Betul pak, waktu anak saya smp, ...ketika menyelesaikan soal matematika, dengan cara penyelrsaian yg berbeda, ...disalahkan....sampai akhirnya saya datangi sekolahnya, saya sampaikan kalo guru itu salah,....sekolah ,terutama si guru, mengatakan, tetap ikuti cara dari si guru...akhirnya saya debat, saya sampaikan, kalo saya juga pendidik, dosen di suatu kampus, dan saya smpkan,...bidang saya juga memgajar matematika ,...tetap si guru, ...nggal mau terima...artinya guru di tingkat sd,smp,sma....harus memeliki pengetahuan dan kemampuan mengajar
untungnya dulu ibu guru di sd ku bisa nerima jawabanku karena jawabanku bener tapi cara penyelesaiannya berbeda, aku masih inget waktu itu agak gugup takut jawabanku bakal ditolak soalnya baru sadar kalo cara penyelesaianku beda sama yg diajarin bu guru, untungnya bu guru paham dunia matematika dan bilang kalo jawabanku itu dianggap benar
saya kira kesepakatan tentang tata cara pengerjaan soal itu balik lagi ke pendidiknya. Saya adalah seorang mentor edukasi, saya rasa guru matematika tersebut hanya mengizinkan cara yang konvensional karena cara tersebut memang dapat membantu anak dalam melatih pola pikir kritis. Jika seorang anak yg belum memahami materi tersebut secara benar , kemudian sang anak disuguhkan dengan cara cepat, maka fondasi matematika anak itu bisa runtuh. Guru matematika saya pada jenjang SMA juga tidak memperbolehkan cara cepat karena alasan tersebut, kecuali sang anak dapat membuktikan rumus atau cara cepat tersebut di kertas ujian. Jika sang anak bisa membuktikannya, maka bolehlah ia menggunakan, karena ia tau dari masa asal hal tersebut. Jika cara cepat digunakan terus menerus, maka sang anak akan kehilangan bagian penting dari proses pembelajaran. Bahkan guru saya juga tidak sungkan memberi nilai merah pada anak yg telah berkompetisi di kancah internasional dalam perlombaan IMO karena alasan demikian.
Setuju dg Anda, guru banyak yg malas belajar lagi, kalau guru matematika yg malas biasanya tahunya hanya cara yg konvesional, model guru yg hanya memahami cara2 konvensional itu guru yg malas atau kadang ada guru yg merasa malu kalau kalah cepat dalam.menyelsaikan soal2 matematika dg siswanya sehingga siswa yg bisa mengerjakan dg cara cepat malah disalahkan. Guru yg hanya bisa mengajar matematika konvensional akan ditertawakan jika bertemu dg Prof. Yohanes Surya
Alhamdulillah... syukran pak mentri atas masukannya, benar 3 hal yg bpk smpkan tsb, merupakan kelemahan pd lulusan kampus n yg jg mrpkn kelemahan dr sistem pembelajaran dr para pendidik/ dosen. Termasuk jg kelemahan dr sistem n manajemen kampus. Sehat selalu prof n di mudahkan serta dilancarkan dlm menjlnkan amanah yg sedang diemban. Respect🙏
Baru kali ini,dunia pendidikan tinggi Indonesia bangkit lagi karena didimpin oleh seorang menteri yang bergelar profesor dan wakilnya pun profesor. Dunia pendidikan tinggi, adalah dunia yang spesifik dan khusus, karena itu menterinya pun harus profesor. Dimana, selama 10 tahun hanya dipimpin oleh seorang menteri tamatan yg bergelar magister, padahal jumlah Profesor atau Doktor di Indonesia sudah banyak.
Metro Jika berkenan Pesen buat Pak Menteri untuk 1. Masukan matakulaih management system ke seluruh prodi S1 buku acuan Juran 2. Implementasi ISO 3. Terbiasa PDCA 4. Terbiasa CI (continues improvement) 5. Terbiasa OE ( operational excelent) Dengan 5 point ini mudah2an yg disampaikan Pak Menteri sudah tercapture semuanya….
Masalah kemauan yang kuat. Biasa disebut TEKAD.. contoh : ditanya : apakah anda ingin maju ? Semua menjawab MAU. KEMAUAN BERKADAR 5 WATT. Pengetahuan cukup. Keahlian /ketrampilan ada. TAPI PENGETAHUAN DAN KEAHLIAN yang tidak didukung KEMAUAN atau tekad yang membara (burning desire) atau ANTHUSIASME, tidak menghasilkan apa apa.
Kesempatan kerja untuk lulusan perguruan tinggi sangat terbuka lebar. Tetapi kemauan untuk memasuki peluang itu, lemah. Apalagi setiap ada peluang tentu ada hambatan ato tantangan. Karens kemauan yang lemah, langsung mundur tanpa berjuang terlebih dahulu. Jadi KEMAUAN /TEKAD YANG KUAT itulah yang memisahkan orang orang berhasil dan orang orang gagal.
SULIT ORANG INDONESIA DAN NEGARA INDONESIA UNTUK MAJU, JIKA SELALU ORANG DARI AGAMA MAYORITAS HARUS DI KEDEPANKAN DALAM SETIAP ASPEK. itu yg saya lihat 🤭
Maaf....kalimat Menuju Indonesia Emas (31+18+24=73) code 73 adalah dari (15+12+16+13+17=73) ini adalah code kunci untuk pribadi2 manu-sia dilihat dari sudut pandang (Kearipan Lokal) dan dlm Kitab tertulis pesan Inilah Anak Yang Kukasihi (13+7+34+19=73)...nuwun
@kaitokoyamon kalimat Inilah Anak Yang Kukasihi adalah Kocap Yesus Kristus.....apakah ada manu-sia yang sebanding dengan Perilaku Yesus Kristus hingga hari ini.....barang siapa memahami dan melakukan-nya code 73 dipastikan akan menjadi manu-sia cerdas beradab dan penuh dng kejujuran lurus dan benar.....
terima kasih prof. pnyataan bliau di sini akan saya pakai sbg latarblkg pd disertasi saya.
Diringkas, nanti saya dikirimi ya Bu Kartika? Tks sblm & sesudahnya
Betul pak, waktu anak saya smp, ...ketika menyelesaikan soal matematika, dengan cara penyelrsaian yg berbeda, ...disalahkan....sampai akhirnya saya datangi sekolahnya, saya sampaikan kalo guru itu salah,....sekolah ,terutama si guru, mengatakan, tetap ikuti cara dari si guru...akhirnya saya debat, saya sampaikan, kalo saya juga pendidik, dosen di suatu kampus, dan saya smpkan,...bidang saya juga memgajar matematika ,...tetap si guru, ...nggal mau terima...artinya guru di tingkat sd,smp,sma....harus memeliki pengetahuan dan kemampuan mengajar
untungnya dulu ibu guru di sd ku bisa nerima jawabanku karena jawabanku bener tapi cara penyelesaiannya berbeda, aku masih inget waktu itu agak gugup takut jawabanku bakal ditolak soalnya baru sadar kalo cara penyelesaianku beda sama yg diajarin bu guru, untungnya bu guru paham dunia matematika dan bilang kalo jawabanku itu dianggap benar
saya kira kesepakatan tentang tata cara pengerjaan soal itu balik lagi ke pendidiknya. Saya adalah seorang mentor edukasi, saya rasa guru matematika tersebut hanya mengizinkan cara yang konvensional karena cara tersebut memang dapat membantu anak dalam melatih pola pikir kritis. Jika seorang anak yg belum memahami materi tersebut secara benar , kemudian sang anak disuguhkan dengan cara cepat, maka fondasi matematika anak itu bisa runtuh. Guru matematika saya pada jenjang SMA juga tidak memperbolehkan cara cepat karena alasan tersebut, kecuali sang anak dapat membuktikan rumus atau cara cepat tersebut di kertas ujian. Jika sang anak bisa membuktikannya, maka bolehlah ia menggunakan, karena ia tau dari masa asal hal tersebut. Jika cara cepat digunakan terus menerus, maka sang anak akan kehilangan bagian penting dari proses pembelajaran. Bahkan guru saya juga tidak sungkan memberi nilai merah pada anak yg telah berkompetisi di kancah internasional dalam perlombaan IMO karena alasan demikian.
Berarti gurunya sebatas buku yg di pegang atau gurunya malas pelajari jln lain.
Setuju dg Anda, guru banyak yg malas belajar lagi, kalau guru matematika yg malas biasanya tahunya hanya cara yg konvesional, model guru yg hanya memahami cara2 konvensional itu guru yg malas atau kadang ada guru yg merasa malu kalau kalah cepat dalam.menyelsaikan soal2 matematika dg siswanya sehingga siswa yg bisa mengerjakan dg cara cepat malah disalahkan. Guru yg hanya bisa mengajar matematika konvensional akan ditertawakan jika bertemu dg Prof. Yohanes Surya
Menteri itu digaji utk cari solusi. Bukan menjadi pengamat dan menyalahkan guru dan dosen Geblek benar ya
Alhamdulillah... syukran pak mentri atas masukannya, benar 3 hal yg bpk smpkan tsb, merupakan kelemahan pd lulusan kampus n yg jg mrpkn kelemahan dr sistem pembelajaran dr para pendidik/ dosen. Termasuk jg kelemahan dr sistem n manajemen kampus. Sehat selalu prof n di mudahkan serta dilancarkan dlm menjlnkan amanah yg sedang diemban. Respect🙏
Baru kali ini,dunia pendidikan tinggi Indonesia bangkit lagi karena didimpin oleh seorang menteri yang bergelar profesor dan wakilnya pun profesor. Dunia pendidikan tinggi, adalah dunia yang spesifik dan khusus, karena itu menterinya pun harus profesor. Dimana, selama 10 tahun hanya dipimpin oleh seorang menteri tamatan yg bergelar magister, padahal jumlah Profesor atau Doktor di Indonesia sudah banyak.
Kalo di luar keliatan keren ya, tp si bapak beneran tahu gak kalo dalam instansinya amburadul
Bagus sekali. 🙏🙏
Prodi SI Univ Sangga Buana Bandung turut menyimak
14:43 it's sometime forgotten that thinking is the actual learning process. Study doesn't equal learning
kalo terpaksa mau menyimak pembicaraan ini gunakan kecepatan 2x agar waktu egga sia2
Metro
Jika berkenan
Pesen buat Pak Menteri untuk
1. Masukan matakulaih management system ke seluruh prodi S1 buku acuan Juran
2. Implementasi ISO
3. Terbiasa PDCA
4. Terbiasa CI (continues improvement)
5. Terbiasa OE ( operational excelent)
Dengan 5 point ini mudah2an yg disampaikan Pak Menteri sudah tercapture semuanya….
Setuju dengan opini Pak Menteri
Kelemahan itu bersumber dari “dosen” Perguruan Tinggi.
Perusahaan saya lebih prefer hire anak anak SMK dengan program 4 tahun... Magang, lanjut di hire bila perform bagus
Udah tahu penghasilan dosen di PTN?
Menteri itu digaji utk cari solusi. Bukan mengeluh dan menyalahkan guru dan dosen dalam memberi menteri...
Nah!
Masalah utama, masalah sikap mental. Bukan seperti yang dipaparkan.
1 HAL YANG PASTI : SISTEM PENDIDIKAN BELUM DIDESAIN UNTUK MENCIPTAKAN ANGKATAN SIAP KERJA (DENGAN KARAKTER DAN KOMPETENSI YANG MATANG)
❤❤❤❤❤❤❤❤
Masalah kemauan yang kuat. Biasa disebut TEKAD.. contoh : ditanya : apakah anda ingin maju ? Semua menjawab MAU. KEMAUAN BERKADAR 5 WATT. Pengetahuan cukup. Keahlian /ketrampilan ada. TAPI PENGETAHUAN DAN KEAHLIAN yang tidak didukung KEMAUAN atau tekad yang membara (burning desire) atau ANTHUSIASME, tidak menghasilkan apa apa.
Teknik mesin ITB ....karir puncak jadi menteri pendidikan ...😢
Kesempatan kerja untuk lulusan perguruan tinggi sangat terbuka lebar. Tetapi kemauan untuk memasuki peluang itu, lemah. Apalagi setiap ada peluang tentu ada hambatan ato tantangan. Karens kemauan yang lemah, langsung mundur tanpa berjuang terlebih dahulu. Jadi KEMAUAN /TEKAD YANG KUAT itulah yang memisahkan orang orang berhasil dan orang orang gagal.
Dosen2 tdk mlkk riset dan yg diajarkan cm teks book kuno
Yo ketinggalan😅😅😅😅😅
Anak saya SMP, saya suruh belajar dari youtube
Gimana mau riset kalo masih mikir gimana buat makan besok
Kerja gak fokus , karena biasa maen game dan active di sosmed. Yg parah yg kuliah online saat covid...skill kurang walau nilai bagus bagus
SULIT ORANG INDONESIA DAN NEGARA INDONESIA UNTUK MAJU, JIKA SELALU ORANG DARI AGAMA MAYORITAS HARUS DI KEDEPANKAN DALAM SETIAP ASPEK. itu yg saya lihat 🤭
Betul tahayul, hafalan, dll jadi mundur generasi Indonesia ini..
Maaf....kalimat Menuju Indonesia Emas (31+18+24=73) code 73 adalah dari (15+12+16+13+17=73) ini adalah code kunci untuk pribadi2 manu-sia dilihat dari sudut pandang (Kearipan Lokal) dan dlm Kitab tertulis pesan Inilah Anak Yang Kukasihi (13+7+34+19=73)...nuwun
Gimana mau maju kalo cara mikirnya masih gini wkwkwk
@kaitokoyamon kalimat Inilah Anak Yang Kukasihi adalah Kocap Yesus Kristus.....apakah ada manu-sia yang sebanding dengan Perilaku Yesus Kristus hingga hari ini.....barang siapa memahami dan melakukan-nya code 73 dipastikan akan menjadi manu-sia cerdas beradab dan penuh dng kejujuran lurus dan benar.....
Ngomong muter2, solusinya nggak ada, salah satu bukti jd profesor modal hapalan