu berjiwa besar sekali, tapi selanjutnya counter dari asumsi yang berkembang cuma dibantah dengan sikap yang sangat pecundang sekali
Mental block juga dibahas dalam ilmu LOA. alhamdulillah bisa kenal LOA wlu merasa telat karena udh berumur baru kenal.
iya pak guru saya setuju, belajar melalui google emang membantu, tp jika menyangkut ilmu agama secara moral harusnya melalui guru yg valid, soalnya agama islam menjunjung tinggi sanad ilmu yg jelas, itulah yg mmbedakan islam dg agama lain. tolonglah pak guru jgn mengubah paradigma ini, ulama juga mmiliki tngung jawab menjaga agama
yg baraya maksud itu NU setahu saya. dalam islam ilmu agama itu di dapat dari quran dan sunnah dan penjelasannya ambil dari banyak ulama yg mumpuni dalam iman dan pengetahuan
@@gurugembul mayoritas ahlussunah waljamaah prinsipnya spt itu. cuba sampean liat ulama² jebolan timteng, pst yg ditekankan sanad. apalagi stlh muncul aliran baru spt salafy yg tdk menghargai sanad keilmuan. bayangin ngaji digoogle yg nulis ternyata snouck Hurgronje, bisa rusak pak agama ini
Cek Google server negara lain. Prediksi pertama tentang Indonesia.
Indonesia (Bagian Utara Australia).
Indonesia (dimana tionghoa kaya).
Indonesia (sepakbola raja)
Indonesia (netizen (kecanduan hp dan medsos) ).
Banyak dr rakyat indonesia yg Tk intellegensinya terpuruk, mrk tdk bisa berpikir kritis atau mau mengerti apa itu Google dan fungsinya. Mrk hanya sp tk “user” u fungsi dasar saja dr digital/internet/google. Jd maklumin saja deh pak Gugem👍💐
Google adalah mesin pencari referensi. Kita bisa belajar otodidak lewat google, tapi otodidak itu memakan waktu dan tenaga, bisa salah arah dan jalan, karena belajarnya tanpa ada sistem dan pembimbing.
Dalam agama Islam, kita percaya adanya Iblis dan bala tentaranya senantiasi menjerumuskan manusia dari jalan yang benar.
Tanpa adanya seorang guru yang sudah diakui kesholehannya, ada kemungkinan besar iblis akan membimbing untuk menyimpang dari jalan yang benar.
di google kita bisa menemukan hoax tapi bisa menemukan counternya
nah kalau belajar dari guru kalau dia hoax tau darimana kita?
sebaiknya mencari penulis dan web yg kredible di web google. Kalau sudah dapat ilmu laduni ya mungkin sudah tidak membutuhkan ilmu ruang waktu...😊
Pak Guru jg aneh, kok bisa²nya masih heran dg orang Indonesia. 🤣
Tp tolong tetap lanjutkan usaha mencerdaskan kehidupan bangsa-nya Pak, jangan stop, biar makin dikit orang² seperti yg Pak Guru bilang tadi. 😁🙏🏻
lu jg paling aneh...wkwkkk
dia kan lg ngajarin org² aneh kayak lu. wkwkkk😝
Satu lagi gue mau kasih tau ke baraya pak Gembul, mending lu kurangin emosian deh kalo lagi debat sama orang yang beda pendapat. Soalnya mungkin cara mikir mereka beda sama kita. Kalo pak kebawa emosi, lawan debat malah gak fokus sama apa yang mau kita sampein, kecuali mereka juga ikutan kebawa emosi. Jadinya debat itu gak ilmiah lagi, karena semua orang cuma mau nunjukin egonya masing-masing.
Waalaikumsalam Betuuuuul setuju pak guru
lebih ke munafik sih netijen kita, bacotnya segudang tapi ga ada action nya wkokwoko
Bukankah Gugel itu sama dengan buku, sudah di permudah Jangan bermental sulit!
Masalah belajar dari google itu partial dan tidak komprehensif ...satu pendapat di nukil langsung dan di anggap sebagai kebenaran ...
Liat notif sekilas Gugel nangis di Indonesia
Oohh "Google"😅
Google itu ibarat perpustakaan.
BUKAN ANTI DIGITAL PAK GURU, TAPI ORANG-ORANG MUNAFIK..
SAYA BELAJAR DARI GOOGLE, KEMUDIAN USAHA DARI GOOGLE (tanpa kios atau toko).
ALHAMDULILLAH SEKARANG SUDAH BISA KE BELI RUMAH CLUSTER...
TERIMAKASIH GOOGLE.
Mental pengemis tangannya nadah terus tapi ngerasa paling raja
Itulah efek dari pendidikan berbasis doktrin, bukan berbasis logika dasar.
Padahal google, yandex, bing dsb itu adalah "MESIN PENCARI" bukan sumber informasi.
Mesin: alat untuk membantu pekerjaan/tugas manusia.
Hal basic aja gak paham 😂😂😂
Menurut saya ada 2 ilmu yang tidak bisa di pelajari dari google.
1. Agama. Karena benar tidaknya baru bisa di ketahui di Akhirat yaitu surga da neraka.
2. Kesehatan. Kalau saja keliru bisa saja mati