konten konten seperti ini seharus tv swasta nasional juga menyiarkan. jangan hanya sinetron dan laki - laki bergaya seprti wanita saja yang di tayangkan.
Terakhir saya ke sana tahun lalu. Cukup berubah dari kedatangan saya sebelumnya sekitar tahun 2014. Ada beberapa candi yg baru dipugar. Sama larangan menaiki candi. Semoga tiap tahun makin dlbaik fasilitasnya
Memang Jambi atau secara umum Sungai Batanghari lebih tepat diduga sebagai lokasi kerajaan besar di zaman kuno. Sebabnya karena letaknya dekat dengan selat Malaka dan ada deposit emas di sungai Batanghari. Jejak ibukota kerajaan Melayu itu dapat ditelusuri sampai sekarang. Pertama di muara sungai Batanghari yg sekarang disebut Muara Sabak. Kedua bergeser ke Jambi. Ketiga Pindah ke Dharmasraya. Keempat pindah ke Pagaruyung. Mengapa pindah2 ?. Sebabnya karena diserang 2 X oleh kerajaan Colamendal dan 2 X oleh kerajaan di Jawa. Selain itu deposit emas mulai berkurang disekitar ibu kota, sehingga berangsur angsur lokasi penambangan pindah dari muara ke hulu. Dari muara Sabak, pindah ke Jambi, selanjutnya pindah ke Dharmasraya dan terakhir lokasi penambangan pindah ke Solok.
Memang benar jambi kota yang terlupakan, kota metropolitan kerajaan sriwijaya, dengan luas -+ 3900 hektar pencarian sriwijaya untuk saat ini terhenti di jambi chen-pi menurut it-shing
SRIWIJAYA .... * Tahun 454 M, Kerajaan Kantoli mengirimkan utusan kepada Kaisar Tiongkok Xiao Wudi. Menurut Prof. Slamet Muljana, Kerajaan Kantoli ini ada di wilayah Palembang. Menurut Mingshu, Kantoli ini adalah nama awal Kerajaan Sanfotsi (nama China untuk Kedatuan Sriwijaya) * Tahun 645 M, Kerajaan Melayu (Jambi) mengirimkan utusan pertama sekaligus untuk yang terakhir kali ke Tiongkok * Tahun 670 M, Kedatuan Sriwijaya telah mengirimkan utusan Sriwijaya ke Tiongkok * Tahun 671 M, I-Tsing mengunjungi Kedatuan Sriwijaya di wilayah Sungai Fo-shih dalam perjalanannya dari Kanton (Tiongkok) ke Nalanda (India). Setelah cukup lama tinggal di Sriwijaya I-Tsing melanjutkan perjalanan ke Nalanda serta melalui dan singgah dahulu secara berurutan di Kerajaan Melayu (Jambi) kemudian Kerajaan Kedah (Semenanjung Malaya) sebelum terus ke India. * Tahun 683 M, Dapunta Hyang Sri Jayanasa melakukan expedisi militer "Perjalanan Jaya" ke Minanga dan merayakan kemenangan serta diperingati dengan membuat wanua dan mendirikan Prasasti Kedukan Bukit di Palembang. * Tahun 685 M, I-Tsing kembali ke Sriwijaya dari Nalanda (India), dan dalam perjalanannya mampir dahulu secara berurutan ke Kedah (Semenanjung Malaya), kemudian ke Kerajaan Melayu (Jambi) sebelum sampai di Kedatuan Sriwijaya di wilayah Sungai Fo-shih. Saat itu I-Tsing mengatakan Kerajaan Melayu sudah menjadi bagian dari Kedatuan Sriwijaya. * Tahun 686 M, Dapunta Hyang Sri Jayanasa mendirikan prasasti kutukan Telaga Batu di Palembang, yang isinya ditujukan terhadap para petinggi dan pejabat Kedatuan Sriwijaya. Latar belakang prasasti ini adalah pendurhakaan paling keras oleh datu Kandra Kayet kepada Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kandra Kayet telah membunuh Panglima Tandrun Luah sebelum ditundukkan oleh Dapunta Hyang Srijayanasa. * Tahun 686 M, Sriwijaya mendirikan prasasti kutukan Kota Kapur di Jambi (3 tahun setelah expedisi Minanga) saat pasukan Sriwijaya berangkat menaklukan Jawa, di tanah seberang. Panglima Dapunta Sailendra kemudian menetap di Jawa sebagai wakil Raja Dapunta Hyang Srijayanasa dan sebagai bagian perpanjangan tangan kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanasa di Jawa. Kemudian Dinasti Sailendra jadi penguasa Budha di tanah Jawa yang beragama Hindu. Dengan demikian : * Tahun 670 M, Kedatuan Sriwijaya telah mengirimkan utusan Sriwijaya dari wilayah Palembang ke Tiongkok, Sehingga paling tidak pada tahun 670 M Kedatuan Sriwijaya telah ada di wilayah Palembang. Bahkan telah ada sebelum cerita penaklukan Minanga sebagaimana pada prasasti Kedukan Bukit (Tahun 683 M). * I-Tsing mengunjungi Kedatuan Sriwijaya di Palembang sebelum tahun prasasti Kedukan Bukit. Dan Kedatuan Sriwijaya telah mengirimkan utusan ke Tiongkok sebelum ada prasasti Kedukan Bukit. Artinya Kedatuan Sriwijaya telah ada di Palembang sebelum peristiwa "Perjalanan Jaya" penaklukan Minanga. * Prasasti Kedukan Bukit di Palembang bukan prasasti mengenai pendirian Kedatuan Sriwijaya melainkan prasasti memperingati kemenangan atas penaklukan Minanga. * Kedatuan Sriwijaya tidak berasal dari Minanga, karena Minanga adalah wilayah yang ditaklukan. Dalam tulisan “Perjalanan Jaya” pada prasasti Kedukan Bukit tidak ada mengandung cerita mengenai keikutsertaan para keluarga raja, para bangsawan kerajaan, pamong praja, perangkat pemerintahan kerajaan, dsb dalam perjalanan expedisi tersebut. Melainkan hanya menyebut jumlah tentara yang sangat besar untuk ukuran saat itu, - HANYA PASUKAN -, yang menunjukkan bahwa itu expedisi militer dari sebuah kerajaan yang besar. * Menurut Prasasti Kedukan Bukit, pasukan expedisi militer Sriwijaya menempuh perjalanan darat dengan diiringi oleh pasukan yang melalui perairan (sungai). Pasukan ini menempuh perjalanan mengikuti jalur sepanjang sungai. Antara Palembang dan wilayah Minanga (Komering) terhubung oleh Sungai Musi dan Sungai Komering. Sedangkan antara Palembang dan Kampar tidak dihubungkan oleh jalur sungai besar. Demikian pula antara Palembang dan Jambi tidak dihubungkan oleh jalur sungai besar. Sehingga Minanga itu bukan Kampar maupun Jambi. Dan Minanga itu bukan tempat asal Kedatuan Sriwijaya, melainkan taklukan (Prasasti Baturaja). * Dalam perjalanan dari Sriwijaya ke India, I-Tsing secara berurutan melalui kerajaan Melayu (Jambi) lalu Kedah (Semenanjung Malaya). Demikian pula urutan perjalanan sebaliknya dari India ke Sriwijaya, yaitu India, lalu Kedah, lalu Melayu, lalu Sriwijaya. Artinya Sriwijaya terletak di sebelah selatan daripada Jambi atau di sekitar Palembang. * Prasasti kutukan Telaga Batu di Palembang merupakan prasasti peringatan persumpahan yang diletakkan di ibu kota Sriwijaya. Dari sekian banyak prasasti persumpahan Kedatuan Sriwijaya, hanya prasasti Telaga Batu di Palembang ini yang mencantumkan paling lengkap jabatan dalam pemerintahan Kedatuan Sriwijaya, dari jabatan posisi penting dalam lingkungan istana raja hingga posisi pekerja rendah. Semua posisi jabatan itu secara lengkap hanya mungkin berada di ibu kota pemerintahan. Persumpahan ini ditujukan pada para pemangku jabatan tersebut yang berada di ibu kota Kedatuan Sriwijaya. * Sriwijaya telah ada sebelum kekuasaan Sailendra muncul di Jawa. Dan Sriwijaya tetap ada setelah Dinasti Sailendra runtuh. Sebagai tambahan : * Menurut I-Tsing letak Sriwijaya di daerah yang jika siang tidak ada bayang-bayang maksudnya adalah bahwa Sriwijaya berada di daerah tropis, tidak seperti negara I-Tsing (Tiongkok) yang berada lebih ke utara dari Khatulisiwa. Itu cara I-Tsing untuk menjelaskan mengenai daerah Khatulistiwa. Wilayah Palembang juga terletak sangat dekat Khatulistiwa yaitu antara 2º 52' - 3º 5' LS, artinya bayangan benda di tengah hari nyaris bertimpah dengan objek bendanya. * Menurut I-Tsing jika angin baik, perjalanan dari Kanton, Tiongkok, ke kedatuan Sriwijaya memakan waktu 20 hingga 30 hari. Sedangkan dari Kanton ke kerajaan Melayu (Jambi) memakan waktu 15 hari. Dan kalo dari Kanton ke Kampar waktunya lebih singkat lagi, kurang dari 15 hari. Artinya bahwa lokasi Kedatuan Sriwijaya itu letaknya lebih ke selatan dari pada Kampar dan Jambi. Artinya bahwa di tahun 671 M (atau sebelum dibuatnya prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M) letak Sriwijaya sudah berada di sekitar wilayah Sumatera Selatan (Palembang). Hal ini juga menunjukkan bahwa sebelum dibuatnya prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M Sriwijaya bukanlah berada di Jambi dan juga bukan di Kampar tetapi sudah ada di Palembang. Dengan kata lain, Kedatuan Sriwijaya bukanlah kerajaan pindahan dari jauh. * Penemuan arca besar Budha Mahayana dengan gaya Amarawati peninggalan abad ke-5 (menurut Krom dan Gosch) di Bukit Seguntang, Palembang menunjukkan bahwa pada abad ke-5 Masehi sudah ada kerajaan besar beragama Budha di wilayah Palembang, lebih tua daripada tahun pembuatan prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa prasasti Kedukan Bukit bukanlah prasasti pendirian Kedatuan Sriwijaya. * Peninggalan Sriwijaya di wilayah Sumatera Bagian Selatan adalah Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Baturaja yang berkaitan dengan Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Kambang Unglen, Fragmen Prasasti Boom Baru, Situs Bukit Seguntang, Situs Karanganyar, Situs Bumi Ayu, Situs Candi Angsoka, Candi Kebayan / Candi Jepara, Situs Kapal Sriwijaya di Mariana (Banyuasin), Situs Kambang Unglen, Situs Padang Kapas, Situs Suak Bujang, Situs Pulau Campaka, Arca Emas Budha Sungai Musi, Arca Budha Amarawati Bukit Seguntang (abad ke-5), Arca Ganesha masa Sriwijaya di Jl. Mayor Ruslan (Palembang), Arca Budha Solok Sipin, Arca perunggu Budha Maitreya di daerah Minanga (Komering) tahun 1974, keris jenis Jalak Budho masa Sriwijaya sepanjang 45 cm di Sungai Musi sekitar Pulau Kemaro, keris jenis Pudhak Sategal masa Sriwijaya sepanjang 40 cm di Sungai Musi. * Prasasti-prasasti Dinasti Sailendra di Jawa (Prasasti Kebun Kopi, Prasasti Sojomerto, Prasasti Manjusigraha, Prasasti Gandasuli, Prasasti Kelurak) tidak menggunakan bahasa Jawa kuno, melainkan menggunakan bahasa Melayu kuno yang merupakan bahasa Kedatuan Sriwijaya. * Agama Dinasti Sailendra adalah agama Budha sebagaimana agama Kedatuan Sriwijaya. Bukan agama Hindu sebagaimana agama-agama di Jawa pada masa itu. Dengan dukungan Sriwijaya yang besar dan kaya maka Dinasti Sailendra dapat membangun candi agung agama Budha, Borobudur, di wilayah hindu di Jawa. Para penguasa Hindu lokal dan penganut Hindu di Jawa tidak kuasa mencegah pembangunan candi besar agama Budha ini di tanah mereka karena di belakang Dinasti Sailendra ada kerajaan besar Sriwijaya yang melindunginya. Seorang bangsawan dinasti Sailendra yang kalah di Jawa dan lari menyingkir ke Palembang (Balaputra Dewa), bisa menjadi raja agung di Kedatuan Besar Sriwijaya hanya bisa dan hanya mungkin bila beliau memiliki garis darah keturunan Sriwijaya. Kekalahan Balaputra Dewa di Jawa mengakhiri masa Dinasti Sailendra di Jawa, sedangkan Sriwijaya tetap exist sebagai Kedatuan besar di Sumatera. Sriwijaya telah ada sebelum kekuasaan Sailendra muncul di Jawa. Dan Sriwijaya tetap ada setelah Dinasti Sailendra runtuh Dengan demikian : DINASTI SAILENDRA DI JAWA ADALAH BERASAL DARI SRIWIJAYA, BAGIAN DARI KELUARGA SRIWIJAYA, DAN TURUNAN DARI KEDATUAN SRIWIJAYA
Muara jambi adalah kerajaan, jika dilihat kerajaan kerajaan yg sezaman dengan itu yang berbentuk wiayah peribadatan, sekolah, peemerintahan, dan pengobatan, maupun pwndidikan, contoh, angkor wat, ayuthaya, champa, dinasti cola, dinasti gufta , semuanya kerajaan yg berbau beribadatan.
jejak peradaban kerajaan sriwijaya terputus di karenakan adanya perang, faktor pasang surut air sungai sehingga federasi kerajaan menjadi terputus, muncul asumsi baru dari diskusi ini bahwa kerajaan ada 3 pusat, yaitu pusat pendidikan di muara jambi, perekonomian di barus, pusat pemerintah di palembang yang kemudian pindah ke jambi akibat pasang surut, ini berdsarkan catatan kronologi itsing, beirta cattatan dari kerajaan china, berita kerajaan persia, temuan keramik berdasarkan era dinasti, serta prasasti
Masuk akal. Karena Sumatra tidak mnganut sistem tunggal Raja. Sriwijaya itu berbentuk kedatuan, ibarat nya sistem federasi zaman now. Mirip seperti Malaysia. Sriwijaya itu kerajaan Melayu raksasa. Dari Madagaskar, sampai hampir meliputi seluruh ASEAN. Makanya Sumatra anti feodal, anti primordial ala jawa.dan Sangat membenci jawa sampai kiamat.
Tanda tanya yang muncul : apakah Sriwijaya kerajaan Melayu ?. Apakah Sriwijaya sama dengan Melayu?. Sejarah kerajaan Sriwijaya gelap. Yang jelas alur sejarahnya adalah kerajaan Melayu, mulai zaman kuno sampai zaman modren. Zaman kuno : Kerajaan Melayu di Jambi. Zaman pertengahan : Kerajaan Melayu pura di hulu Batang hari dan kerajaan Malaka di semananjung Malaya. Zaman modren: Persekutuan Tanah Melayu kemudian jadi Malaysia. Menurut saya sungai Batang hari lebih memungkinkan munculnya kerajaan besar, karena: 1. Muaranya dekat ke selat Malaka. 2. Sungai Batanghari mengandung deposit emas. 3. Sungai cukup panjang sebagai lalu lintas perdagangan. 4. Di hulu Sungai Batanghari daerah yang subur ( daerah Solok gunung Talang) yg dapat menghasilkan beras.
Wkkwkwkw lawak Kerajaan melayu it cuma kerajaan kecil , jdi bawahan sriwijaya dan klo di liat dri peta sungai jambi jauhhh dri laut, sdkngkan sungai di palembang deket dgn Laut. Gk logis klo pusat sriwijaya di jambi wkkkwkw masa mengacu ke Candi muaro jambi kwkwkwkw
Negara besar sdh biasa pindah2 pusat kerajaan...mau di palembanh , terus ke jambi , terus ke muara takus ..ya memang knp..?...sriwijya usia kerajaan 600 tahun wajar pindah2...tiongkok aja entah sdh berapa x pindah kerajaan dlm rwntang ribuan tahun..AS yg sdh berusia 400 tahun aja entah sdh brp x pindah ibu kota...Indonesia awal merdeka brp x pindah ibukota...tak usah diribitkan lah...😊
Ketika kaum fundamentalis Agama koar-koar bangun Negara Islam... Indonesia tetap kokoh sebagai bukan Negara Agama & bukan Negara Sekuler... Kalaupun Indonesia Negara Agama, Indonesia enggak akan jadi Negara Islam... Melainkan "Negara Buddha" selayaknya SRIWIJAYA & MAJAPAHIT... Negara yang berBUDI & berBUDAya... Lambang Negaranya aja Garuda (sosok mitologi dalam Agama Buddha & Hindu)... Pun Philosophische gronslag-nya PANCASILA, sama-kata dengan "Pancasila Buddha" (sejenis rukun Iman orang Buddha).... Sudah seharusnya Utopia NKRI adalah SRIWIJAYA & MAJAPAHIT yang merupakan "Negara Buddha", yang menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara.... Sudah saatnya jiwa SRIWIJAYA & MAJAPAHIT bangkit....
Felix siauw paling tahu sejarah nusantara dan kawan"nya.. Sejarah Turki aja dia tahu karena sering ke sana. Tp takut pulak ngomong tentang Hizbut Tahrir di Turki pas dia kunjungi Turki.
Yg selalu fi abaikan pakar adalah siapa itu depunta hyang sri jayanasa datuk maharajo dubalai dan datuk sribijayo panglima perangnya sbagi pendirinya..ada nuansa ego sentis kedaerahsn yg menghambat pengungkapan asal usul asli mereka..jika jejak2 itu sdah pasti bertebaran dikisaran asia tenggara asia selatan sapai cina...
Perbincangan yang mencetuskan buah fikiran mengenai zaman lampau. Terima kasih
terima kasih historia telah memberikan asupan makanan bergizi bagi anak cucu kita.sekali lagi terima kasih.
nonton siaran ulang, terima kasih Historia sudah diupload di UA-cam, sehingga bagi yang ketinggalan tetap dapat menonton dan mendapatkan informasi,
Z
Salam dari berbak,tanjab timur peneliti lokal sriwijaya.
Akhirnya bs nyimak di youtube krn td ga sempat ngikuti zoom. Trmks Historia...🙏
konten konten seperti ini seharus tv swasta nasional juga menyiarkan. jangan hanya sinetron dan laki - laki bergaya seprti wanita saja yang di tayangkan.
Terakhir saya ke sana tahun lalu. Cukup berubah dari kedatangan saya sebelumnya sekitar tahun 2014. Ada beberapa candi yg baru dipugar. Sama larangan menaiki candi. Semoga tiap tahun makin dlbaik fasilitasnya
Memang Jambi atau secara umum Sungai Batanghari lebih tepat diduga sebagai lokasi kerajaan besar di zaman kuno.
Sebabnya karena letaknya dekat dengan selat Malaka dan ada deposit emas di sungai Batanghari.
Jejak ibukota kerajaan Melayu itu dapat ditelusuri sampai sekarang.
Pertama di muara sungai Batanghari yg sekarang disebut Muara Sabak.
Kedua bergeser ke Jambi.
Ketiga Pindah ke Dharmasraya.
Keempat pindah ke Pagaruyung.
Mengapa pindah2 ?.
Sebabnya karena diserang 2 X oleh kerajaan Colamendal dan 2 X oleh kerajaan di Jawa.
Selain itu deposit emas mulai berkurang disekitar ibu kota, sehingga berangsur angsur lokasi penambangan pindah dari muara ke hulu. Dari muara Sabak, pindah ke Jambi, selanjutnya pindah ke Dharmasraya dan terakhir lokasi penambangan pindah ke Solok.
Memang benar jambi kota yang terlupakan, kota metropolitan kerajaan sriwijaya, dengan luas -+ 3900 hektar pencarian sriwijaya untuk saat ini terhenti di jambi chen-pi menurut it-shing
Dalam satu hari kalo gak baca artikel di historia.id rasanya ada yg kurang. Salam dari Dharmasraya 👍
Apa hub bukit siguntang d palembang dengan bukit siguntang d dusun teriti kab tebo jambi?
Jambi hadir.
Saya kuliah jurusan pend. Sejarah, semoga ilmu ini berguna
Mau cari sejarah sriwijaya coba ke berbak tanjab timur.tempat aku.
SRIWIJAYA ....
* Tahun 454 M, Kerajaan Kantoli mengirimkan utusan kepada Kaisar Tiongkok Xiao Wudi. Menurut Prof. Slamet Muljana, Kerajaan Kantoli ini ada di wilayah Palembang. Menurut Mingshu, Kantoli ini adalah nama awal Kerajaan Sanfotsi (nama China untuk Kedatuan Sriwijaya)
* Tahun 645 M, Kerajaan Melayu (Jambi) mengirimkan utusan pertama sekaligus untuk yang terakhir kali ke Tiongkok
* Tahun 670 M, Kedatuan Sriwijaya telah mengirimkan utusan Sriwijaya ke Tiongkok
* Tahun 671 M, I-Tsing mengunjungi Kedatuan Sriwijaya di wilayah Sungai Fo-shih dalam perjalanannya dari Kanton (Tiongkok) ke Nalanda (India). Setelah cukup lama tinggal di Sriwijaya I-Tsing melanjutkan perjalanan ke Nalanda serta melalui dan singgah dahulu secara berurutan di Kerajaan Melayu (Jambi) kemudian Kerajaan Kedah (Semenanjung Malaya) sebelum terus ke India.
* Tahun 683 M, Dapunta Hyang Sri Jayanasa melakukan expedisi militer "Perjalanan Jaya" ke Minanga dan merayakan kemenangan serta diperingati dengan membuat wanua dan mendirikan Prasasti Kedukan Bukit di Palembang.
* Tahun 685 M, I-Tsing kembali ke Sriwijaya dari Nalanda (India), dan dalam perjalanannya mampir dahulu secara berurutan ke Kedah (Semenanjung Malaya), kemudian ke Kerajaan Melayu (Jambi) sebelum sampai di Kedatuan Sriwijaya di wilayah Sungai Fo-shih. Saat itu I-Tsing mengatakan Kerajaan Melayu sudah menjadi bagian dari Kedatuan Sriwijaya.
* Tahun 686 M, Dapunta Hyang Sri Jayanasa mendirikan prasasti kutukan Telaga Batu di Palembang, yang isinya ditujukan terhadap para petinggi dan pejabat Kedatuan Sriwijaya. Latar belakang prasasti ini adalah pendurhakaan paling keras oleh datu Kandra Kayet kepada Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kandra Kayet telah membunuh Panglima Tandrun Luah sebelum ditundukkan oleh Dapunta Hyang Srijayanasa.
* Tahun 686 M, Sriwijaya mendirikan prasasti kutukan Kota Kapur di Jambi (3 tahun setelah expedisi Minanga) saat pasukan Sriwijaya berangkat menaklukan Jawa, di tanah seberang. Panglima Dapunta Sailendra kemudian menetap di Jawa sebagai wakil Raja Dapunta Hyang Srijayanasa dan sebagai bagian perpanjangan tangan kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanasa di Jawa. Kemudian Dinasti Sailendra jadi penguasa Budha di tanah Jawa yang beragama Hindu.
Dengan demikian :
* Tahun 670 M, Kedatuan Sriwijaya telah mengirimkan utusan Sriwijaya dari wilayah Palembang ke Tiongkok, Sehingga paling tidak pada tahun 670 M Kedatuan Sriwijaya telah ada di wilayah Palembang. Bahkan telah ada sebelum cerita penaklukan Minanga sebagaimana pada prasasti Kedukan Bukit (Tahun 683 M).
* I-Tsing mengunjungi Kedatuan Sriwijaya di Palembang sebelum tahun prasasti Kedukan Bukit. Dan Kedatuan Sriwijaya telah mengirimkan utusan ke Tiongkok sebelum ada prasasti Kedukan Bukit. Artinya Kedatuan Sriwijaya telah ada di Palembang sebelum peristiwa "Perjalanan Jaya" penaklukan Minanga.
* Prasasti Kedukan Bukit di Palembang bukan prasasti mengenai pendirian Kedatuan Sriwijaya melainkan prasasti memperingati kemenangan atas penaklukan Minanga.
* Kedatuan Sriwijaya tidak berasal dari Minanga, karena Minanga adalah wilayah yang ditaklukan. Dalam tulisan “Perjalanan Jaya” pada prasasti Kedukan Bukit tidak ada mengandung cerita mengenai keikutsertaan para keluarga raja, para bangsawan kerajaan, pamong praja, perangkat pemerintahan kerajaan, dsb dalam perjalanan expedisi tersebut. Melainkan hanya menyebut jumlah tentara yang sangat besar untuk ukuran saat itu, - HANYA PASUKAN -, yang menunjukkan bahwa itu expedisi militer dari sebuah kerajaan yang besar.
* Menurut Prasasti Kedukan Bukit, pasukan expedisi militer Sriwijaya menempuh perjalanan darat dengan diiringi oleh pasukan yang melalui perairan (sungai). Pasukan ini menempuh perjalanan mengikuti jalur sepanjang sungai. Antara Palembang dan wilayah Minanga (Komering) terhubung oleh Sungai Musi dan Sungai Komering. Sedangkan antara Palembang dan Kampar tidak dihubungkan oleh jalur sungai besar. Demikian pula antara Palembang dan Jambi tidak dihubungkan oleh jalur sungai besar. Sehingga Minanga itu bukan Kampar maupun Jambi. Dan Minanga itu bukan tempat asal Kedatuan Sriwijaya, melainkan taklukan (Prasasti Baturaja).
* Dalam perjalanan dari Sriwijaya ke India, I-Tsing secara berurutan melalui kerajaan Melayu (Jambi) lalu Kedah (Semenanjung Malaya). Demikian pula urutan perjalanan sebaliknya dari India ke Sriwijaya, yaitu India, lalu Kedah, lalu Melayu, lalu Sriwijaya. Artinya Sriwijaya terletak di sebelah selatan daripada Jambi atau di sekitar Palembang.
* Prasasti kutukan Telaga Batu di Palembang merupakan prasasti peringatan persumpahan yang diletakkan di ibu kota Sriwijaya. Dari sekian banyak prasasti persumpahan Kedatuan Sriwijaya, hanya prasasti Telaga Batu di Palembang ini yang mencantumkan paling lengkap jabatan dalam pemerintahan Kedatuan Sriwijaya, dari jabatan posisi penting dalam lingkungan istana raja hingga posisi pekerja rendah. Semua posisi jabatan itu secara lengkap hanya mungkin berada di ibu kota pemerintahan. Persumpahan ini ditujukan pada para pemangku jabatan tersebut yang berada di ibu kota Kedatuan Sriwijaya.
* Sriwijaya telah ada sebelum kekuasaan Sailendra muncul di Jawa. Dan Sriwijaya tetap ada setelah Dinasti Sailendra runtuh.
Sebagai tambahan :
* Menurut I-Tsing letak Sriwijaya di daerah yang jika siang tidak ada bayang-bayang maksudnya adalah bahwa Sriwijaya berada di daerah tropis, tidak seperti negara I-Tsing (Tiongkok) yang berada lebih ke utara dari Khatulisiwa. Itu cara I-Tsing untuk menjelaskan mengenai daerah Khatulistiwa. Wilayah Palembang juga terletak sangat dekat Khatulistiwa yaitu antara 2º 52' - 3º 5' LS, artinya bayangan benda di tengah hari nyaris bertimpah dengan objek bendanya.
* Menurut I-Tsing jika angin baik, perjalanan dari Kanton, Tiongkok, ke kedatuan Sriwijaya memakan waktu 20 hingga 30 hari. Sedangkan dari Kanton ke kerajaan Melayu (Jambi) memakan waktu 15 hari. Dan kalo dari Kanton ke Kampar waktunya lebih singkat lagi, kurang dari 15 hari. Artinya bahwa lokasi Kedatuan Sriwijaya itu letaknya lebih ke selatan dari pada Kampar dan Jambi. Artinya bahwa di tahun 671 M (atau sebelum dibuatnya prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M) letak Sriwijaya sudah berada di sekitar wilayah Sumatera Selatan (Palembang). Hal ini juga menunjukkan bahwa sebelum dibuatnya prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M Sriwijaya bukanlah berada di Jambi dan juga bukan di Kampar tetapi sudah ada di Palembang. Dengan kata lain, Kedatuan Sriwijaya bukanlah kerajaan pindahan dari jauh.
* Penemuan arca besar Budha Mahayana dengan gaya Amarawati peninggalan abad ke-5 (menurut Krom dan Gosch) di Bukit Seguntang, Palembang menunjukkan bahwa pada abad ke-5 Masehi sudah ada kerajaan besar beragama Budha di wilayah Palembang, lebih tua daripada tahun pembuatan prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa prasasti Kedukan Bukit bukanlah prasasti pendirian Kedatuan Sriwijaya.
* Peninggalan Sriwijaya di wilayah Sumatera Bagian Selatan adalah Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Baturaja yang berkaitan dengan Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Kambang Unglen, Fragmen Prasasti Boom Baru, Situs Bukit Seguntang, Situs Karanganyar, Situs Bumi Ayu, Situs Candi Angsoka, Candi Kebayan / Candi Jepara, Situs Kapal Sriwijaya di Mariana (Banyuasin), Situs Kambang Unglen, Situs Padang Kapas, Situs Suak Bujang, Situs Pulau Campaka, Arca Emas Budha Sungai Musi, Arca Budha Amarawati Bukit Seguntang (abad ke-5), Arca Ganesha masa Sriwijaya di Jl. Mayor Ruslan (Palembang), Arca Budha Solok Sipin, Arca perunggu Budha Maitreya di daerah Minanga (Komering) tahun 1974, keris jenis Jalak Budho masa Sriwijaya sepanjang 45 cm di Sungai Musi sekitar Pulau Kemaro, keris jenis Pudhak Sategal masa Sriwijaya sepanjang 40 cm di Sungai Musi.
* Prasasti-prasasti Dinasti Sailendra di Jawa (Prasasti Kebun Kopi, Prasasti Sojomerto, Prasasti Manjusigraha, Prasasti Gandasuli, Prasasti Kelurak) tidak menggunakan bahasa Jawa kuno, melainkan menggunakan bahasa Melayu kuno yang merupakan bahasa Kedatuan Sriwijaya.
* Agama Dinasti Sailendra adalah agama Budha sebagaimana agama Kedatuan Sriwijaya. Bukan agama Hindu sebagaimana agama-agama di Jawa pada masa itu.
Dengan dukungan Sriwijaya yang besar dan kaya maka Dinasti Sailendra dapat membangun candi agung agama Budha, Borobudur, di wilayah hindu di Jawa. Para penguasa Hindu lokal dan penganut Hindu di Jawa tidak kuasa mencegah pembangunan candi besar agama Budha ini di tanah mereka karena di belakang Dinasti Sailendra ada kerajaan besar Sriwijaya yang melindunginya.
Seorang bangsawan dinasti Sailendra yang kalah di Jawa dan lari menyingkir ke Palembang (Balaputra Dewa), bisa menjadi raja agung di Kedatuan Besar Sriwijaya hanya bisa dan hanya mungkin bila beliau memiliki garis darah keturunan Sriwijaya.
Kekalahan Balaputra Dewa di Jawa mengakhiri masa Dinasti Sailendra di Jawa, sedangkan Sriwijaya tetap exist sebagai Kedatuan besar di Sumatera.
Sriwijaya telah ada sebelum kekuasaan Sailendra muncul di Jawa. Dan Sriwijaya tetap ada setelah Dinasti Sailendra runtuh
Dengan demikian :
DINASTI SAILENDRA DI JAWA ADALAH BERASAL DARI SRIWIJAYA, BAGIAN DARI KELUARGA SRIWIJAYA, DAN TURUNAN DARI KEDATUAN SRIWIJAYA
Muara jambi adalah kerajaan, jika dilihat kerajaan kerajaan yg sezaman dengan itu yang berbentuk wiayah peribadatan, sekolah, peemerintahan, dan pengobatan, maupun pwndidikan, contoh, angkor wat, ayuthaya, champa, dinasti cola, dinasti gufta , semuanya kerajaan yg berbau beribadatan.
mantap jambi salam dari palembang
Mantab
jejak peradaban kerajaan sriwijaya terputus di karenakan adanya perang, faktor pasang surut air sungai sehingga federasi kerajaan menjadi terputus, muncul asumsi baru dari diskusi ini bahwa kerajaan ada 3 pusat, yaitu pusat pendidikan di muara jambi, perekonomian di barus, pusat pemerintah di palembang yang kemudian pindah ke jambi akibat pasang surut, ini berdsarkan catatan kronologi itsing, beirta cattatan dari kerajaan china, berita kerajaan persia, temuan keramik berdasarkan era dinasti, serta prasasti
Masuk akal. Karena Sumatra tidak mnganut sistem tunggal Raja. Sriwijaya itu berbentuk kedatuan, ibarat nya sistem federasi zaman now. Mirip seperti Malaysia. Sriwijaya itu kerajaan Melayu raksasa. Dari Madagaskar, sampai hampir meliputi seluruh ASEAN. Makanya Sumatra anti feodal, anti primordial ala jawa.dan Sangat membenci jawa sampai kiamat.
Tanda tanya yang muncul : apakah Sriwijaya kerajaan Melayu ?.
Apakah Sriwijaya sama dengan Melayu?.
Sejarah kerajaan Sriwijaya gelap. Yang jelas alur sejarahnya adalah kerajaan Melayu, mulai zaman kuno sampai zaman modren.
Zaman kuno : Kerajaan Melayu di Jambi.
Zaman pertengahan : Kerajaan Melayu pura di hulu Batang hari dan kerajaan Malaka di semananjung Malaya.
Zaman modren: Persekutuan Tanah Melayu kemudian jadi Malaysia.
Menurut saya sungai Batang hari lebih memungkinkan munculnya kerajaan besar, karena:
1. Muaranya dekat ke selat Malaka.
2. Sungai Batanghari mengandung deposit emas.
3. Sungai cukup panjang sebagai lalu lintas perdagangan.
4. Di hulu Sungai Batanghari daerah yang subur ( daerah Solok gunung Talang) yg dapat menghasilkan beras.
Wkkwkwkw lawak Kerajaan melayu it cuma kerajaan kecil , jdi bawahan sriwijaya dan klo di liat dri peta sungai jambi jauhhh dri laut, sdkngkan sungai di palembang deket dgn Laut. Gk logis klo pusat sriwijaya di jambi wkkkwkw masa mengacu ke Candi muaro jambi kwkwkwkw
Sungai batang hari sungainya kecil dan jauh dri Laut, gk masuk akal sriwijaya disono dimana sriwijaya it kerajaan maritim yg dimasuki kapal2 besar.
Kasian termakan sejarah palsu😢😂@@rockmoongaming6280
Negara besar sdh biasa pindah2 pusat kerajaan...mau di palembanh , terus ke jambi , terus ke muara takus ..ya memang knp..?...sriwijya usia kerajaan 600 tahun wajar pindah2...tiongkok aja entah sdh berapa x pindah kerajaan dlm rwntang ribuan tahun..AS yg sdh berusia 400 tahun aja entah sdh brp x pindah ibu kota...Indonesia awal merdeka brp x pindah ibukota...tak usah diribitkan lah...😊
Ketika kaum fundamentalis Agama koar-koar bangun Negara Islam...
Indonesia tetap kokoh sebagai bukan Negara Agama & bukan Negara Sekuler...
Kalaupun Indonesia Negara Agama, Indonesia enggak akan jadi Negara Islam... Melainkan "Negara Buddha" selayaknya SRIWIJAYA & MAJAPAHIT...
Negara yang berBUDI & berBUDAya...
Lambang Negaranya aja Garuda (sosok mitologi dalam Agama Buddha & Hindu)... Pun Philosophische gronslag-nya PANCASILA, sama-kata dengan "Pancasila Buddha" (sejenis rukun Iman orang Buddha)....
Sudah seharusnya Utopia NKRI adalah SRIWIJAYA & MAJAPAHIT yang merupakan "Negara Buddha", yang menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara....
Sudah saatnya jiwa SRIWIJAYA & MAJAPAHIT bangkit....
Felix siauw paling tahu sejarah nusantara dan kawan"nya.. Sejarah Turki aja dia tahu karena sering ke sana. Tp takut pulak ngomong tentang Hizbut Tahrir di Turki pas dia kunjungi Turki.
Closing yg bagus bang bonnie
👍
Candi muaro jambi itu sendiri terlepas dari kerajaan sriwijaya dan bukan bagian dari sriwijaya
Benar. Semua itu hanya dugaan. Belum ada bukti valid mengenai kaitan candi muaro Jambi dan Sriwijaya.
Bukti peninggalan sejarah candi muaro jambi yg luas yg ditemukan di sepanjang sungai batanghari membuktikan bahwa kerajaan sriwijaya ada di Jambi
Sampai sekarang tidak jelas di mana letak posisi kerajaan Sriwijaya di Palembang,cuma modal prasasti aja
Klo di jambi kan Sdh di jelaskan candi muaro jambi itu cuma Universitas wkwkkwk bkn pusat di sriwijaya
Pengetahuan anda saja yang pendek dan sempit
Yg selalu fi abaikan pakar adalah siapa itu depunta hyang sri jayanasa datuk maharajo dubalai dan datuk sribijayo panglima perangnya sbagi pendirinya..ada nuansa ego sentis kedaerahsn yg menghambat pengungkapan asal usul asli mereka..jika jejak2 itu sdah pasti bertebaran dikisaran asia tenggara asia selatan sapai cina...
Masih rahasia
Yg jelas bukan dari kampar 😀
@@saptaputra598 bukan di kampar, dasarnya apa ?,
@@mharis3527 dari kampar dasar nya apa
Bukan minang kabau..