Kolonialisme di Indonesia belum pernah selesai, walaupun kemerdekaan telah berlangsung sudah 79 tahun sampai hari ini. Sejauh mana beliau selaku Anggota DPR RI mampu mempraktekkan disertasinya dalam memperbaiki sistem pengumpulan data di Indonesia, menjadi tantangan bagi beliau.
Teori realistik praktis tidak pernah kurang dari para ahli, guru besar, cendikiawan sekaligus praktisi. Persoalannya adalah seberapa perhatian dan komitmen pelakunya di pemerintahan. Political good will terlepas dari conflict of interest. Contoh: Data dari kesehatan berbeda dari data statistic nasional. Itu beda top down dan bottom up. Kesehatan pasti bottom up. Bantuan sosial misalnya, datanya bisa dimanipulasi. Mengapa bisa? Karena tidak ada integrasi data secara nasional dan utuh dari desa sampai pusat agar mudah deteteksi data manipulatif yang berdampak discruminatif, ketidakadilan dst.
Cara mengumpulkan data secara bottom up atas kepentingan secara top down apalagi dilakukan secara sendiri2 oleh masing2 instansi yg berkepentingan, menghasilkan data yg seringkali berbeda jumlahnya .
Setiap Instansi melaksanakan pengumpulan data berdasarkan Aturan UU yg menjadi dasar kinerjanya, sehingga instansi tsb bekerja hanya utk kepentingan instansinya masing2 belum berdasarkan kepentingan Nasional yg simultan dan komprehensif. Ini menjadi tantangan kita semua juga seluruh stakeholders terkait dengan sistem pengumpulan data secara nasional.
Nah kalau politisi ini ambil DOKTORAL serta DISERTASI nya benar sesuai prosedur AKADEMIK, saya pernah dgr 1 politisi KAMPRET yg jg seorang ketua ..... SANGAT MEMALUKAN bayar sana bayar sini pake PT yg ...
Promotor menyaksikan betapa Dr Rieke Dyah Pitaloka mengikuti pendidikan tingkat doktoral di UI dilakukan dengan sungguh2. Semoga beliau bisa memberikan kontribusi terhadap kebijakan Pemerintah dalam mengumpulkan data sesuai dengan kondisi yg sebenarnya bukan atas kepentingan secara top down.
Bismillaaahhh
Insyaallah ujian promosi tahun depan. Doakan ya bapak ibu ❤
Kolonialisme di Indonesia belum pernah selesai, walaupun kemerdekaan telah berlangsung sudah 79 tahun sampai hari ini.
Sejauh mana beliau selaku Anggota DPR RI mampu mempraktekkan disertasinya dalam memperbaiki sistem pengumpulan data di Indonesia, menjadi tantangan bagi beliau.
Ahhh...rieke ...makin cantik.....makin pinter.....bangga dengan prestasinya......i love u rieke.....❤
Mbak Rieke emang hebat sangat getol memperdlm ilmunya, smga bermanfaat bsr bg mayarakat bangsa mbak
Teh..oneeeng
Teori realistik praktis tidak pernah kurang dari para ahli, guru besar, cendikiawan sekaligus praktisi. Persoalannya adalah seberapa perhatian dan komitmen pelakunya di pemerintahan. Political good will terlepas dari conflict of interest.
Contoh: Data dari kesehatan berbeda dari data statistic nasional.
Itu beda top down dan bottom up. Kesehatan pasti bottom up.
Bantuan sosial misalnya, datanya bisa dimanipulasi. Mengapa bisa? Karena tidak ada integrasi data secara nasional dan utuh dari desa sampai pusat agar mudah deteteksi data manipulatif yang berdampak discruminatif, ketidakadilan dst.
Cara mengumpulkan data secara bottom up atas kepentingan secara top down apalagi dilakukan secara sendiri2 oleh masing2 instansi yg berkepentingan, menghasilkan data yg seringkali berbeda jumlahnya .
Sdh cantik pinter lagi
Retorikanya mengintimidasi 😁🤭
mantapbah
Proficiat mbak "Oneng"...🎉
Setiap Instansi melaksanakan pengumpulan data berdasarkan Aturan UU yg menjadi dasar kinerjanya, sehingga instansi tsb bekerja hanya utk kepentingan instansinya masing2 belum berdasarkan kepentingan Nasional yg simultan dan komprehensif.
Ini menjadi tantangan kita semua juga seluruh stakeholders terkait dengan sistem pengumpulan data secara nasional.
Keren
mantap
Nah kalau politisi ini ambil DOKTORAL serta DISERTASI nya benar sesuai prosedur AKADEMIK, saya pernah dgr 1 politisi KAMPRET yg jg seorang ketua ..... SANGAT MEMALUKAN bayar sana bayar sini pake PT yg ...
Oneeeng oneeeng
Data yg dikumpulkan secara bottom up dari desa sebagaimana hasil penelitian Dr Rieke Dyah Pitaloka masih mengalami kekerasan simbolik secara top down
...Sopan santun itu bahasa tubuh sedangkan pikiran itu tdk ada sopan santun. Jadi pikiran yg disopan santunkan itu namanya munafik.
yth vs yang mulia,,,,teori tuntutan idealisme dan fakta lapangan yg tdk sesuai pada kenyataannya
Promotor menyaksikan betapa Dr Rieke Dyah Pitaloka mengikuti pendidikan tingkat doktoral di UI dilakukan dengan sungguh2. Semoga beliau bisa memberikan kontribusi terhadap kebijakan Pemerintah dalam mengumpulkan data sesuai dengan kondisi yg sebenarnya bukan atas kepentingan secara top down.