Aku Anak Ayahku | Dijamin Nangis, Sedih Banget!

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 20 вер 2024
  • AKU ANAK AYAHKU
    Karya: Norman Adi Satria
    Aku pernah mengira kau cengeng, Ayah.
    Begitu tersedunya kau mengucurkan airmata
    ketika ayahmu meninggalkan kita.
    Bocah ingusan memang belum tanggap soal kehilangan
    karena terbiasa melihat robot yang tak dapat lagi berjalan
    namun masih bisa diajak main perang-perangan.
    Aku juga pernah mengira kau keji, Ayah.
    Begitu membabibutanya kau menghajarku
    hingga babak belur dan darah dari hidungku mengucur
    hanya karena aku meminta dua ratus perak
    untuk membeli sebungkus batagor;
    itupun masih kau tambahi dengan golok tajam
    yang kau lekatkan di leherku;
    bila Ibu tak buru-buru
    sudah melayanglah nyawaku.
    Sejak saat itu aku membencimu, Ayah!
    Kita tak saling cakap selama enam tahun.
    Sedikitpun aku tak pernah lagi menyapamu
    kau tak pernah lagi menanyai bagaimana sekolahku.
    Kita dua lelaki yang seolah bisu, benar-benar bisu
    karena yang tunawicara saja masih berbicara
    melalui gerak-gerik tubuhnya, sedangkan kita tidak.
    Kau membiarkan aku melakukan apa saja semauku
    termasuk membawa gadis dan menenggak minuman di kamarku.
    Padahal ketika itu aku hanya ingin kau tegur
    aku rindu kau marahi.
    Tapi mengapa kau biarkan aku mabuk
    kau biarkan aku rusak
    jadi bocah nakal, calon bajingan?
    Kau biarkan aku menyesal sendiri
    seperti kau yang akhirnya menyesali
    masa-masa mudamu yang terbuang
    sebagai seorang ayah yang gagal dicintai.
    Terkadang, dalam kesunyian aku sengaja
    mendengarkan langkah kakiku sendiri
    hanya untuk memastikan
    benarkah bunyi langkah kita senada?
    Dan ternyata benar, aku tumbuh menjadi sepertimu,
    hanya jalan kita yang berbeda.
    Aku takkan menghajar anakku
    seperti kau menghajar aku.
    Di senja itu
    aku sengaja sembunyi untuk berairmata
    ketika melihat kau menggendong anakku.
    Tanganmu yang dulu kekar memukuliku
    kini gemetar mengelus kepala cucumu.
    Bila melihat airmataku terjatuh
    mungkin aku akan dianggap cengeng oleh anakku
    karena aku menangis jauh sebelum kehilanganmu.
    Jakarta, 26 Agustus 2014
    Norman Adi Satria
    Voice Over direkam dengan Tascam DR-05.
    #normanadisatria #ayah #puisi #normantis #puisitentangayah #puisisedih #puisimengharukan #renungan #sajak #sastra #parenting #likefatherlikeson #psikologi #kdrt

КОМЕНТАРІ • 249