8:34 8:34 😅😊😊😊😊😊😊😊😊😊😅😅😊😅😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😅😊13/08/2023 "Ya Allah engkau Maha Pengasih dan Penyayang, tolong aku memperbaiki diri ini" *Unek-unek* 1. Kebayang hal yg nggak penting 2. Masih ada rasa jealous 3. Rendah diriku mulai meningkat 4. Burnout mulai muncul 5. Kalo ibu banyak omong ke aku pdhal ngasih tau doang rasanya menyakitkan *Solusi* 1. Afirmasi hal besar yg segera digapai, fokus. 2. Siapa aku? Rasional, cari hal yg membuat happy, kurangi ketergantungan ke dia. 3. Afirmasi because you are worth it! 4. Editing + posting in only 1 hour 5. Afirmasi dan berusaha kontrol diri
8:34 8:34 😅😊😊😊😊😊😊😊😊😊😅😅😊😅😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😅😊13/08/2023 "Ya Allah engkau Maha Pengasih dan Penyayang, tolong aku memperbaiki diri ini" *Unek-unek* 1. Kebayang hal yg nggak penting 2. Masih ada rasa jealous 3. Rendah diriku mulai meningkat 4. Burnout mulai muncul 5. Kalo ibu banyak omong ke aku pdhal ngasih tau doang rasanya menyakitkan *Solusi* 1. Afirmasi hal besar yg segera digapai, fokus. 2. Siapa aku? Rasional, cari hal yg membuat happy, kurangi ketergantungan ke dia. 3. Afirmasi because you are worth it! 4. Editing + posting in only 1 hour 5. Afirmasi dan berusaha kontrol diri 24:05 yg 7:yg gyy
Bismillahirrahmanirrahim, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, orangtua beliau, keluarga beliau, guru-guru beliau, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru guru kami dan anak anak kami, keluarga kami, sahabat sahabat kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah Khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan ustadz, barakallah fiikum
LAST PART Ini juga disampaikan oleh salah satu ulama Syafiiyah yaitu Al Izz bin Abdissalam رحمه الله تَعَالَى beliau mengatakan, ‘Mulianya sebuah rasa cinta itu ditentukan oleh mulianya pihak yang kita cintai’. Jadi semakin mulia pihak yang kita cintai maka cinta itu semakin berkualitas, jadi cinta itu dipengaruhi siapa yang kita cintai. Makanya ketika seseorang mencintai orang yang buruk sikapnya jahat dan seterusnya, maka itu akan menunjukkan value seseorang, karena itulah konsep cinta itu tinggi rendahnya ditentukan oleh siapa yang dia cintai. Semakin mulia yang kita cintai maka semakin mulia rasa cinta itu. Dan ini yang dijelaskan para ulama dan ini juga kaidah kehidupan, ‘Semakin berkelas, mulia, tinggi sosok yang kita cintai maka semakin mulia rasa cinta yang kita miliki dan semakin tinggi kualitas cinta yang kita miliki’. Makanya cinta tertinggi adalah cinta kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, karena Allah Al-Karim, Al-Aziz, Al Muhsin, Al-Jabbar, siapa yang lebih mulia daripada Allah Tabaraka wa Ta’ala, maka mencintai Allah adalah cinta yang paling tinggi. Lalu berikutnya kata Al Izz bin Abdissalam رحمه الله تَعَالَى, ‘Dan mencintai Rasulullah ﷺ adalah cinta tertinggi di banding mencintai makhluk dan hamba-hamba Allah yang lain, karena beliau lah hamba Allah yang paling mulia, maka mencintai beliau adalah cinta paling tinggi di banding cinta kepada manusia dan hamba-hamba yang lain. Setiap bertambah kuatnya hubungan dan keterkaitan seseorang dengan yang dicintai maka semakin kuat cintanya kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan sosok yang dicintai tersebut dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan dekat dengan pihak yang dia cintai tersebut. Dan semakin dekat hubungan pihak itu maka semakin cinta’. Jadi semakin dalam rasa cinta kepada seseorang maka kita akan semakin kuat cinta kita kepada setiap pihak yang punya hubungan dengan orang tersebut. Jadi semua orang yang punya hubungan dekat dengan orang tersebut maka kita akan respect, hormati bahkan kita akan sayangi. Dan semakin dekat hubungannya dengan orang yang kita cintai maka semakin cinta juga kepada dia. Masih dengan keterangan Al Izz bin Abdissalam رحمه الله تَعَالَى ‘Dan itulah sebabnya mengapa kita mencintai kaum Muhajirin dan kaum Anshar karena mereka dekat dengan Nabi ﷺ, dan Nabi ﷺ mencintai mereka dan kita mencintai orang-orang shalih dan orang-orang shalih itu dekat dengan Allah dan Rasul-Nya, makanya kita senang dengan Rasulullah ﷺ dan orang-orang baik dan bertakwa, karena orang-orang bertakwa dekat dengan Allah dan Rasul-Nya. Dan kita mencintai Ali Bin Abi Thalib dan Al-Hasan juga anak-anak beliau keturunan Nabi ﷺ karena mereka hubungannya sangat dekat dengan Rasulullah ﷺ, dan selain mereka dari para wali-wali الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan kadar dan tingkatan cinta kepada mereka itu ditentukan dengan kedudukan mereka di sisi الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dari sisi cinta dan kedekatan’. Jadi semakin mereka dekat kepada Allah, kita semakin cinta kepada mereka. Kita mencintai para sahabat Nabi ﷺ karena mereka dekat dengan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan Rasul-Nya عليه الصلاة و السلام dan mencintai الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan Rasulillah ﷺ. Dan kita lebih cinta kepada Abu Bakr As-Shiddiq رضي الله تَعَالَى عنه di banding sahabat yang lain karena kedudukan Abu Bakr As-Shiddiq رضي الله تَعَالَى عنه dengan Allah dan Rasul-Nya عليه الصلاة و السلام lebih tinggi lagi dan lebih dekat dan lebih cinta lagi dan begitu juga seterusnya. Kita mencintai misalnya dengan sahabat-sahabat kecil atau muda Rasulillah ﷺ, tapi kita harus lebih cinta kepada Hasan dan Husain di banding anak-anak yang sepantaran mereka pada saat itu, karena beliau adalah cucu Rasulullah ﷺ dan begitu seterusnya. Lalu ulama juga menjelaskan, ‘Dan Ahlu Sunnah mencintai Ahlu Bait Rasulullah ﷺ, dan mereka memuliakan dan mereka menjaga wasiat Rasulullah ﷺ’, أذكِّرُكم اللَّه في أهل بيتي “Aku peringatkan kalian, takutlah kepada Allah dalam hal Ahlul Bait (keluarga)ku”, karena ini salah satu bentuk mencintai Nabi ﷺ dan memuliakan Nabi kita ﷺ. Jadi memuliakan keluarga Nabi ﷺ itu bentuk memuliakan beliau ﷺ. Dan ini dengan syarat mereka itu mengikuti Sunnah Nabi ﷺ dan Istiqomah terhadap Sunnah Nabi ﷺ. Sebagaimana keluarga Nabi ﷺ di generasi awal seperti Abbas dan anak-anaknya رضي الله تَعَالَى عَنْهُمْ atau Ali bin Abi Thalib dan anak-anaknya رضي الله تَعَالَى عَنْهُمْ itu menjalankan dan istiqomah di atas Sunnah Nabi kita ﷺ adapun apabila menyelisihi Sunnah Nabi ﷺ dan tidak Istiqomah di atas Sunnah Rasulullahi ﷺ maka kita tidak bisa membenarkan kesalahan tersebut walaupun termasuk bagian dari keluarga Nabi kita ﷺ. Maka sikap Ahlussunnah wal Jama'ah terhadap keluarga dan ahlul bait Nabi ﷺ berusaha selalu objective dan moderat. Dan ini jelas diajarkan oleh Rasulullah ﷺ langsung, makanya apa kata Nabi ﷺ kepada salah satu sosok yang paling dekat dengan beliau dari keluarga beliau ﷺ yaitu Fatimah? Beliau ﷺ mengatakan, “Demi Allah, kalau Fatimah anaknya Muhammad beliau mencuri saya yang akan langsung menghukumnya dan saya akan potong tangannya” (HR Bukhari). Dan ini menunjukkan karena mencuri menyelisihi Sunnah Rasulullahi ﷺ dan itu kesalahan bukan dibenarkan dan itu Fatimah anak yang paling beliau cintai, lalu bagaimana dengan generas-generasi berikutnya. Dan itulah keluarga Nabi ﷺ yang istiqomah, mereka berusaha mengikuti Sunnah Rasulillahi ﷺ, makanya kata para ulama begitulah Al-Abbas dan anak-anaknya رضي الله تَعَالَى عَنْهُمْ, Ali bin Abi Thalib dan anak-anaknya رضي الله تَعَالَى عَنْهُمْ. Dan ini ketegasan dari Nabi ﷺ dan mengajarkan kita untuk menyampaikan kalau salah tetap salah dan kita tetap memuliakan dan memberikan hak seseorang sesuai dengan kapasitas dan kedudukannya. Dan begitulah Ahlussunnah wal Jama'ah yang berusaha berlaku adil, objective, moderat dalam setiap permasalahan. Dan selalu ingat apa yang dikatakan oleh Al Izz bin Abdissalam رحمه الله تَعَالَى di atas, bahwa cinta itu kualitasnya tergantung siapa yang kita cintai, maka cinta yang paling tinggi adalah cinta kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan cinta kepada Rasulullahi ﷺ dan konsekuensinya kita harus mencintai juga pihak-pihak yang dekat dengan Allah dan Rasul-Nya عليه الصلاة و السلام. Semakin dekat pihak tersebut dengan Allah dan Rasul-Nya عليه الصلاة و السلام, maka kita harus semakin respect, menghormati, semakin sayang dan semakin mencintai kepada mereka. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Senin, 24 Rabiul Awal 1445 AH/09 Oktober 2023 Ahida Muhsin
Masya Allah Tabarakallah
Barakallaahu fiikum Imam Nawawi Rahimahullaah. Jazakallaahu khayran. Hafidzakallaah.
Barakallaahu fiikum Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. Jazakallaahu khayran. Hafidzakallaah
Bismillahirrohmanirrohim .alhamduliĺah.syukron wa jazakumullah khayran atas ilmu nya ustadz wa yubarokallah fikum
8:34 8:34 😅😊😊😊😊😊😊😊😊😊😅😅😊😅😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😅😊13/08/2023
"Ya Allah engkau Maha Pengasih dan Penyayang, tolong aku memperbaiki diri ini"
*Unek-unek*
1. Kebayang hal yg nggak penting
2. Masih ada rasa jealous
3. Rendah diriku mulai meningkat
4. Burnout mulai muncul
5. Kalo ibu banyak omong ke aku pdhal ngasih tau doang rasanya menyakitkan
*Solusi*
1. Afirmasi hal besar yg segera digapai, fokus.
2. Siapa aku? Rasional, cari hal yg membuat happy, kurangi ketergantungan ke dia.
3. Afirmasi because you are worth it!
4. Editing + posting in only 1 hour
5. Afirmasi dan berusaha kontrol diri
8:34 8:34 😅😊😊😊😊😊😊😊😊😊😅😅😊😅😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😅😊13/08/2023
"Ya Allah engkau Maha Pengasih dan Penyayang, tolong aku memperbaiki diri ini"
*Unek-unek*
1. Kebayang hal yg nggak penting
2. Masih ada rasa jealous
3. Rendah diriku mulai meningkat
4. Burnout mulai muncul
5. Kalo ibu banyak omong ke aku pdhal ngasih tau doang rasanya menyakitkan
*Solusi*
1. Afirmasi hal besar yg segera digapai, fokus.
2. Siapa aku? Rasional, cari hal yg membuat happy, kurangi ketergantungan ke dia.
3. Afirmasi because you are worth it!
4. Editing + posting in only 1 hour
5. Afirmasi dan berusaha kontrol diri 24:05 yg 7:yg gyy
Y
Bismillahirrahmanirrahim, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, orangtua beliau, keluarga beliau, guru-guru beliau, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru guru kami dan anak anak kami, keluarga kami, sahabat sahabat kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah Khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan ustadz, barakallah fiikum
LAST PART
Ini juga disampaikan oleh salah satu ulama Syafiiyah yaitu Al Izz bin Abdissalam رحمه الله تَعَالَى beliau mengatakan, ‘Mulianya sebuah rasa cinta itu ditentukan oleh mulianya pihak yang kita cintai’. Jadi semakin mulia pihak yang kita cintai maka cinta itu semakin berkualitas, jadi cinta itu dipengaruhi siapa yang kita cintai. Makanya ketika seseorang mencintai orang yang buruk sikapnya jahat dan seterusnya, maka itu akan menunjukkan value seseorang, karena itulah konsep cinta itu tinggi rendahnya ditentukan oleh siapa yang dia cintai. Semakin mulia yang kita cintai maka semakin mulia rasa cinta itu. Dan ini yang dijelaskan para ulama dan ini juga kaidah kehidupan, ‘Semakin berkelas, mulia, tinggi sosok yang kita cintai maka semakin mulia rasa cinta yang kita miliki dan semakin tinggi kualitas cinta yang kita miliki’. Makanya cinta tertinggi adalah cinta kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, karena Allah Al-Karim, Al-Aziz, Al Muhsin, Al-Jabbar, siapa yang lebih mulia daripada Allah Tabaraka wa Ta’ala, maka mencintai Allah adalah cinta yang paling tinggi. Lalu berikutnya kata Al Izz bin Abdissalam رحمه الله تَعَالَى, ‘Dan mencintai Rasulullah ﷺ adalah cinta tertinggi di banding mencintai makhluk dan hamba-hamba Allah yang lain, karena beliau lah hamba Allah yang paling mulia, maka mencintai beliau adalah cinta paling tinggi di banding cinta kepada manusia dan hamba-hamba yang lain. Setiap bertambah kuatnya hubungan dan keterkaitan seseorang dengan yang dicintai maka semakin kuat cintanya kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan sosok yang dicintai tersebut dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan dekat dengan pihak yang dia cintai tersebut. Dan semakin dekat hubungan pihak itu maka semakin cinta’. Jadi semakin dalam rasa cinta kepada seseorang maka kita akan semakin kuat cinta kita kepada setiap pihak yang punya hubungan dengan orang tersebut. Jadi semua orang yang punya hubungan dekat dengan orang tersebut maka kita akan respect, hormati bahkan kita akan sayangi. Dan semakin dekat hubungannya dengan orang yang kita cintai maka semakin cinta juga kepada dia. Masih dengan keterangan Al Izz bin Abdissalam رحمه الله تَعَالَى ‘Dan itulah sebabnya mengapa kita mencintai kaum Muhajirin dan kaum Anshar karena mereka dekat dengan Nabi ﷺ, dan Nabi ﷺ mencintai mereka dan kita mencintai orang-orang shalih dan orang-orang shalih itu dekat dengan Allah dan Rasul-Nya, makanya kita senang dengan Rasulullah ﷺ dan orang-orang baik dan bertakwa, karena orang-orang bertakwa dekat dengan Allah dan Rasul-Nya. Dan kita mencintai Ali Bin Abi Thalib dan Al-Hasan juga anak-anak beliau keturunan Nabi ﷺ karena mereka hubungannya sangat dekat dengan Rasulullah ﷺ, dan selain mereka dari para wali-wali الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan kadar dan tingkatan cinta kepada mereka itu ditentukan dengan kedudukan mereka di sisi الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dari sisi cinta dan kedekatan’. Jadi semakin mereka dekat kepada Allah, kita semakin cinta kepada mereka. Kita mencintai para sahabat Nabi ﷺ karena mereka dekat dengan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan Rasul-Nya عليه الصلاة و السلام dan mencintai الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan Rasulillah ﷺ. Dan kita lebih cinta kepada Abu Bakr As-Shiddiq رضي الله تَعَالَى عنه di banding sahabat yang lain karena kedudukan Abu Bakr As-Shiddiq رضي الله تَعَالَى عنه dengan Allah dan Rasul-Nya عليه الصلاة و السلام lebih tinggi lagi dan lebih dekat dan lebih cinta lagi dan begitu juga seterusnya. Kita mencintai misalnya dengan sahabat-sahabat kecil atau muda Rasulillah ﷺ, tapi kita harus lebih cinta kepada Hasan dan Husain di banding anak-anak yang sepantaran mereka pada saat itu, karena beliau adalah cucu Rasulullah ﷺ dan begitu seterusnya.
Lalu ulama juga menjelaskan, ‘Dan Ahlu Sunnah mencintai Ahlu Bait Rasulullah ﷺ, dan mereka memuliakan dan mereka menjaga wasiat Rasulullah ﷺ’, أذكِّرُكم اللَّه في أهل بيتي “Aku peringatkan kalian, takutlah kepada Allah dalam hal Ahlul Bait (keluarga)ku”, karena ini salah satu bentuk mencintai Nabi ﷺ dan memuliakan Nabi kita ﷺ. Jadi memuliakan keluarga Nabi ﷺ itu bentuk memuliakan beliau ﷺ. Dan ini dengan syarat mereka itu mengikuti Sunnah Nabi ﷺ dan Istiqomah terhadap Sunnah Nabi ﷺ. Sebagaimana keluarga Nabi ﷺ di generasi awal seperti Abbas dan anak-anaknya رضي الله تَعَالَى عَنْهُمْ atau Ali bin Abi Thalib dan anak-anaknya رضي الله تَعَالَى عَنْهُمْ itu menjalankan dan istiqomah di atas Sunnah Nabi kita ﷺ adapun apabila menyelisihi Sunnah Nabi ﷺ dan tidak Istiqomah di atas Sunnah Rasulullahi ﷺ maka kita tidak bisa membenarkan kesalahan tersebut walaupun termasuk bagian dari keluarga Nabi kita ﷺ. Maka sikap Ahlussunnah wal Jama'ah terhadap keluarga dan ahlul bait Nabi ﷺ berusaha selalu objective dan moderat. Dan ini jelas diajarkan oleh Rasulullah ﷺ langsung, makanya apa kata Nabi ﷺ kepada salah satu sosok yang paling dekat dengan beliau dari keluarga beliau ﷺ yaitu Fatimah? Beliau ﷺ mengatakan, “Demi Allah, kalau Fatimah anaknya Muhammad beliau mencuri saya yang akan langsung menghukumnya dan saya akan potong tangannya” (HR Bukhari). Dan ini menunjukkan karena mencuri menyelisihi Sunnah Rasulullahi ﷺ dan itu kesalahan bukan dibenarkan dan itu Fatimah anak yang paling beliau cintai, lalu bagaimana dengan generas-generasi berikutnya. Dan itulah keluarga Nabi ﷺ yang istiqomah, mereka berusaha mengikuti Sunnah Rasulillahi ﷺ, makanya kata para ulama begitulah Al-Abbas dan anak-anaknya رضي الله تَعَالَى عَنْهُمْ, Ali bin Abi Thalib dan anak-anaknya رضي الله تَعَالَى عَنْهُمْ. Dan ini ketegasan dari Nabi ﷺ dan mengajarkan kita untuk menyampaikan kalau salah tetap salah dan kita tetap memuliakan dan memberikan hak seseorang sesuai dengan kapasitas dan kedudukannya. Dan begitulah Ahlussunnah wal Jama'ah yang berusaha berlaku adil, objective, moderat dalam setiap permasalahan.
Dan selalu ingat apa yang dikatakan oleh Al Izz bin Abdissalam رحمه الله تَعَالَى di atas, bahwa cinta itu kualitasnya tergantung siapa yang kita cintai, maka cinta yang paling tinggi adalah cinta kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan cinta kepada Rasulullahi ﷺ dan konsekuensinya kita harus mencintai juga pihak-pihak yang dekat dengan Allah dan Rasul-Nya عليه الصلاة و السلام. Semakin dekat pihak tersebut dengan Allah dan Rasul-Nya عليه الصلاة و السلام, maka kita harus semakin respect, menghormati, semakin sayang dan semakin mencintai kepada mereka.
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Senin, 24 Rabiul Awal 1445 AH/09 Oktober 2023
Ahida Muhsin
Cc
😊
Ccccc 2:05
😊😊 2:09 😊 2:10
2:54 😢 2:58 2:58 😊 2:58 2:58
Bismillahirrahmanirrahim 😊
Maa sya Allah barakallahu fiikum
Alhamdulillah
Jazakumullahu khairan Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri dan tim atas ilmunya...
Barakallahu fiikum
Alhamdulilah