"Kenapa kualitas penelitian Indonesia tertinggal?" - On Scientific Temper

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 7 кві 2019
  • #ThinkingSlow #FrameSentences
    Kenapa kualitas penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia belum sekelas dunia? Sejarawan Andrew Goss dalam bukunya "Floracrats: State-Sponsored Science and the Failure of Enlightenment in Indonesia" bahwa semua ini berakar pada kooptasi pemerintah kolonial dalam proses perkembangan ilmu botani dan sejarah alam pada saat itu.
    Dalam episode ini, F&S mengunjungi kantor Pak Yanuar Nugroho (birokrat sekaligus akademisi) untuk membahas tata kelola penelitian di Indonesia hari ini. Apa saja resep supaya kita bisa mengejar ketertinggalan yang diargumenkan Achmad Zaky pada tweet-nya beberapa waktu lalu?
    Baca lebih lanjut tentang problema penelitian di Indonesia:
    theconversation.com/sains-ter...
    theconversation.com/belajar-d...
    theconversation.com/peluang-s...
    theconversation.com/apa-kenda...
    theconversation.com/apa-yang-...
    theconversation.com/mengapa-r...
    theconversation.com/insularit...
    Note: gambar universitas dan perpustakaan di awal hanyalah ilustrasi, dan bukan University of Michigan yang sebenarnya.
    ***
    For business inquiry email at framesentences@gmail.com!
    ***
    Ikuti kami di media sosial:
    / frame_sentences
    / frame_sentences
    Afu’s Twitter: / afutami
    Wikan’s Twitter: / wikanananta
    Afu’s Instagram: / afutami
    Wikan’s Instagram: / anantabrata12

КОМЕНТАРІ • 774

  • @yusniafterwave9903
    @yusniafterwave9903 5 років тому +345

    YANG PERNAH RISET PAKE DANA SENDIRI MANA SUARANYA?

    • @VejmR
      @VejmR 5 років тому

      :)

    • @anakagung7613
      @anakagung7613 5 років тому +7

      Rata2 yg nykripsi dan nhesis rogoh kocek sendiri

    • @yusniafterwave9903
      @yusniafterwave9903 5 років тому +8

      @@anakagung7613 cari sponsor Dari luar negri kadang juga lebih mudah daripada ribet daftar pendanaan di negri sendiri :')

    • @maulanwahyud
      @maulanwahyud 5 років тому +2

      @@yusniafterwave9903 ya seperti yang saya alami, lebih banyak yang didapat kalo sponsor dari luar daripada dalam negeri sendiri

    • @septianmaulidw1228
      @septianmaulidw1228 5 років тому +4

      Dana dari ortu kehitung ga?

  • @ntznbgzt
    @ntznbgzt 5 років тому +483

    Jurnal aja di keep sama kampus, thesis dlsb tidak mudah diakses. Jd gimana mau saling sustain sebuah riset. Dan juga literasi kita belum tinggi, belum yang plagiat. Kan susah. Persis sesuai dengan kultur dan mental kita. Rumit.

    • @ivakanoffsnyder4501
      @ivakanoffsnyder4501 5 років тому +33

      Dibuka juga ujung2nya dicopas. Hasilnya makin ancur dah negara isinya sarjana abal

    • @tamaiantama
      @tamaiantama 5 років тому +13

      Harusnya dipublish tapi tidak bisa didownload atau kalaupun bisa didownload harusnya PDF tidak dapat dicopy

    • @nurulirfan25
      @nurulirfan25 5 років тому +32

      @@ivakanoffsnyder4501 sekarang kampus-kampus kan sudah pakai mesin verifikasi keaslian tulisan, Pak. Misalnya di kampus saya pakai turnitin. setiap skripsi yang diajukan harus lolos dari turnitin dengan tingkat kesamaan dengan tulisan yang sudah dipublikasi maksimal 25%. kalau copas sudah pasti ketahuan. Atau belum semua kampus yang pakai seperti itu ya? Hmmm..

    • @ivakanoffsnyder4501
      @ivakanoffsnyder4501 5 років тому +22

      Atau mungkin kampusnya sendiri yang takut kalau penelitian/TA mahasiswa yg dipublish isinya kurang mutu.

    • @CharDhue
      @CharDhue 5 років тому +10

      Emang rada susah dapet akses hasil thesis atau TA mahiswa kampus lain apalagi hasil riset dosen

  • @ilham7345
    @ilham7345 5 років тому +190

    BECAUSE WE ARE TOO FOCUSED ON POLITICAL SH*T INSTEAD OF SCIENCE

    • @fakuri913
      @fakuri913 5 років тому +23

      *Religious Shit

    • @sepaksemprul
      @sepaksemprul 5 років тому +7

      Yg penting jago bluffing dan menyakinkan. Kenyataan data yang valid mah diurutan sejuta

    • @Meonium
      @Meonium 5 років тому +1

      @@sepaksemprul What can I say, communication skills are really useful.

    • @newton1000
      @newton1000 5 років тому

      @@fakuri913 apa

    • @Rythmguitarable
      @Rythmguitarable 5 років тому

      @@fakuri913 lu kira agama itu shit? emang lu lahir kagak pake agama? elu hidup kagak pake pedoman beragama ya?

  • @andikapranatajaya1446
    @andikapranatajaya1446 5 років тому +139

    Buat penikmat ilmu pengetahuan seperti aku, video ini seperti kue yang pas dimakan. Cita rasa enak, harga terjangkau, dan halal. Citarasa bisa dimaknai dengan apa yang ingin disampaikan sangat mudah dipahami, harga terjangkau dimaknai dengan gaya penyampaian bertutur yang tidak membosankan, halal dimaknai dengan basis informasi yang disampaikan sangat ilmiah dan berbasis argumentasi keilmuan. Meski ada opini yang dibangun, tetap menyajikan fakta atas opini. Menjura hormat deh buat kretifitasnya untuk Indonesia!

  • @hany.haniyya
    @hany.haniyya 5 років тому +245

    Halo, Kak, kebetulan saya berkecimpung di penelitian Bioteknologi. Saya pernah joint-research 6 bulan di lembaga riset pemerintah Thailand NSTDA (lupa kepanjangannya, mungkin bisa Google langsung hehe) dan sungguh ketika di sana membuat saya sadar kalau riset kita di bidang bioteknologi itu masih jauh dari maju bahkan dibandingkan dengan sesama negara ASEAN. Secara umum yg saya lihat dari organisasi dan kinerja mereka adalah:
    1. Dana yg besar dari Raja Thailand dan pemerintah. Ngga tau sih jumlahnya berapa. Tapi yg jelas dana untuk sarana prasarana alat dan bahan bukan lagi jadi masalah mereka--yang kalau di negeri kita ini masih jadi masalah utama.
    2. SDM yg mumpuni, mereka sudah ngga menerima sarjana untuk bekerja di lembaga riset. Minimal Master. Gaji untuk mereka juga cenderung tinggi bahkan untuk tenaga outsourcing/honorer nya. Kalau dibandingkan dengan Indonesia waktu saya masih jadi outsourcing di BPPT, perbandingannya 1:4 lebih besar di sana. Jadi di sana peneliti dan staff pembantu peneliti juga sejahtera. Well, peneliti Indonesia (yg PNS) juga punya tunjangan kinerja tinggi sih.
    3. Sarana prasarana yg menunjang baik. Di sana sebagai contoh paling simpel, sistem LANnya sudah bagus to the point untuk ngambil data dari alat A di Gedung A, kita ngga perlu capek-capek mindahin via USB atau Internet Drive. Semua bisa akses lewat folder LANnya masing-masing. FYI, kalau di lembaga penelitian kita, rata-rata sih masih manual ya. Alat juga terbatas, ngga jarang rebutan loh sementara tuntutan capaian kerja banyak. Ini mungkin yg membuat kerja mereka lebih efisien.
    Di sini, ibarat kata disuruh mencapai goal A, tapi ngga disediakan fasilitas dan metode yg direct karena keterbatasan biaya. Ujung-ujungnya yg dipakai metode konvensional lagi 🙁
    Oh ya, di sana R&D perusahaan besar juga udah gabung di satu area Techno Park NSTDA (macam PUSPIPTEK gitu lah). Ngga main-main loh, ada perusahaan daging gitu yg terkenal (semacam So Good di Indo).
    Ah ya, karena mereka di satu cluster dan letaknya berdekatan, kolaborasinya lebih gampang. Waktu itu saya pinjam alat dari direktorat lain, dan mekanisme pinjam-meminjam, juga energi yg saya gunakan untuk pergi ke tempatnya mudah hehe.
    4. Organisasi lembaga mereka itu terdiri dari kalau ngga salah Governing Board, Executive (dimulai dari Direktur Kepala sampai Deputi), dan International Advisory Committee. Nah, yg menarik Governing Boardnya ini terdiri dari 3 unsur, disitu ada 1) menteri-menteri terkait semacam menteri pendidikan, menteri perindustrian, menteri riset dan teknologi, dll; 2) Rektor universitas; 3) Perwakilan dari pelaku industri. Governing Board ini yg menentukan arah kerja Executive. Jadi tiap periode mereka menentukan arah penelitian yg itu mengikat seluruh pihak. Contoh, untuk industri kertas, kalau Governing Board udah bilang industri kertas kita harus lebih hijau dengan teknologi enzim, maka NSTDA mengembangkan enzim yg aplikasinya didukung sama industri kertas besar di Thailand. Mitra mereka juga perusahaan perusahaan besar kayak PTT (seperti Pertamina) kalau di Indonesia kita disuruh cari mitra industri sendiri tanpa ada dukungan regulasi pemerintah, sementara industri juga punya R&D sendiri dan mereka cenderung tertutup, efeknya kita mengembangkan sesuatu yg jauh dari kebutuhan industri. Selain itu haluan penelitian universitas juga mendukung. NSTDA punya lab kerja sama di universitas yg mana mahasiswa melakukan penelitian di sana.
    Menurut saya sih untuk bidang ilmu alam, kuncinya ada di Governing Board. Negara berhak menentukan arah penelitian, tetapi juga harus bisa mendanai dan menjembatani. Tapi kalau untuk ilmu sosial, kayaknya lebih baik dibebaskan hehe soalnya kalau sosial kan lebih hmmm dinamis gitu ngga sih?

    • @Frenfootball
      @Frenfootball 5 років тому

      makasih kak utk penjelasan ny yg panjang.😊😊

    • @Frenfootball
      @Frenfootball 5 років тому

      Salam kenal kak.. saya mw jd peneliti juga.. skrg mahasiswa tingkat akhir.. penlitian di PPF lipi.

    • @ajiiibdetik1072
      @ajiiibdetik1072 5 років тому +5

      minat/arah/tema penelitian sebaiknya tidak ditentukan oleh orang lain... saya pikir ilmu adalah hak perorangan. Signifikansi penelitian dapat dilihat dari jurnal tempat publikasi tersebut.

    • @orthopraxic
      @orthopraxic 5 років тому +12

      No, ilmu sosial juga sangat penting yang bahkan sistem pendidikan itu sendiri harus ditentukan oleh tipe antropologi kita sebagai manusia Indonesia. Kalo tdk seperti skrg ini, kita tak tahu model sistem pendidikan apa yg sedang kita gunakan.
      Pendekatan / metode pendidikan yg kita gunakan skrg kurang sesuai untuk orang Indonesia yang konon ber-stereotype "Layback Generalist".
      Berbeda kasus dg Botanical Scientist. Sy hanya menjabarkan betapa pentingnya Ilmu Sosial yang mana risetnya didanai dg sangat minim jg.

    • @tiowii
      @tiowii 5 років тому +4

      It feels like you have visited heaven, too cool to be true here :(

  • @jo70seventy
    @jo70seventy 5 років тому +387

    Kalo gue lebih setuju lembaga riset di Indonesia independen dan lepas dari pengaruh pemerintah. Lembaga riset ini bs didanai oleh perusahaan2 swasta dengan mekanisme keringanan pajak dari pemerintah. Jadi pemerintah tidak perlu mengelola dana riset sendiri. It would be effective for it is based on business needs and research diversity would not be questioned as the business fields are naturally diverse .
    Untuk topik riset yang underdeveloped dan tidak business oriented pemerintah bisa mengalokasikan dana yg tadinya untuk lembaga riset pemerintah ke universitas2 negeri. Universitas swasta bisa diberi bebas pajak sesuai dengan kualitas dan kuantitas risetnya. Just my opinion. Cmiiw

    • @garudapenjunjungkebenaran5871
      @garudapenjunjungkebenaran5871 5 років тому +22

      Nah ini bener nih. Tapi rakyat Indonesia masih banyak yang belum bisa "mandiri" dari pemerintah. Pasti kalau dilepas gitu, saya yakin pasti ada orang yang bilang "pemerintah harusnya mendukung riset seperti ini, bukannya malah dilepas ke swasta".

    • @nuvonovalyrics6179
      @nuvonovalyrics6179 5 років тому +28

      Kalo menurut saya, setidaknya hrs ada keterlibatan pemerintah sbg regulator agar riset2 yg dikelola adl riset yg bertanggung jawab. Tp memg sebaiknya keterlibatan pemerintah hrs dibatasi, krn cmpur tangan yg trlalu byk akan mghambat kemajuan riset itu sndri.

    • @vitomuhammad2820
      @vitomuhammad2820 5 років тому +10

      Nuvo Nova saya setuju, harus ada regulasi pemerintah yang mengatur riset-riset yang dilakukan swasta agar mendapat penelitian yang bertanggung jawab namun harus dibatasi juga regulasi tersebut.

    • @kalila_sydney2010
      @kalila_sydney2010 5 років тому +1

      setuju bgt mas...miris makanya lihat skr LIPI kisruh..beberapa badan litbang dilemahkan dan dijadikan BLU, jika pemerintah sdh tidak bisa mendanai, seharusnya dicari solusi terbaik, contohnya ide mas-mas ini...

    • @aryabimaputra8021
      @aryabimaputra8021 5 років тому +4

      @@garudapenjunjungkebenaran5871 nah itu, dikit2 yang disalahin pemerintah..... typically orang indonesia, mungkin bawaan pemerintahan model kerajaan jaman dulu kali ya

  • @channelgerry3575
    @channelgerry3575 5 років тому +130

    sarjana harusnya jadi magister, magister harusnya jadi doktor, doktor harusnya jadi profesor...tugas mereka cuma melakukan pendidikan, pengajaran, penelitian, pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat (nelayan, petani, buruh, dan lain-lain)...skripsi, tesis dan disertasi cuma tersimpan rapi di perpustakaan tanpa ada implementasi di masyarakat...orang2 cuma fokus sama gelar akademiknya bukan hasil risetnya...

    • @lifeisneverthesame910
      @lifeisneverthesame910 5 років тому +14

      Masyarakat yg masih face value.

    • @EVIRETNOCDEWI
      @EVIRETNOCDEWI 5 років тому

      Yaaa, betul juga

    • @pikufi
      @pikufi 5 років тому +1

      Could not agree more

    • @kaptenlemper
      @kaptenlemper 5 років тому

      @@lifeisneverthesame910 sungguh sedih tapi nyata

    • @Meonium
      @Meonium 5 років тому +6

      Coba lihat universitas pertanian di Belanda. Sumpah keren banget penelitian mereka dan banyak yg dipakai secara langsung oleh masyarakat.

  • @icangicung20
    @icangicung20 5 років тому +269

    Keren banget videonyaa!!
    Menurut gue sih riset di indonesia nggk maju soalnya cita cita itu mati ketika mereka di kampus, tanya maba itb, gue yakin 90% mau jadi ilmuwan, terus tanya mereka yang tingkat akhir, gue yakin 99% bilang mau kerja aja.
    Yang salah dmana?

    • @liaforubeb
      @liaforubeb 5 років тому +107

      betul, iklim universitas ga memprovide diri untuk jadi scientific dan critical. skripsi pun hanya sekedar. yang penting "sesuai aturan" bukan konteks penelitiannya. sedih sih kak afu, gue yang ga punya banyak priviledge harus kerja keras lebih untuk mengakumulasi pengetahuan dan cara berpikir sistematis dan berlogika yang benar. karena miris banget kenyataannya lingkungan pendidikan ga mensupport itu. gue berusaha sangat keras untuk keluar dari cara sistem pendidikan yang kayak gini. semua dicetak cuma jadi budak kapitalis bukan sebagai manusia yang otentik

    • @karual-rashid5328
      @karual-rashid5328 5 років тому +24

      iya.. saat aku mau idealis sama skripsiku.. tp terhalau beban akademik dan yg pling penting jurnal2 pendukung lbh banyak dr luar

    • @pustakarileks7404
      @pustakarileks7404 5 років тому +20

      Benar, sewaktu saya mengerjakan skripsi tentang riset bahan komposit, kampus tidak bisa menerima judul skripsi seperti ini, mereka (dosen) bilang tidak ada manfaatnya dan tak ada hasil berupa produk! Maka dari itu saya mengerjakan skripsi serasa double, meneliti dan memproduksi, hingga 1 tahun saya mengerjakannya.

    • @lilikpenimaharani4382
      @lilikpenimaharani4382 5 років тому +12

      Iya, krn skripsi yang benar atau jujur suka dihalang-halangi oleh pihak kampus dengan alasan tertentu, bahkan terancam kena drop out, jadi meneliti pun terbatas alhasil gelar pun hanya sebatas memperpanjang nama saja

    • @mrsjingkrak7326
      @mrsjingkrak7326 5 років тому +5

      Iya bener impian jadi peneliti mati gara gara TA.. Gue sih gitu :v

  • @rerezpect
    @rerezpect 5 років тому +131

    Kalo bahas penelitian gini, gw selalu inget omelan dosen gw. :)))
    Beliau merasa riset di Indo terlalu kaku.
    Gak bisa fluid menghadapi perkembangan zaman.
    Dosen gw ini punya fokus keilmuan tentang komputasi kimia.
    Hasil dari risetnya hanya "sekadar" angka energi. :)))
    Dan gak ada yg mau mendanai penelitian yg kaya gini karena "gak membangun". :)))
    Hanya "sekadar" angka. :)))
    Padahal dari sudut pandang sains, harusnya bisa diartikan lebih jauh.
    Dan yg lebih penting lagi, hemat biaya, karena gak perlu beli bahan kimia. :)))
    Jangan heran penelitian kita gagap banget.
    Lagi ngetren nano teknologi, semua ngikut.. :)))
    Lagi ngetren TiO2, semua ngikut.. :)))
    Kocak banget dah dunia penelitian Indo. :)))

    • @DaffaFirdausm
      @DaffaFirdausm 5 років тому +1

      :)))

    • @Frenfootball
      @Frenfootball 5 років тому

      Hahaha.. iia bener tuh bang setuju.
      salam ank kimia murni

    • @dvendddo7454
      @dvendddo7454 5 років тому +7

      Bang saya juga sedang melakukan skripsi di bidang kimia komputasi dan bagi saya sangat miris karena cuma ada 2 orang (termasuk saya) yang ngambil bidang ini dari ratusan mahasiswa
      Saya rasa kimia komputasi adalah alat modern yang sangat membantu dalam pengembangan dan penemuan obat tapi banyak yang belum sadar sih atau terjebak dalam prekonsepsi bahwa 'kimia komputasi itu susah'

    • @rerezpect
      @rerezpect 5 років тому +4

      @@dvendddo7454 Gw setuju banget.
      Keliatan banget kimia komputasi ini bisa jadi alat untuk menemukan material baru atau aktivitas dari suatu senyawa di tingkat molekul di bidang apa pun.
      Wajar klo ada pendapat begitu.
      Sahabat gw yg skripsi di bidang itu pun mengakui sulitnya bidang kimia komputasi.
      Padahal dia bisa dibilang paling ahli dibandingkan senior & juniornya yg meneliti tentang itu.
      Dan gw juga ampe ngulang materi tentang kuantum ampe 5x.. :)))
      Jangan khawatir.
      Perkembangan informasi & teknologi di Indo lagi cepet kok.
      Gw yakin suatu saat nanti ada peneliti yg mau membuka jalan ke kimia komputasi.
      Siapa tau kamu yg membuka jalan itu.
      Semangat buat skripsinya!

    • @ghulambintang8414
      @ghulambintang8414 5 років тому +4

      Anda aja FMIPA dianggep kaya gitu sm dunia penelitian Indonesia. Apalagi saya yang backgroundnya social humaniora, yg emang ga mengeluarkan produk penelitian apapun. Makin terpojok kwkwkw

  • @kingkongcha
    @kingkongcha 5 років тому +36

    Sudah mental kita yg jelek mmg.
    Gini, dari kecil saja kita terbiasa melihat anak" yg rajin belajar justru dibully. nah tanpa disadari hal kecil ini terbawa sampe tua.

    • @bimahandikaa
      @bimahandikaa 3 роки тому +1

      sad but true, ketika ada yang niat banget belajar dikatain ambis. Nyontek masih merupakan hal lumrah bahkan cenderung dibanggakan. sudah terlalu tersistem untuk selalu cari jalan pintas

    • @arikramadhan4389
      @arikramadhan4389 3 роки тому

      Benar.
      Hari minggu sebelumnya disaat masih dalam suasana idul fitri. karena saya memang ngk ada kerjaan waktu itu, saya memilih untuk belajar. Nah kebetulan teman kakak saya main kerumah dan pas mereka melihat saya belajar, salah satu dari mereka langsung menertawakan saya :) dia bilang ''hari raya kok belajar''.
      Sekitar 1 jam-an kemudian saya langsung berhenti belajar.

  • @SISILISM
    @SISILISM 5 років тому +58

    Oh my... this video is amazing!
    Bener-bener sebuah nafas segar buat dunia UA-cam Indonesia.
    Good job Afu & Wikan!
    Terus berkembang!

  • @wildanbramantyo3495
    @wildanbramantyo3495 5 років тому +43

    Up up up! Never seen such thing like this, kemajuan intelektual rata2 masyarakat Indonesia masih di rumpun ilmu sosial, rata2 kita sudah mengerti manajemen keuangan birokrasi dsb, tetapi masih sangat buram mengenai riset dan teknologi, bahkan ilmu fisika kimia dan biologi sangat dipandang sebelah mata di masyarakat. Senang bisa menemukan komunitas seperti ini yang juga menyadari common sense about the importance of R&D, science, and all that geek stuff they tought

    • @danielrgoldman341
      @danielrgoldman341 5 років тому

      tunggu saya di atas bung !!!

    • @rayhanasyari513
      @rayhanasyari513 5 років тому +1

      Ilmu sosial juga rada kurang sih bedain komunis ama atheis aja susah awkw

    • @tamaiantama
      @tamaiantama 5 років тому +1

      Bukannya kebalik ya? Justru yang dihargai di masyarakat malah Kedokteran, Teknik, dan Ilmu Sains lainnya. Sedangkan yang mempelajari dan mengembangkan ilmu Sastra atau Sejarah tidak dihargai. Di masyarakat kita aja, yang murid SMA milih masuk IPA dipandang lebih "pintar" daripada yang milih masuk jurusan IPS.
      Memang masyarakat awam lebih ngerti soal politik, namun politiknya bukan ilmu politik yang dalem-dalem banget yang sampe filosofi atau ideologi dll, cuman soal pilihan politiknya/jagoannya aja, macem orang nonton bola. Soal ekonomi juga, lha buktinya masih ada miskonsepsi terkait utang negara, soal investasi, ataupun masih adanya masyarakat yang tidak mau bayar pajak. CMIIW.

  • @kurniawidyastuti8833
    @kurniawidyastuti8833 5 років тому +58

    Hai kak Afu.. Perlu banget memang ada ruang fasilitasi dari dukungan pemerintah. Setau saya sektor privat pun juga telah berperan, baik dengan mengadakan kegiatan berkaitan dengan kompetisi riset ataupun bentuk pemberian grant research pada lembaga riset atau institusi pendidikan. Tentunya hal-hal ini perlu terus dilakukan agar generasi muda terbiasa untuk berpikir kritis dan mampu memberi kontribusi bagi perbaikan Indonesia. Satu hal membuat Saya penasaran adalah bagaimana cara jitu mengkomunikasikan riset kita yg hasilnya cenderung kontra terhadap sistem kebijakan yg saat ini sedang berlangsung. Tentunya para policy maker harus memutuskan sebuah kebijakan dengan dasar evidence based bukan, dan adanya reorientasi kebijakan dg alih2 perbaikan tentu memungkinkan bukan (?) Mungkin hal ini bisa menjadi salah satu topik lanjutan yang bisa diulas di vlog selanjutnya. Terimakasih yaa, terus berkarya 💪

  • @adisetiawan6277
    @adisetiawan6277 5 років тому +58

    Kanal dengan konten seperti ini yang mestinya diperbanyak, dan harusnya populer, sekurang2nya dalam ranah akademik. Berlaku bagi dosen/peneliti dan mahasiswanya. Saya kembali sadar akan pentingnya budaya keilmuan, yang barangkali sekarang telah banyak terlupa.
    Tentang pertanyaan di akhir video, saya pikir dua2nya bisa beriringan. Tinggal bagaimana pemerintah sebagai otoritas yang sifatnya dominan dalam mendukung jalannya riset, tidak menyepelekan peran sektor privat yang memang berjalan atas inisiatif mandiri. Tentang dana, saya setuju dengan salah satu komentar (di bawah?), yakni pendanaan yang berstatus reward, tanpa harus ribet dengan urusan2 LPJ yang sebenarnya menambah beban kerja para peneliti.
    Ditunggi lagi karya seperti ini, Mba Afu. Kanalmu saya subscribe

    • @abdur1300
      @abdur1300 5 років тому

      beda pemikiran orang indo sama pemikiran orang kulit putih yg tinggal di barat,
      orang indonesia bodoh didunia tidak masalah, yg penting di akhirat masuk surga,,
      sains didunia tdk penting dan tdk diutamakan, yg penting ilmu agama
      Jelas beda mental negara berkembang dan negara maju

  • @rahmadyannurwidhi226
    @rahmadyannurwidhi226 5 років тому +11

    milenial kita kebanyakan nongkrong, ngopi, dan mabar. jarang memanfaatkan media untuk menambah wawasan / belajar hal yang baru

  • @bowooks
    @bowooks 5 років тому +25

    Video seperti ini sangat layak untuk viral, jangan cuma sexy killer aja yang bisa seperti itu.

  • @linesdots6695
    @linesdots6695 5 років тому +28

    Halo kak Afu! Makasih banyak buat kontennya yang super galvanizing. Kebetulan aku adalah salah satu pelaku riset di bidang biologi, yg bekerja di perusahaan swasta. Sejujurnya, sebagai milenial yg berkutit dengan science, ada beberapa hal yg sangat aku concern saat ini.
    1. Prosperity seorang scientist. Jujur, ini salah satu alasan yg membuat aku sempat berfikir "the only passion i know is passion fruit". Aku udah dua tahun kerja di bidang riset dan sekarang berada di titik dimana aku ingin keluar dan masuk ke bidang bisnis aja. Dengan effort kerja yg sama, temenku bisa dapat salary yang besar. Ini bukan berarti bahwa passion ku bisa dibeli uang. Bukan, tapi aku sebagai seorang warga negara pun punya hidup yg perlu secure dan urgency the sense of belonging yg seringkali dikaitkan dengan jumlah gaji. Sering banget discouraged karena salary scientist bisa separuh dari temen aku yg kerja di dunia bisnis. Apakah emang ini fate seorang scientist, atau memang bisa diubah? Karena brain drain bukan hanya fenomena ttg keluarnya scientist indonesia ke luar negeri, tapi juga bekerja ke bidang business as usual. Tolong dengan sangat diperhatikan prosperity kita. Kita bukannya tdak nasionalisme, tapi kita punya kehidupan yg perlu dijalani juga.
    2. Personal development scientist. Dengan hingar bingarnya industrial revolution dan big data, seringkali aku sebagai biologist feel excluded. Setiap seminar atau public discussion ttg IR4.0 itu, selalu bahasannya bisnis. Tapi ga ada aplikasinya di dunia riset biologi. alhasil, aku merasa jadi manusia paling ga punya kesempatan tumbuh seperti teman2 yg lain.
    3. Sense of belonging yg kurang. Banyak bgt komunitas IT atau startup kece di bidang bisnis. Tapi ga ada sama sekali untuk scientist. Milenial yg bergerak di bidang sains sepertinya perlu bersqtu menyemangati satu sama lain dan bekerja sama membuat kolaborasi yg kece

    • @fauzykamal232
      @fauzykamal232 5 років тому

      Saya pun sedang mengalami fase "ah meningan bisnis/dagang lah duitnya lbh banyak"
      "Masa bodoh dgn passion riset,gw pgn foya2 kayak tmn2 gw" wkwkw.

  • @tyasnastiti14
    @tyasnastiti14 5 років тому +97

    Fuuu, thanks a lot for making this video. Sungguh, aku pun bru merasa bahwa meneliti is one of something important since i am being a lecturer. Cuma klo boleh menggarisbawahi, kenapa pra scholar cenderung meriset asal2an, karna itu tadi being on the rule is important. Sungguh fu, mengelola dana riset peneliti pemula nya DIKTI yg hany 20jt aja aturan penyerapannya ribet bgt. Kadang para periset jadi merasa takut sama beban LPJ yg hrus dibebankan ke peneliti. And its not easy, trust me. Bahkan pembuktian pengeluaran harus 3-4 copy. Is that really necessary? Meanwhile, beberapa kali share dgn pengajar dr luar negeri yg dpet hibah penelitian as a reward, jadi beda bgt outputnya.
    Yah, smoga menjadi salah satu indokator yg diadjust ya.. aturan sih psti ada, tp bsa disesuaikan agar tdk menyulitkan peneliti kali ya.. maap fu, jadi curhat hihihi
    Suksess slalu untuk F&S yaa

    • @mcwarouwsvideos987
      @mcwarouwsvideos987 5 років тому +1

      yah benar papa-ku juga punya masalah seperti ini

    • @putrailhamprofile
      @putrailhamprofile 5 років тому +6

      I feel you Bu Tyas. Demand masalah administratif malah bikin hambatan jalannya riset dan menulis. Malam-malam dihabiskan untuk revisi proposal atau LPJ hibah dari pada revisi dari peer-reviewer jurnal.

    • @zakyfarid
      @zakyfarid 4 роки тому +1

      Betul sih, kadang udah 4 copy eh luarannya ga dipermasalahkan. Ada yg dapat dana 300 juta tp yg penting memenuhi standar pelaporan diloloskan. Padahal dana segitu minimal bisa melahirkan jurnal internasional bereputasi lah.. Atau produk siap guna

  • @murniridha7726
    @murniridha7726 5 років тому +85

    Tadinya mau komentar soal bagian depan, tentang para ahli yang biasa diwawancara di media sepertiinya tidak kompeten. Saya tadinya mau berargumen, itu adalah ketidakmampuan medianya untuk mencari orang yang kompeten. Tapi dalam gambaran besarnya, media pun belum punya mental riset yang baik, masuk suka ngumbar hoax dan manas-manasin isu tanpa riset (bahkan gosip pun perlu riset, seperti E! Channel). Jadi komennya ga penting (meskipun tetapi diomongin), tapi suka banget video ini. Simplifikasi masalah yang ribet dan narasumbernya jos!
    Kalau sektor privat diajak riset, sebenarnya asalkan ada profit di situ, mungkin riset akan menjadi sesuatu yang menarik buat mereka. Jadi iming-imingnya duit. Mungkin dorongan konsumen juga kali ya, yang mau sesuatu lebih lokal sehingga riset dilakukan dalam negeri dengan sumber daya yang tersedia. Mungkin. Kalau pemerintah... hmmmm *mikir

    • @tyoistyo
      @tyoistyo 5 років тому +7

      Asli. Media sekarang lebih ke penggiringan opini daripada membangun sikap kritis.

    • @murniridha7726
      @murniridha7726 5 років тому +2

      @@tyoistyo demi sponsor sih ya. Lingkaran setan.

    • @martinbesaliel423
      @martinbesaliel423 5 років тому +4

      saya setuju banget sama pendapat anda... tp ini juga kembali lagi dari kita sebagai konsumen, justru yang sering saya jumpai (sebagian besar media online) artikel-artikel yang sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang bagus malah jarang dilirik karena terkesan "membosankan" bagi pembaca. Hal ini juga diperparah kemampuan literasi bangsa kita juga masih rendah (sekali lagi nih, menurut aku sendiri hahaha). Sering banget kan kita ngeliat orang yang termakan judul artikel sendiri tanpa baca isi artikelnya. Dari sisi medianya sendiri juga seakan serba salah ketika ada artikel bagus tapi panjang g ada yang lirik, di sisi lain artikel dari isu-isu gorengan yang ga ada isinya malah rame2 dibaca.
      Menurut aku nih seharusnya kita sebagai konsumen juga mulai bisa memerangi hal ini dengan menjadi pembaca yang cerdas.

    • @riyannurrahman1126
      @riyannurrahman1126 5 років тому

      bener banget, hal - hal yang jauh dari bentuk pendidikan ideal kayak gosip aja harus ada risetnya dulu. mungkin di indonesia tv cuma sebagai sarana hiburan (drama, dangdut, rumah*ya, sinetron, etc) bukan sarana pembelajaran. tapi salut sih sama TVRI kalo bikin acara kuis juga masih yang berisi bukan asal ketawa doang

    • @jetserofficial
      @jetserofficial 5 років тому

      Media mah nyari narasumber yg bisa bikin viral, entah itu kompetensinya memadai atau tidak, dont care.

  • @naufalfajran6468
    @naufalfajran6468 5 років тому +9

    iya kayaknya sih cita2 kita kurang,jadi para pemuda juga jarang ada yang mau mendalami suatu bidang ilmu,maunya kerja aja langsung. Ditambah lagi suasana belajar di kampus juga menurut saya emang bukan buat peneliti,tapi buat pekerja. Kita gak pernah didorong oleh dosen untuk benar2 memahami bidang ilmu dan untuk mengembangkanya,kita hanya disuruh untuk mengerti saja....semoga kedepanya saintis indonesia bisa maju,karena negara kita ini luas,sayang jika tidak dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu..

  • @akhdanbaghaskara9565
    @akhdanbaghaskara9565 5 років тому +66

    Minta do'a semoga impian saya jadi researcher stem cell kelas dunia terwujud.. Syukur2 menang Nobel prize 😁🙏

  • @agninoormuhammad5560
    @agninoormuhammad5560 5 років тому +26

    Openingnyaa Netflix-esque documentary!

  • @rizkyagungwindiarto3228
    @rizkyagungwindiarto3228 5 років тому +7

    2015 saya diberi mandat oleh kantor tempat saya magang untuk dapat mendokumentasikan sebuah acara International Conference Pure and Applied Research (ICOPAR), sejujurnya saya kurang antusias, tapi beberapa professor yang menjadi pembicara membuat saya terenyuh setelah memberikan data tentang penelitian. Ternyata kita memang ketinggalan jauh dari negara-negara maju. Bahkan jumlah peneliti kita jauh lebih sedikit dari pada Singapore dan Israel. Padahal hasil dari penelitian tadi dapat memajukan bangsa, gak cuman disektor ekonomi tapi juga SDM. Seandainya oh seandainya negara kita memiliki banyak peneliti, sepertinya SDM dan ekonomi kita lebih maju dan stabil. Karena kita memiliki SDA mentah yang asing inginkan untuk memproduksi sebuah alat yang nantinya dijual lagi ke kita. Sadar? IYA.

  • @leethungsen5362
    @leethungsen5362 5 років тому +7

    Kalau riset dibidang biologi atau kesehatan banyak sekali tantangannya, mulai dari equipment dan tools yang tidak memadai, mahal atau bahkan tidak ada (tidak dapat diimport) hingga berbagai kesulitan intrainstitusional. Hasil riset kita sulit diterima di jurnal atau publikasi internasional terkemuka karena memang kualitasnya yang tidak memadai, research question yang kurang novel atau struktur riset yang tidak memadai; semuanyai sangat dipengaruhi pendanaan. Tentunya pendanaan itu penting, tetapi memang butuh waktu hingga orang-orang dalam lingkungan akademisi dan ilmuwan memiliki mindset yang terbuka, karena masih banyak yang takut untuk memupuk dan membantu yang muda untuk berkembang lebih. Berbicara dari pengalaman, nuansa riset di Indonesia dan di luar berbeda bahkan dari sisi psikologis dan emosional yang kurang suportif dan positif; maka ada sesuatu yang perlu dibangun dari sisi orang-orangnya. Tentunya kita sedang berprogres dan perkembangan dapat dilihat walau perlahan, semoga saja kita dapat mempercepat progres ke arah yang tepat.

  • @lifeisneverthesame910
    @lifeisneverthesame910 5 років тому +58

    Anak Indonesia dididik dan dibiasakan untuk takut berpikir kritis dan independen. Itu sebab mendasar.

    • @Yudha000
      @Yudha000 4 роки тому +1

      Setuju, salah satu nya itu diantara banyak hal...

    • @user-lr6hw4dq4t
      @user-lr6hw4dq4t 3 роки тому

      hah? itu banyak aktivis2 begitu? mereka bukan termasuk golongan kritis?
      justru permasalahanya di dana riset, bukan kritisnya.
      Kritisnya mah udah kebangetan, apalagi org2 ilmu sosialnya

    • @lifeisneverthesame910
      @lifeisneverthesame910 3 роки тому

      @@user-lr6hw4dq4t aktivisnme bukan pertanda kuatnya daya nalar.

    • @user-lr6hw4dq4t
      @user-lr6hw4dq4t 3 роки тому

      @@lifeisneverthesame910 kan kamu komen nya "kritis". Nalar itu beda lagi. Kreativ itu beda lagi. Ada genose aja dikritik abis2 an. Bukannya pd support crowdfunding buat ngembangin itu penemuan. Org kritis di indonesia udah banyak, tp yg berfikir komprehensif di tingkat multidisiplin masih dikit.

    • @lifeisneverthesame910
      @lifeisneverthesame910 3 роки тому

      @@user-lr6hw4dq4t dalam konteks sistem pendidikan jelas sekali bagaimana sains diajarkan.. sains diajarkan layaknya pelajaran agama. bersifat dogmatis. ada faktor kultural juga. guru dianggap otoritas kebenaran. proses pembelajaran dilakukan dg konsep transfer pengetahuan. seolah2 seperti flashdisk yg dicolokkan ke komputer.

  • @reykuadrat
    @reykuadrat 5 років тому +15

    Jujur, ini video pertama dari Frame & Sentences yang saya tonton, and I'm in love. Saya terkesima (subcsribed & notified!:)) Keep doing what you're doing, especially the competent speaker(s)/interviewees (bcs it's THAT IMPORTANT). So, thank you and great job! :)

  • @ekisukmars3427
    @ekisukmars3427 5 років тому +6

    Masalahnya ada di akomodasi & ekonomi, jujur saya tertarik di beberapa bidang, Science, IT & Desain grafis. Tapi buat kuliah pun gak ada dana, Pinter ? Gak pinter amat. Tapi ada kemauan.
    Karena kendala dana akomodasi mencari ilmupun jadi terbatas. Alhasil saya kerja di restoran sambil belajar hal yang ingin saya kuasai. Dan waktu untuk menjemput ilmu untuk di share-pun menjadi terbatas. Niatan saya sederhana membawa lingkungan kecil saya jadi lebih bermanfaat.
    hfft mentok. Tapi yaudalah seengganya alhamdulillah masih punya keinginan dan effort lebih.
    Buat anak kuliah. Kalian beruntung. Apalagi di ITB. Perhaps sisa uang jajan kalian masih bisa dipake untuk merubah lingkungan sederhana.

    • @ninohehe4877
      @ninohehe4877 5 років тому

      Senasib bro, tapi Alhamdulillah sekarang saya bisa kuliah setelah menunda 3 tahun sejak lulus sma.

  • @riyannurrahman1126
    @riyannurrahman1126 5 років тому +5

    langsung subs abis kelar nonton. bagus banget videonya. terimakasih f&c.
    mungkin langkah kecilnya perpustakaan nasional bisa punya server sendiri buat nampung jurnal, skripsi, thesis, dan disertasi yang bagus sumbangan dari seluruh universitas di Indonesia. menurut gue hal itu bisa bisa bikin data based keilmuan indonesia terangkum dan lebih mudah diakses. jadi buat yang mau akses info ilmiah terbaru ga harus ribet masuk satu2 perpus kampus seantero jawa / indonesia lagi.

  • @devflite8782
    @devflite8782 5 років тому +6

    Kenapa penelitian Indonesia tertinggal?
    Kalau "Menurut Saya" :
    Di masa2 sebelumnya atau di negara2 lain. Masyarakat, ataupun pelajar yang masuk ke dalam Universitas adalah teman2 pelajar yang ingin melanjutkan studinya secara professional di tingkat lebih tinggi. Dimana mereka benar-benar serius meneliti dan mempelajari subjek2 yang ingin mereka pecahkan misalnya vulkanologi, mereka meneliti dan mempelajari vulkanologi yang memang merupakan keinginan dan tujuan mereka. Teman2 yang belajar di Fakultas Bisnis. Adalah mereka2 yang mencari pendekatan2 baru untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi ataupun mencari teori2 baru ekonomi. Baik itu dengan memperbaharui dan mengupdate teori2 yang sudah tidak update lagi ataupun dengan tegas mengganti nya dengan teori ekonomi baru.
    Namun saat ini di indonesia sudah tidak seperti itu lagi. Sekarang alasan utama mahasiswa masuk ke sebuah universitas adalah untuk mendapatkan "Ijazah" agar dapat "Bekerja". Karena dimana2 baik pemerintah maupun perusahaan swasta memiliki setidak nya minimal D3/S1/S2 sebagai syarat mencalonkan diri di perusahaan tersebut. Syarat kelulusan berupa Skripsi yang mana "mungkin" 70% dari skripsi yang ada sekarang hanyalah skripsi yang dibasiskan dari skripsi yang sudah ada. Hanya mengganti wilayah kajian ataupun yang lain.
    "Tapi kan kalau bikin baru susah, lama. Target ku kan 3,5 tahun!".
    Kalau "Menurut Saya", ya memang begitulah universitas dimana studi yang dihasilkan seharusnya merupakan hasil dari penelitian yang bisa saja memakan waktu. Jadi saya rasa jika masa studi di universitas tidak memiliki batasan waktu. Mahasiswa yang benar2 berniat untuk menghasilkan karya akan lebih terakomodir dengan tidak terikatnya mahasiswa dengan lama masa studinya.
    "Haha. Ntar banyak mahasiswa abadi dong?"
    Kalau "Menurut Saya", mahasiswa yang lama masa studinya. Selama beliau memberikan kontribusi nyata bagi ilmu pengetahuan. Kenapa tidak? Mungkin maksud nya yang main2 yah? Kalau itu ya tanggung jawab masing2 pribadi juga. Kan disini "Kalau" seandainya universitas memang benar2 diisi oleh peneliti2. Bukan diisi mayoritas para "calon" pencari kerja yang ingin segera wisuda.
    Mungkin untuk syarat pekerjaan bisa setidaknya STIE, STIKOM dll yang memang benar2 mempersiapkan pribadi2 unggul di bidang pekerjaan professional ketimbang universitas. Sehingga teman2 di universitas adalah teman2 yang aktif dalam kegiatan penelitian. Mungkin pihak fakultas bisa memberikan event2 atau assignment misalnya. Setiap semester mahasiswa diminta untuk membuat setidaknya 1 penelitian kecil mengenai subjek yang mereka inginkan. Boleh mungkin sekedar hasil pengamatan, pengumpulan data dll. Jadi setidaknya mahasiswa menjadi lebih terbiasa dengan proses2 penelitian. Jangan sampai kegiatan penelitian adalah kegiatan dari sebuah organisasi kemahasiswaan saja misalnya.
    Itu sih menurut saya.
    NB:
    Mohon maaf sebelumnya jika ada salah kata ataupun kata2 yang dirasa menyakiti. Hanya sekedar mengutarakan pendapat. :)

  • @bragastraat2288
    @bragastraat2288 5 років тому +5

    Budaya-budaya di sepanjang garis katulistiwa tidak ada yg bersifat eksploratif. Semua dimanja dan bergantung pada alam yg ramah. Seperti kata koes plus, bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu....ikan dan udang mrnghampiri dirimu...Makanya nelayan gk ada yg kapalnya besar untuk melintas samudera...karena gk perlu. Iklimnya statis, pikiranpun jadi statis. Budaya yg memiliki 4 musim lebih dinamis dan menantang. Masyarakatnyapun jadi bersifat dinamis dan inovatif. Mengarungi samudera nyari sumber daya alam...jiwanya eksploratif. Semua bangsa yg maju sekarang adalah bangsa2 yg demikian. Kata kuncinya adalah "eksplorasi". Tanpa itu tdk akan pernah ada penelitian yg bermakna.

  • @ryanfaza6830
    @ryanfaza6830 5 років тому +35

    buka akses jurnal seluas luasnya,semudah mudahnya, semurah murahnya, and let milennials do the rest..

    • @ajiiibdetik1072
      @ajiiibdetik1072 5 років тому

      caranya?

    • @safrul7681
      @safrul7681 5 років тому

      Kalau anda daftar perpus nasional indonesia, anda bisa akses jurnal dari elsevier salah satunya

    • @anaani708
      @anaani708 5 років тому

      @@yggdrasil4187 nice

    • @annisdwitrisnawati4148
      @annisdwitrisnawati4148 5 років тому

      Sudah banyak jurnal sekelas S1 dan Sinta2 yang bisa diakses gratiis cek google list jurnal sinta 1 atu sinta 2 masuk ke webnya.. Dan sudah banyak diantaranya yg q1 atau q2

  • @imamagungbaskoro5079
    @imamagungbaskoro5079 5 років тому +6

    beberapa hal yg saya ingin diskusikan bahwasanya munculnya univ2/kampus2 di indonesia *terutama harusnya diinisiasikan memunculkan ilmuwan2 dan cedikiawan2 baru yang mampu mengembangkan keilmuannya dan memberikan konstribusi negara agar bidang keilmuan di negara kita tidak tertianggal jauh dengan negara lain. Saya sadar, seluruh akademisi sudah berupaya untuk menerapkan tujuan dan nilai2 demikian, tetapi saya sadar selalu pelajar dan akademis bahwasanya, tidak semua dari kita yang menimba ilmu di jenjang universitas/akademisi bertujuan untuk menjadi peneliti, ilmuwan dan cendekiawan. Kebanyakan dari kita inginnya belajar supaya lulus, dapat kerja, dapat jabatan, hidup sejahtera..bukan begitu?. Semua kembali ke ego masing2 lagi. Contoh kecil dari pengalaman pribadi saya, dulu ketika saya masih duduk dibangku SD, saya sering mendengar di film/tv istilah ilmuwan/peneliti. Saya tidak tahu bagaimana mendapatkan gelar sebagai ilmuwan tersebut. Ternyta setlh saya beranjak dewasa saya baru sadar bahwa di indonesia istilah lain ilmuwan itu adalah dosen, pendidik, dan semacamnya. Yang disyangkan lagi istilah penggunaan peneliti/ilmuwan jarang kita sematkan, orang awam lebih mengenal dosen dan ilmuwan tersendiri, padahal keduanya berjalan bersama2. Seorang dosen harus selalu mengupgrade keilmuwannya dengan memunculkan penelitian2 baru dan aktif menulis jurnal keilmuwan agar tetap menjaga ke eksistensinya sebagai dosen/peneliti, konstribusi lainnya adalah mengajarkan keilmuawannya kepada anak didiknya. Yang disangkan lagi...yg saya lihat, memang peneliti di Indonesia kurang di eksplore secara luas, kebanyakn masih di beberapa web/media tertentu. Selain itu, terkadang penelitian para peneliti hanya berhenti sampai tulisan saja, tindak lanjutnya berhenti begitu saja, entah karena dana yang tidak ada atau memang karena support dari pemerintah dan swasta di Indonesia yang kurang.

  • @gilangharipratomo7193
    @gilangharipratomo7193 5 років тому +4

    Dulu pada waktu Kuliah dosen punya dana yang dialokasikan untuk projek pengabdian masyarakat, bagus programnya karena keilmuannya bermanfaat untuk orang banyak. Ada kritik juga, beberapa akedemisi untuk menyelesaikan jenjangnya ada syarat buat paper yang dipublish di journal asing namun kurang memperhatikan dampak ke real world. Namun bisa dipahami untuk collect data misal ke BUMN/ industri terkait, untuk keperluan penelitian susahnya bukan main. Oleh karena itu mungkin akademisi kesulitan untuk menyelesaikan gagasannya karena kesulitan data. Perlu adanya link and match antara industri dan akademisi yang dimotori oleh pemerintah.
    Keep share good content kak Afu..

  • @dinasofiana9695
    @dinasofiana9695 5 років тому +4

    I almost cried watching the opening :') and 50T by 2024?? I see a hope :")) get well soon, Indonesian's research ecosystem!

  • @harrishartman_
    @harrishartman_ 5 років тому +13

    Saran kami, dana LPDP yang begitu besar lebih baik diganti ke dana riset dalam negeri. Oke lah kalo kolaborasi riset bareng institusi LN. Lalu, buang make up Class International atau World Class University dengan mengurangi kesenjangan kampus di kota dan kampus di desa. Itu jauh lebih esensial.

    • @pujisiswanti2006
      @pujisiswanti2006 5 років тому +1

      Sepaham saya lpdp jg ada dana riset. Rispro kalo nggk salah.

    • @polisisop1713
      @polisisop1713 Рік тому

      Betul, gaji peneliti kecil padahal jasa besar. Tapi emang kalo dari segi bisnis sih namanya peneliti kan g pasti kadang ketemu kadang ga.

  • @penghujungpenghujan9945
    @penghujungpenghujan9945 5 років тому +5

    Mindset dr awal sih, tidak dibesarkan untuk menemukan hal baru. Menguasai apa yg sudah ada saja dianggap sudah lebih dr cukup.

    • @ajiiibdetik1072
      @ajiiibdetik1072 5 років тому

      dan seharusnya mampu menggunakannya/menyebarkannya

  • @prawidayumia1566
    @prawidayumia1566 5 років тому +2

    Pemerintah gamau ngasih dana riset terlalu besar karena dipikiran mereka hasil dari riset itu bakal membuahkan hasil yang lama, makanya mereka lebih condong mengalokasikan dana buat sesuatu yang langsung keliatan hasilnya, infrastruktur misalnya

  • @nitajung5341
    @nitajung5341 5 років тому

    Alhamdulillaj ada chanel sepertinini 💕💕

  • @aliefkurniawan648
    @aliefkurniawan648 5 років тому +1

    ni konten rare kyak gini YANG HARUS DI SHARE!

  • @sadgirl-nd1jn
    @sadgirl-nd1jn 5 років тому +2

    Dunia perfilman juga menyuguhkan anak yang berkacamata dan kutu buku itu pasti dibully, terus mreka cenderung diabaikan . justru anak2 keren itu yg pnya geng, cantik, tampan, modis itu lebih diakui. Jadi jgn heran bnyk generasi skg berlomba2 jdi keren. Mereka lbh suka main tik tok daripada membaca dan kepo2 melihat gejala alam dan sosial 😂😅

  • @tioadiph
    @tioadiph 5 років тому +2

    thanks for the recommendation youtube

  • @ismirawahyu5217
    @ismirawahyu5217 5 років тому

    Video yang bagus. Thx for making this video.

  • @sekarsariindahcahyani1954
    @sekarsariindahcahyani1954 5 років тому +5

    Terima kasih. Ilmu lagi dan gratis.

  • @m.irfan-7069
    @m.irfan-7069 5 років тому

    Terimakasih rekomendasi youtube. Akhirnya nemu video bagus kayak gini

  • @edwinjakti1112
    @edwinjakti1112 5 років тому

    konten dan kualitas produksi channel-nya bagus sekali. Kudos to all of you.

  • @rizwanhdyt
    @rizwanhdyt 5 років тому +3

    Mantapp, menambah wawasan dan pengetahuan 👍👍👍

  • @yogi6muhammad
    @yogi6muhammad 5 років тому

    semoga video yang sebagus ini bisa trending, bukan video yang gajelas dan receh

  • @anggawiradana4507
    @anggawiradana4507 5 років тому +1

    Semoga ke depan antara pemerintah, universitas, institut dan lembaga terkait keilmuan sapat saling bersinergi dalam hal peningkatan kualitas penelitian. Selain penelitian yang susah berkembang, jika sudut pandang yang saya lihat masih saja ada ada sistem pe'rangking'an dlm tiap universitas. Seharusnya tiap universitas bukannya malah bersaing untuk ajang gengsi, tapi harus bersama sama melakukan kolaborasi. Contohnya seperti Universitas di Jepang.

  • @absurdsun8580
    @absurdsun8580 5 років тому

    Semoga masyarakat terkhusus generasi muda makin gemar mampir ke channel dengan konten kek gini:)

  • @jinscupofcoffee7075
    @jinscupofcoffee7075 5 років тому +2

    love this video. extremely educational and well-researched. as a teenager, I would be lying if i said i never feel frustrated with my own country because as a child; i wonder why our country isn't well developed. then again, there's always a light at the end of the tunnel (if we're willing to work hard, stay resilient, and move towards it).

    • @Frenfootball
      @Frenfootball 5 років тому

      you english is good.
      😊😊

  • @zaidin4061
    @zaidin4061 5 років тому

    What a miracle for Indonesia 👍
    Good job

  • @db511
    @db511 5 років тому +8

    Banyak penelitian dibuat untuk kepentingan tertentu bukan melihat manfaatnya

  • @1412Maulana
    @1412Maulana 5 років тому

    Terima kasih sudah menyajikan konten yang mendidik.

  • @Gorbypass
    @Gorbypass 5 років тому

    I feel smarter watching this, well done.

  • @panducahyo1309
    @panducahyo1309 5 років тому

    banyak banyakin lah channel mendidik kayak gini di indonesia

  • @asadarsya8082
    @asadarsya8082 5 років тому +8

    Fruitful content kak, riset yg baik memang yg paling bermanfaat, buat masyarakat dan juga buat perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri

  • @pacarnyazee
    @pacarnyazee 5 років тому +15

    DR. Rizal Ramli udah dari dulu mengemukakan ide ini. Tahun 70'an, usia anak SD sekitar 8 juta yg tidak sekolah. Kalah jauh dari Jepang yg rata" sudah bisa calistung. Akhirnya beliau ngusulin supaya ada wajib belajar 6 tahun akhirnya buta huruf turun drastis. Memang gak mudah, dia mesti di penjara dulu.
    Tapi kenapa ya, sekarang pemuda/pemudi/mahasiswa gak bisa lobby pemerintah buat kebijakan yg bagus?
    Beda zaman kah?

    • @afebrian2037
      @afebrian2037 5 років тому +6

      Kalo pendapat pribadi saya sih ini seperti efek bola salju.. Makin menggulung makin besar..dengan adanya pemerintahan yg makin lama makin korup, dan perekonomian yg terombang ambing.. Anak2 Indonesia tidak lagi memikirkan tentang riset..tp bagaimana untuk memajukkan ekonomi keluarga.. Yg lama kelamaan ilmu pengetahuan dan riset tidak lg menjadi hal yg utama..
      Sedikit menyinggung masalah politik.. 5 tahun terakhir pemerintah jokowi-kalla.. Lebih mendahulukan pembangunan infrastruktur yg sangat ugal2 an.. Melupakan keseimbangan aspek2 yang menjadi cita2 bangsa lain salah satunya mencerdaskan kehidupan bangsa.. Anggaran kesehatan dan pendidikan dipotong untuk infrastruktur.. Dengan menambahkan beban hutang yg sudah mencapai 2500an triliun.. Hasilnya potensi2 anak bangsa semakin redup karena sibuk mengejar perekonomian yg semakin menjerat

    • @SangalikurRomeo01
      @SangalikurRomeo01 5 років тому +1

      Mental mahasiswanya juga bobrok, yg dilakukan ke pemerintah hanya isu ekonomi dan politik. Mereka justru melupakan yg seharusnya mereka perlukan. Kemudian mereka mengajak mahasiswa lain utk berpikiran sm, yg tidak ikut mereka dikatakan apatis padahal yg dikatakan apatis sedang berjuang mencari ilmu bukan mengkritisi pemerintah trus

    • @saifi1793
      @saifi1793 5 років тому

      Jarang di dengar sih kalo ga ada untung untuk kepentingan "mereka" masing-masing. Ecek eceknya ada proposal program bagus nih dari mahasiswa untuk sistem parkir suatu kota, diusulin, diajak ketemu pemkotnya, nah disini nih, mulaindari dana gono gini dannsebagai macamnya dibahas and in the end
      Untungnya untuk saya apa? Bisa di "cubit" ga nih?

  • @miftahputratl
    @miftahputratl 5 років тому +5

    Penelitian berkelanjutan dengan memperhatikan lingkungan: hasil riset puluhan tahun, saran untuk kebijakan >< politik dan birokrasi.

  • @naila.n.s5707
    @naila.n.s5707 3 роки тому

    Channel yang bakal berkembang pesat nih, isinya bermutu banget dan sangat bermanfaat untuk bangsa

  • @nateanara6126
    @nateanara6126 5 років тому

    Well explained! Can't agree more... Tolong perbanyak konten yang mencerdaskan seperti ini

  • @wildawn
    @wildawn 5 років тому +4

    Are we gonna ignore that the background music is so good?

  • @arifaiilyas4017
    @arifaiilyas4017 3 роки тому

    Terima kasih Pencerahannya🙏🇲🇨

  • @asteriawidihastuti7823
    @asteriawidihastuti7823 5 років тому +1

    Idealnya, kesempatan riset terbuka untuk masyarakat umum, bukan hanya akademisi kelompok tertentu. Idealnya pula, alokasi dana riset dapat diakses bukan hanya individu dalam institusi tertentu, namun dapat diakses oleh individu yang tidak ada dalam naungan institusi apapun asalkan individu tsb berkompeten. Idealnya lagi, perlu memperhatikan perimbangan kesempatan riset antara institusi pemerintah dan institusi swasta.

  • @NonoNono-mu4jq
    @NonoNono-mu4jq 5 років тому +11

    Kalau lihat akademisi dan peneliti skrg ini miriss bgt.
    Mereka pintar tapi tidak punya passion terhadap apa yg mereka teliti, tidak punya jiwa nasionalisme, tidak punya keinginan untuk meningkatkan martabat rakyat jelata.
    mau penelitiannya mangkrak dan tidak selesai yaa pasrah.
    Mau penelitiannya cuman jadi tumpukan buku tak berguna yaa tidak peduli.
    Yg penting mereka masi terima gaji bulanan dan tunjangan, wkwk

    • @emiliaalou
      @emiliaalou 5 років тому

      i mean why would you take care of someone else's pride lmao. that's your own fkin business, stop acting like other people is responsible for you.
      "yang penting terima gaji" yes, that's what capitalism is.

  • @amartachanel5163
    @amartachanel5163 5 років тому

    Saya mendukung penuh kemajuan research di Indonesia yg berskala/level dunia.. smangat buat peneliti Indonesia

  • @dhimassurya6571
    @dhimassurya6571 3 роки тому

    sebuah channel, angin segar untuk pendidikan!

  • @alienheart201
    @alienheart201 5 років тому

    nah ini dia yang saya tungu" video yang mengkespos ketinggalanya penelitian indo

  • @andihermawan9250
    @andihermawan9250 5 років тому +2

    Terlepas dari perdebatan tema yg ada disini, video ini sangat edukatif dan memberi perspektif baru buat saya. Keren👍

  • @CahyoWidokoLaksono
    @CahyoWidokoLaksono 5 років тому +4

    kosakata yang akan saya gunakan bertambah. perangai dan alih alih

  • @mystory5320
    @mystory5320 5 років тому +1

    Bagus banget isinya. Intinya, semua bisa menjadi lebih baik apabila fokus pendidikan adalah membangun kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Bukan sekedar penanaman nilai-nilai baik yang kadang salah cara.

  • @willa8720
    @willa8720 5 років тому +2

    Wah seru banget ini, keep up the good work guys!

  • @PhysicswithMrDana
    @PhysicswithMrDana 5 років тому +1

    Semakin banyak dosen kita dikirim kuliah ke luar negeri mungkin akan semakin bagus kualitas riset dan cara mengajarnya karena mereka terinspirasi dg dosen2 mereka di luar negeri.

    • @memerdommie
      @memerdommie 5 років тому

      Tapi kalau tidak diikuti dengan penggunaan alat2 yang diperlukan dalam melakukan riset seperti di luar negeri kan sama aja boong jadinya

  • @maxmandias3196
    @maxmandias3196 5 років тому

    Keren banget videonya. Dengan adanya jurnal jurnal ilmiah yg konteksnya di indonesia itu bisa menjadi basis rujukan yg kuat. Saya yakin banget ini bakal membantu juga rencana pengembangan SDM Nasional untuk 5 tahun ke depan

  • @agungbudikurniawan1291
    @agungbudikurniawan1291 5 років тому +1

    Peran akademisi di masyarakat selalu menjadi objek yang diperdebatkan. Banyak yang mengkritik Universitas sebagai menara gading dengan ilmu pengetahuan yang bergerak lamban dalam pusaran intelektual namun tidak relevan dengan dunia “nyata”.
    Jika jumlah dosen perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 260.333 orang, dengan setiap dosen minimal memiliki satu riset wajib berkelompok sebanyak tiga orang, maka akan ada sekitar 86.800 hasil penelitian setiap tahunnya.
    Belum lagi jika angka tersebut digabung dengan kegiatan pengabdian masyarakat. Maka, kita akan memiliki sekitar 170,000 metode penyelesaian masalah sosial yang baru setiap tahunnya. Angka tersebut baru didapat langsung dari kedua jenis Tridharma: penelitian dan pengabdian.
    Sementara dampak lainnya dari pengajaran ke lebih dari 4 juta mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi saat ini. Bukankah sebuah jumlah yang luar biasa? Namun, bagaimana dampak dari output-output perguruan tinggi ini di masyarakat? Dapatkah menjadi driver bagi transformasi sosial di masyarakat atau tetap tersimpan dalam rak-rak usang dan menunggu waktu untuk disingkirkan?.
    Refleksi tersebut membawa saya pada paradigma scholar-activist atau akademisi-aktivis. Paradigma ini akan mengajak kita, para akademisi, untuk tidak hanya menangkap fenomena dan menteorikan praktek, tetapi juga mempraktekkan teori.
    Kita akan mulai dengan membahas satu per satu dari definisinya. Definisi “scholar” menurut Merriam Webster (2004), Collins (2005), dan Tilley and Taylor (2014) adalah “orang terpelajar”, “bagian dari institusi pembelajaran, sangat terpelajar namun minim penguasaan praktek”, “ahli pada laboratorium atau tempat-tempat terisolasi lainnya”, dan “mengumpulkan ilmu pengetahuan yang esoterik” . Esoterik artinya “hanya dipahami oleh kalangan sejenisnya”.
    Scholar sering dilambangkan dengan lambang burung hantu (owl). Dalam mitologi Yunani, burung hantu melambangkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Namun burung hantu juga selalu keluar di malam hari, mengintai dunia dalam senyap, mengobservasi dari ketinggian, tidak berinteraksi langsung dan berjarak. Begitulah bagaimana akademisi digambarkan di luar sana.
    Sementara definisi aktivis menurut Merriam Webster (2004) dan Conway (2004) adalah mereka yang terlibat dalam pergerakan sosial yang “berharap untuk mengubah dunia dan percaya bahwa manusia merupakan sentral dari perubahan tersebut”.
    Selama ini, terdapat distrust antara aktivis ke akademisi dan begitu pula sebaliknya. Aktivis beranggapan bahwa akademisi adalah orang-orang yang tercerabut dari akar sosial (socially detached), memiliki kemewahan intelektual dengan akses-akses ke sumberdaya yang lebih baik, gaji penuh dan keamanan pekerjaan yang terjamin. Sementara akademisi beranggapan bahwa kerja-kerja aktivis adalah pekerjaan yang tidak terstruktur, tidak terukur outputnya, rawan kepentingan politik dan menguras energi dan menghabiskan banyak waktu.
    Sederhananya, terdapat gap besar antara akademisi dan aktivis. Akademisi tempatnya di atas (menara gading), sementara aktivis adalah mereka yang membumi.
    Paradigma scholar-activist mencoba menjembatani akademisi yang ada di menara gadingnya, dengan aktivis yang lebih “real”. Akademisi diajak untuk menyelami persoalan-persoalan nyata yang ada di masyarakat.
    Menjadi scholar-activist berarti menghibahkan diri untuk selalu berbagi waktu dan pengetahuan ke orang banyak, terlibat dalam pertemuan-pertemuan tak berujung dengan komunitas, dan berkontribusi untuk pencapaian tujuan sosial yang lebih besar. Scholar-activist tidak hanya menangkap fenomena di masyarakat, namun juga melakukan intervensi terhadap masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat, dan memastikan bahwa perubahan terjadi lewat intervensinya.
    Scholar-activist bukanlah akademisi bermental penumpang gelap (free rider) yang fokus pada tujuan-tujuan jangka pendek, namun mereka yang bervisi besar dan melakukan banyak hal untuk membuat perubahan di masyarakat. Muhammad Yunus adalah salah satu contoh scholar-activist.
    Muhammad Yunus awalnya adalah professor ekonomi di Chittagong University. Objek observasinya adalah para pengusaha mikro di Bangladesh yang memiliki akses modal terbatas dan tidak bankable. Alih-alih hanya melaporkan fenomena tersebut pada jurnal ilmiah, Yunus mendirikan Grameen Bank yang memberikan kredit lunak bagi para pengusaha mikro. Di tahun 2006, Yunus mendapatkan Nobel Perdamaian dengan Grameen Bank nya.
    Di masa di saat kita, para akademisi, dijejali oleh berbagai tugas administratif yang melelahkan. Dimana kita dilihat sebagai deretan angka, diukur dari jumlah kehadiran dan publikasi jurnal yang kita hasilkan. Alih-alih bertanya, “seberapa Scopus” kah kita?, bagaimana jika kita bertanya “seberapa berdampak kah kita?”. Bukankah mencengangkan melihat bagaimana perubahan sosial akan terjadi jika kita, akademisi, membuat impact (dampak), dan bukan hanya impact factor seperti pada jurnal-jurnal Scopus. Make an Impact, not only an Impact Factor.
    Artikel yang ada di jurnal-jurnal Scopus ini adalah pengetahuan esoterik, yang hanya akan dibaca dan didiseminasikan ke rekan-rekan sejawat. Untuk sampai ke masyarakat, mungkin perlu jutaan tahun cahaya. Kita bisa mempercepatnya dengan menjadi scholar-activist. Satu kaki menjejak di kampus, satu kaki lagi menjejak di luar sana.
    Kiranya, sepenggal puisi “Sajak Sebatang Lisong” dari WS. Rendra masih relevan dengan kondisi saat ini:
    “Diktat-diktat hanya boleh memberi metode ,
    Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
    Kita mesti keluar ke jalan raya,
    Keluar ke desa-desa,
    Mencatat sendiri semua gejala,
    Dan menghayati persoalan yang nyata,
    …………………………………………………………………………………
    Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan
    Apalah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan”
    (WS. Rendra)
    Para akademisi, turunlah dari menara gading!. Keluarlah dari sarang emas untuk berkontribusi lebih banyak lagi bagi negeri. Cukuplah jadi penonton, jadilah scholar-activist, mulailah perubahan.

  • @adiarto8327
    @adiarto8327 3 роки тому +2

    Salah satu konten yg ilmiah yg bermanfaat bagi bangsa dan negara terima kasih banyak atas informasinya 🙏 🙏

  • @emfaadib1318
    @emfaadib1318 5 років тому

    Auto subscribe
    Jarang banget nemu channel macam gini... Yossshaaa

  • @vanimanalu1794
    @vanimanalu1794 5 років тому

    Bagus neh pembahasannya

  • @hopefullook
    @hopefullook 5 років тому +1

    semoga Indonesia semakin maju

  • @asrifebrianty2228
    @asrifebrianty2228 5 років тому

    Kerennnn!!!! Banyakin dong video kaya gini plis!

  • @wenandj.934
    @wenandj.934 5 років тому +1

    Keren videonya...👍
    Kalau dari dulu pemerintah sangat peduli dengan ilmu pengetahuan dan pengembangannya, pasti Indonesia sekarang udah maju ya...

  • @ServingKant42069
    @ServingKant42069 5 років тому

    Great video, ive always been thinking about this

  • @spicyPoke
    @spicyPoke 5 років тому +2

    8:54 Terdengar seperti Orde baru menerapkan "Newspeak" seperti di novel 1984 karya george orwell

  • @eleazarevanmoeljono8804
    @eleazarevanmoeljono8804 5 років тому +1

    Terima kasih kak Afu untuk konten yang menyegarkan di tengah perjalanan yang kering dalam penelitian. Saya sendiri masih awam dalam perjalanan panjang ini, dan video ini menggugah saya sebagai anak muda untuk memikirkan ulang urgensi penelitian dalam kehidupan manusia. Setidaknya gairah itu sudah ada, tinggal bagaimana mengarahkan dan mengelolanya. Karena saya masih awam, saya belum berani berkomentar perihal campur tangan pemerintah dalam penelitian. Mungkin ada rekan yang ingin berdiskusi?
    Btw editingnya asik. Berasa nonton Vox

  • @HavilErnanda
    @HavilErnanda 5 років тому

    Thanks youtube recommendation, langsung subscribe channel ini

  • @timiatykhadijah1312
    @timiatykhadijah1312 5 років тому +1

    oh dear, this gives me hope. thank you very much kak afu!! will always be waiting for another good contents!

  • @ran_chan-ec3zq
    @ran_chan-ec3zq 5 років тому +1

    Dri umur 14rthn gw tertarik penelitian dibidang sosiologi/antropologi/psikologi, masuk SMA gw harap bakat gw keasah dengan tenaga yg gw anggap "profesional" dgn lugunya.. eh malah ditelantarin kaya penelitian gw hal gk guna dan gk butuh di kasih sorotan ok mungkin berlebihan.. seenggaknya kasih gw bimbingan dgn baik god damn!!

  • @indrimahadiraka5382
    @indrimahadiraka5382 5 років тому +1

    This is great, love your account, keep it up

  • @lifeofapotato4595
    @lifeofapotato4595 5 років тому +1

    Begini, pas orang indo terutama anak" muda berkaya dan menemukan sebuah inovasi terhadap sesuatu yg "mungkin" akan membuat Indonesia lebih maju dan mungkin saja dunia juga malah disepelekan oleh pemerintah dan masyarakatnya yg dimana akhirnya mereka lebih memilih melanjutkan karir dan inovasinya diluar. Anak muda indonesia itu kebanyakan yg terseret oleh hasutan" global dan hasutan agamis padahal masih belum kritis kalupun kritis biasanya malah tersesat nalarnya.

  • @firmansyahalhabsy6618
    @firmansyahalhabsy6618 4 роки тому

    Terima kasih penjelasannya mba

  • @agroriumindonesia6447
    @agroriumindonesia6447 5 років тому

    Sering-sering video ini

  • @kajib1
    @kajib1 5 років тому +1

    Bini gw kerja jadi PNS di lembaga penelitian pemerintah, kata dia. Sebenernya kita udah ngehasilin produk hasil riset dan penelitian sendiri.. masalahnya pemerintah kalo ada proyek pasti g pakek produk hasil riset dalam negeri tapi lebih milih tender perusahaan swasta

  • @muhammadyahusafat7490
    @muhammadyahusafat7490 5 років тому

    video yang sungguh informatif

  • @kaptenhiu5623
    @kaptenhiu5623 5 років тому +4

    Masalah: Kenapa kualitas penelitian Indonesia tertinggal?
    Hipotesis menurut video ini:
    1. Gara2 Belanda
    2. Gara2 orde baru
    3. Gara2 pemerintah
    Hipotesis Menurut Yanuar Nugroho - pemerintah:
    1. Karena peneliti Indonesia malu-malu melakukan publikasi
    2. Kurang tata kelola
    Kalau hipotesis gue:
    1. Memang budaya Indonesia bukan budaya yang rasional dan suka berpikir kritis.
    2. Pendidikan di Indonesia semakin memperparah budaya tersebut.
    Pendidikan hanya fokus pada hafalan dan hasil, bukan pada dasar ilmunya secara real

    • @mr.mocakus827
      @mr.mocakus827 5 років тому

      Maksud dari budaya "malas" berpikir rasional itu apa?

    • @kaptenhiu5623
      @kaptenhiu5623 5 років тому

      @@mr.mocakus827 Seperti kasus dukun Ponari danTukang ganda uang kanjeng Dimas, meski tidak melibatkan semua orang indonesia, tapi dapat dianggap mewakili orang Indonesia secara umum karena begitu banyak nya orang yang terlibat. Jelas dari sana kalau orang Indonesia sulit untuk diajak berpikir secara rasional. Mereka semua ingin cepat sembuh dan cepat kaya tanpa mengerti proses biologis maupun ekonomi yang terlibat. Pokoknya instant.

    • @andrewnainggolan635
      @andrewnainggolan635 5 років тому

      +1, up komen ini, can't agree more

  • @hoseoklove3475
    @hoseoklove3475 2 роки тому

    Ayolahh ini videonya bagus banget kenapa orang-orang jarang nonton video kayak gini :(

  • @abdulfatah3359
    @abdulfatah3359 5 років тому +7

    Kenapa Gagal ,Jawabannya sederhana, sistem politik meritokrasi di Indonesia Hancur total. Pejabat diisi oleh orang2 brengsek yg tdk memahami konteks pembangunan berkelanjutan dan berwawasan. They run in a public service ONLY TO MAKE A LIVING out of Senator position etc, not for serve the rakyat. Jadi saat ini lupakan saja Indonesia bisa maju fibidang riset jika masih pemerintahan model sprti sblmnya smp sekarang dipertahankan!!!!

  • @alvianifebruanawaluyaniput9795
    @alvianifebruanawaluyaniput9795 5 років тому +1

    Walaupun riset sebagai penemuan2 baru dalam ilmu pengetahuan diperlukan, tapi menurut saya riset yang dapat menunjang kegiatan bernegara kita juga masih sangat perlu dioptimalkan lagi. Pemecahan masalah yang tidak sepenuhnya berdasarkan evidence based bukan hanya dikarenakan pemimpin yang bukan akademisi, tetapi juga dikarenakan riset di negeri sendiri belum dimasukkan dalam satu wadah yang dapat di akses seluruh lini masyarakat, sehingga dapat menjadi acuan dalam pencarian solusi berbagai permasalahan. Kita bisa mencari referensi riset daerah atau negara lain, namun tentu saja hasil bjsa berbeda karena perbedaan lingkungan, dan faktor2 lain. Dan lembaga yang memiliki kewenangan besar dan dapat menggerakkan adalah pemerintahan. Sehingga peran pemerintah sangat penting dalam mendukung dan mewadahi kegiatan ilmiah ini. Juga tentu saja untuk memecahkan masalah2 di pemerintahan dari pusat hingga tingkat kelurahan sekalipun.

  • @windyhapsarisahida6327
    @windyhapsarisahida6327 5 років тому +7

    Indonesia aslinya mempunyai banyak peneliti muda, tetapi ketika sudah membuat penelitian dan meminta dana untuk publikasi jurnal ilmiah, seringkali pemerintah pusat tidak memberikan dana untuk publikasi ilmiah terlebih yang mengajukan itu tidak mempunyai gelar / hanya sebatas mahasiswa. Menurut saya mungkin karena peneliti bukan dari kalangan dosen atau guru besar. Maka dari itu, tidak punya akses untuk dana publikasi ilmiah. Karena untuk meminta Dikti dana publikasi ilmiah harus menggunakan NIP/NIK, dosen lebih mempunyai peluang besar daripada mahasiswa untuk mendapatkan dana publikasi ilmiah. Ini berdasarkan pengalaman pribadi saya. Jadi menurut saya percuma saja membuat penelitian tetapi dana untuk publikasi saja nyendat.

    • @stevendustinimmanuel3810
      @stevendustinimmanuel3810 5 років тому

      iyep benar sekali

    • @stevendustinimmanuel3810
      @stevendustinimmanuel3810 5 років тому

      kek nasib pencipta mobil listrik, rumus tambang minyak dan 4g yang dimana sekarang mereka merasakan nasib sial sebagai ilmuwan yang teori/ilmunya tidak dipakai dan tidak dikembangkan oleh WNI sendiri

    • @stevendustinimmanuel3810
      @stevendustinimmanuel3810 5 років тому

      Pls Give him a medal

  • @silviaraysapurba3977
    @silviaraysapurba3977 2 роки тому

    Sering2 sering bahas pendidikan bgini pak..🙏

  • @ginsan8198
    @ginsan8198 5 років тому +1

    Karena penelitian di Indonesia itu sebagian besar didasarkan pada "salah satu penuntasan tugas kuliah", bukan pada "dorongan rasa ingin tahu dan mengkaji pengetahuan". Sebagian besar.

  • @yunitasoemarno.Y503
    @yunitasoemarno.Y503 5 років тому +1

    Pengarsipan yang baik untuk referensi data riset, akses data, aspek politik, institusi/komisi ethic yang melindungi peneliti dan mengatur masalah ethic dalam riset...itu masih jadi masalah. Perlu diingat, jurnal-jurnal yang ada 1800-awal 1900 itu milik Pemerintah Hindia Benlanda. Penyelenggaranya adalah mereka.