Ringkasan Kajian - Kala Rasa ‘Suka Sejenis’ Muncul Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri 1. Menghadapi Ujian Perasaan yang Tidak Wajar ✅ Perasaan suka terhadap sesama jenis adalah ujian yang harus disikapi dengan benar. ✅ QS. Ash-Shu'ara: 80 → “Dan apabila aku sakit, maka Allah yang menyembuhkan.” ✅ Allah Maha Kuasa menghilangkan perasaan yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. 2. Cara Mengatasi Perasaan Suka Sejenis ✅ Kembali kepada Allah dan Memperkuat Iman - Perasaan menyimpang muncul ketika hati lalai dari mengingat Allah. - Perbanyak dzikir, ibadah, dan doa agar hati tetap bersih. ✅ Menjaga Jarak dari Pemicu Perasaan - Jika perasaan muncul terhadap seseorang, segera batasi interaksi dengannya. - Konsep isolasi dalam medis juga berlaku dalam penyakit hati. - Jika terus dibiarkan, perasaan itu bisa semakin kuat dan berbahaya. ✅ Hindari Hal-hal yang Men-trigger Perasaan Tersebut - Jangan membaca, menonton, atau mendengar konten yang mendukung penyimpangan ini. - Tutup semua pintu yang bisa mengarahkan ke arah perasaan tersebut. ✅ Sadari Bahwa Perasaan Ini adalah Ujian dari Allah - Jika masih merasa bersalah dan tersiksa, itu tanda bahwa iman masih berfungsi. - Iman yang kuat akan melawan hawa nafsu dan membimbing seseorang ke jalan yang benar. ✅ Bersabar dan Berjuang Melawan Hawa Nafsu - Hadis: “Mujahid sejati adalah orang yang berjuang melawan dirinya sendiri untuk tetap taat kepada Allah.” - Melawan perasaan ini adalah bentuk jihad dalam diri. ✅ Meningkatkan Aktivitas Ibadah - Perbanyak sholat, membaca Al-Quran, dan berdzikir. - Jika memiliki kemampuan finansial, lakukan umrah atau haji untuk berdoa secara langsung di tempat yang mustajab. 3. Kesimpulan ✅ Perasaan suka sesama jenis adalah ujian yang bisa diatasi dengan kembali kepada Allah. ✅ Menjaga jarak dan menghindari pemicu adalah langkah penting dalam mengatasinya. ✅ Jika masih merasa tersiksa, itu tanda iman masih aktif dan harus diperkuat. ✅ Lawan hawa nafsu dengan jihad diri sendiri dan perbanyak ibadah kepada Allah. Pesan utama: Allah Maha Penyayang dan selalu memberikan jalan keluar bagi hamba-Nya yang ingin kembali ke fitrah yang benar!
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah berhenti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak di sana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita, Nabi kita Rasulullah ﷺ beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah Rasulullah ﷺ sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team berserta keluarganya dan juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada. Dan juga semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan untuk kaum Muslimin dan Muslimat yang sedang terzhalimi di Palestina, di Uyghur dan di belahan Bumi lainnya, serta memberikan perlindungan kepada kita semua sebagai umat Rasulullah ﷺ dan sebagai suri tauladan kita semua. آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. PART ONE Session Tanya-Jawab: Tanya: Saya laki-laki sudah setahun punya perasaan suka yang tidak wajar bertemu dengan laki-laki lain. Padahal teman saya ini adalah teman laki-laki yang shalih. Saya sudah berdo’a agar perasaan ini hilang, bahkan pada saat teman saya ini Umrah, saya secara tidak langsung titip do’a ke beliau agar bisa dihilangkan perasaan ini. Mohon saran dan nasihat langkahnya Ustadz, agar saya sembuh dari penyakit ini, karena saya sangat tersiksa dan menjadi beban pikiran. Jawab: Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua. Allah berfirman di dalam QS Asy-Syu’ara’: 80 yang berbunyi; وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ Yang artinya, “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”. (QS Asy-Syu’ara’: 80). Apa yang dirasakan oleh penanya pada saat ini menunjukan bahwa manusia itu lemah dan Allah-lah yang Maha Berkuasa. Allah bisa menghadirkan kesembuhan dengan mudah, sebagaimana Allah bisa memberikan rasa sakit dengan mudah. Maka kembalilah kepada Rabbul ‘Alamiin. Dan para ulama telah menjelaskan diantaranya Al Imam Ibnu Qoyyim رحمه الله تَعَالَى bahwa, ‘Offsite dalam cinta (seperti kasus penanya), maka itu disebabkan oleh kurang dan lalainya kita dalam mengingat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‘. Ini berkaitan dengan dzikrullah. Begitu seseorang lalai dalam level tertentu dalam mengingat Allah, maka salah satu konsekuensinya akan ada offsite dalam rasa cinta dan suka kepada selain Allah Tabaroka wa Ta’ala. Maka jika kita ingin sembuh kembalilah kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala, Al-Ruju Ilallah. Perkuat Iman kita kepada Allah, Tadharru' artinya merendahkan diri dan hati kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Bukankah Allah berfirman di dalam QS Al-An’am: 42 yang berbunyi; وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ Yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri”. (QS Al-An’am: 42). Dan ini yang harus dilakukan sebelum stadium bertambah. Lalu kemudian jaga jarak sebagaimana dijelaskan oleh para ulama fiqh, ‘Apabila seseorang memiliki penyimpangan social kepada pihak yang jelas-jelas tidak diperbolehkan, maka dia harus menjaga jarak dari pihak tersebut’. Dan kita tahu bahwa konsep Isolasi ada di dalam Ilmu Medis dan itu berfungsi dan terbukti efektif. Jadi ketika ada seseorang punya rasa itu khususnya di awal-awal, jelas harus menjaga pergaulan dengan pihak itu walaupun hukum asalnya mubah. Dan apabila dibiarkan maka dikhawatirkan rasa itu akan bertambah dan rasa ini di awal sudah jelas tidak diperbolehkan dan diharamkan. Dan berbeda dengan rasa ke lawan jenis, solusinya adalah menikah. Jadi harus menjaga jarak yang aman dan kembalilah kepada Rabbul ‘Alamin. Lalu hindari seluruh yang mentriger atau yang mempengaruhi atau yang mendorong kita untuk ke arah sana, apapun itu seperti membaca artikel atau sesuatu atau cerita atau menonton atau yang lainnya yang mengarahkan ke sana. Dan ketika penanya menyampaikan, ‘Sangat tersiksa dan menjadi beban pikiran’, maka ini menunjukan bahwa Imannya masih aktif berfungsi. Ini menunjukan ada Iman yang baik sehingga benar-benar harus di jaga, karena kalau Imannya sudah bermasalah, orang itu tidak akan merasa bersalah apapun dan akan biasa saja seperti melakukan hal yang mubah. Tetapi kalau orang itu merasa tersiksa atau merasa bersalah atau masih merasa terpuruk maka itu adalah tanda bahwa Imannya masih berjalan. Nabi ﷺ bersabda di dalam masalah ini, dari an-Nawwâs bin Sam’ân رضي الله عنه berkata: Aku bertanya kepada Rasûlullâh ﷺ tentang kebaikan dan dosa (keburukan)? Lalu beliau bersabda: عَنِ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ: «الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ “Kebaikan adalah bagusnya perangai; sedangkan dosa (keburukan) adalah apa yang mengganjal di dadamu dan engkau pun tidak suka diketahui oleh orang lain” (HR. Muslim). Dan itu dosa bagi orang beriman tidak enak, tidak bisa, tidak nyaman dan tersiksa maka itu menunjukan bahwa Iman itu masih ada. Dan perasaan tersiksa itu menunjukan ada perang bathin di dalam diri kita, Iman kita tidak menyerah dan Iman kita melawan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ bahwa,وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ “Mujahid adalah orang yang berjihad memerangi jiwanya dalam ketaatan kepada Allah dan Muhajir adalah orang yang berhijrah dari larangan Allah” (HR. Ahmad 6/21, sanadnya shahih, -ed). Dan itulah Jihad pasti ada luka dan rasa letih, memar, terpukul dan ada rasa tidak nyaman. Maka perbanyak Ibadah dan Taqarrub kepada Allah. Dan kalau punya harta maka Umrah lah dan kalau bisa Haji, Do’a di Arafah karena خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah” (HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Maksudnya, inilah do’a yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 10: 33). To be continued 1 of 3 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله تَعَالَى أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Sabtu, 4 Rajab 1446 AH/4 Januari 2025 Ahida Muhsin
LAST PART Jadi Allah sudah mengatakan bahwa dunia itu, karakter ahli dunia adalah orang-orang selalu berusaha tampil di atas levelnya dan berusaha untuk berbangga-bangga, menampakan, bermegah-megah dengan itu semua. Dan Allah berfirman, اعْلَمُوا “Ketahuilah” atau “Kalian harus mengerti ini” atau “Kalian harus tahu ini faktanya”, kecuali yang dirahmati oleh Allah, kecuali ahli Akhirat. Makanya secara umum kita ingin selalu terlihat keluarga kita baik-baik saja karena ada yang dibanggakan dan keluarga itu bagian dari kebanggaan, makanya kita berusaha terlihat Sakinah Mawadah Warahmah. Kemudian, ketika orang yang dizhalimi merasa menderita, itu bukan semata-mata karena dia dizhalimi, tetapi bisa jadi karena maksiat dan ketidak sabarannya ketika dizhalimi orang. Karena kalau orang itu sabar siapa pun itu, maka dizhalimi sekalipun dia tidak akan hancur, Nabi ﷺ mengatakan, وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا “Ketahuilah bahwasannya kemenangan itu bersama kesabaran, dan jalan keluar itu bersama kesulitan, dan bahwasanya bersama kesulitan ada kemudahan” (Hr. Tirmidzi). Dan Allah juga berfirman misalnya di dalam QS Al-Baqarah: 153 yang berbunyi; يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ Yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS Al-Baqarah: 153). Dan Allah sebutkan lebih dari satu ayat tentang masalah ini. Seperti di dalam QS Al-Anfal 2x Allah mengatakan, إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS Al-Anfal: 46) dan وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ “Dan Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS Al-Anfal: 66). Jadi kalau orang dizhalimi bersabar, maka dia telah bersabar dengan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan tidak akan hancur. Jadi ini pelajaran mahal, dizhalimi kita di dalam satu kasus bukan menunjukan bahwa kita orang baik di seluruh kasus atau kita orang baik di kehidupan secara utuh. Bisa jadi kita lebih buruk daripada orang yang menzhalimi kita kalau di akumulasi dengan kehidupan-kehidupan lain. Dan itulah sebabnya jangan gampang menilai orang, karena hidup terlalu komplek untuk dinilai di dalam satu atau dua kasus. Dan hendaklah kita kembali kepada Rabbul ‘Alamin. Dan bukan berarti kita tidak menolong orang yang zhalim dan terzhalimi sebagaimana yang dikatakan Nabi ﷺ. Lalu para sahabat bertanya, ‘Kalau menolong orang yang terzhalimi kita sudah mengerti, lalu bagaimana dengan orang yang zhalim? Yaitu dengan mencegahnya. Jadi tetap dudukan mana yang zhalim dan terzhalimi, tetapi memastikan bahwa orang yang terzhalimi tidak pernah berbuat maksiat, pasti baik dan selalu mengerjakan yang wajib dan sunah itu perlu didudukan dan tidak ada orang yang seperti itu dan masih ada kekurangan. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله تَعَالَى أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Sabtu, 4 Rajab 1446 AH/4 Januari 2025 Ahida Muhsin
insya Allah Imam An Nawawi beserta keluarga, Ustadz beserta keluarga dan Tim, para Ulama serta Jama'ah senantiasa dalam rahmat-Nya. Alhamdulillah, dengan istiqomah, Ustadaz telah berkenan memberikan tambahan ilmu bagi ummat di hari ke- 1646.
Bismillah.. Assalaamu'alaykum warahmatullahi wa barokatuh yaa ustaadz.. semoga ALLAH Subhaanahu wata'ala merahmati ustaadz dn seluruh keluarga dn seluruh tim kajian riyaadhush-shaalihin dan merahmati ustaadz2 ahlussunah wal jama'ah yg mengajak kepada ALLAH AZZA WA Jalla dn Rasulullah shalallahu alaihi wa salam..dan semoga ALLAH memasukkn al-Imaam an-Nawaawi dn imam2 ahlussunah wal jama'ah di mana saja berada yang Masih hidup dn yg telah ALLAH wafat kan dlm kemuliaan..dn smg ALLAH Subhaanahu wata'ala menolong saudara2 kita yg terzholimi di Palestina dn menguatkan keimanan mereka,yg wafat ALLAH masuk kan kesyurga dn yang masih ALLAH berikan kehidupan ALLAH bertambah keimanan mereka dan ALLAH bahagia kan mereka di dunia dn akhirat.ALLAH cukup kan semua kebutuhan mereka...dn ALLAH berikan ketenangan dn kesabaran dlm setiap kondisi ..
2nd PART Tanya: Kenapa orang yang menzhalimi terlihat bahagia, sedangkan yang dizhalimi sudah jatuh tertimpa tangga dan seolah-olah kesusahan dan kesedihan malah semakin menimpanya. Padahal yang dizhalimi tidak pernah berbuat maksiat dan selalu berbuat baik, Wajib dan Sunnah. Jawab: Siapa orang yang tidak pernah berbuat maksiat? Tidak ada. Makanya jangan gampang menyimpulkan seseorang. Jadi penilaian terhadap dua pihak tanpa mengurangi rasa hormat perlu di revisi. Pertama, terlihat bahagia, semua dugaan itu belum tentu benar. Lalu yang kedua, yang dizhalimi itu ‘tidak pernah berbuat maksiat dan selalu berbuat baik, Wajib dan Sunnah’ itu tidak ada orang seperti itu. Nabi ﷺ bersabda,كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ “Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan demi kesalahan, namun yang terbaik dari orang-orang yang banyak melakukan kesalahan adalah orang yang banyak bertaubat kepada Allah” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Dan yang paling banyak bertaubat itu Rasulullah ﷺ. Jadi ketidak tahuan kita terhadap kesalahan orang, bukan berarti kesalahan itu tidak ada. Ulama mengatakan, ‘Ketidak tahuan anda terhadap sesuatu bukan berarti sesuatu itu tidak ada’. Jadi ada, tetapi mungkin anda tidak tahu saja. Dan bukan suudzon, suudzon itu kalau kita katakan orang ini buruk atau kita katakan orang fasik. Adapun mengatakan, setiap orang melakukan kesalahan atau kekeliruan itu bukan suudzon, tetapi itu hakikat, karena Nabi ﷺ mengatakan demikian, dan itu membenarkan firman Allah dan sabda Nabi ﷺ. Dan itu termasuk diri kita sendiri, karena Nabi ﷺ yang mengatakan, كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ “Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan demi kesalahan, namun yang terbaik dari orang-orang yang banyak melakukan kesalahan adalah orang yang banyak bertaubat kepada Allah”. Dan tidak ada orang yang tidak melakukan maksiat dan itu mustahil. Lalu hati-hati dalam merekomendasi seseorang, Nabi ﷺ mengajarkan kepada kita kalau ingin merekomendasi seseorang tidak dengan Bahasa seperti ini. Nabi ﷺ bersabda, نَحْسَبُ كَذَلِكَ، وَاللَّهُ حَسِيْبُهُ، وَلَا نُزَكِّيْ عَلَى اللَّهِ أَحَدًا “Yang kita nilai, lihat demikian. Dan Allah yang Maha menilai, yang paling tahu hakikat orang ini, dan kita tidak merekomendasikan siapapun dihadapan Allah”. Jadi gunakan Bahasa, ‘Yang saya tahu atau terlihat oleh saya itu demikian dan Allah Maha Tahu dan saya tidak merekomendasikan siapapun dihadapan Allah’. Misalnya ini orang baik atau lainnya, kita tidak pernah tahu orang lain dan kita tidak pernah bisa memastikan seseorang. Dalam sebuah hadits, “Ada seseorang melintas dihadapan Nabi ﷺ, lalu Nabi ﷺ bertanya kepada para sahabat, ‘Bagaimana menurut kalian tentang orang ini?’, lalu kata mereka, ‘Orang ini sangat layak untuk dinikahkan jika dia melamar seorang wanita, kalau dia mengincar perempuan maka wanitanya akan terima dan walinya juga akan terima. Dan kalau dia memberikan syafa’at maka syafa’atnya akan di terima. Dan kalau dia bicara, orang akan dengar’. Dan ketika mendengar keterangan mereka, Nabi ﷺ terdiam sampai ada seorang yang berasal dari seorang fakir dan miskin itu melintas setelah beberapa saat kemudian. Lalu kemudian Nabi ﷺ bertanya, ‘menurut kalian kalau orang ini bagaimana?’, lalu mereka berkata, ‘Orang ini kalau dia melamar layak untuk di tolak dan perempuan tidak ada yang mau dengan dia, kalau dia memberikan rekomendasi atau safa’at tidak di terima. Dan kalau ada yang bicara tidak ada yang mau mendengar’. Lalu apa kata Rasulullah ﷺ, “Orang yang kedua ini lebih baik daripada orang yang pertama dengan perbedaan seperti isi bumi ini”. Makanya kalau ada orang pertama sejumlah isi bumi versus satu orang kedua maka orang kedua lebih unggul. Ini menunjukan bahwa parameter itu Ketakwaan di sisi Allah bukan karena penilaian di sisi manusia, yang sering sekali menilai secara pisik atau materi dan tidak utuh. Jadi kita perlu renungkan tentang masalah seperti ini dan tidak mudah merekomendasikan apalagi mengatakan tidak pernah berbuat maksiat. Adapun orang yang menzhalimi itu terlihat bahagia, namun semua yang terlihat itu belum tentu benar. Allah yang berfirman di dalam QS Al-An’am: 21 yang berbunyi; وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ Yang artinya, “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan”. (QS Al-An’am: 21). Allah juga mengatakan di dalam surat yang sama tetapi dalam ayat yang berbeda, Allah berfirman di dalam QS Al-An’am: 135 yang berbunyi; قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ ۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ Yang artinya, “Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”. (QS Al-An’am: 135). Jadi ada lebih dari 1 atau 2 ayat yang mengatakan demikian, Allah juga mengatakan di dalam surat Yusuf, Al-Qasas. Dan Allah yang berfirman lebih dari satu ayat bahwa إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”. Jadi kalau Allah sudah berfirman demikian, parameter kita bukan apa yang terlihat oleh kita, tetapi apa hakikat itu semua. Dan yang menjadi parameter itu bukan penilaian kita, tetapi apa yang Allah firmankan. Tetapi terlihat, karakter Dunia memang begitu, dunia itu sandiwara, Allah berfirman di dalam QS Al-Hadid: 20 yang berbunyi; اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ Yang artinya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS Al-Hadid: 20). To be continued 2 of 3 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله تَعَالَى أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Sabtu, 4 Rajab 1446 AH/4 Januari 2025 Ahida Muhsin
Ringkasan Kajian - Kala Rasa ‘Suka Sejenis’ Muncul
Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri
1. Menghadapi Ujian Perasaan yang Tidak Wajar
✅ Perasaan suka terhadap sesama jenis adalah ujian yang harus disikapi dengan benar.
✅ QS. Ash-Shu'ara: 80 → “Dan apabila aku sakit, maka Allah yang menyembuhkan.”
✅ Allah Maha Kuasa menghilangkan perasaan yang tidak sesuai dengan fitrah manusia.
2. Cara Mengatasi Perasaan Suka Sejenis
✅ Kembali kepada Allah dan Memperkuat Iman
- Perasaan menyimpang muncul ketika hati lalai dari mengingat Allah.
- Perbanyak dzikir, ibadah, dan doa agar hati tetap bersih.
✅ Menjaga Jarak dari Pemicu Perasaan
- Jika perasaan muncul terhadap seseorang, segera batasi interaksi dengannya.
- Konsep isolasi dalam medis juga berlaku dalam penyakit hati.
- Jika terus dibiarkan, perasaan itu bisa semakin kuat dan berbahaya.
✅ Hindari Hal-hal yang Men-trigger Perasaan Tersebut
- Jangan membaca, menonton, atau mendengar konten yang mendukung penyimpangan ini.
- Tutup semua pintu yang bisa mengarahkan ke arah perasaan tersebut.
✅ Sadari Bahwa Perasaan Ini adalah Ujian dari Allah
- Jika masih merasa bersalah dan tersiksa, itu tanda bahwa iman masih berfungsi.
- Iman yang kuat akan melawan hawa nafsu dan membimbing seseorang ke jalan yang benar.
✅ Bersabar dan Berjuang Melawan Hawa Nafsu
- Hadis: “Mujahid sejati adalah orang yang berjuang melawan dirinya sendiri untuk tetap taat kepada Allah.”
- Melawan perasaan ini adalah bentuk jihad dalam diri.
✅ Meningkatkan Aktivitas Ibadah
- Perbanyak sholat, membaca Al-Quran, dan berdzikir.
- Jika memiliki kemampuan finansial, lakukan umrah atau haji untuk berdoa secara langsung di tempat yang mustajab.
3. Kesimpulan
✅ Perasaan suka sesama jenis adalah ujian yang bisa diatasi dengan kembali kepada Allah.
✅ Menjaga jarak dan menghindari pemicu adalah langkah penting dalam mengatasinya.
✅ Jika masih merasa tersiksa, itu tanda iman masih aktif dan harus diperkuat.
✅ Lawan hawa nafsu dengan jihad diri sendiri dan perbanyak ibadah kepada Allah.
Pesan utama: Allah Maha Penyayang dan selalu memberikan jalan keluar bagi hamba-Nya yang ingin kembali ke fitrah yang benar!
Jazakallah khairan
Jazaakumullahu khairaan
Semoga Allah memberkahi ustadz, beserta guru guru ustadz, keluarga dan team kajian, semoga ustadz selalu sehat... Aamiin
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah berhenti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak di sana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita, Nabi kita Rasulullah ﷺ beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah Rasulullah ﷺ sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team berserta keluarganya dan juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada. Dan juga semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan untuk kaum Muslimin dan Muslimat yang sedang terzhalimi di Palestina, di Uyghur dan di belahan Bumi lainnya, serta memberikan perlindungan kepada kita semua sebagai umat Rasulullah ﷺ dan sebagai suri tauladan kita semua. آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
PART ONE
Session Tanya-Jawab:
Tanya: Saya laki-laki sudah setahun punya perasaan suka yang tidak wajar bertemu dengan laki-laki lain. Padahal teman saya ini adalah teman laki-laki yang shalih. Saya sudah berdo’a agar perasaan ini hilang, bahkan pada saat teman saya ini Umrah, saya secara tidak langsung titip do’a ke beliau agar bisa dihilangkan perasaan ini. Mohon saran dan nasihat langkahnya Ustadz, agar saya sembuh dari penyakit ini, karena saya sangat tersiksa dan menjadi beban pikiran.
Jawab: Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua. Allah berfirman di dalam QS Asy-Syu’ara’: 80 yang berbunyi;
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
Yang artinya, “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”. (QS Asy-Syu’ara’: 80).
Apa yang dirasakan oleh penanya pada saat ini menunjukan bahwa manusia itu lemah dan Allah-lah yang Maha Berkuasa. Allah bisa menghadirkan kesembuhan dengan mudah, sebagaimana Allah bisa memberikan rasa sakit dengan mudah. Maka kembalilah kepada Rabbul ‘Alamiin. Dan para ulama telah menjelaskan diantaranya Al Imam Ibnu Qoyyim رحمه الله تَعَالَى bahwa, ‘Offsite dalam cinta (seperti kasus penanya), maka itu disebabkan oleh kurang dan lalainya kita dalam mengingat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‘. Ini berkaitan dengan dzikrullah. Begitu seseorang lalai dalam level tertentu dalam mengingat Allah, maka salah satu konsekuensinya akan ada offsite dalam rasa cinta dan suka kepada selain Allah Tabaroka wa Ta’ala. Maka jika kita ingin sembuh kembalilah kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala, Al-Ruju Ilallah. Perkuat Iman kita kepada Allah, Tadharru' artinya merendahkan diri dan hati kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Bukankah Allah berfirman di dalam QS Al-An’am: 42 yang berbunyi;
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ
Yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri”. (QS Al-An’am: 42).
Dan ini yang harus dilakukan sebelum stadium bertambah. Lalu kemudian jaga jarak sebagaimana dijelaskan oleh para ulama fiqh, ‘Apabila seseorang memiliki penyimpangan social kepada pihak yang jelas-jelas tidak diperbolehkan, maka dia harus menjaga jarak dari pihak tersebut’. Dan kita tahu bahwa konsep Isolasi ada di dalam Ilmu Medis dan itu berfungsi dan terbukti efektif. Jadi ketika ada seseorang punya rasa itu khususnya di awal-awal, jelas harus menjaga pergaulan dengan pihak itu walaupun hukum asalnya mubah. Dan apabila dibiarkan maka dikhawatirkan rasa itu akan bertambah dan rasa ini di awal sudah jelas tidak diperbolehkan dan diharamkan. Dan berbeda dengan rasa ke lawan jenis, solusinya adalah menikah. Jadi harus menjaga jarak yang aman dan kembalilah kepada Rabbul ‘Alamin. Lalu hindari seluruh yang mentriger atau yang mempengaruhi atau yang mendorong kita untuk ke arah sana, apapun itu seperti membaca artikel atau sesuatu atau cerita atau menonton atau yang lainnya yang mengarahkan ke sana. Dan ketika penanya menyampaikan, ‘Sangat tersiksa dan menjadi beban pikiran’, maka ini menunjukan bahwa Imannya masih aktif berfungsi. Ini menunjukan ada Iman yang baik sehingga benar-benar harus di jaga, karena kalau Imannya sudah bermasalah, orang itu tidak akan merasa bersalah apapun dan akan biasa saja seperti melakukan hal yang mubah. Tetapi kalau orang itu merasa tersiksa atau merasa bersalah atau masih merasa terpuruk maka itu adalah tanda bahwa Imannya masih berjalan. Nabi ﷺ bersabda di dalam masalah ini, dari an-Nawwâs bin Sam’ân رضي الله عنه berkata: Aku bertanya kepada Rasûlullâh ﷺ tentang kebaikan dan dosa (keburukan)? Lalu beliau bersabda: عَنِ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ: «الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ “Kebaikan adalah bagusnya perangai; sedangkan dosa (keburukan) adalah apa yang mengganjal di dadamu dan engkau pun tidak suka diketahui oleh orang lain” (HR. Muslim). Dan itu dosa bagi orang beriman tidak enak, tidak bisa, tidak nyaman dan tersiksa maka itu menunjukan bahwa Iman itu masih ada. Dan perasaan tersiksa itu menunjukan ada perang bathin di dalam diri kita, Iman kita tidak menyerah dan Iman kita melawan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ bahwa,وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ “Mujahid adalah orang yang berjihad memerangi jiwanya dalam ketaatan kepada Allah dan Muhajir adalah orang yang berhijrah dari larangan Allah” (HR. Ahmad 6/21, sanadnya shahih, -ed). Dan itulah Jihad pasti ada luka dan rasa letih, memar, terpukul dan ada rasa tidak nyaman. Maka perbanyak Ibadah dan Taqarrub kepada Allah. Dan kalau punya harta maka Umrah lah dan kalau bisa Haji, Do’a di Arafah karena خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah” (HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Maksudnya, inilah do’a yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 10: 33).
To be continued 1 of 3 part
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله تَعَالَى أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Sabtu, 4 Rajab 1446 AH/4 Januari 2025
Ahida Muhsin
Masya Allah Tabarakallah
Alhamdulillaahi rabbil aalamiin robbana taqobbal minna
LAST PART
Jadi Allah sudah mengatakan bahwa dunia itu, karakter ahli dunia adalah orang-orang selalu berusaha tampil di atas levelnya dan berusaha untuk berbangga-bangga, menampakan, bermegah-megah dengan itu semua. Dan Allah berfirman, اعْلَمُوا “Ketahuilah” atau “Kalian harus mengerti ini” atau “Kalian harus tahu ini faktanya”, kecuali yang dirahmati oleh Allah, kecuali ahli Akhirat. Makanya secara umum kita ingin selalu terlihat keluarga kita baik-baik saja karena ada yang dibanggakan dan keluarga itu bagian dari kebanggaan, makanya kita berusaha terlihat Sakinah Mawadah Warahmah. Kemudian, ketika orang yang dizhalimi merasa menderita, itu bukan semata-mata karena dia dizhalimi, tetapi bisa jadi karena maksiat dan ketidak sabarannya ketika dizhalimi orang. Karena kalau orang itu sabar siapa pun itu, maka dizhalimi sekalipun dia tidak akan hancur, Nabi ﷺ mengatakan, وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا “Ketahuilah bahwasannya kemenangan itu bersama kesabaran, dan jalan keluar itu bersama kesulitan, dan bahwasanya bersama kesulitan ada kemudahan” (Hr. Tirmidzi). Dan Allah juga berfirman misalnya di dalam QS Al-Baqarah: 153 yang berbunyi;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS Al-Baqarah: 153).
Dan Allah sebutkan lebih dari satu ayat tentang masalah ini. Seperti di dalam QS Al-Anfal 2x Allah mengatakan, إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS Al-Anfal: 46) dan وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ “Dan Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS Al-Anfal: 66). Jadi kalau orang dizhalimi bersabar, maka dia telah bersabar dengan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan tidak akan hancur. Jadi ini pelajaran mahal, dizhalimi kita di dalam satu kasus bukan menunjukan bahwa kita orang baik di seluruh kasus atau kita orang baik di kehidupan secara utuh. Bisa jadi kita lebih buruk daripada orang yang menzhalimi kita kalau di akumulasi dengan kehidupan-kehidupan lain. Dan itulah sebabnya jangan gampang menilai orang, karena hidup terlalu komplek untuk dinilai di dalam satu atau dua kasus. Dan hendaklah kita kembali kepada Rabbul ‘Alamin. Dan bukan berarti kita tidak menolong orang yang zhalim dan terzhalimi sebagaimana yang dikatakan Nabi ﷺ. Lalu para sahabat bertanya, ‘Kalau menolong orang yang terzhalimi kita sudah mengerti, lalu bagaimana dengan orang yang zhalim? Yaitu dengan mencegahnya. Jadi tetap dudukan mana yang zhalim dan terzhalimi, tetapi memastikan bahwa orang yang terzhalimi tidak pernah berbuat maksiat, pasti baik dan selalu mengerjakan yang wajib dan sunah itu perlu didudukan dan tidak ada orang yang seperti itu dan masih ada kekurangan.
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله تَعَالَى أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Sabtu, 4 Rajab 1446 AH/4 Januari 2025
Ahida Muhsin
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
اللهم إني أسألك علما نافعا وأعوذ بك من علم لا ينفع
جزاكم الله خيرا و بارك الله فيكم
insya Allah Imam An Nawawi beserta keluarga, Ustadz beserta keluarga dan Tim, para Ulama serta Jama'ah senantiasa dalam rahmat-Nya. Alhamdulillah, dengan istiqomah, Ustadaz telah berkenan memberikan tambahan ilmu bagi ummat di hari ke- 1646.
Bismillah.. Assalaamu'alaykum warahmatullahi wa barokatuh yaa ustaadz.. semoga ALLAH Subhaanahu wata'ala merahmati ustaadz dn seluruh keluarga dn seluruh tim kajian riyaadhush-shaalihin dan merahmati ustaadz2 ahlussunah wal jama'ah yg mengajak kepada ALLAH AZZA WA Jalla dn Rasulullah shalallahu alaihi wa salam..dan semoga ALLAH memasukkn al-Imaam an-Nawaawi dn imam2 ahlussunah wal jama'ah di mana saja berada yang Masih hidup dn yg telah ALLAH wafat kan dlm kemuliaan..dn smg ALLAH Subhaanahu wata'ala menolong saudara2 kita yg terzholimi di Palestina dn menguatkan keimanan mereka,yg wafat ALLAH masuk kan kesyurga dn yang masih ALLAH berikan kehidupan ALLAH bertambah keimanan mereka dan ALLAH bahagia kan mereka di dunia dn akhirat.ALLAH cukup kan semua kebutuhan mereka...dn ALLAH berikan ketenangan dn kesabaran dlm setiap kondisi ..
بسم الله الرحمن الرحيم
💫🙏
Jazakumullah khair ,ustadz
Barakallahu fiikum
Syafaakallaah syifaan 'aajilan laa ba'sa thohuurun in syaa ALLAH yaa ustaadz .. ahsanallaah ilaiykum wa ahliikum jamii'an..wa baarokallaahu fiikum wa ahliikum jamii'an wa u'muriikum..wa 'amaaliik..wa ziyaadah fiid-dun-yaa wal aakhirah....jazaakallaahu khayron bil Jannatul Firdausil a'la lakum wa ahliikum yaa ustaadz... Syukron katsiiron atas ilmannafi'nnya... Assalaamu'alaykum warahmatullahi wa barokatuh yaa ustaadz...
الحمد لله رب العالمين
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا
Ustadzuna Muhammad Nuzul Dzikri beserta Tim Muhajir hafizhahumullahu ta'ala atas ilmunya
بَارَكَ اللهُ فِيْكُم
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimush sholihaat
Jazakumullahu Khayran wa Barakallahu Fiikum Ustadzuna dan Tim
2nd PART
Tanya: Kenapa orang yang menzhalimi terlihat bahagia, sedangkan yang dizhalimi sudah jatuh tertimpa tangga dan seolah-olah kesusahan dan kesedihan malah semakin menimpanya. Padahal yang dizhalimi tidak pernah berbuat maksiat dan selalu berbuat baik, Wajib dan Sunnah.
Jawab: Siapa orang yang tidak pernah berbuat maksiat? Tidak ada. Makanya jangan gampang menyimpulkan seseorang. Jadi penilaian terhadap dua pihak tanpa mengurangi rasa hormat perlu di revisi. Pertama, terlihat bahagia, semua dugaan itu belum tentu benar. Lalu yang kedua, yang dizhalimi itu ‘tidak pernah berbuat maksiat dan selalu berbuat baik, Wajib dan Sunnah’ itu tidak ada orang seperti itu. Nabi ﷺ bersabda,كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ “Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan demi kesalahan, namun yang terbaik dari orang-orang yang banyak melakukan kesalahan adalah orang yang banyak bertaubat kepada Allah” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Dan yang paling banyak bertaubat itu Rasulullah ﷺ. Jadi ketidak tahuan kita terhadap kesalahan orang, bukan berarti kesalahan itu tidak ada. Ulama mengatakan, ‘Ketidak tahuan anda terhadap sesuatu bukan berarti sesuatu itu tidak ada’. Jadi ada, tetapi mungkin anda tidak tahu saja. Dan bukan suudzon, suudzon itu kalau kita katakan orang ini buruk atau kita katakan orang fasik. Adapun mengatakan, setiap orang melakukan kesalahan atau kekeliruan itu bukan suudzon, tetapi itu hakikat, karena Nabi ﷺ mengatakan demikian, dan itu membenarkan firman Allah dan sabda Nabi ﷺ. Dan itu termasuk diri kita sendiri, karena Nabi ﷺ yang mengatakan, كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ “Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan demi kesalahan, namun yang terbaik dari orang-orang yang banyak melakukan kesalahan adalah orang yang banyak bertaubat kepada Allah”. Dan tidak ada orang yang tidak melakukan maksiat dan itu mustahil. Lalu hati-hati dalam merekomendasi seseorang, Nabi ﷺ mengajarkan kepada kita kalau ingin merekomendasi seseorang tidak dengan Bahasa seperti ini. Nabi ﷺ bersabda, نَحْسَبُ كَذَلِكَ، وَاللَّهُ حَسِيْبُهُ، وَلَا نُزَكِّيْ عَلَى اللَّهِ أَحَدًا “Yang kita nilai, lihat demikian. Dan Allah yang Maha menilai, yang paling tahu hakikat orang ini, dan kita tidak merekomendasikan siapapun dihadapan Allah”. Jadi gunakan Bahasa, ‘Yang saya tahu atau terlihat oleh saya itu demikian dan Allah Maha Tahu dan saya tidak merekomendasikan siapapun dihadapan Allah’. Misalnya ini orang baik atau lainnya, kita tidak pernah tahu orang lain dan kita tidak pernah bisa memastikan seseorang. Dalam sebuah hadits, “Ada seseorang melintas dihadapan Nabi ﷺ, lalu Nabi ﷺ bertanya kepada para sahabat, ‘Bagaimana menurut kalian tentang orang ini?’, lalu kata mereka, ‘Orang ini sangat layak untuk dinikahkan jika dia melamar seorang wanita, kalau dia mengincar perempuan maka wanitanya akan terima dan walinya juga akan terima. Dan kalau dia memberikan syafa’at maka syafa’atnya akan di terima. Dan kalau dia bicara, orang akan dengar’. Dan ketika mendengar keterangan mereka, Nabi ﷺ terdiam sampai ada seorang yang berasal dari seorang fakir dan miskin itu melintas setelah beberapa saat kemudian. Lalu kemudian Nabi ﷺ bertanya, ‘menurut kalian kalau orang ini bagaimana?’, lalu mereka berkata, ‘Orang ini kalau dia melamar layak untuk di tolak dan perempuan tidak ada yang mau dengan dia, kalau dia memberikan rekomendasi atau safa’at tidak di terima. Dan kalau ada yang bicara tidak ada yang mau mendengar’. Lalu apa kata Rasulullah ﷺ, “Orang yang kedua ini lebih baik daripada orang yang pertama dengan perbedaan seperti isi bumi ini”. Makanya kalau ada orang pertama sejumlah isi bumi versus satu orang kedua maka orang kedua lebih unggul. Ini menunjukan bahwa parameter itu Ketakwaan di sisi Allah bukan karena penilaian di sisi manusia, yang sering sekali menilai secara pisik atau materi dan tidak utuh. Jadi kita perlu renungkan tentang masalah seperti ini dan tidak mudah merekomendasikan apalagi mengatakan tidak pernah berbuat maksiat. Adapun orang yang menzhalimi itu terlihat bahagia, namun semua yang terlihat itu belum tentu benar. Allah yang berfirman di dalam QS Al-An’am: 21 yang berbunyi;
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Yang artinya, “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan”. (QS Al-An’am: 21).
Allah juga mengatakan di dalam surat yang sama tetapi dalam ayat yang berbeda, Allah berfirman di dalam QS Al-An’am: 135 yang berbunyi;
قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ ۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Yang artinya, “Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”. (QS Al-An’am: 135).
Jadi ada lebih dari 1 atau 2 ayat yang mengatakan demikian, Allah juga mengatakan di dalam surat Yusuf, Al-Qasas. Dan Allah yang berfirman lebih dari satu ayat bahwa إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”.
Jadi kalau Allah sudah berfirman demikian, parameter kita bukan apa yang terlihat oleh kita, tetapi apa hakikat itu semua. Dan yang menjadi parameter itu bukan penilaian kita, tetapi apa yang Allah firmankan. Tetapi terlihat, karakter Dunia memang begitu, dunia itu sandiwara, Allah berfirman di dalam QS Al-Hadid: 20 yang berbunyi;
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Yang artinya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS Al-Hadid: 20).
To be continued 2 of 3 part
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله تَعَالَى أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Sabtu, 4 Rajab 1446 AH/4 Januari 2025
Ahida Muhsin
Aamiin ALLAAHUMMA aamiin yaa Robbal 'Aalamiin yaa Dzal Jalaali wal-Ikraam
Alhamdulillah, jazakallahu khairan ustadz
Alhamdulillah
0:31 start
Alhamdulilah
جزاكم الله خيرا
Oh kl bersinny flu gak perlu bertahmid ya ustadz. Jazakumullahu khoiron ustadz, smg Allah sembuhkan flu ustadz jika itu yg terbaik .Aamiin
kalau mau ikut bertanya caranya gmn ya?
cara gabung digroupnya gmn ya?