Tetep seneng kalo ngebahas stoikisme, meskipun berulang kali,ini adalah laku orang orang sufi, saya pribadi berusaha untuk mendalami dan memanifestasikan ajaran ini, meskipun masih sering gagal. Mas koki
Kalau harus meneliti kebelakang. Banyak orang-orang dari filsuf atau pemuka agama mengatakan kalau kita harus menerima takdir kita entah untuk alasan supaya kita bahagia atau agar kita tidak tersakiti jikalau takdir kita bertentangan dengan apa yang kita harapan Dan dari banyak nya orang yang mengatakan hal tersebut, kenapa (kita anggap subjek disini adalah diri saya sendiri) susah untuk menerima nya. Padahal itu secara jelas dan mudah dipahami kalau itu cara untuk dapat bahagia dalam berkehidupan. Tapi kenapa biarpun sudah mengetahui hal itu tetap saja tubuh ini/diri ini tidak bisa menerimanya Menurut admin kira² apa jawabannya. Sudah dari dulu mikirin tapi entah kenapa masih belum dapat jawabannya😅
Ada satu pertanyaan yg keluar dari pembahasan video ini mas, Ada istilah sumbangan dan iuran, sumbangan sifatnya seiklasnya,kalo iuran ada nominal tertentu. Nah! Pertanyaan saya,kalo iuran untuk kegiatan atau tujuan sosial itu masuk kategori atau bagian dari komunisme atau sosialisme mas? Karena di iuran berbau paksaan dan kewajiban. Mohon di jawab
iuran untuk kegiatan sosial tidak secara khusus termasuk dalam komunisme atau sosialisme mas, tapi lebih merupakan bentuk solidaritas sosial yang dapat terjadi dalam berbagai sistem sosial. Dan solidaritas kadang harus dimulai dengan paksaan.
@@ahmadroyani92 dan mengapa solidartas itu tak harus wajib,dan bisa jadi kalau seikhlasnya (sumbangan)bisa lebih banyak. Maaf,agak keluar dari konteks mas
Mantap 👍🏻👍🏻👍🏻
Tetep seneng kalo ngebahas stoikisme, meskipun berulang kali,ini adalah laku orang orang sufi, saya pribadi berusaha untuk mendalami dan memanifestasikan ajaran ini, meskipun masih sering gagal.
Mas koki
Kalau harus meneliti kebelakang. Banyak orang-orang dari filsuf atau pemuka agama mengatakan kalau kita harus menerima takdir kita entah untuk alasan supaya kita bahagia atau agar kita tidak tersakiti jikalau takdir kita bertentangan dengan apa yang kita harapan
Dan dari banyak nya orang yang mengatakan hal tersebut, kenapa (kita anggap subjek disini adalah diri saya sendiri) susah untuk menerima nya. Padahal itu secara jelas dan mudah dipahami kalau itu cara untuk dapat bahagia dalam berkehidupan. Tapi kenapa biarpun sudah mengetahui hal itu tetap saja tubuh ini/diri ini tidak bisa menerimanya
Menurut admin kira² apa jawabannya. Sudah dari dulu mikirin tapi entah kenapa masih belum dapat jawabannya😅
waduh bismillah bisa jadi stoic 😅
Ada satu pertanyaan yg keluar dari pembahasan video ini mas,
Ada istilah sumbangan dan iuran, sumbangan sifatnya seiklasnya,kalo iuran ada nominal tertentu.
Nah! Pertanyaan saya,kalo iuran untuk kegiatan atau tujuan sosial itu masuk kategori atau bagian dari komunisme atau sosialisme mas? Karena di iuran berbau paksaan dan kewajiban.
Mohon di jawab
iuran untuk kegiatan sosial tidak secara khusus termasuk dalam komunisme atau sosialisme mas, tapi lebih merupakan bentuk solidaritas sosial yang dapat terjadi dalam berbagai sistem sosial.
Dan solidaritas kadang harus dimulai dengan paksaan.
@@ahmadroyani92 tapi bukankah solidartas itu sama rasa mas? Dan itu bagian dari komunisme yg "sama rasa, sama rata"
@@ahmadroyani92 dan mengapa solidartas itu tak harus wajib,dan bisa jadi kalau seikhlasnya (sumbangan)bisa lebih banyak.
Maaf,agak keluar dari konteks mas