Simpan Benda benda Peninggalan Kerajaan Tarumajaya, Situs Buni Bekasi Tidak Dapat Perhatian Pemerint

Поділитися
Вставка
  • Опубліковано 12 вер 2024
  • Situs Buni Pasar Emas, yang terletak di Jalan Raya Kp Pasar Emas, Desa Muara Bakti, Kecamatan Bebelan, Kabupaten Bekasi tidak mendapatkan perhatian baik pemerintah Kabupaten Bekasi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Pusat.
    Situs Buni Pasar ini padahal menyimpan banyak sekali historis tentang Bekasi, khususnya wilayah tersebut. Pasalnya, wilayah Kp Pasar Emas Desa Muara Bakti itu telah ditinggali segala bentuk peninggalan dari berbagai zaman, mulai zaman peradaban pada 2.000 tahun sebelum masehi maupun Kerajaan Tarumajaya.
    Kini benda-benda bersejarah itu dijaga dan disimpan di rumah Sakiudin anak penemu pertama kali benda bersejarah tersebut.
    Namun, sejak Sakiudin meninggal tahun 2018 lalu. Atika (60) istri Sakiudin yang menjaga benda-benda itu. Sesekali benda-benda itu dikeluarkan jika ada tamu yang datang ingin melihatnya.
    Selain melihat-melihat tamu itu seringkali bertanya sejarah tentang penemuan batu tersebut. Dirinya yang sudah sepuh terpaksa waktu istrirahatnya seringkali ke ganggu jika ada tamu yang datang ingin melihat benda bersejarah tersebut.
    "Keganggu mah sudah biasa. Tapi ini kan amanah suami untuk terus jaga benda ini dan pertahankan sejarah benda ini. Kalau ada yang tanya tentang sejarah ya kita jawab,"katanya kepada Wartakota.
    Namun, kata Atika, seharusnya Situs Buni ini dibuatkan museum sehingga benda-benda bersejarah ini bisa terpajang rapih dan lebih terjaga. Jika ada pengunjung dengan mudahnya bisa melihat benda-benda itu.
    Atika mengungkaokan sebuah Situs Buni seharusnya dilindungi dan mendapatkan perhatian pemerintah dikarenakan benda-benda yang ditemukan ini telah terdaftar atau sesuai dengan benda-benda zaman terdahulu yang ada di Museum Nasional Indonesia.
    Situs ini belum diakui sebagai situ cagar budaya ataupun sejarah. Kini keadaannya samgat mengkhawatirkan dan semakin tergerus oleh maraknya pembangunan industri dikawasan ini sangat disayangkan jika bekasi harus kehilangan situs bersejarah yang berharga ini.
    "Ya masa harus hilang begitu saja, padahal kalau Situs ini dikembangkan bisa jadi daya tarik pengunjung. Bakal ramai pengunjung yang dampaknya pada peningkatan perekonomian warga setempat, bisa jualan makanan atau parkir," jelasnya.
    Ia menjelaskan Situs Buni ini sempat ramai sekitar tahun 2012 setelah masih ditemukannya emas dan tulang belulang manusia purba. Banyak orang yang datang termasuk Ali Akbar arkeolog profesional.
    "Dulu kan sempat hilang gitu saja, engga tahunnya suaminya saya saat ngegali lagi temuin emas sama tulang belulang. Ramai media datang, para pejabat pada datang. Arkeolog sebut benda ini asli peninggalan jaman dulu," katanya.
    Namun, kata Atika, ramainya terjadi hanya setahun itu saja. Kemudian saat ini sepi dan kembali tanpa perhatian pemerintah.
    "Dari dulu kan begini-begini aja. Katanya engga ada bukti kuat soalnya engga ada bangunannya. Tapi arkeolog kan bilang ini nomaden yang dulu tinggal disini. Ya jadinya seperti ini, Situs Buni ada namanya tapi engga ada tempatnya, di google maps ada, pas dicari engga ada tempatnya," ucapnya.
    Sehingga warga yang ingin tahu Situs Buni seringkali kesulitan mencari lokasi. Pasalnya, lokasi Situ Buni hanya diarahkan sampai ke rumah milik Sakiudin dan Atika di dekat Masjid Nurul Yaqin di Jalan Raya Kp Pasar Emas, Muarabakti, Kabupaten Bekasi.
    "Jadi bingung kan, orang pikir Situ Buni itu musium gitu. Engga tahunya ya begini aja rumah saya. Kalau pengunjung mau lihat ya saya keluarkan dan ngampar gini aja. Harusnya ya dibuatkan gimana lah pemerintah,seperti gedung kecil-kecilan aja buat panjang benda-benda peninggalan ini,"katanya.
    Belum dijadikannya Situs ini sebagai cagar budaya atau tempat peninggalan sejarah dikarenakan tidak adanya bukti bukti bangunan fisiknya.
    "Bilangnya engga ada bukti bangunan fisiknya, lah tapi ini ada benda-bendanya. Kalau itu teliti aja lagi mendalam, untuk buktikan keasliannya," paparnya. (M18)

КОМЕНТАРІ • 5

  • @bety.suhartini
    @bety.suhartini Рік тому

    mugi mugi sing di paparin kasehatan kanggo anu ngajagi na amin

  • @rsiromoyono
    @rsiromoyono 3 роки тому +3

    Pemerintah bekasi harus bertanggung jawab demi keselamatan sejarah luhur kuno.minimal lahannya tolong di selamatkan di beli dan membiat ruang edukasi wisata sejarah suku buni prasejarah jauh sebelum atau pra tarumanagara dan srivijaya dan sunda galuh.
    Pemkota bekasi harus beli lahan yg banyak di temukan artefak2 suku buni lalu buat museum untuk mengabadikan zona eksklusif history.wahai pemangku pejabat terkait cobalah merenung mana bhaktimu kepada para pepunden leluhur agung dimana kita tinggal.
    Para pemangku pejabat daerah wajib harus melestarikan sejarah mula bukanya kawitan khususnga suku buni.
    Semoga para pejabat daerah kab bekasi menindaklanjuti gagasan saya ini pegiat dan pecinta sejarah nusantara.

  • @hendra1551
    @hendra1551 3 роки тому

    Ibu ini persis alamt nya d mna ya...tolong info nya min

  • @Burung_gemas
    @Burung_gemas 2 роки тому

    Bukan taruma jaya, taruma negara