KISAH INSPIRATIF : Paku dan Palu

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 20 лип 2020
  • Dalam hidup ini, adakalanya kita mengalami situasi-situasi yang tidak kita inginkan seperti ban motor yang tiba-tiba mogok gara-gara kita lupa mengisi bensin, handphone yang mati saat kita sedang asyik ngobrol dengan teman lama, atau saat kita dituduh melakukan kesalahan oleh teman kita sendiri. Situasi-situasi ini acap kali membuat kita kesal, uring-uringan, dan bahkan menyulut amarah kita. Saat amarah memuncak, kata-kata kotor biasanya ikut-ikutan terlontar dengan deras dari mulut kita. Jika orang lain diketahui sebagai biang kerok dari keadaan-keadaan menyebalkan itu, amarah pun kita lampiaskan kepada mereka yang terkadang dibalut dengan cacian.
    Marah memang manusiawi dan tidak menutup kemungkinan dapat membuat hati sedikit lebih lega. Meski demikian, marah yang berlebihan dan tidak terkontrol bisa membahayakan yang pada akhirnya menimbulkan situasi-situasi sulit lainnya. Yang jelas kemarahan selalu berakhir dengan penyesalan, terlebih amarah yang dilampiaskan kepada orang lain; dapat menyisakan luka hati yang susah dimaafkan. Sebuah pepatah Arab menyebutkan, "Marah itu awalnya kegilaan dan ujungnya penyesalan".
    Video ini menyajikan sebuah kisah inspiratif tentang pengendalian amarah ini. Dikisahkan, seorang ayah berusaha mengajari anaknya yang temperamental agar lebih bisa mengendalikan sifatnya itu. Sang ayah kemudian memberikan sekantung paku dan sebuah palu pada putranya itu sambail berkata, "Setiap kali kau marah, tancapkanlah satu buah paku ke pagar yang ada di belakang rumah kita!".
    Di hari pertama, anak laki-laki itu menancapkan tidak kurang dari 37 buah paku. Di hari berikutnya, ada 34 paku yang ditancapkan. Hari demi hari, jumlah paku yang ditancapkannya terus berkurang hingga tibalah saat ketika tak ada satu buah paku pun yang ia tancapkan.
    Sang ayah senang dengan apa yang telah dilakukan anaknya dan kemudian memintanya untuk mencabuti paku-paku yang telah ditancapkannya tersebut setiap kali ia mampu mengendalikan emosinya. Anak laki-laki itu pun menuruti permintaan ayahnya. Setiap kali ia mampu menahan ledakan emosinya, maka setiap kali itu pula ia mencabut paku yang pernah ditancapkannya dan dalam beberapa hari semua paku itu dapat diambilnya hingga tak tersisa.
    Sang ayah kembali merasa senang dengan hasil yang diperlihatkann putranya. "Kau berhasil anakku! Kau telah melakukan apa yang tela ayah minta dengan baik. Sekarang, perhatikanlah lubang-lubang bekas paku pada pagar itu! Pagar itu tidak lagi seperti sedia kala. Seperti itulah luka yang ditimbulkan oleh kata-kata yang kauucapkan saat kau sedang marah. Kau tentu dapat mencabut kembali paku yang telah kautancapkan, tapi, seperti lubang-lubang itu, sebanyak apa pun kaumeminta maaf, luka itu akan tetap membekas!" ucap sang ayah.
    Bahasa mungkin hanya tanda grafis atau verbal, tapi ia memiliki kekuatan yang dahsyat. Orang yang tak beretika bisa mengubah bahasa menjadi cacian, hinaan, dan cemoohan yang menyulut kebencian. Tapi di tangan orang yang baik, bahasa dapat menjadi pujian, motivasi, dan dorongan.
    "Berbicaralah dengan kata-kata yang atau lebih baik diam!" demikian Rasulullah SAW mengajarkan.
    Semoga bermanfaat!
    #KisahInspiratif #EdukasiRemaja #InspirasiHidup
    -----------------------------------
    Facebook:
    / almarwaheducenter
    Instagram:
    / almarwah_educenter
    Website:
    almarwah.sch.id/

КОМЕНТАРІ • 1