Jujur, saya suka pengajaran dari pak bambang sugiarto, daripada dosen lainnya, meskipun sekarang-sekarang pak bambang seringkali dihujat oleh para muslim. Menurut saya, kalo membahas filsafat, jangan berpihak pada kepercayaan tentang adanya tuhan. Seperti yang sebelum"nya, tentang subjek mutlak. Solipsisme itu ambigu, kalo memang solipsisme itu benar bahwa sang aku adalah tuhan, maka kita tidak terkonsentrasi pada tubuh yang sekarang, melainkan kita ada sebagai pihak subjek mutlak tsb, dalam hal ini adalah tuhan. Tapi faktanya, kita hanya bisa terkonsentrasi pada tubuh ini, harusnya kalo kita memang satu, kita tidak bisa merasakan sebagai perorangan.
Fragmen Kesadaran - Narasi Pasca Inkonsistensi Ideologis Inkonsistensi adalah tanah subur di mana kesadaran kritis berkembang. Ia bukan kelemahan, melainkan celah untuk transformasi fundamental dalam arsitektur pemikiran sosial-politis. Setiap retakan ideologis menyimpan potensi rekonstruksi. Ketika struktur besar runtuh, muncul ruang untuk narasi yang lebih kompleks, lebih manusiawi. Inkonsistensi membuka pintu menuju pemahaman yang lebih tajam tentang realitas yang selama ini disembunyikan. Proses dekonstruksi tidak bermaksud menghancurkan, melainkan membebaskan. Ia membongkar mitos-mitos yang selama ini mengungkung kesadaran kolektif. Setiap pertanyaan adalah alat pembebasan, setiap keraguan adalah bibit revolusi intelektual. Dalam fragmentasi, kita menemukan kembali kemampuan untuk berpikir di luar batas-batas yang dibakukan. Ideologi bukan lagi penjara, melainkan ruang eksperimentasi makna. Di sini, pengalaman marjinal mendapatkan suaranya, narasi pinggiran menjadi episentrum pemahaman baru. Translasi kesadaran terjadi bukan melalui kekerasan, melainkan melalui dialog yang genuine. Setiap inkonsistensi adalah undangan untuk berdialog ulang dengan sejarah, dengan struktur kekuasaan, dengan diri sendiri. Revolusi sejati dimulai dari kemampuan untuk meragukan, untuk mempertanyakan, untuk membaca ulang narasi yang mapan. Inilah momen di mana inkonsistensi metamorfosis menjadi kekuatan transformatif.
Jujur, saya suka pengajaran dari pak bambang sugiarto, daripada dosen lainnya, meskipun sekarang-sekarang pak bambang seringkali dihujat oleh para muslim.
Menurut saya, kalo membahas filsafat, jangan berpihak pada kepercayaan tentang adanya tuhan. Seperti yang sebelum"nya, tentang subjek mutlak.
Solipsisme itu ambigu, kalo memang solipsisme itu benar bahwa sang aku adalah tuhan, maka kita tidak terkonsentrasi pada tubuh yang sekarang, melainkan kita ada sebagai pihak subjek mutlak tsb, dalam hal ini adalah tuhan.
Tapi faktanya, kita hanya bisa terkonsentrasi pada tubuh ini, harusnya kalo kita memang satu, kita tidak bisa merasakan sebagai perorangan.
Terima kasih Pustaka Matahari
Terima kasih atas semua ilmu nya. Pustaka matahari
Ijin nyimak Prof❤❤
Hatur nuhun, mencerahkan Prof
Terima kasih
Fragmen Kesadaran - Narasi Pasca Inkonsistensi Ideologis
Inkonsistensi adalah tanah subur di mana kesadaran kritis berkembang. Ia bukan kelemahan, melainkan celah untuk transformasi fundamental dalam arsitektur pemikiran sosial-politis.
Setiap retakan ideologis menyimpan potensi rekonstruksi. Ketika struktur besar runtuh, muncul ruang untuk narasi yang lebih kompleks, lebih manusiawi. Inkonsistensi membuka pintu menuju pemahaman yang lebih tajam tentang realitas yang selama ini disembunyikan.
Proses dekonstruksi tidak bermaksud menghancurkan, melainkan membebaskan. Ia membongkar mitos-mitos yang selama ini mengungkung kesadaran kolektif. Setiap pertanyaan adalah alat pembebasan, setiap keraguan adalah bibit revolusi intelektual.
Dalam fragmentasi, kita menemukan kembali kemampuan untuk berpikir di luar batas-batas yang dibakukan. Ideologi bukan lagi penjara, melainkan ruang eksperimentasi makna. Di sini, pengalaman marjinal mendapatkan suaranya, narasi pinggiran menjadi episentrum pemahaman baru.
Translasi kesadaran terjadi bukan melalui kekerasan, melainkan melalui dialog yang genuine. Setiap inkonsistensi adalah undangan untuk berdialog ulang dengan sejarah, dengan struktur kekuasaan, dengan diri sendiri.
Revolusi sejati dimulai dari kemampuan untuk meragukan, untuk mempertanyakan, untuk membaca ulang narasi yang mapan. Inilah momen di mana inkonsistensi metamorfosis menjadi kekuatan transformatif.
nonton
orang berpikiran sempit bisanya menghujat pemikiran Prof Bambang. Beda dikit ngamuk.
❤👍👍