Відео

ngomong opo iki mas

kalo barack afrika obama ada ga bang

apa si hahahah

Maksudnya apa nih bang ga ngerti huhu

gagasan non-blok nya jadi usaha emansipatif di tingkat dunia bagi negara2 pasca kolonial...jadi penyeimbang buat blok barat yg kapitalisasi imperialis & blok timur imperialis sosial (berdasarkan pernyataan mao zedong)

BUNG KARNO presiden yang politik luar negeri nya paling determinan..

nice info, thanks

ada yg bilang di blitar juga

Betul begitu juga yg mencintai kolonialisme kebanyakn dari mereka juga dari antek antek imprialis. Kapitalis

disini secara umum sayang nya masih banyak yang belum bisa membedakan antara filsafat marx dalam konteks alat analisis sosial dengan konteks ideologis (Marxis-Leninis) kediktatoran partai komunis sebagai instrumen revolusi, padahal kegagalan blok timur yg korup dan tirani itu dalam konteks ideologis bukan analisis, dalam ilmu sosial filsafat kritis marxis masih terus relevan kala masyarakat masih hidup di bawah sistem kapitalis

banyak varian ideologi baru yg lahir selain (marxis leninis) yg sudah banyak gagal dulu, dan bahkan kontra dengan ideologi lama...comtohnya teologi pembebasan, sosialisme abad 21, sosialis demokratik, ekologisme dll yang kebanyakan menempuh jalur politik demokratis legal dan menolak keras cara kekerasan dan barbaris seperti PKI

Terus yg benci pki belajarnya sama kapitalis juga ya.

benar..

nanti di jelaskan di bagian 2, Ini masih bagian 1

Digagalkn oleh pro kapitalis imprialis.

@@AnArdilla pernah dengar kalo Indonesia jadi sosialis, seluruh asia dan non blok bisa jadi sosialis juga tentunya bikin mamahrika dan kapitalis barat ketar-ketir

kok tiba tiba haha

kenapa tu ka

ga ada

tradisionalis dan elitis, ideologi lain hanya retorika

menurutku santai ah baca nya, emg kaya dikejar ya 😂

iya kah

Democritus sudah lebih dlu ketimbang Aquinas membuktikan bahwa pengamatan Inderawi itu terbatas, Dia menginisiasi hipotesis perihal Atom partikel terkecil yg tak kasat mata. Dia hidup di era sebelum masehi jauh sebelum aquinas apalagi fisika modern (termasuk fisika quantum)

lantas?

@@aloysiusiryanto3181 ini analogi yang pernah dikutip zakir naik, dan beberapa pemuka agama lain juga. empirisisme david hume dalam video ini pun mendapat banyak kritikan dari kaum rasionalis dan teori kritis kontemporer. nanti kami bahas perlahan dari filsafat klasik hingga yg kontemporer di abad 21. stay tuned!

bang wahyu ada kok dirumah nya 😮

@Deboraah_cc Betul, kemarin aku ketemu. Dia menyukaiku.

yayayaaa, kisah Musa membelah laut, kisah Tabir Bait Allah terbelah dua tepat saat Yesus wafat, kisah kebangkitan Yesus yang sampai sekarang pun tidak bisa dianulir pihak manapun pun tetap akan anda bilang hasil pemikiran manusia, walaupun secara sejarah hal-hal ini terjadi dan benar terjadi bahkan menurut pihak yang bertentangan sekalipun

@@narsesseke598 Kalau anda tahu bahwa sebenarnya agama itu hanya kebohongan belaka, yg menyebarkan adalah pendusta dan yg percaya adalah orang bodoh. Fanatik adalah sikap paling bodoh. Sains itu terbukti dan bermanfaat bagi kehidupan bkn kebohongan

@@narsesseke598 Kenyataannya peninggalan Firaun lebih berharga dari pada tongkat nabi Musa

Pernyataan tersebut keliru karena tidak didukung oleh fakta sejarah. Pertama, Dark Ages sebenarnya merujuk pada periode sebelumnya, yaitu abad ke-5 hingga ke-10, jauh sebelum pengaruh St. Thomas Aquinas pada abad ke-13. Kedua, teologi Thomistik justru memperkuat fondasi intelektual Gereja dengan menyelaraskan iman dan akal, menghasilkan puncak kemajuan intelektual di universitas-universitas Eropa. Ketiga, moral dan spiritualitas Gereja tidak sepenuhnya merosot pada periode tersebut; berbagai reformasi internal sudah terjadi sebelum Martin Luther, seperti gerakan devotio moderna dan Konsili Lateran. Maka, menyalahkan Aquinas atas tuduhan kemerosotan moral dan menghubungkannya langsung dengan Reformasi adalah simplifikasi sejarah yang tidak akurat.

@kevinca4933 Kau kira sy tidak tahu sejarah?? Coba kau jelaskan apa itu "skolastik" yg merusak ajaran gereja? Siapa yg bikin ? Albertus Magnus? Atau yg berhasil bikin sintesanya, yaitu Thomas Aquinas?? Makanya kalian Katolik terpapar dgn logikanya Aristoteles...itu hasil dari Thomas Aquinas yg kau banggakan itu, botol!

​@@guxt4767 prosotan 🤣🤣🤣🤣

@dimasflores5413 akhirnya, kalo udah sadar, malu, kan?🤪

Bukan karna itu..Setelah Kekaisaran Romawi Barat tumbang pada tahun 476 M, Eropa kayak masuk mode reset total. Sistem pemerintahan, ekonomi, dan budaya yang sebelumnya solid banget tiba-tiba hancur. Suasananya chaos, kayak gimana kalau suatu hari lu bangun dan semua infrastruktur yang lu andelin buat hidup sehari-hari hilang. Orang-orang waktu itu jadi fokus buat bertahan hidup aja, bukan mikirin inovasi atau perkembangan. Habis itu, invasi dari suku-suku barbar kayak Visigoth, Vandal, dan Ostrogoth makin bikin Eropa kacau. Nggak cuma itu, bangsa Viking juga sering bikin rusuh di utara, sementara bangsa Hun dan Muslim datang dari timur dan selatan. Ibaratnya, Eropa kayak lagi jadi “server” yang kena serangan dari semua sisi, nggak ada waktu buat leha - leha. Kota-kota besar yang dulunya jadi pusat peradaban malah kosong karena orang-orang lebih pilih tinggal di desa buat bertani dan aman dari serangan. Masalah nggak berhenti sampai disitu aja. Ekonomi drop parah karena sistem perdagangan Romawi yang udah terintegrasi banget tiba-tiba mandek. Bayangin jalan-jalan utama kayak tol atau pelabuhan besar sekarang nggak aman, jadi barang-barang nggak bisa nyampe ke tempat tujuan. Orang-orang akhirnya hidup dengan sistem barter dan bertahan dengan apa yang mereka tanam sendiri. Di sisi lain, pendidikan dan ilmu pengetahuan juga kayak kena tombol pause. Cuma segelintir orang, biasanya para rohaniwan di biara, yang masih belajar atau nyimpen buku-buku penting. Jadi, informasi dan pengetahuan yang sebelumnya berkembang di zaman Romawi mulai hilang perlahan. Kalau lu pikir zaman sekarang info gampang didapat lewat Google, bayangin kalau dulu harus ke biara buat baca buku Situasi makin rumit karena Gereja Katolik waktu itu punya pengaruh super besar dalam kehidupan masyarakat. Segala hal yang nggak sesuai sama doktrin gereja langsung dianggap haram, jadi inovasi atau pemikiran out-of-the-box susah banget buat berkembang. Plus, pandemi kayak wabah Justinian juga sempat jadi wabah mendunia kaya covid waktu itu, bikin populasi drop drastis dan situasi makin mencekam. Akhirnya, muncul sistem feodalisme buat ngasih rasa aman di tengah ketidakpastian. Tapi ini juga bukan solusi ideal, karena bikin kekuasaan terpecah-pecah antara tuan tanah lokal. Orang biasa, alias petani, cuma bisa hidup seadanya sambil ngandelin perlindungan dari para bangsawan. Intinya, hidup di Zaman Kegelapan tuh kayak stuck di peradaban yang stagnan-serba susah, serba terbatas, dan masa depan nggak jelas banget.

@@ChristAssist2nd bener juga haha

sarjana dlu kaga pernah joki tugas soalnya bang 😂

​@@FeliciaMH 😂

Eh, tapi justru itu poinnya! Aquinas tuh ngebuktiin kalau logika bisa banget dipakai buat ngejelasin hal-hal yang keliatannya di luar nalar. Emang sih, zaman udah berubah, tapi argumen dia soal Sebab Pertama atau Tujuan Akhir tuh masih relatable kok

Seharusnya akal bisa membuktikan keberadaan Tuhan Sejati, sebab kalo gak bisa dideteksi keberadaannya maka itu artinya Tuhan sejati gak ada .... cuma paket jualan agama para pengaku nabi.... Atau cuma halusinasi audiovisual produk dari mental dan pikiran seseorang doang.

Sebutkan ketidak relevanannya

​@@harisvictory2712 kalo Tuhan bisa digapai sama akal manusia yang terbatas, terus apa dong fungsi hikmat keselamatan dan pengenalan Yesus Kristus klo dalan keyakinan Kristen?

lah terus😂😂😂😂.

@@muhammadfadhil2786 bagian awal memang ditujukan untuk membuka pembahasan mengenai kebangkitan filsafat islam, di bagian kedua untuk membahasa al-kindi sebagai filsuf pertama. nanti di video² berikutnya akan dibahas satu persatu filsuf2 timur/islam lainnya secara satu persatu hingga akhir masa keemasan.

@@drumminded7353 tonton sampai habis

@AltwayId sudah..belum nemu jawabannya 😀😀 hanya konsep buah pemikiran seseorang. Tapi baguslah sampai sekarang menjadi perdebatan, biar tetap mencari kebenaran

​@@drumminded7353ya dimana2 setiap bangunan filsafat punya jawaban sendiri dong 😂 aneh pertanyaan mu seakan kaya ada jawaban final, ya kalo kata konten ini ya dosa dan kejahatan berasal dari kehendak bebas yg ngarahin manusia atau setiap individu menjauh dari "terang" ilahi. terlepas benar secara mutlak atau tidak ya itu entar di bantah filsuf lain 😂

​@@annelarasati 😂

karyanya muqadimah

Kenapa bang di video kan ga bahas ciptaan 😮

@@BelloRecife Perbedaan Platonis dan Neo-Platonis dapat dipahami melalui dua aspek utama: fokus pemikiran dan perkembangan konsep. Platonisme adalah filsafat asli yang dirumuskan oleh Plato, yang menekankan realitas dunia ide (dunia yang sempurna dan abadi) dibandingkan dunia materi yang dianggap tidak sempurna dan sementara. Dalam Platonisme, dunia ide adalah sumber kebenaran tertinggi, sementara dunia fisik hanyalah bayangan atau tiruan dari dunia tersebut. Pemikiran Plato banyak dipengaruhi oleh eksplorasi logika, etika, dan epistemologi, terutama dalam dialog-dialognya seperti "Republik" dan "Phaedrus". Neo-Platonisme, yang muncul pada abad ke-3 Masehi melalui tokoh seperti Plotinus, merupakan pengembangan dari Platonisme yang lebih religius dan spiritual. Neo-Platonisme mencoba menyelaraskan pemikiran Plato dengan kepercayaan mistis, khususnya tentang "Yang Satu" (The One) sebagai sumber tertinggi dari segala sesuatu. Dalam filsafat ini, realitas dianggap berlapis-lapis, mulai dari Yang Satu, pikiran (nous), jiwa (psyche), hingga dunia materi. Neo-Platonisme lebih menekankan pada perjalanan rohani manusia untuk kembali kepada Yang Satu melalui kontemplasi dan penyucian jiwa. Dalam sejarah Filsafat, Platonisme dan Neo-Platonisme ibarat dua babak dalam cerita besar tentang pencarian kebenaran. Plato, filsuf besar Yunani, memperkenalkan gagasan bahwa dunia yang kita lihat hanyalah bayangan dari dunia ide yang sempurna. Bagi Plato, ada dimensi yang lebih tinggi, di mana kebenaran sejati berada-seperti seni rupa yang selalu berusaha meniru keindahan absolut. Namun, berabad-abad kemudian, muncul Plotinus yang memperdalam cerita ini dengan menambahkan elemen spiritual. Ia menciptakan Neo-Platonisme, sebuah filsafat yang menggabungkan logika Plato dengan rasa mistis akan "Yang Satu," sumber segala realitas. Dalam pandangan Neo-Platonis, hidup adalah perjalanan pulang, sebuah usaha manusia untuk kembali menyatu dengan Yang Satu melalui penyucian jiwa dan kontemplasi mendalam. Dengan demikian, jika Platonisme adalah peta intelektual, Neo-Platonisme adalah peta rohani.

Kami orang jawa juga ingin presiden dari luar jawa biar adil,,bosen lur jawa melulu 😂

@@Suhendang-kd5qp tidak juga, ada bantahan lain yang sempat sedikit disinggung dalam video kami dan bisa rujukan pula. akan dibahas di kesempatan lain. terima kasih telah berkomentar

@@Suhendang-kd5qp kalau ulang tahun nabi atas rujukan siapa?

@@meredithmonks7451 Adaptasi kalender Yahudi ke kalender Romawi terjadi secara bertahap dan merupakan bagian dari proses integrasi antara berbagai budaya di wilayah Kekaisaran Romawi. Kalender Yahudi dan kalender Romawi memiliki perbedaan mendasar, sehingga penyesuaian dilakukan untuk memastikan sinkronisasi dalam kehidupan sehari-hari, terutama setelah interaksi antara komunitas Yahudi dan Romawi Meningkat. Kalender Yahudi Berdasarkan siklus bulan dan disesuaikan dengan matahari. Bulan terdiri dari 29 atau 30 hari. Tahun memiliki 12 bulan (atau 13 bulan pada tahun kabisat). Awal hari dimulai saat matahari terbenam. Kalender Romawi Berdasarkan siklus matahari. Bulan memiliki panjang tetap (28, 30, atau 31 hari). Tahun memiliki 12 bulan dengan panjang tetap. Hari dimulai pada tengah malam.

@@meredithmonks7451 Komunitas Yahudi yang hidup di bawah Kekaisaran Romawi mulai mengadopsi nama-nama bulan Romawi untuk keperluan administrasi dan hubungan resmi, tetapi tetap mempertahankan kalender Yahudi untuk keperluan agama. Karena hari raya Yahudi bergantung pada kalender lunisolar, adaptasi dilakukan dengan cara mengonversi tanggal Yahudi ke kalender Romawi. Sebagai contoh, perayaan Pesach (Paskah Yahudi) selalu jatuh pada musim semi, dan tanggalnya harus dihitung ulang setiap tahun dalam kalender Romawi. Yahudi yang hidup di bawah Kekaisaran Romawi mulai mengadopsi nama-nama bulan Romawi untuk keperluan administrasi dan hubungan resmi, tetapi tetap mempertahankan kalender Yahudi untuk keperluan agama. Karena hari raya Yahudi bergantung pada kalender lunisolar, adaptasi dilakukan dengan cara mengonversi tanggal Yahudi ke kalender Romawi. Sebagai contoh, perayaan Pesach (Paskah Yahudi) selalu jatuh pada musim semi, dan tanggalnya harus dihitung ulang setiap tahun dalam kalender Romawi.

@@meredithmonks7451 Setelah kehancuran Bait Suci Kedua (70 M) dan diaspora Yahudi semakin meluas, banyak komunitas Yahudi di bawah pemerintahan Romawi menggunakan kalender Romawi untuk urusan resmi, sementara kalender Yahudi digunakan secara religius dan budaya. Pada abad ke-4 M, Rabbi Hillel II menyusun aturan kalkulasi kalender Yahudi secara matematis. Hal ini membantu komunitas Yahudi yang tersebar untuk tetap menjaga tradisi kalender mereka sambil beradaptasi dengan kalender Romawi yang menjadi dominan. Sebuah tanggal Yahudi, misalnya 15 Nisan (Pesach), dikonversi ke kalender Romawi untuk menentukan tanggal pastinya dalam kalender Julian (dan kemudian Gregorian). Komunitas Yahudi juga membuat "tabel konversi" untuk membantu mereka memahami hubungan antara kedua kalender. Meskipun kalender Romawi/Gregorian menjadi standar internasional, kalender Yahudi tetap digunakan dalam komunitas Yahudi untuk perayaan keagamaan dan tradisi budaya. Hari Paskah Kristen (Easter), yang ditentukan berdasarkan kalender Yahudi Pesach, menunjukkan jejak adaptasi antara kalender Yahudi dan sistem Romawi/Gregorian. Adaptasi ini memungkinkan komunitas Yahudi mempertahankan identitas mereka dalam lingkungan budaya yang berbeda tanpa kehilangan tradisi mereka. Paskah Yahudi dan Kristen tidak selalu jatuh pada tanggal yang sama karena perbedaan kalender dan metode perhitungan. Namun, keduanya memiliki kaitan sejarah dan teologis yang erat, mencerminkan asal-usul Kristen dalam tradisi Yahudi. Penetapan Natal 25 Desember di era Konstantin itu berdasarkan Kalender Julian yg sudah berlaku sejak 46 SM (365 hari tanpa kabisat). Sedangkan Kalender gregorian hanya menambahkan penanggalan kabisat dengan perhitungan kumulatif 11 menit pertahunnya (tolenrasi perhitungan kalender tetap ada). lalu, Natal atau kelahiran Yesus tidak ada dalam Kalender Perayaan Yahudi. Hanya saja peristiwa yg terekam dalam Alkitab (Sensus Herodes, Periode Perjalanan Majusi, dll) bisa menjadi rujukan sejarah dalam mengukur kapan kelahiran dari Yesus. netivyah.org/the-hillel-ii-calendar-and-double-torah-portions/ Apa yang disampaikan dalam Video hanya merangkum dari sekian banyak hasil analisis sejarah mengenai tradisi Kristen dari banyak sejarawan, antropolog bahkan filsuf. Kami tidak berbicara dalam konteks teologis mengenai keabsahan dan kebenaran Alkitab akan tetapi lebih kepada Konteks filosofis, historis mengenai akulturasi agama sebagai institusi sosial yg berinteraksi dengan setiap perkembangan zaman. Terimakasih telah berkomentar.

gimana juga gak akan bisa di sinkronkan kalendar yg Roman yg base matahari dengan Kalender Ibrani yg base on Lunar!.. DUL!!!, 25 Desember emg lebih ke penyesuaian dengan perayaan Dewa Mithranya ROmawi!!!

​@@rinoyuliafano3073Wkwkwk kristen Sudah merayakan natal THN 126. Mithra kapan? Perayaan dewa matahari di adakan taun 279 Ad . Yang ikut2 an siapa ?

@@Deboraah_cc denominasi mana???

@meredithmonks7451 adventis, setahu saya mereka tetap tidak beda dalam mengakui kelahiran Yesus. hanya saja tidak merayakan Natal seperti Kristen arus utama

apa iya?

@@FeliciaMH Samakah perayaan pesach Yahudi / Kristen Ortodhox dengan Kristen Romawi/barat?... gimana juga gak akan bisa di sinkronkan kalendar yg Roman yg base matahari dengan Kalender Ibrani yg base on Lunar!

@@rinoyuliafano3073 Kristen ortodoks juga pakai kalender romawi (Kalender Julian Lama)