Saya orang yang banyak salah, tapi saya berusah mengambil tidakan-tindakan dan langkah untuk bagaiman menyimak secara serius apa yang ust Sampaikan. Doa saya semoga Allah memberi Rahmat kepada ust🤲
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
Lihat dan renungkanlah cara beliau ustadz adi hidayat mengajak umat utk bersedaqah dgn cara yg berkias tp cukup mengusik hati hati yg dermawan dan beriman.. YA ALLAH LINDUNGILAH ULAMA DAN GURU GURU KAMI YG ISTIQOMAH DALAM MENYAMPAIKAN ILMU YG HAQ DAN BENAR DAN REDHOMULAH DALAM MAJLIS ILMU SYARIAT DAN ISLAM.
Masya Alloh ...UAH ilmunya luar biasa, tinggi sekali. Setiap kali memberi penjelasan , detail sekali dan jelas. Semoga Alloh senantiasa menjaga beliau.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 Kuncinya : 1. Sami'na wa ato'na (taat atas dasar keimanan), 2. Ada Hikmah dibalik ketaatan tersebut 3. Dengan Hikmah tersebut Alloh akan Bimbing akal manusia yang terbatas ini. #HanyaAllohYangMahaTahu
@@AbdulRohim-rl4pe ketaatan pada wilayah fiqih, itu sangat diperlukan. Sebab kita diajarkan untuk menaati hukum Allah. Namun ini berbeda dengan kajian sejarah apalagi peristiwa masa lalu yang tidak termuat dalam kitab suci, lebih khusus peristiwa pasca nabi saw. Hal itu sangat terbuka untuk berfikir kritis, karena periwayatannya berasal dari manusia yang sangat memungkinkan ada kekeliruan ataupun pemalsuan, karena bukan firman ilahi yang tidak dapat disanggah akal manusia.
Alhamdulillah, tidak bisa diucapkan dengan kata2, sungguh luar biasa tausiahnya. Terimakasih banyak ustad, semoga membawa keberkahan buat semua sehingga bisa lebih mendekatkan diri kepada Alloh SWT, selamat dunia & akhirat. Aamiin ya Alloh Tuhan semesta alam.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 @Cahaya Ilmu sudahlah agungkan lah Allah Rabbmu yang telah menciptakan kamu bukan Ali, supaya kamu bisa bertemu dengan beliau Khaidar Ali yang lebih dicintai daripada Baginda Rasulullah di surga"
@@pandamerah9457 alangkah baiknya memberikan tanggapan sesuai dengan pembahasan. Saya memberikan tanggapan terkait Abdullah bin Saba karena UAH membahasnya. Tanggapan saudara sendiri sebenarnya sudah salah. Seolah olah saya dan kaum syiah mengagungkan Ali lebih dari mengagungkan Allah dan rasulullah Muhammad saw. Dan seolah olah saya dan kaum syiah mencintai Ali lebih dari mencintai Allah dan rasulullah Muhammad saw.
MashaAllah tercerahkan sekali, bagaimana cara" Seperti ini seperti terulang kembali dari jaman ke jaman, Semoga Allah berikan kesehatan dan keberkahan untuk UAH. Aamiin
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Trimakasih ya Allah, smoga bermunculan UAH² sperti beliau, dan kami berdoa smoga Allah sllu menjaga beliau dan meridhoi ilmu² beliau shingga bisa menjadi hikmah bagi umat utk di ambil pelajaran yg mencerdaskan bangsa, amin
Bismillah Assalamualaikum, Ramadhan segera pergi semoga tetap sehat iman kuat Istiqomah raih ampunan Alloh n dijauhkan dari neraka, panjang umur dlm keberkahan keimanan Istiqomah 🌹❤️💕
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh. dari balikpapan kami turut hadir menyaksikan, menyimak dan mendo'akan, Semoga Allah SWT *senantiasa* _memberi kenikmatan hidup,_ _memberi rejeki yg melimpah berkah barokah,_ _memberi keluarga yang tentram, damai dan bahagia,_ _memberi keberuntungan didunia dan akhirat_ untuk Ustadz Adi Hidayat sekeluarga beserta tim dan kita semua. Allahumma sholli'ala sayyidina Muhammad wa'ala ali sayyidina Muhammad.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
masya Allah ustad terimakasih ilmunya, bs menjawab rasa penasaran saya selama ini. kenapa ada org yg mempermasalahkan dakwah org lain sedangkan klo liat maksiat dia diam. mungkin dia penganut syiah, wallahualam semoga kita dihindarkan dri segala bentuk ajaran yg salah/sesat dan fitnah akhir zaman
alhamdulillah, barakallah ustadz. banyak catatan saya : khawarij melahirkan pemahaman2 sempit antara lain : tokoh wasil bin atha (murid hasn al basri yang dikeluarkan). pembuat muktazilah ; sekumpulan orang yang mengikuti / mengutamakan rasionalisasi akal sebelum hikmah memahami dalil2 yang ada. (seharusnya 👆: memahami dalil dlu - imani - hikmah datang - lalu bimbing akal) dari paham muktazillah lahirlah paham2 liberal dkk. jabariyah ; sekumpulan orang yang mengikuti runtunan / keterpaksaan takdir / kesemuanya terserah Allah tanpa niatan ikhtiar. (dikenal juga jahmiyah pendirinya jahm bin shafwan dengan jaad bin dinnar). qadariyah ; sekumpulan orang yang mengikuti dasar kemampuan. prinsip utamanya "yang tau kita adalah kita sendiri biarkan Allah Yang Menentukan". (pendirinya ma'bad al juhany dan ghaylan ady masky). dan sebutan fitnah kubra yang tersebut dari nubuat itu muncul dari zaman faham2 ini yg dikemas oleh segolongan2 / kumpulan orang2 diatas diatas.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Masya Allah tabarakallah Semoga ustadz Adi senantiasa diberi kesehatan dan kelancaran dlm menyampaikan dan menjalankan tugasnya, aamiin yaa Rabbal'Aalamiin
MasyaAllah Ustadz Adi luarbiasa ilmunya, jazakillahu khoir Ustadz untuk ilmunya 🙏, Semoga Allah Subhanahu wata'ala selalu menjaga Ustdaz dan keluarga, sehat selalu tua guru ❤
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 aku juga suka Khaidar dan Hasan Husen mereka adalah manusia mulia dan juga Umar Utsman dan abu bakar,tapi aku lebih memilih Rasulullah karena mereka bukanlah sang juru penyelamat Bagindalah yang akan memberi syafaat kepada mereka
MasyaAllah Tabarakallah... Begitu luar biasa ilmu beliau... Alhamdulillah banyak kajian beliau yg sangat membantu bertambah nya ilmu kita... Ucapan terima kasih yg tak hingga atas pencerahannya... Semoga ustadz UAH... Selalu dlm perlindungan Allah, sehat selalu karna kami ingin terus dan terus belajar dg menambah ilmu... Tabarakallah Ustadz... 🙏🙏🙏
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sebagai sosok 'super power'. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 udah mas, kalau Abdullah bin Saba gk nyata ya sudah jangan maksa, berarti ini fitnah terhadap klan Syiah padahal tidak seperti itu kan ,tapi kenapa Syiah di Iran mereka melaknat Umar teman Rasulullah dan sebagian mereka berdoa kepada Ali? Kamu bisa melihat sendiri di UA-cam klan Syiah" Aku lebih suka Allah tidak ada Tuhan selain dia dan itu memang benar. karena gk ada yang peduli selain Allah Aku satu satunya orang yang berbeda dari orang lain Mas punya perasaan GK iri sama siapa gitu? Paling saudara iri sama manusia yang lain karena hidup nya lebih baik, Kalau saya benar-benar beda, saya iri sama Allah apa yang dia kehendaki bisa terjadi , makanya saya iri sama pencipta saya sendiri dan Allah tau itu,jadi jangan berpikiran bahwa saya sesat, seperti tuduhan orang orang yang menuduh Syiah itu bukan Islam, Syiah itu cuma klan"
@@pandamerah9457 orang yang mencaci sahabat itu memang ada. Tapi salah jika saudara menggeneralisir bahwa semua kaum syiah melakukan itu. Di syiah imamiyah ada ulama rujukan yang disebut marja taqlid, dimana orang yang bertaqlid kepadanya sudah seharusnya mengikuti fatwanya. Marja terbesar syiah imamiyah yaitu Ayatullah Ali Khamenei (Imam Ali Khamenei) pernah berfatwa melarang kaum syiah mencaci simbol-simbol yang disucikan saudara ahlussunnah. Oleh karena itu berdasarkan fatwa ini maka tidak boleh ada pencacian terhadap sahabat. Terkait pencacian sahabat nabi. Hal itu juga sebenarnya bukan doktrin mahzab. Akan tetapi hal itu merupakan reaksi (segelintir orang) terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi sepeninggal nabi saw. Soal doa. Tujuan doa hanya kepada Allah. Namun kita bisa bertawassul melalui orang-orang suci, alim, dan shaleh. Terkait doa tawassul, saudara bisa baca sendiri doa tersebut. Ada 14 manusia suci dalam doa tawassul yaitu Rasulullah saw, Sayidah Fatimah, dan 12 imam.
@@christiandarren1894 saya ingin tahu posisi saudara terlebih dahulu. Jika saudara muslim. Saya akan menyebutkan dalil terkait kesucian mereka. Namun jika saudara bukan muslim, saya tidak perlu menyebutkannya.
Barakallah ustadz..benar2 menelanjangi sepak terjang orang2 liberal ( dulu lbh dikenal orientalis)...semoga umat semakin waspada. sy insyaAllah yakin orang2 sdh tahu siapa2 aktor liberal...yg pintarnya mereka kbanyakan bersembunyi di balik baju organisasi islam terbesar di negeri ini, jd agak sulit utk memberantas, karena mayoritas umat di organisasi tsb tidak sadar dan kita smua tahu umat organisasi tsb orang2 yg sangat keras membela organisasinya, yg sedihnya seringkali terlihat lebih mencintai organisasinya dibanding agamanya...semoga mereka smua tersadarkan, juga umat organisasi islam yg lain, dan kita semua tersadarkan dan ummat islam bersatu kembali. Aamiin.
MaasyaaAllah AllohuAkbar Alhamdulillah, smoga ustad felix dn ustad- ustad semuanya diberkahi dan slalu dijaga oleh Allah ta'ala dimnapun kapanpun..aamiin
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@@daudscorner928 Kalo diperhatikan pencacian sahabat nabi bukan sebuah doktrin, melainkan hanya semacam reaksi atas kejadian di masa lalu, tepatnya kejadian yang dimulai sejak wafatnya nabi saw. Sebenarnya baik di syiah ataupun yang mengklaim dirinya sunni, terdapat kelompok yang reaktif semacam itu. Kalo di syiah mereka sering disebut rafidhi/rafidho, yaitu mereka yang mencaci sahabat nabi. Sedangkan kalo yang mengklaim dirinya sunni mereka sering disebut nashibi/nawashib, yaitu mereka yang mencaci atau tidak memuliakan ahlul bait nabi. Dulu pencacian terhadap ahlul bait nabi (yakni Ali bin Abu Thalib) dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Peristiwa apa saja yang membuat munculnya reaksi semacam itu (mencaci) ? Ada banyak peristiwa, diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama, peristiwa saqifah. Waktu nabi saw wafat. Sebagian sahabat ada yang tetap mengurus jenazah rasul seperti Ali bin Abu Thalib. Sementara itu sebagian sahabat lainnya berkumpul di saqifah bani saidah membicarakan pengganti rasulullah dalam urusan kepemimpinan, dimana saat itu Abu Bakar dipilih dan dibaiat sebagai khalifah. Hal ini menyebabkan jenazah rasul baru dimakamkan lebih dari 1 hari. Terkait baiat saqifah, ada beberapa sahabat nabi yang tidak setuju atas pembaiatan tersebut. Mereka berpandangan bahwa ahlul bait nabi yakni Ali lebih layak dalam urusan kepemimpinan. Pandangan ini dari Ibnu Abbas, Salman Al Farisi, dan beberapa sahabat lainnya. Kedua, perselisihan tanah fadaq antara Sayidah Fatimah dengan Abu Bakar selaku khalifah. Perselisihan ini disebut dalam kitab hadis dimana Abu bakar mengatakan bahwa "sesungguhnya nabi tidak mewariskan apapun. Semua adalah sedekah bagi umat." Terkait pencacian sahabat nabi sebaiknya merujuk fatwa Imam Ali Khamenei yang melarang kaum syiah mencaci tokoh-tokoh yang disucikan ahlussunnah.
@@cahayailmu2172 ngawur, ahli Sunnah wal jama'ah itu gak ada yg tdk menghormatinpara sahabat Nabi Saw. Referensi sejarahmu itu fitnah semua. Belajar yg benar dari sumber yg benar dan shohih, agar menjadi benar. Kalo belajar salah ya gini jadinya, jadi Syiah kau. Aqidah Syiah sesat, itu sdh keputusan para jumhur ulama ahlul Sunnah wal jama'ah. Kalian akan pertanggung jawabkan kelak dihadapan Allah SWT.
@@cahayailmu2172 gak ada dalam ajaran Ahlu Sunnah waljamaah. Anda Syiah gemar fitnah dan bohong. Semua referensi dari para sahabat apalagi ahlul bait, selama sanadnya jelas hingga ke Nabi Saw, digunakan olah ahlusunnah wal jama'ah.
@@daudscorner928 tidak memuliakan ahlul bait nabi. Mereka disebut nashibi/nawashib. Mereka mengklaim diri sebagai ahlussunnah. Ada yang menyebut mereka wahabbi, namun mereka sendiri mengklaim dirinya sebagai ahlussunnah. Nashibi/nawashibi mulai muncul di zaman Muawiyah. Ia menyerukan untuk mencaci Ali. Silahkan baca Sahih Muslim, hal 1129, Dar Thayyibah; Tarikh Ibnu Khaldun, jil 3, hal 94, darul fikr, beirut. Soal "perselisihan" tanah fadaq, silahkan baca Sahih Bukhari kitab Fardh Al Khumus Bab Khumus no 1345; kitab Mukhtasar Sahih Bukhari oleh Syaikh Nashirudin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan hadis no 1345 terbitan Pustaka Azzam cetakan pertama 2007. Soal jenazah rasul dimakamkan lebih dari 1 hari. Silahkan baca Imam Ibnu Hajar Al Haitami dalam Al Shawa'iqul Muhriqah; Musnad Ahmad 41/300. Nabi saw wafat pada hari senin dan dikuburkan pada malam rabu.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Masya Alloh.. lengkap sekali Ustadz. Semoga semua yg berperan dalam dakwah UAH mendapatkan keberkahan, kebaikan dan kasih syg Allah sampai akhirnya bertemu dg Allah dan Nabi Muhammad SAW.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Waalaikumsalam,,,Masha Allah Alhamdulillah👍🙏pencerahannya sehat walafiat selalu Ustadz sekeluarga dan yg menyimak beetambah berkah barokallah Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Alhamdullilah. Semoga bermanfaat. Semoga Allah melindungi Ustadz Adi Hidayat dari fitnah keji akhir zaman. Dan kita semua juga terlindung dari fitnah. Aamiin. Salam dari Pemuda Muhammadiyah Klaten. Sesekali berkunjung kesini Ustadz ke Kota Bersinar, Klaten.
Saya nonton dan belajar dr UAH baru 2024 Stlh sekian kali saya nonton UAH, saya liat di video ini beliau trlihat kurang fit 😭, semoga UAH selalu dalam lindungan Allah🤲🏻
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 udah mas udah, membosankan GK usah memaksa nanti hanya Allah yang tau siapa muslim yang benar dan salah mungkin aku dan mas bukan Islam?, semoga mas tidak disesatkan oleh sang mata ya"
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Subhanallah...!!! Semoga diri ini istiqomah Iman-Islamnya dan teguh hati di dalam Dien-Nya. Dengan memahami Islam secara kaffah, insyaa Allah dapat terselamatkan dr pemahaman2 yg menyesatkan. Sehat selalu Ustadz Adi Hidayat, agar dilancarkan jalan dakwahnya dalam mencerdaskan umat Islam.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172Puji Tuhan untuk diriku sendiri 🙏 semoga Allah mempertemukan kita dengan Khaidar Ali dan Hasan Husain dan Sang juru penyelamat di hari penghakiman nanti
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Alhamdulillah bisa menyimak kajian UAH,semoga UAH dan keluarga beserta team diberi perlindungan dan kesehatan oleh Allah SWT. Ya Allah semoga hamba Engkau beri kesempatan untuk dapat berkunjung ke tempat UAH...karena keinginan seorang Ibu yg mempunyai anak laki2 dengan harapan menjadi anak yg Sholih.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 anda seperti Kristen maksa benar benar maksa Kalau kamu cintai Ahlul bait dan Ali ya sudah Cintailah dia untukku, Allah Tuhan mu dan Tiada Tuhan selain dia dan nabi mu adalah Muhammad Al-amin
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 sudahlah agungkan lah Allah Rabbmu yang telah menciptakan kamu bukan Ali, supaya kamu bisa bertemu dengan beliau Khaidar Ali yang lebih dicintai daripada Baginda Rasulullah di surga"
@@pandamerah9457 alangkah baiknya memberikan tanggapan sesuai pembahasan. Saya memberikan tanggapan terkait Abdullah bin Saba karena UAH membahasnya. Tanggapan saudara sendiri sebenarnya sudah salah. Seolah olah saya dan kaum syiah mengagungkan Ali lebih dari mengagungkan Allah dan rasulullah Muhammad saw. Dan seolah olah saya dan kaum syiah mencintai Ali lebih dari mencintai Allah dan rasulullah Muhammad saw.
@@cahayailmu2172 iya sudah,gk usah dipikirin, sebenernya Syiah jga Islam ini hanya klan cinta terhadap ahlul bait Iya kamu mengakui Baginda nabi dan rasul kan? Berarti kamu Islam Karena Bagaimana disebut Islam sedangkan tidak mengakui Baginda nabi dan rasul sang pembawa ajaran Islam,. Syiah itu klan Tapi kalau sudah seperti Kristen ujung menjadi kan tokoh tokoh mulia sebagai Tuhan selain Allah Tidak ada Tuhan selain Allah Sebenarnya Hanya Allah yang tau siapa yang muslim dan tidak Mungkin aku jga bukan Islam. Itu Abdullah bin Saba itu tokoh fiktif saudara lagi pula dia gk penting apakah kamu mau bertemu dengan nya? Aku GK peduli dia nyata atau GK"sebenarnya aku jga suka Ali dan Umar sesama manusia Yahh semoga Allah SWT mengampuni kita ya mas maaf"🙏
@@pandamerah9457 sekte yang melenceng namanya ghulat. Dari kelompok sesat tersebut, ada yang menyebut Ali tuhan, dan ada juga menyebut Ali yang seharusnya menerima wahyu. Sedangkan sekte lain yakni imamiyah, zaidiyah, ismailiyah tidak punya pandangan seperti ghulat. Ali bagi imamiyah, zaidiyah, dan ismailiyah adalah imam penerus kepemimpinan rasulullah Muhammad saw. Hal ini masuk dalam kajian teologi. Di syiah setidaknya ada 5 tema pokok kajian teologi, yaitu at tauhid (ke-Esa-an Allah), an nubuwwah (kenabian), al adl (keadilan ilahi), maad (hari kebangkitan), dan imamah (kepemimpinan). Terkait kepemimpinan Ali bin Abu Thalib, hal tersebut masuk dalam tema imamah bukan nubuwwah (kenabian), karena memang Ali bukan nabi. Abdullah bin Saba memang tidak penting. Namun nama tersebut sering diklaim sebagai pendiri syiah sebagaimana kajian UAH diatas. Makanya saya berikan tanggapan kritis agar orang lain paham bahwa sanad refrensi UAH tentang Abdullah bin Saba nyambungnya ke Saif Ibnu Umar.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 Aku bertemu Khaidar Ali dan berkata"Hai Khaidar Ali Mereka lebih cinta kepada mu dan Hasan Husen daripada Nabi mereka sendiri ini sungguh membingungkan padahal dia sang juru penyelamat kamu dan mereka?" Khaidar Ali berkata"Iya tidak apa apa,tapi kalau mereka sudah menuhankan aku dan anak anakku seperti orang orang Nasrani dan tidak cinta kepada Rasulullah,itu urusan dia sama Allah karena telah syirik kepadanya!"
Semoga UAH beserta keluarga de beri kesehatan umur yg pnjang d mudahkn segala urusan dunia akhirat ny Dan tetap setia satu istri saja.. Aamiin Allahumma Aamiin 🤲 LOVE U USTADZ IDOLAKU😍😍😍💗💗💗
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Mashaallah tabarakallah... Bab pembahasan singkat, tapi lumayan lama jam nya, tapi bisa tergolong singkat atau rangkumannya.tapi sangat tersampaikan jika menyimak dengan seksama. Memang 2 jam lebih. Tp jika bosan dan sibuk.bisa di lanjut kan 2 kali menontonnya.dan usahakn dengarkan dan lihat secara fokus supaya tersampaikan.
UAH salah satu yang menghapal menggunakan jiwa. Makanya beliau selalu menjelaskan tanpa melihat buku,kitab atau tulisan. Selalu sehat untuk UAH dan keluarga Aamiin
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 memahami kebenaran itu ternyata sampai serumit itu. Apakah tidak ada yang lebih sederhana untuk membedakan mana yang pantas diikuti dan mana yang tidak pantas diikuti...?
@@amanatrahmat3965 jika konteksnya adalah perbedaan pemahaman dalam satu lingkup agama. Maka dapat mengembalikannya ke nash agama bersangkutan. Selama tidak bertentangan dengan nash, maka bukan sebuah masalah. Namun tidak sedikit juga sebuah nash memunculkan ragam tafsir.
Nonton delay.....Alhamdulillah masih bisa menyimak ...jazakallah ustad...semoga selalu diberikan keiklasan dalam mengajar....pahala jariyah menanti.....aamiin ya Robb
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 saya juga pernah membaca soal ini sedikit walau tidak dalam. Ustman dibunuh saat mambaca Qur'an..biar adil harusnya dibacakan juga bagaimana beliau wafat, tidak lari dan bagaimana Ali mengirimkan anaknya untuk mencoba melindungi beliau. Sebagai orang yang beriman, kita kan tahu di padang masyarlah semua keadilan dan kebenaran akan digelar...
@@penikusumawati7509 soal Usman terbunuh itu fakta, dan terjadi instabilitas politik di zaman beliau itu juga fakta. Namun yang menjadi persoalan adalah terkait sebab atas instabilitas politik dan terbunuhnya sayidina Usman. Apakah memang seperti narasi tentang abdullah bin saba ?
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Kita sebagai orang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt , kita tidak perlu takut terhadap bermacam-macam perbedaan agama manapun dan aliran kepercayaan seperti syiah , wahabi dsb. Tugas kita adalah menegakkan kebenaran dan kebaikan atau akhlak tanpa berbuat dosa . Orang Islam teruslah meningkat ilmu pengetahuan . Dan selalu berdiskusi dan dialoq dengan siapun. Semoga hidup kita diberkati oleh Allah Swt .
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Masya allah..ya allah mengerikan..sekali..jauhkanlah kami dari pemahaman khawarij..lindungilah..kami ya allah dari pemahaman² seperti itu..alhamdulillah..saya selalu mengikuti guru² yg lurus aqidah..trimakasi..pak ustad atas ilmunya..sehat selalu berkah ilmu
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Alhamdulillah sangat jelas penjelasanya dan teman2 mohon berhati hati dan abaikan komentar komentar negatif di vidio ini yang ingin membelokan kebenaran di vidio ini
TANGGAPAN TENTANG ABDULLAH BIN SABA Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam tarikh al thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam rijal al kasyisyi untuk menceritakan kaum ghulat. Baik tarikh al thabari (sunni) maupun rijal al kasyisyi (syiah), sanad cerita dari keduanya sama sama bermuara kepada Saif Ibnu Umar at Tamimi. Saif Ibnu Umar sendiri oleh para ulama dinilai lemah dalam periwayatan dan cenderung mengarah sebagai pembuat hadis. Beberapa ulama Ahlussunnah yang menilai Saif Ibnu Umar demikian diantaranya adalah: An Nasai dalam kitab Ad Dhuafa wal Matrukin bahwa Saif Ibnu Umar lemah, kemudian Abu Hatim Attamimi dalam kitab Al Majruhin bahwa Saif Ibnu Umar pembuat hadis dan zindiq, serta Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab Tahdzibut Tahdzib bahwa Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, pembuat hadis, dan zindiq. RAGAM SPEKULASI Riwayat Saif Ibnu Umar tentang Abdullah bin Saba tidak didukung riwayat dari selainnya, membuat sosok itu menjadi tidak jelas, sehingga memunculkan ragam spekulasi diantaranya yaitu: Pertama, asal usul. Sebagian menisbatkan Abdullah bin Saba berasal dari suku Himyar. Al Qummi memasukannya dalam suku Hamadan. Abdul Qahir Al Baghdadi memasukannya dalam kabilah Al Hirah. Ibnu Katsir menyebutnya dari Rumawi. Serta Ath Thabari dan Ibnu Asakir menyebutnya dari Yaman. Kedua, berdasarkan kriteria dalam tarik al thabari, seorang peneliti arab bernama Ali Al Wardi mengklaim Abdullah bin Saba adalah Amar bin Yasir yang tenar dengan sebutan Ibnu Sauda, yaitu salah seorang sahabat nabi dan pendukung Ali bin Abu Thalib. Ketiga. Abdullah bin Saba dinilai sebagai sosok fiktif (terkesan imajinasi Saif Ibnu Umar). Sebab ia digambarkan baru masuk islam di zaman Usman namun sudah dapat mempengaruhi umat. Tentu ini sangat tidak logis. Para nabi yang berbekal mukjizat saja butuh waktu lama baru seruannya bisa diterima umat. Beberapa cendekiawan yang berpendapat demikian diantaranya adalah Dr Thaha Husein dan Dr Hamid Hafni Dawud, Dekan Jurusan Bahasa Arab Universitas Ain Syams. Bagaimana pendapat ulama tentang era Usman ? Imam Suyuti dalam Tarikhu Khulafa menjelaskan bahwa di enam tahun terakhir pemerintahannya, Usman enggan memecat pejabat-pejabat yang tidak kompeten dan lalim. Namun ia justru mengangkat pejabat dari kalangan keluarga sendiri. Ia juga memberikan harta Baitul Mal (kas negara) kepada kerabat-kerabatnya sendiri. Sejak saat itu beberapa sahabat mulai menunjukan ketidakpuasannya terhadap pemerintahan Usman dan memicu instabilitas politik.
@@yinachmad1792 bukankah tanggapan diatas banyak mengutip pendapat ulama dan cendekiawan, termasuk didalamnya Imam Suyuti, Al alwardi, An Nasai ? Sebaliknya pada pemaparan UAH diatas. Saya tidak mendengar kutipan kitab dan pendapat ulama. Saya hanya mendengar "ini hanya landscape. Detailnya di sirrah."
Inilah tuan guru yg dibutuhkan masyarakat muslim dunia, ustadz mencerdaskan dgn ilmu ilmunya yg luar biasa, sehat terus ustadz spy kita dapat pencerahan iman......amiin
(Rohana)Assalamualaikum pak ustadz ibrahim abdel munim (ustadz adi hidayat) semoga dgn mengikuti kajian ini menambah keimanan kami ,menjadi orang yg sll tawakal, dan smg pak ustadz sll diberikan kesehatan oleh allah swt.💙💙
Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh semoga Ustadz ADI HIDAYAT DAN KELUARGA SELALU DALAM LINDUNGAN ALLAH SWT AAMIIN YRA dari LEUWILIANG MENYIMAK.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Asalamu alaikum pak ustad. Semoga pakustad sehat walafiah. Dan selalu dlm lindungan allloh swt.amiin Allohuma soli ala Muhammad wa ala ali saidina Muhammad
Subhanallah , maha besar Allah atas kuasanya , sungguh luar biasa ustazd Adhi hidayat dlm ceramahnya sangat detil dlm menerangkan cara meningkatkan iman dan taqwa kita , sungguh sangat jelas ilmiah juga berdasarkan kitabullah yg ia sebutkan dlm setiap ceramahnya , sungguh luar biasa cendekiawan muslim kita ustazd Adhi hidayat , guru besar kita menjadi panutan dan patut kita junjung tinggi kecerdasannya , dan semoga beliau diberikan kesehatan dan kekuatan iman Islamnya , aamiin allahuma aamiin.
Ya Allah Ya Robb...munculkan Uah2 yang lain d seluruh penjuru negeri ini..Jadikan anak keturunan kami salah satunya..aamiin ya Robb
Aamiin yaa allaah
Aamiin
Aamiin
aamiin yaa rabbal 'alamiin..
Aamiin yra
Saya orang yang banyak salah, tapi saya berusah mengambil tidakan-tindakan dan langkah untuk bagaiman menyimak secara serius apa yang ust Sampaikan. Doa saya semoga Allah memberi Rahmat kepada ust🤲
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
Aamiiin Yaa Robbal'alamiin
Aamiin
@@cahayailmu2172 Ulama yg mana?? Jangan memfitnah sayyidina Usman.. Semoga Allah memberimu hidayah
@@wiranggatech1073 Sebaiknya penyampaian orang dibaca terlebih dahulu dengan cermat.
ini yg di tunggu2, semoga bnyak yg paham tentang SYIAH dan tidak sembarangan berguru atau bertanya tentang agama islam
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA SUMBER RUJUKAN
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN PARA ALIM
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
InshaAllah muslim indonesia Allah selamatkan dr aliran sesat syiah
YaAllah aelamatkan anak anakqu dr aliyan sesat syiah dan turunannya yg lain
pembunuhan karena politik
bukan karena syiah
Semoga Allah swt memberi kesehatan kepada guru kami, ust. adi hidayat amiin yaa Allah 🤲
Lihat dan renungkanlah cara beliau ustadz adi hidayat mengajak umat utk bersedaqah dgn cara yg berkias tp cukup mengusik hati hati yg dermawan dan beriman..
YA ALLAH LINDUNGILAH ULAMA DAN GURU GURU KAMI YG ISTIQOMAH DALAM MENYAMPAIKAN ILMU YG HAQ DAN BENAR DAN REDHOMULAH DALAM MAJLIS ILMU SYARIAT DAN ISLAM.
Masya Alloh ...UAH ilmunya luar biasa, tinggi sekali. Setiap kali memberi penjelasan , detail sekali dan jelas. Semoga Alloh senantiasa menjaga beliau.
Ya, real ulama, bukan karbitan dan bukan kaleng kaleng
Aamiin ya rabbal aalamiin
Aamiin
Aamiin Allahumma Aamiin
@@cahayailmu2172 Syiah sesat sedang menyusup membela diri😁
Ketika kepemimpinan dengan sistem Islam..... Subhanallah.... Begitu cerdas para pemimpinnya....
Al-Qur'an itu sejati..Kebenaran sejati yang terlihat jelas..
Bangga punya ustad yg cerdas...
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 Kuncinya : 1. Sami'na wa ato'na (taat atas dasar keimanan), 2. Ada Hikmah dibalik ketaatan tersebut 3. Dengan Hikmah tersebut Alloh akan Bimbing akal manusia yang terbatas ini. #HanyaAllohYangMahaTahu
@@AbdulRohim-rl4pe ketaatan pada wilayah fiqih, itu sangat diperlukan. Sebab kita diajarkan untuk menaati hukum Allah. Namun ini berbeda dengan kajian sejarah apalagi peristiwa masa lalu yang tidak termuat dalam kitab suci, lebih khusus peristiwa pasca nabi saw. Hal itu sangat terbuka untuk berfikir kritis, karena periwayatannya berasal dari manusia yang sangat memungkinkan ada kekeliruan ataupun pemalsuan, karena bukan firman ilahi yang tidak dapat disanggah akal manusia.
@@cahayailmu2172komennya template semua bro wkwkwk
Belon . Belon cerdas.
Masyaa Allah
Semoga kita tetap dlm aqidah islam yang lurus
UAH benar benar aset umat Islam pintar cerdas dan jenius, paparannya luar biasa AMAZING bro he❤❤❤❤❤❤
Alhamdulillah, tidak bisa diucapkan dengan kata2, sungguh luar biasa tausiahnya. Terimakasih banyak ustad, semoga membawa keberkahan buat semua sehingga bisa lebih mendekatkan diri kepada Alloh SWT, selamat dunia & akhirat. Aamiin ya Alloh Tuhan semesta alam.
Smoga ustd panjang umur sehat wal afiat ...sy senang mrmpelajari smua aliran ....akan tetapi...berusaha obyektif dlm ...menerima penjelasan...sebab. tidak smua org cocok dgn perspektif kita...smoga yg menyimak ...bertambah pengetahuanya...Amin. YRob
Alhamdulillah... Akhirnya aliran ini dibahas..
Semoga kita semua jauh dari aliran ini
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Maa syaa Allah, semoga selalu tetap berpegang teguh berada di jalan baik dan benar yang di ridhai Allah Aamiin🤲🙏
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 Syiah, semoga Allah memberi petunjuk
@@cahayailmu2172 @Cahaya Ilmu sudahlah agungkan lah Allah Rabbmu yang telah menciptakan kamu bukan Ali, supaya kamu bisa bertemu dengan beliau Khaidar Ali yang lebih dicintai daripada Baginda Rasulullah di surga"
@@pandamerah9457 alangkah baiknya memberikan tanggapan sesuai dengan pembahasan. Saya memberikan tanggapan terkait Abdullah bin Saba karena UAH membahasnya.
Tanggapan saudara sendiri sebenarnya sudah salah. Seolah olah saya dan kaum syiah mengagungkan Ali lebih dari mengagungkan Allah dan rasulullah Muhammad saw. Dan seolah olah saya dan kaum syiah mencintai Ali lebih dari mencintai Allah dan rasulullah Muhammad saw.
Gerandong karbala
MashaAllah tercerahkan sekali, bagaimana cara" Seperti ini seperti terulang kembali dari jaman ke jaman,
Semoga Allah berikan kesehatan dan keberkahan untuk UAH. Aamiin
Semoga Allah selalu jaga UAH dan keluarga.
UAH memang Ulama muda dan mumpuni,SMG sht sll dan panjang umur dlm membimbing kita ke jln yg Haq.Aamiin
Allahu akbar,,,smga k5 anak saya dpt belajar secara langsung dg ustad adii,,aamiin yaa Allah
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
Smogalah dipermudah jalannya
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Trimakasih ya Allah, smoga bermunculan UAH² sperti beliau, dan kami berdoa smoga Allah sllu menjaga beliau dan meridhoi ilmu² beliau shingga bisa menjadi hikmah bagi umat utk di ambil pelajaran yg mencerdaskan bangsa, amin
Bismillah Assalamualaikum, Ramadhan segera pergi semoga tetap sehat iman kuat Istiqomah raih ampunan Alloh n dijauhkan dari neraka, panjang umur dlm keberkahan keimanan Istiqomah 🌹❤️💕
Maa Syaa ALLAAH..
BaarokALLAAHU Fiikum ya Ustadz Adi Hidayat dan Keluarga..
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.
dari balikpapan kami turut hadir menyaksikan, menyimak dan mendo'akan,
Semoga Allah SWT *senantiasa*
_memberi kenikmatan hidup,_
_memberi rejeki yg melimpah berkah barokah,_
_memberi keluarga yang tentram, damai dan bahagia,_
_memberi keberuntungan didunia dan akhirat_
untuk Ustadz Adi Hidayat sekeluarga beserta tim dan kita semua.
Allahumma sholli'ala sayyidina Muhammad wa'ala ali sayyidina Muhammad.
MasyaAlloh. Semoga akan lahir lagi ulama2 seperti beliau..cerdas...
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Gerandong hasad
masya Allah ustad terimakasih ilmunya, bs menjawab rasa penasaran saya selama ini.
kenapa ada org yg mempermasalahkan dakwah org lain sedangkan klo liat maksiat dia diam. mungkin dia penganut syiah, wallahualam
semoga kita dihindarkan dri segala bentuk ajaran yg salah/sesat dan fitnah akhir zaman
alhamdulillah, barakallah ustadz. banyak catatan saya :
khawarij melahirkan pemahaman2 sempit antara lain :
tokoh wasil bin atha (murid hasn al basri yang dikeluarkan).
pembuat muktazilah ; sekumpulan orang yang mengikuti / mengutamakan rasionalisasi akal sebelum hikmah memahami dalil2 yang ada.
(seharusnya 👆: memahami dalil dlu - imani - hikmah datang - lalu bimbing akal)
dari paham muktazillah lahirlah paham2 liberal dkk.
jabariyah ; sekumpulan orang yang mengikuti runtunan / keterpaksaan takdir / kesemuanya terserah Allah tanpa niatan ikhtiar. (dikenal juga jahmiyah pendirinya jahm bin shafwan dengan jaad bin dinnar).
qadariyah ; sekumpulan orang yang mengikuti dasar kemampuan. prinsip utamanya "yang tau kita adalah kita sendiri biarkan Allah Yang Menentukan". (pendirinya ma'bad al juhany dan ghaylan ady masky).
dan sebutan fitnah kubra yang tersebut dari nubuat itu muncul dari zaman faham2 ini yg dikemas oleh segolongan2 / kumpulan orang2 diatas diatas.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Gerandong
Masya Allah tabarakallah
Semoga ustadz Adi senantiasa diberi kesehatan dan kelancaran dlm menyampaikan dan menjalankan tugasnya, aamiin yaa Rabbal'Aalamiin
MasyaAllah Ustadz Adi luarbiasa ilmunya, jazakillahu khoir Ustadz untuk ilmunya 🙏, Semoga Allah Subhanahu wata'ala selalu menjaga Ustdaz dan keluarga, sehat selalu tua guru ❤
Alhamdulillah menyimak. Semoga keluarga Ustadz dan teamnya juga kita semua selalu sehat dan selalu dalam lindungan ALLAH. Aamiin
Hjiii8u466y
Aamiin
@@etikahentis5081 es
@@etikahentis5081
Q
@@etikahentis5081 wa es TV di ,
Saudi arabia slalu hadir....jarang coment....slalu dapat ilmu yg bermanfaat dari ustadz adi hidayat...smoga slalu sht UAH...Amiinn
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA SUMBER RUJUKAN
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN PARA ALIM
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
Allah swt berikan kesehatan keslamatan ustat adi hidaya sekeluarga amin ya robbiiii 🤲🤲🤲👍👍👍
Semoga Ustadz AH diberikan kepanjangan umur untuk tetap mendakwahkan kebenaran
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Semoga UAH dan keluarga serta kita semua diberikan sehat walafiat dan panjang umur serta diberikan kemudahan dalam mencari rejeki. Aamiin.
Jazakallahu khairan ustadz, semoga Allah senantiasa memberi kesehatan kepada ustadz.
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Alhamdulillah,banyak sekali ilmu yg disampaikan UAH'muga UAH beserta klg dan crew selalu dijaga ALLOH SWT dmn saja berada,aamiin yra.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Masya Alloh, semoga akan lahir lagi ulama2 seperti beliau cerdas dan amanah
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA SUMBER RUJUKAN
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN PARA ALIM
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
cara ngomong nya UAH itu cepat tp mudah dimengerti dan mudah di dengar.
ini lah lisan yg hapal Al Quran dan mengerti keilmuan nya.
Ya Allah..lindungi kami keluarga kami dri apa2 yg kmi takuti..kuatkn iman islam kami ..bismillaah Masya Allah..ustad Adi H..barokaullah Khair.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Masyaa Allah ustad AH. ....panjang Umur dan sehat selalu.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 aku juga suka Khaidar dan Hasan Husen mereka adalah manusia mulia dan juga Umar Utsman dan abu bakar,tapi aku lebih memilih Rasulullah karena mereka bukanlah sang juru penyelamat Bagindalah yang akan memberi syafaat kepada mereka
MasyaAllah Tabarakallah... Begitu luar biasa ilmu beliau... Alhamdulillah banyak kajian beliau yg sangat membantu bertambah nya ilmu kita... Ucapan terima kasih yg tak hingga atas pencerahannya... Semoga ustadz UAH... Selalu dlm perlindungan Allah, sehat selalu karna kami ingin terus dan terus belajar dg menambah ilmu... Tabarakallah Ustadz... 🙏🙏🙏
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sebagai sosok 'super power'. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 udah mas, kalau Abdullah bin Saba gk nyata ya sudah jangan maksa, berarti ini fitnah terhadap klan Syiah padahal tidak seperti itu kan ,tapi kenapa Syiah di Iran mereka melaknat Umar teman Rasulullah dan sebagian mereka berdoa kepada Ali?
Kamu bisa melihat sendiri di UA-cam klan Syiah"
Aku lebih suka Allah tidak ada Tuhan selain dia dan itu memang benar.
karena gk ada yang peduli selain Allah
Aku satu satunya orang yang berbeda dari orang lain
Mas punya perasaan GK iri sama siapa gitu? Paling saudara iri sama manusia yang lain karena hidup nya lebih baik,
Kalau saya benar-benar beda, saya iri sama Allah apa yang dia kehendaki bisa terjadi , makanya saya iri sama pencipta saya sendiri dan Allah tau itu,jadi jangan berpikiran bahwa saya sesat, seperti tuduhan orang orang yang menuduh Syiah itu bukan Islam, Syiah itu cuma klan"
@@pandamerah9457 orang yang mencaci sahabat itu memang ada. Tapi salah jika saudara menggeneralisir bahwa semua kaum syiah melakukan itu. Di syiah imamiyah ada ulama rujukan yang disebut marja taqlid, dimana orang yang bertaqlid kepadanya sudah seharusnya mengikuti fatwanya. Marja terbesar syiah imamiyah yaitu Ayatullah Ali Khamenei (Imam Ali Khamenei) pernah berfatwa melarang kaum syiah mencaci simbol-simbol yang disucikan saudara ahlussunnah. Oleh karena itu berdasarkan fatwa ini maka tidak boleh ada pencacian terhadap sahabat.
Terkait pencacian sahabat nabi. Hal itu juga sebenarnya bukan doktrin mahzab. Akan tetapi hal itu merupakan reaksi (segelintir orang) terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi sepeninggal nabi saw.
Soal doa. Tujuan doa hanya kepada Allah. Namun kita bisa bertawassul melalui orang-orang suci, alim, dan shaleh. Terkait doa tawassul, saudara bisa baca sendiri doa tersebut. Ada 14 manusia suci dalam doa tawassul yaitu Rasulullah saw, Sayidah Fatimah, dan 12 imam.
@@cahayailmu217212 manusia suci? Mending masuk Kristen aja mas
@@christiandarren1894 saya ingin tahu posisi saudara terlebih dahulu. Jika saudara muslim. Saya akan menyebutkan dalil terkait kesucian mereka. Namun jika saudara bukan muslim, saya tidak perlu menyebutkannya.
MasyaAllah. Jazakumullah khairon katsiran ustadz Adi Hidayat
Barakallah ustadz..benar2 menelanjangi sepak terjang orang2 liberal ( dulu lbh dikenal orientalis)...semoga umat semakin waspada. sy insyaAllah yakin orang2 sdh tahu siapa2 aktor liberal...yg pintarnya mereka kbanyakan bersembunyi di balik baju organisasi islam terbesar di negeri ini, jd agak sulit utk memberantas, karena mayoritas umat di organisasi tsb tidak sadar dan kita smua tahu umat organisasi tsb orang2 yg sangat keras membela organisasinya, yg sedihnya seringkali terlihat lebih mencintai organisasinya dibanding agamanya...semoga mereka smua tersadarkan, juga umat organisasi islam yg lain, dan kita semua tersadarkan dan ummat islam bersatu kembali. Aamiin.
MaasyaaAllah AllohuAkbar Alhamdulillah,
smoga ustad felix dn ustad- ustad semuanya diberkahi dan slalu dijaga oleh Allah ta'ala dimnapun kapanpun..aamiin
SUBHANALLAH TABARROKAULLOH MASYA ALLOH,. AMIIIIN
Masya Allah ...penjelasan UAH sngt bermanfaat untuk kita umat Islam ..khusunya generasi muda Islam
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 tenang mas nanti Khaidar Ali akan akan kesini lagi dia akan menghancurkan salib membunuh babi dan menghilangkan jizyah
masya Alllah, pengetahuan sejarah islam luar biasa,
@@cahayailmu2172 Syiah
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
MasyaAllah Alhamdulillah.. Jazakumullah Ust & Team, Barakallahu..
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA SUMBER RUJUKAN
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN PARA ALIM
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
Alhamdulillah, penting dan urgent untuk difahami umat Islam indonesia
@@cahayailmu2172 Syiah detect, pembenci para sahabat Nabi Saw yg jelas mereka adalah telah dijamin masuk surga. Anda sesat
@@daudscorner928 Kalo diperhatikan pencacian sahabat nabi bukan sebuah doktrin, melainkan hanya semacam reaksi atas kejadian di masa lalu, tepatnya kejadian yang dimulai sejak wafatnya nabi saw.
Sebenarnya baik di syiah ataupun yang mengklaim dirinya sunni, terdapat kelompok yang reaktif semacam itu. Kalo di syiah mereka sering disebut rafidhi/rafidho, yaitu mereka yang mencaci sahabat nabi. Sedangkan kalo yang mengklaim dirinya sunni mereka sering disebut nashibi/nawashib, yaitu mereka yang mencaci atau tidak memuliakan ahlul bait nabi. Dulu pencacian terhadap ahlul bait nabi (yakni Ali bin Abu Thalib) dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan.
Peristiwa apa saja yang membuat munculnya reaksi semacam itu (mencaci) ?
Ada banyak peristiwa, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, peristiwa saqifah. Waktu nabi saw wafat. Sebagian sahabat ada yang tetap mengurus jenazah rasul seperti Ali bin Abu Thalib. Sementara itu sebagian sahabat lainnya berkumpul di saqifah bani saidah membicarakan pengganti rasulullah dalam urusan kepemimpinan, dimana saat itu Abu Bakar dipilih dan dibaiat sebagai khalifah. Hal ini menyebabkan jenazah rasul baru dimakamkan lebih dari 1 hari. Terkait baiat saqifah, ada beberapa sahabat nabi yang tidak setuju atas pembaiatan tersebut. Mereka berpandangan bahwa ahlul bait nabi yakni Ali lebih layak dalam urusan kepemimpinan. Pandangan ini dari Ibnu Abbas, Salman Al Farisi, dan beberapa sahabat lainnya.
Kedua, perselisihan tanah fadaq antara Sayidah Fatimah dengan Abu Bakar selaku khalifah. Perselisihan ini disebut dalam kitab hadis dimana Abu bakar mengatakan bahwa "sesungguhnya nabi tidak mewariskan apapun. Semua adalah sedekah bagi umat."
Terkait pencacian sahabat nabi sebaiknya merujuk fatwa Imam Ali Khamenei yang melarang kaum syiah mencaci tokoh-tokoh yang disucikan ahlussunnah.
@@cahayailmu2172 ngawur, ahli Sunnah wal jama'ah itu gak ada yg tdk menghormatinpara sahabat Nabi Saw. Referensi sejarahmu itu fitnah semua. Belajar yg benar dari sumber yg benar dan shohih, agar menjadi benar. Kalo belajar salah ya gini jadinya, jadi Syiah kau. Aqidah Syiah sesat, itu sdh keputusan para jumhur ulama ahlul Sunnah wal jama'ah. Kalian akan pertanggung jawabkan kelak dihadapan Allah SWT.
@@cahayailmu2172 gak ada dalam ajaran Ahlu Sunnah waljamaah. Anda Syiah gemar fitnah dan bohong. Semua referensi dari para sahabat apalagi ahlul bait, selama sanadnya jelas hingga ke Nabi Saw, digunakan olah ahlusunnah wal jama'ah.
@@daudscorner928 tidak memuliakan ahlul bait nabi. Mereka disebut nashibi/nawashib. Mereka mengklaim diri sebagai ahlussunnah. Ada yang menyebut mereka wahabbi, namun mereka sendiri mengklaim dirinya sebagai ahlussunnah.
Nashibi/nawashibi mulai muncul di zaman Muawiyah. Ia menyerukan untuk mencaci Ali. Silahkan baca Sahih Muslim, hal 1129, Dar Thayyibah; Tarikh Ibnu Khaldun, jil 3, hal 94, darul fikr, beirut.
Soal "perselisihan" tanah fadaq, silahkan baca Sahih Bukhari kitab Fardh Al Khumus Bab Khumus no 1345; kitab Mukhtasar Sahih Bukhari oleh Syaikh Nashirudin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan hadis no 1345 terbitan Pustaka Azzam cetakan pertama 2007.
Soal jenazah rasul dimakamkan lebih dari 1 hari. Silahkan baca Imam Ibnu Hajar Al Haitami dalam Al Shawa'iqul Muhriqah; Musnad Ahmad 41/300. Nabi saw wafat pada hari senin dan dikuburkan pada malam rabu.
Wa'alaikumsallam. Ssemoga kita bisa memilih dan memilah dalam belajar tentang islam.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 Syiah, semoga Allah memberi petunjuk
subhanalloh, alhamdulillah indonesia ada ulama yg cerdas pandai seperti beliau , semoga Alloh jaga selamanya
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
MasyaaAllah.... Ilmunya ustadz, jadi semakin terbuka pemikiran....
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Alhamdulillah ilmu yang bermanfaat, semoga di buatkan serial sirah nabawiyahnya
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Masya Alloh.. lengkap sekali Ustadz. Semoga semua yg berperan dalam dakwah UAH mendapatkan keberkahan, kebaikan dan kasih syg Allah sampai akhirnya bertemu dg Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Aaamiin
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Waalaikumsalam,,,Masha Allah Alhamdulillah👍🙏pencerahannya sehat walafiat selalu Ustadz sekeluarga dan yg menyimak beetambah berkah barokallah Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 tenang Kamu adalah Islam pilih Baginda Rasulullah atau Khaidar Ali" kalau aku semuanya
@@pandamerah9457 saudara seolah olah menganggap saya dan kaum syiah tidak mengikuti rasulullah, dan hanya mengikuti Ali.
Alhamdullilah. Semoga bermanfaat. Semoga Allah melindungi Ustadz Adi Hidayat dari fitnah keji akhir zaman. Dan kita semua juga terlindung dari fitnah. Aamiin. Salam dari Pemuda Muhammadiyah Klaten. Sesekali berkunjung kesini Ustadz ke Kota Bersinar, Klaten.
Berpegang teguh pada agama allah, seperti menggenggam bara api.
Cari kebenaran, suarakan kebenaran 🔥
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@@cahayailmu2172 Syiah sesat sedang menyusup membela diri😁
@@cahayailmu2172 fitnah syiah
@@istisailillah4511 fitnahnya apa
@@cahayailmu2172 silahkan bertaqiyah sepuasmu
Saya nonton dan belajar dr UAH baru 2024
Stlh sekian kali saya nonton UAH, saya liat di video ini beliau trlihat kurang fit 😭, semoga UAH selalu dalam lindungan Allah🤲🏻
Bismillah, Masya Allah, syukron ats ilmu dan pencerahannya ustadz, sngt bermanfaat, jazakallahu khairan ustadz wabarakallahu fiik
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 udah mas udah, membosankan GK usah memaksa nanti hanya Allah yang tau siapa muslim yang benar dan salah mungkin aku dan mas bukan Islam?, semoga mas tidak disesatkan oleh sang mata ya"
Masyaallah, penting sekali belajar ilmu
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
MasyaAllah tabarakallah ilmu ustadz adi
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Subhanallah...!!!
Semoga diri ini istiqomah Iman-Islamnya dan teguh hati di dalam Dien-Nya.
Dengan memahami Islam secara kaffah, insyaa Allah dapat terselamatkan dr pemahaman2 yg menyesatkan.
Sehat selalu Ustadz Adi Hidayat, agar dilancarkan jalan dakwahnya dalam mencerdaskan umat Islam.
Terima kasih atas ilmu nya tuan guru ustaz.
Semoga sehat walafiat selalu, aamiin yaa Robbal alamin 🤲
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172Puji Tuhan untuk diriku sendiri 🙏 semoga Allah mempertemukan kita dengan Khaidar Ali dan Hasan Husain dan Sang juru penyelamat di hari penghakiman nanti
Bismillah. Alhamdulillah 🤲 Terimakasih Ustadz guruku ilmunya 🙏🙏
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Ya Allah ya Rabb istiqomah kan kami dan anak keturunan kami dijalan MU ya Rabb sampai ajal menjemput 🤲🤲🤲
MasyaAllah semoga kalau saya punya Anak dia bisa sehebat Ustadz Adi hidayat. Saya mau nangis melihat kehebatan ustadz adi.
Alhamdulillah bisa menyimak kajian UAH,semoga UAH dan keluarga beserta team diberi perlindungan dan kesehatan oleh Allah SWT.
Ya Allah semoga hamba Engkau beri kesempatan untuk dapat berkunjung ke tempat UAH...karena keinginan seorang Ibu yg mempunyai anak laki2 dengan harapan menjadi anak yg Sholih.
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Subhanallah luar biasa luas pemahaman Ust Adi Hidayat ini. Semoga Allah swt selalu menjaga dan meridhoi Ust..
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 anda seperti Kristen maksa benar benar maksa
Kalau kamu cintai Ahlul bait dan Ali ya sudah Cintailah dia untukku, Allah Tuhan mu dan Tiada Tuhan selain dia dan nabi mu adalah Muhammad Al-amin
Masya Allah... semoga UAH, keluarga beserta seluruh team di berikan kesehatan dan selalu di berikan kemudahan oleh Allah dalam berdakwah
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 sudahlah agungkan lah Allah Rabbmu yang telah menciptakan kamu bukan Ali, supaya kamu bisa bertemu dengan beliau Khaidar Ali yang lebih dicintai daripada Baginda Rasulullah di surga"
@@pandamerah9457 alangkah baiknya memberikan tanggapan sesuai pembahasan. Saya memberikan tanggapan terkait Abdullah bin Saba karena UAH membahasnya.
Tanggapan saudara sendiri sebenarnya sudah salah. Seolah olah saya dan kaum syiah mengagungkan Ali lebih dari mengagungkan Allah dan rasulullah Muhammad saw. Dan seolah olah saya dan kaum syiah mencintai Ali lebih dari mencintai Allah dan rasulullah Muhammad saw.
@@cahayailmu2172 iya sudah,gk usah dipikirin, sebenernya Syiah jga Islam ini hanya klan cinta terhadap ahlul bait
Iya kamu mengakui Baginda nabi dan rasul kan? Berarti kamu Islam
Karena Bagaimana disebut Islam sedangkan tidak mengakui Baginda nabi dan rasul sang pembawa ajaran Islam,. Syiah itu klan
Tapi kalau sudah seperti Kristen ujung menjadi kan tokoh tokoh mulia sebagai Tuhan selain Allah
Tidak ada Tuhan selain Allah
Sebenarnya Hanya Allah yang tau siapa yang muslim dan tidak
Mungkin aku jga bukan Islam.
Itu Abdullah bin Saba itu tokoh fiktif saudara lagi pula dia gk penting apakah kamu mau bertemu dengan nya? Aku GK peduli dia nyata atau GK"sebenarnya aku jga suka Ali dan Umar sesama manusia
Yahh semoga Allah SWT mengampuni kita ya mas maaf"🙏
@@pandamerah9457 sekte yang melenceng namanya ghulat. Dari kelompok sesat tersebut, ada yang menyebut Ali tuhan, dan ada juga menyebut Ali yang seharusnya menerima wahyu.
Sedangkan sekte lain yakni imamiyah, zaidiyah, ismailiyah tidak punya pandangan seperti ghulat. Ali bagi imamiyah, zaidiyah, dan ismailiyah adalah imam penerus kepemimpinan rasulullah Muhammad saw. Hal ini masuk dalam kajian teologi. Di syiah setidaknya ada 5 tema pokok kajian teologi, yaitu at tauhid (ke-Esa-an Allah), an nubuwwah (kenabian), al adl (keadilan ilahi), maad (hari kebangkitan), dan imamah (kepemimpinan). Terkait kepemimpinan Ali bin Abu Thalib, hal tersebut masuk dalam tema imamah bukan nubuwwah (kenabian), karena memang Ali bukan nabi.
Abdullah bin Saba memang tidak penting. Namun nama tersebut sering diklaim sebagai pendiri syiah sebagaimana kajian UAH diatas. Makanya saya berikan tanggapan kritis agar orang lain paham bahwa sanad refrensi UAH tentang Abdullah bin Saba nyambungnya ke Saif Ibnu Umar.
Alhamdulillah ,,, Indonesia Punya Ulama Secerdas UAH , Cara Menyampaikan Masya Allah Membuat Yang Mendengarkan Terkagum ,,,
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 Aku bertemu Khaidar Ali dan berkata"Hai Khaidar Ali Mereka lebih cinta kepada mu dan Hasan Husen daripada Nabi mereka sendiri ini sungguh membingungkan padahal dia sang juru penyelamat kamu dan mereka?"
Khaidar Ali berkata"Iya tidak apa apa,tapi kalau mereka sudah menuhankan aku dan anak anakku seperti orang orang Nasrani dan tidak cinta kepada Rasulullah,itu urusan dia sama Allah karena telah syirik kepadanya!"
Semoga UAH beserta keluarga de beri kesehatan umur yg pnjang d mudahkn segala urusan dunia akhirat ny Dan tetap setia satu istri saja.. Aamiin Allahumma Aamiin 🤲 LOVE U USTADZ IDOLAKU😍😍😍💗💗💗
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Mashaallah tabarakallah... Bab pembahasan singkat, tapi lumayan lama jam nya, tapi bisa tergolong singkat atau rangkumannya.tapi sangat tersampaikan jika menyimak dengan seksama.
Memang 2 jam lebih. Tp jika bosan dan sibuk.bisa di lanjut kan 2 kali menontonnya.dan usahakn dengarkan dan lihat secara fokus supaya tersampaikan.
UAH salah satu yang menghapal menggunakan jiwa.
Makanya beliau selalu menjelaskan tanpa melihat buku,kitab atau tulisan.
Selalu sehat untuk UAH dan keluarga
Aamiin
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172 memahami kebenaran itu ternyata sampai serumit itu.
Apakah tidak ada yang lebih sederhana untuk membedakan mana yang pantas diikuti dan mana yang tidak pantas diikuti...?
@@amanatrahmat3965 jika konteksnya adalah perbedaan pemahaman dalam satu lingkup agama. Maka dapat mengembalikannya ke nash agama bersangkutan. Selama tidak bertentangan dengan nash, maka bukan sebuah masalah. Namun tidak sedikit juga sebuah nash memunculkan ragam tafsir.
Nonton delay.....Alhamdulillah masih bisa menyimak ...jazakallah ustad...semoga selalu diberikan keiklasan dalam mengajar....pahala jariyah menanti.....aamiin ya Robb
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Alhamdulillah Masya Allah terima kasih ilmunya Ustadzkuh 👍👍❤❤💪💪semoga sehat selalu bersama keluarga tercinta...Aamiin yarobbal alamiin
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Saya mengagumi pak Ustad adi hidayat.org ya pintar dan Ingatan ya kuat cr menyampaikan pelajaran /tausiyah ya.rsy mau jump dg beliau.
Alhamdulillah menyimak. Semoga ustad sehat selalu dan tetap menyuarakan peringatan tentang bahaya syiah ini...
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@@cahayailmu2172 saya juga pernah membaca soal ini sedikit walau tidak dalam. Ustman dibunuh saat mambaca Qur'an..biar adil harusnya dibacakan juga bagaimana beliau wafat, tidak lari dan bagaimana Ali mengirimkan anaknya untuk mencoba melindungi beliau. Sebagai orang yang beriman, kita kan tahu di padang masyarlah semua keadilan dan kebenaran akan digelar...
@@penikusumawati7509 soal Usman terbunuh itu fakta, dan terjadi instabilitas politik di zaman beliau itu juga fakta. Namun yang menjadi persoalan adalah terkait sebab atas instabilitas politik dan terbunuhnya sayidina Usman. Apakah memang seperti narasi tentang abdullah bin saba ?
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Kita sebagai orang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt , kita tidak perlu takut terhadap bermacam-macam perbedaan agama manapun dan aliran kepercayaan seperti syiah , wahabi dsb. Tugas kita adalah menegakkan kebenaran dan kebaikan atau akhlak tanpa berbuat dosa . Orang Islam teruslah meningkat ilmu pengetahuan . Dan selalu berdiskusi dan dialoq dengan siapun. Semoga hidup kita diberkati oleh Allah Swt .
Alhamdulillah nyimak Guru
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
Sehat dan panjang umur, Ustad adi hidayat semoga anak bangsa selalu bisa mendengar tausiah beliau, Aamiin❤
MashaAllah... Maturnuwun atas ilmunya Ustadz 🙏
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@@cahayailmu2172pilih Aku atau Khaidar Ali ?! Jawab
Ilmu yg penuh hikmah ,dijabarkan UAH,, ,
Masya allah..ya allah mengerikan..sekali..jauhkanlah kami dari pemahaman khawarij..lindungilah..kami ya allah dari pemahaman² seperti itu..alhamdulillah..saya selalu mengikuti guru² yg lurus aqidah..trimakasi..pak ustad atas ilmunya..sehat selalu berkah ilmu
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
Alhamdulillah watabarokallah
Izin menyimak 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Yg unlike pasti syiah,
Qobiltu ustadz atas ilmu dan dakwahnya,
Semoga di mudahkan sgala urusan dunia akhirat, aminn ya allah 🤲😊
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
Yang nyimak pasti wahabi
@@jafarshodiq3776 what??
@@ibrahimalan1801 why?
@@jafarshodiq3776 wahabi itu apa?
MANTAP USTAD.
Assalamualaikum,nama saya hairullah dari Sukabumi kota, semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan kesehatan untuk UAH
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
Alhamdulillah sangat jelas penjelasanya dan teman2 mohon berhati hati dan abaikan komentar komentar negatif di vidio ini yang ingin membelokan kebenaran di vidio ini
Di Indonesia sekarang sudah banyak Syi'ah. mereka bertaqiyah dan berlindung di balik kata² Toleransi, moderasi dan sejenisnya.
Di rezim ini mrk berkembang pesat n bebas apalagi mentri agama yg skrg sangat dipuja2 syiah.
TANGGAPAN TENTANG ABDULLAH BIN SABA
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam tarikh al thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam rijal al kasyisyi untuk menceritakan kaum ghulat. Baik tarikh al thabari (sunni) maupun rijal al kasyisyi (syiah), sanad cerita dari keduanya sama sama bermuara kepada Saif Ibnu Umar at Tamimi.
Saif Ibnu Umar sendiri oleh para ulama dinilai lemah dalam periwayatan dan cenderung mengarah sebagai pembuat hadis. Beberapa ulama Ahlussunnah yang menilai Saif Ibnu Umar demikian diantaranya adalah: An Nasai dalam kitab Ad Dhuafa wal Matrukin bahwa Saif Ibnu Umar lemah, kemudian Abu Hatim Attamimi dalam kitab Al Majruhin bahwa Saif Ibnu Umar pembuat hadis dan zindiq, serta Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab Tahdzibut Tahdzib bahwa Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, pembuat hadis, dan zindiq.
RAGAM SPEKULASI
Riwayat Saif Ibnu Umar tentang Abdullah bin Saba tidak didukung riwayat dari selainnya, membuat sosok itu menjadi tidak jelas, sehingga memunculkan ragam spekulasi diantaranya yaitu:
Pertama, asal usul. Sebagian menisbatkan Abdullah bin Saba berasal dari suku Himyar. Al Qummi memasukannya dalam suku Hamadan. Abdul Qahir Al Baghdadi memasukannya dalam kabilah Al Hirah. Ibnu Katsir menyebutnya dari Rumawi. Serta Ath Thabari dan Ibnu Asakir menyebutnya dari Yaman.
Kedua, berdasarkan kriteria dalam tarik al thabari, seorang peneliti arab bernama Ali Al Wardi mengklaim Abdullah bin Saba adalah Amar bin Yasir yang tenar dengan sebutan Ibnu Sauda, yaitu salah seorang sahabat nabi dan pendukung Ali bin Abu Thalib.
Ketiga. Abdullah bin Saba dinilai sebagai sosok fiktif (terkesan imajinasi Saif Ibnu Umar). Sebab ia digambarkan baru masuk islam di zaman Usman namun sudah dapat mempengaruhi umat. Tentu ini sangat tidak logis. Para nabi yang berbekal mukjizat saja butuh waktu lama baru seruannya bisa diterima umat. Beberapa cendekiawan yang berpendapat demikian diantaranya adalah Dr Thaha Husein dan Dr Hamid Hafni Dawud, Dekan Jurusan Bahasa Arab Universitas Ain Syams.
Bagaimana pendapat ulama tentang era Usman ?
Imam Suyuti dalam Tarikhu Khulafa menjelaskan bahwa di enam tahun terakhir pemerintahannya, Usman enggan memecat pejabat-pejabat yang tidak kompeten dan lalim. Namun ia justru mengangkat pejabat dari kalangan keluarga sendiri. Ia juga memberikan harta Baitul Mal (kas negara) kepada kerabat-kerabatnya sendiri. Sejak saat itu beberapa sahabat mulai menunjukan ketidakpuasannya terhadap pemerintahan Usman dan memicu instabilitas politik.
@@cahayailmu2172 wkwk panjang banget komenya brur
Ngalor ngidul tanpa referensi lu
@@yinachmad1792 bukankah tanggapan diatas banyak mengutip pendapat ulama dan cendekiawan, termasuk didalamnya Imam Suyuti, Al alwardi, An Nasai ?
Sebaliknya pada pemaparan UAH diatas. Saya tidak mendengar kutipan kitab dan pendapat ulama. Saya hanya mendengar "ini hanya landscape. Detailnya di sirrah."
Inti penyampaian ente apa? Langsung pada intinya.
Semoga Allah me Rahmati ustad Adi Hidayat.
Semoga alloh slalu menjag melindungi ustad adi hidayat dan keluarga amiiin
Aaamiin
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
Inilah tuan guru yg dibutuhkan masyarakat muslim dunia, ustadz mencerdaskan dgn ilmu ilmunya yg luar biasa, sehat terus ustadz spy kita dapat pencerahan iman......amiin
Assalammualaikum Wr Wb Cipanas puncak menunggu untuk menyimak kajiannya UAH insyaAlloh 🤲🙏
*Allah
Mon maaf sekedar meluruskan 🙏🏻😇
7hù
(Rohana)Assalamualaikum pak ustadz ibrahim abdel munim (ustadz adi hidayat) semoga dgn mengikuti kajian ini menambah keimanan kami ,menjadi orang yg sll tawakal, dan smg pak ustadz sll diberikan kesehatan oleh allah swt.💙💙
Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh semoga Ustadz ADI HIDAYAT DAN KELUARGA SELALU DALAM LINDUNGAN ALLAH SWT AAMIIN YRA dari LEUWILIANG MENYIMAK.
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ?
TINJAUAN SANAD
Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi.
Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ?
• Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah;
• Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq;
• Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan.
TANPA RUJUKAN SANAD
Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni:
• Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari;
• Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi;
• Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani.
Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu:
• Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi;
• Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti.
TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin.
Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif.
Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli.
PERBANDINGAN RIWAYAT
Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa:
Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad.
Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya:
Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir.
PESAN ULAMA
Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi).
Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut:
• Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi;
• Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad.
Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah;
2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
MasyaAllah sehat2 trus UAH dan slalu diRahmati Allah
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
Asalamu alaikum pak ustad. Semoga pakustad sehat walafiah. Dan selalu dlm lindungan allloh swt.amiin Allohuma soli ala Muhammad wa ala ali saidina Muhammad
Murotal Surah Ar Rohman :
ua-cam.com/video/KuErFPnk0tw/v-deo.html
Semoga bermanfaat untuk kita Semua
MasyaaAlloh Anda begoti smart menjelaskan informasi ini..semoga Alloh senantiasa merahmatimu .aamii
Smg di Indonesia bisa diterapkan
Subhanallah , maha besar Allah atas kuasanya , sungguh luar biasa ustazd Adhi hidayat dlm ceramahnya sangat detil dlm menerangkan cara meningkatkan iman dan taqwa kita , sungguh sangat jelas ilmiah juga berdasarkan kitabullah yg ia sebutkan dlm setiap ceramahnya , sungguh luar biasa cendekiawan muslim kita ustazd Adhi hidayat , guru besar kita menjadi panutan dan patut kita junjung tinggi kecerdasannya , dan semoga beliau diberikan kesehatan dan kekuatan iman Islamnya , aamiin allahuma aamiin.
Masya alloh🤗 sehat selalu pak ustadz.