Bedah Editorial MI - Harta, Tahta, Pilkada

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 16 жов 2024
  • MetroTV, SEMAKIN dekat pada pemilihan umum, rakyat negeri ini sudah biasa melihat manuver politik yang makin menjadi. Lawan menjadi kawan, begitu pula sebaliknya. Koalisi lama pecah, koalisi baru terbentuk, atau bahkan semakin banyak yang bersatu membentuk koalisi super.
    Politik memang begitu ‘cair’ jikalau tidak mau disebut absurd. Semuanya dianggap sah selama tidak melanggar hukum. Bahkan jika perlu hukum yang ‘disesuaikan’ demi kepentingan yang ada.
    Manuver politik yang makin menggila inilah yang pantas membuat kita risau akan kualitas Pemilihan Kepala Daerah 2024. Padahal, pilkada yang akan berlangsung serentak 27 November nanti sangatlah penting bagi nasib bangsa ke depan.
    Dari kerja pemimpin daerah lah, segala ukuran keberhasilan maupun kemunduran kualitas hidup rakyat dihasilkan, baik berupa angka kemiskinan, angka penggangguran, angka kesejahteraan per kelompok profesi, hingga angka stunting.
    Sebab itu pula, imbauan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir di Yogyakarta, kemarin, amat relevan dan urgen untuk menjadi pengingat. Haedar menekankan agar para calon kontestan pilkada serius mengabdi kepada rakyat dan mengurus daerah dengan sebaik-baiknya, bukan semata mencari kekuasaan atau jabatan. Tanpa niat yang lurus, kontestan pilkada berpeluang menyalahgunakan wewenang saat kelak menjabat.
    Perkataan Haedar sama sekali bukan mengawang-awang ataupun klise. Perkataan itu malah sebenarnya memiliki dua peringatan penting. Pertama, soal kontestan yang hanya haus jabatan dan materi. Kedua, soal dampaknya jika rakyat ‘terjebak’ memilih kontestan oportunis dan pemburu rente seperti itu.
    Manuver politik yang begitu ‘cair’ sekarang inilah yang juga berimbas pada kualitas calon yang disodorkan kepada rakyat. Masalah lama kaderisasi di parpol bukan saja membuat saban pilkada sosok pesohor menjadi laris. Rumus mendongkrak popularitas paslon dengan menggandeng artis memang sudah ada sejak dulu.
    Namun kini, artis yang masuk kontestasi bahkan dengan kualitas yang dicibir oleh rekan-rekan seprofesi mereka sendiri. Ini sebenarnya bukan sepele, dan bukan pula kecemburuan personal. Kondisi itu sesungguhnya menunjukkan betapa kian banyak yang mengingatkan kepada kita tentang ketiadaan rekam prestasi orang yang bersangkutan, bahkan di bidangnya sendiri.
    Maka adalah pemikiran logis adanya niat ‘bercabang’ yang dicari para paslon tersebut lewat pilkada ini. Pendeknya, tiga hasrat bagi mereka hendak digenggam sekaligus, yakni harta, tahta, pilkada.
    Sebab itu, rakyat harus makin jeli menelaah calon pemimpin mana yang memiliki kehendak lurus demi mereka. Salah satu caranya adalah dengan melihat rekam jejak di bidang mereka masing-masing.
    Terhadap para paslon petahana, janji di awal pilkada yang lalu haruslah terwujud di lima tahun saat ia menjabat saat ini. Rakyat tidak boleh tergiur janji baru, apalagi menutup mata akan indikasi skandal atau kasus yang sudah ada.
    Angka kemiskinan dan angka pengangguran haruslah menjadi ukuran mutlak. Sebab, apa pun klaim keberhasilan semestinya tecermin pada penurunan kedua angka itu.
    Sebaliknya, klaim keberhasilan tanpa jejak di angka kemiskinan dan angka pengangguran justru menjadi pertanda kue kemajuan yang hanya dinikmati segelintir kelompok terus dilanggengkan. Bukan jarang terjadi, kue itu nyatanya hanya manis bagi kroni para pemimpin daerah itu.
    Bagi paslon yang bukan petahana ataupun pejabat karir di pemerintahan daerah, rekam jejak memang harus ditelaah lebih jeli. Meski begitu, sesungguhnya juga bukan perkara sulit membedakan janji manis dan niat mengabdi.
    Apa pun bidangnya, bekerja membangun daerah ataupun membantu rakyat semestinya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Maka, sebenarnya sangat aneh, jika sosok paslon di kontestasi pilkada berjanji untuk membantu rakyat namun selama ini nihil kegiatan dengan masyarakat.
    Paslon dengan janji manis seperti itu jangankan menjadi pemimpin dan membuat kemajuan, malah sangat mungkin justru rakyat yang mengajarinya nilai-nilai kehidupan.
    Maka kita pun mengimbau parpol untuk memilih paslon yang benar-benar berkualitas di sebulan ini menuju tenggat pendaftaran. Jangan salahkan rakyat jika berpaling bahkan mungkin urung memilih jika paslon yang ditawarkan sekadar sosok-sosok pemburu harta dan tahta.
    #hartatahtapilkada #editorialmediaindonesia #bedaheditorialmi
    #Metrotv
    -----------------------------------------------------------------------
    Follow juga sosmed kami untuk mendapatkan update informasi terkini!
    Website: www.metrotvnew...
    Facebook: / metrotv
    Instagram: / metrotv
    Twitter: / metro_tv
    TikTok: / metro_tv
    Metro Xtend: xtend.metrotvn...

КОМЕНТАРІ • 2