AJI SANGKYA, Mengenal Hakikat Diri Manusia, Video YTC Seri Ke-71

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 7 вер 2024
  • • AJI SANGKYA, Mengenal ...
    AJI SANGKYA, Mengenal Hakikat Diri Manusia
    #Sangkhya
    #FilsafatManusia
    #FilsafatTimur
    AJI SAMKYA, Mengenal Hakikat Diri Manusia, dalam konten ini mengangkat teks karya Ida Ktoet Djelantik dari griya Tegeha, Banjar, Singaraja, Bali. Teks ini berbentuk prosa dengan Bahasa Bali kasamen. Terbit perdana dalam Bahasa latin tahun 1947 di Singaraja dikemas dalam 10 bab. Teks ini merupakan rekonstruksi dan transformasi ajaran Samkhya berdasarkan teks-teks Siwatattwa seperti Bhuwanakosa, Wrhaspati Tattwa, Tattwa Jnana dan lain-lainnya. Akademisi yang telah menaruh minat pada karya ini di antaranya I Gde Sura, Wayan Suka Yasa, Ida Bagus Djelantik Sutanegara, dan Wayan Agus Sindhu Gitananda.
    Manusia wajib mengenal asal-muasal dirinya, bagaimana ia diciptakan, apa potensi dirinya, dan bagaimana ia mencapai tujuan hidupnya dengan segala potensi yang dimilikinya. Cara terbaik untuk mengenali diri sendiri sebagai manusia adalah dengan mempelajari tattwa karena diri manusia adalah berkumpulnya (akumulasi) semua tattwa. Dalam teks Aji Sangkya dijelaskan ada dua azas, yaitu Cetana dan Acetana. Azas cetana adalah azas yang hening, bersih, cerdas, selalu sadar tanpa pernah lupa, tanpa putus, dan tanpa akhir. Itu yang berada paling atas. Cetana rumaga ening bresih, pradnyan menget tan kahanan lupa, eling kenceng tan patanggu, punika mungguh ring luhur”. Cetana memiliki tiga katagori, yakni Paramasiwa [transenden], Sadasiwa [transenden-imanen], dan Siwatma [imanen] yang ketiganya disebut Siwatattwa atau Purushatattwa. Cetana bersifat menyusupi dan melingkupi Acetana [utaprota] sehingga menyebabkan unsur-unsur pradhana berkembang. Sementara yang kainnya disebut azas Acetana, yaitu azas yang lebih rendah [di bawah], lupa tanpa kesadaran, ibarat sebongkah batu dan sejenisnya. ”Cetana disebut Mayatattwa atau Pradhanatattwa. Kedua azas ini dalam kehidupan acapkali diidentikan dengan Purusa Vs Pradana, Lingga Vs Yoni, Akasa Vs Pertiwi. Misalnya simbol Lingga sebagai simbol Ayah (Tuhan) dan Yoni sebagai Ibu (pertiwi), sebagai alam semesta, telah dipuja oleh umat Hindu sejak 3.500 tahun sebelum masehi.
    Pertemuan Cetana dengan Acetana menyebabkan pradhanatattwa berevolusi, dalam alam kesadaran. Citta ini berpencar menjadi triguna [sattwam, rajas, tamas] yang banyak bingung, dan berpengaruh terhadap bingungnya citta, sehingga citta mengalami kesulitan kembali ke Purushatattwa. Guna sattwam sesekali menjadi baik, guna rajas menjadi aktif dan penuh ambisi, dan guna tamas acapkali pasif dan malas. Triguna lah penyebab perubahan itu.
    Evolusi berikutnya adalah ketika Citta yang telah menurun kesadarannya menjadi buddhi [intelek, intuisi, kebijaksanaan, kecerdasan]. Kesadaran yang lebih rendah disebut ahamkara [ego, keakuan]. Ahamkara dipengaruhi triguna memiliki tiga bentuk, yakni wekerta, tejasa, dan bhutadi. Ahamkara Wekerta mengejawantah menjadi manas [pikiran, rajanya indera ‘rajendriya’] dan panca bhudindriya [lima indera persepsi: penglihatan (caksuindriya), pendengaran (srotendriya), pengecap (jihwendria), penciuman (granendriya), dan perabaan (twakindriya)]. Ahamkara Tejasa mengejawantah menjadi panca karmendriya [lima indera gerak: penggerak kaki (padendriya), penggerak tangan (panindriya), penggerak perut (garbendriya), penggerak pelepasan/eksresi (payuindriya) dan penggerak kemaluan (upastha/ bhagendriya)]. Ahamkara Bhutadi mengejawantah menjadi panca mahabhuta [lima unsur pembentuk alam semesta dan diri manusia: tanah (perthiwi), air (apah), api (teja), angina (bayu), dan angkasa (akasa)]. Citta yang telah menurun kesadarannya menjadi buddhi [intelek, intuisi, kebijaksanaan, kecerdasan]. Kesadaran yang lebih rendah disebut ahamkara [ego, keakuan]. Ahamkara dipengaruhi triguna memiliki tiga bentuk, yakni wekerta, tejasa, dan bhutadi.
    Aji Sangkya mengajarkan tiada apapun di luar purusa dan pradhana. Diri manusia adalah kesatuan spirit [purusa] dan materi [pradhana] yang melahirkan semua tattwa. Bagaimana menjadi manusia seutuhnya ? Jnana Bhyudreka : mempelajari semua tattwa [ajaran kebenaran] untuk membangun kecerdasan intelek, emosi, dan spiritual; Indriya Yogamarga: mengendalikan pikiran dan dasendriya melalui yoga; Tresna Dosaksaya: melepaskan diri dari semua ikatan dosa [Wrihaspati Tattwa]. Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada UA-cam, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
    Subscribe untuk mendapatkan video-video terbaru
    www.youtube.co...
    Facebook:
    yudhatriguna
    Instagram:
    / yudhatrigunachannel
    Website:
    www.yudhatrigu...

КОМЕНТАРІ • 58