Merek Keajaiban Tanah Karo | Potret

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 14 гру 2024

КОМЕНТАРІ • 42

  • @YASIREGAR79
    @YASIREGAR79 7 годин тому

    Konsep video yg enak ditonton, terima kasih sudah buat dokumenter ini.

  • @SilviaFransiska-x5f
    @SilviaFransiska-x5f 16 годин тому +1

    Keren bgt wonderful indonesia

  • @tiganrani7128
    @tiganrani7128 18 годин тому

    Sudut terbaik menikmati danau Toba.. baik malam hari atau pagi hari

  • @sergaiforkita5738
    @sergaiforkita5738 23 години тому

    Walau cuma setahun tinggal di Kabanjahe tapi banyak kenangan, termasuk suasana saat gunung Sinabung meletus th 2010. Bersyukur sempat menjelajah sejumlah tempat di Kab. Karo, Dairi dan Pakpak Bharat.

  • @migivlg
    @migivlg 2 дні тому

    05:43 vibesnya chill, dingin, sepi namun menenangkan. kalo saya disana saya bakal duduk bengong menyendiri sambil melupakan beban hidup sejenak

  • @horascamp16
    @horascamp16 2 дні тому

    Terimakasih banyak buat DAAI TV yang udah meliput kegiatan paralayang kita di gajah bobok, terutama kak agnes dan timnya yang udah buat video ini semakin memukau buat teman2 yang ada di luar sana, bisa menikmati alam danau toba kita sebelum mencoba langsung ke lokasiii, terimakasih banyakkk ❤❤❤

  • @sulaemansule6641
    @sulaemansule6641 2 дні тому

    sukaaa tjakep banget pemandangaannya, apalagi curug sama paralayangnya indah banget

  • @ElisonSinuhaji
    @ElisonSinuhaji 2 дні тому

    Mejuah-juah

  • @sekedarhobi556
    @sekedarhobi556 2 дні тому

    Saya bangga jadi orang sumatra utara....

  • @cakraakharisma
    @cakraakharisma День тому

    Di akhir segmen paralayang keren drone Fpv kah?😊 keren nih panata gambar sekaligus merangkap jd video editor.

  • @herisatriasahputragurusinga
    @herisatriasahputragurusinga День тому +2

    Kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak.
    Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah.
    Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar
    Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.
    sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima.
    Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan.
    Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya
    Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.
    Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.
    Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.
    Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo.
    Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan.
    1. Corah
    2. Unjuk
    3. Tekang
    4. Girik
    5. Pagit
    6. Jile
    7. Meherga
    Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga)/Merga(mahal)
    Terciptanya Merga dari Suku Karo
    Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.
    Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting.
    Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.
    Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.
    Dikutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karo, berikut daftar 5 marga induk suku Karo atau Merga Silima beserta sub merganya.
    1. KARO-KARO:
    . Karo sekali
    · Barus
    · Bukit
    · Gurusinga
    · Kaban
    · Kacaribu
    · Ketaren
    · Kemit
    · Jung
    · Purba
    · Sinulingga
    · Sinukaban
    · Sinubulan
    · Sinuraya
    · Sitepu
    · Sinuhaji
    · Surbakti
    · Samura
    2. GINTING:
    · Ajartambun
    · Babo
    · Beras
    · Cabap
    · Gurupatih
    · Garamata
    · Jandibata
    · Jawak
    · Manik
    · Munte
    · Pase
    · Seragih
    · Suka
    · Sugihen
    · Sinusinga
    · Tumangger
    3. SEMBIRING:
    · Berahmana
    · Busuk
    · Depari
    · Colia
    · Keloko
    · Kembaren
    · Muham
    · Meliala
    · Maha
    · Bunuaji
    · Gurukinayan
    · Pandia
    · Keling
    · Pelawi
    · Pandebayang
    · Sinukapur
    · Sinulaki
    · Sinupayung
    · Tekang
    4. Perangin-angin
    · Bangun
    · Keliat
    · Kacinambun
    · Namohaji
    · Nano
    · Menjerang
    · Uwir
    · Pinem
    · Pancawan
    · Panggarun
    · Ulun Jandi
    · Laksa
    · Perbesi
    · Sukatendel
    · Singarimbun
    · Sinurat
    · Sebayang
    · Tanjung
    5. TARIGAN:
    · Bondong
    · Gana-gana
    · Gersang
    · Gerneng
    · Jampang
    · Purba
    · Pekan
    · Sibero
    · Tua
    · Tegur
    · Tambak
    · Tambun
    · Silangit
    · Tendang
    Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu KARO-KARO,GINTING, SEMBIRING PERANGINANGIN dan TARIGAN dimana ada 2 merga berbeda atau mendapat pengecualian yaitu merga PERANGINANGIN boleh menikah sesama cabang merga PERANGINANGIN ( sub merga tertentu) dan satu lagi merga SEMBIRING yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING.
    Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

  • @danti-2
    @danti-2 2 дні тому

    semangat

  • @herisatriasahputragurusinga
    @herisatriasahputragurusinga День тому

    Tanah Karo dalam Pengertian sebenarnya bukan hanya mencakup orang Karo yang berdiam di daerah Kabupaten Karo saja. Melainkan mencakup kepada orang-orang Karo yang sudah lama berdiam atau menetap di daerah-daerah garis besar Karo, jauh sebelum kolonial Belanda menjajah wilayah asli suku Karo seperti kabupaten Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Dairi, Aceh Tenggara, Kotamadya Binjai dan ibu kota Medan. Seluruh perpaduan suku Karo diikatkan oleh suatu dialek (bahasa) yang dapat dimengerti dimulai dari daerah Langkat, Deli Serdang, dataran tinggi Karo sampai ke Tanah Alas.
    Banyak bukti yang menjelaskan bahwa kehidupan masyarakat Karo dipengaruhi oleh ideologi, kepercayaan dan praktek yang lazim dilakukan oleh bangsa India atau Hindu. Pengamatan penting mengenai agama asli Karo yang dinamakan " Kniteken Sipemena" mendeskripsikan bahwa agama tersebut tidak diekspresikan dengan cara sistematis. Tidak ada kitab suci dan tidak ada ajaran teologis yang sistematis bahkan tidak ada dogma di dalamnya. Begitu pula akan musik dan tarian tradisional Karo yang memiliki dimensi, makna religius, artistik, budaya dan hiburan tersendiri. Cerita dan pantun Karo, Seni Ukir dan pakaian Karo, seluruhnya ini telah kami rangkum dengan cermat dan padat dalam buku ini. Sangat bermartabat apabila khazanah lokal lebih dikenal lagi, digali, diteliti, dikaji dan dipublikasikan. Jika tidak harta budaya itu akan tetap tersembunyi dan terpendam.
    Untuk Bumi Turang, Tanah Karo Simalem...
    Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏

  • @Quin-e2p
    @Quin-e2p 2 дні тому

    Keren

  • @mamanissanabila4361
    @mamanissanabila4361 2 дні тому

    Healing online 😅

  • @Ryogi_Pinem
    @Ryogi_Pinem 2 дні тому

    Isuzu Phanter nya Udah Berapa Kilo Odometernya Min.keliatannya banyak Kenangannya tuhh 😊

    • @potret.daaitv
      @potret.daaitv  2 дні тому

      Isuzu panther kita ini yang baru bang, satu tahunan umur nya baru puluhan ribu saja, panther yng lama dari 2012 sudah pensiun, odo nya sampai 200.000, 😃, terimakasih sudah mengikuti program kita bang 🙌🙌🙌

    • @Ryogi_Pinem
      @Ryogi_Pinem День тому

      @@potret.daaitv oke minn.salam kenal dari Pemirsa Salapian Langkat minn

  • @herisatriasahputragurusinga
    @herisatriasahputragurusinga День тому

    Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu Karokaro, Tarigan, Ginting, Peranginangin dan Sembiring dimana ada 2 merga berbeda yaitu merga Peranginangin boleh menikah sesama cabang merga Peranginangin (sub merga tertentu) dan satu lagi merga Sembiring yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga Sembiring dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga Sembiring.bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏

  • @RahmadHidayat-h9n
    @RahmadHidayat-h9n 2 дні тому

    Berapa tarif naik paralayang kak?

    • @potret.daaitv
      @potret.daaitv  2 дні тому

      1.050.000 include footage dari GoPro, 900.000 ribu tanpa GoPro bang

  • @yskandrzulkofv982
    @yskandrzulkofv982 День тому

    🙂👌🗻⛰️🏞️

  • @herisatriasahputragurusinga
    @herisatriasahputragurusinga День тому +1

    Aku Karokaro Gurusinga Gaury bebere Tarigan Gersang Nagasaribu aku Kalak Karo bukan Batak Karo apalagi suku Batak hanya SUKU KARO tanpa embel-embel Batak.istilah batak adalah ciptaan musafir2 barat,misionaris Belanda dan Jerman serta pemerintah kolonial Belanda untuk propaganda politik adu domba demi penjajahan Belanda dan penyebaran agama.bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏

  • @herisatriasahputragurusinga
    @herisatriasahputragurusinga День тому

    SUKU KARO bukan Batak Karo hanya SUKU KARO 👍 Medan berawal dari sebuah kampung bernama kampung Medan Putri yang didirikan oleh Guru Patimpus pada tahun 1590. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datok Pulo Brayan. Nama Medan sendiri konon berasal dari kata Madaan berarti menjadi sehat atau lebih baik. Ini sejalan dengan kenyataan bahwa Guru Patimpus adalah seorang tabib yang memiliki keahlian dalam pengobatan tradisional Karo pada masanya.
    Dia banyak menyembukan penyakit yang diderita penduduk. Dari kenyataan itulah yang kemudian menjadi sebutan bagi Kota Medan, yang kita kenal sampai sekarang. Dari hasil riset yang telah dilakukan, banyak masyarakat kota Medan yang tidak mengetahui tentang sejarah Guru Patimpus pendiri kota Medan.
    Berdasarkan kutipan dari buku Jejak Medan Tempoe Doeloe, Medan kini merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Sebagai ibu kota Sumatera Utara, kota ini sedang memacu diri menjadi metropolitan dan megapolitan. Pada tahun 1950 Medan sudah ada. Jurnal FSD, Vol. 1 No. 1 diresmikan oleh Guru Patimpus dari kampung Medan Putri menjadi sebuah cikal bakal kota. Maka dari itu pemerintah daerah kota Medan menyepakati kalau kota Medan berdiri pada tahun 1590.
    Sebagaimana yang ditulis oleh zaenuddin HM, dalam bukunya “Asal-Usul Kota- Kota di Indonesia Tempo Doeloe”, Medan berawal dari sebuah kampung bernama kampung Medan Purti yang didirikan oleh Guru Patimpus pada tahun 1590. . Guru patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datok Pulo Brayan.
    Nama Medan sendiri konon berasal dari kata Madaan berarti menjadi sehat atau lebih baik. Ini sejalan dengan kenyataan bahwa Guru Patimpus adalah seorang tabib yang memiliki keahlian dalam pengobatan tradisional Karo pada masanya. Dia banyak menyembukan penyakit yang diderita penduduk. Dari kenyataan itulah yang kemudian menjadi sebutan bagi Kota Medan, yang kita kenal sampai sekarang.
    Demikian pula di dalam tulisan Tengku Azwansyah A. Teruna dalam bukunya Sultan Makmoen Al-Rasyid dan Berdirinya Pemerintahaan Kota Medan serta Istana Maimoon, menyatakan ada seorang bernama Guru Patimpus. Dia memeluk agama islam atas pengaruh seorang ulama yang disebut Datuk Kota Bangun terjadi sekitar 1590 M.
    Datuk ini adalah Imam Siddik bin Abdullah yang makamnya, terletak di Kelumpang Deli. Pada batu nisannya tertulis : meninggal 23 Syaban 993 H atau 27 Juni 1590 M. Makam itu terletak di kampung Medan, Ini memberikan alasan bahwa Guru Patimpus berguru Agama dahulunya pada Datuk kota Bangun, tidak lain adalah Imam Siddik sendiri. Pada masa itu Guru Patimpus sudah membuat kampung Medan setelah menikah dengan anak raja Pulo Brayan.
    Patung Guru Patmpus dengan uraian sebagai berikut : 1. Tongkat - Denotasi : Tongkat pada karakter Guru Patimpus terbuat dari kayu yang bagian ujugnya terdapat seperti rambut atau bulu yang di ikat. - Konotasi : Tongkat digunakan untuk sebagai senjata pertahanan saat mengembara dan untuk berburu. Tongkat masih banyak digunakan masyarakat zaman dulu dan pada suku-suku pedalaman. - Mitos : Tongkat di percaya memiliki kemampuan mistik yang digunakan masyarakat zaman dulu untuk bertarung, bertahan dari musuh, dan mengobati orang. Tongkat disimbolkan seperti orang yang memiliki kedudukan dan kekuasaan.
    2.Sorban - Denotasi : Sorban sebuah penutup kepala yang terbuat dari kain yang dililitkan dengan rapi. Digunakan untuk pelindung kepala. - Konotasi : Sorban dilambangkan sebagai ciri khas masyarakat zaman dulu yang sering digunakan oleh pengembara begitu juga gambaran masyarakat karo di zaman dulu banyak menggunakan sorban. -Mitos : Kebanyakan orang yang memakai sorban dipercaya bukan orang biasa, melainkan orang yang memiliki ilmu yang tinggi atau sakti. Seperti Tabib, atau Syekh pada zaman dulu. 110. Jurnal FSD, Vol. 1 No. 1
    3. Baju - Denotasi : Baju digunakan pada karakter guru patimpus sebagai penutup tubuh untuk menjaga suhu untuk kehangatan tubuh dan juga menutupi bagian sensitif pada tubuh. - Konotatif : Baju yang terdapat pada karakter guru patimpus menggambarkan ciri khas masyarakat zaman dulu yang menggunakan baju terusan seperti yang tidak bermotif. - Mitos : Baju terusan dipercaya banyak digunakan oleh pengembara orang sakti atau memiliki ilmu tinggi seperti syekh dan tabib.
    4. Selendang Kain - Denotasi : selendang kain yang terdapat dari karakter Guru Patimpus digunakan untuk mengikat dan sebagai kantongan untuk membawa perbekalan saat mengembara. - Konotasi : Selendang kain menggambarkan ciri khas masyrakat karo di zaman dulu. Karena banyak masyrakat di zaman dulu selalu membawa kain yang di selempangkan dibahu dan dipakai sehari-hari. - Mitos : kain selempangan dipercaya digunakan pengembara sebagai alat untuk menyerang yang memiliki kemampuan mistik yang sering kita lihat seperti di film-film kolosal.
    5. Gelang - Denotasi : Gelang sebuah pernak-pernik yang unik digunakan untuk hiasan pada tangan maupun kaki. - Konotasi : Gelang pada karakter Guru Patimpus melambangkan kebudayaan masyarakat dizaman dulu dengan mengumpulkan batu-batuan unik lalu dijadikan gelang dan syekh menggunakannya juga untuk berdzikir. - Mitos : Gelang yang terbuat dari berbagai jenis batu-batuan dipercaya masyarakat sebagai jimat atau penangkal.
    6. Warna - Merah : Denotasi : Warna merah melambangkan tanda berhenti, larangan, atau bahaya. Konotasi : Warna merah melambangkan semangat, keberanian. Mitos : Warna merah bagi masyarakat karo mempercayai warna merah memiliki makna, kekuatan dan keberianian. - Coklat : Denotasi : Warna coklat melambangkan minimalis Konotasi : Warna coklat melambangkan kesederhanaan. Mitos : Warna coklat bagi masyarakat karo mempercayai warna coklat itu sebagai simbol Hafiz kehidupan sama seperti bumi kita yang memberi kita kehidupan. - Hitam : Denotasi : Warna hitam Sebuah warna dasar yang gelap Konotasi : Warna hitam memiliki arti kegelapan Mitos : Warna hitam di yakini masyarakat karo melambangkan jiwa kepemimpinan.
    5 Datuk Kuta Bangun terkenal sakti berasal dari daerah Jawa yang berdiam di Kuta Bangun. Pada illustrasi Datuk Kuta Bangun digambarkan menggunakan baju tangan panjang dan celana panjang lalu pada bagian kepala terdapat belangkon yang merupakan ciri khas dari Suku Jawa sehingga masih terdapat unsur kebudayaannya.
    6 Pengiring Guru Patimpus atau pengawalnya yang menemani perjalanan Guru Patimpus yang menemui Datuk Kota bangun. Pada illustrasi pengiring Guru Patimpus digambarkan seperti masyarakat karo pada zaman dulu, yang menggunakan selmpangan kain dan penutup kepala atau sorban.
    7 Raja Pulo Brayan seorang raja didaerah Pulo Brayan. ilustrasi pada penggambaran karakter Raja Pulo Brayan dengan menggunakan baju dengan ciri khas melayu dan dengan penutup kepala seperti kopiah.
    8 Putri Raja Pulo Brayan Adalah istri dari Guru Patimpus ilustrasi pada penggambaran karakter Putri Raja Pulo Brayan menggunakan baju terusan panjang agar terlihat tertutup dan seperti masyarakat dulu.
    Guru Patimpus adalah putra karo yang berasal dari Desa Aji Jahe ingin mengunjungi orang sakti yang berada di Datuk kota Bangun ingin mengadu ilmu tetapi Guru Patimpus mengaku kalah dan memutuskan masuk Islam. Lalu berguru dengan Datuk kota Bangun dan mendirikan beberapa daerah dan mengembara ke Pulo Brayan dan menikahi anak dari raja Pulo Brayan dan membuka kampung di Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

  • @Samsul-m7f
    @Samsul-m7f 2 дні тому +2

    Ada orang yg punya marga dan tinggal di Timur Sumut tapi ga mau dibilang Batak, siapa tuuhhh 😂

    • @potret.daaitv
      @potret.daaitv  2 дні тому

      Nah saya g tau itu 😅

    • @ABCD-td8wx
      @ABCD-td8wx День тому

      Ada orang yang punya marga di Sumut tapi ngerasa setiap yang punya marga itu cuma orang Batak, siapa tuuuuh😂😂😂, padahal suku2 di dunia ini banyak yang punya sistem marga

    • @herisatriasahputragurusinga
      @herisatriasahputragurusinga День тому

      Suku KARO secara genetik:
      Berdasarkan DNA (ilmu genetika yang keabsahannya diakui oleh PBB) Suku Karo sudah mendiami Pulau Sumatera sejak 8.300 tahun lampau dan jauh sebelum Raja-raja Batak datang ke Pulau Sumatera dari sabang sampai lampung (berdasarkan genetika DNA ini mengartikan Suku Karo bukan suku batak dan bukan juga sub suku batak).
      Orang Karo terutama merupakan campuran dari 4 (empat) penutur bahasa, yaitu:
      1. Orang Negrito (Masa Mesolitik: 10.000 - 6.000 tahun lalu).
      2. Penutur Austroasiatik (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      3. Penutur Austronesia (Masa Neolitik: 6.000 - 2.000 tahun lalu).
      4. Orang Tamil dari India Selatan (Masa periode tahun masehi).
      Di dalam DNA Karo (dan Gayo) ada ditemukan unsur: Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil, sehingga kesamaan inilah yang membuat Karo dan Gayo berkerabat sangat dekat.
      Sementara Orang Karo merupakan keturunan dari campuran Orang Negrito yang datang pada masa Mesolitik, penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia yang datang pada masa Neolitik, serta Orang Tamil. Maka, jelas berbeda kedatangannya yang jauh lebih dulu kedatangan dari Orang Negrito, penutur Austroasiatik, dan penutur Austronesia dibanding Si Raja Batak yang diperkirakan datang sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu.
      dikonfirmasi oleh hasil analisa DNA Orang Toba oleh Mark Lipson (2014:87) dengan menyimpulkan bahwa DNA Orang Toba terdiri dari: Austronesia 55%, Austroasiatik 25%, dan Negrito 20%. Maka, jelas bahwa Orang Toba bukan hanya Orang Taiwan (Austronesia+Austroasitik), tetapi campuran Orang Taiwan dan Orang Negrito. Orang Negrito sudah ada mendiami Humbang sebelum Si Raja Batak datang ke Sianjur Mula-mula di kaki Pusuk Buhit, Negeri Toba, sehingga pernyataan bahwa Sianjur Mula-mula merupakan awal persebaran manusia bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos.
      Orang Karo bukanlah Orang Taiwan seperti Si Raja Batak yang Orang Taiwan, melainkan campuran Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan Tamil. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa Orang Karo bukan keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Orang Karo lebih dulu sampai di Tanah Karo yang sudah datang pada masa prasejarah daripada Si Raja Batak yang sampai di Sianjur Mula-mula sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu, sehingga migrasi Orang Toba ke Tanah Karo tidak menjadikan Orang Karo menjadi keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas bahwa tidak ada hubungan genealogis Si Raja Batak dengan Orang Karo, sementara bahasa Toba dan bahasa Karo termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Akhirnya, pernyataan bahwa Orang Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula bukanlah fakta, melainkan hanyalah mitos!
      Kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak.
      Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah.
      Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar
      Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.
      sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima.
      Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan.
      Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya
      Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.
      Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.
      Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.
      Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo.
      Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan.
      1. Corah
      2. Unjuk
      3. Tekang
      4. Girik
      5. Pagit
      6. Jile
      7. Meherga
      Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga)/Merga(mahal)
      Terciptanya Merga dari Suku Karo
      Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.
      Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting.
      Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.
      Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.
      Dikutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Karo, berikut daftar 5 marga induk suku Karo atau Merga Silima beserta sub merganya.
      1. KARO-KARO:
      . Karo sekali
      · Barus
      · Bukit
      · Gurusinga
      · Kaban
      · Kacaribu
      · Ketaren
      · Kemit
      · Jung
      · Purba
      · Sinulingga
      · Sinukaban
      · Sinubulan
      · Sinuraya
      · Sitepu
      · Sinuhaji
      · Surbakti
      · Samura
      2. GINTING:
      · Ajartambun
      · Babo
      · Beras
      · Cabap
      · Gurupatih
      · Garamata
      · Jandibata
      · Jawak
      · Manik
      · Munte
      · Pase
      · Seragih
      · Suka
      · Sugihen
      · Sinusinga
      · Tumangger
      3. SEMBIRING:
      · Berahmana
      · Busuk
      · Depari
      · Colia
      · Keloko
      · Kembaren
      · Muham
      · Meliala
      · Maha
      · Bunuaji
      · Gurukinayan
      · Pandia
      · Keling
      · Pelawi
      · Pandebayang
      · Sinukapur
      · Sinulaki
      · Sinupayung
      · Tekang
      4. Perangin-angin
      · Bangun
      · Keliat
      · Kacinambun
      · Namohaji
      · Nano
      · Menjerang
      · Uwir
      · Pinem
      · Pancawan
      · Panggarun
      · Ulun Jandi
      · Laksa
      · Perbesi
      · Sukatendel
      · Singarimbun
      · Sinurat
      · Sebayang
      · Tanjung
      5. TARIGAN:
      · Bondong
      · Gana-gana
      · Gersang
      · Gerneng
      · Jampang
      · Purba
      · Pekan
      · Sibero
      · Tua
      · Tegur
      · Tambak
      · Tambun
      · Silangit
      · Tendang
      Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu KARO-KARO,GINTING, SEMBIRING PERANGINANGIN dan TARIGAN dimana ada 2 merga berbeda atau mendapat pengecualian yaitu merga PERANGINANGIN boleh menikah sesama cabang merga PERANGINANGIN ( sub merga tertentu) dan satu lagi merga SEMBIRING yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga SEMBIRING.
      Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏

    • @herisatriasahputragurusinga
      @herisatriasahputragurusinga День тому +3

      Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu Karokaro, Tarigan, Ginting, Peranginangin dan Sembiring dimana ada 2 merga berbeda yaitu merga Peranginangin boleh menikah sesama cabang merga Peranginangin (sub merga tertentu) dan satu lagi merga Sembiring yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1/anjing tidak boleh menikah sesama cabang merga Sembiring dan yang pantang makan b1/anjing boleh menikah sesama cabang merga Sembiring.bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏

    • @swandibarus3617
      @swandibarus3617 12 годин тому

      Anda kesepiankah?

  • @Sativa-men
    @Sativa-men День тому

    Keajaiban tana Karo itu BPK