09:05 mungkin karena niki mbah. Kulo tasih pemula. Fenomena ini terjadi karena resonansi akustik dan penyerapan suara. Ketika tweeter (speaker frekuensi tinggi) bekerja sendiri, suara yang dihasilkan menyebar lebih bebas di ruangan, dan karena hanya suara frekuensi tinggi, efeknya cenderung terdengar lebih pelan. Namun, ketika tweeter digabung dengan speaker middle (frekuensi menengah), terjadi interaksi akustik antara frekuensi tinggi dan menengah. Speaker middle membantu memperkuat keseluruhan suara, sehingga kombinasi ini menghasilkan efek suara yang lebih penuh dan keras. Juga, telinga kita lebih sensitif terhadap frekuensi menengah yang biasa dihasilkan oleh speaker middle. Jadi, saat kedua speaker dipadukan, persepsi kita terhadap suara menjadi lebih kuat dan jelas, menciptakan kesan volume yang lebih keras. Lebih jelas lihat didalam komen saya
1. Perbedaan Frekuensi dan Sensitivitas Pendengaran Manusia Telinga manusia lebih sensitif pada rentang frekuensi menengah (sekitar 2-5 kHz), frekuensi yang biasanya dihasilkan oleh speaker middle. Tweeter, di sisi lain, menghasilkan suara pada frekuensi tinggi (sekitar 5 kHz ke atas) yang lebih sulit ditangkap oleh telinga manusia. Ketika hanya tweeter yang berbunyi, suara tersebut mungkin terdengar lebih pelan karena telinga kita tidak sepeka terhadap frekuensi tinggi. Namun, saat speaker middle berbunyi bersama tweeter, frekuensi menengah ini membantu "menyokong" keseluruhan suara, sehingga seluruhnya terdengar lebih keras. 2. Resonansi dan Harmoni Frekuensi Ketika speaker middle dan tweeter bekerja bersama, suara yang dihasilkan menjadi lebih harmonis. Kombinasi frekuensi tinggi dan menengah menghasilkan resonansi yang meningkatkan efek volume keseluruhan. Resonansi adalah fenomena ketika gelombang suara saling memperkuat, terutama ketika frekuensi berada dalam kisaran harmonik tertentu. Ini memberi efek bahwa suara lebih "penuh" dan terdengar lebih keras dibandingkan suara dari tweeter saja. 3. Penguatan Akustik Dalam sistem speaker, penguatan akustik terjadi saat dua atau lebih speaker memproduksi rentang frekuensi berbeda yang saling melengkapi. Middle speaker mengisi frekuensi yang tidak dijangkau oleh tweeter, sehingga menambah "body" atau ketebalan suara yang membuat suara terdengar lebih kuat dan kaya. Tweeter sendiri cenderung menghasilkan suara tajam tanpa kedalaman frekuensi menengah, sehingga terasa kurang bertenaga jika terdengar tanpa middle. 4. Desain Speaker dan Distribusi Daya Banyak sistem audio dirancang agar pembagian daya antara tweeter dan middle tidak seimbang ketika kedua speaker digunakan. Dalam mode gabungan, middle speaker sering menerima daya yang lebih besar karena frekuensi menengah memerlukan energi lebih tinggi untuk menghasilkan suara yang terdengar seimbang. Ini memungkinkan suara middle menonjol bersama tweeter, memberi kesan volume lebih keras saat keduanya digabungkan dibandingkan tweeter sendirian yang mendapat daya lebih kecil. 5. Faktor Psikoakustik (Persepsi Otak terhadap Suara) Otak kita cenderung menganggap suara yang lebih "lengkap" (dengan frekuensi rendah, menengah, dan tinggi) sebagai suara yang lebih keras atau lebih menyenangkan. Saat tweeter bekerja sendiri, suara yang terdengar hanya frekuensi tinggi yang tipis. Ketika speaker middle ditambahkan, persepsi otak terhadap suara tersebut meningkat, karena suara terasa lebih "berisi" dan lebih nyaman didengar. Akibatnya, gabungan ini membuat kita merasa suaranya lebih keras. Contoh Ilustrasi Bayangkan suara tweeter seperti suara peluit yang tinggi dan nyaring, tapi kurang "isi". Jika ditambahkan suara drum bass (ibarat speaker middle), seluruh musik menjadi lebih "berat" dan "penuh". Gabungan ini menciptakan kesan bahwa suara lebih kuat daripada jika peluit (tweeter) sendiri yang berbunyi. Jadi, intinya adalah interaksi antara berbagai frekuensi, resonansi, dan sensitivitas pendengaran kita terhadap rentang frekuensi menengah yang membuat suara terasa lebih keras saat tweeter digabungkan dengan speaker middle.
10 JT perbox murah? 😂😂
Wajar lek, ada harga ada kwalitas
Tuku polytron ae murah meriah 😅😅😅
komen ngunu kui bysane blum tw hargae yg klas atas sperti d&b jbl dsb
@@nofitadwicahyani3485 jg bilang murah, kalau orang kaya yg beli ya murah, bukan saya tak tau harga Array? Kamu kan salah satu kru nya?? 😁😁
09:05 mungkin karena niki mbah. Kulo tasih pemula.
Fenomena ini terjadi karena resonansi akustik dan penyerapan suara. Ketika tweeter (speaker frekuensi tinggi) bekerja sendiri, suara yang dihasilkan menyebar lebih bebas di ruangan, dan karena hanya suara frekuensi tinggi, efeknya cenderung terdengar lebih pelan. Namun, ketika tweeter digabung dengan speaker middle (frekuensi menengah), terjadi interaksi akustik antara frekuensi tinggi dan menengah. Speaker middle membantu memperkuat keseluruhan suara, sehingga kombinasi ini menghasilkan efek suara yang lebih penuh dan keras.
Juga, telinga kita lebih sensitif terhadap frekuensi menengah yang biasa dihasilkan oleh speaker middle. Jadi, saat kedua speaker dipadukan, persepsi kita terhadap suara menjadi lebih kuat dan jelas, menciptakan kesan volume yang lebih keras.
Lebih jelas lihat didalam komen saya
1. Perbedaan Frekuensi dan Sensitivitas Pendengaran Manusia
Telinga manusia lebih sensitif pada rentang frekuensi menengah (sekitar 2-5 kHz), frekuensi yang biasanya dihasilkan oleh speaker middle. Tweeter, di sisi lain, menghasilkan suara pada frekuensi tinggi (sekitar 5 kHz ke atas) yang lebih sulit ditangkap oleh telinga manusia. Ketika hanya tweeter yang berbunyi, suara tersebut mungkin terdengar lebih pelan karena telinga kita tidak sepeka terhadap frekuensi tinggi. Namun, saat speaker middle berbunyi bersama tweeter, frekuensi menengah ini membantu "menyokong" keseluruhan suara, sehingga seluruhnya terdengar lebih keras.
2. Resonansi dan Harmoni Frekuensi
Ketika speaker middle dan tweeter bekerja bersama, suara yang dihasilkan menjadi lebih harmonis. Kombinasi frekuensi tinggi dan menengah menghasilkan resonansi yang meningkatkan efek volume keseluruhan. Resonansi adalah fenomena ketika gelombang suara saling memperkuat, terutama ketika frekuensi berada dalam kisaran harmonik tertentu. Ini memberi efek bahwa suara lebih "penuh" dan terdengar lebih keras dibandingkan suara dari tweeter saja.
3. Penguatan Akustik
Dalam sistem speaker, penguatan akustik terjadi saat dua atau lebih speaker memproduksi rentang frekuensi berbeda yang saling melengkapi. Middle speaker mengisi frekuensi yang tidak dijangkau oleh tweeter, sehingga menambah "body" atau ketebalan suara yang membuat suara terdengar lebih kuat dan kaya. Tweeter sendiri cenderung menghasilkan suara tajam tanpa kedalaman frekuensi menengah, sehingga terasa kurang bertenaga jika terdengar tanpa middle.
4. Desain Speaker dan Distribusi Daya
Banyak sistem audio dirancang agar pembagian daya antara tweeter dan middle tidak seimbang ketika kedua speaker digunakan. Dalam mode gabungan, middle speaker sering menerima daya yang lebih besar karena frekuensi menengah memerlukan energi lebih tinggi untuk menghasilkan suara yang terdengar seimbang. Ini memungkinkan suara middle menonjol bersama tweeter, memberi kesan volume lebih keras saat keduanya digabungkan dibandingkan tweeter sendirian yang mendapat daya lebih kecil.
5. Faktor Psikoakustik (Persepsi Otak terhadap Suara)
Otak kita cenderung menganggap suara yang lebih "lengkap" (dengan frekuensi rendah, menengah, dan tinggi) sebagai suara yang lebih keras atau lebih menyenangkan. Saat tweeter bekerja sendiri, suara yang terdengar hanya frekuensi tinggi yang tipis. Ketika speaker middle ditambahkan, persepsi otak terhadap suara tersebut meningkat, karena suara terasa lebih "berisi" dan lebih nyaman didengar. Akibatnya, gabungan ini membuat kita merasa suaranya lebih keras.
Contoh Ilustrasi
Bayangkan suara tweeter seperti suara peluit yang tinggi dan nyaring, tapi kurang "isi". Jika ditambahkan suara drum bass (ibarat speaker middle), seluruh musik menjadi lebih "berat" dan "penuh". Gabungan ini menciptakan kesan bahwa suara lebih kuat daripada jika peluit (tweeter) sendiri yang berbunyi.
Jadi, intinya adalah interaksi antara berbagai frekuensi, resonansi, dan sensitivitas pendengaran kita terhadap rentang frekuensi menengah yang membuat suara terasa lebih keras saat tweeter digabungkan dengan speaker middle.
Ilmu. 🙏🏻
Mantap bos 👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Yang penting suaranya bos
HARO HARO HARO
haro haro assalamualaikum. info ne blitar kapan los full fuso
Orderane one ta om?
low paling rendahnya respon berapa hz?
Wirosableng
Kacong kon ados seg wi boloo..😂
Halo Halo
Gwe power opo boss
Nomer 2 jii.......
Oke
Wes di tumbas no bakso durung kang😅
Uwess
Opo yo ad onok seng koyo rdw gawenan indonesia ora impor
rdw seng asli eropa mahal ji,
Mosok rdw ono sng gawean Indonesia ?😁