Bismillah Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah, jazaakumullah khayran Ustadzuna Muhammad Nuzul Dzikri hafizhahullah ta'ala atas ilmunya pagi ini serta segenap tim kajian yg bertugas, Baarakallahu fiikum.. 🙏
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah berhenti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak di sana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita, Nabi kita Rasulullah ﷺ beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah Rasulullah ﷺ sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team berserta keluarganya dan juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada. Dan juga semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan untuk kaum Muslimin dan Muslimat yang sedang terzhalimi di Palestina, di Uyghur dan di belahan Bumi lainnya, serta memberikan perlindungan kepada kita semua sebagai umat Rasulullah ﷺ dan sebagai suri tauladan kita semua. آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. Kesimpulan Ke-7 dari Bab 46 tentang “Keutamaan Dan Anjuran Cinta Karena Allah, Orang Yang Mencintai Memberitahukan Cintanya Kepada Orang Yang Dicintai Dan Jawabannya Untuknya Bila Dia Memberitahukannya” adalah sebagai berikut: Kesimpulan ke-7 dari Bab ini para ulama mengatakan Bab ini mengajarkan kita bahwa di saat seseorang mencintai saudaranya atau pihak lain maka cintanya itu lahir dari cintanya kepada Allah, kepada Rasulullah ﷺ dan kepada Agamanya. Kesimpulan Bab ini, dari dalil pertama hingga dalil terakhir adalah bahwa akar atau dasar pondasi kita mencintai seseorang, istri, suami, anak, kakak, adik, orangtua, keluarga besar, sahabat atau teman kita pada dasarnya itu adalah cinta kita kepada Allah, Rasulullah ﷺ dan cinta kita kepada Agama kita. Jadi dasarnya bukan karena pisik semata atau kekayaan atau kedudukan atau bukan karena dia baik kepada kita secara pribadi semata, tetapi dia melakukan kesyirikan dan meremehkan Allah Tabaroka wa Ta’ala lalu dia remehkan Rasulullah ﷺ, maka itu bukan inti dari Bab ini. Makanya ini salah satu rahasia kenapa salah satu ujian terbesar para Nabi dan Rasul itu berasal dari orang-orang terdekat? Nabi Adam عليه السلام dengan salah satu anaknya. Nabi Ya’cub عليه السلام beliau harus menerima kenyataan bahwa mayoritas anaknya hasad dengan Yusuf عليه السلام. Nabi Nuh عليه السلام dengan istri dan anaknya, Nabi Luth عليه السلام dengan istrinya. Nabi Musa عليه السلام dengan ayah angkatnya. Rasulullah ﷺ dengan paman-pamannya. Kenapa Nabi Ibrahim عليه السلام diperintahkan untuk menyembelih Nabi Ismail عليه السلام? Dan semua intinya ini. Dan itu ujian yang sangat berat dan rumit dan sangat menguras energi. Masalah yang paling rumit dalam kehidupan social kita adalah ketika kita bermasalah dengan orang-orang yang kita cintai atau orang-orang yang terdekat dengan kita. Dan kenapa itu semua terjadi? Karena ujiannya apakah seorang hamba itu mencintai istrinya, anaknya, suaminya atau orangtuanya, keluarganya atau sahabatnya karena Allah, lahir karena cintanya kepada Allah, karena cintanya kepada Nabi ﷺ dan cintanya kepada Agama yang Allah turunkan atau ini hanya masalah personal? Jadi cinta pribadi, cinta karena syahwat dan itu tidak cukup dengan claim. Dan kalau claim maka sebagaimana yang dikatakan sebagian ahli hikmah, ‘Setiap orang mengaku punya hubungan dengan Laila’, sebuah istilah yang bermakna setiap orang bisa mengclaim punya hubungan baik, setiap orang mudah menclaim cinta karena Allah dan itu terjadi dan itu semua butuh pembuktian. Dan jangan pernah berfikir bahwa pembuktian itu mudah, ini ujiannya para Nabi dan Rasul, أَشَدُّ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ “Yang paling berat ujiannya Para Nabi”. Dan ini salah satu ujiannya para Nabi عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ dan orang-orang yang makan asam garam kehidupan mengerti tentang beratnya ujian kalau sudah di uji dari sisi ini dan tidak mudah. Ini inti dari Bab ini, bahwa mencintai seseorang itu lahir dari cinta kita kepada Allah, Rasulullah ﷺ dan cinta kita kepada agama kita. Jadi kalau dari awal bahwa seseorang itu tidak mencintai Allah, mencintai Rasulullah ﷺ dan mencintai agamanya dan itu terlihat dalam sikapnya maka dia tidak akan mungkin bisa berada di Bab ini. Karena Bab ini lahir dari Rahim tersebut, dan kalau dia tidak punya Rahim bagaimana dia mau melahirkan? Jadi Bab ini hanya bagi orang-orang yang punya Tauhid baik. Dan kalau dari awal memang tauhidnya bermasalah, tidak mencintai Allah dan hidup hanya untuk diri sendiri, kesenangan, syahwat dan ambisi-ambisi pribadi, tidak usah berbicara Bab ini, karena rahimnya tidak ada, bagaimana dia mau melahirkan sesuatu. Jadi sebelum itu semua, maka ini yang harus ditanamkan. Jadi orang-orang baik itu hidupnya bukan hanya dengan hutang budi atau hutang jasa semata. Namun Bab ini jauh lebih luas dan dalam dari itu semua, dia bukan hanya merasa orang itu punya jasa kepada dia, tetapi lebih dalam lagi. Dia melihat orang itu punya pencapaian dalam menunaikan hak Allah, lalu setelah itu bicara tentang hutang budi secara pribadi, tetapi yang pertama, apa andil orang tersebut untuk agama Allah? apa upaya orang itu dalam menunaikan hak-hak الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Apa peran orang itu dalam menunaikan hak Rasulullah ﷺ? Begitu kita lihat sosok ini kehidupannya punya peran dalam menunaikan hak Allah lalu Rasulullah ﷺ dan Agama Allah, baru kita katakan saya respek dengan dia dan saya jatuh hati kepada dia dan saya mencintai dia. Walaupun tidak terlalu dekat atau tidak punya hutang budi apapun dengan dia. Dan itu point dari Bab ini dan itu yang akan dinaungi Allah pada hari Kiamat, di saat tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Jadi porosnya itu bukan diri kita, tetapi apa yang sudah dilakukan seorang hamba kepada Rabb-Nya الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, dan ini point itu semua dan bagaimana kita mencintai mereka. Dan itu ujiannya. Makanya الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengatakan tentang masalah ini. Allah berfirman di dalam QS At-Taubah: 24 yang berbunyi; قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ Yang artinya, “Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS At-Taubah: 24). Sebuah ancaman, jadi arti فَتَرَبَّصُوا “Tunggulah”, itu perintah yang bermakna, kalian tinggal menunggu waktu kapan kalian di azab oleh Allah. Tunggu saja sampai Allah datangkan hukuman dan azab yang kalian tidak bisa tolak. وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ “Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. Dan ini bahasa yang sangat mengerikan dan menakutkan. Dan itu ancaman yang sangat menakutkan, فَتَرَبَّصُوا “Tunggulah”. Dan menunggu itu adalah salah satu aktivitas yang paling menjemukan dan tidak mengenakan dan itu menunggu orang yang kita senangi, apalagi di suruh menunggu azab. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله تَعَالَى أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Selasa, 14 Rajab 1446 AH/14 Januari 2025 Ahida Muhsin
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimush sholihaat
Jazakumullahu Khayran wa Barakallahu Fiikum Ustadzuna dan Tim
Alhamdulillahi robbil alamiin robbana taqobbal minna
Bismillah
Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah, jazaakumullah khayran Ustadzuna Muhammad Nuzul Dzikri hafizhahullah ta'ala atas ilmunya pagi ini serta segenap tim kajian yg bertugas, Baarakallahu fiikum.. 🙏
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
اللهم إني أسألك علما نافعا وأعوذ بك من علم لا ينفع
جزاكم الله خيرا و بارك الله فيكم
Masya Allah Tabarakallah
Barakallahu fiik ustadz
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah berhenti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak di sana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita, Nabi kita Rasulullah ﷺ beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah Rasulullah ﷺ sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team berserta keluarganya dan juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada. Dan juga semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan untuk kaum Muslimin dan Muslimat yang sedang terzhalimi di Palestina, di Uyghur dan di belahan Bumi lainnya, serta memberikan perlindungan kepada kita semua sebagai umat Rasulullah ﷺ dan sebagai suri tauladan kita semua. آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
Kesimpulan Ke-7 dari Bab 46 tentang “Keutamaan Dan Anjuran Cinta Karena Allah, Orang Yang Mencintai Memberitahukan Cintanya Kepada Orang Yang Dicintai Dan Jawabannya Untuknya Bila Dia Memberitahukannya” adalah sebagai berikut:
Kesimpulan ke-7 dari Bab ini para ulama mengatakan Bab ini mengajarkan kita bahwa di saat seseorang mencintai saudaranya atau pihak lain maka cintanya itu lahir dari cintanya kepada Allah, kepada Rasulullah ﷺ dan kepada Agamanya. Kesimpulan Bab ini, dari dalil pertama hingga dalil terakhir adalah bahwa akar atau dasar pondasi kita mencintai seseorang, istri, suami, anak, kakak, adik, orangtua, keluarga besar, sahabat atau teman kita pada dasarnya itu adalah cinta kita kepada Allah, Rasulullah ﷺ dan cinta kita kepada Agama kita. Jadi dasarnya bukan karena pisik semata atau kekayaan atau kedudukan atau bukan karena dia baik kepada kita secara pribadi semata, tetapi dia melakukan kesyirikan dan meremehkan Allah Tabaroka wa Ta’ala lalu dia remehkan Rasulullah ﷺ, maka itu bukan inti dari Bab ini. Makanya ini salah satu rahasia kenapa salah satu ujian terbesar para Nabi dan Rasul itu berasal dari orang-orang terdekat? Nabi Adam عليه السلام dengan salah satu anaknya. Nabi Ya’cub عليه السلام beliau harus menerima kenyataan bahwa mayoritas anaknya hasad dengan Yusuf عليه السلام. Nabi Nuh عليه السلام dengan istri dan anaknya, Nabi Luth عليه السلام dengan istrinya. Nabi Musa عليه السلام dengan ayah angkatnya. Rasulullah ﷺ dengan paman-pamannya. Kenapa Nabi Ibrahim عليه السلام diperintahkan untuk menyembelih Nabi Ismail عليه السلام? Dan semua intinya ini. Dan itu ujian yang sangat berat dan rumit dan sangat menguras energi. Masalah yang paling rumit dalam kehidupan social kita adalah ketika kita bermasalah dengan orang-orang yang kita cintai atau orang-orang yang terdekat dengan kita.
Dan kenapa itu semua terjadi? Karena ujiannya apakah seorang hamba itu mencintai istrinya, anaknya, suaminya atau orangtuanya, keluarganya atau sahabatnya karena Allah, lahir karena cintanya kepada Allah, karena cintanya kepada Nabi ﷺ dan cintanya kepada Agama yang Allah turunkan atau ini hanya masalah personal? Jadi cinta pribadi, cinta karena syahwat dan itu tidak cukup dengan claim. Dan kalau claim maka sebagaimana yang dikatakan sebagian ahli hikmah, ‘Setiap orang mengaku punya hubungan dengan Laila’, sebuah istilah yang bermakna setiap orang bisa mengclaim punya hubungan baik, setiap orang mudah menclaim cinta karena Allah dan itu terjadi dan itu semua butuh pembuktian. Dan jangan pernah berfikir bahwa pembuktian itu mudah, ini ujiannya para Nabi dan Rasul, أَشَدُّ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ “Yang paling berat ujiannya Para Nabi”. Dan ini salah satu ujiannya para Nabi عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ dan orang-orang yang makan asam garam kehidupan mengerti tentang beratnya ujian kalau sudah di uji dari sisi ini dan tidak mudah.
Ini inti dari Bab ini, bahwa mencintai seseorang itu lahir dari cinta kita kepada Allah, Rasulullah ﷺ dan cinta kita kepada agama kita. Jadi kalau dari awal bahwa seseorang itu tidak mencintai Allah, mencintai Rasulullah ﷺ dan mencintai agamanya dan itu terlihat dalam sikapnya maka dia tidak akan mungkin bisa berada di Bab ini. Karena Bab ini lahir dari Rahim tersebut, dan kalau dia tidak punya Rahim bagaimana dia mau melahirkan? Jadi Bab ini hanya bagi orang-orang yang punya Tauhid baik. Dan kalau dari awal memang tauhidnya bermasalah, tidak mencintai Allah dan hidup hanya untuk diri sendiri, kesenangan, syahwat dan ambisi-ambisi pribadi, tidak usah berbicara Bab ini, karena rahimnya tidak ada, bagaimana dia mau melahirkan sesuatu. Jadi sebelum itu semua, maka ini yang harus ditanamkan. Jadi orang-orang baik itu hidupnya bukan hanya dengan hutang budi atau hutang jasa semata. Namun Bab ini jauh lebih luas dan dalam dari itu semua, dia bukan hanya merasa orang itu punya jasa kepada dia, tetapi lebih dalam lagi. Dia melihat orang itu punya pencapaian dalam menunaikan hak Allah, lalu setelah itu bicara tentang hutang budi secara pribadi, tetapi yang pertama, apa andil orang tersebut untuk agama Allah? apa upaya orang itu dalam menunaikan hak-hak الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Apa peran orang itu dalam menunaikan hak Rasulullah ﷺ? Begitu kita lihat sosok ini kehidupannya punya peran dalam menunaikan hak Allah lalu Rasulullah ﷺ dan Agama Allah, baru kita katakan saya respek dengan dia dan saya jatuh hati kepada dia dan saya mencintai dia. Walaupun tidak terlalu dekat atau tidak punya hutang budi apapun dengan dia. Dan itu point dari Bab ini dan itu yang akan dinaungi Allah pada hari Kiamat, di saat tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Jadi porosnya itu bukan diri kita, tetapi apa yang sudah dilakukan seorang hamba kepada Rabb-Nya الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, dan ini point itu semua dan bagaimana kita mencintai mereka. Dan itu ujiannya.
Makanya الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengatakan tentang masalah ini. Allah berfirman di dalam QS At-Taubah: 24 yang berbunyi;
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Yang artinya, “Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS At-Taubah: 24).
Sebuah ancaman, jadi arti فَتَرَبَّصُوا “Tunggulah”, itu perintah yang bermakna, kalian tinggal menunggu waktu kapan kalian di azab oleh Allah. Tunggu saja sampai Allah datangkan hukuman dan azab yang kalian tidak bisa tolak. وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ “Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. Dan ini bahasa yang sangat mengerikan dan menakutkan. Dan itu ancaman yang sangat menakutkan, فَتَرَبَّصُوا “Tunggulah”. Dan menunggu itu adalah salah satu aktivitas yang paling menjemukan dan tidak mengenakan dan itu menunggu orang yang kita senangi, apalagi di suruh menunggu azab.
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله تَعَالَى أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Selasa, 14 Rajab 1446 AH/14 Januari 2025
Ahida Muhsin
Semoga allah merahmati kk dengan rahmat allah yg maha luas dan tampa batas
Allahuma bariiik, maasyaa Allah
@@seandysusanti5380 wabarakalaik...
@@rahmawatiraya wabarakalaik
Alhamdulillah
Bismillah Assalamualaikum waramatullahi wabarokatuh Ustadz...pengen bertanya lewat mana
Alhamdulillah