Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. PART ONE Alhamdulillah kita ucapkan syukur kapada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى atas diberikan nikmat mendekat, akses, nikmat taqarrub kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, nikmat diberikan kesempatan untuk mengumpulkan bekal untuk kembali kepada Rabbul ‘Alamiin. Allah berfirman dalam QS al-Baqarah: 281 yang berbunyi; وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ yang artinya, “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)” (QS al-Baqarah: 281). Semua yang kita kerjakan akan diganti dan di ganjar oleh Allah secara sempurna tanpa dikurangi sedikitpun dan mereka tidak akan ada yang dizhalimi sedikitpun. Lalu pertanyaannya, siapkah diri kita akan pertanyaan tersebut? Hari dimana tidak ada manfaatnya harta yang kita kumpulkan, anak-anak yang kita lahirkan dan kita usahakan, hari dimana tidak ada manfaat harta dan keturunan kecuali orang yang menghadap Allah dan orang yang datang kepada Allah dalam keadaan hati yang bersih dan selamat dari kesyirikan, kemungkaran, yang selamat dari penyakit-penyakit hati. Adapun orang yang banyak harta tidak ada manfaatnya sama sekali, orang yang punya keluarga yang solid, anak-anak yang banyak dan cerdas-cerdas, networking yang luas tidak ada manfaatnya sama sekali, يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ(٨٨) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (٨٩) artinya, “(88). (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna (89). kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS Asy-Syu'ara': 88-89). Hati yang penuh dengan Iman, hati yang dekat dengan Rabbul A’lamin, hati yang sami’na wa atho’na, merendah, tunduk dan mencintai Allah Tabaraka wa Ta’ala, itu yang akan berhasil pada hari tersebut. Dan untuk mendapatkan hati-hati tersebut tidak cukup dengan hanya 2 hari, Imam Ibnu al-Munkadir رحمه الله تَعَالَى, salah satu ulama besar, kharismatik, pemimpinnya para qori, beliau pernah menyampaikan, ‘Aku berjuang mengendalikan dan mengontrol jiwa dan hatiku selama 40 tahun, sampai akhirnya hati dan jiwaku stabil dan istiqamah di atas kebenaran’. Beliau menundukkan, memperjuangkan dan melawan hawa nafsu dan mengkondisikan hati dan jiwanya selama 40 tahun dan benar-benar bisa stabil dan istiqamah dan bisa nyaman untuk bertakwa kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Ini bukan pekerjaan satu atau dua hari atau PR satu atau dua pekan, namun ini adalah PR panjang yang kalau kita tidak mulai dari hari ini, dikhawatirkan ketika pada hari kematian kita tiba, kita tidak siap dan dalam kondisi maksiat dan kemungkaran lalu meninggal dalam kondisi berdosa lalu su’ul khatimah dan mendapatkan kematian yang buruk dan pada akhirnya pada hari Kiamat kelak dibangkitkan dalam kondisi bagaimana dia wafat. Maka bertakwalah kepada Allah dan ingatlah bahwa dunia ini akan berakhir, dunia adalah hal semu dan tempat ketidakkekalan itu dunia, dan Akhirat tempat dari kekekalan dan kelanggengan. Maka inilah kekekalan dan jangan tertipu dengan kesemuan itu yang diingatkan oleh para ulama dan itulah salah satu alasan utama mengapa kita berada di sini di dalam kajian ini. ingatlah bahwa ketika kita hidup pada hari ini, belum tentu kita hidup pada hari esok dan ketika kita hidup di hari esok belum tentu kita hidup pada dua hari yang akan datang. Allah berfirman dalam QS Az-Zumar: 30 yang berbunyi; إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)” dan semua akan kembali kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Ingatlah ketika Allah berfirman وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)” (QS Al Baqarah: 281). Semoga الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjadikan kita husnul khatimah dan menjadikan kita orang-orang bertaqwa dan bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi hari yang begitu menakutkan, hari yang begitu mengerikan, hari terpenting dalam kehidupan manusia, dimana Hari dibangkitkan, Hari dimana kita di Hisab, diinterogasi oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan di audit dari A-Z, dari diri kita, harta kita dan seluruh apa yang dilakukan selama di Dunia yang fana ini. Session Tanya-Jawab: Tanya: Saya ingin mulai meruntinkan kajian dengan mengikuti arahan untuk tidak seperti kutu loncat. Dan beberapa bulan ini hati saya mulai merasakan hal lain berproses. Dulu kajian saya hanya sebisanya waktu dan memilih tema kajian. Setelah duduk di Majlis ustadz, ruh saya membutuhkan kajian rutin yang harus saya ikuti. Apakah saya harus mengikuti ulangan kajian Tadzkiratus Saami dan Riyadhush Shalihin lebih dulu pada waktu luang? Mohon nasihatnya. Jawab: Adapun mengenai kajian rutin dan tidak seperti kutu loncat, analoginya simpel, apabila seseorang ingin belajar Matematika lalu menguasai dan menjadi fakar Matematika, mungkinkah dia menguasai Matematika dan menjadi fakar Matematika jika dia belajarnya tidak urut? Ada orang yang tidak mengerti angka misalnya, lalu ketika dia belajar hari pertama dia membangun ruang dan dia tidak bisa bedakan mana angka 6 dan mana angka 9 dan pertemuan ke-2 belajar Aljabar lalu pertemuan ke-3 belajar 1+1, kemudian pertemuan ke-4 algoritma, terus demikian! Mungkinkah dia akan menguasai Matematika? Dan itu sangat tidak mungkin. Kita lihat buku fiqh para ulama kita, mau kita buka dari buku madzhab apapun yang kita mau, lihat susunannya rapi dan ulama memulai dari Bab ibadah terlebih dahulu. Dan ibadah itu banyak, namun para ulama memulainya dari Bab Shalat dan lihat para ulama sistematis dalam belajar. Para ulama mengatakan, ilmu itu ada pintu masuk dan pintu keluar, maka masuklah dari pintu masuknya terlebih dahulu lalu jangan masuk dari pintu keluar. Dan ini analogi berfikir sederhana dan kita tidak bisa mau mengerti secara utuh sebuah disiplin ilmu lalu kita loncat sana loncat sini lalu ambil sana ambil sini. Itu akal sehat saja tidak menerima hal tersebut dan sebelum kita melihat kultur para ulama dan konsep para ulama dan bagaimana para ulama menerangkan ilmu dan menjelaskan sebuah Kitab atau sebuah Buku. Semua sistematis, itu yang perlu kita camkan. Maka belajarlah secara urut dan kalau kita ketinggalan, Alhamdulillah banyak buku atau banyak kitab sudah bisa di cek di social media dan kita tinggal lihat saja dan itu salah satu kemudahan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala. Disamping kita juga perlu kajian langsungnya apalagi kalau kita bisa offline, karena kajian offline memiliki keutamaan yang tidak bisa disaingi dengan kajian online, walaupun kajian online penting. Namun kajian online sebagai alternatif ketika kita tidak bisa mengikuti kajian offline dan kajian online bukan untuk menggantikan kajian offline. Karena beda kedudukan dan keutamaan dan beda dari sisi memuliakan dan mengagungkan ilmu. Kalau kita ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat, maka syaratnya kita harus memuliakan ilmu dan memuliakan ilmu dalam kajian offline tidak bisa disaingi oleh kajian online dari banyak sisi, maka peluang kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat di kajian offline jauh lebih besar daripada kajian online walaupun kajian online adalah sarana yang diberikan oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى juga. To be continued 1 of 3 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Sabtu, 10 Safar 1445 AH/26 Agustus 2023 Ahida Muhsin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush shoolihaat, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, orangtua beliau, keluarga beliau, guru-guru beliau, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru guru kami dan anak anak kami, keluarga kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, barakallah fiikum
Masya Allah Tabarakallah
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
PART ONE
Alhamdulillah kita ucapkan syukur kapada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى atas diberikan nikmat mendekat, akses, nikmat taqarrub kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, nikmat diberikan kesempatan untuk mengumpulkan bekal untuk kembali kepada Rabbul ‘Alamiin. Allah berfirman dalam QS al-Baqarah: 281 yang berbunyi; وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ yang artinya, “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)” (QS al-Baqarah: 281). Semua yang kita kerjakan akan diganti dan di ganjar oleh Allah secara sempurna tanpa dikurangi sedikitpun dan mereka tidak akan ada yang dizhalimi sedikitpun. Lalu pertanyaannya, siapkah diri kita akan pertanyaan tersebut? Hari dimana tidak ada manfaatnya harta yang kita kumpulkan, anak-anak yang kita lahirkan dan kita usahakan, hari dimana tidak ada manfaat harta dan keturunan kecuali orang yang menghadap Allah dan orang yang datang kepada Allah dalam keadaan hati yang bersih dan selamat dari kesyirikan, kemungkaran, yang selamat dari penyakit-penyakit hati. Adapun orang yang banyak harta tidak ada manfaatnya sama sekali, orang yang punya keluarga yang solid, anak-anak yang banyak dan cerdas-cerdas, networking yang luas tidak ada manfaatnya sama sekali, يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ(٨٨) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (٨٩) artinya, “(88). (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna (89). kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS Asy-Syu'ara': 88-89). Hati yang penuh dengan Iman, hati yang dekat dengan Rabbul A’lamin, hati yang sami’na wa atho’na, merendah, tunduk dan mencintai Allah Tabaraka wa Ta’ala, itu yang akan berhasil pada hari tersebut. Dan untuk mendapatkan hati-hati tersebut tidak cukup dengan hanya 2 hari, Imam Ibnu al-Munkadir رحمه الله تَعَالَى, salah satu ulama besar, kharismatik, pemimpinnya para qori, beliau pernah menyampaikan, ‘Aku berjuang mengendalikan dan mengontrol jiwa dan hatiku selama 40 tahun, sampai akhirnya hati dan jiwaku stabil dan istiqamah di atas kebenaran’. Beliau menundukkan, memperjuangkan dan melawan hawa nafsu dan mengkondisikan hati dan jiwanya selama 40 tahun dan benar-benar bisa stabil dan istiqamah dan bisa nyaman untuk bertakwa kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Ini bukan pekerjaan satu atau dua hari atau PR satu atau dua pekan, namun ini adalah PR panjang yang kalau kita tidak mulai dari hari ini, dikhawatirkan ketika pada hari kematian kita tiba, kita tidak siap dan dalam kondisi maksiat dan kemungkaran lalu meninggal dalam kondisi berdosa lalu su’ul khatimah dan mendapatkan kematian yang buruk dan pada akhirnya pada hari Kiamat kelak dibangkitkan dalam kondisi bagaimana dia wafat. Maka bertakwalah kepada Allah dan ingatlah bahwa dunia ini akan berakhir, dunia adalah hal semu dan tempat ketidakkekalan itu dunia, dan Akhirat tempat dari kekekalan dan kelanggengan. Maka inilah kekekalan dan jangan tertipu dengan kesemuan itu yang diingatkan oleh para ulama dan itulah salah satu alasan utama mengapa kita berada di sini di dalam kajian ini. ingatlah bahwa ketika kita hidup pada hari ini, belum tentu kita hidup pada hari esok dan ketika kita hidup di hari esok belum tentu kita hidup pada dua hari yang akan datang. Allah berfirman dalam QS Az-Zumar: 30 yang berbunyi; إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)” dan semua akan kembali kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Ingatlah ketika Allah berfirman وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)” (QS Al Baqarah: 281). Semoga الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjadikan kita husnul khatimah dan menjadikan kita orang-orang bertaqwa dan bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi hari yang begitu menakutkan, hari yang begitu mengerikan, hari terpenting dalam kehidupan manusia, dimana Hari dibangkitkan, Hari dimana kita di Hisab, diinterogasi oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan di audit dari A-Z, dari diri kita, harta kita dan seluruh apa yang dilakukan selama di Dunia yang fana ini.
Session Tanya-Jawab:
Tanya: Saya ingin mulai meruntinkan kajian dengan mengikuti arahan untuk tidak seperti kutu loncat. Dan beberapa bulan ini hati saya mulai merasakan hal lain berproses. Dulu kajian saya hanya sebisanya waktu dan memilih tema kajian. Setelah duduk di Majlis ustadz, ruh saya membutuhkan kajian rutin yang harus saya ikuti. Apakah saya harus mengikuti ulangan kajian Tadzkiratus Saami dan Riyadhush Shalihin lebih dulu pada waktu luang? Mohon nasihatnya.
Jawab: Adapun mengenai kajian rutin dan tidak seperti kutu loncat, analoginya simpel, apabila seseorang ingin belajar Matematika lalu menguasai dan menjadi fakar Matematika, mungkinkah dia menguasai Matematika dan menjadi fakar Matematika jika dia belajarnya tidak urut? Ada orang yang tidak mengerti angka misalnya, lalu ketika dia belajar hari pertama dia membangun ruang dan dia tidak bisa bedakan mana angka 6 dan mana angka 9 dan pertemuan ke-2 belajar Aljabar lalu pertemuan ke-3 belajar 1+1, kemudian pertemuan ke-4 algoritma, terus demikian! Mungkinkah dia akan menguasai Matematika? Dan itu sangat tidak mungkin. Kita lihat buku fiqh para ulama kita, mau kita buka dari buku madzhab apapun yang kita mau, lihat susunannya rapi dan ulama memulai dari Bab ibadah terlebih dahulu. Dan ibadah itu banyak, namun para ulama memulainya dari Bab Shalat dan lihat para ulama sistematis dalam belajar. Para ulama mengatakan, ilmu itu ada pintu masuk dan pintu keluar, maka masuklah dari pintu masuknya terlebih dahulu lalu jangan masuk dari pintu keluar. Dan ini analogi berfikir sederhana dan kita tidak bisa mau mengerti secara utuh sebuah disiplin ilmu lalu kita loncat sana loncat sini lalu ambil sana ambil sini. Itu akal sehat saja tidak menerima hal tersebut dan sebelum kita melihat kultur para ulama dan konsep para ulama dan bagaimana para ulama menerangkan ilmu dan menjelaskan sebuah Kitab atau sebuah Buku. Semua sistematis, itu yang perlu kita camkan. Maka belajarlah secara urut dan kalau kita ketinggalan, Alhamdulillah banyak buku atau banyak kitab sudah bisa di cek di social media dan kita tinggal lihat saja dan itu salah satu kemudahan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala. Disamping kita juga perlu kajian langsungnya apalagi kalau kita bisa offline, karena kajian offline memiliki keutamaan yang tidak bisa disaingi dengan kajian online, walaupun kajian online penting. Namun kajian online sebagai alternatif ketika kita tidak bisa mengikuti kajian offline dan kajian online bukan untuk menggantikan kajian offline. Karena beda kedudukan dan keutamaan dan beda dari sisi memuliakan dan mengagungkan ilmu. Kalau kita ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat, maka syaratnya kita harus memuliakan ilmu dan memuliakan ilmu dalam kajian offline tidak bisa disaingi oleh kajian online dari banyak sisi, maka peluang kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat di kajian offline jauh lebih besar daripada kajian online walaupun kajian online adalah sarana yang diberikan oleh الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى juga.
To be continued 1 of 3 part
Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Barakallahu fikum…
Jakarta, Sabtu, 10 Safar 1445 AH/26 Agustus 2023
Ahida Muhsin
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush shoolihaat, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, orangtua beliau, keluarga beliau, guru-guru beliau, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru guru kami dan anak anak kami, keluarga kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, barakallah fiikum
Semoga tdk terpancing dgn situasi...keep calm...dengan situasi...berhadapan dengan orang tua yang tidak sabaran...exra energy...
Alhamdulillah
Jazakumullahu khairan Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri dan tim atas ilmunya...
Barakallahu fiikum
Bismillahirrohmanirrohim .alhamdulilah .syukron wa jazakumullah khayran atas ilmu nya ustadz wa yubarokallah fikum
Alhamdulillah....
Maa sya Allah barakallahu fiikum
Alhamdullah
Trmksih ilmuny..😊