"Kopi Potorono" Kopi Konservasi di Bukit Potorono

Sejak terpilihnya bapak Dahlan selaku Kepala Desa Sambak pada tahun 2007 beliau melihat potensi desa dimana banyak lahan kering yang belum dimanfaatkan secara optimal. Maka muncullah ide untuk bagaimana jika lahan kering tersebut dikembangkan menjadi perkebunan kopi yang sejalan dengan Visi beliau menjabat yang meneruskan Visi Kepala Desa sebelumnya yaitu " Sambak Menuju Agro Wana Wisata". Dan ditekankanlah pada visi tersebut yaitu dengan membangun Agronya terlebih dahulu dengan Budidaya Kopi Robusta baik dilahan Hutan Rakyat ataupun Hutan Negara. Sejak tahun 2009 warga diberikan pelatihan Budidaya baik dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang ataupun bekerjasama dengan lembaga desa hutan (LMDH) dimana pada saat itu tengah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
Tidaklah mudah mengajak warga untuk bersama-sama melaksanakan budidaya kopi tersebut, dengan sistem sambung dan tanam yang sesuai standar perkebunan belum banyak warga yang berminat untuk membudidayakannya. Dengan semangat dan keteladanan Bapak Kepala Desa untuk membina dan mendampingi petani kopi sampai proses penjualan dan pemasaran kopi maka baru di tahun 2016 pada periode kedua menjabat kepala desa, kopi masif dibudidayakn di perkebunan pribadi dan di hutan Perhutani.
Dari kegiatan budaiaya dan penanaman kopi inilah menurut Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang merupakan salah satu kegiatan Adaptasi dan Mitigasi melalui kegiatan konservasi lahan yang mengedepankan ekologis dan kesejahteraan masyarakat. Maka di tahun 2017 Desa Sambak mendapatkan penghargaan Proklim Utama serta di tahun 2021 mendapatkan penghargaan Proklim Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Dan saat ini lahan perkebunan kopi baik di lahan pribadi ataupun hutan negara sudah nampak rapat dan kedepan kami akan membuat destinasi wisata agro dimana salahsatunya icon yaitu perkebunan kopi dan proses pengolahan kopi dari hulu sampai hilir.