JENIS-JENIS NGABEN
Вставка
- Опубліковано 4 жов 2024
- • JENIS-JENIS NGABEN
JENIS-JENIS NGABEN
#UpacaraPembakaranMayat
#ProsesMengembalikanUnsurPancaMahaBhuta
#NgabenTanpaMayat
Pitra Yadñya Sesuai yang tertulis didalam sastra Lontar Bayi Loka Tatwa: adalah membersihkan sawa atau mayat orang meninggal serta memberikan penyucian pada Atma, dimulai dari saat orang tersebut meninggal, digulung (riningkês), diaben (diabukan), diberikan upakara layaknya orang meninggal (inupakara sawa) tersebut dengan Pañca Brahmà Pratiûþha, itu yang dinamakan mengupacarai orang mati namanya, setelah itu Angasti Wedhana, Ngarorasin, Mamukur, Maligya, Ngaluwêr, Úiwa Yadña, namanya, sebagai penyelesaian dari doa pitra, sebagai penyelesain upacara orang meninggal”. Menurut Sastra Lontar Suksma Agama Tirtha, disebutkan beberapa jenis Pengabenan sebagai berikut: 1. Sawa Prateka (dalam pelaksanaannya ada jasad orang yang meninggal dan diupacarai menista, madya utama sesuai kemampuan dari memandikan sampai pada sawa karêsyan dan pengiriman) yang terdiri dari: 1.1. Sawa Prateka Alit (kanista) (tan pawadah tan padamar kurung, tan mapatulangan, upakaranya: Kewala Bantên Pêngadang - ngadang, Bubuh Pirata, Labaan Sang Sêdahan Setra, Tumpêng Caru Mañca warna). 1.2. Sawa Prateka Madya (upakaranya: kewala bêbangkit, pêngadang-ngadang, labaan Sang Sêdahan Setra, Sêdahan Weci). 1.3. Sawa Prateka Utama (mawadah, madamar kurung, mapatulangan, upakaranya, pulo gembal bêbangkit). Ngaben jenis ke-2. adalah Nyawa Wedhana (dalam pelaksanaanya mempergunakan Pengawak-awak atau pengganti dari Kayu yang di tuliskan gambar orang meninggal dengan dilengkapi sastra kepatian, dasàkûara, tri Akûara): 2.1. Asthi Wedhana (asthi berarti tulang dan wedhana berarti upacara, yang berarti mengupacari tulang, barangkali dikarenakan saat meninggal diupacarai dengan mekingsan di pertiwi atau di gni, sehingga tulangnya ini kemudian diupacarai dengan dibuatkan pengawak dari kayu Cêndana utama, Majagawu, sedang dan kayu Taba kanista. Jenis ngaben ke-3 adalah Praóawa (dalam pelaksanaanya mengikuti nista, madya dan utama) terdiri atas 3.1. Sawa Praóawa (mengupacarai orang yang meninggal yang pelaksanaannya sama dengan Sawa Prateka mengikuti Nista, Madya, Utama). 3.2. Tirta Pranawa (pêlaksanaannya mempergunakan toya Sapêriyuk yang berisi semua sarana tirtha pangêntas, namun ulantaga dan kakitirnya tidak turut serta) 3.3. Kuúa Praóawa (pempergunakan Ilalang 108 delapan helai dibentuk seperti menyerupai orang-orangan atau yang diupacarai) 3.4. Gni Praóawa (pelaksanaanya mempergunakan Adêgan) dan 3.5. Supta Pranawa (Mengupacarai orang yang meninggal, namun pelaksanaanya di atas Bambang dan setelah selesai diupacarai dan di tanam, tanah kubarannya tidak dibuatkan undug - undug, namun di ratakan). (Praóawa, ngaran, tan pawadah, tan pabanten têben, tan padamur kurung, tan mapatulangan, kewala mapangawak tirtha, swarganya ring Uttara, ngaran Kawahnya Blagadêbah, Pêngadangnya Sang Adikàla, Cikrabalanya Watêk Kara, Widyadari Tuñjung Biru, Wikunya Mpu Janaka, Dewanya Sang Hyang Wiûóu, Tirthanya Mêrtha Pawitra, Wêwalen Saron, pamuputnya ring setra). Kategori ke-4 adalah ngaben Swastha (pêlaksanaan ngaben yang tidak di temukan jasadnya, barangkali karena perang, hanyut atau meninggal di luar dearah atau meninggal cukup lama yang tidak ditemukan, dikarenakan sudah melampaui dari batas waktunya, dimana pelaksaannyapun mengikuti nista atau mapangawak bambang, madya mapangawak adêgan dan utama tirtha), Ngaben Swastha ini pelaksanaannya meringkês, mêrurub, namun tidak mempergunakan Kajang Angênan, dan di sanding dengan adêgan: Beberapa jenis Swastha yaitu: 4.1. Swastha Gni (Mempergunakan Pengawak Adêgan) dan 4.2. Swastha Bambang (Mempergunakan Pengawak Kayu). Namun apabila kemudian ditemukan jasadnya, maka pelaksanaan dari upacara ini dinamakan Swastha Mabeya. (Nywastha, ngaran, kramanya mapangawak bambang tan masawa, Swarganya ring Wetan, Kawahnya Dumaketu (Andus), Pêngadangnya Sang Jogor Manik, Cikrabalanya Watêk Wil, Widyadarinya Dewi Supraba, Wikunya Bhrêgu, Dewanya Sang Hyang Iúwara, Tirthanya Mahà Mêrtha, Wêwalennya Samara Pagulingan, pamuputnya ring setra). Jenis ngaben ke-5 adalah Amitra Yadñya (Amitra yadñya ngaran, kramanya tan pawadah, tan pabanten têbên, tan padamar kurung, tan pàngênan, kewala saji sêtangkêb, muang nasi angkêb saruntutannya, Swarga ring Têngah, Kawahnya Wechi Deúa, Pangadang Sang Bhuta Angga Úakti, Cikrabalanya Watêk Dhanuja, Widyadarinya Dewi Suwini, Wikunya Bhagawan Wararuci, Dewanya Sang Hyang Úiwa, Wêwalennya Gênding Lwang, Pengawaknya Panyênêng muang Dakûióa, pamuputnya wenang ring Sanggahnya).
Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada UA-cam, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
www.youtube.co...
Facebook: yudhatriguna
Instagram: / yudhatrigunachannel
Website: www.yudhatrigu...
Luar biasa tuaji hal seperti niki sangat penting disosialisasikan, agar lebih memahami arti upacara nbaben itu.. .mtr suksma tuaji lekalih, salam sehat selalu..🙏🙏
Suksma Maknyak
Om Swastyastu, Matur suksma Tuaji🙏🙏
Suksma mewali
Kontennya sangat bermanfaat dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang ritual Hindu. Suksma untuk Yudha Triguna Channel
Suksma pak Gede
Mantap dan luar biasa,penyajian dan teknik penyampaian materi sangat bagus,suksma yudha triguna channel🙏🙏
Suksma Pak Wirya
Rahajeng ratu aji prof. Becik pisan niki, pengetahuan yg luar biasa 🙏🙏
Suksma bu Nengah
Becik niki Penjelasannya Tu Aji, mitologi ngabennya perlu dipadatkan perlu diperdalam penjelasannya nika Tu Aji
Suksma sarannya
Maturnuwun tambahan wawasannya🙏
Matur nuwun bunda
Suksma Tu Aji🙏🙏,nanging usul nunas dagingin sumber sastra nyane,ring diskripsi
Suksma sarannya, di konten lain biasanya diisi sumber.
Sukme Atu Aji prof sesuluhnya
Suksma
Kenapa masih di sebut tergantung kewangsaan apakah beda ?
Dalam tradisi Bali itu penting, misalnya dalam kajang dibuat oleh Siwa dan juga ada kajang wangsa atau soroh.
Seandainya orang bali memahami kitab weda, insyallah akan memeluk agam islam semua,salam nusantara
Salam nusantara, tidak tidak yakin saudaraku yang Muslim, karena membaca Weda dan berasal dari Bali. Maaf