" SIAT SAMBUK " Banjar Pohgending di hari pengrupukan - Nyepi caka 1946 ( 2024 )

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 2 жов 2024
  • Tradisi Siat Sambuk merupakan Tradisi saling melempar sabut kelapa yang sudah dibakar yang di lakukan oleh 2 kelompok yaitu kelompok utara ( wong kaja) dan kelompok selatan ( wong kelod ) yang byasanya dilakukan oleh STT banjar Pohgending.
    Tradisi ini sudah turun temurun di laksanakan dan jatuh pada hari pengrupukan atau 1 hari sebelum hari raya Nyepi saat menjelan malam ( sandikala ).
    Memulai, menjelang sandikala, setelah pengarakan ogoh ogoh selesai dilaksanakan, serabut kelapa mulai dibakar. Kemudian, bendesa adat memanggil seluruh STT ( sekeha teruna teruni ) yang akan ikut agar segera berbaris. Dengan hanya memakai kamen tanpa baju, Pasukan Barisan dibagi dua, satu barisan mewakili "wong kelod" dan satu barisan mewakili "wong kaja". Wong kelod adalah pasukan yang mempunyai rumah diselatan jalan. Wong kaja adalah pasukan yang mempunyai rumah diutara jalan. Kebetulan ada jalan yang membagi banjar kami, tepat ditengah tengah ada pertigaan. Meja kecil disiapkan ditengah-tengah sebagai pembatas. Pecalang juga bersiap untukbmengamankan "pertempuran".
    Lalu, pasukan sudah membawa masing-masing sabut kelapa ( sambuk ) yang sudah berisikan api,. kemudian bendesa adat memberi aba aba "siat sambuk" dimulai. Gong balaganjur pun di mainkan, Penonton sudah mencari tempat dan bersorak sorai sembari memberi semangat dan sambil merekam dengan ponsel dan kameranya masing-masing. Semakin keras pukulan gambelan yang dimainkan, semakin semangat pertempuran ( siat ) antar kelompok ( wong kaja dan wong kelod ) dan riuh penonton semakin ramai...
    Untuk menyelesaikan pertempuran, Bendesa adat bersama pecalang akan memberi aba aba dan memberhentikan pertempuran ( siat ) tersebut. Setelah itu semua pasukan ( wong kaja dan wong kelod ) berkumpul, bersalam salaman dan natab banten pengerupukan, kemudian di beri tirta ( air suci ).
    Dalam kepercayaan kami, tradisi ini tentu sarat makna, Api saat pengerupukan yang digunakan saat mebuhu buhu ( mengelilingi pekarangan rumah dengan beberpa helai daun kelapa kering yang di ikat dan di bakar ujungnya ) Api ini berfungsi untuk "mengusir" para butha, kekuatan negatif, untuk tidak menggangu umatnya,saat menyambut nyepi. Perlambang ini pula yang mendasari pertempuran itu. Rasa "permusuhan" yg mewakili nilai negatif, dibangkitkan, disimbulkan dengan api dan pertempuran, kemudian di "somya" dengan bersalaman dan berpelukan antar pasukan tempur, kemudian api permusuhan itu "dimatikan" dengan metirta bersama. Dan bersama sama kemudian menyambut hari raya nyepi dengan perasaan yang bersih.
    Selamat hari raya Nyepi caka 1946 Tahun 2024 🙏
    #nyepi2024 #tradisi #siatsambuk #pohgending

КОМЕНТАРІ •