Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah berhenti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak di sana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita, Nabi kita Rasulullah ﷺ beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team berserta keluarganya dan juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada. Dan juga semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan untuk kaum Muslimin dan Muslimat yang sedang terzhalimi di Palestina, di Uyghur dan di belahan Bumi lainnya, serta memberikan perlindungan kepada kita semua sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. PART ONE Session Tanya-Jawab: Tanya: Terkait pembahasan bahwa menikah adalah Sunnah bagi yang mampu dan membutuhkan. Kemarin terlintas di benak saya pertanyaan ini. Saya seorang wanita usia hampir 27 tahun, namun saya merasa diri saya belum mampu dari segi ilmu, selain itu saya merasa berat melepas tanggung jawab di keluarga saya sebagai 'Sandwich Generation’ untuk menapakan kaki menuju jenjang pernikahan. Dan dari orangtua pun sepertinya belum ada tanda-tanda mereka siap untuk melepas saya ke jenjang ini. Sedangkan bagi seorang wanita, ini merupakan usia yang cukup matang. Apakah dengan saya mengulur waktu untuk beberapa tahun lagi, tidak apa-apa Ustadz? Jawab: والله أعلم بالصواب, kalau pertanyaannya mengulur waktu untuk beberapa tahun lagi, tidak apa-apa? Tidak apa-apa, selama nikah tidak jatuh ke dalam Fardhu ‘Ain bagi diri kita. Artinya apabila kita tidak menikah, kemungkinan besar kita akan terjatuh kepada maksiat atau zina, maka hukumnya tidak apa-apa. Tetapi seringkali bahwa hidup itu bukan tentang apa-apa atau tidak apa-apa, namun seringkali hidup itu tentang momentum, tentang timing terbaik. Tidak apa-apa tetapi itu bukan timing terbaik dan momentumnya sudah lewat. Jadi hidup itu bukan hanya halal atau tidak halal, sebagaimana tidak semua yang halal kita kerjakan. Tidak semua yang mubah kita kerjakan dan sebagaimana apabila kita mengerjakan atau mengkonsumsi sebagian yang mubah atau halal hidup kita menjadi tidak baik, karena kondisi dan lain sebagainya. Jadi والله أعلم بالصواب, memang kita bisa mengerti kenapa bisa banyak pertanyaan seperti ini, karena berbicara tentang timing atau momentum itu salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan di dalam Dunia ini. Bahkan betapa banyak orang berfikir bahwa ini adalah timingnya namun ternyata salah. Betapa banyak orang menyesal dalam menikah, padahal ketika menikah sangat yakin bahwa ini adalah timingnya atau momentumnya, namun setelah 4 tahun atau 5 tahun, cekcok dengan pasangannya dan mengatakan, ‘saya menyesal memilih keputusan menikah dengan dia’, padahal beberapa waktu yang lalu dia sangat yakin bahwa ini momentumnya. Dan sebaliknya, ada banyak orang yang melangkah ke Pernikahan atau membuat sebuah keputusan besar, pada dasarnya dia banyak kekurangan, tetapi dia tetap jalani dan langkah-langkah caranya dia jalankan lalu Allah mudahkan dan akhirnya menikah, lalu beberapa tahun kemudian dia baru sadar bahwa itu salah satu momentum terbaik di dalam hidupnya dan kalau dia tidak mengambil keputusan pada saat itu, dia tidak mengerti bagaimana kondisi dia sekarang. Dan inilah waktunya kita mengamalkan Tauhid kita, bahwa kita ini lemah dan bodoh dan tugas kita berusaha semaksimal mungkin, namun bukan pasif. Berusaha bukan hanya secara tekhnis, misalnya untuk mendapatkan pasangan yang kita inginkan, tetapi juga harus dekat juga dengan Allah, bertanya kepada Allah, berdo’a kepada Allah, Istikharah kepada Allah, lalu musyawarah dengan orang-orang yang bijak yaitu orang yang punya Ilmu dan Hilm. Karena ini bukan tentang rukun shalat yang di hapal, tetapi untuk masalah seperti ini harus menggabungkan banyak sisi. Seperti penanya ini, usia hampir 27 tahun dan berfikir bahwa kondisinya merasa menjadi 'Sandwich Generation’ ini menjadi penghalang. Bisa jadi kalau kita tanya ke orang yang kenal kita dan jauh lebih matang misalnya di usia 40-an tahun lebih justru bangga dan itu kelebihan dan itu privilege. Makanya pentingnya kita tidak sombong, ujub dan sok pintar dan tidak mengandalkan pola pikir kita sendiri dan tidak mengandalkan pandangan kita sendiri, apalagi kita masih muda, masih banyak yang belum kita baca, pelajari dan pengalaman hidup yang belum kita alami dan ini sangat penting. Dan jangan sok pintar, karena semakin kita sok pintar maka peluang kita gagal akan semakin besar. Dan kalau semakin kita tawadhu maka semakin besar peluang kita berhasil. Jadi kalau kita sudah tahu specifikasi kita, calon kita ini seperti apa? Bisa jadi calon kita ini adalah solusi dari seluruh masalah kita dan itu pertolongan Allah yang Allah berikan kepada kita. Bisa jadi dari kompleksitas masalah kita, itu justru solusinya dengan menikah, Allah berikan pertolongan melalui pasangan kita dan satu-satu masalah terurai melalui pasangan kita. Sebagaimana suami bisa menjadi sumber masalah baru, misalnya suaminya tidak bekerja, suaminya pasif, mengandalkan, mendompleng, itu masalah baru, karena kita menikah dengan siapa itu merupakan pertimbangan. Dalam Islam pernikahan itu solusi dan upgrade Iman dan ketakwaan, kualitas hidup dan kualitas mental. Jadi solusi bukan mencari asal-asalan atau hanya sekedar ganteng dan cantik saja atau kaya saja dan jangan coba-coba. Maka cari yang bisa menjadi pendukung solusi atau bahkan solusi itu sendiri. Dan hidup itu mengalir namun diperjuangkan dan semua yang Allah katakan yaitu guidance dari Allah dikerjakan. Jadi pertolongan Allah itu jangan disempitkan, lagi-lagi ini tentang Iman dan kita harus yakin dengan Allah Tabaroka wa Ta’ala. To be continued 1 of 2 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Ahad, 24 Rabi’ath-Thani 1446 AH/27 Oktober 2024 Ahida Muhsin
Alhamdulillah Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimush sholihaat Jazakumullahu Khayran wa Barakallahu Fiikum Ustadzuna dan Tim "Lebih sabar lebih lama dan berujung indah daripada terburu-buru namun salah pilih"... Semoga Allah jaga kita semua, Aamin 🤲
Maasyaallah alhamdulillah terwakili dgn pertanyaannya. Sekarang saya merasa lebih yakin untuk mengambil keputusan. Syukron atas penjelasannya ustadz. Jazakumullahu kheiron katsiron wa baarokllahu fiikum.🤲🏼
Ustad, asalamualaikum, namun kala7 sudah menemukan solusi, namun dia tidak terlalu religius apakah lanjut ustad? Saya blm melihat dia solat ust, sementara ada laki2 satu lagi blm terlalu mapan namun solat dan agamanya bisa membimbing saya. Bagamana ya ust?
Izin menjawab, sandwich generation itu kondisi ketika seseorang harus menghidupi/membantu menafkahi orang tua dan adikadik (keluarganya) secara bersamaan
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah berhenti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak di sana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita, Nabi kita Rasulullah ﷺ beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team berserta keluarganya dan juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada. Dan juga semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan untuk kaum Muslimin dan Muslimat yang sedang terzhalimi di Palestina, di Uyghur dan di belahan Bumi lainnya, serta memberikan perlindungan kepada kita semua sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
PART ONE
Session Tanya-Jawab:
Tanya: Terkait pembahasan bahwa menikah adalah Sunnah bagi yang mampu dan membutuhkan. Kemarin terlintas di benak saya pertanyaan ini. Saya seorang wanita usia hampir 27 tahun, namun saya merasa diri saya belum mampu dari segi ilmu, selain itu saya merasa berat melepas tanggung jawab di keluarga saya sebagai 'Sandwich Generation’ untuk menapakan kaki menuju jenjang pernikahan. Dan dari orangtua pun sepertinya belum ada tanda-tanda mereka siap untuk melepas saya ke jenjang ini. Sedangkan bagi seorang wanita, ini merupakan usia yang cukup matang. Apakah dengan saya mengulur waktu untuk beberapa tahun lagi, tidak apa-apa Ustadz?
Jawab: والله أعلم بالصواب, kalau pertanyaannya mengulur waktu untuk beberapa tahun lagi, tidak apa-apa? Tidak apa-apa, selama nikah tidak jatuh ke dalam Fardhu ‘Ain bagi diri kita. Artinya apabila kita tidak menikah, kemungkinan besar kita akan terjatuh kepada maksiat atau zina, maka hukumnya tidak apa-apa. Tetapi seringkali bahwa hidup itu bukan tentang apa-apa atau tidak apa-apa, namun seringkali hidup itu tentang momentum, tentang timing terbaik. Tidak apa-apa tetapi itu bukan timing terbaik dan momentumnya sudah lewat. Jadi hidup itu bukan hanya halal atau tidak halal, sebagaimana tidak semua yang halal kita kerjakan. Tidak semua yang mubah kita kerjakan dan sebagaimana apabila kita mengerjakan atau mengkonsumsi sebagian yang mubah atau halal hidup kita menjadi tidak baik, karena kondisi dan lain sebagainya. Jadi والله أعلم بالصواب, memang kita bisa mengerti kenapa bisa banyak pertanyaan seperti ini, karena berbicara tentang timing atau momentum itu salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan di dalam Dunia ini. Bahkan betapa banyak orang berfikir bahwa ini adalah timingnya namun ternyata salah. Betapa banyak orang menyesal dalam menikah, padahal ketika menikah sangat yakin bahwa ini adalah timingnya atau momentumnya, namun setelah 4 tahun atau 5 tahun, cekcok dengan pasangannya dan mengatakan, ‘saya menyesal memilih keputusan menikah dengan dia’, padahal beberapa waktu yang lalu dia sangat yakin bahwa ini momentumnya. Dan sebaliknya, ada banyak orang yang melangkah ke Pernikahan atau membuat sebuah keputusan besar, pada dasarnya dia banyak kekurangan, tetapi dia tetap jalani dan langkah-langkah caranya dia jalankan lalu Allah mudahkan dan akhirnya menikah, lalu beberapa tahun kemudian dia baru sadar bahwa itu salah satu momentum terbaik di dalam hidupnya dan kalau dia tidak mengambil keputusan pada saat itu, dia tidak mengerti bagaimana kondisi dia sekarang. Dan inilah waktunya kita mengamalkan Tauhid kita, bahwa kita ini lemah dan bodoh dan tugas kita berusaha semaksimal mungkin, namun bukan pasif. Berusaha bukan hanya secara tekhnis, misalnya untuk mendapatkan pasangan yang kita inginkan, tetapi juga harus dekat juga dengan Allah, bertanya kepada Allah, berdo’a kepada Allah, Istikharah kepada Allah, lalu musyawarah dengan orang-orang yang bijak yaitu orang yang punya Ilmu dan Hilm. Karena ini bukan tentang rukun shalat yang di hapal, tetapi untuk masalah seperti ini harus menggabungkan banyak sisi. Seperti penanya ini, usia hampir 27 tahun dan berfikir bahwa kondisinya merasa menjadi 'Sandwich Generation’ ini menjadi penghalang. Bisa jadi kalau kita tanya ke orang yang kenal kita dan jauh lebih matang misalnya di usia 40-an tahun lebih justru bangga dan itu kelebihan dan itu privilege. Makanya pentingnya kita tidak sombong, ujub dan sok pintar dan tidak mengandalkan pola pikir kita sendiri dan tidak mengandalkan pandangan kita sendiri, apalagi kita masih muda, masih banyak yang belum kita baca, pelajari dan pengalaman hidup yang belum kita alami dan ini sangat penting. Dan jangan sok pintar, karena semakin kita sok pintar maka peluang kita gagal akan semakin besar. Dan kalau semakin kita tawadhu maka semakin besar peluang kita berhasil. Jadi kalau kita sudah tahu specifikasi kita, calon kita ini seperti apa? Bisa jadi calon kita ini adalah solusi dari seluruh masalah kita dan itu pertolongan Allah yang Allah berikan kepada kita. Bisa jadi dari kompleksitas masalah kita, itu justru solusinya dengan menikah, Allah berikan pertolongan melalui pasangan kita dan satu-satu masalah terurai melalui pasangan kita. Sebagaimana suami bisa menjadi sumber masalah baru, misalnya suaminya tidak bekerja, suaminya pasif, mengandalkan, mendompleng, itu masalah baru, karena kita menikah dengan siapa itu merupakan pertimbangan. Dalam Islam pernikahan itu solusi dan upgrade Iman dan ketakwaan, kualitas hidup dan kualitas mental. Jadi solusi bukan mencari asal-asalan atau hanya sekedar ganteng dan cantik saja atau kaya saja dan jangan coba-coba. Maka cari yang bisa menjadi pendukung solusi atau bahkan solusi itu sendiri. Dan hidup itu mengalir namun diperjuangkan dan semua yang Allah katakan yaitu guidance dari Allah dikerjakan. Jadi pertolongan Allah itu jangan disempitkan, lagi-lagi ini tentang Iman dan kita harus yakin dengan Allah Tabaroka wa Ta’ala.
To be continued 1 of 2 part
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Ahad, 24 Rabi’ath-Thani 1446 AH/27 Oktober 2024
Ahida Muhsin
"Hidup itu mengalir tapi diperjuangkan"
MasyaAllah Jazakallahu Khairan ustadz, langsung disadarkan disaat ovt mengenai hal ini. Semoga Ustadz, team dan keluarga sehat selalu 🙏🤲
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
اللهم إني أسألك علما نافعا وأعوذ بك من علم لا ينفع
جزاكم الله خيرا و بارك الله فيكم
yassarallah... semoga dimudahkan Allah 32:00
masyaAllah jazakallahu khairan ustadz ilmunya, barakallahu fiikum
🙏
Jazakumullah khair ustadz
Barakallahu fiikum
Alhamdulillah Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimush sholihaat
Jazakumullahu Khayran wa Barakallahu Fiikum Ustadzuna dan Tim
"Lebih sabar lebih lama dan berujung indah daripada terburu-buru namun salah pilih"...
Semoga Allah jaga kita semua, Aamin 🤲
Alhamdulillah,jazaakumullah khayran wa Baarakallahu fiikum Ustadzunna Nuzul Dzikri dan tim kajian atas ilmu n nasihatnya pagi ini🙏
Masya Allah Tabarakallah
Maasyaallah alhamdulillah terwakili dgn pertanyaannya. Sekarang saya merasa lebih yakin untuk mengambil keputusan. Syukron atas penjelasannya ustadz. Jazakumullahu kheiron katsiron wa baarokllahu fiikum.🤲🏼
Bismillah Barakallahu fiikum ustadz dn team,,jazakumullah khairan
Alhamdulilah
jika dari sudut pandang ikhwan bagaimana ustad
masalahnya pasarnya blm ketemu ustad, pasar yg suka sandwich tuh nemu dimanaaaaaaaa😅
Ustad, asalamualaikum, namun kala7 sudah menemukan solusi, namun dia tidak terlalu religius apakah lanjut ustad? Saya blm melihat dia solat ust, sementara ada laki2 satu lagi blm terlalu mapan namun solat dan agamanya bisa membimbing saya. Bagamana ya ust?
,
😊😅😮😢🎉😂❤
Apa itu "sandwich" generation? 🙏🏻
Izin menjawab, sandwich generation itu kondisi ketika seseorang harus menghidupi/membantu menafkahi orang tua dan adikadik (keluarganya) secara bersamaan
@@sarahhastiansiregar2137 Terima kasih 🙏🏻
MasyaAllah Jazakallahu Khairan ustadz, langsung disadarkan disaat ovt mengenai hal ini. Semoga Ustadz, team dan keluarga sehat selalu 🙏🤲